• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN MESIN PEMBUAT KUE TRADISIONAL ( KUE KARAH ) SECARA ERGONOMI ( Studi Kasus Di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat) - Repository utu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RANCANGAN MESIN PEMBUAT KUE TRADISIONAL ( KUE KARAH ) SECARA ERGONOMI ( Studi Kasus Di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat) - Repository utu"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Teknik Pada Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar

Disusu Oleh :

Nama : Khairul Anwar Nim : 07C10207021

Bidang : Manajemen Rekayasa & Sistem Produksi

J U R U S A N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

U N I V E R S I T A S T E U K U U M A R M E U L A B O H

(2)

1 1.1. Latar Belakang

Usaha kecil di bidang makanan ringan semangkin berkembang dan terbukti mampu mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Namun, industri skala kecil banyak sekali mengalami permasalahan khususnya dalam proses pembuatan produknya. Proses produksi secara manual sering kali kita temukan dalam industri rumah tangga, ( Sagala, A. Baginda, 2012 ).

Menjalankan suatu pengembangan usaha tentu akan menghadapi beberapa resiko permasalahan yang dapat mempengaruhi hasil usahanya tersebut, apabila tidak diantisipasi maka bisa saja resiko permasalahan itu terjadi. Permasalahan itu terdapat dari faktor internal dan eksternal. (www.Ads.by kliksaya .com, 2011).

Resiko permasalahan internal, dalam menjalankan usaha pada setiap suatu kelompok usaha kecil, dibutuhkan suatu perangkat untuk mendukung jalanya usaha tersebut yaitu sumber daya manusia (SDM) yang handal sesuai dengan kebutuhan. Hubungan lingkungan kerja yang aman dan nyaman patut diperhatikan sehingga menjadi timbal balik dengan lingkungan fisik dan ekosistem yang kondusif.

(3)

tidak langsung akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi, yang pada akhirnya akan kalah dalam bersaing dipasar, (www.Ads.by kliksaya .com, 2011).

Jenis-jenis kue tradisional Aceh, sangat banyak di jumpain di kota-kota besar di Aceh yang bergerak dalam bidang industri kecil rumah tangga, dari kue kering hingga kue basah diantaranya adalah kue kembang loyang, kue sepit, kue bhoi, kue lempat, pisang sale, hingga kue karah, kue tradisional aceh yang cukup populer salah satunya adalah kue karah, (Ridha., Fahmi, 2012).

Kue karah adalah sejenis makanan ringan yang cukup populer dikalangan masyarakat Aceh, yang terbuat dari tepung beras, berbentuk segitiga sering juga berbentuk lipat dua. Masyarakat Aceh menjadikan kue ini juga sebagai bagian dari adat dan upacara-upacara tradisional, khususnya di Aceh Barat, pada upacara pernikahan dan juga acara-acara kematian. Misalnya, di Khanduri Peuet Ploeh. Namun, kue ini juga dikenal akrab oleh masyarakat di beberapa kabupaten lainya di Aceh, (www.acehpedia.org , 2012)

Selama proses produksi pembuatan kue karah yang secara manual dan tradisional, operator terlihat pada sikap postur kerja yang dilakukan pada posisi duduk jongkok didepan wadah penggorengan, sehingga operator mengalami temperatur suhu badan yang berlebihan akibat lingkungan kerja yang panas, dan juga keluhan pada bagian tangan, lengan, bahu dan pinggang, dikarenakan sikap kerja yang cukup lama dan di lakukan terus-menerus secara berulang lebih kurang 4-5 jam per hari, (Pengakuan operator pembuat kue karah, 14 May 2014)

(4)

dikarenakan adanya kontraksi otot selama melakukan proses tersebut. Otot-otot akan menegang dan pembuluh darah akan mengecil hingga menimbulkan keluhan

musculoskeletal. Keluhan ini berupa rasa nyeri pada bagian-bagian otot skeletal yang mendapat pembebanan yang melebihi batas kemampuan operator, (Suma’mur, 1993).

Agar seseorang dapat bekerja dengan baik maka perlu kenyamanan lingkungan tempat kerja, karena lingkungan kerja fisik yang tidak nyaman terutama bekerja pada tekanan panas dapat mengurangi kesehatan pekerja. Ketidaknyamanan kerja fisik mengakibatkan perubahan fungsional pada organ tubuh manusia. Kondisi panas yang berlebih-lebihan mengakibatkan rasa letih, kantuk, mengurangi kestabilan tubuh, yang pada akhirnya menimbulkan tingkat stres, (Grandjean, 1986)

Suhu panas berakibat menurunya prestasi kerja fikir dan penurunan sangat hebat sesudah 23C. suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan otak, mengganggu koordinasi saraf perasa dan saraf motoris, (suma’mur, 1996).

(5)

klorida. Keseimbangan air tubuh diatur oleh hormon antidiuretik (ADH) yang mempertahankan issosmotik plasma. Peningkatan osmolalitas plasma merangsang rasa haus maupun pelepasan ADH. Kehilangan air melalui keringat dapat terjadi pada temperatur yang tinggi. Keluarnya keringat berarti keluarnya air dan elektrolit yang pada akhirnya mempengaruhi kesetimbangan garam diatur oleh hormon aldosteron dengan tujuan mempertahankan volume ekstrasellular (hipovolemia) mengganggu curah jantung, mengurangi alir balik vena ke jantung, (Prece 1994).

Pengaruh bekerja terus-menerus secara berulang dalam jangka waktu yang lama dapat menaikan berat beban dan frekuensi yang tinggi, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kelelahan, karena otot menerima tekanan akibat beban kerja yang terus menerus secara berulang (repetitif), sehingga akan mengakibatkan rasa sakit yang berujung pada penurunan performans kerja. (Wignjosoebroto, Sritomo. 2000).

(6)

pinggang, (Sriwarno, A. Bagus 2008).

Kegiatan manual material handling yang dilakukan secara repetitif pernah diteliti oleh Muslimah, Etika, (2006). Penelitian lain yang membahas mengenai beban kerja adalah penelitian dari Wignjosoebroto, Sritomo (2008). Penelitian ini bertujuan untuk merancang peralatan kerja yang ergonomis untuk mengatasi keluhan sakit pada bagian leher, punggung, dan pinggang ketika bekerja dengan menggunakan peralatan yang sebelumnya.

Ratusan juta tenaga kerja di seluruh dunia bekerja pada kondisi tidak nyaman dan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang di sebabkan penyakit atau yang di sebabkan oleh pekerjaan. Sekitar 300,000 kematian tejadi dari 250 juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena akibat kerja dimana di pekirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan pekerjaan yang tidak aman dan nyaman, penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan sebagaimana pada grafik dibawah ini.

(7)

penyakit gijal. Selain penyebab kematian, masalah kesehatan lain terutama adalah ketulian , gangguan Musculoskeletal, gangguan reproduksi, ( International Labor Organization (ILO), 1999 ).

Berdasarkan hasil rekapitulasi data yang didapat dari Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat, terdapat 7 jenis penyakit terberat yang dialami pada tahun 2013 diantaranya adalah Common Cold, Sistem Jaringan Otot, ISPA ( Saluran Pernapasan ), Hypotensi, Lukak Lambng, Hypertensi, Penyakit Kulit. Sebagamana pada grfik dibawah ini.

Gambar 1.2. Grafik Jenis Penderita Penyakit Di Kecamatan Meureubo 2013 Berdasarkan gambar diatas, ada 7 jenis penyakit terberat yang di alami Masyarakat Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat 2013, jenis dan keterangan penyakit tersebut adalah.

