FAKTOR-FAKTOR DUKUNGAN SUAMI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI RUMAH
BERSALIN VINA KECAMATAN MEDAN BARU
Disusun Oleh :
NURBAITI
NIM. 135102119
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faktor – Faktor Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan
Medan Baru 2014
ABSTRAK NURBAITI
Latar Belakang : keberhasilan dalam proses menyusui juga ditentukan oleh peran ayah sebagaimana sama halnya dengan peran ibu, dimana sekitar 50% keberhasilan menyusui ditentukan oleh ayah. Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) terbaru yang dilakukan tahun 2012 menunjukkan jumlah ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan 42%.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui faktor–faktor dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif, jumlah sampel 30 responden dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Analisa data yang digunakan univariat.
Hasil penelitian : dari 30 responden diperoleh pengetahuan responden tentang ASI eksklusif mayoritas katagori baik 17 orang (57%), informasi pernah mendapatkan 30 orang (100%) sumber informasi mayoritas nonmedia 21 orang (70%), budaya mayoritas mendukung 25 orang (83%).
Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa faktor–faktor dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III adalah pengetahuan, informasi, dan budaya.Oleh karena itu diharapkan bidan lebih meningkatkan lagi dalam memberikan informasi tentang penting ASI eksklusif untuk bayi baru lahir.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah
dengan judul ”Faktor-Faktor Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada
Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru 2014”..
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mengalami
kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi
D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp,MNS, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Ibu dr Rina Amelia, MARS , selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan
masukan dan saran dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu DR. dr. Sarma N Lumban Raja, SpOG.K, selaku Dosen Penguji II yang
telah memberikan masukan dan saran dalam perbaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D IV Bidan
7. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan motivasi
yang besar, baik berupa dukungan moril maupun material kepada penulis
untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Untuk kawan-kawan yang senasib dan seperjuangan yang telah banyak
membantu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunan bahasanya, untuk ini penulis mengharapkan
saran dan bimbingan dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaatkan bagi pembaca dan bagi penulis
khususnya. Akhirkata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juli 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kehamilan ... 6
1. Pengertian Kehamilan ... 6
B. Dukungan Suami ... 6
1. Pengertian dukungan suami... 6
2. Peran Suami Dalam Membantu Ibu Menyusui ... 8
3. Peran ayah dalam proses pemberian ASI supaya optimal ... 9
4. Jenis-Jenis Dukungan ……….. ... 10
D. Faktor-Faktor Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Ekslusif…... 17
1. Pengetahuan………... 17
2. Informasi……… 20
3. Budaya………... 21
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL……... 23
A. Kerangka Konsep………... 23
B. Definisi Operasional………. 24
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... ….. 25
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Defenisi Operasional………24
Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik
responden tentang faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III dirumah bersalin Vina medan tahun 2014………..33
Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Dan Persentase Pengetahuan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru Tahun 2014………. 34
Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Pengetahuan Suami Terhadap Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru Tahun 2014.. 34
Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Informasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru Tahun 2014 ... 35
Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru Tahun 2014.. 35
Tabel 5.6 : Distribusi Frekuensi Dan Persentase Budaya Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru Tahun 2014……… 36
DAFTAR SKEMA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden
Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Lembar Kuesioner
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5 : Master Tabel Penelitian
Lampiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian
Lampiran 7 : Surat Pernyataan Content Validity
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU
Lampiran 9 : Balasan Surat penelitian
Faktor – Faktor Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan
Medan Baru 2014
ABSTRAK NURBAITI
Latar Belakang : keberhasilan dalam proses menyusui juga ditentukan oleh peran ayah sebagaimana sama halnya dengan peran ibu, dimana sekitar 50% keberhasilan menyusui ditentukan oleh ayah. Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) terbaru yang dilakukan tahun 2012 menunjukkan jumlah ibu menyusui yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan 42%.
Tujuan penelitian : untuk mengetahui faktor–faktor dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III.
Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif, jumlah sampel 30 responden dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Analisa data yang digunakan univariat.
Hasil penelitian : dari 30 responden diperoleh pengetahuan responden tentang ASI eksklusif mayoritas katagori baik 17 orang (57%), informasi pernah mendapatkan 30 orang (100%) sumber informasi mayoritas nonmedia 21 orang (70%), budaya mayoritas mendukung 25 orang (83%).
Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa faktor–faktor dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III adalah pengetahuan, informasi, dan budaya.Oleh karena itu diharapkan bidan lebih meningkatkan lagi dalam memberikan informasi tentang penting ASI eksklusif untuk bayi baru lahir.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibu hamil harus selalu menjaga kondisi janin agar tetap sehat selama
dalam kandungan, salah satu cara yang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
makanan sehat dengan kandungan gizi tinggi yang kaya akan vitamin sesuai
kebutuhannya. Hal ini terus berlanjut sampai bayi lahir, khususnya sampai bayi
berusia 6 bulan ibu harus tetap menjaga dan mengkonsumsi makanan bergizi
agar dapat memberikan air susu ibu (ASI) saja atau yang dikenal sebagai ASI
eksklusif sebagai salah satu cara untuk memenuhi nutrisi yang baik bagi bayi
(Yuliarti, 2010).
Bayi baru lahir perlu mendapatkan perawatan yang optimal sejak dini,
termasuk pemberian makanan yang ideal. Tidak ada satu pun makanan yang
ideal untuk bayi baru lahir selain ASI karena mengandung antibodi yang akan
membantu bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa
pertumbuhannya (IDAI, 2008). Sebuah analisis menerangkan bahwa memberi
ASI eksklusif dapat menyelamatkan 1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk
22% meninggal setelah kelahiran. Sementara itu, menurut UNICEF ASI
eksklusif dapat menurunkan angka kematian bayi di Indonesia dan 10 juta
kematian anak balita di dunia setiap tahun bisa dicegah melalui pemberian ASI
eksklusif (Prasetyono 2012).
Keyakinan ini jugalah yang mungkin meningkatkan ibu memberikan ASI
secara eksklusif. Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) terbaru yang
eksklusif pada bayinya selama 6 bulan telah mencapai 42%. Angka ini lebih
tinggi 10% dibanding survei serupa pada tahun 2007 yang hanya menunjukkan
angka 32% (Delagusto, 2013). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010
menunjukkan, bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3%.
Masalah utama rendahnya pemberian ASI di Indonesia adalah faktor sosial
budaya dan kurangnya Pengetahuan. Di Indonesia dari Data World
Breastfeeding Trends Initiative tahun 2012 juga menunjukkan kalau Indonesia
menempati peringkat ke 37 untuk pemberian ASI eksklusif dari 40 negara yang
mengumpulkan laporan. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun
2010 menunjukkan bahwa baru 33,6 % bayi Indonesia yang mendapatkan ASI
eksklusif (Harnowo, 2012). Namun demikian data ibu yang memberikan ASI
eksklusif 0-6 bulan di Sumatra tahun 2012 masih sangat rendah 34,2 % (Depkes,
2013). Secara umum dapat dicermati bahwa kebanyakan wanita Indonesia
khususnya para ibu muda menggalakkan ASI Ekslusif. Namun demikian
perilaku positif ini tidaklah didukung sepenuhnya oleh lingkungan, khususnya
para suami atau ayah bayi belum mengetahui (Prasetyono, 2012).
