• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, yaitu teori mengenai stres, hardiness, dan definisi serta tugas dalam lingkup kepolisian. Kemudian akan dijabarkan mengenai hubungan antara stres kerja dengan hardiness.

2.1. Stres Kerja

2.1.1. Definisi Stres

Terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai definisi stres dan batasan definisi stres yang digunakan dalam penelitian ini.

Manusia merupakan anggota lebih dari satu kelompok sosial. Dalam melakukan kegiatan disetiap kelompok, manusia dapat mengalami stres. Stres yang dialami sebagai hasil kegiatannya di setiap kelompok saling menunjang dan saling menguatkan.

Sayle (Munandar, 2008) membedakan stres menjadi eustress dan distress. Distress adalah stres yang memiliki efek negatif atau destruktif, misalnya stres yang dialami mahasiswa ketika

(2)

mengerjakan soal ujian. Sementara itu eustress adalah tipe stres yang memiliki efek positif atau kuratif. Stres tipe ini dapat meningkatkan unjuk kerja seseorang sampai ke titik optimal.

Menurut Fincham dan Rhodes (dalam Munandar, 2008) penelitian sekarang tentang stres didasarkan pada asumsi bahwa stres, yang disimpulkan dari gejala-gejala dan tanda-tanda faal, perilaku, psikologikal, dan somatik, adalah hasil dari tidak atau kurang adanya kecocokan antara orang (dalam arti kepribadiannya, bakatnya, dan kecakapannya) dan lingkungannya, yang mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif. Asumsi tersebut menyebutkan bahwa ciri-ciri individu (kepribadian, kecakapan, nilai dan kebutuhan) termasuk dalam salah satu pembangkit stres. Dengan kata lain bahwa faktor-faktor dalam individu berfungsi sebagai faktor pengubah antara rangsangan dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres potensial dengan individu. Faktor pengubah tersebutlah yang menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap pembangkit stres.

2.1.2. Definisi Stres Kerja

Stres kerja adalah interaksi antara kondisi kerja dengan karakteristik individual masing-masing pekerja, dimana tuntutan

(3)

kerja melebihi kemampuan individu untuk mengatasi tuntutan (Ross dan Altmaier, 1994).

Menurut Selye (dalam Dodik dan Astuti, 2012) stres kerja dapat diartikan sebagai stresor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku. Stresor kerja merupakan segala kondisi pekerjaan yang dipersepsikan karyawan/pegawai sebagai suatu tuntutan dan dapat menimbulkan stres kerja.

Menurut Gibson dkk (Retraningtyas 2005) menyatakan bahwa stress kerja adalah suatu tanggapan penyesuaian diperantarai oleh perbedaan-perbedaan individu dan atau proses psikologis yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan dari luar (lingkungan), situasi, atau peristiwa yang menetapkan permintaan psikologis dan atau fisik berlebihan kepada seseorang.

Menurut Osipow dan Spokane (Jackson, 2004) mengidentifikasi sumber-sumber stres sebagai ambiguitas peran, peran berlebihan, insufisiensi peran, batasan peran, lingkungan fisik, dan tanggung jawab.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa stress kerja yang terjadi pada individu akan mempengaruhi kondisi psikologis, fisiologis serta prilaku, faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya stres pada individu adalah

(4)

2.1.3. Faktor Stres Kerja

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressor, biasanya karyawan mengalami stress karena kombinasi stressor.

Menurut Robbins (2001) ada tiga sumber utama penyebab timbulnya stress yaitu:

a. Faktor lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak menentu dapat menyebabkan pengaruh pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.

Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu ekonomi, politik, dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian sesorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terslesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.

(5)

Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership.

Pengertian dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut : 1) Role demands

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.

2) Interpersonal demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dlam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.

(6)

3) Organizational structure

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidakjelasan dalam struktur pembuatan keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.

4) Organizational leadership

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut the Michigan group (Robbins, 2001) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja.

Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semua itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001).

(7)

c. Faktor individu

Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.

1) Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menujukan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak merubah contoh masalah hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja.

2) Masalah ekonomi. Diciptakan oleh individu yang tidak dapat mengelola sumber daya keuangan mereka merupakan satu contoh kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres kerja bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dalam bekerja.

3) Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi stres adalaha kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.

(8)

2.1.4. Aspek Stres Kerja

Osipow dan Spokane (Jackson, 2004) mengembangkan aspek-aspek untuk menilai stres/tekanan seseorang serta lingkungan dalam konteks lingkungan kerja. Ada enam aspek dalam konsteks lingkungan kerja, yaitu :

1) Role Overload (RO)

Peran berlebihan, dimana tuntutan pekerjaan sumber daya (personal dan tempat kerja) berlebihan dan individu mampu mencapai beban kerja. Role Overload terjadi ketika atasan menuntut pekerjaan kepada karyawan dengan waktu tertentu dan karyawan diharuskan memahami tuntutan pekerjaan tersebut.

2) Role Insufficiency (RI)

Ketidakcukupan peran, dimana individu tidak memiliki pelatihan, pendidikan, keterampilan dan pengalaman yang sesuai dengan persyaratan kerjanya. Aspek ini berhubungan dengan kepuasan kerja.

3) Role Ambiguity (RA)

Peran ambigu, dimana prioritas, harapan, dan kriteria evaluasi pekerjaan pada individu yang tidak jelas. Menurut Clemons

(9)

(Jackson, 2004) menemukan bahwa Role Ambiguity meningkat, kepuasan kerja secara keseluruhan akan menurun.

4) Role Boundary (RB)

Batas peran, dimana individu mengalami tuntutan peran yang saling bertentangan dan loyalitas dalam pengaturan kerja.

5) Responsibility (R)

Tanggung jawab dimana individu memiliki atau merasa banyak tanggung jawab atas kinerja dan kesejahteraan orang lain di tempat kerja.

6) Physical Environment (PE)

Lingkungan fisik, dimana individu terkena tingkat racun lingkungan atau kondisi fisik yang ekstrim.

Selain itu terdapat gejala-gejala stres kerja yang bisa dikenali. Gejala-gejala stres kerja bisa berasal dari gejala fisik, psikis, sosial fisiologis dan lain-lain. Cary Cooper dan Alison Straw (1995) membagi gejala stres kerja menjadi tiga aspek yaitu: 1) Aspek Gejala Fisiologis

Gejala stres menyangkut fisik bisa mencakup: nafas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan lembab, merasa panas, otot

(10)

tegang, pencernaan terganggu, mencret- mencret, sembelit, letih yang tak beralasan, sakit kepala, salah urat, gelisah.

2)Aspek Gejala Psikologis

Banyak gejala stres yang menjelma dalam wujud perilaku, mencakup:

1. Perasaan, berupa: bingung, cemas, dan sedih, jengkel, salah paham, tak berdaya, tak mampu berbuat apa - apa, gelisah, gagal, tak menarik, kehilangan semangat.

2. Kesulitan dalam: berkonsentrasi, berfikir jernih, membuat keputusan.

3. Hilangnya: kreatifitas, gairah dalam penampilan, minat terhadap orang lain.

3)Aspek Gejala Perilaku di Tempat Kerja

Sebagian besar waktu bagi pegawai berada di tempat kerja, dan jika dalam keadaan stres, gejala- gejala dapat mempengaruhi kita di tempat kerja, antara lain:

1. Kepuasan kerja rendah 2. Kinerja yang menurun 3. Semangat dan energi hilang 4. Komunikasi tidak lancar

(11)

6. Kreatifitas dan inovasi berkurang

7. Bergulat pada tugas- tugas yang tidak produktif

2.1.5. Peran serta manfaat Stres Kerja

Pandangan stress kerja dengan cara yang berbeda dapat menghasilkan suatu manfaat yang baik bagi diri individu, manfaatnya adalah sebagai berikut :

1) Lebih kreatif

Umumnya individu yang bekerja dalam bidang kreatif akan merasa bisa bekerja lebih baik jika berada dibawah tekanan.