1. Common Cold, adalah penyakit flu yang mempengaruhi saluran pernafasan, dan memiliki gejala yang mirip seperti tenggorokan sakit, hidung tersumbat atau pun meler, hingga batuk.

(8)

keropos tulang ( Osteoporosis ), Nyeri otot, radang sendi, sakit pinggang, dan pegal-pegal di betis.

3. ISPA ( Saluran Pernapasan ), adalah singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, dimana melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga alveoli. Saluran pernafasan adalah organ tubuh yang memiliki fungsi menyalurkan udara atmosfer ke paru-paru begitu pula sebaliknya.

4. Hypotensi, adalah tekanan darah yang rendah sehingga tidak mencukupi untuk perfusi dan oksigenasi jaringan adekuat, Hipotensi timbul akibat penurunan curah jantung atau penurunan resitensi perifer

5. Lukak Lambung, merupakan penyakit yang terjadi apabila dinding lambung rusak akibat mukus yang menyelimutinya rusak. Hal ini di akibatkan sesorang menderita penyakit maag kronis, yang tidak segera diobati sehingga menyebabkan luka atau tukak lambung.

6. Hypertensi, adalah tekanan darah tinggi atau penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. 7. Penyakit Kulit, adalah suatu penyakit yang di akibatkan oleh adanya

kontraksi infeksi seperti, bakteri, alergi, virus dan daya tahan tubuh lemah, sehingga menimbulkan penyakit seperti, panu, kadas, kurab, kudis, eksim, hingga jerawat.

(www.google.com )

(9)

Mengacu kepada fenomena yang telah peneliti uraikan, maka peneliti tertarik untuk meneliti kasus tersebut dengan tema judul “RANCANGAN MESIN PEMBUAT KUE TRADISIONAL (KUE KARAH) SECARA ERGONOM (Studi Kasus Di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat)”. Pekerjaan pembuatan kue karah secara manual ini menarik untuk diteliti karena terlihat adanya sikap atau posisi kerja dan kondisi kerja tidak ergonomis dan tidak nyaman yang dirasakan operator akibat pekerjaan tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan penelitian ini adalah fasilitas kerja yang tidak nyaman sehingga menimbulkan keluhan Musculoskeletal rasa sakit pada otot skeletal karena posisi kerja yang terlalu rendah, menyebabkan sikap postur kerja operator dalam posisi duduk jangkok dan membungkuk di depan wadah penggorengan dengan temperatur suhu yang tinggi atau panas, dalam jangka waktu yang lama dan di lakukan secara terus menerus selama lebih kurang 4-5 jam kerja, serta berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja dan menurunkan produktifitas kerja operator pembuat kue karah.

1.3. Tujuan Penelitian

(10)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah:

1. Bagi perusahaan, hasil dari penelitian dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan pertimbangan mengenai usulan fasilitas kerja, rancangan mesin pembuatan kue karah.

2. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat agar mahasiswa dapat menerapkan prinsip-prinsip ergonomi yang telah dipelajari dalam merancang fasilitas kerja yang ergonomis.

3. Bagi fakultas Teknik, khususnya jurusan teknik Industri. Diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber bacaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan kajian pembelajaran dan pengembangan penelitian selanjutnya.

1.5 Batasan Masalah dan Asumsi

Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan masalah dan asumsi. Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian difokuskan pada operator pembuat kue karah 2. Penilaian postur kerja dilakukan dengan metode (QEC)

3. Dalam penelitian ini, kekuatan pengelasan, dan proses manufaktur yang digunakan untuk membuat mesin bantu ini tidak dibahas.

(11)

5. Tidak mempertimbangkan faktor psikologis dan sosial.

6. Pengukuran antropometri hanya dilakukan untuk beberapa dimensi tubuh yang dibutuhkan dalam merancang mesin.

Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data, dalam keadaan baik. 2. Proses produksi berlangsung secara normal.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Agar lebih mudah untuk dipahami dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi penelitian serta sistematikan penulisan tugas akhir.

BAB II : LANDASAN TEORI

Menampilkan teori-teori yang relevan dengan pemecahan masalah atau pencapaian tujuan penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

(12)

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Menyajikan data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pada pemecahan masalah.

BAB V : ANALISIS HASIL PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis hasil pengolahan data yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pemecahan masalah.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

(13)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata

yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum alam dan dapat

didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,

efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di

rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem

dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan

tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi

disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya : ahli anatomi, arsitektur,

perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerja, psikologi,

dan teknik industri, ( Eko Nurmianto, 2004 ).

Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah

untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan

mudah diterapkan (dimengerti dan digunakan) pada sejumlah populasi

masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya.

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh

(14)

Secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Hubungan antara manusia

pekerja dan mesin serta peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat

sebagai hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal di atas yang

membentuk sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai

disiplin ilmu, salah satunya ilmu tentang tubuh manusia. Ilmu-ilmu terapan yang

banyak berhubungan dengan fungsi tubuh manusia adalah anatomi dan

fisiologi. Selain itu juga diperlukan pengetahuan dasar tentang sistem dan

fungsi kerangka otot dan dimensi tubuh manusia, ( Eko Nurmianto, 2004 ).

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja

fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontrak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif

maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek

teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang

dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

2.1.1. Tipe-tipe Masalah Ergonomi

Masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup

(15)

a. Anthropometric

Antropometri berhubungan dengan dimensi antara ruang geometri

fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari

dimensi tubuh secara linier, termasuk berat dan volume, jarak jangkauan, tinggi

mata saat duduk, dan lain-lain. Masalah antropometri merupakan ketidaksesuaian

antara dimensi terhadap desain ruang dan sarana kerja. Pemecahan masalah ini

dengan memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.

b. Cognitive

Masalah cognitive muncul ketika beban kerja berlebih atau berada di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu panjang maupun

dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi

ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum.

Pemecahan masalah ini dengan melengkapkan fungsi manusia dan mesin.

c. Musculoskeletal

Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal

tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan

masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja atau mendesain

kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai kemampuan

manusia.

d. Cardiovaskular

Masalah ini diakibatkan oleh ketegangan sistem sirkulasi, termasuk

jantung. Jantung memompa lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi

(16)

kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.

e. Psychomotor

Permasalahan dalam hal ini adalah ketegangan pada sistem psychomotor.

Pemecahannya adalah dengan menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk

disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan

performansi pekerjaan, ( Tarwaka, 2004 ).

2.2. Postur Kerja

Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh saat bekerja. Sikap kerja

yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang berbeda pula. Pada saat bekerja

sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga dapat meminimalisasi

timbulnya cedera dalam bekerja. Kenyamanan tercipta apabila pekerja telah

melakukan postur kerja yang baik dan aman. Postur kerja yang baik sangat

ditentukan oleh pergerakan organ tubuh saat bekerja.

Untuk itu, perlu adanya suatu penilaian terhadap suatu postur kerja pekerja

untuk mengetahui sejauh mana postur ataupun sikap kerja pekerja mampu

mempengaruhi produktivitas dan kesehatan fisik pekerja. Penilaian terhadap

keefektifan postur kerja pekerja ini dapat dilakukan dengan berbagai metode,

yaitu:

1. Ovako Working Postures Analysis system (OWAS)

2. Rapid Upper Limb Assesment (RULA) 3. Rapid Entire Body Assesment (REBA)

(17)

2.3. Quick Exposure Check (QEC)

Quick Exposure Check (QEC) adalah suatu alat untuk penilaian terhadap

resiko kerja yang berhubungan dengan gangguan otot (work-related

musculoskeletal disorders/WMDs) di tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belakang punggung (back), bahu/lengan (shoulder/arm), pergelangan tangan (hand/wrist), dan leher (neck), ( Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).