Sebagian masyarakat dulu menunjukkan adanya pembagian peran dalam
keluarga yakni pria hanya bertanggung jawab pada masalah financial sedangkan
sisanya menjadi tanggung jawab istri. Kini banyak pasangan yang mengganggap
hal tersebut tidak relevan lagi karena dalam masyarakat sendiri juga sudah ada
perubahan peran. Salah satunya adalah yang disebut dengan kesetaraan gender,
yaitu kesamaan kondisi dan posisi bagi pria dan perempuan untuk memperoleh
kesempatan dan hak sebagai manusia dalam bidang apapun (Werdayanti, 2013).
Padahal suami dan istri adalah sebagai bagian dari keluarga, keduanya
terbaru menyatakan suami sangat berperan mengambil bagian vital dalam
keberhasilan atau kegagalan menyusui. Namun demikian, masih banyak para
suami yang berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya, serta
ini merupakan satu kondisi yang dapat mempengaruhi ibu secara fisik. Dan
mereka cukup menjadi pengamat yang pasif saja (Chomaria, 2011).
Breastfeeding father atau ayah menyusui adalah ayah ikut berperan dalam proses
menyusui anak. Pengambilan peran ini bukan dalam rangka mendukung istri
yang dititipi tugas menyusui langsung bayi dari payudaranya. Seorang ayah
diharapkan memiliki inisiatif untuk melibatkan diri sehingga bayi mendapatkan
ASI yang semestinya (Werdayanti, 2013).
keberhasilan dalam proses menyusui juga ditentukan oleh peran ayah
sebagaimana sama halnya dengan peran ibu, dimana Sekitar 50% keberhasilan
menyusui ditentukan oleh ayah (Yuliarti, 2010). Dukungan keluarga termasuk
suami merupakan faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya terhadap
keberhasilan ASI eksklusif hal tersebut erat kaitannya dengan rasa percaya diri
ibu. Hormon oksitosin berperan dalam hal pengeluaran ASI, hal tersebut sangat
sensitif terhadap perasaan ibu. Salah satu faktor yang menyebabkan suami
mendukung pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan. Pengetahuan yang
baik tentang hal yang berhubungan dengan pemberian ASI, memiliki hubungan
yang baik dengan ibu, dan juga terlibat dalam keharmonisan hubungan pola
menyusui tripartit yaitu antara suami, ibu dan bayi (Paramita, 2008, dalam
Suryani & Mularsih, 2011).
Clinical pedriatric (1914, dalam Roesli, 2012) mengatakan bahwa hasil
didapatkan 26,9% pada kelompok ayah tidak mengerti ASI, dan 98,1% pada
kelompok ayah mengeti ASI.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti tehadap 10 pasangan
ibu hamil di Rumah Bersalin Vina terdapat terdapat 4 pasangan yang
mendukung pemberian ASI eksklusif dan terdapat 6 pasangan tidak mendukung
pemberian ASI eksklusif pada calon bayinya. Dari pemaparan diatas maka
peneliti tertarik untuk meneliti faktor–faktor dukungan suami dalam pemberian
ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III.
B. Perumusan Masalah
Dari pemaparan diatas maka hal ini penting untuk dilakukan penelitian
tentang apakah faktor–faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif
pada ibu hamil trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor–faktor dukungan suami terhadap pemberian ASI
eksklusif pada ibu hamil trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan
Medan Baru.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI
eksklusif pada ibu hamil trimester III ditinjau dari pengetahuan.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI
eksklusif pada ibu hamil trimester III ditinjau dari informasi
c. Untuk mengetahui faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pelayanan
kebidanan dalam peningkatan pemberian ASI eksklusif dan menambah
pengetahuan suami dan istri mengenai ASI eksklusif dengan memberikan
informasi tentang ASI eksklusif.
2. Bagi instansi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi dan sebagai
data dasar bagi pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
ASI eksklusif.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk
melakukan penelitian-penelitian lain atau yang serupa berkaitan dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan 1. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila
dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di
mana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua minggu
ke 13 hingga ke 27, dan trimester ketiga minggu ke 28 hingga ke 40
(Prawirohardjo, 2008).
Kehamilan merupakan masa yang cukup berat bagi seorang ibu.
Karena itu, ibu hamil membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, terutama
suami, agar dapat menjalani proses kehamilan sampai melahirkan dengan
nyaman dan aman (Musbikin, 2005). Kehamilan trimester ketiga adalah
periode kehamilan bulan terakhir/sepertiga masa kehamilan terakhir.
Trimester ketiga kehamilan dimulai pada minggu ke-27 sampai kehamilan
dinilai cukup bulan (38-40 minggu) (Fauziah dan Sutejo, 2012).
B. Dukungan Suami 1. Pengertian
Secara harfiah, dukungan adalah suatu upaya yang diberikan
kepada orang lain baik moril maupun materil untuk memotivasi orang
membutuhkan dukungan keluarga dalam membantunya memberi ASI
kepada bayi. Ketika ibu memutuskan untuk menyusui bayinya,
komunikasikan keputusan tersebut dengan keluarga agar mereka juga dapat
berperan dalam membantu ibu. Keluarga yang dimaksud tentunya yang
pertama sekali adalah suami (Nurani, 2013).
Menurut Nurani ( 2013) suami adalah soulmate ibu. Dialah orang
yang paling dekat dengan ibu saat ini. Suami memiliki peran utama dalam
menentukan sukses atau tidaknya ibu menyusui. Menurut Werdayanti
(2013) Suami adalah penjamin pasokan ASI, untuk memproduksi ASI ada 2
hormon yang berperan, yaitu hormon prolaktin oksitosin. Hormon prolaktin
dialirkan oleh darah kekelenjar payudara untuk merangsang produksi ASI.
Kerja hormon ini dipengaruhi frekuensi, intensitas, dan durasi anak dalam
menyusu. Semakin sering anak menyusu, maka kadar hormon ini semakin
meningkat. Hormon oksitosin membuat sel otot halus disekitar kelenjar
payudara mengerut hingga memeras ASI keluar. Reflek oksitosin sangat
dipengaruhi kondisi fisik, pikiran, dan perasaan ibu. Di sinilah peran
seorang ayah, yaitu memastikan istrinya tidak kelelahan, menciptakan,
suasana positif yang intinya istri merasa nyaman, aman, dan tidak stres.
