• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5

Minyak gosok tradisional adalah jenis obat-obatan tradisional yang mungkin sangat sering dan mudah dijumpai di masyarakat. Pemakaian minyak gosok tradisional ini telah menjadi hal yang lumrah di Indonesia. Efek hangat dan aroma-aroma tertentu yang dihasilkan oleh minyak gosok biasanya bisa membuat nyaman orang yang menggunakannya. Indonesia memiliki berbagai minyak gosok tradisional mulai yang bisa digunakan usia bayi hingga dewasa. minyak gosok juga bisa digunakan untuk menghilangkan rasa gatal karena gigitan serangga (Dwitasari 2014).

Rasa hangat saat dioleskanya minyak gosok disebabkan karena minyak gosok dapat melebarkan pembuluh darah di permukaan kulit. Pelebaran pembuluh darah ini menyebabkan darah yang mengalir di permukaan kulit akan lebih banyak dan menimbulkan rasa hangat sehingga dapat meredakan rasa sakit. Minyak gosok ini juga dapat menghilangkan rasa gatal akibat gigitan serangga (Ernest 2014).

B. Bahan Baku

1. Minyak Cengkeh (Oleum caryophyli)

Menurut Rosalina (2013), sistematika tanaman cengkeh adalah sebagai berikut: Regnum : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiosspermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Myrtales Family : Myrtaceae Genus : Syzygium

Species : Syzygium aromaticum

(2)

Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga

Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan

sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama pembuatan rokok kretek khas Indonesia. Salah satu pemanfaatan cengkeh adalah diambil minyaknya. Minyak cengkeh termasuk salah satu jenis minyak atsiri yang terdapat di Indonesia dan merupakan komoditas ekspor. Minyak daun cengkeh mudah diperoleh karena Indonesia merupakan pnghasil rempah-rempah terbesar di dunia (diantaranya cengkeh). Minyak daun cengkeh hasil penyulingan dari petani mempunyai kadar eugenol 70-80% (Machmud et all 2013).

Daun cengkeh merupakan hasil dari pohon cengkeh yang belum banyak dimanfaatkan oleh petani dibandingkan dengan bunga atau tangkai cengkeh yang banyak digunakan untuk industri rokok dan makanan. Daun cengkeh yang mengandung minyak 1-4%, sehingga dapat ekstraksi menjadi minyak atsiri yang bernilai ekonomis tinggi. Isolasi minyak atsiri dari daun cengkeh dapat menggunakan beberapa metode yaitu ekstraksi, penyulingan dengan air, penyulingan dengan uap dan penyulingan uap dan air. pohon cengkeh memiliki bau yang khas berasal dari minyak atsiri yang terdapat bunga (10-20%), tangkai (5-10%) dan daun (1-4%). Komponen terbesar yang terdapat dalam minyak atsiri cengkeh adalah eugenol sebesar 70-80% (Jayanudin 2011).

Minyak cengkeh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diperoleh dari bagian tanaman cengkeh. Minyak cengkeh tersebut diambil dari bunga maupun daun cengkeh. Kadar minyak di dalam bunga cengkeh berkisar 17-18% sedangkan pada daun sekitar 2-3%. Pemanfaatan bunga cengkeh sebagai sumber minyak sudah banyak dimanfaatkan (Tagora et all 2012).

Minyak cengkeh (Eugenia caryophyllata Tumberg) diperoleh dengan cara destilasi uap dari buah atau daun pohon cengkeh yang telah gugur. Buah cengkeh yang kering mengandung sekitar 18,32% minyak atsiri dengan kandungan eugenol sebesar 80,94%, sedangkan

(3)

daun cengkeh mengandung sekitar 2,79% minyak atsiri dengan kandungan eugenol sebesar 82,13%. Minyak cengkeh hasil destilasi uap berwarna coklat gelap, tetapi setelah didestilasi ulang akan diperoleh cairan berwarna kekuningan jernih dengan indeks bias pada 20°C = 1,530, massa jenis pada 30°C = 0,9994. Senyawa yang terkandung dalam minyak cengkeh dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan senyawa fenolat dan eugenol, dan kelompok kedua adalah senyawa nonfenolat yaitu β-kariofilen, α-kubeben, α-kopaen, humulen, δ-kadien, dan kadina 1,3,5-trien (Sastrohamidjojo 2004).

2. Minyak Kelapa (Oleum cocos)

Dalam tata nama atau sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub-Divisio : Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas : Monocotyledonae (biji berkeping satu)

Ordo : Palmales

Familia : Palmae

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Penggolongan varieties kelapa pada umunya didasarkan pada perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, karna buah, serta sifat-sifat khusus yang lain. Kelapa memiliki berbagai nama daerah. Secara umum, buah kelapa dikenal sebagai coconut, orang Belanda menyebutnya kokosnoot atau klapper, sedangkan orang Prancis menyebutnya cocotier. Di Indonesia kelapa biasa disebut krambil atau klapa (Warisno, 2003).

Tanaman kelapa disebut juga tanaman serbaguna, karena dari akar sampai ke daun kelapa bermanfaat, demikian juga dengan buahnya. Buah adalah bagian utama dari tanaman kelapa yang berperan sebagai bahan

(4)

baku industri. Buah kelapa terdiri dari beberapa komponen yaitu sabut kelapa, tempurung kelapa, daging buah kelapa dan air kelapa. Daging buah adalah komponen utama yang dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai ekonomi tinggi. Air, tempurung, dan sabut sebagai hasil samping (by product) dari buah kelapa juga dapat diolah menjadi berbagai produk yang nilai ekonominya tidak kalah dengan daging buah (Zainal 2005).

Buah kelapa (Cocos nucifera L.) telah menjadi salah satu sumber makanan sejak jaman dahulu. Buah ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya. Minyak kelapa penting bagi metabolisme tubuh karena mengandung vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K serta provitamin A (karoten) (Arnela et all 2012).

Minyak kelapa sangat mudah dicerna dan diserap serta cepat dimetabolisme, sehingga tidak berada dalam sirkulasi darah. Keunggulan minyak kelapa adalah dapat meningkatkan HDL (high density lipoprotein), menghasilkan sangat sedikit radikal bebas dibandingkan minyak lainnya, cepat diserap dan dioksidasi serta tidak menyebabkan endapan jaringan lemak pada arteri. Minyak dan santan kelapa tidak meningkatkan LDL (low densiry lipoprotein) dan bersifat protektif terhadap risiko penyakit jantung koroner (Jansen 2011).

Minyak kelapa merupakan salah satu dari minyak goreng yang banyak dipakai masyarakat sebagai kebutuhan sehari-hari. Minyak kelapa juga dimanfaatkan dalam industri sebagai bahan dalam pembuatan sabun, mentega, dan kosmetik. Pembuatan minyak kelapa dilakukan dengan cara kering dan basah. Cara kering dilakukan dengan pengepresan kopra. Cara basah dilakukan dengan cara membuat santan dari daging kelapa dan dipanaskan untuk memisahkan minyak dari bagian yang mengemulsinya. Caralain untuk mendapatkan minyak kelapa secara basah adalah secara

(5)

fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme sebagai inokulum seperti bakteri dan khamir (Yurnaliza 2007).

Minyak kelapa dapat mengalami perubahan aroma dan cita rasa selama penyimpanan. Perubahan ini disertai dengan terbentuknya senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan kerusakan minyak. Kerusakan minyak secara umum disebabkan oleh proses oksidasi dan hidrolisis. Proses oksidasi dipercepat dengan adanya sinar matahari. Oksidasi oleh oksigen dari udara bila bahan dibiarkan kontak dengan udara. Minyak dapat terhidrolisis dengan adanya air, menjadi gliserol dan asam lemak. Hidrolisis dapat menurunkan mutu minyak (Dwi 2009).

Minyak kelapa mempunyai karakteristik bau spesifik, warna jernih atau kekuningan dan berbentuk cair pada suhu 24-260C. Minyak kelapa dapat di aplikasikan secara luas dalam industri pangan, hal ini disebabkan minyak kelapa memiliki titik leleh 22–260C kisaran pelelehan yang sempit. Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan kedalam minyak laurat lainnya, karena kandungan asam laurat paling besar jika dibandingakan asam lemak lainya. Minyak kelapa mengandung 84 % trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh dan 12 % trigliserida dengan dua molekul asam lemak jenuh dan 4 % trigliserida dengan satu molekul asam lemak jenuh (Mulyazmi 2008). 3. Minyak Gondopuro (Oleum gaulteriae)

Gandapura (Gaultheria fragrantissima) dikenal juga sebagai

Indian wintergreen, mempunyai sinonim G. punctuata, termasuk dalam famili Ericaceae, dan merupakan salah satu tanaman penghasil minyak

atsiri yang cukup potensial. Tanaman ini dimanfaatkan untuk analgesik, karminatif, diuretik, mengobati rematik, mencegah kerontokan rambut, antiseptik dan antelmintik. Daun gandapura mengandung minyak atsiri sekitar 1,2%, bila disuling dalam keadaan segar kadar minyaknya hanya 0,5-0,8%, tetapi bila telah dikeringkan dapat mencapai 1% (Oyen 1999).

(6)

Menurut Heyne (1978), Tanaman gandapura dalam ilmu taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Ericales Famili : Ericaceae Genus : Gaultheria

Spesies : Gaultheria fragrantissima

Gandapura merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang masuk dalam daftar Komoditi Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor 511/kpts/pd.310/9/2006. Gandapura (Gaultheria fragantissima) dapat tumbuh pada dataran tinggi, 1300-3300 meter dpl. Tumbuh liar didaerah pegunungan diantaranya di Gunung Lawu, Tawangmangu dan di Wonosobo, Dieng. Salah satu industri penghasil minyak gandapura yang ada di Wonosobo adalah Kelompok Tani Rukun yang berlokasi di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Minyak gandapura memiliki kandungan metil salisilatantara 93-98%, namun demikian, minyak gandapura yang dihasilkan Kelompok Tani di Indonesia hanya memiliki kandungan metil salisilat 82,23% (Mauludi 2003).

Minyak gondopuro sering digunakan sebagai minyak gosok dan banyak dijual di pasaran. Minyak gondopuro pasaran (minyak gosok) mengandung metil salisilat 80-90%. Asam salisilat hasil hidrolisis dari metil salisilat sudah lama digunakan untuk bahan dasar pembuatan aspirin. Metil salisilat dapat langsung digunakan sebagai bahan dasar sintesis flavonoid, tanpa harus dikonversi lebih dahulu. Minyak gondopuro

(7)

perdagangan mengandung 90% metil salisilat, sehingga 1 ton nya dapat menghasilkan 900 Kg metil salisilat. Data laboratorium menunjukkan 10 gram metil salisilat dapat menghasilkan 5,4 gram flavon. Metil salisilat dapat dikonversi menjadi turunan asam benzoat lain atau turunan benzaldehid. Senyawa-senyawa tersebut merupakan bahan dasar sintesis alkaloid kuinolin, dan isokuionolin (Futwenbun et all 2001).

Minyak gandapura dihasilkan dari daun dan gagang tanaman gandapura (Gaultheria sp.) melalui proses penyulingan. Minyak gandapura (Wintergreen oil) merupakan salah satu minyak atsiri yang penggunaannya cukup luas dalam industri farmasi, parfum dan kosmetika serta pengolahan makanan dan minuman. Komponen utama dalam minyak gandapura adalah senyawa metilsalisilat yang kandungannya dapat mencapai 98%. Metil salisilat dapat juga dibuat secara sintesis melalui reaksi esterifikasi anatra metanol dan asam salisilat dengan bantuan katalis H2SO4 pekat (Chua et all 1999).

Komponen utama minyak gandapura adalah senyawa metil salisilat yang banyak digunakan dalam industri obat-obatan, bahan pewangi, serta industri makanan dan minuman. Kandungan metil salisilat dalam minyak gandapura mencapai 93- 98 %. Metil salisilat merupakan turunan dari asam salisilat yang berwarna kuning dengan bau menyengat seperti salep. Sifatnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam alkohol dan eter. Metil salisilat merupakan senyawa ester yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat salep (lotion) yang dapat mengobati sakit otot. Metil salisilat sudah banyak dikembangkan menjadi senyawa lain, misalnya asam asetil salisilat (aspirin). Turunan metil salisilat selain asam asetil salisilat juga dapat diubah menjadi salisilanilida. Salisilanilida merupakan obat anti inflamasi yang berfungsi sebagai analgesik atau antipiretik, dan juga memiliki aktivitas anti jamur (Rinda et all 2015).

Minyak gandapura di Indonesia adalah komuditi ekspor, sehingga tidak perlu khawatir kalau dijadikan sebagai bahan dasar industri. Pemanfaatan bahan-bahan alam yang melimpah di Indonesia seperti

(8)

minyak gandapura sebagai bahan dasar pembuatan senyawa obat sangat perlu dilakukan. Dengan sedikit modifikasi struktur molekul senyawa hasil alam yang sudah ada secara alami akan jauh lebih menguntungkan dari pada sintesis murni yang menggantungkan kepada bahan baku impor yang pada umumnya harganya sangat mahal (Mukhrizal 2013).

Ekstrak Gondopuro (Gaultheria fragrantissima), diperoleh dari bahan daun yang merupakan tanaman perdu dan banyak tumbuh di lereng-lerang pegunungan dan baik tumbuh pada daerah dataran tinggi sampai diatas 3000 m dari permukaan laut. Ekstrak daun gondopuro efektif memiliki daya tolak terhadap gigitan nyamuk hanya selama 1 jam, yaitu dosis 100% mampu menolak 83,3% gigitan nyamuk, sedangkan pada jam ke-2 hingga jam ke-6 daya tolaknya sudah dibawah 80%. Daya tolak terhadap gigitan nyamuk kemungkinan disebabkan oleh bahan aktif yang ada di daun gondopura seperti senyawa saponin dan masyarakat banyak menggunakan sebagai penghilang rematik (rasa sakit). Ekstrak batang serai wangi efektif sebagai repelen selama dua jam, yaitu dosis 100% mampu menolak 95,5% gigitan nyamuk selama 1 jam, 85,1% selama 2 jam, sedangkan pada jam ke-3 sampai jam ke-6 daya tolaknya <80%. Ekstrak daun cengkeh efektif digunakan sebagai repelen selama 4 jam, yaitu dosis 100% bisa menolak 3,5% gigitan nyamuk, selama 1 jam; 6,9%, selama 2 jam; 83,7%, selama 3 jam; 81,7% selama 4 jam, dan pada jam ke-5 dan ke-6 daya tolaknya 76,7% dan 51,9% (Hasan et all 2015).

Proses memasak daun gandapura menjadi minyak dengan menggunakan sebuah drum kapasitas sebanyak 2 kwintal. Setelah diproses selama 24 jam, akan menghasilkan minyak gandapura sebesar 200 ml. Selama proses pemasakan terdapat 2 drum yang digunakan, yaitu untuk tempat memasak daun dan sebagai tempat pendingin. Drum pendingin merupakan drum tanpa sirkulasi dan berisi air sebagai pendingin. Di dalam drum untuk proses memasak, terdapat saringan sebagaimana yang terdapat pada dandang untuk menanak nasi. Daun gandapura yang diletakkan di atas saringan, diisi dengan air hingga memenuhi drum dan

(9)

merendam daun-daun gandapura tersebut. Uap yang dihasilkan dari proses pemasakan pada drum pertama lalu dialirkan dengan menggunakan pipa menuju ke drum kedua. Uap di dalam pipa ini kemudian mengalami proses kondensasi pada drum pendingin. Uap yang telah mengembun menjadi cair tersebut keluar melalui bagian bawah drum pendingin dan merupakan hasil produksi berupa minyak gandapura (Endy et all 2011). 4. Minyak Sereh (Oleum citronellae)

Kedudukan taksonomi tanaman serai menurut Ketaren (1985) yaitu : Kingdom : Plantae

Subkingdom : Trachebionta Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Cymbopogon

Species : Cymbopogon nardus(L.)Rendle

Tanaman sereh atau sering juga disebut sereh wangi, sereh dapur; merupakan keluarga Gramineae. Nama botani untuk sereh adalah

Cymbopogon citratus (DC.) Stapf. Cymbopogon citratus adalah tanaman

menahun dengan tinggi antara 50 –100 cm, memiliki daun tunggal berjumbai yang dapat mencapai panjang daun hingga 1 m dan lebar antara 1,5 - 2 cm. Tulang daun sejajar dengan tekstur permukaan daun bagian bawah yang agak kasar. Batang tidak berkayu dan berwarna putih keunguan, memiliki perakaran serabut. Sereh termasuk jenis tanaman perenial yang tumbuh dengan cepat (fast growing). Tinggi tanaman dewasa dapat mencapai sekitar 1 meter. Tanaman tropis ini dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu antara 10-33 0C dengan sinar matahari yang cukup. Pertumbuhan tanaman yang baik dapat dipereoleh pada daerah dengan curah hujan berkisar antara 700–3000

(10)

mm, tumbuh dengan optimal hingga ketinggian 1000 meter dpl. Penanaman pada tanah dengan pH antara 5–7 dan memiliki drainase

yang baik merupakan kondisi yang cukup ideal bagi sereh (Ketut et all 2012).

Serai wangi (Andropogon nardus Linn.), merupakan tanaman rumput-rumputan tegak, menahun dengan tinggi 50-100 cm. Herba serai wangi mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri. Tanaman serai wangi dapat digunakan untuk pengobatan dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan sabun, obat nyamuk, serta aroma terapi. Minyak atsiri dari herba serai wangi diperoleh dengan cara pengepresan, selain itu minyak atsiri herba serai wangi juga dapat diperoleh dengan cara destilasi (Indri 2015).

Sereh wangi (Cymbopogon nardus L. Rendle) sangat bermanfaat dalam kesehatan. Tanaman sereh bermanfaat untuk anti radang, anti nyamuk, menghilangkan rasa sakit dan melancarkan sirkulasi darah. Manfaat lain dari tanaman sereh untuk sakit kepala, otot, batuk, nyeri lambung, haid tidak teratur dan bengkak setelah melahirkan. Akar tanaman sereh digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak, bahan untuk kumur dan penghangat badan sedangkan daun sereh digunakan sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan pereda kejang (Sudarsono et all 2002).

Tanaman sereh dapur merupakan tanaman yang hidup di daerah tropis dan banyak tersebar di negara-negara Guatemala, Brazil, Hindia Barat, Kongo, Tanzania dan kawasan Indocina termasuk Indonesia. Tanaman sereh dapur banyak digunakan dalam kuliner Bali maupun masakanmasakan khas Indonesia. Minyak tanaman sereh telah banyak digunakan sebagai minyak pijat. Beberapa penelitian tentang tanaman sereh dapur juga menunjukan bahwa adanya manfaat dari minyak sereh dapur yang dapat dijadikan pestisida nabati, aplikasi ekstrak tanaman sereh dapur menurut beberapa penelitian dapat bekerja sebagai

(11)

pembasmi ulat bulu. Banyaknya manfaat yang dapat diberikan oleh tanaman ini baik untuk konsumsi, farmakologi, pestisida, maupun aromaterapi menyebabkan sereh dapur merupakan tanaman yang berpotensi ekonomi bagi petani (I Wayan et all 2013).

Minyak sereh wangi adalah saah satu minyak atsiri komersial Indonesia yang diperoleh melalui proses penyulingan. Teknik isolasi minyak sereh wangi dapat dilakukan dengan cara penyulingan bertingkat. Hasil isolasi tersebut berupa senyawa yang disebut Sitronellal, Geraniol dan Sitronellol. Komponen-komponen tersebut merupakan komponen yang dominan dalam minyak sereh wangi. Hasil fraksi aktif minyak sereh wangi dapat diaplikasikan dalam berbagai industri diantaranya kosmetik dengan produk skin lotion penolak nyamuk serta dapat dignakan secara aman dan praktis (Dwi 2004).

Minyak sereh (citronella oil) merupakan minyak atsiri yang diproduksi dari tanaman sereh wangi terutama bagian daun. Kandungan utama minyak sereh wangi adalah sitronelal (citronellal), sitronelol (citronellol), geraniol dan ester dari geraniol dan sitronelol (citronelol). Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa monoterpen yang biasa dimanfaatkan sebagai senyawa dasar dalam industri manufaktur, produk-produk parfum dan farmasi. Keberadaan sitronelal di alam tidak tersebar secara luas. Sitronelal dengan dekstrorotari ditemui pada Ceylonese

citronella oil (dari C. Nardus) sedangkan pada minyak sereh jawa dan Pinus Jeffereyi ditemukan sitronelal dengan levorotari (Agusta 2000).

5. Minyak Adas (Oleum anisi)

Adas berasal dari Eropa Selatan dan Asia, dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 10-2.500 m dpl. Adas memerlukan cuaca sejuk dan cerah untuk menunjang pertumbuhannya dengan curah hujan sekitar 2.500 mm/tahun. Tanaman tumbuh baik pada tanah berlempung, tanah yang cukup subur dan berdrainase baik, tanah berpasir dan liat berpasir yang berkapur dengan pH 4,80-8,50 (Maharani 2004).

(12)

Tanaman adas (Foeniculum vulgare Mill) atau lebih dikenal dengan sebutan ‘aneis’ oleh masyarakat Sulawesi Utara merupakan tanaman yang secara tradisional dimanfaatkan sebagai obat-obatan. Biji adas dikenal sebagai salah satu all round flavouring agent karena memilki aroma yang khas dan menarik, sehingga banyak digunakan dalam bidang farmasi maupun industri. Biji adas memiliki potensi sebagai antioksidan dan dapat digunakan sebagai antibakteri (Vinny et all 2013).

Menurut Agoes (2010), Klasifikasi dari tanaman Adas (Foeniculum

vulgare Mill.) adalah sebagai berikut :

Kingdom :Plantae Divisi :Magnoliophyta Kelas :Magnoliopsida Subkelas :Rosidae Bangsa :Apiales Famili :Apiaceae Genus :Foeniculum

Spesies :Foeniculum vulgane Mill.

Produk utama adas adalah minyak atsiri. Hampir seluruh bagian tanaman adas menghasilkan minyak atsiri. Standar simplisia biji adas untuk industri yaitu buah adas yang telah masak dengan ciri morfologi bila dipijit cukup keras dan berwarna hijau keabu–abuan sampai kehitam– hitaman. Salah satu penentu kualitas minyak atsiri yaitu rendemen. Rendemen adalah perbandingan hasil minyak atsiri dengan bagian tanaman yang diolah yang dinyatakan dalam persen (Esti et all 2012).