Alat ini mempunyai fungsi utama sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi faktor resiko untuk WMDs

2. Mengevaluasi gangguan resiko untuk daerah/bagian tubuh yang berbeda-

beda.

3. Menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi

gangguan resiko yang ada.

4. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi ergonomi di tempat kerja.

5. Mendidik para pemakai tentang resiko musculoskeletal di tempat kerja. Penilaian QEC dilakukan kepada peneliti dan pekerja. Selanjutnya dengan

penjumlahan setiap skor hasil kombinasi masing-masing bagian diperoleh skor

dengan kategori level tindakan, (Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).

Exposure Level (E) dihitung berdasarkan persentase antara total skor

(18)

Dimana :

X = total skor yang diperoleh dari penilaian terhadap postur

(punggung + bahu/lengan + pergelangan tangan + leher +

vibrasi + visual + langkah + stres).

Xmax = total skor maksimum postur kerja (punggung +

bahu/lengan + pergelangan tangan + leher).

Xmax adalah konstanta untuk tipe-tipe tugas tertentu. Pemberian skor

maksimum (Xmax = 162) apabila tipe tubuh adalah statis, termasuk duduk atau

berdiri dengan/tanpa pengulangan (repetitive) yang sering dan penggunaan tenaga/beban yang relatif rendah. Untuk pemberian skor maksimum (Xmax=176)

apabila dilakukan manual handling, yaitu mengangkat, mendorong, menarik, dan membawa beban. Adapun tabel-tabel dalam penilaian postur kerja dengan

menggunakan Quick Exposure Check (QEC) dapat dilihat pada Tabel 2.1, 2.2, dan 2.3.

Tabel 2.1. Penilaian Observer QEC

(19)

Tabel 2.1. Penilaian Observer QEC ( Lanjutan )

Sumber : www. hse.gov.uk

Tabel 2.2. Penilaian Pekerja QEC

Faktor Kode 1 2 3 4

Visual E diperlukan Tidak untuk melihat Diperlukan detail

Langkah F Tidak susah Kadang- kadang susah sering Lebih

susah

Tingkat stress G Tidak ada Kecil Sedang Tinggi

Sumber : www. hse.gov.uk

Penilaian skor QEC adalah dengan cara menghubungkan penilaian

(20)

pada bagian tubuh punggung, lengan, pergelangan tangan, dan leher.

Kemudian terdapat penilaian terhadap getaran, langkah, penglihatan dan tingkat

stres, (Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).

Contoh :

Pada kuisioner QEC untuk penilaian skor pengamat diperoleh untuk postur

punggung yaitu A3 dengan kategori sangat bengkok kemudian pada penilaian

pekerja diperoleh untuk beban pengangkatan yang dilakukan secara manual

yaitu H3 dengan kategori sangat berat. Maka pada tabel isian QEC akan diperoleh

nilai 10, (Li, Guangyan dan Peter Buckle, 2005 ).

PUNGGUNG

Tabel 2.3. Nilai Level Tindakan QEC

Persentase

71-100% 124-176 4 Tindakan sekarang juga

Sumber : www. hse.gov.uk

2.3.1. Keuntungan dan Kekurangan Metode ( QEC )

(21)

juga beberapa kekurangan, yaitu ;

Keuntungan metode QEC :

1. Dapat mencakup sejumlah besar faktor fisik terhadap pekerjaan yang

memiliki resiko gangguan otot.

2. Mempertimbangkan kebutuhan dari pengguna dan dapat digunakan oleh

pengguna yang belum berpengalaman.

3. Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi dari faktor resiko terhadap

pekerjaan dengan banyak stasiun kerja.

4. Memiliki tingkat sensitifitas dan kemudahan penggunaan yang baik.

5. Memiliki tingkat reliabilitas antar dan intra peneliti yang baik.

6. Mudah dipelajari dan cepat dipahami.

Kekurangan metode QEC :

1. Metode ini hanya berfokus kepada faktor-faktor tempat kerja fisik.

2. Skor penilaian antara hipotesis dengan tingkat tindakan yang disarankan

perlu divalidasi lebih lanjut.

3. Pelatihan tambahan mungkin diperlukan untuk pengguna pemula sebagai

peningkatan penilaian reliabilitas.

2.4. Perancangan

Perancangan secara umum dapat diartikan sebagai penggambaran,

perencanaan, dan pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen

terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh dan berfungsi. Perancangan dapat

(22)

1. Design by innovation, artinya perancangan dengan menggunakan ide perusahaan sendiri.

2. Design by imitation, artinya perancangan produk yang tidak menggunakan ide perusahaan sendiri, hanya meniru produk lain.

( Kim, K.Y.,Wang,Y. dan ,Muogboh,O.S, 2004 ).

Dalam sebuah kalimat, kata "perancangan" bisa digunakan baik sebagai

kata benda. Sebagai kata kerjanya yaitu merancang, dimana memiliki arti proses

untuk membuat dan menciptakan objek baru. Perancangan digunakan untuk

menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana,

proposal, atau berbentuk objek nyata. Proses perancangan pada umumnya

memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang

biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari perancangan yang sudah ada sebelumnya, (Kim, K.Y.,Wang,Y. dan

,Muogboh,O.S, 2004).

2.4.1. Metode Perancangan Produk

Metode perancangan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar,

yaitu metode kreatif dan metode rasional, (Cross, Nigel. 1994).

a. Metode Kreatif

Metode kreatif adalah metode perancangan yang bertujuan untuk

membantu merangsang pemikiran kreatif dengan cara meningkatkan produksi

gagasan, menyisihkan hambatan mental terhadap kreativitas, atau dengan cara

(23)

ditujukan untuk merangsang cara berpikir kreatif. Cara-cara yang terdapat dalam

metode ini antara lain:

1. Brainstorming

Brainstorming adalah metode kreatif yang paling banyak dipakai. Ini adalah suatu metode untuk menghasilkan ide dalam jumlah banyak, yang sebagian

besar kemudian akan dibuang, tapi beberapa ide yang menarik akan ditindak

lanjuti. Brainstorming biasanya dilakukan dalam suatu kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 8 orang yang beraneka ragam, tidak hanya para ahli tapi juga

mereka yang mengenal masalahnya. Tiap-tiap anggota memberikan idenya,

kemudian ketua kelompok mengumpulkan semua ide untuk dievaluasi.

2. Synectics

Pemikiran yang kreatif seringkali digambarkan pada pemikiran analogis,

pada kemampuan untuk melihat persamaan atau hubungan antara topik-topik

yang jelas perbedaannya. Penggunaan pemikiran analogis yang terbentuk

pada metode perancangan kreatif disebut sebagai Synetics. Seperti

Brainstorming, Synetics adalah suatu kelompok aktivitas dimana sikap kritis sangat berperan, dan anggota kelompok berusaha untuk membangun,

mengkombinasikan dan mengembangkan ide- ide penyelesaian kreatif dalam

menyelesaikan masalah. Synetics berbeda dengan brainstorming, dimana kelompok mencoba untuk bekerja bersama untuk memperoleh solusi

permasalahan, daripada membangkitkan banyak ide, (Cross, Nigel. 1994 ).