Ayah menyusui (Breastfeeding father) adalah ayah ikut berperan
dalam proses menyusui anak. Pengambilan peran ini bukan dalam rangka
mendukung istri yang dititipi tugas menyusui langsung bayi dari
payudaranya. Seorang ayah diharapkan memiliki inisiatif untuk melibatkan
diri sehingga bayi mendapatkan ASI yang semestinya. Selama ini menyusui
terpenting ibu menyusui adalah dukungan suami, jadi lebih tepat menyusui
merupakan hasil interaksi antara bayi, ibu dan ayah.
2. Peran Suami Dalam Membantu Ibu Menyusui
Inti peran ayah adalah dukungan menciptakan suasana yang yang
memudahkan dan nyaman untuk menyusui (Werdayanti, 2013). Menurut
Nurani (2013), terdapat beberapa hal peran suami dalam membantu ibu
menyusui adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan suasana positif
Hal pertama yang bisa dilakukannya adalah dengan menciptakan
suasana rumah tangga yang positif. Suami tidak hanya mendukung
keputusan ibu untuk menyusui, tapi dia juga menciptakan kondisi yang
kondusif agar ibu merasa tenang dan nyaman untuk menyusui.
Pandangan ini akan memengaruhi suami dalam membuat skala prioritas
untuk ibu dan bayi. Suami adalah orang yang dipercaya istri, jadi dia
harus ingat untuk bersikap positif selama istrinya menyusui.
b. Memberikan dukungan dan semangat
Menyusui tidak hanya melelahkan secara fisik tapi juga
menuntut sikap emosional ibu. Pada masa awal menyusui ibu akan
menghadapi banyak kendala seperti ASI tidak keluar bahkan hingga
mengalami baby blues. Istri membutuhkan dukungan dan semangat dari
pasangan. Maka dianjurkan suami untuk memberikan pujian,
penghargaan atas usaha istrinya dan kata-kata yang bisa
membangkitkan semangat untuk tidak menyerah dan berhenti
menyusui. Namun suami juga harus ingat bahwa tidak mudah
tidak menghargai dukungan yang diberikan suami. Dalam keadaan
stress misalnya, istri justru marah saat dipuji. Dukungan suami
hendaknya terus diberikan sepanjang ibu masih menyusui.
c. Menjadi suami siaga
Suami juga hendaknya mengetahui dan mengenal ciri-ciri kapan
bayi membutuhkan ASI atau hal lainnya. Suami dapat bergantian
bersama istri untuk menjaga bayi, sehingga aktifitas sehari-hari ibu di
rumah tidak terganggu. Suami senantiasa sigap dan tanggap membantu
istri dalam memenuhi kebutuhan bayinya. Ajari juga suami untuk dapat
memberikan ASI kepada bayi sehingga hubungan kedekatan antara ibu
bayi dapat dirasakan juga olehnya. Tidak ada salahnya juga apabila
suami mau membantu dan belajar membersihkan popok bayi serta
memandikannya.
3. Peran Ayah Dalam Proses Pemberian ASI Supaya Optimal
Menurut Yuliarti ( 2010) Agar peran ayah dalam proses pemberian
ASi dapat optimal, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu:
a. Ayah harus belajar sebelum kehamilan, bahkan pada saat istri sedang
hamil, calon ayah dapat membaca beberapa literatur berkaitan dengan
proses kehamilan, perawatan dan pengasuhan bayi, termasuk juga
literatur tentang pemberian ASI. Ayah perlu meningkatkan berbagai
kemampuan yang dimilikinya berkaitan dengan perawatan bayi.
b. Setiap ibu dapat menyusui, tak ada masalah dengan bentuk puting
meskipun kecil atau masuk kedalam sekalipun. Apapun bentuk
putingnya, sang ibu tetap dapat menyusui. Para tenaga kesehatan
menyusui belum diterima dengan baik sehingga menjadi salah kaprah,
termasuk dalam hal bentuk puting. Puting susu pendek, masuk, atau
datar bukanlah alasan karena bayi menyusu pada payudara, bukan pada
puting
4. Jenis-jenis Dukungan
Menurut Bobak, Lowdermilk, & jensen (2005) ada empat jenis
dukungan yang digambarkan oleh House (1981) yaitu:
a. Dukungan emosi
Sumber utama dukungan pria ialah pasangannya. Dukungan ini
harus dimodifikasi, sehingga memungkinkan untuk mengasuh bayi dan
memberi asuhan tambahan terhadap kebutuhan istrinya. Oleh karena
itu, para ayah perlu mencari dukungan dari keluarga dan
teman-temannya.
b. Dukungan instrumental
Ayah perlu mengetahui bahwa ia dapat bergantung kepada
keluarga atau teman, jika memerlukan bantuan.
c. Dukungan informasi
Ayah perlu mengetahui siapa saja yang dapat (misalnya,
professional atau sanak saudara) memberi nasihat tentang cara
menyelesaikan persoalan yang tiba-tiba muncul.
d. Dukungan penilaian
Ayah perlu menemukan orang lain yang dapat memberi kriteria
C. ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) merupakan pilihan terbaik bagi bayi karena
didalamnya mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA,
DHA taurin, dan spingomyelin yang tidak terdapat dalam susu sapi. Ada
banyak manfaat yang terkandung dalam ASI. Oleh karena itu, tidak ada
alasan apapun bagi ibu untuk tidak menyusui. Pemberian ASI merupakan
hak anak sehingga jika ibu menolak melakukannya maka ia telah
menelantarkan anaknya sendiri (Yuliarti, 2010).
ASI sangat dibutuhkan untuk kesehatan bayi dan mendukung
pertumbuhan dan perkembangan bayi secara optimal. Bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif akan memperoleh semua kelebihan ASI serta
terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat,
lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi dan lebih jarang
sakit (Sulistyoningsih, 2010).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim. Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga
berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi hingga berusia
6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat. ASI
mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh
kembangnya, serta antibodi yang bisa membantu bayi membangun sistem
2. Manfaat ASI Eksklusif
Menurut Prasetyono (2011) Menyusui bayi dapat memberikan
keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat, dan negara. Sebagai
makanan bayi yang paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena
mengandung enzim pencernaan. ASI juga dapat mencegah terjadinya
penyakit infeksi lantaran mengandung zat penangkal penyakit, yakni
immunoglobulin. ASI bersifat praktis, mudah diberikan kepada bayi, murah
serta bersih. ASI mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh yang sangat
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. ASI selalu berada dalam
suhu yang tepat, tidak menyebabkan alergi, dapat mencegah kerusakan gigi,
mengoptimalkan perkembangan bayi, serta meningkatkan jalinan psikologis
antara ibu dan bayi.
Keuntungan bagi ibu, yaitu mencegah pendarahan setelah persalinan,
mempercepat mengecilnya rahim, menunda masa subur, mengurangi
anemia, mencegah kanker ovarium dan kanker payudara, serta sebagai
metode keluarga berencana sementara. Dari tinjauan psikologis, kegiatan
menyusui akan membantu ibu dan bayi untuk membentuk tali kasih. Kontak
batin akan terjalin antara ibu dan bayi setelah persalinan saat ibu menyusui
bayinya untuk pertama kali.
3. Komposisi ASI
Menurut Werdayanti (2013 ), komposisi ASI yaitu sebagai berikut :
a. Karbohidrat
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa. Laktosa pada ASI mudah
diserap tubuh karena ada enzim lactase untuk memecah laktosa. Kadar
tenaga, perkembangan otak, penyerapan kalsium, dan pertumbuhan
bakteri baik diusus.
b. Protein
Protein utama dalam kolostrum adalah globulin. Protein utama
dalam ASI mature whey dan sedikit kasein.
c. Lemak
Lemak pada ASI memiliki keistimewaan, yaitu hadir bersama
enzim lipase yang tugasnya memecahkan trigliserida menjadi
digliserida dan kemudian monogliserida sehingga ASI lebih mudah
dicerna. Lipase aktif saat sudah bertemu dengan garam empedu di usus
bayi.
d. Vitamin
ASI mengandung vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, K) dan
vitamin larut air (vitamin B dan C). Vitamin A untuk kesehatan mata,
pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Vitamin E untuk
ketahanan dinding sel darah merah sehingga terhindar dari anemia.
Vitamin K sebagai faktor pembekuan darah. ASI sedikit mengandung
vitamin D. Asupan nutrisi ibu berpengaruh terhadap vitamin larut air,
yaitu vitamin B dan C. vitamin C pada ASI tiga kali lebih banyak
dibanding susu sapi. ASI mengandung nutrient-karier protein pengikat
vitamin B 12 dan asam folat sehingga tidak berada dalam keadaan
bebas. Jika vitamin ini dalam keadaan bebas, akan digunakan bakteri
e. Mineral
Mineral utama dalam ASI berupa kalsium, magnesium, fosfor,
sodium, potassium, dan kloride. Mineral lain ada dalam jumlah sedikit,
yaitu zinc, iron, copper, mangan, selenium, iodine, fluoride. Kadar
mineral rata-rata konstan selama masa laktasi, kecuali beberapa mineral
spesifik yang kadarnya tergantung asupan ibu. Zat besi dan kalsium
dalam ASI sangat stabil dan tidak dipengaruhi makanan ibu. Zat besi
pada ASI terikat dengan protein sehingga absorpsi lebih mudah dan
tidak akan dimanfaatkan bakteri untuk tumbuh
f. Enzim
Enzim adalah biomolekuler berupa protein sebagai katalis, yaitu
senyawa yang mempercepat suatu reaksi. Semua proses biologis
memerlukan enzim agar berlangsung cepat pada lintasan metabolisme
yang ditentukan hormon sebagai promoter. Enzim dalam ASI
menyebabkannya mudah dicerna.
g. Hormon
Hormon adalah zat kimia pembawa pesan kimiawi antar sel
dengan memberi sinyal ke sel target yang selanjutnya akan melakukan
aktifitas tertentu. Satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan
hormon lainnya.
4. Macam-Macam ASI a. Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang diproduksi di hari-hari pertama
biasanya selama 4 hari. Bayi perlu sering menyusu langsung untuk
dalam rahim. Kolostrum lebih banyak mengandung protein, terutama
immunoglobulin, protein dalam jumlah dominan juga mencegah gula
darah rendah.
b. ASI Transisi
Setelah beberapa hari menghasilkan kolostrum, selanjutnya
dihasilkan ASI transisi. ASI transisi mulai diproduksi hari ke 4-10
setelah kelahiran. Terjadi perubahan komposisi dari kolostrum ke ASI
transisi. Kadar protein dan immunoglobulin berkurang, kadar lemak dan
karbohidrat meningkat dibanding kolostrum.
c. ASI Mature
ASI mature diproduksi setelah hari ke 10 sampai akhir masa
laktasi atau penyapihan nanti, berwarna putih kekuningan, tidak
menggumpal bila dipanaskan, dengan volume 300-850 ml per 24 jam.
ASI mature terus berubah disesuaikan perkembangan bayi. Pada malam
hari, ASI ini lebih banyak mengandung lemak yang akan membantu
meningkatkan berat badan dan perkembangan otak yang maksimal.
d. Foremilk – Hindmilk
Pada satu kali sesi menyusui, ternyata ada 2 macam ASI yang
diproduksi, yaitu foremilk terlebih dahulu, kemudian hindmilk.
Foremilk berwarna lebih bening, kandungan utamanya protein, laktosa,
vitamin, mineral dan sedikit lemak. Foremilk memiliki kadar air cukup
tinggi sehingga lebih encer dibanding hindmilk dan diproduksi dalam
jumlah banyak untuk memenuhi kebutuhan cairan. Hindmilk berwarna
lebih putih karena kandungan lemak 4-5 kali lebih banyak pada
energi dari lemak sehingga penting memastikan bayi mendapatkan
hindmilk dengan tidak menghentikan menyusu terlalu cepat.
5. Beberapa Alasan yang Menyebabkan Ibu Tidak Memberikan ASI Eksklusif
Menurut Sulistyoningsih (2010), Banyak yang diperoleh ketika
dilakukan pemberian ASI secara eksklusif namun sangat sedikit ibu yang
melakukan pemberian ASI eksklusif, dengan berbagai sebab diantaranya
adalah :
a. ASI dianggap tidak mencukupi
Banyak ibu yang beranggapan bahwa ASI tidak mencukupi
sehingga memutuskan untuk menambah atau mengganti dengan susu
formula. Sebenarnya, hampir semua ibu yang melahirkan akan berhasil
menyusui bayinya dengan jumlah ASI yang cukup dan sesuai dengan
kebutuhan bayinya. Hal yang harus diperhatikan agar ASI dapat
diproduksi dengan jumlah dan kualitas yang baik adalah teknik
menyusui yang benar, asupan gizi ibu, serta frekuensi menyusui.
Semakin sering bayi menghisap/menyusu kepada ibunya maka produksi
ASI akan semakin lancer.
b. Ibu Bekerja di Luar Rumah
Ibu bekerja harus meninggalkan bayinya seharian penuh
sehingga ini menjadi alasan ibu menggantikannya dengan susu formula.
Sebenarnya, seorang ibu yang bekerja masih dapat memberikan ASI
eksklusif dengan dukungan pengetahuan yang cukup dan benar dari ibu,
perlerngkapan memerah ASI, serta dukungan lingkungan keluarga dan
c. Beranggapan Bahwa Susu Formula Lebih Baik dan Lebih Praktis dari
ASI
Gencarnya promosi tentang susu formula serta kurangnya
pengetahuan ibu tentang ASI menyebabkan tidak sedukit ibu yang
beranggapan bahwa susu formula sama baiknya atau bahkan lebih baik
dari ASI. Padahal, tidak ada satu alasan pun bagi ibu untuk lebih
memilih susu formula dibandingkan ASI karena begitu banyak manfaat
dan kelebihan ASI dibandingkan susu formula.
d. Kekhawatiran Tubuh Menjadi Gemuk
Ibu biasanya beranggapan bahwa nafsu makan ibu menyusui
lebih besar dibandingkan ibu yang tidak menyusui sehingga timbul
kekhawatiran berat badannya akan meningkat. Pendapat ini tidaklah
benar seluruhnya, karena produksi ASI tidak hanya terjadi pada pasca
persalinan tetapi telah dipersiapkan selama kehamilan. Selama hamil
telah dipersiapkan timbunan lemak yang akan dipergunakan selama
proses menyusui, dengan demikian perempuan yang tidak menyusui
malah akan lebih sulit untuk menghilangkan timbunan lemak ini.
D. Faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif
Ada beberapa faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif
pada ibu hamil trimester III yaitu:
1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2012) pengetahuan adalah hasil dari tahu,
dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman
dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat
yaitu (Notoatmodjo, 2012):
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefisikan,
menyatakan, dan sebagainya
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar, orang yang telah
paham tehadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagai dalam konteks atau
situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah di dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.misalnya,
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Paramita (2008) dalam Suryani & Mularsih (2011),
tidak semua suami dapat memberikan dukungan yang diharapkan
kepada ibu menyusui. Suami akan mendukung praktik pemberian ASI
bila memiliki pengetahuan yang baik tentang hal yang berhubungan
dengan pemberian ASI, memiliki hubungan yang baik dengan ibu, dan
juga terlibat dalam keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit
yaitu antara suami, ibu dan bayi.
2. Informasi
Masukan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan baik dari orang
maupun media. Media dibagi 2 yaitu media cetak, dan elektronik. Media
cetak yaitu sarana komunikasi dengan tulisan terdiri dari booklet, leflet, rubrik
di majalah atau surat kabar. Media elektronik yaitu sarana komunikasi dengan
elektronik terdiri dari televisi, radio, video dan slide Media (Notoatmodjo,
2005 dalam Meilani, 2001). Penyuluhan atau penyebaran informasi melalui
siaran radio, televisi, video, artikel dimajalah, tabloit, surat kabar dapat
meningkatkan pengetahuan, tetapi tidak selalu dapat mengubah apa yang
dilakukan. Informasi tentang ASI perlu diberikan kepada siapa saja dan sedini
mungkin agar terjadi lingkungan yang mendukung pemberian ASI (Perinasia,
Motif ingin tahu segala sesuatu yang dapat meningkatkan kualitas hidup
seseorang, mendorong orang tersebut mencapainya dengan cara mencari dan
mendapatkan sesuatu tersebut. Setiap orang membutuhkan informasi sebagai
bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan
kebutuhannya (Yusup, 1995).
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan yang baru, informasi baru yang di dapat
merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau
merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya (Mubarak, 2012).
Menurut Erfandi (2009), mengatakan bahwa informasi yang diperoleh
baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia
bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diperlukan informasi-informasi yang akurat. Sehingga masyarakat dapat
memahami dan mengerti tentang informasi yang diberikan.
3. Budaya
Menurut Helman, (1990 dalam bobak et all, 2005) budaya adalah
sebagai seperangkat pedoman yang diwarisi individu sebagai anggota
masyarakat tertentu dan memberitahu individu cara memandang dunia dan
cara berhubungan dengan orang lain, dengan kekuatan supranatural dan
dengan lingkungan alam.
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita (Mubarak,
2012). Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial
budaya antara lain kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan
kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung, gencarnya promosi susu
formula. Adapun kebiasaan yang tidak mendukung pemberian ASI adalah
memberikan makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa,
nasi papah, pisang dan memberikan susu formula sejak dini, orang tua dan
keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula
dan adanya kepercayaan kalau menyusui dapat merusak bentuk payudara
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dukungan
suami dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III di Rumah
Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru. Dukungan suami dapat menentukan
keberhasilan atau kegagalan menyusui, sebab dukungan suami akan
menimbulkan rasa nyaman pada ibu sehingga akan mempengaruhi produksi ASI
serta meningkatkan semangat ibu (Adiningsih, 2004 dalam sartono &
utaminingrum 2008). Ada beberapa faktor dukungan suami dalam pemberian
ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III, yaitu pengetahuan, informasi dan
budaya. Untuk memperjelas arah penelitian ini maka dapat digambarkan
kerangka konseptual sebagai berikut :
Skema 3.1 kerangka konsep
Faktor-Faktor Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin
Vina Kecamatan Medan Baru
Dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III
Faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III:
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional NO Variabel Definisi
Operasional
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Dimana peneliti ingin mengetahui faktor-faktor dukungan suami
dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III di Rumah Bersalin
Vina Kecamatan Medan Baru.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan unit penelitian, dimana dari populasi ini
bisa berbentuk orang, objek tertentu, atau kejadian (Zaluchu, 2011).
Populasi dalam penelitian adalah seluruh pasangan ibu hamil trimester III
yang mendampingi istri untuk melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak
119 orang dari Januari- Desember 2013 di Rumah Bersalin Vina.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Purposive sampling
yaitu cara ini diterapkan dengan memilih sampel setelah sebelumnya
menetapkan kriteria yang harus di penuhi (Zaluchu, 2011). Penentuan besar
sampel yang digunakan adalah penentuan besar sampel berdasarkan
pertimbangan, menurut Arikunto (2006) apabila subjek kurang dari 100
penelitian populasi, selanjutnya jika populasi besar maka dapat diambil
10-15 persen atau 20-25 persen sampel atau lebih.
Peneliti menggunakan penentuan besar sampel dengan mengambil 25
persen dari populasi. Perhitungan besar sampelnya adalah sebagai berikut:
n = (25% x N)
= (25% x119)
= 29,7
= 30
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah sampel pada penelitian ini
adalah 30 responden. Adapun kriteria inklusi yang di ambil yaitu suami
yang bersedia menjadi responden, suami yang mendampingi istri saat
melakukan pemeriksaan kehamilan trimester III di Rumah Bersalin Vina
Kecamatan Medan Baru.
C. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 Februari – 28 Juni 2014.
E. Etik Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapat surat izin dari instansi
Program D-IV Bidan pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara
dan mengajukan permohonan izin kepada Rumah Bersalin Vina. Setelah
mendapatkan persetujuan, sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti
menghormati manusia, karena manusia adalah makhluk mulia yang harus
dihormati. Maka responden memiliki hak dalam menentukan pilihan antara mau
dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subjek penelitian. Jika responden
bersedia berpartisipasi dalam penelitian maka responden harus bersedia
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti,
maka peneliti tidak akan memaksa. Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan
peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner hanya
memberi kode. Kuesioner di simpan di tempat yang aman dan semua informasi
yang diperlukan hanya digunakan untuk penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh
langsung dari responden melalui lembar kuesioner yang dibagikan dengan
tahapan sebagai berikut :
1. Peneliti menyerahkan lembar kuesioner kepada responden dengan terlebih
dahulu meminta persetujuan (informed consent) apakah bersedia untuk
dijadikan responden, bila responden bersedia menjadi subjek penelitian
maka diminta kesediaan untuk menandatangani surat persetujuan penelitian.
2. Selanjutnya peneliti akan menjelaskan cara pengisian kuesioner dan tujuan
penelitian tersebut.
3. Agar pengumpulan dapat berjalan dengan cermat dan teliti, peneliti
mengawasi atau mendampingi responden saat mengisi kuesioner.
4. Setelah responden selesai menjawab kuesioner yang dibagikan selanjutnya
peneliti mengumpulkan kuesioner dengan terlebih dahulu memeriksa
jawaban responden apakah sudah terisi seluruhnya, sehingga dalam
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
disusun sendiri oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka.
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi (KDD) dan
kuesioner faktor-faktor dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif
(KFMDS).
1. Kuesioner Data Demografi (KDD).
Kuesioner data demografi yang terdiri dari umur suami, pendidikan terakhir
suami, pekerjaan, suku, agama, jumlah kehamilan, dan penghasilan. Data
demografi calon responden bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon
responden dan mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase
demografi faktor-faktor dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif
pada ibu hamil trimester III.
2. Kuesioner faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif
pada ibu hamil trimester III (KFMDS).
Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dukungan suami
dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III. Kuesioner ini
terdiri dari 22 pertanyaan yaitu 10 pertanyaan tentang pengetahuan suami
terhadap ASI eksklusif, 2 pertanyaan tentang informasi yang didapat suami
terhadap ASI eksklusif, 10 pernyataan tentang budaya terhadap pemberian
ASI eksklusif.
Pertanyaan pengetahuan diukur dengan menggunakan 3 kategori yaitu baik,
cukup, kurang dengan diberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan untuk
skor 0 untuk jawaban yang salah. Skala yang digunakan adalah ordinal
1. Baik : jika responden memperoleh nilai (76 %-100%)
2. Cukup : jika responden memperoleh nilai (55 %-75%)
3. Kurang : jika responden memperoleh nilai (< 55%)
Kuesioner informasi bertujuan untuk mengetahui apakah pasangan
ibu hamil pernah mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif dan sumber
informasi yang diperoleh. Skala yang digunakan nominal
Sedangkan pernyataan tentang budaya keseluruhan pernyataan dalam
kuesioner ini terdiri dari pernyataan mendukung dan tidak mendukung.
Pernyataan mendukung terdiri dari 5 pernyataan yaitu no 1, 2, 5, 8, 10 dan
pernyataan tidak mendukung yaitu no 3, 4, 6, 7, 9. Diberi skor 1 untuk
jawaban Ya dan untuk skor 0 untuk jawaban yang Tidak. Skala yang
digunakan adalah guttman.
H. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji validitas
Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan kemampuan
instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk
mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey,
2002). Uji ini dilakukan dengan cara content validity yang diuji oleh, orang
yang ahli dalam bidang kurikulum tersebut. Kuesioner ini telah diuji
validitasnya oleh ibu Febrina Oktavaniola Kaban, SST, M.Keb sehingga
instrumen yang digunakan tersebut dinyatakan valid dan mampu mengukur
variabel yang akan diukur. Kuesioner dinyatakan valid dengan CVI
2. Uji Reliabilitas
Uji realibilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
konsistensi dari instrument sehingga dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama (Dempsey, 2002). Uji rebilitas
ini diujikan sebelum penelitian berlangsung kepada 10 orang suami yang
mempunyai kriteria yang sama dengan responden yang akan diteliti. Skor
korelasi dari uji reabilitas diperoleh nilai koefisien cronbach’s alpha lebih
dari 0,632 maka dinyatakan reliabel. Hasil penilaian uji reabilitas untuk
faktor pengetahuan adalah 0.837 dan faktor budaya 0.944.
I. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data di mulai setelah peneliti menerima surat izin
pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu program study D-IV Bidan
Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara dan rumah bersalin
Vina. Setelah mendapatkan responden peneliti melakukan pengambilan data
penelitian. Kemudian peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan,
manfaat dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediaannya
untuk terlibat. Kemudian peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia.
Calon responden yang bersedia diminta untuk menandangani surat persetujuan
(informed consent). Setelah mendapatkan persetujuan responden pengumpulan
data dimulai, kemudian peneliti menganalisa data.
J. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif.
Pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi dan kemudian dianalisis.
dilalui yaitu : a) Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi
formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada dikuesioner sudah lengkap,
jelas, relevan, dan konsisten. b) Coding merupakan kegiatan merubah data
berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan. c) Prosessing adalah
memproses data agar data yang sudah di entry dapat dianalisis, dilakukan
dengan meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. d) Cleaning
merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada
kesalahan atau tidak.
Data yang dapat dari hasil penelitian melalui pengisian kuesioner oleh
responden yang kemudian dianalisis secara deskriptif dengan variabel distribusi
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian
mengenai faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif pada
ibu hamil trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru tahun
2014. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari–Juni 2014. Dengan
jumlah responden 30 orang. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor dukungan
suami dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III, peneliti
menggunakan kuesioner yang berisikan 10 pertanyaan untuk pengetahuan, 2
pertanyaan untuk informasi, dan 10 pernyataan untuk budaya. Berikut ini akan
dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden,
faktor-faktor dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil
trimester III di Rumah Bersalin Vina Kecamatan Medan Baru tahun 2014.
1. Karakteristik responden
Berdasarkan karakteristik distribusi responden yang dilibatkan
dalam penelitian ini sebanyak 30 orang responden, menunjukkan mayoritas
responden berusia 21-35 tahun sebanyak 22 orang (73%), pendidikan SMA
yaitu 13 responden (43%), pekerjaan wiraswasta yaitu 20 orang (67%), serta
suku Batak yaitu 17 orang (57%), Agama Islam yaitu 16 orang (53%),
kehamilan pertama yaitu 16 orang (53%) dan berpenghasilan >RP1.800.000
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden Tentang Faktor-Faktor Dukungan Suami Dalam Pemberian ASI
Eksklusif pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Bersalin Vina Medan Baru n=30
