• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA BERBAGAI SISTEM TANAM USAHATANI KEDELAI DI KECAMATAN BOLO KABUPATEN BIMA JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA BERBAGAI SISTEM TANAM USAHATANI KEDELAI DI KECAMATAN BOLO KABUPATEN BIMA JURNAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEU

KERJA PADA

KEDELAI DI

KEUNTUNGAN DAN PENYERAPAN

A BERBAGAI SISTEM TANAM USA

DI KECAMATAN BOLO KABUPATEN

JURNAL

OLEH

NURAYU

C1G111062

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2015

(2)

ANALISIS KEUNTUNGAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA BERBAGAI SISTEM TANAM USAHATANI KEDELAI DI KECAMATAN BOLO

KABUPATEN BIMA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu : 1). mengetahui keuntungan usahatani kedelai dari berbagai sistem tanam, 2). mengetahui besarnya penyerapan tenaga kerja petani kedelai dari berbagai sistem tanam, 3). mengidentifikasi kendala yang dihadapi petani dalam berusahatani kedelai di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa 1). rata-rata keuntungan yang diperoleh petani yang menggunakan sistem tanam tugal sebesar Rp. 451.982/LLG atau Rp. 1.364.869/Ha, sistem tanam sebar rata-rata keuntungan yang diterima sebesar Rp. 92.248/LLG atau Rp. 266.775/Ha, dan sistem tanam jajar rata-rata keuntungan sebesar Rp. 3.533.715/LLG atau Rp. 7.476.124/Ha, Pada uji-t statistika menunjukan bahwa keuntungan sistem tanam legowo lebih tinggi daripada keuntungan sistem tanam tugal dan sebar, 2). rata-rata penggunaan tenaga kerja pada sistem tanam tugal yaitu 24 HKO/LLG atau 70 HKO/Ha, sistem tanam sebar yaitu 23 HKO/LLG atau 66 HKO/Ha, serta sistem tanam jajar legowo yaitu 43 HKO/LLG atau 91 HKO/Ha. Sedangkan rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk keseluruhan yang dibutuhkan oleh petani kedelai adalah 28 HKO/LLG atau 75 HKO/Ha, Pada uji-t statistika menunjukan bahwa nilai penyerapan tenaga kerja pada sistem tanam legowo lebih tinggi daripada nilai penyerapan tenaga kerja pada sistem tanam tugal dan sebar 3). kendala yang dihadapi oleh petani responden adalah iklim, hama penyakit dan modal.

Kata kunci : keuntungan dan penyerapan tenaga kerja pada usahatani kedelai dengan berbagai sistem tanam, produksi.

Nurayu*Syarif Husni**Siti Nurjannah

(3)

ANALYSIS OF PROFIT AND MANPOWER ABSORPTION SYSTEM IN VARIOUS FARMING SOYBEAN PLANTING IN

DISTRICT BOLO BIMA

ABSTRACT

The purpose of this research are: 1). soybean know the advantages of various cropping systems, 2). determine the magnitude of employment soybean farmer from various cropping systems, 3). identify constraints faced by farmers in the District Bolo to farm soybeans in Bima.

Based on the results of the study it can be concluded that 1). the average profits of farmers who use the system of planting drill Rp. 451 982 / LLG or Rp. 1,364,869 / ha, spread cropping system average benefits received Rp. 92 248 / LLG or Rp. 266 775 / ha, and row planting systems on average a profit of Rp. 3533715 / LLG or Rp. 7,476,124 / ha, In the statistical t-test showed that profit Legowo planting system outweighed the benefit of cropping systems and scatter drill, 2). The average use of labor in cropping systems drill ie 24 HKO / LLG or 70 HKO / Ha, cropping systems spread is 23 HKO / LLG or 66 HKO / ha, as well as Legowo row planting system with 43 HKO / LLG or 91 HKO / Ha , While the average use of labor for the overall required by soybean farmers is 28 HKO / LLG or 75 HKO / ha, In the t-test statistics show that the value of labor in planting system legowo higher than the value of employment in cropping systems drill and scatter 3). constraints faced by farmers respondent is the climate, pest and capital.