2)Baik untuk sistem kekebalan

Penelitian menunjukkan bahwa stres akan menguntungkan sistem kekebalan, karena menimbulkan mekanisme perlawanan kita. Ketika kortisol (hormon stres) dilepaskan, hal itu meningkatkan kekebalan dalam tubuh.

(12)

2.2. Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)

2.2.1. Definisi Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)

Menurut Kobasa (1982) hardiness adalah suatu konstelasi karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam menghadapi stress dan mengurangi efek negatif yang dihadapi. Orang yang hardiness memiliki keberanian berkonfrontasi terhadap perubahan atau perbedaan dan menarik hikmah dari keadaan tersebut, Foster dan Dion (Dodik dan Astuti, 2012)

Hardiness adalah komitmen yang kuat terhadap diri sendiri, sehingga dapat menciptakan tingkah laku yang aktif terhadap lingkungan yang aktif terhadap lingkungan dan perasaan yang bermakna yang menetralkan efek negatif stress, Cotton (Dodik dan Astuti, 2012)

Hardiness adalah ketabahan hati sebagai konstruksi kepribadian yang merefleksikan sebuah orientasi yang lebih optimis terhadap hal-hal yang menyebabkan stress, menurut Quick (Widyarini, 2010).

Maka kepribadian tahan banting (hardiness) merupakan kepribadian yang optimis dan dapat mengantarkan individu untuk jauh dari stress negatif dalam lingkungan kerja. Ketika menghadapi kondisi yang menekan, individu yang hardiness tetap akan mengalami stres atau tekanan, namun tipe kepribadian ini daat menyikapinya secara positif segala hal yang menekan tersebut/beban kerja agar dapat menimbulkan

(13)

sesuatu yang dapat diterima atau dapat dikerjakan dengan lebih mudah dengan cara-cara yang sehat.

2.2.2. Faktor Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)

Faktor yang mempengaruhi hardiness menurut florian (Heriyanto, 2001) antara lain :

a. Kemampuan untuk membuat rencana yang realistis, dengan kemampuan individu merencanakan hal yang realistis maka saat individu menemui suatu masalah maka individu akan tahu apa hal terbaik yang dapat individu lakukan dalam keadaan tersebut.

b. Memiliki rasa percaya diri dan positif citra diri, individu akan lebih santai dan optimis jika individu memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan citra diri yang positif maka individu akan terhindar dari stress.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi, dan kapasitas untuk mengelola perasaan yang kuat dan implus.

Dari beberapa hal tersebut diatas maka dapat disimpulkan kepribadian tahan banting (hardiness) bersumber dari dalam diri individu sendiri. Seperti kemampuan individu dalam membuat rencana yang realistis, memiliki rasa percaya diri serta citra diri yang positif, dan kemampuan individu dalam berkomunikasi.

2.2.3. Aspek Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)

(14)

a. Kontrol

Kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi atas dirinya.

Aspek ini berisi keyakinan bahwa individu dapat memengaruhi dan dapat mengendalikan apa saja yang terjadi dalam hidupnya. Individu percaya bahwa dirinya dapat menentukan terjadinya sesuatu dalam hidupnya, sehingga tidak mudah menyerah ketika sedang berada dalam keadaan tertekan.

Individu dengan hardiness yang tinggi memiliki pandangan bahwa semua kejadian dalam lingkungan dapat ditangani oleh dirinya sendiri dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang harus dilakukan sebagai respon terhadap stress.

b. Komitmen

Komitmen adalah kecenderungan untuk melibatkan diri dalam aktivitas yang sedang dihadapi.

Aspek ini berisi keyakinan bahwa hidup itu bermakna dan memiliki tujuan. Individu juga berkeyakinan teguh pada dirinya sendiri walau apapun yang akan terjadi.