3. Perluasan Daerah Penelitian

(24)

mengasumsikan batasan yang lebih sempit dimana solusi dilihat. Teknik-teknik

kreatif adalah bantuan untuk memperluas daerah penelitian. Beberapa teknik

kreatif untuk memperluas area penelitian adalah transformation, random input,

Why? dan counter planning, (Cross, Nigel. 1994 ). 4. Proses Kreatif

Metode di atas dipakai untuk membangkitkan ide kreatif. Selain kreatif,

ide orisinil dapat muncul secara spontan tanpa penggunaan bantuan untuk berpikir

kreatif. Proses kreatif adalah munculnya suatu ide orisinal secara tiba-tiba.

b. Metode Rasional

Metode rasional menganjurkan suatu pendekatan sistematis dalam

perancangan. Tetapi metode rasional sering memiliki tujuan yang hampir sama

dengan metode kreatif, seperti memperluas daerah pencarian untuk mendapat

solusi potensial, atau memfasilitasi kelompok kerja dan kelompok pengambil

keputusan. Jadi tidak sepenuhnya benar bahwa metode rasional merupakan lawan

atau kebalikan dari metode kreatif. Beberapa perancang mencurigai metode

rasional, mereka khawatir jika metode ini dapat mengekang kreativitas,

(Cross, Nigel. 1994).

2.5. Teori Pengambilan Data ( Populasi dan Sampel )

Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita.

banyaknya pengamatan suatu populasi disebut ukuran populasi. Seandainya ada

600 siswa disekolah itu yang akan kita golongkan menurut golongan darahnya,

(25)

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel

sendiri secara harafiah berarti contoh). Alasan perlunya pengambilan sampel

adalah sebagai berikut :

1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.

2. Lebih cepat dan lebih mudah.

3. Memberi informasi yang lebih banyak.

4. Dapat ditangani lebih teliti.

(Moh.Nazir. 1983)

Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak

mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus

valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin

diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya

orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur

sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh

dua pertimbangan:

1. Akurasi atau ketepatan yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan)

dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada

dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya bias atau

kekeliruan adalah populasi.

2. Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat

presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi

(26)

2.5.1. Rumus Pengambilan Sampel Penelitian

Pada prinsipnya penggunaan rumus penarikan sampel penelitian

digunakan untuk mempermudah teknis penelitian. Contoh misalnya, bila populasi

penelitian terbilang sangat banyak atau mencapai jumlah ribuan atau wilayah

populasi terlalu luas, maka penggunaan rumus pengambilan sample tertentu

dimaksudkan untuk memperkecil jumlah pengambilan sampel atau mempersempit

wilayah populasi agar teknis penelitian menjadi lancar dan efisien. Salah satu

metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah menggunakan

rumus Slovin (Sevilla, 1960).

Rumus Slovin

N = ukuran populasi

2

d = galat pendugaan

Sebagai contoh, Jika yang akan kita teliti itu sebanyak 20.000 orang

karyawan, Dari jumlah populasi tersebut dengan tingkat kelonggaran

(27)

Tabel 2.4. Jenis penelitian dan Ukuran Sampel Minimum

No Jenis penelitian Ukuran Sampel Minimum

1 Deskriptif 10% dari populasi

2 Korelasi 30 subjek

3 Kausal-komperatif 30 subjek per kelompok

4 Eksperiman 50 subjek per kelompok

Sumber: Sumanto (1990) dalam Wirartha (2006)

2.6. Antropometri dalam Sistem Manusia-Mesin

Jika disadari bahwa perancangan suatu produk juga dilakukan oleh

manusia, maka perancangan sistem manusia-mesin juga tidak lepas dari faktor

- faktor manusia karena sebagian dari kesalahan-kesalahan kerja yang

terjadi disebabkan oleh rancangan produk yang tidak mempunyai kompatibilitas

dengan manusia yang menanganinya. Karena itu seorang perancang produk

mempunyai peran besar dalam mengurangi risiko bahaya akibat kesalahan kerja, (

Liliana Y.P. 2007 ).

Persoalan yang muncul berkaitan dengan desain peralatan adalah berkaitan

dengan antropometri orang Indonesia adalah kompatibilitasnya dengan

antropometri tenaga kerja Indonesia. Permasalahan ini timbul karena semuanya

itu didesain bukan oleh orang Indonesia dan tidak berdasarkan pada data

antropometri tenaga kerja Indonesia, meskipun akhirnya hasil rancangan tersebut

akan dioperasikan oleh orang Indonesia. Karena itu perlu dilakukan pengukuran

data antropometri orang Indonesia untuk menjawab permasalahan yang

(28)

Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan harus

disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis

akan menimbulkan berbagai dampak negatif bagi penggunanya, (Liliana Y.P.

2007 ).

Peranan ergonomi dalam sistem kerja adalah untuk melindungi tenaga

kerja dari pengaruh negatif akibat pemakaian peralatan atau mesin yang tidak

serasi dengan gerakan kerja manusia. Dalam hal ini, ergonomi membuat peralatan

sesuai dengan pengguna sehingga memungkinkan terjadinya sikap kerja yang

alamiah pada tenaga kerja. Kondisi ini dapat mengurangi timbulnya penyakit

akibat kerja dan bahaya kecelakaan. Dengan menerapkan prinsip ergonomi di

tempat kerja dapat mengurangi beban kerja, yang artinya tenaga kerja dapat

memaksimalkan sistem kerjanya. Dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang

sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi

dengan tujuan utama menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya, ( Liliana

Y.P. 2007 ).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan pekerja

adalah dengan memperbaiki fasilitas kerja yang tidak ergonomis dalam arti desain

yang tidak sesuai dengan antropometri pengguna. Melalui data antropometri akan

didapatkan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk

yang akan dirancang sesuai dengan pekerja yang akan menggunakan produk

tersbut. Dalam hal ini, perancang produk harus mampu mengakomodasikan

(29)

rancangannya tersebut. Secara umum, sekurang-kurangnya 90%-95% dari

populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai produk haruslah mampu

menggunakan dengan selayaknya, ( Liliana Y.P. 2007 ).

2.7. Antropometri

Istilah Antropometri berasal dari kata “anthro” yang berarti manusia dan

“metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai satu studi yang

berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada umumnya

memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan lainnya.

Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara

lain dalam hal :

o Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain)

o Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan sebagainya.

o Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer. o Perancangan lingkungan kerja fisik.

( Sritomo Wignjosoebroto, 1995 ).

Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi

dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range

ukuran tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian

(adjustability) suatu produk merupakan satu prasyarat yang sangat penting dalam proses perancangan, terutama untuk produk yang berorientasi ekspor, ( Sritomo

(30)

Beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia dan

seorang perancang produk harus memperhatikan faktor tersebut, yaitu :

a. Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan

bertambah besar dengan bertambahnya umur sejak awal kelahiran sampai

dengan umur sekitar 20 tahunan.

b. Jenis kelamin (Sex) Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan ukuran tubuh wanita, kecuali untuk

beberapa ukuran tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

c. Suku/bangsa (ethnic). Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan

memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.

d. Posisi tubuh (Posture). Posisi tubuh akan mempengaruhi terhadap ukuran tubuh oleh sebab itu.

e. Jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya

persyaratan dalam seleksi karyawan/stafnya. Misalnya: buruh

dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih

besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.

Apalagi dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

f. Cacat tubuh, dimana data antropometri disini akan diperlukan untuk

perancangan produk bagi orang-orang cacat (kursi roda, kaki/tangan palsu,

dan lain-lain).

g. Tebal/tipisnya pakaian yang harus dikenakan, dimana faktor iklim yang

berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda pula dalam bentuk

(31)

akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.

h. Kehamilan (pregnancy), dimana kondisi semacam ini jelas akan

mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut

jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang

dirancang bagi segmentasi seperti ini.

