• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

A. Dasar Pembentukan Organisasi

Pembentukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur merupakan unsur pelaksana urusan Pemerintahan di bidang peternakan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Kalimantan Timur melalui Sekretaris Daerah. Dasar pembentukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 04 Tahun 2003 tentang Perangkat Daerah Provinsi Kalimantan Timur yang diperkuat dengan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 08 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas–Dinas Daerah Provinsi Kalimantan Timur dan kemudian ditetapkan kembali melalui Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 45 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Kalimantan Timur. Keberadaan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur sebagai unsur pelaksana teknis penyelenggaraan pemerintahan daerah, diharapkan dapat membantu Gubernur membawa Kaltim melakukan pembangunan di subsektor peternakan dalam rangka mendorong pembangunan daerah yang berkesinambungan.

B. Aspek Strategis Organisasi

Sebagai bagian dari pembangunan sektor pertanian dan pembangunan wilayah, maka pembangunan peternakan dalam meningkatkan produksinya akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang meliputi lingkungan strategis wilayah dan nasional; lingkungan global dan regional; dan lingkungan strategis politik dan ekonomi sebagai berikut :

1. Lingkungan Strategis Global dan Regional tidak akan terlepas dari aturan-aturan

perdagangan bebas, terkait dengan diberlakukannya Technical Barrier On Trade,

Sanitary Phytosanitary dan liberalisasi dalam perdagangan dan jasa.

2. Lingkungan Strategis Wilayah dan Nasional, meliputi :

a. Seiringnya jumlah penduduk yang terus meningkat tidak terlepas dari

kebutuhan bahan pangan yang berkualitas.

b. Terjadinya proses transformasi struktural perekonomian yang berdampak

pada menurunnya pangsa pasar dari sektor pertanian, sementara tenaga kerja masih bertumpu di sektor pertanian.

(2)

2

c. Selain itu terjadinya konversi lahan pertanian sehingga petani peternak gurem

meningkat dan produktivitas pertanian menurun. Sementara pemanfaatan lahan di Wilayah Kalimantan Timur masih belum optimal.

3. Lingkungan Strategis Politik dan Ekonomi, yang akan berhadapan dengan

pergeseran fungsi dan peran pemerintah termasuk berlakunya Undang-undang dan peraturan tentang pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

C. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 45 Tahun 2008, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :

Tugas Pokok :

Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang peternakan dan kesehatan hewan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Adapun wewenang Pemerintah Provinsi Bidang Peternakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom adalah sebagai berikut:

(1). Penetapan standar pelayanan minimal dalam bidang peternakan yang wajib

dilaksanakan oleh kabupaten/kota

(2). Penetapan standar pembibitan/perbenihan peternakan

(3). Penetapan standar teknis minimal Rumah Potong Hewan, Rumah Sakit

Hewan dan Satuan Pelayanan Peternakan Terpadu

(4). Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia aparat

peternakan teknis fungsional, keterampilan dan diklat kejuruan tingkat menengah

(5). Promosi ekspor komoditas peternakan unggulan daerah propinsi

(6). Penyediaan dukungan kerjasama antara kabupaten/kota dalam bidang

peternakan

(7). Pengaturan dan pelaksanaan penanggulangan wabah hama dan penyakit

menular di bidang peternakan lintas kabupaten/kota

(8). Pengaturan penggunaan bibit unggul peternakan

(9). Penetapan kawasan peternakan terpadu berdasarkan kesepakatan dengan

kabupaten/kota

(3)

3

(11). Penyediaan dukungan pengendalian eradikasi penyakit di bidang peternakan

(12). Pemantauan, peramalan dan pengendalian serta penanggulangan eksplosi

penyakit di bidang peternakan

Fungsi :

Dalam menjalankan tugas pokok tersebut, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 45 tahun 2008 tersebut, mempunyai fungsi :

(1). Perumusan kebijaksanaan teknis bidang peternakan sesuai dengan rencana

strategis yang ditetapkan Pemerintah Daerah;

(2). Perencanaan, pembinaan dan pengendalian di bidang peternakan;

(3). Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

peternakan;

(4). Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

perbibitan dan budidaya peternakan;

(5). Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

pengembangan kawasan dan usaha peternakan;

(6). Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan kesehatan

hewan;

(7). Perumusan, perencanaan, pembinaan dan pengendalian kebijakan teknis

pasca panen dan kesehatan masyarakat veteriner;

(8). Penyelenggaraan urusan kesekretariatan;

(9). Pelaksanaan pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas;

(10). Pembinaan kelompok jabatan fungsional;

(11). Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugas

dan fungsinya. D. Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Provinsi Kalimantan Timur dan Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 45 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Kalimantan Timur, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dibantu oleh :

1. Sekretariat Dinas

2. Bidang Perbibitan dan Budidaya

3. Bidang Kesehatan Hewan

4. Bidang Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan

(4)

4 Secara rinci struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada lampiran 1.

E. Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan kegiatan organisasi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur per Desember 2014 memiliki sumber daya manusia aparatur secara keseluruhan termasuk pada UPTD sebanyak 198 orang yang terdiri dari 28 orang pejabat struktural, 110 orang pejabat non struktural dan 88 orang tenaga honorer. Komposisi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan maupun wilayah kerja dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan Esselon dan Jenis Kelamin Tahun 2014

No. Uraian Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Eselon II 1 - 1 2 Eselon III 4 3 7 3 Eselon IV 9 12 21 4 Non Esselon 44 38 82 5 CPNS J U M L A H 58 53 110 6 Tenaga Honor 66 22 88 TOTAL 124 75 198

Tabel 2. Rekapitulasi Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan Pendidikan Tahun 2014

No. Uraian Pegawai

PNS CPNS HONOR Jumlah 1. Strata 3 1 - - 1 2. Strata 2 18 - - 18 3. Strata 1 42 - 21 63 4. Sarjana Muda/Diploma III 1 - 4 5 5. SLTA 41 - 49 90 5. SLTP 6 - 5 11 6. SD 1 - 7 8

7. Tidak ada ijazah - - 2 2

(5)

5

Tabel 3. Rekapitulasi Pegawai Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur

Berdasarkan Golongan Tahun 2014

No. Golongan Ruang Jumlah

a b c d A Dinas Peternakan 1. Golongan IV 8 5 1 - 14 2. Golongan III 6 25 3 11 45 3. Golongan II 1 11 1 1 14 4. Golongan I - - - 2 2 5. Honorer - - - - 34 Jumlah 109

B UPTD Laboratorium Keswan

1. Golongan IV - 2 - - 2 2. Golongan III - 2 2 2 6 3. Golongan II - 2 - 1 3 4. Golongan I - - - - 5. Honorer - - - - 9 Jumlah 20

C. UPTD Balai Pembibitan dan

Inseminasi Buatan 1. Golongan IV 1 1 - - 2 2. Golongan III - 2 1 1 4 3. Golongan II - 12 - 1 13 4. Golongan I - - 2 3 5 5. Honorer - - - - 45 Jumlah 69 TOTAL 16 62 10 22 198

(6)

6

F. Sarana dan Prasarana Kantor

Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya didukung oleh sarana dan prasarana, antara lain :

1. Gedung kantor induk terdiri dari kantor dan klinik hewan dengan beberapa

prasarana seperti : website, papan pengumuman, leaflet, wireless/hotspot serta mobil dinas.

2. Laboratorim di UPTD Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesmavet terdiri dari

kantor dan laboratorium dengan beberapa prasarana seperti peralatan dan perlengkapan kantor dan laboratorium serta kendaraan untuk operasional.

3. Perkandangan di UPTD Balai Pembibitan dan Inseminasi Buatan, terdiri dari kantor

dan Laboratorium IB dengan beberapa prasarana seperti peralatan dan perlengkapan kantor; peralatan laboratorium; serta sarana mobilitas/kendaraan untuk operasional.

