• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUSDAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS KUTOREJO KABUPATENMOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA NY A MASA HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUSDAN KELUARGA BERENCANA DI UPT PUSKESMAS KUTOREJO KABUPATENMOJOKERTO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “ A ” MASA HAMIL, BERSALIN,

NIFAS, NEONATUSDAN KELUARGA BERENCANA

DI UPT PUSKESMAS KUTOREJO

KABUPATENMOJOKERTO

RITA KURNIAWATI

1415401042

Subject : Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus, KB, Ibu, dan Anak

DESCRIPTION

Data Dinas Kesehatan Jawa Timur menunjukkan Angka Kematian Ibu

(AKI) mengalami penurunan pada tahun 2014. AKI pada tahun 2014 sebesar

93,52 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun

2014 sebesar 26,66%. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas) Jawa Timur pada tahun 2011-2013, AKB di Provinsi Jawa Timur

sebesar 27,23 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih belum mencapai target,

yaitu 26,66 per 1.000 kelahiran hidup. Tujuan studi kasus ini memberikan asuhan

kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil, bersalin, neonatus , nifas, dan

KB dengan menggunakan manajemen kebidanan

Pelayanan Komprehensif yaitu pelayanan yang dilakukan secara lengkap

dan berkesinambungan pada Ibu hamil, bersalin, nifas, sampai KB serta neonatus.

Pelaksanaannya dilakukan dengan pendekatan manajemen kebidanan dan

pendokumentasian SOAP. Pemberian asuhan kebidanan ini dilakukan tanggal 13

Februari – 5 Mei 2017.

Hasil asuhan kebidanan saat masa hamil pada Ny “A” didapatkan keluhan

yang masih fisiologis dan telah dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan kondisi

pasien saat masa hamil. Saat persalinan di dapatkan Ny. “A” langsung memasuki

Kala II. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu pertolongan persalinan normal.

Masa nifas Ny. “A” didapatkan keluhan yang fisiologis dan telah dilakukan

penatalaksanaan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien saat masa nifas.Bayi

baru lahir dalam keadaan asfiksia.Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu

penanganan awal resusitasi bayi baru lahir. Metode kontrasepsi yang digunakan

Ny.”A” adalah kondom.

Asuhan kebidanan komprehensif ini sangat membantu Ny “A” dalam

melewati masa hamil sampai KB, serta dapat diterapkan dan dilakukan dengan

pemberian komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat oleh petugas kesehatan.

Kata Kunci :Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus, KB

(2)

ABSTRACT

Based on East Java Health Department data, Maternal Mortality Rate

(MMR) has decreased in 2014. MMR in 2014 amounted to 93.52 per 100,000 live

births. Infant Mortality Rate (IMR) in 2014 amounted to 26.66%. Based on the

results of the National Socio-Economic Survey (Susenas) of East Java in

2011-2013, IMR in East Java Province amounted to 27.23 per 1,000 live births. This

number still has not reached the target, which is 26.66 per 1,000 live births. The

purpose of this case study provides cointunity of care in pregnancy, parturition,

postpartum, neonates, and family planning using midwifery management.

Comprehensive service is a complete and continuous service to pregnant

women, parturition, postpartum, to family planning and neonates. Implementation

was done with the approach of midwifery management and SOAP documentation.

This midwifery care was conducted on February 13 - May 5, 2017.

The results of midwifery care during pregnancy at Mrs."A" obtained a

complaint that was still physiological and has been done in accordance with the

conditions of patients during pregnancy. During the parturition obtained that

Mrs."A" went straight into second stage. Management performed was normal

intranatal care. Postpartum period Mrs."A" obtained a physiological complaints

and has been implementation in accordance with the conditions and needs of

patients during the postpartum. Newborn was in asphyxia state. Management

performed was the initial treatment of resuscitation of newborn. The

contraceptive method used by Mrs."A" was a condom.

Comprehensive midwifery care was very helpful Mrs."A" from the

pregnancy to family planning, and can be applied and done by providing

appropriate communication, information and education by health workers.

