• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar dari fasilitias di beberapa gedung Universitas Bina Nusantara,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar dari fasilitias di beberapa gedung Universitas Bina Nusantara,"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Sebagian besar dari fasilitias di beberapa gedung Universitas Bina Nusantara,

saati ini memiliki kebersihan yang baik. Namun berdasarkan observasi yang peneliti

lakukan, terdapat beberapa tempat khususnya toilet yang berintensitas tinggi dikunjungi

oleh pengunjung (karyawan, mahasiswa, dosen, orangtua mahasiswa) memiliki

kebersihan belum maksimal. Bentuk kebersihan yang belum maksimal yaitu seperti

banyaknya air yang berceceran di lantai toilet, terdapat jiplakan cap sepatu pada closet

duduk, tidak tersedianya tissue pada beberapa toilet. Hal tersebut sejalan dengan hasil

wawancara yang peneliti lakukan kepada beberapa pengunjung gedung (mahasiswa,

dosen, dan orangtua mahasiswa). Berdasarkan hasil wawancara, menunjukkan bahwa

beberapa dari mereka merasakan kenyamanan yang mulai terganggu dalam

menggunakan fasilitas gedung karena kendala dari segi kebersihan.

Kebersihan sudah merupakan kebutuhan yang penting karena sebuah gedung

dengan tempat dan fasilitas yang kebersihannya terjaga, dapat mempengaruhi

kenyamanan karyawan dan juga pengunjung gedung. Lingkungan yang bersih dan

sehat tidak hanya menjadi prasyarat untuk lingkungan fungsional, melainkan juga

merupakan dasar untuk kesejahteraan dan produktivitas karyawan (“Cleaning”, 2010).

Dengan adanya lingkungan dan fasilitas gedung yang bersih dapat membuat

pengunjung menjadi nyaman dan dapat memberikan kesan yang baik bagi setiap

pengunjung.

(2)

Sebuah gedung dapat terjaga kebersihannya apabila gedung tersebut memiliki

karyawan yang bertugas menjaga kebersihan gedung dan fasilitas gedung. Karyawan

tersebut disebut sebagai karyawan cleaning service (janitorial). Karyawan cleaning

service (janitorial) adalah orang yang dalam tugasnya memelihara kebersihan dan

memberikan pelayanan kebersihan di suatu tempat, kantor, atau instansi (“Layanan

Outsource Cleaning Service”, 2011). Hingga saat ini hampir di setiap gedung atau

perkantoran memiliki karyawan cleaning service hal ini dikarenakan tugas mereka dalam

membersihkan lingkungan dan fasilitas gedung, turut mendukung terealisasinya

lingkungan dan fasilitas yang bersih dan dapat berdampak pada kenyamanan

pengunjung yang datang.

Tugas-tugas

dari

karyawan

cleaning

service

(Janitorial)

terdiri

dari

membersihkan toilet, menyapu, mengumpulkan sampah dan memasukkan ke dumb truk,

dan sebagainya (“Tenaga Non-Skill yang Profesional”, 2011). Secara umum tugas dari

karyawan cleaning service adalah menjaga kebersihan gedung dan fasilitas gedung

selama jam operasional dari gedung yang bersangkutan. Pada gedung-gedung di

Universitas Bina Nusantara Kebon Jeruk, jam operasional berkisar antara jam 6.30 -

21.00 pada hari senin-jumat dan jam 6.30 - 19.00 pada hari sabtu (Tata Tertib Binus

University, 2003). Sehingga tugas umum dari karyawan cleaning service di Universitas

Bina Nusantara Jakarta – Kebon Jeruk adalah menjaga kebersihan gedung dan fasilitas

gedung setiap hari senin – jumat mulai jam 6.30 hingga 21.00 dan pada hari sabtu mulai

jam 6.30 hingga 19.00.

Terwujudnya semua fasilitas gedung (toilet, lantai, ruangan, dll) yang bersih

selama jam operasional gedung, dapat menggambarkan tercapainya efektivitas kerja

yang maksimal dari karyawan cleaning service (janitorial) tersebut. Makna dari

efektivitas kerja sendiri adalah pencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian

target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan waktu (Sedarmayanti, 2009).