1.2. Landasan Hukum

Landasan hukum dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

1. TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang

Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

2. INPRES Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (AKIP).

3. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah.

4. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003

tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

1.3. Maksud Dan Tujuan

Maksud penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah

mewujudkan terselenggaranya good government yang merupakan kewajiban instansi

pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan visi dan misi organisasi.

Adapun tujuan penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah sebagai berikut:

(7)

7

1. Mewujudkan Akuntabilitas Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan

Timur kepada Gubernur sebagai pihak yang memberikan mandat/amanah.

2. Mewujudkan kredibiltas Kepala Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur

dalam upaya meningkatkan kepercayaan masyarakat

3. Mengetahui dan menilai keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab.

4. Meningkatkan perencanaan baik perencanaan program, kegiatan maupun

perencanaan penggunaan sumber daya manusia dan organisasi.

5. Merupakan umpan balik bagi peningkatan kinerja pemerintah.

6. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat berjalan secara

efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya.

1.4. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 adalah sebagai berikut :

Bab I – Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang (pembentukan organisasi, aspek organisasi,tugas dan fungsi, struktur organisasi, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kantor), landasan hukum, maksud dan tujuan serta sistematika penyajian;

Bab II – Perencanaan dan Penetapan Kinerja, menjelaskan secara ringkas dokumen perencanaan yang menjadi dasar pelaksanan program, kegiatan dan anggaran Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur meliputi Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2009-2013 dan Penetapan Kinerja Tahun 2012. Bab III – Akuntabilitas Kinerja Tahun 2012, menjelaskan evaluasi dan analisis pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dikaitkan dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis untuk Tahun 2012. Bab IV – Penutup, menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi perbaikan kinerja di masa datang.

(8)

8

BAB II

PERENCANAAN STRATEGIS

A. Rencana Strategis

Perencanaan strategis merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul. Proses ini menghasilkan suatu rencana strategi instansi pemerintah, yang setidaknya memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategis, kebijakan, dan program serta ukuran keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaannya.

Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis lokal, nasional dan global, dan tetap berada dalam tatanan Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan pendekatan perencanaan strategisnya yang jelas dan sinergis, instansi pemerintah lebih dapat menyelaraskan visi dan misinya dengan potensi, peluang, dan kendala yang dihadapi dalam upaya peningkatan akuntabilitas kinerjanya.

Rencana strategis Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur mencakup visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan dalam rangka mencapai sasaran sesuai dengan program dan indikator keberhasilan pencapaian kinerja.

1. Visi

Dalam mewujudkan pembangunan subsektor peternakan, visi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur adalah :

”Terwujudnya Agribisnis Peternakan yang Berdaya Saing Menuju Dua Juta Ekor

Sapi”.

2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi, misi yang harus dilaksanakan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur yaitu :

(9)

9

 Meningkatkan penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah

lingkungan.

 Meningkatkan usaha pengelolaan hasil peternakan dalam rangka penyediaan

pangan asal hewan yang Aman, Sehat, Utuh dan halal (ASUH).

3. Tujuan

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan meletakan kerangka prioritas untuk memfokuskan arah semua program dan kegiatan dalam pelaksanaan misi. Dalam 2013-2018 yang akan datang diarahkan pada pencapaian tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal

ternak (daging dan telur).

2. Meningkatkan efesiensi budidaya peternakan dan kelestarian lingkungan.

3. Meningkatnya jaminan keamanan pangan produk peternakan.

4. Sasaran

Sasaran Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur diarahkan dalam rangka meningkatkan produksi dan ekspor hasil peternakan, pemberdayaan petani dan peternak, peningkatan ketahanan pangan asal ternak dan pengembangan peternakan berwawasan agribisnis serta pencapaian kecukupan daging tahun 2014.

Tabel 4. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Dinas Peternakan Provinsi

Kalimantan Timur

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

1 Tujuan 1 :

Meningkatkan pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur).

Sasaran strategis 1 :

Meningkatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur)

Persentase Ketersediaan Lokal:

- Daging (%)

- Telur (%) 2 Tujuan 2 :

(10)

10

No Sasaran Indikator Kinerja Utama

Sasaran Strategis 2 :

Meningkatkan peran teknologi peternakan tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam terbarukan

1. Jumlah Masyarakat yang

memanfaatkan biogas (KK) 2. Jumlah Kebuntingan Hasil IB

3. Jumlah Peternak yang memanfaatkan teknologi pakan

3 Tujuan 3 :

Meningkatkan Jaminan Keamanan Pangan Produk Peternakan

Sasaran Strategis 3 :

Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan daging

Kasus Pemalsuan Daging

5. Indikator Kinerja

Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, maka setiap instansi pemerintah perlu

menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). IKU (Key Performance Indicator) adalah

ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi.

Indikator Kinerja Utama (IKU) Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2013 -2018 adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Indikator Kinerja Utama Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018

No Sasaran Indikator Alasan Sumber Data

A. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur)

- Persentase ketersediaan local daging dan telur

- Populasi ternak di Kalimantan Timur masih rendah

- Produksi daging dan telur masih rendah

- Tingginya kasus kejadian penyakit jembrana - Tingginya gangguan reproduksi ternak Renstra, Statistik Peternakan

(11)

11

No Sasaran Indikator Alasan Sumber Data

sapi/kerbau

- Tingginya penyakit parasite (cacingan)

- Tingginya Kasus Al

- Pemanfaatan lahan eks tambang belum optimal

- Jumlah keluarga miskin yang belum memelihara ternak B Meningkatnya Penerapan teknologi peternakan tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya terbarukan - Jumlah masyarakat yang memanfaatkan biogas - Meningkatkan jumlah kebuntingan hasil IB - Jumlah peternak yang memanfaatkan teknologi pakan - Penggunaan energi alternatif meningkat - Perbaikan mutu genetik ternak sapi

- Perbaikan pakan berkualitas Laporan tahunan dan LAKIP c. Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan daging - Kasus pemalsuan daging - Masih terbatasnya usaha pengelolaan hasil peternakan karena keterbatasan bahan baku dan keterampilan pelaku usaha. Masih banyak kasus pemalsuan daging yang terjadi di Kalimantan Timur

Laporan tahunan dan LAKIP

Indikator Kinerja Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur yang mendukung visi, misi, tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018 adalah sebagai berikut:

Misi I : Meningkatkan produksi daging untuk memenuhi konsumsi masyarakat Tujuan 1 : Meningkatkan populasi dan produktivitas ternak

Sasaran 1 : Meningkatnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap produk pangan asal ternak (daging dan telur)

(12)

12 Indikator Kinerja SKPD yang mengacu pada sasaran tersebut, yaitu:

Tabel 6. Persentase Ketersediaan Lokal Daging dan Telur (dalam %)

Misi II : Meningkatkan penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah lingkungan

Tujuan 2: Meningkatkan efisiensi budidaya peternakan dan kelestarian lingkungan

Sasaran 2: Meningkatnya penerapan teknologi peternakan tepat guna dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam terbarukan

Indikator kinerja SKPD yang mengacu pada sasaran tersebut, yaitu:

Tabel 7. Jumlah Masyarakat yang Memanfaatkan Biogas (KK), Jumlah Kebutuhan Hasil IB (ekor) dan Jumlah Peternak yang Memanfaatkan Teknologi Pakan (KK)

Misi III: Meningkatkan Usaha pengelolaan hasil peternakan dalam rangka penyediaan pangan asal hewaan yang Aman, Sehat, Utuh, dan Halal (ASUH)

(13)

13 Sasaran 3 : Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan

daging

Indikator kinerja SKPD yang mengacu pada sasaran tersebut, yaitu Tabel 8. Kasus Pemalsuan Daging (Kasus)