Keywords: Pregnancy, Parturition, Postpartum, Neonates, Family Planning

Contributor : 1. Dyah Siwi Hety, M.Kes 2. Zulfa Rufaida, M.Sc Date : 16 Mei 2017

Type Material : Laporan Penelitian Permanent Link: -

Right : Open Document

SUMMARY

LATAR BELAKANG

Angka Kematian Maternal (maternal mortality rate) adalah jumlah kematian maternal yang diperhitungkan terhadap 1.000 atau 100.000 kelahiran hidup yang disebabkan karena komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas, dan sebab-sebab yang lain seperti penyakit jantung, kanker dan lain-lain(Sarwono, 2014). Progam Nasional MDG’s (Millenium Development Goals) sebelum berakhir, dicanangkan program baru pengganti MDG’s yaitu SDG’s (Sustainable Development Goals), yang masa berlakunya Januari 2016 hingga Desember 2030 yang memiliki 17 tujuan salah satunya yaitu kesehatan dan kesejahteraan (Eridani, 2015). Tantangan bagi Bangsa Indonesia adalah masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 305 per kelahiran hidup(SDKI, 2015).

(3)

Berdasarkan hail Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015, menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan. Penurunan Angka KematianIbu (AKI) ini dibuktikan dengan adanya data pada tahun 2012 dengan jumlah 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan data pada tahun2015 dengan jumlah 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Hasil SUPAS 2015 untuk Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan dari tahun 2012 ketahun 2015.Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 dengan jumlah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun2015 dengan jumlah 22,23 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2015).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur, Angka Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan pada tahun 2013 - 2014. AKI pada tahun 2013 sebesar 97,39 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI pada tahun 2014 sebesar 93,52 per 100.000 kelahiranhidup. Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan pada tahun 2013-2014.Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2013 sebesar 27,5 %, sedangkan pada tahun 2014 sebesar 26,66%(Dinkes Jatim, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Angka Kematian Ibu (AKI) cenderung turun pada tahun 2013 hingga tahun 2014. AKI pada tahun 2013 sebanyak 22 kasus yang terdiri dari 6 kasus kematian ibu hamil, 2 kasus kematian ibu bersalin, dan 14 kasus kematian ibu nifas, sedangkan AKI pada tahun 2014 sebanyak 15 kasus yang terdiri dari 8 kasus kematian ibu hamil, dan 7 kasus kematian ibu nifas. Cakupan kunjungan ibu hamil K1 dan K4 cenderung naik.Cakupan K1 pada tahun 2013 sebesar 90,03%, sedangkan cakupan K1 pada tahun 2014 sebesar 92,50%. Cakupan K4 pada tahun 2013 sebesar 81,44%, cakupan K4 pada tahun 2014 sebesar 82,90%. Cakupan persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan (PN) relative turun pada tahun 2013-2014.Cakupan PN pada tahun 2013 dengan jumlah 87,99%, cakupan PN pada tahun 2014 dengan jumlah 82,77%. Angka Kematian Bayi (AKB) cenderung turun pada tahun 2013-2014. AKB pada tahun 2013 yaitu sebanyak 129 bayi , sedangkan AKB pada tahun 2014 yaitu sebanyak 127 bayi. Cakupan Kunjungan Neonatal 1 (KN1) dan Kunjungan Neonatal Lengkap (KNL) cenderung naik. Cakupan KN1 pada tahun 2013 sebanyak 95,47%, cakupan KN1 pada tahun 2014 sebanyak 96,50%, sedangkan cakupan pada KNL pada tahun 2013 sebanyak 94,38%, cakupan pada KNL pada tahun 2014 sebanyak 95,50%. Cakupan ibu nifas cenderung naik pada tahun 2013-2014.Cakupan ibu nifas pada tahun 2013 sebesar 85,50% dan cakupan ibu nifas pada tahun 2014 sebesar 89,20%. Cakupan akseptor KB tahun 2014 pada akseptor KB baru yaitu 6,5%, sedangkan pada akseptor KB aktif sebanyak 78,7% (Dinkes Kab. Mojokerto, 2014).

Penyebab kematian ibu di sarana pelayanan kesehatan, pada umumnya disebabkan karena 3 T (terlambat mengambil keputusan, terlambat mendapatkan transportasi dan terlambat penanganan di sarana pelayanan kesehatan) dan 4 Terlalu (terlalu tua, terlalu banyak, terlalu muda, terlalu dekat jarak kehamilannya) (Dinkes, Kab. Mojokerto, 2014). Penyebab lain kematian pada ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan antepartum dan post partum, keracunan kehamilan (PreEklamsi), perdarahan saat atau setelah persalinan, infeksi masa nifas dan penyebab yang lainnya.Penyebab kematian ibu tahun 2013-2014 terjadi peningkatan pada factor Pendarahan dan infeksi (Dinkes Kab. Mojokerto, 2014). Penyebab tingginya AKI juga disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan mengenai sebab-sebab penanggulangan komplikasi-komplikasi penting dalam kehamilan, persalinan, serta nifas; kurangnya pengertian dan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dan kurang meratanya pelayanan kebidanan yang baik bagi semua ibu hamil (Sarwono, 2014). Penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini (Dinkes, 2013).