(3)

Efektivitas merupakan suatu ukuran seberapa jauh target tercapai, untuk mengetahui

seberapa jauh target terpenuhi dapat dilakukan pengukuran hasil pekerjaan

berdasarkan kualitas, kuantitas, dan waktu yang sudah ditentukan pada bidang tersebut

(Sedarmayanti, 2009). Karyawan cleaning service (janitorial) memiliki efektivitas kerja

maksimal bila semua fasilitas gedung (kuantitas) yang bersih (kualitas) selama jam

operasional (waktu). Pada karyawan cleaning service di Universitas Bina Nusantara

Jakarta – Kebon Jeruk, efektivitas kerja dari karyawan cleaning service sudah mencapai

titik maksimal apabila seluruh gedung dan fasilitas dari Universitas Bina Nusantara

Jakarta – Kebon Jeruk (kuantitas) dapat terjaga kebersihannya (kualitas) selama jam

operasional gedung (waktu). Berdasarkan hasil observasi peneliti didukung dengan hasil

wawancara terhadap beberapa pengunjung (mahasiswa, dosen, orang tua mahasiswa)

di Universitas Bina Nusantara, diperoleh informasi mengenai kebersihan yang belum

maksimal terutama pada toilet yang banyak dikunjungi orang-orang. Dari informasi

tersebut, secara tidak langsung turut menggambarkan efektivitas kerja dari karyawan

cleaning service yang belum mencapai titik maksimal. Belum tercapainya efektivitas

kerja yang maksimal dapat disebabkan oleh kendala-kendala yang dihadapi selama

bekerja.

Karyawan cleaning service (janitorial) dalam bekerja turut menghadapi beragam

perilaku dari pengunjung, mulai dari perilaku yang ikut menjaga kebersihan lingkungan,

sampai perilaku yang tidak bertanggung jawab, perilaku yang semaunya sendiri, dan

perilaku yang tidak perduli. Hal tersebut dapat menjadi kendala bagi karyawan cleaning

service (janitorial) dalam melaksanakan tugasnya. Karena untuk menghadapi kendala

tersebut, mereka membutuhkan energi tambahan dalam menyelesaikan tugas. Dengan

bertambahnya kendala yang dihadapi dalam bertugas dapat menimbulkan emosi negatif

dari karyawan yang bersangkutan (Febrinanda, 2012).

(4)

Pada dasarnya manusia memiliki emosi dan hampir di setiap kegiatan yang

dilakukan, turut melibatkan emosi di dalamnya (Alibin, 1986). Emosi yang tertuju pada

hal negatif dapat berdampak negatif pada kegiatan yang sedang dilakukan, sebaliknya

emosi yang tertuju pada hal positif dapat berdampak positif pada kegiatan yang sedang

dilakukan (Robbins & Judge, 2007). Untuk menghindari dan meminimalisir dampak

negatif dari emosi negatif yang dimiliki, diharapkan setiap manusia memiliki kecerdasan

emosional yang baik.

Definisi dari kecerdasan emosional menurut Goleman (1998) mengacu pada

kapasitas seseorang untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, untuk

memotivasi diri sendiri, dan untuk mengatur emosi dengan baik pada diri sendiri dan

juga pada hubungan dengan orang lain. Goleman (1998) menyebutkan bahwa ada 5

dimensi kecerdasan emosional yaitu terdiri dari kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,

empati, dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosional saat ini sudah merupakan hal

yang penting karena dianggap berperan lebih besar dalam kesuksesan seseorang,

dibanding dengan kecerdasan intelektual. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari

Goleman, bahwa kecerdasan intelektual atau intelligence quotient hanya menyumbang

20% bagi kesuksesan seseorang, sedangkan 80% kesuksesan seseorang dipengaruhi

oleh faktor lain, salah satunya kecerdasan emosional (Goleman dalam Jahja, 2011).

Hingga saat ini terdapat beberapa penelitian mengenai kecerdasan emosional,

beberapa diantaranya adalah penelitian mengenai pengaruh kecerdasan emosional

terhadap produktivitas seseorang. Berdasarkan penelitian oleh Godfrey (2004), Lyie

Spencer (dalam Godfrey, 2004), dan Cherniss (1999) mengenai pengaruh kecerdasan

emosional terhadap produktivitas, disimpulkan bahwa kecerdasan emosional memiliki

pengaruh terhadap produktivitas seseorang. Dengan adanya pengaruh kecerdasan

emosional terhadap produktivitas, maka turut menggambarkan bahwa kecerdasan

emosional juga memiliki hubungan dengan produktivitas seseorang. Produktivitas

(5)

sendiri dibentuk oleh 2 dimensi yaitu efisien dan efektivitas (Sedarmayanti, 2009).

Dengan demikian berdasarkan penelitian sebelumnya, secara tidak langsung turut

menunjukkan bahwa kecerdasan emosional juga memiliki hubungan dengan efisiensi

dan efektivitas kerja seseorang.