(4)

PENDAHULUAN

Kedelai (Glicine max)dikenal sebagai makanan masyarakat karena selain merupakan sumber protein nabati paling menyehatkan, kedelai juga dikenal murah dan terjangkau oleh sebagian besar rakyat Indonesia. Rakyat mengolah kedelai menjadi berbagai produk pangan seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu dan lain-lain. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan hasil pertanian di dalam negeri dan keterbatasan produksi dalam negeri, pemerintah memenuhi dengan cara impor komoditi hasil pertanian.

Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu sentra pengembangan kedelai di Indonesia tampaknya sudah mulai menunjukan kesan yang baik sebagaimana yang diharapkan. Hal ini ditunjukan oleh meningkatnya luas panen yang diikuti oleh kenaikan produksi kedelai. Sasaran luas tanam dan produksi kedelai Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 2013 adalah 86.882 Ha dan produksi 91.065 ton, target yang sangat berat bila tidak didukung oleh pihak terkait yaitu petani, penyuluh, peneliti, dan pengambil kebijakan (BPS NTB). Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten yang mengembangkan tanaman kedelai di Propinsi NTB. Produksi kedelai di Kabupaten Bima selama lima tahun terakhir ini (2009-2013) mengalami kenaikan. Pada tahun 2009 misalnya produksi kedelai sebesar 34.508 ton, menjadi 38.045 ton pada tahun 2010.

Tujuan penelitian ini yaitu : 1). mengetahui keuntungan usahatani kedelai dari berbagai sistem tanam, 2). mengetahui besarnya penyerapan tenaga kerja petani kedelai dari berbagai sistem tanam, 3). mengidentifikasi kendala yang dihadapi petani dalam berusahatani kedelai di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Adapun jumlah sampel sebanyak 60 orang (17%) dari jumlah populasi sebanyak 1.024 orang dari anggota populasi, ditentukan secara “Quota Sampling”yaitu teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu (jatah) yang dikehendaki. Selanjutnya, untuk memilih petani responden pertama kali di daerah penelitian menggunakan “Simple Random Sampling”yaitu teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Biaya Produksi dan Keuntungan Usahatani Kedelai

Biaya Produksi

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun dalam jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi pada usahatani kedelai terdiri dari biaya variabel maupun biaya tetap.

Biaya Variabel

Biaya Sarana Produksi (Saprodi)

Biaya saprodi yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi kedelai yaitu biaya benih, pupuk, pestisida. Menurut hasil penelitian, benih yang digunakan petani responden untuk tanam tugal dan tanam sebar rata-rata mengunakan varietas anjasmoro karena harganya lebih murah juga hasilnya cukup bagus, sedangkan petani responden yang mengguanakan jajar legowo rata-rata menggunakan benih bersertifikat. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah dan nilai penggunaan benih, pupuk dan pestisida dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-Rata Biaya Benih, Pupuk dan Pestisida Petani Responden Pada Usahatani Kedelai di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun 2015

Uraian Satuan Jumlah Nilai (Rp)

LLG Ha LLG Ha

Sebar

1. Benih Kg 44 128 266.842 765.861

2. Pupuk

1. Benih Kg 30 90 178.154 537.979

2. Pupuk

1. Benih Kg 23 49 174.750 369.711

2. Pupuk

Sumber : Data primer diolah (2015)

(6)

537.979/Ha karena jarak tanam biasa, dan penggunaan benih untuk tanam jajar legowo sebanyak 23 Kg/LLG atau 49 Kg/Ha dengan rata-rata nilai sebesar Rp. 174.750/LLG atau Rp. 369.711/Ha.