(4)

Berdasarkan kondisi ini pemerintah berupaya menurunkan AKI dan AKB bekerja sama dengan Departemen Kesehatan dan lembaga-lembaga lainnya. Pelayanan kesehatan primer diperkirakan dapat menurunkan AKI dengan sistem rujukan yang efektif, pemerintah juga mengadakan penyediaan biaya operasional, posyandu, pemberian makanan tambahan, imunisasi, dan penyelenggaraan pendidikan tentang gizi dan kesehatan kaum perempuan. (Kemenkes RI, 2014). Upaya bidan adalah meningkatkan kualitas keselamatan ibu dan bayi terutama dengan melaksanakan pelayananantenatal care, pertolongan persalinan, kunjungan nifas, kunjungan neonatus, dan pelayanan KB yang baik yang bertujuan untuk memonitor, mendeteksi kesehatan ibu dan janin selama

kehamilan.(Kemenkes RI, 2014). Tujan dari asuhan kebidanan continuity of care adalah

Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil, bersalin, neonatus , nifas, dan KB dengan menggunakan manajemen kebidanan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah asuhan kebidanan secara continuity of care. Variabel dalam penelitian ini adalah asuhan kebidananpada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB dengan menggunakan manajemen kebidanan denganmenggunakan pendokumentasian SOAP. Sampel dalam penelitian ini adalah 1 orang responden yang di ikuti mulai dari masa hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan KB dengan melakukan kunjungan sesuai jadwal di wilayah kerja UPT Puskesmas Kutorejo dimulai tanggal 13 Februari – 05 Mei 2017.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kunjungan Antenatal Care pertama sampai ketiga Ny. “A” mengeluh nyeri pada

pinggang, TD: 100/70 mmHg, Suhu: 36,8oC, Nadi: 80 kali/menit, pemeriksaan fisik

dalam keadaan normal, pemeriksaan laboratorium (Hb: 10,6 gr%. Goldar: A, HBSAg: Non reaktif, HIV/AIDS: Negatif), berat badan sebelum hamil: 57 kg, berat badan saat kunjungan ketiga 69 kg, tinggi badan 161 cm . Menurut Reeder 2011, nyeri pada pinggang yang terjadi karena beban berat janin pada perut ibu semakin bertambah sehingga otot ˗ otot pada pinggang terasa nyeri. Keluhan saat kunjungan pertama sampai ketiga yang dirasakan Ny. “A” dapat dikategorikan fisiologis, karena tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta yang dialami oleh Ny.”A”, hal itu disebabkan karena aktifitas ibu terlalu berat, sehinnga diberikan penatalaksanaan untuk mengurangi nyeri pada pinggang adalah menganjurkan ibu untuk mempertahankan posisi tubuh yang baik agar beban pinggang tidak bertambah berat, dan membatasi aktivitas yang berat serta istirahat yang cukup.

Setiap kunjungan Antenatal Care bidan memberikan penyuluhan tentang pijat ibu

hamil, akan tetapi ibu tidak mau untuk dilakukan pijat hamil dengan alasan sudah rutin pijat di dukun. Menurut Serri, 2013 ibu hamil sebaiknya menyempatkan waktu berolahraga, senam hamil ataupun pijat hamil yang dilakukan orang yang berkompeten untuk mengurangi rasa sakit pada pinggang atau pegal-pegal. Keputusan ibu untuk tetap mempercayai dukun untuk memijat tubuhnya merupakan keputusan yang kurang tepat, karena berdasarkan pendidikan ibu seharusnya ibu bisa lebih rasional untuk memutuskan tentang kesehatannya, dikarenakan dukun belum tentu tahu bagaimana cara memijat pada ibu hamil yang benar.