2.7.1. Prinsip Dalam Penggunaan Data Antropometri

Perancangan suatu fasilitas kerja ataupun produk hendaknya

memperhatikan prinsip-prinsip perancangan yang ada, yaitu:

1. Prinsip perancangan fasilitas kerja bagi individu dengan ukuran yang

ekstrim. Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran

produksi, yaitu:

a. Bisa sesuai ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim

dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.

b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain

(mayoritas dari populasi yang ada).

( Sritomo Wignjosoebroto, 1995 ).

Untuk memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang diaplikasikan

ditetapkan dengan cara :

a. Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu rancangan

produk umumnya didasarkan pada nilai persentil terbesar seperti 90th,

95th atau 99 persentil.

(32)

nilai persentil yang paling rendah (1st, 5th, 10th persentil) dari distribusi data antropometri yang ada.

Secara umum aplikasi data antropometri untuk perancangan produk

ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5th persentil untuk dimensi

maksimum dan 95th persentil untuk dimensi minimumnya, ( Sritomo

Wignjosoebroto, 1995 ).

2. Prinsip perancangan fasilitas dengan ukuran rata-rata.

Masalah pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka

yang berada dalam ukuran rata-rata, ( Sritomo Wignjosoebroto, 1995 ).

Berdasarkan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam proses

perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa langkah-langkah

yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Anggota tubuh mana yang nantinya akan difungsikan untuk

mengoperasikan rancangan tersebut.

b. Menentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan

tersebut.

c. Menetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti, apakah rancangan

tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang

fleksibel (adjustable) atau ukuran rata-rata.

d. Pilih persentase populasi yang diikuti ; 90th, 95th, 99th atau nilai persentil yang lain yang dikehendaki.

e. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya, tetapkan

(33)

data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila diperlukan.

3. Prinsip perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan.

Beberapa bagian tertentu dari peralatan atau fasilitas dapat dirancang

sehingga alat dapat disesuaikan dengan individu pemakainya. Biasanya mencakup

persentil 5 wanita sampai persentil 95 pria dari karakteristik yang relevan.

(34)

Tabel 2.5. Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk

No. Nama Dimensi

1 Tinggi tubuh posisi berdiri tegak 2 Tinggi mata posisi berdiri tegak 3 Tinggi bahu posisi berdiri tegak

4 Tinggi siku posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)

5 Tinggi kepalan tangan yang berjulur lepas posisi berdiri tegak 6 Tinggi tubuh posisi duduk

7 Tinggi mata posisi duduk 8 Tinggi bahu posisi duduk 9 Tinggi siku posisi duduk 10 Tebal atau lebar paha

11 Panjang paha diukur dari pantat sampai ujung lutut

12 Panjang paha diukur dari pantat sampai bagian belakang dari lutut/betis 13 Tinggi lutut diukur baik dalam posisi berdiri maupun duduk

14 Tinggi tubuh posisi duduk yang diukur dari lantai sampai paha 15 Lebar dari bahu

16 Lebar pinggul/pantat

17 Lebar dari dada (tidak tampak dalam gambar) 18 Lebar perut

19 Panjang siku diukur dari siku sampai ujung jari dalam posisi siku tegak Lurus 20 Lebar kepala

21 Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai ujung jari 22 Lebar telapak tangan

23 Lebar tangan posisi tangan terbentang lebar ke samping kiri-kanan 24 Tinggi jangkauan tangan posisi berdiri tegak, diukur dari lantai sampai

dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas

25 Tinggi jangkauan tangan posisi duduk tegak (tidak ditunjukkan dalam gambar) 26 Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan, diukur dari bahu sampai ujung jari tangan Sritomo Wignjosoebroto, 1995

2.7.2. Dimensi Antropometri

Dimensi anthropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu.

Data ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang

akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan

(35)

1. Posisi Duduk Samping

a. Tinggi Duduk Tegak (TDT), cara pengukuran yaitu dengan mengukur

jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung atas

kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan

dan lutut membentuk sudut siku-siku.

b. Tinggi Bahu Duduk (TDT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung tulang bahu yang

menonjol pada saat subjek duduk tegak.

c. Tinggi Mata Duduk (TMD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung mata bagian

dalam. Subjek duduk tegak dan memandang lurus ke depan.

d. Tinggi Siku Duduk (TSD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan.

Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan

lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.

e. Tebal Paha (TP), cara pengukuran yaitu mengukur sybjek duduk

tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk samping ke permukaan

atas paha.

f. Tinggi Popliteal (TPO), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal

dari lantai sampai bagian bawah paha.

g. pinggul Popliteal (PP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk

tegak dan ukur jarak horizontal dari bagian terluar pinggul sampai

(36)

membentuk sudut siku-siku.

h. Pinggul Ke Lutut (PKL), cara pengukuran yaitu mengukur subjek

duduk dan ukur horisontal dari bagian terluar pinggul sampai ke lutut.

Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

2. Posisi Berdiri.

a. Tinggi Siku Berdiri (TSB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari lantai ke titik pertemuan antara lengan atas dan lengan

bawah. Subjek berdiri tegak dengan kedua tangan tergantung secara

wajar.

b. Panjang Lengan Bawah (PLB), cara pengukuran yaitu mengukur

subjek berdiri tegak dan tangan di samping, ukur jarak dari siku sampai

pergelangan tangan.

c. Tinggi Mata Berdiri (TMB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari lantai sampai ujung mata bagian dalam (dekat pangkal

hidung). Subjek berdiri tegak dan memandang lurus ke depan.

d. Tinggi Badan Tegak (TBT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal telapak kaki sampai ujung kepala yang paling atas, sementara

subjek berdiri tegak dengan mata memandang lurus ke depan

e. Tinggi Bahu Berdiri (TBB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

vertikal dari lantai sampai bahu yang menonjol pada saat subjek berdiri

tegak

f. Tebal Badan (TB), cara pengukuran yaitu mengukur berdiri tegak dan

(37)

horisontal.

3. Posisi Berdiri Dengan Tangan Kedepan.

a. Jangkauan Tangan (JT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

horisontal dari punggung samping ujung jari tengah dan subjek berdiri

tegak dengan betis, pantat dan punggung merapat ke dinding, tangan

direntangkan secara horisontal ke depan.

4. Posisi Duduk Menghadap Kedepan

a. Lebar Pinggul (LP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk

tegak dan ukur jarakhorisontal dari bagaian terluar pinggul sisi kiri

samping bagian terluar pinggul sisi kanan

b. Lebar Bahu (LB), cara pengukuran yaitu mengukur jarak horisontal

antara kedua lengan atas dan subjek duduk tegak dengan lengan atas

merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.

5. Posisi Berdiri Dengan Kedua Lengan Direntangkan.

a. Rentangan Tangan (RT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak

horisontal dari ujung jari terpanjang tangan kiri samping ujung jari

terpanjang tangan kanan. Subjek berdiri tegak dan kedua tangan

direntangkan horisontal ke samping sejauh mungkin.