Individu dengan hardiness yang tinggi percaya akan nilai-nilai kebenaran, kepentingan dan nilai-nilai yang menarik tentang siapakah dirinya dan apa yang mapu ia lakukan. Selain itu individu dengan hardiness yang tinggi juyga percaya bahwa perubahan akan membantu dirinya berkembang dan

(15)

mendapatkan kebijaksanaan serta belajar banyak dari pengalaman yang telah didapat.

c. Tantangan

Tantangan adalah kecenderungan untuk memandang suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan sebagai ancaman terhadap rasa amannya.

Aspek ini berupa pengertian bahwa hal-hal yang sulit dilakukan atau diwujudkan adalah sesuatu yang umum terjadi dalam kehidupan, yang pada akhirnya akan datang kesempatan untuk melakukan dan mewujudkan hal tersebut.

Dengan demikian individu akan secara ikhlas bersedia terlibat dalam segala perubahan dan melakukan segala aktivitas baru untuk bisa lebih maju. Individu seperti ini biasanya menilai segala perubahan sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menantang daripada sesuatu yang sifatnya mengancam. Dengan pandangan yang terbuka dan fleksibel, tantangan dapat dipandang sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan harus dihadapi. Bahkan, tantangan dilihat sebagai kesempatan untuk belajar lebih banyak.

2.2.4. Peran serta manfaat Kepribadian Tahan Banting (Hardiness)

Berdasarkan teori yang telah disebutkan diatas, maka dapat disismpulkan kepribadian tahan banting (hardiness) berperan dalam

(16)

membuat individu menjadi lebih kuat,stabil serta optimis dalam menghadapi negatif stress.

2.3. Polisi Republik Indonesia (Polri)

Polri diawali sejak terpisahnya dari ABRI tanggal 1 April 1999 sebagai bagian dari proses reformasi haruslah dipandang dan disikapi secara arif sebagai tahapan untuk mewujudkan Polri sebagai abdi negara yang profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju perubahan tata kehidupan nasional kearah masyarakat madani yang demokratis, aman, tertib, adil dan sejahtera. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2015), polisi adalah badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menangkap orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya).

Polri memiliki lambang yang mempunyai arti bahwa polri merupakan abdi utama dari pada nusa dan bangsa. Polri yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat. Harus jauh dari tindak dan sikap sebagai "penguasa". Oleh karena itu tanggung jawab seorang polisi sangat luas dan tidak terbatas, polisi diharapkan memiliki kemampuan untuk merespon berbagai macam situasi yang mungkin saja timbul di dalam tugas mereka dan juga polisi harus bertindak sebagai perangkat negara untuk melakukan kasus penyelidikan

(17)

Dalam UU RI no.2 Tahun 2002, polisi adalah alat negara yang bertugas memilihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Anggota Kepolisian Republik Indonesia melaksanakan tugas dan wewenang tersebut meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia. Berdasarkan tugasnya, anggota polisi memiliki beberapa unsur kesatuan. Dalam buku pedoman tugas Bintara Polri dijelaskan, Kesatuan yang bekerja di lapangan antara lain adalah Kesatuan Lalu Lintas (Lantas), Kesatuan Brigade Mobil (Brimob), Kesatuan Reserse Kriminal (Reskrim), Kesatuan Intelijen dan keamanan (Intelkam) dan Kesatuan Samapta (Jayanegara, 2007).

2.3.1. Intelijen dan Keamanan (Intelkam) Polri

Intelkam dalam wilayah kepolisian sektor dipimpin langsung oleh Kanit Intelkam yang bertanggung jawab terhadap Kapolsek dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wakapolsek. Unit Intelkam bertugas menyelenggarakan fungsi intelejen di bidang keamanan meliputi pengumpulan bahan keterangan atau informasi untuk keperluan deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning), dalam rangka pencegahan terjadinya gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, serta pelayanan perizinan.