Jumlah dan Nilai Penggunaan Tenaga Kerja

Dalam penelitian ini diperhitungkan jumlah tenaga kerja yang baik dalam keluarga maupun diluar keluarga. Adapun pekerjaan yang dilakukan yaitu : pengolahan lahan, penanaman, pengendalian hama, pemupukan, penyiangan, pengairan, panen, dan pasca panen. Penggunaan tenaga kerja dalam penelitian ini dapat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Petani Responden Pada Usahatani Kedelai di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun 2015

Jenis Biaya TK Petani Responden

HKO Upah (Rp)

Sistem Sebar Llg Ha Llg Ha

TKDK 10 29 331.842 952.417

TKLK 13 37 345.263 990.937

Total 23 66 676.105 1.943.354 Sistem Tugal

TKDK 10 29 601.111 1.815.202

TKLK 14 41 408.462 1.233.449

Total 24 70 1.009.573 3.048.651 Sistem Legowo

TKDK 13 27 419.667 887.870

TKLK 30 64 1.982.500 4.194.288

Total 43 91 2.402.167 5.082.158 Sumber : Data primer diolah (2015)

Berdasarkan pada Tabel 2. bahwa rata-rata kebutuhan tenaga kerja untuk usahatani kedelai dalam satu kali musim tanam untuk tanam tugal yaitu 24 HKO/LLG atau 70 HKO/Ha dengan rata-rata biaya tenaga kerja sebesar Rp. 1.009.573/LLG atau Rp. 3.048.651/Ha, rata-rata kebutuhan tenaga kerja yang dikeluarkan untuk tanam sebar yaitu 23 HKO/LLG atau 66 HKO/Ha dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 676.105/LLG atau Rp. 1.943.354/Ha, serta rata-rata kebutuhan yang dibutuhkan oleh petani responden yang menggunakan tanam jajar legowo yaitu 43 HKO/LLG atau 91 HKO/Ha dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.402.167/LLG atau Rp. 5.082.158/Ha.

Biaya Tetap

(7)

Tabel 4. Biaya Produksi Tetap Pada Usahatani Kedelai di Kecamatan Bolo

102.559 294.353 104.962 316.958 133.760 282.990

2. Jumlah Biaya Tetap 147.541 423.456 143.911 434.574 203.049 429.581 Sumber : Data primer diolah (2015)

Biaya penyusutan alat, pajak dan iuran pengairan merupakan biaya tetap yang diperhitungkan dalam satu kali musim tanam kedelai. Berdasarkan Tabel 4., dapat dilihat rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan petani responden yang menggunakan tanam tugal yaitu sebesar Rp. 147.541/LLG atau Rp. 423.456/Ha, untuk rata-rata biaya petani responden yang menggunakan tanam sebar pada usahatani kedelai masing-masing sebesar Rp. 143.911/LLG atau Rp. 434.574/Ha, biaya tetap petani responden yang menggunakan tanam jajar legowo masing-masing sebesar Rp. 203.049/LLG atau Rp. 429.581/Ha.

Biaya Lain-Lain

Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan petani, untuk mengangkut kedelai yang telah dipipil oleh tresser yang kemudian diangkut. Biaya transportasi merupakan biaya terkecil yang dikeluarkan petani untuk biaya laian-lain pada usahatani kedelai.

Tabel 5. Rata-Rata Biaya Lain-Lain Pada Usahatani Kedelai di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun 2015

No Biaya Lain Petani Responden

Petani Kedelai Sistem

Transportasi 43.947 126.133 33.077 99.884 77.000 162.906 2. Biaya

Tresser 86.842 249.245 99.808 301.394 204.400 432.440 3. Biaya

Bahan/Alat 23.684 63.976 25.538 77.120 44.733 94.640 Total 154.474 443.353 158.423 478.397 326.133 689.986 Sumber : Data primer diolah (2015)

(8)

478.397/Ha, pada tanam sebar biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 154.474/LLG atau Rp.443.353/Ha dan pada tanam jajar legowo biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 326.133/LLG atau Rp. 689.986/Ha.