2.7.3. Rumus Pengujian Data Antropometri

Ada beberapa rumus pengujian data antrapometri diantaranya adalah :

1. Uji Keseragaman Data

(38)

data. Dari uji keseragaman data dapat diketahui apakah data berasal dari satu

populasi yang sama. Uji keseragaman data dilakukan melalui tahap-tahap

perhitungan yaitu:

a. Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan :

n X

X

i ……….( 2. 1 )

Dimana ;

X = Nilai rata - rata

i

X = Nilai data

n = Jumlah data

b. Menghitung standar deviasi (SD), dengan:

Untuk sampel :

1

)

(

2

n

X

X

i

………..( 2.2 )

Dimana:

 = Standar deviasi:

X = Nilai rata - rata

i

X = Nilai data

n = Jumlah data

c. Nilai Maksimum dan Minimum

Nilai maksimum merupakan nilai yang paling besar diantara data yang

(39)

nilainya. Nilai minimum merupakan nilai yang paling kecil diantara data yang

diperoleh. Untuk mendapatkan nilai minimum juga sama dengan nilai maksimum.

d. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah

(BKB) dengan rumus:

k X

BKA  dan BKB X k

………..(2.3)

Jika X min > BKB dan Xmaks < BKA maka Data Seragam

Jika X min < BKB dan Xmaks > BKA maka Data Tidak Seragam

Dimana ;

 = Standar deviasi:

X = Nilai rata - rata

k = Harga indek tingkat kepercayaan, yaitu :

Tingkat kepercayaan 0% - 68% harga k adalah 1

Tingkat kepercayaan 68% - 95% harga k adalah 2

Tingkat kepercayaan 95% - 100% harga k adalah 3

2. Uji Kecukupan Data

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data anthropometri yang telah

diperoleh dari pengukuran sudah mencukupi atau belum. Uji ini dipengaruhi

oleh:

a. Tingkat Ketelitian (dalam persen), yaitu penyimpangan maksimum dari

hasil pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.

b. Tingkat Keyakinan (dalam persen), yaitu besarnya keyakinan/besarnya

probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak dalam tingkat

(40)

Rumus uji kecukupan data:

………( 2.4 )

Dimana:

N’ = jumlah pengukuran yang seharusnya dilakukan

N = jumlah pengukuran yang sudah dilakukan

S = Tingkat ketelitian

Dengan ketentuan :

Jika N’ < N, maka data pengamatan cukup

Jika N’ > N, maka data pengamatan kurang, dan perlu tambahan data.

Nilai S untuk ketelitian tertentu ditunjukan pada tabel 2.7. berikut :

Tabel 2.6. Tingkat Ketelitian

Tingkat ketelitian Nilai

5% 0,05

10% 0,1

Sumber : Winjosoebroto, S. 1995.

2.7.4. Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data Antropometri

Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai

(41)

persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau

lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95% populasi adalah sama dengan atau

lebih rendah dari 95 persentil. 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih

rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel teori

probabilitas distribusi normal. Adapun gambar kurva distribusi normal dan tabel

perhitungan persentil dapat dilihat pada Gambar 2.10, ( Poerwanto, 2008 ).

Gambar 2.2. Kurva DistribusiNormal.

Adapun pemakaian nilai-nilai percentiles yang umum diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri dalam tabel 2.6. berikut:

(42)

2.7.5. Uji Kenormalan Data dengan Komlogorov Smirnov Test

Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku. Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah

0,05 berarti terdapat perbedaan yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05

maka tidak terjadi perbedaan yang signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov

Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di bawah 0,05 berarti data yang akan diuji

mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data

tersebut tidak normal.

Pada dasarnya uji normalitas merupakan perbandingan antara data yang kita

miliki dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang

sama dengan data kita. Data yang mempunyai distribusi yang normal merupakan

salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak mempunyai distribusi normal tentu saja analisisnya menggunakan non parametric-test.

Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi

normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score

dan diasumsikan normal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang

akan diuji dengan data normal baku artinya data yang kita uji normal tidak

berbeda dengan normal baku, ( Andi, S. 2008 ).

Adapun yang diperbandingkan dalam suatu uji Kolmogorov-Smirnov

adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil pengamatan dengan distribusi frekuensi

(43)

Langkah- langkah yang diperlukan dalam pengujian ini adalah:

1. Susun data dari hasil pengamatan mulai dari nilai pengamatan

terkecil sampai nilai pengamatan terakhir.

2. Kemudian susunlah distribusi frekuensi kumulatif relatif dari nilai

pengamatan tersebut, dan notasikanlah dengan Fa (X).

3. Hitunglah nilai Z dengan rumus :

 X

Xi

Z   ……….( 2.5 )

Dimana :

Z = satuan baku pada distribusi normal

Xi = data ke-i

X = nilai rata-rata

σ = standar deviasi

4. Hitung distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan area kurva

normal) dan notasikan dengan Fe (X).

5. Hitung selisih antara Fa (X) dengan Fe (X).

6. Statistik uji Kolmogorov-Smirnov ialah selisih absolut terbesar Fs(xi) dan

Ft(xi) yang juga disebut deviasi maksimum D, ditulis sebagai berikut :

) ( )

( i t i

s x F x

F

D  maks = 1,2,3,….N……….( 2.6 )

7. Bandingkan nilai D yang diperoleh dengan Dα, maka kriteria

pengambilan keputusannya adalah:

(44)

2.8. Peta - Peta Kerja

Peta kerja atau sering disebut peta proses (process chart) merupakan alat komunikasi yang sistematis dan logis guna menganalisa proses kerja dari tahap

awal sampai akhir. Melalui peta proses ini dapat diperoleh informasi-informasi

yang diperlukan untuk memperbaiki metoda kerja, antara lain:

1. Benda kerja, berupa gambar kerja, jumlah, spesifikasi material, dimensi

ukuran pekerjaan, dan lain-lain.

2. Macam proses yang dilakukan, jenis dan spesifikasi mesin, peralatan

produksi, dan lain-lain.

3. Waktu operasi untuk setiap proses atau elemen kegiatan di samping total

waktu penyelesaiannya.

4. Kapasitas mesin ataupun kapasitas kerja lainnya yang dipergunakan.

Lewat peta-peta ini dapat dilihat semua langkah atau kejadian yang

dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik hingga sampai

akhirnya produk jadi dan siap dipasarkan. Apabila dilakukan studi yang seksama

terhadap suatu peta kerja, maka pekerjaan dalam usaha memperbaiki metode kerja

dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan. Perbaikan yang

mungkin dilakukan antara lain dapat menghilangkan operasi-operasi yang tidak

perlu, ( Sritomo, 1995 )

2.8.1. Lambang-Lambang yang Digunakan

(45)

lambang seperti pada Tabel 2.9. Selain lima lambang standar, terdapat juga

lambang aktivitas gabungan yang digunakan untuk mencatat kegiatan yang

memang terjadi selama proses berlangsung.

Tabel 2.8. Lambang-Lambang yang Digunakan

No. Lambang Arti Contoh

1. Lingkaran Operasi, benda kerja mengalami

perubahan sifat atau bentuk, baik fisik maupun kimiawi.

2. Segiempat Pemeriksaan, terjadi apabila

benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas.

Panah Transportasi, terjadi bila benda kerja, pekerja atau perlengkapan mengalami perpindahan tempat dan bukan bagian dari proses operasi. bubut ke mesin frais.

4. Huruf D Menunggu, terjadi apabila benda

kerja, pekerja atau perlengkapan tidak mengalami kegiatan

apa-5. Segitiga Penyimpanan, terjadi apabila

benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama.

Dokumen-dokumen apabila antara aktivitas dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja.

Perakitan benda kerja.

(46)

2.8.2. Macam-Macam Peta Kerja

Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada sekarang bisa dibagi dalam dua

kelompok besar berdasarkan kegiatannya, yaitu:

1. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja

keseluruhan.

2. Peta-peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja

setempat.

Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan

tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk

membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan

kerja setempat, apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang

biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Hubungan

antara kedua macam kegiatan di atas akan terlihat bila untuk menyelesaikan suatu

produk diperlukan beberapa stasiun kerja, dimana satu sama lainnya saling

berhubungan, ( sultalaksana, I. Z, 2006 )

Hasil perbaikan keadaan sekarang dinyatakan dalam peta-peta kerja yang

menggambarkan cara yang diusulkan. Bila dibuat flowchart dari langkah-langkah untuk melakukan perbaikan kerja, masing-masing peta kerja yang termasuk dalam

kedua kelompok di atas, antara lain:

1. Peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan.

Yang termasuk peta kerja keseluruhan yaitu :

(47)

c. Peta Proses Perakitan (Assembly Process Chart) d. Peta Proses Kelompok Kerja (Gang Process Chart)

e. Diagram Aliran (Flow Diagram)

2. Peta-peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja setempat.

Yang termasuk peta kerja setempat yaitu :

a. Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart)

b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

( sultalaksana, I. Z, 2006 )

(48)

47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini metodologi penelitian digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah pemecahan masalah. Tahapan-tahapan di dalam suatu penelitian, pengerjaannya harus dilakukan dengan cermat, kritis dan sistematis.

Hasil dari suatu tahapan merupakan masukan bagi tahapan selanjutnya, dan menguraikan sistem penelitian secara rinci dan tepat sasaran. Melakukan pengumpulan data baik melalui buku-buku maupun melalui studi pengamatan, melakukan sistem berdasarkan data untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan metode yang di ambil dalam penelitian ini, sampai dengan menarik kesimpulan dari permasalahan yang di teliti.

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk dalam metode penelitian deskriptif

(Deskriptif Research).

(49)

Dalam penelitian ini akan dilakukan indentifikasi ergonomi yang mengasilkan penilaian cara kerja apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi atau belum. Metode yang digunakan adalah Quich Exposure Checklist (QEC).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sejak di keluarkanya SK pembimbing (TGA), dan direncanakan berakhir pada bulan September 2014. Secara kesrluruhan, waktu penelitian dapat dilihat tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel. 3.1 Pelaksanaan Rencana Penelitian

Kegiatan

Indentifikasi dan Perumusan

Masalah Diskusi Ide Proposal Studi Pengamatan dan

Literatur Pembuatan Proposal Konsultasi Proposal Penyebaran Kuesioner Pengumpulan Data Primer dan

Skunder

(50)

Pembuatan kue karah merupakan perusahaan industri kecil makanan tradisional Aceh, kususnya di Aceh Barat dengan melihat kondisi postur kerja yang di alami oleh operator pembuat kue karah apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi.

3.4. Identifikasi Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Independen

Variabel independen yang berpengaruh terhadap perancangan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Postur kerja

kerja aktual akan dinilai untuk menilai postur kerja yang dapat menimbulkan resiko cedera otot setelah itu akan dijadikan pertimbangan untuk memberikan usulan perancangan fasilitas baru yang sesuai dengan pola kerja operator yang lebih aman dan nyaman sehingga dapat meminimalkan resiko cedera otot.

2. Antropometri tubuh operator

Pengukuran data antropometri tubuh operator pembuat kue karah digunakan untuk mendapatkan dimensi dari bagian tubuh operator yang akan dijadikan dasar perancangan fasilitas kerja yang baru agar terjadi kesesuaian fasilitas kerja dengan dimensi tubuh operator pembuat kue karah.

3.4.2. Variabel Dependen

(51)

kerja yang sesuai dengan pola pembuatan kue karah dan sesuai dengan dimensi tubuh operator, diharapkan akan meminimalkan resiko cedera otot operator.

3.4.3. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu rancangan pikiran dalam melakukan penelitian yang teratur dan terarah. Kerangka konseptual menguraikan konsep berpikir sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah dengan bentuk diagram, yang memperhatikan hubungan antarvariabel keputusan untuk dapat dianalisis, ( Haryoko, Sapto, 2008 ).

Adapun kerangka konseptual untuk rancangan penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.1 sebagai berikut :

(52)

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan antara lain adalah: 1. Tabel postur kerja QEC untuk penilaian postur kerja operator.

2. Kamera handphone ASIAFONE digital 1600X1200 Optical Aspheric Lens

2 Megapixel.

3. Meteran siku, untuk menentukan batas titik pengukuran dimensi tubuh. 4. Meteran saku, untuk pengukuran dimensi tubuk secara vertikal dan

horizoltal ( tegak lurus ).

5. Meteran kain, untuk pengukuran dimensi lengkuk tubuh.

6. Stopwatch, Digunakan untuk mengambil data waktu siklus pembuatan kue

karah

3.6. Pengolahan Data

Data yang diperoleh berasal dari pengrajin kue tradisional yaitu pada proses pembuatan kue karah secara manual dan tradisional. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data, untuk dapat di gunakan dalam penelitian, di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Data postur kerja operator, data ini dikumpulkan melalui pengamatan langsung di lapangan dengan mengambil sampel operator yang bekerja pada bagian pembuat kue karah dengan menggunakan daftar tabel isian postur kerja dengan metode QEC.

(53)

bantu kerja, dengan alat ukur meter dengan sampel operator yang bekerja di bagian pembuatan kue karah, yang meliputi data antropometri : uji keseragaman data, uji kecukupan data dan uji kenormalan data

3.7. Analisis dan Pemecahan Masalah

Analisis dan pemecahan masalah yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Analisis kondisi kerja aktual dengan cara melakukan analisis hasil postur kerja dengan metode QEC.

2. Perancangan fasilitas mesin kerja usulan. Dalam melakukan perancangan mesin kerja secara semi otomatis, yang menjadi pertimbangannya adalah dimensi dan bentuk yang ergonomi yang sama dengan pola kerja pembuatan kue karah dan sesuai dimensi operator.

3.7.1. Tahapan Pengolahan Data

(54)
(55)

3.7.2. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan rumus Slovin.

Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat memiliki beberapa Desa di antaranya adalah Meureubo, Bakti Jaya, Balee, Bulo, Gunong Kleng, Langung, Mesjid Tuha, Pasi Aceh Baro, Pasi Aceh Tunong, Pasi Mesjid, Paya baro Ranto Panyang, Paya Peunaga, Peunaga Cut Ujung, Peunaga Pasi, Peunaga Rayeuk, Pucok Reudeup, Pulo Reungoh Ranto Panyang, Ranto Panyang Barat, Ranto Panyang Timur, Ranub Dong, Reudeup, Sumber Batu, Ujung Tanjong, Ujong Tanoh Darat, Ujong Drei.

Dari desa-desa tersebut terdapat beberapa usaha pengrajin kue tradisional (Kue Karah) yang aktif dan terdaftar di “ DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH ” di antaranya adalah desa Meureubo, Langung, Ujung Drien, Ujung Tanjung, Peunaga, jumlah populasi pengrajin kue tradisional (kue karah) di Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, terlihat pada tabel 3.2 dibawah ini.

Tabel 3.2. Data Pengrajin Kue tradisional (Kue Karah) Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

No Nama Desa Populasi Sampel

1 Meureubo 6 5 2 Langung 74 18 3 Ujung Drien 7 5 4 Ujung Tanjung 1 1 5 Peunaga 2 1

Total 90 30

Sumber : hasil pengolahan data

(56)

Contoh pengambilan data sampel desa langung dengan rumus slovin pada tingkat kelonggaran ketelian 20%.

Rumus Slovin :  N

 

d 21

N n

= n

 

3.96 18,7 18sampel 74

1 2 2 . 0 74

74

 

3.7.3. Proses Produksi Pembuatan Kue Karah Aktual

Pada proses produksi pembuatan kue karah yang secara manual atau tradisional memiliki berbagai tahapan produksi, berikut adalah Flow Process

Chart pembuatan kue karah aktual.

(57)

3.7.4. Perhitungan Produksi Kue Tradisional (Kue Karah)

Proses produksi pembuatan kue karah di lakukan selama 4-5 jam kerja dengan produksi 3 menit perunit produksi, berikut perhitungan produksi pembuatan kue karah yang di lakukan selama 4 jam kerja.