(18)

dilingkungan Polsek, Pelaksanaan kegiatan operasional intelijen keamanan guna terselenggaranya deteksi dini (early detection) dan peringatan dini (early warning), pengembangan jaringan informasi melalui pemberdayaan personel pengemban fungsi intelijen, Pengumpulan, penyimpanan, dan pemutakhiran biodata tokoh formal atau informal organisasi sosial, masyarakat, politik, dan pemerintah tingkat kecamatan dan kelurahan, Pendokumentasian dan penganalisisan terhadap perkembangan lingkungan serta penyusunan produk intelijen, Penyusunan intel dasar, prakiraan intelijen keamanan, dan menyajikan hasil analisis setiap perkembangan yang perlu mendapat perhatian pimpinan, Pemberian pelayanan dalam bentuk izin keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya, penerbitan rekomendasi SKCK kepada masyarakat yang memerlukan, serta melakukan pengawasan dan pengamanan atas pelaksanaannya.

2.3.2. Lalu Lintas (Lantas)

Unit Lalu Lintas (Lantas) merupakan unsur pelaksana tugas pokok yang berada dibawah pimpinan Kanit Lantas yang bertanggung jawab terhadap Kapolsek. Yang bertugas melaksanakan Turjawali bidang lalu-lintas, penyidikan kecelakaan lalu-lintas dan penegakkan hukum dibidang lalu-lintas.

(19)

dibidang lalu-lintas melalui kerja sama lintas Sektoral dan Dikmaslantas, pelaksanaan Turjawali lalu-lintas dalam rangka Kamtibcarlantas, dan pelaksanaan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu-lintas dalam rangka penegakkan hukum lalu-lalu-lintas.

2.3.3. Reserse Kriminal (Reskrim)

Unit Reskrim bertugas melaksanakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, termasuk fungsi identifikasi. Fungsi unit Reskrim adalah sebagai pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana, pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak-anak dan wanita baik sebagai pelaku tindak pidana maupun korban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan pengidentifikasian untuk kepentingan penyidikan

2.3.4. Shabara

Samapta Bhayangkara yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan satuan Sabhara Polri adalah salah satu dari fungsi teknis operasional Polri yang mengemban tugas utama bersifat preventif atau pencegahan. Patroli, pengaturan, penjagaan, dan pengawalan serta pelayanan masyarakat adalah tugas-tugas esensial bagi satuan ini, yang

(20)

meminimalisasi bertemunya niat dan kesempatan terjadinya pelanggaran atau kejahatan.

Tugas utama Sabhara adalah patroli, karena dengan patroli yang benar, bukan saja dicegah niat dan kesempatan berbuat jahat dari penjahat atau calon penjahat, tetapi sekaligus menarik simpati rakyat. Karena harus senantiasa siaga 24 jam sehari, kepolisian di seluruh dunia menjadikan satuan semacam ini sebagai divisi terbesar dalam kesatuannya.

Perumusan dan Pengembangan Fungsi Samapta meliputi, pelaksanaan tugas Polisi Umum, menyangkut segala upaya pekerjaan dan kegiatan pengaturan, penjagaan, pengawalan, patroli, pengamanan terhadap Hak Penyampaian Pendapat dimuka umum (PPDU), pembinaan Polisi Pariwisata, Pembinaan Badan Usaha Jasa Pengamanan (BUJP), SAR Terbatas, TPTKP, TIPIRING, dan PERDA, Pengendalian Massa (Dalmas), negoisasi, pengamanan terhadap proyek vital/ Obyek vital dan pemberdayaan masyarakat, pembinaan bantuaan satwa untuk kepentingan perlidungan, pengayoman, pertolongan dan penertiban masyarakat.

2.3.5. Bhabinkamtibmas

Bhabinkamtibmas adalah anggota Polri yang bertugas melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan

(21)

ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku dan juga merupakan petugas Polmas di Desa atau Kelurahan.

