A. Keputihan
1. Definisi
Pengertian leukorea (white discharge, flour albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah yang sering dijumpai pada penderita ginekologi (Wong, 2008).
2. Klasifikasi Keputihan
Menurut Admin (2009) keputihan terdiri dari dua jenis yaitu keputihan normal dan keputihan yang tidak normal. Keputihan normal (keputihan fisiologis) adalah apabila alat kelamin perempuan (vagina) pada saat-saat tertentu mengeluarkan lendir (mucus), misalnya pada saat menjelang dan sesudah haid, perempuan hamil, perempuan sesudah melahirkan dan perempuan yang sedang mengalami rangsangan seksual. Sedangkan keputihan yang tidak normal (keputihan patologis) terjadi apabila perempuan mulai mengeluh karena vaginanya terlalu sering mengeluarkan lendir yang berlebihan disertai bau, terasa pedih waktu buang air, dan kadang disertai rasa panas dan gatal.
Keputihan fisiologis dapat ditemukan pada bayi yang baru lahir hingga berumur kira-kira sepuluh hari, waktu menarche, wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus (Coitus). Sementara keputihan patologis disebabkan adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan hormonal, kelainan bawaan dari alat kelamin wanita (Melilea, 2008).
3. Gejala
4. Penyebab
Mamafhia (2009) menyatakan beberapa pemicu keputihan yang perlu diwaspadai :
a. Personal hygiene yang kurang
b. Pemakaian pembersih yang tidak sehat c. Jamur
Keputihan jenis ini disebabkan infeksi jamur Candida albicans. Umumnya dipicu oleh faktor luar dan dalam tubuh seperti kehamilan, kegemukan, pemakaian pil KB, obat-obatan tertentu seperti steroid, antibiotika, diabetes, daya tahan tubuh yang rendah, iklim panas atau lembab.
d. Parasit
Infeksi parasit Trichomonas vaginalis termasuk dalam golongan penyakit menular seksual (PMS) karena penularannya terjadi lewat hubungan seksual. Namun, penularan juga bisa terjadi lewat berbagai peralatan mandi pribadi atau dudukan kloset yang sudah terkontaminasi. e. Virus
ditularkan lewat hubungan seksual pemicu kanker rahim. (Nyiwi, 2009)
Skor Keputihan menurut Rozanah (2008) Tabel 2.1 Skor Keputihan
Fisiologis Patologis
Keputihan terjadi menjelang dan sesudah menstruasi.
Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau keruh. Cairan yang keluar dari vagina
berwarna jernih atau kuning.
Cairan berwarna coklat disertai sedikit merah.
Keputihan yang dialami tidak berbau.
Keputihan dengan cairan berwarna kuning dan lengket. Keputihan tidak disertai rasa gatal. Keputihan dengan cairan
berwarna kuning yang disertai bau amis.
Keputihan tidak menempel dan tidak lengket
Keputihan disertai adanya keluhan (gatal, panas, nyeri).
Faktor yang menyebabkan keputihan secara umum pada remaja putri usia remaja awal sampai usia remaja akhir (11-20 tahun) antara lain :
1) Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan setelah buang air kecil ataupun buang air besar.
2) Mengenakan pakain bernahan sintetis yang ketat, sehingga ruang yang ada tidak memadai sehingga menimbulkan iritasi pada organ kewanitaan.
3) Jarang mengganti panty liner.
4) Kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan.
6) Aktivitas fisik yang melelahkan sehingga daya tahan tubuh melemah (Nyiwi, 2009).
B. Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja terdiri dari tiga sub fase yaitu masa remaja awal (usia 11-14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15-17 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18-20 tahun) (Wong, 2008). Data profil kesehatan Indonesia mencatat penduduk Indonesia yang tergolong usia 10-19 tahun adalah sekitar 44 juta jiwa atau 21% yang terdiri dari 50,8% remaja laki-laki dan 49,2% remaja perempuan (Anonim, 2015).
Menurut Soetjiningsih (2004), dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, semua remaja akan melewati masa sebagai berikut:
1) Masa remaja awal/dini (Early Adolescene) umur 11-13 tahun. 2) Masa remaja pertengahan (Middle Adolescene) umur 14-16
tahun.
3) Masa remaja lanjut (Late Adolescene) umur 17-20 tahun. C. Sirih Merah
Klasifikasi tanaman sirih merah menurut Backer (1963) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Magnolilidae
Orde : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper crocatum
Kerabat Dekat : Kemukus, Lada.
bertangkai yang tumbuh berselang seling dari batangnya. Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid. Senyawa alkokoloid dan flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah (Manoi, 2007)
Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol, allylprokatekol, karvakrol, eugenol, pcymene, cineole, caryofelen, kadimen estragol, terpenena, dan fenol. Karena banyaknya kandungan zat/senyawa kimia bermanfaat inilah, daun sirih merah memiliki manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat. Karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Eugenol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan tanin dapat digunakan untuk mengobati sakit perut. Air rebusannya yang mengandung antiseptik digunakan untuk menjaga kesehatan rongga mulut dan menyembuhkan penyakit keputihan serta bau tak sedap. Penelitian terhadap tanaman sirih merah sampai saat ini masih sangat kurang terutama dalam pengembangan sebagai bahan baku untuk biofarmaka (Manoi, 2007).
1. Morfologi Tanaman a. Daun
dan bila daunnya dirobek maka akan mengeluarkan lendir, terasa pahit dan aromanya lebih wangi. Panjang daunya kurang lebih 15-20 cm. Warna daun pada bagian atas hijau bercorak warna putih keabu-abuan, sedangkan bagian bawah daun berwarna merah hati cerah.
b. Batang
Batang berwarna hijau agak kemerahan dan permukaan kulitnya berkerut. Batang bersulur dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm.
c. Akar
Bakal akar tumbuh di setiap buku batang (Sudewo,2010). 2. Habitat
Sirih merah tidak dapat tumbuh dengan subur pada daerah yang panas, tetapi dapat tumbuh subur pada daerah yang dingin, teduh, dan tidak terlalu banyak terkena sinar matahari dengan ketinggian 300-1000 m. Tanaman sirih merah sangat baik pertumbuhannya apabila mendapatkan sekitar 60-75% cahaya matahari (Manoi, 2007).
3. Kandungan Kimia dan Khasiat
ter-penena, dan fenol. Oleh karena sirih merah banyak mengandung senyawa kimia bermanfaat, maka sirih merah memiliki manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat (Juliantina et al, 2009).
Kandungan zat kimia pada daun sirih merah yang memiliki efek antifungi:
a. Karvakrol
Menunjukkan efek jamur dan desinfektan, sehingga dapat digunakan sebagai obat antiseptik.
b. Flavonoid
Memiliki sifat antioksidan, senyawa fenol yang bersifat sebagi koagulator protein, antidiabetik, antifungi, antikanker, imunostimulan, antioksidan, antiseptik, antihepatotoksik, antihiperglikemik, vasodilatator dan antiinflamasi.
c. Alkaloid
Memiliki sifat antimikroba, penghambat pertumbuhan sel kanker dan merupakan bagian dari sistem heterosiklik.
d. Eugenol
e. Saponin
Menunjukkan efek antijamur, antibakteri, dan imunomodulator. 4. Penggunaan Tanaman Sirih Merah
Kegunaan sirih merah di lingkungan masyarakat dalam menyembuhkan beberapa penyakit seperti, diabetes mellitus, asam urat, ambeien, penyakit ginjal, impotensi, dermatitis, gatal-gatal, luka bernanah yang sulit sembuh, karies gigi, batuk, radang pada mata, radang pada gusi dan telinga, hipertensi, keputihan kronis, sebagai obat kumur dan manfaat bagi kecantikan ( lulur, masker, penuaan dini, penghalus kulit, dan lain-lain) (Juliantina et al, 2009).