Foeniculum vulgare umumnya dikenal sebagai adas adalah tanaman

obat tahunan yang termasuk dalam keluarga Apiaceae (Umbelliferae) dengan bau aromatik yang khas. Adas adalah salah satu tanaman obat penting yang tumbuh di wilayah Mediterania, Eropa dan Mesir, digunakan untuk pengobatan dan konsumsi manusia. Tanaman Adas telah menunjukkan antikanker, antidemensia, antihirsutism, anti-inflamasi, antioksidan, antiplatelet, antitrombotik serta mengobati gangguan saluran pernapasan. Minyak atsiri dari buah adas juga telah terbukti memiliki

(13)

aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen manusia (Budianto et all 2015).

Tanaman adas mengandung minyak atsiri sekitar 6%. Minyak atsirinya mengandung bahan utama anetol (50-80%), limonen (5%), fenkon (5%), dan bahan lainnya seperti estragol (metilkavikol), safrol, alfa pinen, camphen, beta pinen, dan betamisen. Minyak atsiri adas juga bersifat sebagai repelan terhadap serangga (Kardinan et all 2010).

Minyak adas merupakan minyak yang dihasilkan dari tanaman adas (Foeniculum vulgare) melalui proses penyulingan. Komponen kimia penyusun utama minyak adas adalah kimia anetol sebesar 50-60%. Salah satu khasiat anetol adalah sebagai karminatif. Minyak adas dikenal sebagai salah satu allround flavouring agent karena memiliki aroma yang khas, menarik dan banyak digunakan untuk pewangi dalam industri kosmetik seperti sabun, parfum, detergen dan lainnya. Minyak atsiri adas bersifat

repellent terhadap serangga, bahkan sudah dilakukan penelitian bahwa

minyak adas sebagai bahan aktif lotion anti nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti) (Adi 2013).

Minyak atsiri adas memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan mempunyai kandungan minyak total sebanyak 95,2% dengan metode GC-MS. Anethole yang merupakan komponen utama minyak sebanyak 70,1% dilaporkan mempunyai aktivitas sebagai. Minyak atsiri adas mempunyai potensi sebagai antibakteri baik pada bakteri gram positif maupun gram negatif. Tumbuhan yang mengandung minyak esensial adas ini memiliki potensi dalam pembuatan produk kosmetik bahan alam untuk antibakeri dan minyak atsirinya menunjukkan aktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak. Manfaat dan kandungan minyak atsirinya, buah adas mempunyai potensi untuk dikembangkan menjadi suatu sediaan farmasi dengan memformulasikan menjadi bentuk sediaan topikal, salah satunya yaitu lotion (Rahma et all 2014).

Penggunaan minyak adas di Indonesia belum begitu berkembang, di Jawa sering digunakan sebagai minyak gosok untuk bayi, dengan nama

(14)

minyak telon. Komponen utama minyak adas (fennel oil) dan minyak adas manis (anise oil) adalah anetol (l-metoksi-4-(l-propenil benzena). Minyak adas mengandung 50-60% anetol, sedangkan minyak adas manis 80-90% anitol. Anitol dapat dijadikan bahan dasar sintesis flavonoid, alkaloid, dan senyawa organik lainnya. Anitol sama seperti eugenol dan safrol, sebelum digunakan untuk bahan sintesis flavonoid dan alkaloid harus diubah dahulu menjadi turunan benzaldehid yaitu anisaldehid. Satu ton minyak adas pasaran (kualitas baik) yang ada di sekitar Yogyakarta dapat menghasilkan 900 Kg anetol (mengandung 90% anetol). Data laboratorium menunjukkan 10 gram anetol dapat menghasilkan 3,5 gram flavanon (Handayani et all 2001).

C. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Konsep lain produk adalah apapun yang dapat ditawarkan pada pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan merek. Kualitas produk adalah kemampuan produk untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Definisi lain kualitas produk adalah karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan konsumen yang dinyatakan atau diimplikasikan (Daryanto 2013).