Berikut merupakan lingkup tugas Bhabinkamtibmas meliputi: 1. Melakukan pembinaan terhadap warga masyarakat yang menjadi

tanggung jawabnya untuk dapat meningkatakan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-undangan yang berlaku

2. Melakukan upaya kegiatan kerjasama yang baik dan harmonis dengan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh adat dan para sesepuh yang ada di desa atau kelurahan

3. Melakukan pendekatan dan membangun kepercayaan terhdap masyarakat

4. Melakukan upaya pencegahan tumbuhnya penyakit masyarakat dan membantu penanganan rehabilitasi yang terganggu

5. Melakukan upaya peningkatan daya tangkal dan daya cegah warga masyarakat terhadap timbulnya gangguan kamtibmas

6. Membimbing masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam rangka pembinaan kamtibmas secara swakarsa di desa/kelurhan

7. Kerjasama dan kemitraan dengan potensi masyarakat dan kelompok atau forum kamtibmas guna mendorong peran sertanya dalam binkamtibmas dan dapat mencari solusi dalam penganan permsalahan atau potensi gangguan dan ambang gangguan yang

(22)

terjadi di masyarakat agar tidak berkembang manjadi gangguan nyata kamtibmas

8. Menumbuhkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan perundang-undangan

9. Memberikan bantuan dalam rangka penyelsaian perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban umum

10.Memberikan petunjuk dan melatih masyarakat dalam rangka pengamanan lingkungan

11.Memberikan pelayanan terhadap kepentingan warga masyarakat untuk sementara waktu sebelum ditangani pihak yang berwenang 12.Mengimpun informasi dan pendapat dari masyarakat untuk

memperoleh masukan atas berbagai isu atau kisaran suara yang tentang penyelenggaraan fungsi dan tugas pelayanan kepolisian serta permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.

(23)

2.4. Kerangka Berfikir

Dalam bekerja seorang karyawan akan sangat sering menghadapi kondisi yang menekan. Kondisi yang menekan dan terus-menerus pada seorang karyawan akan menimbulkan stres. Tekanan yang mungkin datang tidak hanya bersumber dari pekerjaan, tuntutan lainnya yang mungkin datang bersumber dari keluarga maupun diri individu sendiri. Stres kerja dapat timbul karena beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor individu.

Individu yang mengalami stres kerja dapat dilihat dengan terpenuhinya gejala-gejala fisik, emosi, kognitif, dan sosial. Gejala stres kerja antara lain kepuasa kerja yang rendah, kinerja yang menurun, semangat dan energi yang hilang, komunikasi tidak lancar, pengambilan keputusan yang buruk, kreatifitas serta inovasi berkurang, dan selalu bergulat pada tugas-tugas yang tidak produktif. Terpenuhinya gejala-gejala stres selanjutnya akan menimbulkan reaksi stres yang antara lain adalah reaksi emosional, reaksi perubahan kebiasaan, dan perubahan fisiologis.

Faktor individu merupakan salah satu dari faktor yang berperan terhadap timbulnya stres kerja. Faktor ini dapat muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan. Dalam hal ini karakteristik kepribadian bawaan merupakan kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.

(24)

Karketristik kepribadian yang banyak diteliti berhubungan dengan stres kerja salah satunya adalah kepribadian hardiness. Kepribadian hardiness adalah suatu konstelasi karakteristik kepribadian yang membuat individu menjadi lebih kuat, tahan, stabil, dan optimis dalam menghadapi stres dan mengurangi efek negatif yang dihadapi. Kepribadian hardiness memiliki tiga aspek pendukung yaitu kontrol, komitmen, dan tantangan. Kontrol adalah keyakinan individu bahwa dirinya dapat mempengaruhi peristiwa-peristiwa yang terjadi atas dirinya. Komitmen memrupakan kecenderungan untuk melibatkan diri dalam aktivitas yang sedang dihadapi. Tantangan adalah kecenderungan untuk memandang suatu perubahan yang terjadi sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri, bukan sebagai ancaman terhadap rasa amannya.