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur
2. Pengetahuan suami tentang ASI Eksklusif.
Berikut ini gambaran hasil penelitian pengetahuan suami dalam pemberian
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil Trimester III
di RumahBersalin Vina Medan Baru n=30
No. Pertanyaan Pengetahuan
Benar Salah
n (%) n (%)
1 Salah satu peran suami dalam membantu ibu menyusui adalah menciptakan suasana positif
29 (97) 1 (3)
2 Orang yang sangat mempengaruhi tentang sukses atau tidaknya ibu menyusui adalah suami
21 (70) 9 (30)
3 Peran ayah proses pemberian ASI dengan belajar dan saat istri hamil
20 (67) 10 (33)
4 Dukungan suami keberhasilan ibu menyusui 23 (77) 7 (23) 5 Suami memberi perhatian dan ketenangan 24 (80) 6 (20) 6 Ibu mengkonsumsi makanan sehat gizi 27 (90) 3 (10) 7 Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia 6 bulan dapat
dipenuhi hanya dengan ASI eksklusif
24 (80) 6 (20)
8 ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena banyak mengandung zat gizi
29 (97) 1 (3)
9 ASI keluar dihari pertama berbau amis 14 (47) 16 (53) 10 Salah satu manfaat ASI eksklusif bagi ibu adalah KB 20 (67) 10 (33)
Berdasarkan Tabel 5.2 diatas distribusi frekuensi dan persentase
pengetahuan suami terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III
menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak tahu tentang ASI keluar hari
pertama berbau amis (53%), peran ayah dalam pemberian ASI dengan belajar saat
istri hamil (33%), dan salah satu manfaat ASI eksklusif bagi ibu adalah KB (33%).
Dan berdasarkan hasil penelitian katagori pengetahuan suami dalam pemberian ASI
eksklusif untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Pengetahuan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil Trimester III
di Rumah Bersalin Vina Medan Baru n=30
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 17 57
Cukup 9 30
Berdasarkan Tabel 5.3 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden
mengenai pengetahuan suami tentang ASI eksklusif yaitu mayoritas responden
memiliki pengetahuan baik (57%) dan minoritas responden yang memiliki
pengetahuan kurang (13%).
3. Informasi Suami Tentang ASI Eksklusif
Berikut ini gambaran hasil penelitian informasi yang diperoleh suami
dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil trimester III di Rumah Bersalin
Vina Medan.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Informasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil Trimester III
di Rumah Bersalin Vina Medan Baru n=30
Informasi Frekuensi Persentase (%)
Pernah 30 100
Tidak pernah - -
Berdasarkan Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden
mengenai informasi tentang ASI eksklusif yaitu mayoritas pernah mendapatkan
informasi (100%) dan tidak ada responden yang tidak pernah mendapatkan
informasi tentang ASI eksklusif. Adapun sumber informasi tentang ASI eksklusif
untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil Trimester
III di RumahBersalin Vina Medan Baru n =30
Sumber informasi Frekuensi Persentase (%)
Dari hasil Tabel 5.5 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mengenai
sumber informasi tentang ASI eksklusif yaitu mayoritas sumber informasi dari
nonmedia yaitu tenaga kesehatan, keluarga, dan teman (70%) dan minoritas sumber
informasi dari media elektronik yaitu TV, Radio (30%).
4. Budaya Suami terhadap ASI Ekslusif
Berikut ini gambaran hasil penelitian budaya suami dalam pemberian ASI
eksklusif pada ibu trimester di Rumah Bersalin Vina Medan dapat dilihat pada
tabel 5.6 berikut ini
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi dan Persentase Budaya Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah
Bersalin Vina Medan Baru n=30
No. Pernyataan Budaya Ya Tidak n (%) n ( % ) 1 Ibu menyusui tidak harus melakukan
pantangan makanan setelah melahirkan.
25 (83) 5 (17)
2 Tugas suami selain sebagai pencari nafkah juga sebagai pemberi semangat istri untuk menyusui
29 (97) 1 (3)
3 Bayi baru lahir tidak cukup dengan ASI saja dan harus diberi makanan tambahan
6 (20) 24 (80)
4 Suami beranggapan ASI tidak penting diberikan untuk bayi
22 (73) 8 (27)
5 Bayi baru lahir perlu diberikan ASI segera 27 (90) 3 (10) 6 Pada hari pertama ASI belum keluar bayi
perlu diberi susu formula
9 (30) 7 (70)
7 Bayi baru lahir langsung dikasih madu 21 (70) 9 (30) 8 Sebelum bayi berusia 6 bulan tidak boleh
dikasih makan tapi hanya boleh dikasih ASI
21 (70) 9 (30)
9 ASI eksklusif tidak diberikan untuk bayi karna dapat merusak bentuk payudara ibu
18 (60) 12 (40)
10 ASI lebih baik diberikan kepada bayi baru lahir dari pada susu formula
29 (97) 1 (30)
Berdasarkan Tabel 5.6 diatas distribusi frekuensi dan persentase
menunjukkan bahwa mayoritas responden salah tentang bayi baru lahir tidak
cukup dengan ASI saja dan harus diberi makanan tambahan (80%), Pada hari
pertama ASI belum keluar bayi perlu diberi susu formula (70%), ASI eksklusif
tidak diberikan untuk bayi karena dapat merusak bentuk payudara ibu (40%). Dan
berdasarkan hasil penelitian tentang budaya suami dalam pemberian ASI ekslusif
untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Faktor Budaya Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah
Bersalin Vina Medan Baru n=30
Budaya Frekuensi Persentase (%)
Mendukung 25 83
Tidak mendukung 5 17
Dari hasil Tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden mengenai
budaya suami terhadap ASI ekskusif mayoritas budaya suami mendukung (83%) dan
minoritas tidak mendukung (17%).
B. Pembahasan
1. Pengetahuan suami tentang ASI eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pengetahuan suami tentang
ASI eksklusif yaitu mayoritas responden memiliki pengetahuan baik (57%) dan
minoritas responden yang memiliki pengetahuan kurang (13%). Hal ini sesuai
dengan penelitian Yuliatun dan Laili (2010), Penelitian ini dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Pandanwangi Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing
Kabupaten Malang terhadap 38 responden dimana hasil penelitian dilaporkan
katagori baik (81%) dan pengetahuan kurang sebanyak (3%). Hasil penelitian
diatas juga sejalan dengan penelitian yang dilaporkan dalam Clinical Pedriatric
persalinan didapatkan 26,9% pada kelompok ayah tidak mengerti ASI, dan 98,1%
pada kelompok ayah yang mengerti ASI.
Selanjutnya Paramita (2008, dalam Suryani & Mularsih, 2011),
menjelaskan bahwa tidak semua suami dapat memberikan dukungan yang
diharapkan kepada ibu menyusui. Suami akan mendukung praktik pemberian ASI
bila memiliki pengetahuan yang baik tentang hal yang berhubungan dengan
pemberian ASI, memiliki hubungan yang baik dengan ibu, dan juga terlibat dalam
keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit yaitu antara suami, ibu dan bayi.
Dengan demikian dapat diuraikan bahwa salah satu faktor predisposisi dari
perilaku adalah faktor pengetahuan, sehingga akan ada hubungan yang positif
antara pengetahuan suami tentang ASI eksklusif dengan perilakunya bagi ibu
menyusui. Suami yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang ASI
eksklusif akan cenderung memiliki perhatian yang lebih untuk ibu menyusui
(Notoatmodjo, 2003, dalam yuliatun & Laili 2010).