6. Strategi

Strategi adalah cara dan teknik mencapai tujuan yang akan digunakan acuan dalam penetapan kebijakan, program dan kegiatan. Untuk meraih visi dan melaksanakan misi tersebut sebagaimana dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kalimantan Timur, maka arah strategi Dinas Peternakan Kalimantan Timur dalam membangunan peternakan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan produktivitas ternak

2. Pengembangan peternakan dengan pendekatan kawasan dan komoditas unggulan,

melalui pemanfaatan lahan secara optimal dengan pola simbiosis mutualisme antara ternak dengan tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman kehutanan dan eks tambang

3. Peningkatan pengamatan, penyidikan, pencegahan dan pengendalian penyakit

hewan menular strategis

4. Peningkatan peran swasta dalam usaha pembibitan ternak khususnya sapi dan

kambing

5. Penerapan teknologi peternakan tepat guna yang ramah lingkungan

6. Peningkatan Sumber Daya Manusia peternak dan pelaku usaha untuk menghasilkan

produk peternakan yang berdaya saing

7. Kebijakan

Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mencapai tujuan. Untuk meraih visi dan melaksanakan misi tersebut sebagaimana

(14)

14 dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Kalimantan Timur, maka arah kebijakan Dinas Peternakan Kalimantan Timur dalam membangunan peternakan adalah sebagai berikut:

Arah kebijakan Dinas Peternakan Peternakan Kalimantan Timur dalam membangun peternakan adalah sebagai berikut:

1. Penurunan Resiko inbreeding melalui Intensifikasi Kawin Alam (INKA)

2. Peningkatan angka kelahiran, memperpendek jarak kelahiran (calving interval)

dan peningkatan bobot lahir.

3. Pengembangan komponen agribisnis Peternakan

4. Pengembangan pola integrasi sapi dengan tanaman

5. Pengembangan kawasan peternakan

6. Penguatan prasarana dan sarana pelayanan kesehatan hewan (Puskeswan dan

Check Point)

7. Peningkatan pelayanan kesehatan hewan melalui pengobatan, depopulasi,

biosecurity dan vaksinasi

8. Akreditasi laboratium terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan

9. Peningkatan investasi, industrialisasi peternakan dan peran swasta melalui

pemanfaatan dana corporate social responsibility (CSR), kredit ternak sejahtera

(KTS) dan sumber pembiayaan lainnya.

10. Pemanfaatan kotoran ternak sebagai bahan baku biogas melalui pengembangan

desa mandiri energi

11. Pemanfaatan pupuk organik yang ramah lingkungan

12. Pengembangan teknologi pakan ternak dan pengawasan mutu pakan ternak

13. Perbaikan mutu genetik sumber daya genetik ternak asli Kalimantan Timur (Rusa

Sambar, Kerbau Kalimantan Timur dan Ayam Nunukan)

14. Peningkatan kualitas bibit ternak melalui teknologi Inseminasi Buatan (IB)

15. Penguatan prasarana dan sarana Inseminasi Buatan (IB)

16. Peningkatan penerapan teknik budidaya ternak yang baik (Good Farming

Practicel)

17. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia peternak dan pelaku usaha

peternakan

18. Perbaikan standarisasi produk peternakan peternakan dan sistem pendukung

peternakan

19. Peningkatan prasarana dan sarana peternakan, baik sarana produksi, pengolahan

dan pemasaran sehingga memenuhi kebutuhan lokal

20. Akreditasi laboratorium terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan masyarakat

veteriner

21. Peningkatan penerapan Public Awareness Kesejahteraan hewan) melalui sosialisasi

(15)

15

8. Program dan kegiatan

A. Program

Program merupakan instrument kebijakan yang berisi kegiatan-kegiatan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Program disusun dalam kerangka strategis nasional dan merupakan salah satu elemen dalam pencapaian rencana pembangunan nasional. Program harus dapat menggambarkan kontribusi dari pelaksanaan pemerintahan dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional.

Program pembangunan peternakan adalah program strategis yang diharapkan dapat mewujudkan visi dan misi pembangunan Provinsi Kalimantan Timur khususnya pembangunan peternakan selama 5 tahun ke depan yang disesuaikan dengan urusan sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dalam menjalankan tugas dan fungsi Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur diimplementasikan ke dalam 2 (dua) kelompok program, yaitu program yang menunjang pembangunan peternakan dan program utama yang mendukung penyelenggaraan pembangunan peternakan dan bersentuhan langsung dengan masyarakat.

Program dan kegiatan tersebut sebagaimana dalam uraian berikut ini.

1. Program Pelayanan Administratif

a. Pelayanan Administrasi Perkantoran

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

d. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

e. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah

f. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan.

2. Program Pembangunan Peternakan

a. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

b. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

c. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

d. Pragram Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan

e. Program Pengembangan Kawasan Peternakan

(16)

16

B. Kegiatan

Kegiatan merupakan sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya yang ditujukan untuk mencapai sasaran program. Berdasarkan pada misi, tujuam dan sasaran serta program yang dilaksanakan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018. Kegiatan dapat dikelompokan dalam 2 (dua) kelompok kegiatan yaitu:

I. KEGIATAN PRIORITAS

Kegiatan ini meliputi:

1. Program Peningktan Produksi Hasil Peternakan, meliputi kegiatan:

1.1 Pengembangan Pembibitan dan Budidaya

2. Program Pengembangan Kawasan dan Usaha Peternakan, meliputi kegiatan:

2.1 Pengembangan kawasan dan sapi potong dan komoditas unggulan

3. Program Penanggulangan Kemiskinan Bidang Peternakan, meliputi kegiatan:

3.1 Pelatihan Keterampilan Pengembangan Budidaya Ternak

4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan

4.1 Pengembangan pemasaran hasil produksi

5. Program Peningkatan Pemasaran Teknologi Peternakan, meliputi kegiatan:

5.1 Pengembangan teknologi peternakan tepat guna

II KEGIATAN PENDUKUNG

Kegiatan ini meliputi

1. Kegiatan yang terkait dengan pelayanan administrasi

a. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran, meliputi kegiatan:

(1). Penyediaan jasa surat menyurat

(2). Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik (3). Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor

(4). Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/operasional

(5). Penyediaan jasa kebersihan kantor

(6). Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja (7). Penyediaan jasa alat tulis kantor

(8). Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

(9). Penyediaan komponen instalasi listrik/ penerangan bangunan kantor

(10). Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan (11). Penyediaan makanan dan minuman

(17)

17 (13). Rapat-rapat koordinasi, pembinaan dan pengawasan ke dalam

daerah

(14). Penyediaan jasa tenaga tertentu

b. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, meliputi

Kegiatan:

(1). Pengadaan kendaraan dinas/operasional (2). Pengadaan perlengkapan gedung kantor (3). Pengadaan peralatan gedung kantor (4). Pengadaan mebeleur

(5). Pengadaan perlatan dan perlengkapan Rumah Tangga (6). Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor

(7). Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional (8). Rehabilitas sedang/berat gedung kantor

c. Program Peningkatan Disiplin Aparatur, meliputi Kegiatan:

(1). Pengadaan pakaian dinas beserta kelengkapannya (2). Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu

d. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur, meliputi

Kegiatan:

(1). Pendidikan dan Pelatihan formal

e. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah, meliputi Kegiatan:

(1). Penyususnan informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (2). Peningkatan Manajemen Pengelolaan Keuangan Daerah

f. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan, meliputi Kegiatan:

(1). Penyusunan Kebijakan Program dan Monitoring Evaluasi

2. Kegiatan yang terkait dengan Pembangunan:

a. Program penunjang

1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

meliputi Kegiatan:

(1.1) Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak

(18)

18

2. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan, meliputi

kegiatan:

(2.1) Pembibitan dan perawatan ternak (2.2) Pengembangan Agribisnis Peternakan

Selain itu, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur juga mendapatkan dana yang bersumber dari APBN adalah sebagai berikut :

a. Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat

Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat meliputi kegiatan sebagai berikut :

1. Peningkatan Produksi Ternak

2. Peningkatan Produksi Pakan Ternak

3. Pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan

Penyakit Zoonosis

4. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Benih dan Bibit

5. Penjaminan Produk Hewan Yang ASUH dan Berdaya Saing

6. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Peternakan dan

Keswan

b. Program Nilai Tambah, Daya Saing, Mutu, Pemasaran Hasil dan Investasi Pertanian

Program Nilai Tambah, Daya Saing, Mutu, Pemasaran Hasil dan Investasi Pertanian meliputi masing – masing kegiatan sebagai berikut :

1. Pengembangan Mutu dan Standardisasi Pertanian,

2. Pengembangan Pasar Domestik

3. Pengembangan Usaha dan Inventasi,

4. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian,

5. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian

c. Program penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian meliputi :

1. Pengelolaan Air Irigasi Untuk Pertanian

2. Perluasan Areal dan Pengelolaan Lahan Pertanian

3. Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat Mesin Pertanian

4. Layanan Perkantoran

5. Fasilitasi Pupuk dan Pestisida

6. Pelayanan Pembiayaan Pertanian dan Pengembangan Usaha Agribisnis

(19)

19

B. Penetapan Kinerja Tahun 2014

Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis, yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah melalui berbagai kegiatan tahunan. Dalam rangka peningkatan akuntabilitas kinerja instansi, Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur telah menyusun Penetapan Kinerja Tahun 2014 sebagai tolok ukur keberhasilan organisasi dan menjadi dasar penilaian dalam evaluasi akuntabilitas kinerja. Penetapan Kinerja Tahun 2014 Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur dapat dilihat pada Tabel berikut:

(20)

20

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Pengukuran Capaian Kinerja

Pengukuran Capaian Kinerja Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2014 secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.

(21)

21 Tabel 11. Capaian Kinerja Berdasakan IKU Provinsi Tahun 2014

(22)

22

B. Analisis Capaian Kinerja

Analisis capaian kinerja terkait dengan pencapaian realisasi, kemajuan dan kendala yang dijumpai atau sebab-sebab tidak tercapainya kinerja dalam rangka pencapaian misi yang sudah direncanakan sebagaimana ditetapkan dalam perencanaan strategis. Pencapaian sasaran strategis pada tahun 2014 merupakan hasil pencapaian kinerja yang telah dicapai oleh Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur selama tahun 2014 adalah sebagai berikut :

B.1. Capaian Kinerja Tujuan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014

Capaian Tujuan 1 : Meningkatkan Populasi dan Produktivitas Ternak

Tabel 13. Capaian kinerja tujuan 1 (satu)

Analisis atas capaian indikator kinerja pada tujuan I (satu) adalah sebagai berikut :

Populasi Ternak

Populasi Ternak dari 10 komoditi adalah sebagai berikut:

1) Populasi Ternak Sapi Potong

Target populasi ternak Sapi Potong pada tahun 2014 sebesar 178.580 ekor dengan realisasi mencapai 101.743 ekor atau dengan capaian sebesar 56,97%. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tidak tercapai disebabkan karena pengadaan sapi tahun 2014 masih kurang untuk mencapai target, kematian ternak sapi 1,36% (1.289 ekor), pengeluaran sapi 25,59% atau 24.337 ekor serta pemotongan sapi di Kaltim sebesar 58,66% atau sebanyak 55.781 ekor yang banyak diambil dari sapi yang ada pada peternak di Kaltim, sedangkan tingkat kelahiran dan pemasukan sapi belum sebanding dengan tingkat pemotongan yang ada. Pada tahun 2013 populasi sapi mencapai 95.085 ekor. Hal ini terlihat adanya peningkatan populasi dari tahun 2013 sebanyak 6.658 ekor atau sebesar 7,0% disebabkan karena angka kelahiran ternak 14,59% atau sebanyak 13.870 ekor kelahiran dan pemasukan sapi potong ke Kaltim sebesar 74.195 ekor atau sekitar 78,03%. Selain itu, adanya dukungan anggaran

(23)

23 melalui pengadaan ternak sapi yang bersumber dana APBD sebesar 2.551 ekor dan dana APBN sebesar 977 ekor. Perhitungan data populasi ternak Sapi selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak sapi potong dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 14. Populasi Sapi Potong di Provinsi Kaltim (Ekor)

Target populasi sapi potong pada akhir periode Renstra tahun 2018 adalah 1.827.482 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 5,57% sehingga masih diperlukan populasi sapi potong sebanyak 1.725.739 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ternak sapi antara lain penambahan populasi sapi melalui pengadaan sapi indukan dan sapi bibit yang bersumber dana APBD maupun APBN, melakukan kegiatan gertak birahi dan Inseminasi Buatan (IB), peningkatan kualitas manajemen peternakan di bagi para peternak, pengendalian pemotongan betina produktif, penanganan gangguan reproduksi dan Helminthiasis (penyakit cacingan), peningkatan peran swasta untuk pengembangan usaha peternakan sapi serta keterlibatan pihak perbankan seperti Bank Kaltim dan BRI dalam pemanfaatan sumber pembiayaan/permodalan yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah.

2) Populasi Ternak Sapi Perah

Target populasi ternak Sapi Perah pada tahun 2014 sebesar 49 ekor dengan realisasi mencapai 77 ekor atau dengan capaian sebesar 157,14%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 48 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan

(24)

24 terdapat kenaikan populasi sapi perah sebesar 60,42% atau sebanyak 29 ekor. Adanya pertambahan populasi disebabkan karena angka kelahiran ternak sapi perah 20,83% atau sebanyak 10 ekor kelahiran dan pemasukan sapi perah ke Kaltim sebesar 23 ekor atau sekitar 47,92% dari luar provinsi Kaltim Data populasi sapi perah dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Populasi Sapi Perah di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi sapi perah pada target akhir Renstra tahun 2018 adalah 53 ekor, namun realisasi tahun 2014 sudah melebihi target yaitu sebanyak 77 ekor atau ada kenaikan populasi sebesar 145,28%. Ini berarti target populasi sapi perah tercapai di akhir periode Renstra tahun 2018. Hal ini didukung adanya pemasukkan ternak sapi perah dan kelahiran yang cukup tinggi selain itu tidak adanya pemotongan sapi perah dan tingkat kematian yang rendah yaitu 4.17% atau 2 ekor tahun 2014.

3) Populasi Ternak Kerbau

Target populasi ternak kerbau pada tahun 2014 sebesar 5.623 ekor dengan realisasi mencapai 5.908 ekor atau dengan capaian sebesar 105,07%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 5.513 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan terdapat kenaikan capaian populasi kerbau terhadap realisasi tahun 2013 sebesar 7,16% atau sejumlah 395 ekor. Adanya pertambahan populasi disebabkan karena angka kelahiran ternak 13,75% atau sebanyak 758 ekor kelahiran dan pemasukan kerbau ke Kaltim sebesar 8% atau sejumlah 441 ekor. Selain itu adanya dukungan dana APBN melalui pengadaan ternak kerbau sebanyak 22 ekor di Kutai Kartanegara. Perhitungan data populasi ternak kerbau selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan

(25)

25 pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak kerbau dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 16. Populasi Kerbau di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi kerbau pada akhir periode Renstra tahun 2018 adalah 6.087 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 97,06% sehingga masih diperlukan populasi kerbau sebanyak 179 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ternak kerbau antara lain dengan mengupayakan penyelamatan populasi dan pengembangan ternak kerbau yang dilakukan melalui berbagai macam program dan usaha dari berbagai pihak antara lain pemberdayaan kelompok ternak dan Intensifikasi Kawin Alam (INKA) serta dukungan anggaran baik dari Pemerintah Daerah maupun Pusat melalui pengadaan ternak kerbau.