Anggota polri yang memiliki kepribadian hardiness cenderung akan lebih tahan terhadap situasi stres terutama stres yang ditimbulkan dari beban tugas yang dimilikinya. Disisi lain polisi merupakan profesi yang secara langsung akan berhadapan dengan masyarakat setiap harinya maka polisi dituntut untuk memberikan pengayoman, perlindungan, dan pelayanan kepada masyarakat serta memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

Kepribadian hardiness merupakan aspek psikologis yangs eharusnya dimiliki oleh anggota Polri untuk mengatasi stres kerja yang dialaminya. Maka peneliti ingin meneliti apakah ada hubungan antara

(25)

Polsek Tambun, Bekasi. Berikut ini akan digambarkan kerangka teori mengenai hubungan anatara kepribadian hardiness dengan stres kerja pada anggota Polri di Polsek Tambun, Bekasi.

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Hardiness mempengaruhi stres kerja Rendah  Menghin-dar  Pesimis  Tidak ingin melibatka -n diri dalam aktivitas Stres Kerja Tinggi  Aktif terhadap lingkung an  Kuat, tahan, stabil  Optimis Hardiness Tinggi  Kepuasan kerja tinggi  Produktif  Lebih kreatif dan inovatif Rendah  Kepuasan kerja rendah  Semangat hilang  Tidak kreatif, inovatif, dan produktif Individu : Karakteristik Kepribadian

(26)

2.5. Hipotesis

Penelitian diarahkan dalam upaya menjawab pokok permasalahan ini yaitu apakah ada hubungan antara kepribadian tahan banting (hardines) dengan stres kerja pada Polisi Polsek Tambun, Bekasi. Hipotesis ini merupakan jawaban sementara permasalahan tersebut. Karena merupakan penelitian kuantitatif, maka hipotesis yang diterapkan adalah hipotesis statistik, yang akan diuji dengan menggunakan data-data yang diperoleh. Adapun hipotesanya adalah :

1. Ho :

Terdapat hubungan Negatif yang signifikan antara kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja pada anggota Polri di Polsek Tambun, Bekasi.

2. Ha :

Tidak terdapat hubungan yang negatif signifikan antara kepribadian tahan banting (hardiness) dengan stres kerja pada anggota Polri di Polsek Tambun, Bekasi.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Hardiness mempengaruhi stres kerjaRendah   Menghin-dar   Pesimis   Tidak ingin melibatka-n diri dalam aktivitas Stres Kerja Tinggi   Aktif terhadap lingkungan   Kuat, tahan, stabil   Optimis Hardiness Tinggi   Kepuasan k

Referensi

Dokumen terkait

Untuk ruang lingkup Roomboy cukup baik, dinyatakan oleh 3 orang karyawan (50%), lalu kebutuhan perlengkapan yang tersedia bagi Roomboy sesuai standar di dalam kamar terkadang

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian kompos pada tanah bekas tambang emas dan mengetahui jenis kompos mana yang terbaik terhadap pertumbuhan awal

Penerapan bauran promosi pada produk Amanah di Pegadaian syariah Cabang Sidoarjo dikatakan masih kurang efektif karena dana yang telah dikeluarkan oleh pegadaian Syariah

Kandungan klorofil TBM-2 kelapa sawit menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan pemupukan unsur Ca pada 15– 26 BST, hal ini sesuai dengan

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Jaringan distribusi tegangan menengah adalah jaringan tenaga listrik yang menyalurkan daya listrik dari gardu induk sub transmisi ke gardu distribusi.. Jaringan Distribusi

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 272 / Kpts.II / 2003 tanggal 12 Agustus 2003 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka

penyeleksian buah jeruk besar dan kecil secara otomatis dengan menggunakan PLC dan Pengolahan Citra dengan keberhasilan sebesar 73,33 %, proses yang dilakukan dapat berjalan