Pelayanan Antenatal Care yang didapat oleh Ny. “A” adalah 14 T mulai dari

keadaan umum, suhu badan, tekanan darah, berat badan, LILA, TFU, Presentasi janin, DJJ, Pemeriksaan HB, Golongan darah, Protein uri, Darah/reduksi, Serologi HIV, dan USG. Menurut Depkes RI 2010, standart pelayanan Antenatal Care adalah 17 T (keadaan umum, suhu badan, tekanan darah, berat badan, LILA, TFU, Presentasi janin, DJJ, Pemeriksaan HB, Golongan darah, Protein uri, Darah/ reduksi, Darah malaria, BTA,

(5)

Darah sifilis, serologi HIV)yang diberikan pada ibu hamil mulai dari trimester I, trimester

II, dan trimester III. Kualitas Antenatal Care yang didapat olehNy.”A” termasuk cukup,

karena sudah mendapat minimal 7 standart pelayanan Antenatal Care di Puskesmas

Kutorejo. Penatalaksanaan yang diberikan kepada Ny.”A” adalah asuhan Antenatal Care

14 T yang diberikan mulai trimester I sampai trimester III.

Pada kunjungan persalinan ibu datang dengan pembukaan 10 cm,ketuban sudah pecah dan bercampur mekonium, setelah dipimpin meneran 15 menit kemudian ibu melahirkan bayi secara spontan.Menurut Sondakh, 2013 durasi kala II pada multipara berkisar antara 1- 1,5 jam dimulai saat dipimpin meneran. Durasi Kala II Ny.”A” tergolong fisiologis dikarenakan posisi ibu saat meneran benar, cara mengejan yang baik serta his yang adekuat sehingga memepercepat kelahiran bayi.

Setelah bayi lahir, bayi tidak tidak mendapat IMD dikarenakan lahir tidak menangis spontan. Menurut JNP˗KR 2014, bayi baru lahir harus di IMD kan tujuannya untuk proses menyusu dini dan mempererat keterikatan antara ibu dan bayi. Penatalaksanaan persalinan yang diberikan pada Ny.”A” adalah kurang karena, saat bayi lahir tidak diberikan asuhan IMD sehingga bayi tidak bisa mengenali puting susu ibu secara dini. Penatalaksanaan yang diberikan pada bayi Ny.”A” adalah bayi disusukan pada ibu nya 30 menit setelah lahir.

Kunjungan Nifas ke 1(6 jam post partum) Ny.”A” mengatakan nyeri pada luka

jahitan. Robekan perineum Ny.”A” adalah derajat 2 dilakukan penjahitan dengan

anastesi. Menurut Heryani 2012, perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat mengalami robekan, sehingga menimbulkan nyeri saat dibuat aktivitas. Keluhan yang dirasakan Ny.”A’ adalah fisiologis, tidaka ada kesenjangan antara fakta dengan teori, sehingga memberikan penatalaksanaan pada Ny.”A” meliputi perawatan luka jahitan dengan cara menjaga kebersihan alat genetalia dengan caramencuci daerah genetalia dengan air dan sabun setiap kali habis BAK/BAB yang dimulai dengan mencuci bagian depan baru daerah belakang, sesering mungkin mengganti pembalut setiap kali terasa penuh, dan makan makanan bergizi tanpa tarak sehingga luka jahitan cepat kering.

Kunjungan ke 2 (6 hari post partum), bidan memberikan penyuluhan tentang

senam nifas kepada Ny.”A” yang bertujuan untuk mempercepat proses involusi uterus.

Ny.”A” dapat mendengarkan penyuluhan dengan baik, akan tetapi menolak untuk dilatih senam nifas. Menurut Yusari Asih, 2016 senam nifas perlu dilakukan saat perawatan nifas yang bertujuan untuk mengembalikan bentuk tubuh semula, dan mempercepat involusi uterus. Keputusan Ny.”A” tidak mau melaksanakan senam nifas adalah keputusan yang kurang tepat, sehingga berkesenjangan dengan teori, sehingga bidan hanya bisa untuk memeberikan penyuluhan atau gambaran saja tentang senam nifas.