Produksi dan Nilai produksi

Untuk mengetahui secara rinci rata-rata produksi harga, nilai produksi, biaya dan keuntungan petani kedelai dapat dilihat pada Tabel 6. berikut ini : Tabel 6. Rata-Rata Biaya Produksi, Produksi dan Nilai Produksi Petani

Responden di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun 2015

No. Uraian Sistem Penanaman

Sistem Sebar Sistem Tugal Sistem Legowo

LLG Ha LLG Ha LLG Ha

A. Biaya Produksi

1. Biaya Variabel (Rp) 1.128.368 3.263.166 1.160.108 3.503.229 2.017.437 4.268.202 2. Biaya Tetap (Rp) 147.541 423.456 143.911 434.573 203.049 429.581 3. Biaya Lain-lain (Rp) 154.474 443.353 158.423 478.397 326.133 689.986 Jumlah Biaya Produksi 1.430.383 4.136.573 1.462.441 4.416.441 2.546.619 5.387.769 B. Produksi & Nilai

Produksi

1. Jumlah (Kg) 277 801 348 1.051 715 1.513

2. Harga Produksi (Rp) 5.500/Kg 5.500/Kg 8.500/Kg

3. Nilai Produksi (Rp) 1.522.632 4.403.349 1.914.423 5.781.069 6.080.333 12.863.893 C. Keuntungan (B-A) 92.248 266.775 451.982 1.364.869 3.533.715 7.476.124 Sumber : Data Primer diolah (2015)

Keuntungan Usahatani Kedelai

Rata-rata keuntungan usahatani kedelai dengan tanam legowo adalah sebesar Rp. 3.533.715/LLG atau Rp. 7.476.124/Ha. Nilai ini jauh lebih lebih besar daripada keuntungan tanam tugal dan sebar ini dipengaruhi oleh harga , rata-rata keuntungan usahatani kedelai dengan tanam tugal yaitu sebesar sebesar Rp. 451.982/LLG atau Rp. 1.364.869/Ha dan tanam sebar yaitu sebesar Rp. 92.248/LLG atau Rp. Rp 266.775/Ha.

Berikut hasil analisis variansi pada pada sampel usahahatani tanaman kedelai, untuk mengetahui variansi dari sampel tersebut penulis menggunakan uji-t variansi dari dua sampel dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Tabel 7. Analisis Variansi Keuntungan Usahatani Tanaman Kedelai di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun 2015

Sistem Tanam thitung ttabel Penerimaan Tugal-Sebar 5,81 2,017 Berbeda Nyata Tugal-Legowo 13,85 2,023 Berbeda Nyata Sebar-Legowo 13,63 2,037 Berbeda Nyata Sumber : Data Primer diolah (2015)

(9)

menunjukan uji statistik t = 5,81 lebih besar dari nilai kritis t0,05; df43 = 2,017, maka disimpulkan H0ditolak dan HIditerima, nilai keuntungan sistem tanam tugal dan sistem tanam sebar tidak sama atau berbeda nyata, uji statistik t = 13,85 lebih besar dari nilai kritis t0,05; df39= 2,023, maka disimpulkan H0ditolak dan HI diterima, nilai keuntungan sistem tanam tugal dan sistem tanam legowo tidak sama atau berbeda nyata, dan uji statistik t = 13,63 lebih besar dari nilai kritis t0,05; df32 = 2,037, maka disimpulkan H0 ditolak dan HI diterima, nilai keuntungan sistem tanam sebar dan sistem tanam legowo tidak sama atau berbeda nyata,

Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja

Berikut hasil analisis variansi pada pada sampel usahahatani tanaman kedelai, untuk mengetahui variansi dari sampel tersebut penulis menggunakan uji-t variansi dari dua sampel dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Tabel 8. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Usahatani Kedelai Di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun 2015

