• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Pengetahuan suami tentang ASI eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pengetahuan suami tentang ASI eksklusif yaitu mayoritas responden memiliki pengetahuan baik (57%) dan minoritas responden yang memiliki pengetahuan kurang (13%). Hal ini sesuai dengan penelitian Yuliatun dan Laili (2010), Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pandanwangi Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kabupaten Malang terhadap 38 responden dimana hasil penelitian dilaporkan katagori baik (81%) dan pengetahuan kurang sebanyak (3%). Hasil penelitian diatas juga sejalan dengan penelitian yang dilaporkan dalam Clinical Pedriatric (1914, dalam Roesli 2012) tentang keberhasilan menyusui terhadap 115 ibu paska

persalinan didapatkan 26,9% pada kelompok ayah tidak mengerti ASI, dan 98,1% pada kelompok ayah yang mengerti ASI.

Selanjutnya Paramita (2008, dalam Suryani & Mularsih, 2011), menjelaskan bahwa tidak semua suami dapat memberikan dukungan yang diharapkan kepada ibu menyusui. Suami akan mendukung praktik pemberian ASI bila memiliki pengetahuan yang baik tentang hal yang berhubungan dengan pemberian ASI, memiliki hubungan yang baik dengan ibu, dan juga terlibat dalam keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit yaitu antara suami, ibu dan bayi.

Dengan demikian dapat diuraikan bahwa salah satu faktor predisposisi dari perilaku adalah faktor pengetahuan, sehingga akan ada hubungan yang positif antara pengetahuan suami tentang ASI eksklusif dengan perilakunya bagi ibu menyusui. Suami yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang ASI eksklusif akan cenderung memiliki perhatian yang lebih untuk ibu menyusui (Notoatmodjo, 2003, dalam yuliatun & Laili 2010).

Asumsi peneliti dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas pengetahuan tinggi, hal ini disebabkan karena faktor pendidikan responden yang sebagian besar adalah tamatan SMA dan merupakan kehamilan pertama sehingga membuat suami mencari informasi yang seluas-luasnya tentang ASI eksklusif. Namun demikian masih ada suami yang mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang baik mengenai ASI eksklusif. Hal ini bisa disebabkan selain oleh tingkat pendidikan yang rendah, juga dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya yang dianut suami. Dimana suami beranggapan bahwa urusan menyusui dan merawat anak adalah urusan istri. Jadi suami tidak perlu tahu mengenai segala urusan menyusui dan merawat anak karena tidak akan ada gunanya.

2. Informasi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi tentang ASI eksklusif sangat jelas dengan respon responden bahwa seluruhnya pernah mendapatkan informasi (100%) dan tidak ada responden yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif. Adapun sumber informasi tentang ASI eksklusif mayoritas sumber informasi dari nonmedia yaitu tenaga kesehatan, keluarga, dan teman (70%). Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian Meilani, (2011) di Gampong Tengoh Langsa dari 56 responden mayoritas pernah mendapatkan informasi tentang ASI (100%) dan sumber informasi nonmedia (79%). Hal yang sama dikemukakan oleh Yusup (1995) bahwa ada motif ingin tahu segala sesuatu yang dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang, mendorong orang tersebut mencapainya dengan cara mencari dan mendapatkan sesuatu tersebut. Setiap orang membutuhkan informasi sebagai bagian dari tuntutan kehidupannya, penunjang kegiatannya, dan pemenuhan kebutuhannya.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diperlukan informasi-informasi yang akurat. Sehingga masyarakat dapat memahami dan mengerti tentang informasi yang diberikan (Erfandi, 2009). Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Informasi akan memberikan

pengaruh pada pengetahuan seseorang meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah, tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hidayat 2009, dalam Purnamawati 2013).

Penyuluhan atau penyebaran informasi melalui siaran radio, televisi, video, artikel dimajalah, tabloit, surat kabar dapat meningkatkan pengetahuan, tetapi tidak selalu dapat mengubah apa yang dilakukan. Informasi tentang ASI perlu diberikan kepada siapa saja dan sedini mungkin agar terjadi lingkungan yang mendukung pemberian ASI (Perinasia, 2003 dalam Meilani, 2011).

Beberapa studi tentang Breastfeeding father yaitu merupakan istilah populer yang digunakan untuk ayah yang mendukung dan berperan aktif membantu ibu dalam proses menyusui menjadi faktor dominan penentu keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Berbagai tipe peran ayah seperti mencari informasi tentang ASI serta mendampingi ibu selama kehamilan dan saat proses melahirkan hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi memiliki hubungan yang signifikan terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Februhartanty, 2008 dalam permatasari, 2012).

Asumsi peneliti dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa semua responden pernah mendapatkan informasi tentang ASI ekskusif mayoritas sumber informasi yang diperoleh responden adalah nonmedia hal ini disebabkan karena pasien atau suami ibu hamil yang datang ke rumah bersalin Vina selalu diberi informasi tentang ASI eksklusif, dan suami juga sering mencari informasi dari keluarga dan kawan-kawannya yang lebih berpengalaman. Namun demikian ada juga suami yang memperoleh informasi dari media elektronik. Hal ini bisa disebabkan karena suami baru kali pertama menemani istri memeriksa kehamilannya dimana suami

tidak ada waktu karena masih mengambil pekerjaan sampingan lain di luar pekerjaan pokoknya.

3. Budaya

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas budaya suami mendukung terhadap ASI eksklusif (83%) dan minoritas tidak mendukung yaitu (17%). Penelitian ini sejalan Firanika & Rayuni (2010), dimana penelitian dilakukan di Kelurahan Bubulak Kota Bogor dengan hasil bahwa budaya berperan untuk mendukung kesehatan. Dengan jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 10 orang, dimana 7 orang mendukung terhadap ASI eksklusif dan 3 orang tidak mendukung terhadap ASI ekslusif.

Kondisi ini berbeda dengan apa yang terdapat dalam Depkes RI (2008 dalam Wati 2013), bahwa permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya tidak mendukung pemberian ASI adalah memberikan makanan/minuman setelah bayi lahir seperti madu, air kelapa, nasi papah, pisang dan memberikan susu formula sejak dini, orang tua dan keluarga juga masih menyediakan dan menganjurkan pemberian susu formula dan adanya kepercayaan kalau menyusui dapat merusak bentuk payudara. Menurut Helman(1990 dalam bobak et all, 2005) dijelaskan bahwa budaya adalah sebagai seperangkat pedoman yang diwarisi individu sebagai anggota masyarakat tertentu dan memberitahu individu cara memandang dunia dan cara berhubungan dengan orang lain, dengan kekuatan supranatural dan dengan lingkungan alam.

Selanjutnya bila ditelaah lebih lanjut bahwa teori Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya penyebab yang berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat, misal adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang

bersifat baru (discovery) atau pun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention). Selain itu pendidikan merupakan faktor pendukung perubahan kebudayaan. Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya dapat memenuhi perkembangan zaman atau tidak (Intan, 2013).

Asumsi peneliti dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas budaya suami mendukung dalam pemberian ASI eksklusif disebabkan karena pengetahuan tentang ASI eksklusif sudah baik, faktor pendidikan yang tinggi sehingga sudah terjadi perubahan budaya. Namun demikian masih ada budaya yang tidak mendukung dalam pemberian ASI eksklusif hal ini bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah dan juga lebih menuruti perkataan orangtua mereka dan mempercayai nasehat bahkan mitos negatif tentang menyusui.

Dokumen terkait