KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA
SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG
JURNAL ILMIAH
HESTI VITASARI
NPM 11080182
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
ABILITY IN WRITING BACK MYTH WITH USING FINISHING STORY TECHNIQUE STUDENTS CLASS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG
By the
Hesti Vitasari1. Lira Hayu Afdetis Mana2. Titiek Fujita Yusandra3. 1) Mahasiswa STKIP Sumatera Barat
2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research background by 3 problem, that is (1) The lack students in starting the idea or concept that will be a myth, (2) the students lack ability using a plot, picturing characterization, and background of story in myth, (3) learning process technique lack variation. This research purpose for description the ability writing back myth with using finishing story technique students class VII SMP Muhammadiyah 6 Padang.
This research is quantitative with using descriptive method. The subject of this research is the students class VII SMP Muhammadiyah 6 Padang. The sample in this research is 28 students
that consist from VII.1 until VII.3.The technique pulling in this sample that used is proportional
random sampling, that is pulling in sample with random based on proportional total of students per class. Data in this research gathered with giving the test. Tes meant is test writing back myth observe from plot, characterization, and background.
Based on the result of this research, it can be conclude that the ability in writing back myth with using finishing story technique students class VII SMP Muhammadiyah 6 Padang grouped Very Good (BS) (average a count 88,88 to have on extension 86-95%). For more clear
will clearing the result per indicator is indicator, plot, characterization, and background. First, the
ability in writing back myth with using finishing story technique students class VII SMP Muhammadiyah 6 Padang for indicator plot Very Good (BS) (average a count 86,90 to have on
extension 86-95%). Second, the ability in writing back myth with using finishing story technique
students class VII SMP Muhammadiyah 6 Padang for indicator characterization Good (B)
(average a count 80,94 to have on extension 76-85%). Third, ability in writing back myth with
using finishing story technique students class VII SMP Muhammadiyah 6 Padang for indicator background is Perfect (S) (average a count 98,80 to have extension 96-100%).
KEMAMPUAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA
SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG Oleh
Hesti Vitasari1. Lira Hayu Afdetis Mana2. Titiek Fujita Yusandra3. 1) Mahasiswa STKIP Sumatera Barat
2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tiga masalah, yaitu (1) kurangnya kemampuan siswa dalam memulai ide-de atau gagasan yang akan dijadikan sebuah dongeng, (2) siswa kurang mampu menggunakan alur, menggambarkan penokohan, dan latar cerita dalam dongeng, (3) teknik pembelajaran kurang bervariasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang. Adapun sampel dalam penelitian ini berjumlah 28 orang yang terdiri dari kelas VII.1 sampai VII.3. Teknik penarikan
sampel yang digunakan adalah proportional random sampling, yaitu penarikan sampel secara acak
berdasarkan proporsi jumlah siswa per kelas. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara memberikan tes. Tes yang dimaksud adalah tes menuliskan kembali dongeng ditinjau dari alur, penokohan, dan latar.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang tergolong Baik Sekali (BS) (rata-rata hitungnya 88,88 berada pada rentangan 86-95%). Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan hasil per indikator yaitu indikator alur, penokohan, dan latar
sebagai berikut. Pertama, kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik
menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang untuk indikator alur
tergolong Baik Sekali (BS) (rata-rata hitungnya 86,90 berada pada rentangan 86-95%). Kedua,
kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang untuk indikator penokohan tergolong Baik (B)
(rata-rata hitungnya 80,94 berada pada rentangan 76-85%). Ketiga, kemampuan menuliskan
kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang untuk indikator latar tergolong Sempurna (S) (rata-rata hitungnya 98,80 berada pada rentangan 96-100%).
PENDAHULUAN
Pengajaran menulis karya sastra di sekolah menengah pada dasarnya bertujuan agar siswa memiliki rasa peduli terhadap karya sastra. Adanya kepekaan ini menjadikan mereka berminat dan tertarik untuk membaca karya sastra. Dengan membaca karya sastra tersebut, para siswa bisa memahami berbagai persoalan tentang manusia, mengenal nilai-nilai kemanusiaan, dan mendapat ide dan pengetahuan yang baru. Suatu kemampuan menulis karya sastra tidak akan dikuasai kalau hanya mempelajari teori tetapi dibutuhkan latihan dan praktik secara terus menerus. Salah satu kemampuan yang harus dilatih yaitu kemampuan menuliskan kembali dongeng.