Sistem Tanam thitung ttabel Penerimaan Tugal-Sebar 1,76 2,020 Tidak Berbeda Nyata Tugal-Legowo 7,82 2,026 Berbeda Nyata Sebar-Legowo 7,70 2,042 Berbeda Nyata Sumber : Data Primer diolah (2015)

Berdasarkan pada Tabel 8., diketahui bahwa nilai thitungnilai penyerapan tenaga kerja dari tanaman kedelai dengan menggunakan sistem tanam hasil ini menunjukan uji statistik t = 1,76 lebih kecil dari nilai kritis t0,05; df41 = 2,020, maka disimpulkan H0 diterima dan HIditolak, nilai penyerapan tenaga kerja pada sistem tanam tugal dan sistem tanam sebar sama atau tidak berbeda nyata, uji statistik t = 7,82 lebih besar dari nilai kritis t0,05; df37= 2,026, maka disimpulkan H0ditolak dan HIditerima, nilai penyerapan tenaga kerja pada sistem tanam tugal dan sistem tanam legowo tidak sama atau berbeda nyata, uji statistik t = 7,70 lebih besar dari nilai kritis t0,05; df30 = 2,042, maka disimpulkan H0 ditolak dan HI diterima, nilai penyerapan tenaga kerja pada sistem tanam sebar dan sistem tanam legowo tidak sama atau berbeda nyata.

Kendala Usahatani Kedelai

(10)

Tabel 9. Kendala Usahatani Kedelai di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun 2015

No Kendala Petani Responden

Sistem Sebar Sistem Tugal Sistem Legowo Jumlah

Jumlah 19 100 26 100 15 100

Sumber : Data primer diolah (2015)

Dari Tabel 9., diatas bahwa dalam berusahatani kedelai petani responden dihadapkan pada masalah iklim, hama penyakit dan modal. Kendala iklim sebanyak 9 orang (35 %) Petani yang menggunakan sistem tanam tugal, 12 orang (63 %) pada petani responden sebar dan sebanyak 4 orang (27 %) petani yang menggunakan sistem jajar legowo, pada hama penyakit sebanyak 17 orang (65 %) petani yang menggunakan sistem tugal, sebanyak 7 orang (37 %) petani yang menggunakan sistem sebar, dan sebanyak 7 orang (47 %) pada petani yang menggunaan sistem jajar legowo, serta kendala pada modal sebanyak 4 orang (27 %) untuk responden yang menggunakan sistem jajar legowo sedangkan pada sistem tugal dan sebar tidak mengalami kendala pada modal.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Rata-rata keuntungan usahatani kedelai petani yang menggunakan sistem tanam tugal sebesar Rp. 451.9823/LLG atau Rp. 1.364.869/Ha, sistem tanam sebar rata-rata keuntungan yang diterima sebesar Rp. 92.248/LLG atau Rp. 266.775/Ha, dan sistem tanam jajar legowo rata-rata keuntungan paling tinggi diantara dua sistem yaitu sebesar Rp. 3.533.715/LLG atau Rp. 7.476.124/Ha. Rata-rata keuntungan keseluruhan pada usahatani kedelai adalah sebesar Rp. 4.304.583/LLG atau Rp. 11.571.459/Ha. Pada uji-t statistika menunjukan bahwa keuntungan sistem tanam legowo lebih tinggi daripada keuntungan sistem tanam tugal dan sebar.

(11)

3. Kendala yang dihadapi usahatani kedelai yaitu, kendala pada hama penyakit sebanyak 17 orang (65 %) petani yang menggunakan sistem tugal, sebanyak 7 orang (37 %) petani yang menggunakan sistem sebar, dan sebanyak 7 orang (47 %) pada petani yang menggunaan sistem jajar legowo, serta kendala pada modal sebanyak 4 orang (27 %) untuk responden yang menggunakan sistem jajar legowo sedangkan pada sistem tugal dan sebar tidak mengalami kendala pada modal.