Dengan adanya hubungan kecerdasan emosional dengan efektivitas kerja

seseorang, maka kecerdasan emosional menjadi penting guna mendukung efektivitas

kerja seorang karyawan. Pada karyawan cleaning service Kecerdasan emosional

dibutuhkan oleh karyawan cleaning service, karena dalam penugasannya mereka

menemui dan menghadapi beragam perilaku dari pengunjung (perilaku tidak

bertanggungjawab, semaunya sendiri, tidak perduli). Dengan menghadapi dan

menanggapi perilaku dari orang lain, dapat berdampak pada suasana hati yang sedang

dirasakan (Fowlie & Wood, 2009). Adanya kendala (perilaku pengunjung yang tidak

bertanggungjawab, semaunya sendiri dan tidak peduli) yang dihadapi karyawan

cleaning service saat bekerja, dapat menimbulkan suasana hati berupa emosi negatif

dari karyawan cleaning service. Seseorang yang dipengaruhi oleh emosi negatif akan

terlihat pada perilaku yang cenderung merugikan (Febrinanda, 2012).

Untuk menghindari perilaku yang merugikan akibat dari emosi negatif, maka

diharapkan karyawan cleaning service memiliki kecerdasan emosional yang baik.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk terlibat dalam perilaku (Jadhav &

Mulla, 2010), sehingga kecerdasan emosional turut berperan mempengaruhi seseorang

dalam berperilaku. Dengan demikian kecerdasan emosional dapat dikaitkan dengan

efektivitas kerja, karena perilaku dari seorang pekerja merupakan salah satu bentuk dari

karakteristik pekerja yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja (Zulyanti dalam

Yudhaningsih, 2011).

Bedasarkan uraian di atas, pada penelitian ini peneliti ingin meneliti dan

membuktikan mengenai ada atau tidaknya pengaruh dari kecerdasan emosional

(6)

terhadap efektivitas kerja karyawan cleaning service di Universitas Bina Nusantara

Jakarta – Kebon Jeruk. Topik mengenai cleaning service sebagai subjek menjadi

penting untuk diteliti karena saat ini kebersihan merupakan hal yang penting, kebersihan

gedung dan toilet yang terjaga tentu memiliki nilai lebih di mata pengunjung yang datang.

Untuk itu efektivitas kerja karyawan cleaning service menjadi salah satu hal yang perlu

diperhatikan.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka penulis

merumuskan masalah yaitu:

“Apakah kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap efektivitas kerja

karyawan cleaning service di Universitas Bina Nusantara Jakarta Kebon -

Jeruk?”

1.3

Tujuan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

yaitu:

“Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari kecerdasan emosional

terhadap efektivitas kerja karyawan cleaning service di Universitas Bina Nusantara. “

1.4

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan,

khususnya dalam karya tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan

khasanah ilmiah khususnya di bidang psikologi industri dan organisasi.

(7)

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan

penelitian dengan topik yang serupa.

2. Manfaat Praktis

a. Jika penelitian ini terbukti, maka dapat dijadikan masukan bagi

perusahaan untuk memperhatikan faktor-faktor kecerdasan emosional

setiap karyawan yang bekerja di perusahaan.

b.

Memperhatikan faktor kecerdasan emosional karyawan pada saat proses

rekrutmen.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan penelitian ini, diharapkan adanya manfaat bagi peneliti untuk menerapkan metode yang sesuai dalam mengembangkan aplikasi serupa dan dengan digunakannya

Rataan tertinggi dari alternatif terpenting yang dipilih untuk menjadi faktor pendorong utama dalam peningkatan guru SD adalah UU Guru dan Dosen (bobot 0,63) dan berikutnya

Bahwa nilai moral yang terkandung dalam keteladanan dalam pendidikan terhadap tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal maka saran yang dapat penulis

a) Pimpinan tertinggi PD/Unit Kerja mempunyai kewenangan mengakses seluruh arsip vital. b) Pimpinan tingkat tinggi satu tingkat dibawah pimpinan tertinggi PD/Unit Kerja

Pada sumur bor BH-3 yang mengandung gas biogenik, kandungan bakteri metanogenik sebesar 1,5% dari total bakteri umum, kandungan karbon total sekitar 4%, unsur utama, unsur logam

Penelitian yang dilakukan oleh Hermiyetti dan Erlinda Katlantis (2016) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh yang kuat dalam kinerja keuangan suatu

2) Calon Pesefta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kepemimpinan tidak sedang mempeftanggungjawabkan penyelesaian administrasi maupun kegiatan yang berkaitan dengan

Dan beranjak dari latar belakang tersebut judul yang dikemukakan oleh peneliti adalah “Urgensi Analisis Jabatan (Job Analysis) dalam Membangun Sumber Daya Manusia