4) Populasi Ternak Kambing

Target populasi ternak kambing pada tahun 2014 sebesar 51.073 ekor dengan realisasi mencapai 55.259 ekor atau dengan capaian sebesar 108,20%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 50.072 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan terdapat kenaikan capaian populasi kambing terhadap realisasi tahun 2013 sebesar 10,36% atau sejumlah 5.187 ekor. Adanya pertambahan populasi disebabkan karena angka kelahiran ternak 24,36% atau sebanyak 12.199 ekor kelahiran dan pemasukan kambing ke Kaltim sebesar 74,52% atau sejumlah 37.313 ekor. Perhitungan data populasi ternak kambing selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian

(26)

26 dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak kambing dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 17. Populasi Kambing di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi kambing pada akhir periode Renstra tahun 2018 adalah 55.284 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 99,95% sehingga masih diperlukan populasi kambing sebanyak 25 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi kambing antara lain melalui penyebaran ternak kambing dengan dukungan dana APBD dan APBN, meningkatkan kemampuan peternak di bidang budidaya ternak kambing serta dengan menambah sentra-sentra sumber bibit ternak kambing di wilayah Kalimantan Timur.

5) Populasi Ternak Domba

Target populasi ternak domba pada tahun 2014 sebesar 231 ekor dengan realisasi mencapai 239 ekor atau dengan capaian sebesar 103,46%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 229 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan terdapat peningkatan populasi domba terhadap realisasi tahun 2013 sebesar 4,37 % atau naik sejumlah 10 ekor disebabkan karena angka kelahiran ternak 15,28% atau 35 ekor kelahiran dan pemotongan domba yang tinggi yaitu sebesar 62,88% atau sejumlah 144 ekor. Upaya-upaya yang sudah dilakukan adalah dengan meningkatkan pengetahuan, minat dan motivasi peternak untuk budidaya domba di Kalimantan Timur. Perhitungan data populasi ternak domba selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak domba dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

(27)

27 Tabel 18. Data Populasi Domba di Provinsi Kaltim (ekor)

Kendala pengembangan domba di lokasi sapi bali adalah adanya penyakit MCF (Malignant Catharralis Fever). Sapi Bali sangat peka terhadap terhadap infeksi virus MCF. Penyakit ini tidak menular dari sapi ke sapi, tetapi virus penyebabnya ditularkan dari domba (biri-biri) yang bertindak sebagai pembawa virus, tanpa menderita sakit. Gejala sebelum kematian tidak tampak sama sekali. Yang dapat dilakukan cukup sederhana yaitu sapi Bali jangan digabungkan dengan domba dalam satu kawasan. Domba dan kambing yang bersifat pembawa harus dipisahkan dari sapi terutama selama periode melahirkan. Sampai saat ini belum tersedia vaksin yang dapat mencegah penyakit ini namun secara eksperimental sapi dapat menunjukan proteksinya dari inokulasi yang diberikan.

Target populasi domba pada akhir periode Renstra tahun 2018 adalah 241 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 99,17% sehingga masih diperlukan populasi domba sebanyak 2 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi domba antara lain melalui penyebaran ternak domba dengan dukungan dana APBD dan APBN serta peningkatan pengetahuan dan kemampuan peternak di bidang budidaya ternak domba yang dapat mendukung peningkatan populasi, produksi dan produktivitas ternak domba, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan peternak.

6) Populasi Ternak Babi

Target populasi ternak babi pada tahun 2014 sebesar 62.708 ekor dengan realisasi mencapai 64.214 ekor atau dengan capaian sebesar 102,40%. Sedangkan realisasi

(28)

28 tahun 2013 mencapai 61.478 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan adanya kenaikan populasi ternak babi sebesar 4,45% atau sebanyak 2.736 ekor disebabkan karena angka kelahiran ternak babi 35,89% atau sebanyak 22.062 ekor kelahiran dan pemasukan domba ke Kaltim sebesar 9,97% atau sejumlah 6.130 ekor. Perhitungan data populasi ternak kerbau selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak babi dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 19. Data Populasi Babi di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi babi pada akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 67.877ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 94,60% sehingga masih diperlukan populasi babi sebanyak 3.663 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ternak babi antara lain melalui penyebaran ternak babi ke kabupaten/kota dengan dukungan dana APBD dan APBN. Selain itu, ketersediaan bibit yang memadai baik kualitas maupun kuantitas untuk meningkatkan produksi dan produktivitas bibit babi, meningkatkan kemampuan para peternak dalam manajemen peternakan babi dan mempertahankan serta menambah sentra/kawasan sumber bibit babi juga dapat dilakukan.

7) Populasi Ayam Buras

Target populasi ternak ayam buras pada tahun 2014 sebesar 5.729.013 ekor dengan realisasi mencapai 4.287.075 ekor atau dengan capaian sebesar 74,83%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 5.616.679 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tidak tercapai dan adanya penurunan populasi ayam buras sebesar 23,67%

(29)

29 atau sebanyak 1.329.604 ekor. Adanya penurunan populasi ayam buras disebabkan karena : 1) pemotongan ayam buras cukup tinggi yaitu sebesar 70,17% atau sejumlah 3.941.086 ekor; 2) angka kematian sebesar 22,95% atau sebanyak 1.288.957 ekor; serta 3) pengeluaran sebesar 19,59% atau 1.100.158 ekor. Perhitungan data populasi ternak ayam buras selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak ayam buras dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 20. Data Populasi Ayam Buras di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi ayam buras pada akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 6.201.267 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 69,13% sehingga masih diperlukan populasi ayam buras sebanyak 1.914.192 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ayam buras antara lain meningkatan kualitas para peternak dengan cara memberikan pelatihan dalam hal managemen peternakan DOC ayam buras ke provinsi Kaltim, peningkatan kualitas peternakan sehingga kematian ternak dapat ditekan.

8) Populasi Ayam Petelur

Target populasi ternak ayam petelur pada tahun 2014 sebesar 1.219.658 ekor dengan realisasi mencapai 686.278 ekor atau dengan capaian sebesar 56,27%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 1.195.743 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tidak tercapai dan adanya penurunan populasi ayam petelur sebesar 42.61% atau sebanyak 509.465 ekor. Adanya penurunan populasi disebabkan karena

(30)

30 total afkir ayam petelur sejumlah 896.334 ekor dengan jumlah yang keluar kaltim 530.000 ekor dan jumlah yang dipotong 266.334 ekor serta kematian 4,38% atau sebanyak 52.339 ekor. Untuk itu, upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk mencapai target 2014 adalah dengan meningkatkan minat investor di bidang usaha peternakan ayam petelur di Kalimantan Timur, salah satunya dengan cara meningkatkan minat dari konsumen untuk mengkonsumsi telur sehingga permintaan untuk telur semakin tinggi. Perhitungan data populasi ternak ayam petelur selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kematian dan

revolving ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak ayam petelur dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 21. Data populasi ayam petelur di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi ayam petelur pada akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 1.320.197 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 51,98% sehingga masih diperlukan populasi ayam petelur sebanyak 633.919 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ayam petelur dengan mempermudah perizinan bagi investor untuk berinvestasi di usaha peternakan ayam petelur di Kalimantan Timur.

9) Populasi Ayam Broiler

Target populasi ternak ayam broiler pada tahun 2014 sebesar 44.678.797 ekor dengan realisasi mencapai 46.553.307 ekor atau dengan capaian sebesar 104,20%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 43.802.742 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan adanya peningkatan populasi ayam broiler disebabkan karena

(31)

31 46.553.307 ekor naik 2.750.565 ekor (6,28%). Pemenuhan DOC ini berasal dari produksi DOC lokal Breeding Farm 20.167.167 ekor (3%) dan luar Katim 10.394.472 ekor (41,3%). Perhitungan data populasi ternak ayam broiler selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter jumlah broiler yang dipelihara dalam kurun waktu 1 tahun. Data populasi ternak ayam broiler dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Data populasi ayam broiler di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi ayam broiler pada akhir periode Renstra tahun 2018 sebesar 48.361.767 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 92,17% sehingga masih diperlukan populasi ayam broiler sebanyak 3.786.042 ekor untuk mencapai target di akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan populasi ayam broiler adalah penurunan kematian, penambahan produksi Breeding Farm yang sejauh ini telah produksi di Sepaku, Kabupaten Penajam paser Utara, memperkuat regulasi usaha peternakan broiler dan meningkatkan pengawasan serta pembinaan terhadap usaha kemitraan yang ada.

10) Populasi Itik

Target populasi ternak itik pada tahun 2014 sebesar 154.638 ekor dengan realisasi mencapai 198.371 ekor atau dengan capaian sebesar 128,28%. Sedangkan realisasi tahun 2013 mencapai 153.107 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan adanya kenaikan populasi itik sebesar 29,56% atau sebanyak 45.264 ekor. Adanya kenaikan populasi disebabkan karena adanya peningkatan permintaan akan daging itik yang pada akhirnya berdampak pada pemasukan itik yang cukup besar sebesar 116,09% (172.280 ekor) dan angka kelahiran sebesar 43,82% (65.024

(32)

32 ekor). Langkah-langkah yang sudah dilakukan untuk mencapai target tahun 2014 melalui pembinaan, monitoring dan evaluasi kegiatan dan peningkatan skala usaha peternakan itik. Perhitungan data populasi ternak itik selama ini berdasarkan laporan dari petugas lapangan dan diverifikasi dengan penggunaan parameter kelahiran, kematian dan pemotongan ternak untuk masing-masing jenis ternak. Data populasi ternak itik dari kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 23. Data populasi itik di Provinsi Kaltim (ekor)

Target populasi itik pada target akhir Renstra tahun 2018 adalah 160.917 ekor, namun realisasi tahun 2014 sudah melebihi target sebanyak 217.968 ekor atau sudah mencapai sebesar 135,45% terhadap target akhir Renstra tahun 2018. Ini berarti target populasi itik tercapai di akhir periode Renstra tahun 2018. Hal ini didukung adanya pemasukkan ternak itik dan kelahiran yang cukup tinggi.

(33)

33

Capaian Tujuan 2 : Meningkatkan Efisiensi Budidaya Peternakan dan Kelestarian Lingkungan

Tabel 24. Capaian kinerja tujuan 2 (dua)

1. Jumlah kawasan mandiri energi yang berbahan dasar kotoran ternak

Sasaran utama kawasan mandiri energi yang berbasis biogas adalah sebagai berikut :

1) Desa Miskin, Desa Daerah Tertinggal, Desa Transmigrasi, Desa Pesisir, Desa Pulau

Kecil dan Desa Daerah Perbatasan.

2) Ketergantungan masyarakat desa tertinggal terhadap bahan bakar minyak yang

harganya cenderung terus meningkat.

3) Wilayah-wilayah padat ternak (populasi ternaknya cukup banyak).

4) Wilayah yang masih belum/kurang dijangkau listrik milik Negara.

Pengembangan ternak terdapat di pedesaan karena lahan masih luas untuk mengembangkan ternak-ternaknya maka perlu adanya penerapan teknologi tepat guna yang berbasis pada sektor peternakan.

Saat ini terdapat 2 lokasi kawasan mandiri energi yaitu 1) Kawasan Mandiri Energi Paser Belengkong, 2) Kawasan Mandiri Energi Long Mesangat. Target kawasan mandiri energi yang berbahan dasar kotoran ternak tahun 2014 ada 2 (dua) kawasan dan terealisasi sebanyak 2 (dua) kawasan atau dengan capaian sebesar 100%. Kawasan mandiri energi yang terealisasi pada tahun 2014 yaitu 1) Kecamatan Paser Belengkong meliputi desa Sulliliran Baru, Suatang dan Suatang Baru dan 2) Kecamatan Long Mesangat meliputi desa sumber agung dan mukti utama. Kawasan ini disebut kawasan mandiri energi karena :

(34)

34

(1). Populasi ternak sapi cukup tingi di Paser Belengkong dengan sistem

pemeliharaan intensif – semi intensif. Berdasarkan populasi sapi di Paser Belengkong tahun 2014 ada 2.892 ekor dengan jumlah ternak sapi di desa sulliliran baru 493 ekor, desa suatang 1.082 ekor dan desa suatang baru 485 ekor. Selain itu jumlah biogas yang tersebar di Paser Belengkong lebih dari 30 unit yaitu 37 unit.

(2). Rata-rata keluarga miskin banyak di Long Mesangat, akses transportasi masih

sulit terjangkau, PLN sepenuhnya belum masuk Long Mesangat, BBM masih sulit didapat serta harganya yang lumayan mahal. Berdasarkan populasi sapi potong tahun 2014 di Long Mesangat berjumlah 1.452 ekor dengan jumlah sapi di desa sumber agung 249 EKOR dan desa mukti utama 83 ekor. Jumlah biogas di Long Mesangat lebih dari 30 unit yaitu 35 unit.

Grafik 1. Jumlah Biogas di Paser (unit) 9

37 4

8 28

Long Ikis Paser Belengkong Batu Engau Tanah Grogot Muara Komam

35

5

Long Mesangat Muara Ancalong

(35)

35 Dari grafik 1 terlihat jumlah biogas di Paser yang paling banyak ada di Kecamatan Paser Belengkong sebanyak 37 unit tersebar di Desa Suliliran 2 unit, Desa Suliliran Baru 18 unit, Desa Suatang Baru 15 unit dan Desa Suatang 5 unit. Pada grafik 2 menunjukkan bahwa jumlah biogas di Kutai Timur banyak terdapat di Long Mesangat yang tersebar di Desa Sumber Agung 25 unit dan Desa Mukti Utama 10 unit.

Pada tahun 2013 belum ditetapkan kawasan mandiri energi karena pembangunannya tidak pada satu desa, melainkan tersebar di beberapa kecamatan, hal ini dilakukan sebagai tindakan sosialisasi pengembangan teknologi tepat guna yang berbasis pada sektor peternakan agar masyarakat mengenal dan melihat secara langsung manfaat dari kegiatan ini sehingga masyarakat terutama petani/peternak

mau memelihara ternaknya dengan pola intensif - semi intensif agar kegiatan ini

dapat berjalan.

Langkah-langkah yang sudah dilakukan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk mencapai target tahun 2014 antara lain Penyediaan Komponen yang diperlukan untuk Pemanfaatan KOHE (kotoran hewan) sebagai Sumber Energi sebanyak 105 unit. Target jumlah kawasan mandiri energi di akhir periode Renstra tahun 2018 ada 10 kawasan, namun realisasi tahun 2014 terhadap akhir periode Renstra baru mencapai 20% atau jumlah kawasan mandiri energi sampai dengan tahun 2014 baru mencapai 2 kawasan. Sehingga masih diperlukan 8 kawasan untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018 adalah melalui Penyediaan instalasi yang diperlukan untuk Pemanfaatan Kotoran Hewan sebagai sumber energi sebanyak 480 unit. Pendistribusian komponennya (biogas) harus dalam satu tempat (kawasan), dan difokuskan pada daerah padat ternak (sapi/kerbau) yang dipelihara

secara Intensif-Semi Intensif dengan kepemilikan ternak minimal 3-4 ekor untuk

ternak sapi.

2. Jumlah kelahiran hasil IB

Jumlah kelahiran hasil IB merupakan jumlah anak yang lahir dari jumlah induk yang diinseminasi (apakah pada inseminasi pertama atau kedua dan seterusnya). Target jumlah kelahiran IB pada tahun 2014 adalah 2.300 ekor dengan pelaporan di akhir tahun 2014 telah terealisasi kelahiran hasil IB sebanyak 731 ekor atau dengan capaian sebesar 31,78%, sedangkan jumlah kebuntingan hasil IB adalah sebesar 1.649 ekor. Berarti ada 731 ekor sapi betina bunting yang sudah melahirkan di tahun 2014 dan sisa induk bunting yang belum melahirkan diharapkan dapat lahir

(36)

36 Grafik 3. Akseptor, Semen Beku, Kebuntingan dan Kelahiran Hasil IB

semua atau minimal sebesar 80% dapat lahir di tahun 2015. Realisasi kelahiran hasil IB pada tahun 2013 mencapai 2.246 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 belum tercapai dan adanya penurunan jumlah kelahiran IB sebesar 67,45% atau sebanyak 1.515 ekor mengingat usia kebuntingan sapi rata-rata selama 9 bulan 10 hari dan pelaporannya baru dapat dilihat/dibaca pada tahun 2015. Umumnya ternak yang ada di Provinsi Kalimantan Timur pada kondisi reproduksi yang baik, karena program-program kesehatan hewan yang dilakukan Dinas telah optimal,

terutama penanggulangan penyakit reproduksi Brucellosis dan peningkatan SDM

berupa keahlian ATR (Asisten Teknis Reproduksi) terhadap petugas di lapangan.

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa Jumlah kelahiran hasil IB berkaitan dengan kebuntingan hasil IB, semen beku yang digunakan untuk IB serta jumlah akseptor yang di IB. Jika akseptor IB berkurang, maka hasil kebuntingan dan kelahiran ternak hasil IB juga akan berkurang. Langkah-langkah yang telah dilakukan adalah sosialisasi tentang Inseminasi Buatan terhadap petani/peternak dan kelompok. Target jumlah kelahiran hasil IB di akhir periode Renstra tahun 2018 ada 15.196 ekor, namun realisasi tahun 2014 terhadap akhir periode Renstra baru mencapai 4,81% dan jumlah kelahiran hasil IB sampai dengan tahun 2014 baru mencapai 2.977 ekor, sehingga masih diperlukan 12.219 ekor untuk mencapai target akhir Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra adalah meningkatkan jumlah akseptor dari Kawin Alam ke IB, terutama pada kelompok-kelompok tani/ternak yang mendapatkan bantuan ternak pada tahun-tahun

0 10.000 20.000 30.000 Kelahiran 2.797 3.385 1.750 2.643 731 Kebuntingan 4.494 4.161 3.019 2.358 1649 Semen Beku 9.200 8.225 7.790 8.542 3.450 Akseptor 5.355 4.988 5.636 4.343 3.165 2010 2011 2012 2013 2014

(37)

37 sebelumnya dengan sasaran kelompok-kelompok ternak yang menggunakan

kandang koloni (pola pemeliharaan intensif - semi intensif).

3. Daya Tampung Ternak

Daya tampung ternak merupakan analisis kemampuan areal kebun rumput untuk dapat menampung sejumlah ternak, sehingga kebutuhan hijauan rumput dalam 1 tahun bagi makanan ternak tersedia dengan cukup. Target daya tampung ternak pada tahun 2014 adalah 11.239 ST dengan realisasi sebanyak 10.930 ST atau dengan capaian sebesar 97,25 %. Sedangkan realisasi pada tahun 2013 mencapai 10.630 ST. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tidak tercapai, namun adanya peningkatan daya tampung ternak dari realisasi tahun 2013 sebesar 2,82% atau 300 ST. Adanya peningkatan daya tampung ternak dari realisasi tahun 2013 disebabkan karena peningkatan produksi pakan hijauan sebesar 35.906 ton dibanding tahun 2013 sebesar 34.920 ton.

Perhitungan daya tampung ternak dapat dilihat dari produksi pakan hijauan ternak. Misal ternak dewasa (BB 300 kg) memerlukan pakan hijauan sebanyak 9 kg BK/hari atau 3,285 ton BK/tahun (9 kg x 365 hari). Apabila produksi pakan hijauan mencapai 44.875 ton/tahun maka daya tampung ternak dewasa tahun 2014 adalah 13.660,6 ST. Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mencapai target tahun 2014 adalah dengan fasilitasi penanaman padang penggembalaan berupa bibit HMT dan pupuk melalui dukungan dana APBD maupun APBN.

Target daya tampung ternak di akhir periode Renstra tahun 2018 ada 72.913 ST, namun realisasi tahun 2014 (13.660,6 ST) terhadap akhir periode Renstra baru mencapai 18,74 % sehingga masih diperlukan 81,3% untuk mencapai target akhir periode Renstra tahun 2018. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra adalah dengan meningkatkan pengetahuan peternak melalui sosialisasi dan pembinaan agar peternak mengerti pakan ternak sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemeliharaan ternak dan memfasilitasi penyediaan pakan ternak dengan pemberian bibit rumput, pupuk serta peralatan yang menunjang ketersediaan pakan ternak.

(38)

38

Capaian Tujuan 3 : Menurunnya tingkat keresahan masyarakat terhadap pemalsuan daging

Tabel 25. Capaian kinerja tujuan 3 (tiga)

Jumlah Usaha yang memperoleh Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV)

Nomor Konrtol Veteriner atau disingkat NKV adalah sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan (Permentan Nomor 381/Kpts/OT.140/10/2005). Setiap pelaku usaha wajib mencantumkan nomor NKV, untuk daging diberikan stempel pada daging dan atau label pada kemasannya, untuk telur diberikan stempel pada kerabang dan atau label pada kemesannya; untuk susu diberikan label pada kemasannya. Penulisan NKV terdiri dari rangkaian angka yang menunjukkan jenis, lokasi, dan nomor urut registrasi unit usaha.

Target usaha yang memperoleh Sertifikat Nomor Kontrol Veteriner (NKV) tahun 2014 berjumlah 10 unit usaha dengan realisasi sebanyak 10 unit usaha atau dengan capaian 100%. Sedangkan usaha yang memperoleh sertifikat NKV sampai dengan tahun 2013 ada 9 unit usaha. Hal ini menunjukkan bahwa target tahun 2014 tercapai dan adanya kenaikan usaha yang memperoleh sertifikat NKV sebesar 11,11%. Langkah-langkah yang sudah dilaksanakan Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur untuk mencapai target adalah melalui 1) sosialisasi NKV kepada pelaku usaha dan masyarakat melalui pemberian brosur-brosur mengenai NKV; 2) pembinaan melalui higienis sanitasi usaha pengolahan hasil peternakan, public awareness, Good Manufacturing Produk (GMP)/Pengolahan Produk yang Baik; 3) Fasilitasi peralatan yang memadai serta 4) mendorong pelaku usaha untuk memiliki izin usaha. Pelaku usaha yang memperoleh sertifikat NKV di Kalimantan Timur dapat dilihat pada tabel berikut.

(39)

39 Tabel 26. Pelaku usaha yang memperoleh NKV tahun 2014 di Kaltim

NO NAMA PELAKU USAHA

ALAMAT LOKASI NKV

1 Distributor/Ritail/kios daging dan hasil olahan

PT. Matahari Putra Prima, Tbk. Foodmart Plasa mulia Kota Samarinda

Samarinda KD 6472050003-013

2 Distributor/Ritail/kios daging dan hasil olahan PT. Hero Supermarket, Tbk. Group Giant Supermarket SCP, Kota Samarinda Samarinda KD 6472020010-010 3 Distributor/Ritail/kios daging dan hasil olahan

PT. Hero Supermarket, Tbk. Group Giant Supermarket Mall Mesra Indah, Kota Samarinda

Samarinda KD 6472020012-011

4 Distributor/Ritail/kios daging dan hasil olahan

PT. Matahari Putra Prima,

Tbk. Hypermart

Balikpapan Trade Center, Kota Balikpapan

Balikpapan KD 6471010004-014

5 Distributor/Ritail/kios daging dan hasil olahan

PT. Matahari Putra Prima,

Tbk. Foodmart

Balikpapan Super Blok, Kota Balikpapan

Balikpapan KD 6471010006-015

6 Distributor/Ritail/kios daging dan hasil olahan

PT. Hero Supermarket, Tbk. Group Giant Ekstra Bukit Alaya, Kota Samarinda

Samarinda KD 6472060002-016

7 Distributor/Ritail/kios daging dan hasil olahan

PT. Matahari Putra Prima, Tbk. Hypermart Big Mall

Samarinda, Kota

Samarinda

Samarinda KD 6472040003-018

8 Distributor/Ritail/kios daging dan hasil olahan PT. Sukanda Djaya, JL. Mulawarman No.36 Sepinggan, Kota Balikpapan Balikpapan KD 6471010007-017

9 Unit Usaha Sarang Burung Walet

UD. Bintang Walet Kel.Sambutan, JL.Telkom RT 19 No.30

Samarinda SBW 6472020004-001

10 Distributor produk daging beku

PT. Agro Boga Utama Cabang Balikpapan, Jl.Proklamasi No.101

(40)

40 Dengan tersertifikasinya NKV pada unit usaha pangan asal hewan, maka unit usaha tersebut telah dapat dipercaya oleh pemerintah untuk memasarkan usahanya. Legitimasi yang diberikan pemerintah tersebut sebagai bentuk kepercayaan Pemerintah pada unit usaha untuk melakukan aktivitasnya dalam pengelolaan hewan atau bahan dan hasil bahan asal hewan. Sertifikat tersebut tidak diberikan secara langsung, namun harus melalui sistim audit baik audit syarat administrasi maupun audit unit usaha yang dimiliki.

Target usaha yang memperoleh sertifikat NKV pada target akhir Renstra tahun 2018 adalah 59 unit usaha, namun realisasi tahun 2014 terhadap target akhir Renstra tahun 2018 baru mencapai 16,95% dan jumlah usaha yang memperoleh sertifikat NKV sampai dengan tahun 2014 ada 19 unit usaha, sehingga untuk mencapai target akhir periode Renstra Tahun 2018 masih diperlukan 40 unit usaha baru yang bersertifikat NKV dan perpanjangan sertifikat NKV jika usaha tersebut telah habis masa berlakunya NKV. Untuk itu Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur perlu melakukan upaya-upaya untuk mencapai target akhir periode Renstra antara lain 1) adanya komitmen dan kerja sama secara baik dari semua pihak baik Pemerintah (Pembuat Kebijakan dan Instansi terkait) komitmen membuat aturan/regulasi guna menciptakan unit usaha pangan asal hewan dengan perijinan yang tertib, 2) operasional unit usaha sesuai aspek kesehatan yang berwawasan ramah lingkungan, 3) pembinaan dan pengawasan berkelanjutan; 4) Pelaku Usaha komitmen memenuhi rambu–rambu yang ditetapkan pemerintah guna menyediakan pangan asal hewan yang berkualitas; 5) Surveilans pra NKV dan NKV; serta 6) Pembinaan penerapan kesrawan pada unit usaha ternak. Selain itu, diperlukan kepedulian masyarakat terhadap pembelian produk yang telah tersertifikasi NKV, apabila belum ada maka konsumen sebaiknya menanyakan kepada pelaku usaha apakah tersedia produk yang tersertifikasi NKV, bila perlu menanyakan apakah ritel atau cold storage atau tempat pengolahannya telah berNKV. Kepedulian konsumen sangat memotivasi para pelaku usaha untuk lebih bertanggung jawab dengan membuat unit usahanya tersertifikasi NKV, hal ini memberikan pengaruh yang sangat baik dalam penyediaan produk yang berkualitas dan ASUH dari unit usaha tersebut.

(41)

41 B.2. Capaian Kinerja Sasaran berdasarkan IKU Provinsi Kalimantan Timur

Tabel 27. Capaian kinerja Indikator RPJMD Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014

1. Jumlah Kepala Keluarga Miskin yang dilatih budidaya peternakan

Target dan realisasi jumlah kepala keluarga miskin yang dilatih budidaya peternakan tahun 2014 tidak ada, namun di dalam Renstra untuk tahun 2015-2018 sudah ada target-target jumlah kepala keluarga miskin yang dilatih budidaya peternakan. Sehingga analisis capaian kinerja indikator ini tidak dibahas lebih lanjut.

2. Jumlah usaha pengolahan hasil peternakan

Target usaha pengolahan hasil peternakan pada tahun 2014 berjumlah 80 unit usaha meliputi wilayah Kaltim dan Kaltara. Khusus wilayah Kaltim pada tahun 2013 berjumlah 55 unit usaha atau dengan capaian 71%, namun realisasi pada tahun 2015 bertambah 2 unit usaha sehingga jumlah usaha pengolahan hasil peternakan sampai dengan tahun 2014 berjumlah 57 unit usaha. Target tahun 2014 tidak tercapai karena penetapan target 2014 masih mencakup wilayah Kaltara. Jumlah usaha pengolahan hasil peternakan sampai dengan tahun 2014 ada 80 unit usaha dengan rincian 25 unit usaha di wilayah Kaltara dan 55 unit usaha di wilayah Kaltim. Apabila target 2014 disesuaikan dengan wilayah Kaltim yaitu 55 unit maka target 2014 tercapai karena realisasinya ada penambahan 2 unit usaha. Namun sesuai target di dalam Renstra dan RPJMD maka target 2014 ada 80 unit usaha pengolahan hasil peternakan. Dengan demikian terdapat penurunan kinerja tahun 2014 terhadap 2013 sebesar 28,75% yaitu dari 80 unit usaha menjadi 57 unit

Gambar

Tabel 2.  Rekapitulasi  Pegawai  Dinas  Peternakan  Provinsi  Kalimantan  Timur  Berdasarkan Pendidikan Tahun 2014
Tabel 4.  Sasaran  Strategis  dan  Indikator  Kinerja  Dinas  Peternakan  Provinsi  Kalimantan Timur
Tabel 5. Indikator Kinerja Utama Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur Tahun  2013-2018
Tabel 6. Persentase Ketersediaan Lokal Daging dan Telur (dalam %)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tahapan dan perhitungan yang telah dilakukan pada periode waktu tahun 2000 sampai dengan tahun 2013 terhadap penyerapan tenaga kerja industri skala besar

Adalah proses yang memegang Activity yang saat ini tidak dapat dilihat oleh user (method onStop() sedang dipanggil)!. Proses ini tidak secara langsung mempengaruhi

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, di MTs Yaumika dengan melaksanakan shalat dhuha bisa menjadi media pembinaan akhlak, dengan shalat dhuha akan terjadi komunikasi

Penelitian ini akan melakukan perbandingan beberapa algoritma klasifikasi terbaik [4] yaitu C4.5, SVM dan Naïve Bayes untuk mengetahui model algoritma yang paling

Menyediakan konsultasi bisnis profesional dan dukungan teknis dari sistem dan teknologi informasi kepada klien dalam bentuk solusi yang digunakan untuk mendukung proses bisnis

Keuntungan dari metode ini adalah menaikkan kohesifitas dan kompressibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet akan dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompressi

Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk ke petak sawah dan saluran pembuang yang akan mengalirkan kelebihan air

Penulis mencoba mengkomparasikan antara pemikiran ekonomi Islam dan ekonomi Austria dalam memandang permasalahan ini.fractional reserve banking merupakan sistem perbankan modern