Asumsi peneliti dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas
pengetahuan tinggi, hal ini disebabkan karena faktor pendidikan responden yang
sebagian besar adalah tamatan SMA dan merupakan kehamilan pertama sehingga
membuat suami mencari informasi yang seluas-luasnya tentang ASI eksklusif.
Namun demikian masih ada suami yang mempunyai tingkat pengetahuan yang
kurang baik mengenai ASI eksklusif. Hal ini bisa disebabkan selain oleh tingkat
pendidikan yang rendah, juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang dianut
suami. Dimana suami beranggapan bahwa urusan menyusui dan merawat anak
adalah urusan istri. Jadi suami tidak perlu tahu mengenai segala urusan menyusui
2. Informasi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi tentang ASI
eksklusif sangat jelas dengan respon responden bahwa seluruhnya pernah
mendapatkan informasi (100%) dan tidak ada responden yang tidak pernah
mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif. Adapun sumber informasi tentang
ASI eksklusif mayoritas sumber informasi dari nonmedia yaitu tenaga kesehatan,
keluarga, dan teman (70%). Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian
Meilani, (2011) di Gampong Tengoh Langsa dari 56 responden mayoritas pernah
mendapatkan informasi tentang ASI (100%) dan sumber informasi nonmedia
(79%). Hal yang sama dikemukakan oleh Yusup (1995) bahwa ada motif ingin
tahu segala sesuatu yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang,
mendorong orang tersebut mencapainya dengan cara mencari dan mendapatkan
sesuatu tersebut. Setiap orang membutuhkan informasi sebagai bagian dari
tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan kebutuhannya.
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat diperlukan informasi-informasi yang akurat. Sehingga masyarakat
dapat memahami dan mengerti tentang informasi yang diberikan (Erfandi, 2009).
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
pengaruh pada pengetahuan seseorang meskipun seseorang memiliki pendidikan
rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang (Hidayat 2009, dalam Purnamawati 2013).
Penyuluhan atau penyebaran informasi melalui siaran radio, televisi,
video, artikel dimajalah, tabloit, surat kabar dapat meningkatkan pengetahuan,
tetapi tidak selalu dapat mengubah apa yang dilakukan. Informasi tentang ASI
perlu diberikan kepada siapa saja dan sedini mungkin agar terjadi lingkungan
yang mendukung pemberian ASI (Perinasia, 2003 dalam Meilani, 2011).
Beberapa studi tentang Breastfeeding father yaitu merupakan istilah
populer yang digunakan untuk ayah yang mendukung dan berperan aktif
membantu ibu dalam proses menyusui menjadi faktor dominan penentu
keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Berbagai tipe peran ayah seperti mencari
informasi tentang ASI serta mendampingi ibu selama kehamilan dan saat proses
melahirkan hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi memiliki hubungan yang
signifikan terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Februhartanty, 2008
dalam permatasari, 2012).
Asumsi peneliti dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa semua responden
pernah mendapatkan informasi tentang ASI ekskusif mayoritas sumber informasi
yang diperoleh responden adalah nonmedia hal ini disebabkan karena pasien atau
suami ibu hamil yang datang ke rumah bersalin Vina selalu diberi informasi
tentang ASI eksklusif, dan suami juga sering mencari informasi dari keluarga dan
kawan-kawannya yang lebih berpengalaman. Namun demikian ada juga suami
yang memperoleh informasi dari media elektronik. Hal ini bisa disebabkan karena
tidak ada waktu karena masih mengambil pekerjaan sampingan lain di luar
pekerjaan pokoknya.
3. Budaya
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas budaya suami
mendukung terhadap ASI eksklusif (83%) dan minoritas tidak mendukung yaitu
(17%). Penelitian ini sejalan Firanika & Rayuni (2010), dimana penelitian
dilakukan di Kelurahan Bubulak Kota Bogor dengan hasil bahwa budaya berperan
untuk mendukung kesehatan. Dengan jumlah responden pada penelitian ini
sebanyak 10 orang, dimana 7 orang mendukung terhadap ASI eksklusif dan 3
orang tidak mendukung terhadap ASI ekslusif.
Kondisi ini berbeda dengan apa yang terdapat dalam Depkes RI (2008
dalam Wati 2013), bahwa permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif
adalah sosial budaya tidak mendukung pemberian ASI adalah memberikan
makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang
dan memberikan susu formula sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih
menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan adanya kepercayaan
kalau menyusui dapat merusak bentuk payudara. Menurut Helman(1990 dalam
bobak et all, 2005) dijelaskan bahwa budaya adalah sebagai seperangkat pedoman
yang diwarisi individu sebagai anggota masyarakat tertentu dan memberitahu
individu cara memandang dunia dan cara berhubungan dengan orang lain, dengan
kekuatan supranatural dan dengan lingkungan alam.
Selanjutnya bila ditelaah lebih lanjut bahwa teori Perubahan sosial dan
kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya penyebab yang berasal dari
masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat, misal adanya
bersifat baru (discovery) atau pun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan
dari bentuk penemuan lama (invention). Selain itu pendidikan merupakan faktor
pendukung perubahan kebudayaan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu
bagi manusia, terutama membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah,
rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk
menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan
zaman atau tidak (Intan, 2013).
Asumsi peneliti dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas budaya
suami mendukung dalam pemberian ASI eksklusif disebabkan karena
pengetahuan tentang ASI eksklusif sudah baik, faktor pendidikan yang tinggi
sehingga sudah terjadi perubahan budaya. Namun demikian masih ada budaya
yang tidak mendukung dalam pemberian ASI eksklusif hal ini bisa disebabkan
oleh tingkat pendidikan yang rendah dan juga lebih menuruti perkataan orangtua
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan pengetahuan diketahui dari 30 responden tentang ASI
eksklusif katagori baik sebanyak 17 orang (57%) dan kurang sebanyak 4
orang (13%).
2. Berdasarkan informasi diketahui dari 30 responden pernah mendapat
informasi sebanyak 30 orang (100%) dan tidak ada responden yang tidak
pernah mendapatkan informasi tentang ASI. Adapun sumber informasi
tentang ASI eksklusif menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas
sumber informasi dari nonmedia yaitu tenaga kesehatan, keluarga, dan
teman sebanyak 21 orang (70%) dan minoritas sumber informasi dari
media elektronik yaitu TV, Radio sebanyak 9 orang (30%).
3. Berdasarkan budaya diketahui dari 30 responden yang memiliki budaya
mendukung ASI eksklusif sebanyak 25 orang (83%) dan responden yang
memiliki budaya tidak mendukung ASI eksklusif yaitu 5 orang (17%).
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Kebidanan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada suami yang belum
mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, maka diharapkan bidan lebih
meningkatkan lagi dalam memberikan informasi tentang penting ASI untuk