D. Pengemasan

Tampilan produk sangat berpengaruh dalam menarik konsumen untuk membeli suatu barang dan bisa saja konsumen langsung membeli barang yang tampilannya menarik tanpa mengetahui barang apa yang dibelinya itu. Bahan pembungkus juga sangat berperan penting, terkadang bahan pembungkus kemasan itulah yang menarik konsumen sehingga konsumen sampai pada keputusan membeli produk yang bersangkutan. Pengemasan makin mengalami kemajuan karena kemasan tidak hanya dituntut untuk dapat memberikan kemudahan misalnya mudah dibuka, mudah diletakan

(15)

dan lain-lain, tetapi pengemasan juga berperan penting dalam memberikan identitas atau brand kepada suatu produk (Rudika 2013).

E. Analisis Usaha

Perhitungan harga pokok produksi tidak terlepas dari masalah biaya, karena harga pokok merupakan kumpulan dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang semuanya perlu diperhatikan tingkat kegunaannya dalam suatu produk agar tercipta harga pokok produksi yang efektif. Biaya produksi dapat dinilai efektif dan efisien apabila produksi yang dihasilkan memiliki standar kuantitas dan kualitas yang berbanding dengan harga yang sesuai, sehingga biaya yang dikeluarkan dapat dikatakan tepat guna dan tidak mengandung adanya indikasi pemborosan. Biaya produksi juga merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian. Kerugian akan mengakibatkan suatu usaha tidak dapat tumbuh dan dapat mengakibatkan perusahaan harus menghentikan kegiatan bisnisnya (Lukman 2013).

Analisis unit usaha yang sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan formula Total Cost (TC), Total Revenue (TR) dan Keuntungan (π). Total cost adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan output. Total revenue adalah jumlah penerimaan total suatu perusahaan yang diperoleh dari besarnya tingkat produksi dikalikan dengan tingkat harga. Keuntungan dapat diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C Rasio) merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relatif suatu usaha dalam satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Kriteria yang digunakan dalam analisis R/C rasio sebagai berikut: jika nilai R/C rasio > 1 usaha dikatakan layak dan menguntungkan, jika nilai R/C rasio < 1 usaha dikatakan tidak layak dan tidak

menguntungkan, jika nilai R/C rasio = 1 usaha dikatakan impas (tidak untung dan tidak rugi) (Sugiarto 2005).

(16)

F. Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan sarana untuk mengkomunikasikan tujuan perusahaan dengan arah yang hendak ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut kepada para stakeholder atau pihak-pihak yang mempunyai keputusan terhadap perusahaan. Strategi pemasaran merupakan poin yang sangat penting untuk diterapkan oleh perusahaan jasa maupun non jasa agar tetap dapat bersaing. Pentingnya strategi pemasaran bagi suatu perusahaan timbul dari luar, ketidakmampuan perusahaan dalam mengontrol semua faktor yang dibatasi di luar lingkungan perusahaan. strategi pemasaran merupakan upaya mencari posisi pemasaran yang menguntungkan dalam suatu industri atau arena fundamental persaingan berlangsung (Agus 2013).

Referensi

Dokumen terkait

iradiasi sinar gamma pada dosis yang optimum digunakan untuk pembuatan jerami padi fermentasi dan dilakukan evaluasi kemampuan jerami padi fermentasi sebagai pakan

Nilai R Square (R 2 ) atau nilai koefisien determinasi antara variabel kepemimpinan transformasional dan perceived organizational support terhadap kepuasan kerja

Isomer dari senyawa yang dihasilkan pada reaksi tersebut adalah ..... asam propanoat

1lih fungsi lahan yang dilakukan oleh pihak lain secara umum memiliki dampak  yang lebih besar terhadap penurunan kapasitas produksi pangan karena proses alih fungsi lahan tersebut

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tegal Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Tegal dan Peraturan Walikota Tegal Nomor 31

Ini disebabkan proses globalisasi dalam era bermaklumat menjadi asas kepada kehidupan bandar berpengetahuan yang memerlukan penduduk menguasai maklumat dan ilmu pengetahuan

e. hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. Dalam strategi pembelajaran kontekstual, guru tiadak menyampaikan informasi