Produksi produk per/jam unit

menit

menit 30

2

60

Proses produksi produk kue karah selama 4 jam kerja

Produksi produk selama 4 jam kerja = 30 Unit X 4 Jam kerja = 120 Unit produksi

3.7.5. Pemecahan Masalah

Hasil dari analisis yang telah dilakukan, selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan memberikan solusi atau pemecahan masalah yang berguna untuk mengatasi permasalahan yang ada sehingga dapat terelalisasi dengan semestinya.

3.7.6. Kesimpulan dan Saran

(58)

3.7.7. Gambaran Kegiatan Pembuatan Kue Karah

Pengambilan Adonan Ke Gudang Penyimpanan Cetakan

Mengambil Alat Cetakan

Mengetuk Alat Cetakan Dengan Alat Bantu

(59)

Gambaran Kegiatan Pembuatan Kue Karah (Lanjutan )

Melipat dan Membentuk Kue Dengan Alat Bantu

Mengangkat dan Meniriskan kue Ke Wadah Penirisan

Meniriskan kue

(60)

59

4.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang di lakukan pada penelitian ini merupakan data

primer dengan melalui pengisian penyebaran kuisioner pengamatan postur kerja

dengan QEC, pengukuran data antropometri dengan alat ukur meter, observasi

dan wawancara terhadap operator pada stasiun pembuatan kue karah dan juga di

lengkapi dengan data skunder, yaitu, data rekapitulasi kesehatan masyarakat yang

ada di puskesmaes Meureubo, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat,

pada lampiran A, dan data populasi pengrajin kue tradisional (kue karah) yang

terdapat di kantor dinas koperasi industri kecil dan menengah perindustrian dan

perdagangan Kabupaten Aceh Barat, pada lampiran B.

4.1.1. Elemen Kegiatan Pada Kondisi Aktual

Elemen kerja pada kondisi aktual pembuatan kue karah memiliki beberapa

jenis kegiatan yanag terdiri dari beberapa t ahapan proses pembuatan kue

karah, diantaranya adalah proses pengambilan adonan ke gudang penyimpanan

cetakan, mengambil alat cetakan, mengetuk alat cetakan dengan alat bantu,

meletakan alat cetakan kewadah penampungan adanan, melipat dan membentuk

kue dengan alat bantu, mengangkat dan meniriskan kue ke wadah penirisan,

meniriskan kue ke wadah penirisan dan penyimpanan, kegiatan tahapan-tahapan

(61)

Gambar 4.1. Blok Diagram Proses Pembuatan Kue Karah

Dari beberapa proses kerja pembuatan kue karah ini yang di lakukan

secara manual dan tradisional terlihat postur kerja yang tidak ergonomi, maka dari

itu akan dilakukan pengamatan dari postur kerja terhadap operator dengan metode

QEC untuk menilai level tindakan yang dilakukan oleh operator.

Untuk membuktikan adanya resiko kerja yang tidak ergonomi, maka

dilakukan penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC. Penilaian

(62)

dapat menyebabakan munculnya resiko akibat kerja, hasil data dari kenyebaran

kuesionerQuick Exposure Check (QEC) dapat di lihat pada lampiran C.

4.1.2. Data Antropometri

Dalam perancangan mesin pembuat kue karah secara ergonomi, dibutuhkan

beberapa dimensi tubuh operator agar dapat disesuaikan dengan dimensi mesin

kue karah yang akan dirancang. Sehingga pada saat akan melakukan proses

produksi pembuatan kue karah dengan menggunakan mesin ini, tidak

menyebabkan resiko keluhan sakit otot, pengukuran dimensi tubuh dilakuakan

dengan alat ukur meter, pemilihan dimensi bagian tubuh yang akan diukur

ditentukan berdasarkan rancangan mesin yang akan dirancang untuk mendapatkan

postur kerja yang ergonomis serta aman dan nyaman.

Adapun dimensi antropometri yang diukur yaitu :

a. Tinggi Mata Berdiri (TMB) digunakan untuk menentukan tinggi batang

besi mesin.

b. Jangkauan Tangan (JT) digunakan untuk menentukan jarak jangkauan

tangan operator terhadap kontrol panel mesin.

c. Diameter Genggaman Tangan (DGT) digunakan untuk gengaman tangan

batang engkol besi dudukan mesin dan dudukan alas kompor.

Data dimensi tubuh yang diperlukan dalam perancangan mesin pembuat

(63)

Tabel 4.1. Data Antropometri 30 Operator Pembuat Kue Karah

Sumber : Hasil Dari Pengukuran Dimensi Tubuh 30 Operator

Data dimensi tubuh yang telah ada selanjutnya akan diolah dengan

melakukan beberapa pengujian yang terdiri dari uji keseragaman data, uji

kecukupan data dan uji kenormalan data, dimensi tubuh operator pembuat kue

(64)

4.2. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian ini adalah pengolahan yang berkaitan

untuk merancang mesin pembuat kue tradisional (kue karah) secara ergonomi.

Berikut akan diuraikan secara lengkap pengolahan data dari tugas akhir ini.

4.2.1. Pengolahan Data Postur Kerja Dengan Metode QEC

Kegiatan kerja menunjukkan operator sedang pengambilan adonan ke gudang

penyimpanan cetakan secara manual dan tradisional. Gambaran kerja aktual pada

proses produksi pembuatan kue karah dapat di lihat pada gambar 4.2. di bawah

ini.

1. Pengambilan Adonan Ke Gudang Penyimpanan Cetakan

Gambar 4.2. Pengambilan Adonan Ke Gudang Penyimpanan Cetakan

Kuisioner QEC oleh pengamat dan pekerja pada kegiatan pengambilan

adonan ke gudang penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 4.2, dan penilaian skor

Gambar

Tabel 2.1. Penilaian Observer QEC
Tabel 2.2. Penilaian Pekerja QEC
Gambar 2.1. Pengukuran Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi  Duduk
Tabel 2.5. Antropometri Posisi Berdiri dan Posisi Duduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hal tersebut dapat dikatakan pembagian hasil usaha dan bentuk tanggung jawab atas kerugian yang timbul di BMT dapat dikatakan telah ada kesesuaian dengan PSAK 105 paragraf 10

Akan tetapi, mereka juga menyoroti perihal pembangunan kelompok dan menilai sendiri kinerja kelompok, dan merekomendasikan penggunaan penilaian tim ketimbang

Dalam analisis skenario terlihat bahwa pada proyek tahun 2008-2013 jika dibandingkan pada saat keadaan normal, kenaikan dan penurunan 10% pada masing – masing variabel yang

Kuliah Kerja Media memberikan kesempatan untuk penulis merasakan dunia kerja di perusahaan media yang sesungguhnya dan mengetahui proses produksi program video

Sampel penelitian yang digunakan adalah purposive sampling, dengan populasi 14 saham LQ-45 Periode Pebruari 2012-Januari 2015 dengan teknik analisis yang digunakan yaitu

&#34;mam As-ya&lt;i menyatakan sekiranya masjid tersebut mampu menampung seluruh penduduk di daerah tersebut, maka mereka tidak perlu lagi pergi ke tanah lapang (untuk

Bahkan yang menarik, dalam kasus pernikahan yang melalui proses perjodo- han (pemaksaan) oleh keluarga, salah satu informan perempuan menyatakan tetap berusaha menjadi istri

Total estimasi waktu tempuh hasil pengolahan network analyst dari kesembilan rute tersebut adalah 13,07 menit dengan total jarak sepanjang 8,254 km, sedangkan waktu