Bayi Ny.”A” lahir spontan dalam keadaan asfiksia selama 3 menit dengan nilai

APGAR 4˗6, dapat menangis spontan setelah dilakukan penatalaksanaan asfiksia pada

bayi baru lahir. Menurut Sondakh 2013, penyebab asfiksia salah satunya adalah adanya

air ketuban yang bercampur mekonium atau berwarna kehijauan. Asfiksia yang terjadi

pada bayi Ny.”A” termasuk asfiksia ringan karena dengan nilai APGAR 4˗6. Penyebab

asfiksia yang dialami oleh bayi Ny.”A” adalah benar dikarenakan air ketuban yang bercampur mekonium sehingga menyebabkan bayi lahir tidak bernapas secara spontan. Penatalaksanaan yang diberikan sudah cukup baik karena setelah dilakukan langkah awal

penatalakanaan asfiksia bayi baru lahir bayi sudah dapat bernapas dengan spontan,

setelah itu dilakukan perawatan bayi baru lahir normal.

Berat badan bayi Ny.”A” setiap kali kunjungan selalu mengalami kenaikan, hal tersebut dikarenakan tercukupinya kebutuhan ASI yang diberikan Ny.”A”. Menurut Anik 2011 kecukupan makanan dan ASI dapat dipantau dengan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Daerah diatas garis merah dibentuk oleh pita warna kuning, hijau muda, hijau tua, hijau muda dan kuning. Setiap pita mempunyai nilai 5 % perubahan baku. Kenaikan berat badan bayi Ny.”A” dikatakan normal, karena setiap kali kunjungan neonatal berat badan naik secara signifikan.

(6)

Kunjungan ke 2 (bayi usia 6 hari), bidan memberikan penyuluhan tentang pijat bayi, akan tetapi Ny.”A” tidak mau bayinya dipijat oleh petugas, karena bayinya sudah dipijatkan ke dukun bayi. Keputusan Ny.”A” lebih mempercayai dukun bayi daripada petugas kesehatan merupakan keputusan yang kurang tepat, karena Ny.”A” lebih percaya terhadap orang yang lebih tua, padahal dilihat dari segi pendidikan Ny.”A” yaitu S1 seharusnya harus bisa memilih perawatan untuk bayinya kepada petugas kesehatan yang lebih berkompeten.

Ny. “A” mengikuti KB bertujuan untuk mengakhiri kehamilan. Metode kontrasepsi yang dipilih oleh Ny.”A” adalah kondom, keputusan tersebut berdasarkan keputusan suami dan Ny.”A” sendiri. Menurut Sulistyawati, 2011 metode kontrasepsi jangka panjang adalah metode kontrasepsi yang harus digunakan ibu dengan kehamilan lebih dari 2 dengan usia dibawah 35 tahun. Kontrasepsi yang dipilih ibu adalah pilihan yang kurang tepat karena ibu sudah tidak ingin punya anak lagi atau menghentikan kehamilan sehingga ibu harus menggunakan MOW untuk kontrasepsi, akan tetapi dilihat dari umur ibu MOW tidak dapat dilakukan sehingga harus menggunakan kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau Implant, saat konseling sudah dijelaskan kelebihan dan kekurangan kondom serta angka kegagalan yang tinggi.

SIMPULAN

Hasil asuhan kebidanan pada Ny.”A” masa hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana di wilayah kerja Puskesmas Kutorejo keadaan yang fisiologis pada masa hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana sehingga asuhan yang diberikan oleh petugas kesehatan dapat dikatakan berjalan dengan lancar.

REKOMENDASI

1. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Institusi Poltekkes Majapahit Mojokerto diharapkan adanya suatu sarana klinik lebih mendukung kegiatan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif sehingga Asuhan Kebidanan Komprehensif dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien

2. Bagi Penulis

Lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan praktik dalam melakukan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien

3. Bagi Puskesmas Kutorejo

Lebih meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan penanganan pada Asuhan Kebidanan Komprehensif

4. Bagi Klien

Lebih mendapat pengetahuan dalam merawat bayinya sehingga status kesehatan nya dapat lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ari Sulistyawati, E.N., 2014. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba

Medika.

Baety, 2012. Asuhan Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Bayu Irianti, F.D., 2014. Asuhan Kehamilan Berdasarkan Bukti. Jakarta: Sagung Seto.

BKKBN, 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Deitra Leonard Lowdermilk, J.E.P., 2013. Keperawatan Maternitas. Singapura: Elsevier

(7)

Dewi, V.N.L., 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Dinkes Jatim, 2014. Kesehatan Keluarga.