Saran

Terbatas pada hasil penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan, maka dapat disarankan sebagai berikut :

1. Diharapkan kepada petani dapat memperkaya keterampilan dalam usahatani agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal.

2. Penyuluhan perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama yang berkaitan nilai produksi pada usahatani, yakni pada penggunaan yang tepat waktu dan tepat sasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Andi, F. 2012. Penawaran Kedelai Dunia dan Permintaan Impor Kedelai Indonesia serta Kebijakan Perkedelaian Nasional.Skripsi IPB.

http://reponsitory.ipb.ac.id/handle/123456789/58077..

Badan Pusat Statistik Provinsi NTB, 2014. Kabupaten Bima Dalam Angka 2014. Mataram. NTB.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Bima, 2014. Dinas Pertanian Provinsi Nusa Tenggara Barat 2014. Mataram.

Badan Pusat Statistik, produksi tanaman padi dan palawija provinsi. Mataram. NTB. 2014.

Cahyadi,W., 2006.Kedelai Khasiat dan Teknologi.PT.Bumi Aksara. Jakarta. Cahyadi Wirianto,, 1999. Optimalisasi alokasi penggunaan tenaga kerja pada

usahatani jagung dan kedelai pada lahan kering di Lombok Barat. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Mataram. Mataram.

Diyana, 2011, Studi Penyerapan Tenaga Kerja dan Pendapatan Petani Pada Usahatani Kacang Tanah di Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah.Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Mataram. Hernanto, Fadholi. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

(12)

Nasir, Moh. 2011.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Paiman., 2004. Penerapan teknologi dan analisi keuntungan usahatani kedelai dikecamatan bolo kabupaten bima. Fakultas Pertanian. Universitas Mataram. Mataram.

Pambudi, S., 2013. Budidaya dan Khasiat Kedelai. Pustaka Baru Pers. Yogyakarta.

Purwono & Purnamawati, 2013. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ramadhan, dwiki. 2012. Tenaga Terja Dalam Produksi Pertanian.

file:///C:/Users/Public/Documents/tenaga-kerja-dalam-peoduksi-pertanian.html

Ratmi, 2010.Analisis Keuntungan dan Pemasaran Produk Olahan Jagung Ketan di Kabupaten Sumbawa. Universitas Mataram. Mataram

Soekartawi, 1995.Agribisnis Teori dan Aplikasi.Universitas Brawijaya. Malang. Yesi Suryani, 2005. Analisis keuntungan dan penyerapan tenaga kerja pada

Gambar

Tabel 1. Rata-Rata Biaya Benih, Pupuk dan Pestisida Petani Responden PadaUsahatani Kedelai di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun 2015
Tabel 5. Rata-Rata Biaya Lain-Lain Pada Usahatani Kedelai di Kecamatan BoloKabupaten Bima Tahun 2015
Tabel 6. Rata-Rata Biaya Produksi, Produksi dan Nilai Produksi PetaniResponden di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun 2015
Tabel 9. Kendala Usahatani Kedelai di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Tahun2015

Referensi

Dokumen terkait

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Secara mikroskopis, terdapat susunan sel seperti sarang padat dan pleomorfik, sel tumor poligonal dengan membran sel yang mencolok, glassy, dan sitoplasma

penelitian ini dilakukan pengujian kekuatan geser restorasi resin komposit pada email gigi tetap setelah aplikasi asam fosfat 37% dengan durasi 5, 15 dan 25 detik. Alasan

Hasil analisis diketahui bahwa usahatani melon di Desa Wonosari Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo per 20.747,8 ha membutuhkan rata- rata penggunaan tenaga kerja dalam keluarga

1. Total penerimaan yang diterima petani dari usahatani cabai merah per musim tanam dengan luas lahan rata-rata 0,09 di daerah penelitian sebesar Rp. Biaya produksi

Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan