• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. akuntabilitas adalah transparansi (UNDP, 2008). Hal ini sejalan dengan Undang-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. akuntabilitas adalah transparansi (UNDP, 2008). Hal ini sejalan dengan Undang-"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perwujudan dari pemerintahan yang baik selain demokrasi partisipatif dan akuntabilitas adalah transparansi (UNDP, 2008). Hal ini sejalan dengan Undang-Undang (UU) No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik yang menjelaskan bahwa pemerintah daerah selaku badan layanan publik yang sumber dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) berkewajiban memberikan keterbukaan informasi publik. Keterbukaan informasi publik yang dimaksud salah satunya adalah keterbukaan informasi pengelolaan keuangan pemerintah daerah.

Pengelolaan keuangan daerah harus dikelola secara transparan (PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun 2006). Transparan adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan akses seluas-luasnya tentang keuangan daerah (Permendagri No. 13 Tahun 2006). Lebih jauh lagi setiap pemerintah daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyiapkan konten resmi website yang berisi pengelolaan keuangan pemerintah daerah sebagai bentuk transparansi (Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 188.52 Tahun 2012).

Terdapat fenomena rendahnya transparansi pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang mengakibatkan unjuk rasa masyarakat terhadap pemerintah daerah, seperti yang terjadi di Kabupaten Lampung Timur (Bandar

(2)

2 Lampung News, 2013), Kabupaten Pandeglang (Inilah Banten, 2014) dan Kabupaten Gorontalo Utara (Medan Bisnis Daily, 2012). Organisasi dan lembaga masyarakat serta mahasiswa menuntut pemerintah daerah untuk lebih transparan dalam pengelolaan keuangan daerah. Konflik transparansi pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang sering terjadi diakibatkan oleh lemahnya peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti ketidakjelasan pengertian transparansi, belum diaturnya hak-hak masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah daerah dan kewajiban pemerintah daerah untuk memberikan informasi serta jenis-jenis informasinya (BPKP, 2015).

Menurut PP 56 No. Tahun 2005 jo PP No. 65 tahun 2010 Pasal 17 menyatakan pemda dapat dikenakan sanksi berupa penundaan pencairan Dana Perimbangan jika dalam dua bulan tidak memberikan informasi tentang keuangan daerah. Tetapi pada pelaksanaannya terjadi ketidakkonsistenan antara peraturan dan penerapannya. Hal ini merupakan wujud lemahnya peraturan perundang-undangan dan tidak selarasnya peraturan perundang-perundang-undangan pengelolaan keuangan daerah (Budiriyanto, 2013). Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan jika pemerintah tidak konsisten dalam pemberian sanksi dan tidak selaras dalam setiap tingkat peraturan perundang-undangan, maka kemungkinan pemda cenderung tidak menyajikan keterbukaaan informasi pengelolaan keuangan daerah.

Penelitian tentang pengukuran transparansi telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Da Crus et al., (2015) meneliti tentang pengukuran transparansi pemerintah daerah secara umum di Portugal, menemukan bahwa tingkat

(3)

3 transparansi pemerintah daerah masih sangat rendah. Penelitian tentang pengungkapan transparansi keuangan di website pemerintah daerah oleh Hermana et al., (2012) juga menemukan bahwa indeks transparansi pengelolaan keuangan pemerintah daerah di Indonesia relatif rendah. Martani et al., (2014) meneliti tentang tingkat pengungkapan transparansi keuangan dan kinerja pemerintah daerah dalam website menemukan bahwa transparansi keuangan pemerintah daerah masih rendah.

Di Indonesia, Hermana et al., (2012) mengukur transparansi pengelolaan keuangan pemerintah daerah dengan menggunakan indikator dokumen anggaran, realisasi anggaran, inventarisasi aset daerah, dokumen peraturan lokal, dan informasi dan pajak retribusi. Martani et al., (2014) mengukur transparansi keuangan dan kinerja pemerintah daerah dengan menggunakan indikator berita tentang keuangan, APBD, laporan keuangan, laporan kinerja dan daerah dalam angka. Lingkup pengukuran transparansi pengelolaan keuangan yang digunakan oleh Hermana et al., (2012) dan Martani et al., (2014) belum merepresentasikan keseluruhan aspek pengelolaan keuangan pemerintah daerah karena lingkup pengelolaan keuangan pemerintah daerah terdiri dari aspek perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan (PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun 2006).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini ingin menutupi kekurangan penelitian yang dilakukan Hermana et al., (2012) dan Martani et al., (2014) dari lingkup evaluasi pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Objek evaluasi pengelolaan keuangan daerah pada penelitian ini adalah

(4)

4 pemda kabupaten/kota di wilayah provinsi DIY. Pemilihan objek ini karena Provinsi DIY merupakan provinsi dengan peringkat pertama tata kelola terbaik di Indonesia berdasarkan hasil survei IGI (2012). Fokus penelitian ini adalah tentang keterbukaan informasi pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang menggunakan lingkup pengelolaan keuangan daerah yaitu perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun 2006.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah belum komprehensifnya pengukuran keterbukaan informasi pengelolaan keuangan pemerintah daerah.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah “Bagaimanakah mengukur tingkat keterbukaan

informasi pengelolaan keuangan daerah secara lebih komprehensif?”.

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen keterbukaan informasi pengelolaan keuangan daerah yang lebih komprehensif dan menerapkan instrumen tersebut di pemerintah daerah.

(5)

5

1.5. Motivasi Penelitian

Motivasi penelitian ini dilakukan adalah sebagai persyaratan untuk memperoleh derajad Sarjana S2. Menambah pengetahuan peneliti tentang transparansi pengelolaan keuangan daerah. Dapat memberikan pemikiran yang ilmiah terkait transparansi pengelolaan keuangan daerah.

1.6. Kontribusi Penelitian

a. Akademis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah referensi bagi penelitian selanjutnya terkait dengan keterbukaan informasi pengelolaan keuangan daerah.

b. Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Kementerian Dalam Negeri dapat menggunakan penelitian ini untuk bahan perumusan kebijakan pengukuran keterbukaan informasi pengelolaan keuangan daerah.

2. Pemerintah daerah dapat menggunakan penelitian ini untuk mengukur keterbukaan informasi pengelolaan keuangan daerahnya, bermanfaat sebagai bahan evaluasi keterbukaan informasi keuangan pemerintah daerah yang dapat meminimalkan konflik dengan masyarakat akibat kurangnya transparansi.

3. Masyarakat dapat menggunakan penelitian ini untuk menilai tingkat keterbukaan informasi pengelolaan keuangan pemerintah daerahnya,

(6)

6 yang nantinya dapat memberikan masukan bagi pemerintah daerah guna mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam peneltian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN

Bab I pada penelitian ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II membahas tentang teori atau konsep yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam penelitian ini. Tinjauan teori diperoleh dari buku-buku pustaka, laporan penelitian dan artikel-artikel yang terkait dengan masalah penelitian. Isi pembahasan pada bab ini yaitu konsep pengelolaan keuangan daerah, keterbukaan informasi pengelolaan keuangan daerah dan penelitian terdahulu.

BAB III METODA PENELITIAN

Bab III membahas tentang Rancangan Penelitian, objek penelitian, rasionalitas penelitian, prosedur penelitian, metoda pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV berisi tentang hasil penelitian secara menyeluruh dan lengkap serta pembahasan dari penelitian ini.

(7)

7 BAB V PENUTUP

Bab V menjelaskan tentang kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian yang mencakup implikasi hasil penelitian dalam memecahkan masalah penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Figur tersebut dihadirkan sebagai objek utama dalam lukisan, dengan menggunakan teknik pewarnaan dan tekstur yang persis pada jajan sarad , semua melalui pengulangan

Mahasiswa sebaiknya mengingatkan ketiga dosen pada pagi hari sebelum ujian berlangsung atau dapat mengirim pesan whatsapp pada malam sebelumnya sesuai dengan ketentuan

menyambal terasi yang tidak kunjung surut. Sambal itu ditaruhnya dalam satu staples dan kalau habis, setiap hari dia masih akan juga menyambelnya. Belum lagi bila

1. Proses; Proses sosialisasi Perencanaan Partisipatif Penatagunaan Lahan Desa yang dilakukan di lima desa prioritas secara umum berjalan dengan baik. Penggunaan media

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa 1). rata-rata keuntungan yang diperoleh petani yang menggunakan sistem tanam tugal sebesar Rp. 1.364.869/Ha,

Promosi di luar toko dapat dilakukan dengan tujuan untuk menarik konsumen mengunjungi toko dan promosi yang dilakukan di dalam bertujuan untuk menjadi stimulus yang dapat

Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul lima diagnosa pada pasien yaitu bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan sekret

◦ Jika Anda menggunakan kabel jaringan untuk menghubung ke jaringan, pastikan nama printer yang terdaftar pada tab Ports [Port] cocok dengan nama produk di halaman