Kemampuan menuliskan kembali dongeng terdapat dalam standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SMP kelas VII semester 1, yaitu Standar Kompetensi (SK) 8 dengan kompetensi dasar menulis “mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan dongeng”. Kompetensi Dasar (KD) ke 8.2, yaitu “menulis kembali dengan bahasa sendiri dongeng yang pernah dibaca atau didengar”.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan salah seorang guru Bahasa Indonesia Sulastri, S.Pd di SMP Muhammadiyah 6 Padang tentang pembelajaran menuliskan kembali dongeng yang pernah dibaca atau didengar oleh siswa. Dari hasil wawancara tersebut dapat diperoleh informasi bahwa kemampuan menuliskan kembali dongeng siswa masih rendah. Ketika disuruh menuliskan kembali sebuah dongeng ada siswa yang sudah mampu dan ada juga yang tidak mampu menuangkan ide-ide atau gagasannya dalam menuliskan kembali dongeng.
Permasalahan yang dialami siswa dalam menuliskan kembali dongeng adalah, pertama, siswa
kesulitan dalam memulai ide atau gagasan yang akan ditulisnya sehingga membutuhkan waktu
yang lama dalam menulis dongeng. Kedua, siswa juga kesulitan dalam menentukan alur,
penokohan, serta latar, sehingga dongeng yang mereka tulis kurang menarik. Dari permasalahan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa permasalahan itu terjadi karena berbagai faktor,
diantaranya yaitu siswa sulit menentukan unsur-unsur dongeng. Ketiga, faktor tersebut adalah
teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang bervariasi untuk menimbulkan gagasan atau ide-ide yang kreatif siswa dalam menuliskan kembali dongeng. Untuk memberikan variasi pada pembelajaran menulis perlu diterapkan salah satu teknik pembelajaran menulis, yaitu teknik menyelesaikan cerita. Dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita, diharapkan siswa lebih termotivasi dan mampu mengungkapkan ide atau gagasannya yang kreatif dalam menuliskan kembali sebuah dongeng.
Sesuai dengan permasalahan tersebut rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang?” Berdasarkan rumusan masalah ini, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang ditinjau dari (alur, penokohan, dan latar).
Menurut Danandjaya (1991:83), dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral), atau bahkan sindiran. Selanjutnya, menurut Rampan (2014:28), dongeng bersifat fiktif. Ceritanya diangkat dari khazanah masa silam tentang tokoh-tokoh manusia biasa atau benda dan makhluk lainnya yang dibuat sama dengan manusia yang beraktivitas seperti dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Thahar (2008:107), dongeng merupakan karya sastra lisan, ia diturunkan ke generasi berikutnya dari generasi sebelumnya melalui lisan, maka sulitlah melacak siapa penulis dongeng-dongeng itu.
Suyatno (2004:84) mengemukakan bahwa dari penggunaan teknik menyelesaikan cerita atau meneruskan tulisan, diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah tulisan melalui penambahan paragraf. Alat yang digunakan adalah lembaran fotokopi tulisan yang belum selesai gagasannya (tulisan tersebut semestinya sepuluh paragraf tetapi yang tiga paragraf terakhir dihilangkan) kemudian siswa menyelesaikan tulisan tersebut sesuai dengan idenya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes. Tes yang digunakan dalam penelitian
ini adalah unjuk kerja menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita. Tes disusun berdasarkan standar kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran yaitu menuliskan kembali dongeng yang pernah dibaca atau didengar. Teknik pengumpulan data
mencakup empat langkah. Pertama, guru memberi penjelasan tentang teori dongeng dan
unsur-unsur yang membangun sebuah dongeng. Kedua, guru menyuruh siswa menuliskan kembali
dongeng yang berjudul “Timun Mas” dengan menggunakan teknik meyelesaikan cerita. Ketiga,
siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam lembaran fotokopi untuk menyelesaikan
dongeng sesuai dengan ide atau gagasannya masing-masing. Keempat,setelah selesai tugas siswa
dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan alat ukur atau indikator yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang yang berjumlah 109 orang yang terdiri dari tiga kelas yaitu VII.1 berjumlah 36 orang, VII.2 berjumlah 35 orang, dan VII.3 berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
persentase secara acak (proportional random sampling), pengambilan sampel berdasarkan jumlah
proporsi jumlah siswa perkelas. Menurut Arikunto (2002:112) jika populasi penelitian kurang dari 100, baik diambil seluruh akan tetapi, apa bila subjeknya lebih dari 100, diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Penelitian ini diambil 20-25% dari 109 siswa sebagai sampel yaitu 28 siswa (20-25% x jumlah populasi siswa per kelas). Cara pengambilan sampel tersebut dilakukan dengan undian. Pada kertas kecil-kecil kita tulis nomor subjek, satu nomor untuk setiap kertas. Kemudian kertas ini kita gulung. Dengan tanpa prasangka kita mengambil sembilan gulungan kertas, sehingga nomor-nomor yang tertera pada gulungan kertas yang terambil itulah yang merupakan nomor subjek sampel penelitian kita dalam kelas tersebut.
Data yang sudah dikumpulkan dianalisis menurut langkah-langkah berikut. Pertama,
membaca dan memeriksa dongeng yang ditulis dari segi alur, penokohan, dan latar. Kedua,
mencatat skor yang diperoleh setiap siswa. Ketiga, menentukan nilai masing-masing siswa dengan
menggunakan rumus persentase. Keempat, mengelompokkan hasil tes siswa dengan menggunakan
skala 10. Kelima, mendeskripsikan tingkat kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan
menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang
berdasarkan rata-rata hitung (M). Keenam, membuat histogram kemampuan menuliskan kembali
dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah
6 Padang. Ketujuh, menganalisis data yang diperoleh sesuai dengan indikator penilaian.
Kedelapan, membahas data analisis siswa. Kesembilan, menyimpulkan hasil analisis data.
Kesepuluh, membuat laporan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang untuk gabungan ketiga indikator tergolong Baik Sekali (BS) diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 88,88 karena Mean nya berada pada penguasaan 86-95% pada skala 10. Siswa yang kemampuannya Semprna berjumlah 8 orang (28,58%),, siswa yang kemampuannya Baik Sekali (BS) berjumlah berjumlah 14 orang (50%), siswa yang kemampuannya Baik (B) berjumlah 4 orang (14,28%), dan siswa yang kemampuannya Lebih dari Cukup (LdC) berjumlah 2 orang (7,14%).
Berdasarkan analisis data diperoleh skor kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VI SMP Muhammadiyah 6 Padang ditinjau dari aspek alur, penokohan, dan latar memiliki skor 3, 2, dan 3 sesuai dengan format
penilaian. Pertama, berdasarkan analisis data diperoleh skor untuk indikator 1 (alur) yaitu, skor
tertinggi 3 dan skor terendah 2. Siswa yang memperoleh skor 3 sebanyak 17 orang (60,71%) dan skor 2 sebanyak 11 orang (39,29%). Pada indikator tersebut diperoleh rata-rata hitung (M) 86,90 tergolong Baik Sekali (BS) karena berada tingkat penguasaan 86-95% pada skala 10.
Kedua, untuk indikator 2 (penokohan) skor tertinggi 3 dan skor terendah 1. Siswa yang memperoleh skor 3 sebanyak 14 orang (50%), skor 2 sebanyak 12 orang (42,85%), dan skor 1 sebanyak 2 orang (7,14%). Pada indikator tersebut diperoleh rata-rata hitung (M) 80,94 tergolong Baik (B) karena berada tingkat penguasaan 76-85% pada skala 10.
Ketiga, untuk indikator 3 (latar) skor tertinggi 3 dan skor terendah 2. Siswa yang memperoleh skor 3 sebanyak 27 orang (92,42%) dan skor 2 sebanyak 1 orang (3,58%). Pada
indikator tersebut diperoleh rata-rata hitung (M) 98,80 tergolong Sempurna (S) karena berada tingkat penguasaan 96-100% pada skala 10.
Untuk gabungan ketiga indikator dapat digambarkan ke dalam histogram di bawah ini.
Agar lebih jelasnya dicantumkan di bawah ini contoh dongeng yang ditulis siswa untuk gabungan ketiga indikator (alur, penokohan, dan latar).
Timun Emas
Setelah bertahun-tahun kini Timun Mas tumbuh menjadi seorang gadis yang baik, ramah,
dan cantik pastinya. Mungkin semua laki-laki akan tertarik akan kecantikannya. Laki-laki mana sih yang tidak suka. Rambutnya panjang, manis, dan berkulit sawo matang, apalagi dia sangat handal dalam memasak.
Pada suatu malam tiba-tiba ada seorang raksasa berwarna hijau. Ternyata raksasa itu jahat karena dia ingin memakan Timun Mas. Sang nenek yang sudah dianggapnya sebagai ibu itu pun menjadi cemas dan ketakutan. Badannya pun dipenuhi keringat dingin.
“Ibu..kenapa dan siapa raksasa yang jelek itu?” kata Timun Mas.
“Huahahhaa..hey nenek tua yang jelek dan keriput bukankah kau harus menepati janjimu padaku? Aku tau kau baik karena telah menjaga anak yang telah kuberikan padamu” Kata raksasa itu. “Timun Mas masuklah ke kamar. Jangan takut nak, Ibu akan melindungimu.
“Iya aku tau raksasa. Tapi aku tidak ingin berpisah dengan Timun Mas.
Mendengar pernyataan itu raksasa pun marah, mengamuk, dan menghancurkan halaman rumah
nenek. Timun Mas pun ketakutan dan nenek menyuruh Timun Mas lari dan memberikannya 4 bungkusan yang berisi biji mentimun, garam, jarum, dan terasi.
Ketika Timun Mas melarikan diri dan raksasa pun melihatnya dan mengejarnya. Ketika dalam pengejaran itu Timun Mas melemparkan bungkusan yang pertama tapi raksasa itu berhasil melewatinya semua lilitan dari pohon ketimun. Begitu pun yang kedua raksasa itu selamat dari pohon-pohon kaktus yang telah melukai tubuhnya. Setelah pengejaran itu berlanjut Timun Mas pun melemparkan bungkusan yang ketiga tapi lagi-lagi raksasa itu berhasil lolos dari sungai yang deras. Timun Mas sangat panik dan cemas.
Kemudian dia langsung melemparkan bungkusan yang keempat dan jadilah lumpur yang panas dan mendidih serta berapi.Tubuh sang raksasa itu pun tenggelam dan hancur dalam lumpur
panas itu. Akhirnya Timun Mas pun selamat dan mereka berdua bahagia.
Sampel no 27 Dongeng di atas adalah siswa yang mendapatkan nilai 100 (Sempurna) secara lengkap untuk gabungan ketiga indikator yaitu alur, penokohan, dan latar.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 F re k u en si Kualifikasi 8 2 14 4 0 0 0 0 0 0
Pertama, indikator alur (peristiwa, konflik, dan klimaks). (1) peristiwa, “mendengar
pernyataan itu raksasa pun marah, mengamuk, dan menghancurkan halaman rumah nenek. Timun Mas pun ketakutan dan nenek menyuruh Timun Mas lari”. (2) Konflik, “Pada suatu malam tiba-tiba ada seorang raksasa berwarna hijau. Ternyata raksasa itu jahat karena dia ingin memakan Timun Mas. Sang nenek yang sudah dianggapnya sebagai ibu itu pun menjadi cemas dan ketakutan. Badannya pun dipenuhi keringat dingin”. (3) Klimaks, “Ketika Timun Mas melarikan diri dan raksasa pun melihatnya dan mengejarnya. Ketika dalam pengejaran itu Timun Mas melemparkan bungkusan yang pertama tapi raksasa itu berhasil melewatinya semua lilitan dari pohon ketimun. Begitu pun yang kedua raksasa itu selamat dari pohon-pohon kaktus yang telah melukai tubuhnya. Setelah pengejaran itu berlanjut Timun Mas pun melemparkan bungkusan yang ketiga tapi lagi-lagi raksasa itu berhasil lolos dari sungai yang deras. Timun Mas sangat panik dan cemas. Kemudian dia langsung melemparkan bungkusan yang keempat dan jadilah lumpur yang panas dan mendidih serta berapi”.
Kedua, indikator penokohan (nama, fisik, dan watak) sebagai berikut: (1) nama “Timun
Mas”, (2) fisik “cantik”, (3) watak “baik dan ramah”.
Ketiga, indikator latar sebagai berikut: (1) latar tempat “di halaman rumah”, (2) latar
waktu “pada suatu malam”, (3) latar suasana “cemas dan ketakutan”. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Padang tergolong Baik Sekali (BS) (rata-rata hitungnya 88,88 berada pada rentangan 86-95%). Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan hasil per indikator yaitu indikator alur, penokohan, dan latar
sebagai berikut.Pertama, kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan menggunakan teknik
menyelesaikan cerita untuk indikator alur tergolong Baik Sekali (BS) (rata-rata hitungnya 86,90
berada pada rentangan 86-95%). Kedua, kemampuan menuliskan kembali dongeng dengan
menggunakan teknik menyelesaikan cerita untuk indikator penokohan tergolong Baik (B)
(rata-rata hitungnya 80,94 berada pada rentangan 76-85%). Ketiga, kemampuan menuliskan kembali
dongeng dengan menggunakan teknik menyelesaikan cerita untuk indikator latar tergolong Sempurna (S) (rata-rata hitungnya 98,80 berada pada rentangan 96-100%).
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, peneliti memberikan saran
sebagai berikut. Pertama, bagi siswa terutama siswa SMP Muhammadiyah 6 Padang agar lebih
termotivasi untuk menuliskan kembali dongeng karena sudah menerapkan teknik sehingga dapat
membantu siswa dalam menuangkan gagasan atau ide-ide kreatif dalam menulis dongeng. Kedua,
guru bidang studi Bahasa Indonesia, dapat digunakan sebagai referensi dalam pembelajaran khususnya pada pembelajaran menuliskan kembali dongeng, sehingga nantinya dapat membantu
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis dongeng. Ketiga, bagi peneliti lain, sebagai
pedoman untuk penelitian berikutnya dari aspek yang berbeda yang berkaitan dengan menulis
dongeng. Keempat, bagi peneliti sendiri, sebagai bahan informasi yang dapat menambah wawasan,
pengetahuan, dan pengalaman. KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Danandjaya, James. 1991. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Rampan, Korrie Layun. 2014. Teknik Menulis Cerita Rakyat. Bandung: Yiama
Widya.
Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.