5. Cara Penggunaan
Cara membersihkan organ wanita menggunakan daun sirih merah : Bahan :
a. Daun sirih merah yang siap panen minimal berumur 4 bulan, bisa dilihat dari lembar daun yang berukuran 5 – 10 cm dengan berat ±6,5 gram (8 lembar).
b. Air 800 ml. Cara meramu :
Mencuci daun kemudian iris-iris selembar 1 cm rebus dengan air 800 ml sampai mendidih.
Cara menggunakan :
D. Sabun Resik-V
Sabun resik-v merupakan sabun pembersih daerah khusus kewanitaan. Penggunaanya yaitu dengan mencuci vagina, setelah itu dibilas dengan air bersih. Kandungan yang terdapat dalam sabun resik-v adalah ekstrak daun sirih hijau, triclosan, asam laktat, cocamidopropyl betain, TEA lauryl sulfat, polysorbat 20, sodium methylparaben, pengharum, dan air yang telah dimurnikan. Kandungan ekstrak daun sirih hijau di dalam resik-v inilah yang berfungsi sebagai antifungi (Moeljanto dan Mulyono, 2003).
Kegunaan kandungan lain yang terdapat di dalam resik-v dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Triclosan di dalam resik-v merupakan antibakteri dan antifungi yang sering digunakan dalam sabun antiseptik.
b. Cocamidopropyl betaine berfungsi sebagai surfaktan sintetis yang membuat molekul sabun tersuspensi dengan mudah di dalam air. c. TEA lauryl sulfat adalah deterjen yang umum digunakan dalam bahan
pembersih di berbagai produk perawatan.
d. Polisorbat 20, dikenal pula sebagai Tween 20, berfungsi sebagai deterjen dan emulgator bagi Resik-V sabun sirih.
Cara membersihkan organ wanita menggunakan sabun Resik-V yaitu dengan menuangkan sebanyak 1 cc ke telapak tangan dan gunakan untuk membasuh vagina lalu di bersihkan atau dibilas lagi dengan menggunkan air besih.
E. Penatalaksanaan Keputihan
Penurunan tingkat keputihan dapat dilakukan dengan menggunakan metode modern maupun memanfaatkan ramuan yang berasal dari beragam jenis tanaman obat.
Terdapat dua cara penatalaksanaan keputihan yaitu: 1. Terapi Farmakologi (Pengobatan Modern)
a. Penggunaan obat-obatan seperti Asiklovir, Podofilin 25 %, Metronidazole, Nistatin, Fliconazole.
b. Larutan antiseptik digunakan untuk membilas cairan keputihan yang keluar dari vagina.
c. Pembedahan, Radioterapi atau kemoterapi.
Metode pengobatan ini dilakukan jika penyebab keputihan adalah kanker serviks atau kanker kandungan lainnya (Bahari, 2012).
2. Terapi Non Farmakologi (Pengobatan Tradisional)
F. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Modifikasi teori Bahari (2012); Nyiwi (2009)
Penatalaksanaan keputihan
a. Terapi Farmakologi b. Terapi Non Farmakologi
Jamur
Parasit
Virus Infeksi
Keputihan
Cebok
Stress
Vagina lembab
Ggn hormonal
Benda asing Eksogen
Non
Infeksi
Kelainan Vagina Endogen
G. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
H. Hipotesis
Berdasarkan uraian teori di atas dapat diambil hipotesis penelitian yaitu:
1. Rebusan daun sirih merah efektif untuk mengurangi keputihan pada remaja putri di wilayah Punggelan Banjarnegara.
2. Sabun Resik-V efektif untuk mengurangi keputihan pada remaja putri di wilayah Punggelan Banjarnegara.
3. Terdapat perbedaan efektifitas rebusan daun sirih merah dan sabun Resik-V terhadap keputihan pada remaja putri di wilayah Punggelan Banjarnegara.
Variabel Independen
Pemberian Air Rebusan Daun Sirih Merah
Pemberian Sabun Resik-V
Variabel Dependen