Dinkes Kab. Mojokerto, 2014. Profil Kesehatan Kab. Mojokerto. p.24. Dinkes, Kab. Mojokerto, 2014. Kesehatan Keluarga. pp.8-9.

Dinkes, 2013. Untuk Menurunkan AKI dan AKB perlu kerja keras. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Eridani, A.D., 2015. Rahima Centre for Education and Information on Islan and Woman Rights. [Online] Available at: HYPERLINK "http://www.rahima.or.id" http://www.rahima.or.id [Accessed 29 Nopember 2016].

Hadijono, R.S., 2014. Asuhan Nifas Normal. In Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.356.

Hanafiah, G.A.d.T.M., 2014. Diagnosis Kehamilan. In Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.213. Herawati Mansyur, T.B., 2011. Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Heryani, R., 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. Jakarta: Trans Info

Media (TIM).

Heryani, R., 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. Jakarta: TIM. Heryani, R., n.d. Asuhan Kebidanan Ibu.

Hutahaean, 2013. Konsep Asuhan Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Janet Medforth, d., 2011. Kebidanan Oxford dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: EGC. JNPK-KR, 2012. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI. Kemenkes RI, 2014. Upaya Menurunkan AKI dan AKB.

Nurul Kamariyah, Y.A.S.M., 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurul, 2014. Buku Ajar Kehamilan Untuk Mahasiswa dan Praktisi Keperawatan serta

Kebidanan. jakarta: Salemba Medika.

Octa Dwienda R, d., 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan Anak

Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta: deepublish. Profil Kesehatan Indonesia, 2015. Kesehatan Keluarga.

Rachimhadhi, T., 2014. Pembuahan, Nidasi, dan Plasentasi. In Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp.145-46.

Reeder, M.L.G.D.K., 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, dan

(8)

Romauli, S., 2011. Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saputra, W., 2013. Laju Penuruanan Kematian Ibu di Indonesia. Prakarsa Policy.

Sari, F., 2013. [Online] Available at: HYPERLINK "http://digilib.unimus.ac.id" http://digilib.unimus.ac.id [Accessed 30 Nopember 2016].

Sarwono, H., 2014. Kematian Maternal. In Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo.

keempat ed. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.7. SDKI, 2015. Kesehatan Keluarga. Profil Kesehatan Indonesia, p.104.

Sondakh, J.J.S., 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:

Erlangga.

Sulistyawati, A., 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Sunarti, 2013. Asuhan Kehamilan. Jakarta: In Media.

Vivian Nanny Lia Dewi, S.S., 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:

Salemba Medika.

Vivian Nanny, T.S., 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Salemba

Medika.

Yusari Asih, R., 2016. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info

Media.

ALAMAT CORESPONDEN

Email : ritakurniawati380@gmail.com

Alamat : Jl. KH. Samanhudi, Dsn. Doropayung Rt4/Rw3,Ds. Sekargadung Kota Pasuruan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penenlitian ini dapat disimpulkan bahwa Senyawa 3-BM dapat disintesis melalui reaksi benzoilasi antara asam 3-amino-4-metil benzoat dengan benzoil klorida,

Penggunaan tanda titik yang tidak tepat pada kalimat teks eksplanasi siswa terdapat pada kalimat dengan kode data 1.12, 3.9, 6.2, 6.3, 12.1, 16.5, 28.7, 29.1,

Selain itu, selama ini PKn masih dianggap sebagai pelajaran yang mementingkan hafalan semata, bukan untuk berpikir kreatif, kritis, dan analitis (Ananda, 2017: 22). Hasil

Selain itu dalam kerangka Roland Barthes pula identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai “mitos”, pada film Jenderal Soedirman terdapat sebuah

Tahlil : merupakan kalimat yang berbunyi “ la> ila>ha illallah” yang artinya adalah tiada Tuhan selain Allah. Yang mana kalimat tahlil dari kata hallala yang

Oleh karena itu, hanya mereka yang memiliki rasa suka dengan pekerjaan membatik dan sifat-sifat seperti tersebut di atas yang akan dapat bertahan sebagai

Pembuatan Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak Pada Tahapan ini dilakukan wawancara terhadap pengelola publikasi ilmiah di Jurusan Sistem Informasi, input dari proses ini

Berdasar hubungan antara kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan dengan nilai kelerengan yang telah diketahui, kita dapat mengetahui bahwa kedalaman di area dermaga Maloy