• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: group investigation, activities, learning result

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: group investigation, activities, learning result"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

The Use Cooperative Learning Approach Type Group

Investigation To Increase The Activities And

Learning Result Of Students In Natural Resources

Materials

Tita Nurmalawati

1)

, Dede Margo Irianto

2)

, Edi Rohendi

3)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru

Universitas Pendidikan Indonesia

titanurmalawati@yahoo.co.id

1) ABSTRACT

This classroom action research is doing to apply goup investigation model which purpose increase of group activities and also learning result of students in 4thgrade

of South Maja Elementary School with natural resources materials. This research is doing to see what usually do in group, students activities do not appear because of they can rely the other to do it. But, in the natural science learning, students should be active to learn to get science directly. Therefore, natural science learning should make students be an active when learn so that result will be increase. This research is do in three cycles which consist of three action in every cycles. In every cycles, researcher use data collection technique such as observations of students and teachers , field notes , activity assessment , and evaluation. In the natural science learning whic use group investgation model, show that students very enthusiastic, because of they be given by problems which must investigate in group by dividing the task. In the learning process, at first, students be divided on group and also the problems. Then, they plan about the investigate based on problem which they face. And then, they do the investigate and the result of investigate must be arranged in to the report to presentation. In the learning process, researcher do assesment of activities group. At the end, researcher do assesment of learning result. This research result show that natural resources learning by group investigation model can increase activities and students learning result. Group activities in every cycles be increase. Its visible by average of group activities in first cycles: 65, second cycles: 78,8, and third cycles: 85,8. The students learning result also be increase in every cycles. Its visible by average learning result, first cycles: 54,83; second cycles: 77,97 and third cycles : 82,6. Based on the research, to increase activities and students learning result in natural science materials, can be used group investigation model.

Keywords: group investigation, activities, learning result

1)Mahasiswa PGSD Kampus Cibiru, UPI, NIM 1104615 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3)Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

(2)

PENGGUNAAN PENDEKATAN

COOPERATIVE LEARNING

TIPE GI (

GROUP INVESTIGATION

) UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA MATERI SUMBER DAYA ALAM

Tita Nurmalawati

1)

, Dede Margo Irianto

2)

, Edi Rohendi

3)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Kampus Cibiru

Universitas Pendidikan Indonesia

titanurmalawati@yahoo.co.id

1)

ABSTRAK

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk menerapkan model group investigation yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas kelompok dan juga hasil belajar siswa di kelas IV SDN Maja Selatan I dengan materi sumber daya alam. Penelitian ini dilakukan karena peneliti melihat pada saat pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok aktivitas siswa kurang muncul di karenakan siswa menganggap jika belajar kelompok mereka bisa mengandalkan orang lain. Namun dalam pembelajaran IPA, siswa seharusnya aktif belajar untuk mendapat pengetahuan secara langsung. Maka dari itu pembelajaran IPA harus membuat siswa aktif ketika belajar sehingga hasil belajarnya akan meningkat. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model Elliot Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari tiga tindakan dalam setiap siklusnya. Pada pelaksanaan tiap siklusnya peneliti menggunakan tenik pengumpulan data yang berupa observasi terhadap siswa dan guru, catatan lapangan, penilaian aktivitas dan evaluasi. Pada pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model group investigation ini terlihat siswa sangat antusias, karena dalam pembelajaran ini siswadiberi permasalahan yang harus mereka selidiki secara berkelompok dengan cara membagi tugas. Pada proses pembelajarannya siswa terlebih dahulu dibagi kelompok dan juga permasalahan, kemudian mereka merencakanan penyelidikan berdasarkan permasalahan yang dihadapi, selanjutnya mereka melakukan penyelidikan dan hasil dari penyelidikan akan mereka susun dalam bentuk laporan untuk dipresentasikan. Pada proses pembelajarannya peneliti menilai aktivitas kelompok, dan di akhir pembelajaran peneliti menilai hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan menggunakan model Group Investigation dapat meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas kelompok setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal itu terlihat dari nilai rata-rata aktivitas kelompok pada siklus I: 65,1; siklus II:78,8; dan siklus III 85,8. Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya terlihat pada nilai rata-rata siklus I:54,83; siklus II:77,97; dan pada siklus III: 82,6. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar terhadap materi IPA dapat digunakan model group investigation.

(3)

Saat ini zaman berubah karena perkembangan teknologi yang semakin cepat sehingga pendidikan pun harus dapat mengikuti perkembangan tersebut. Setiap individu pasti terus melakukan perubahan dalam bidang pendidikannya untuk dapat hidup di tengah perkembangan yang pesat ini. Dengan mengikuti perkembangan zaman tersebut maka pendidikan akan berinteraksi dengan lingkungannya untuk dapat menyesuaikan dengan keadaan yang ada sehingga pendidikan akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Handerson (dalam Sadulloh, 2011, hlm. 55) menyatakan:

Pendidikan merupakan pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir. Dengan adanya pendidikan manusia akan menjadi individu yang mampu tumbuh dan berkembang melalui interaksi yang dilakukan baik interaksi dengan lingkungan sosial maupun dengan lingkungan fisiknya.

Proses pendidikan tersebut akan berjalan jika individu mengalami pembelajaran, pembelajaran menurut Halimah, (2013, hlm. 153) merupakan “proses membimbing peserta didik agar belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku (pengetahuan, keterampilan dan sikap)”. Pembelajaran yang dilakukan harus memberikan kebermaknaan bagi setiap individu yang menjalaninya, dengan adanya kebermaknaan tersebut siswa akan selalu ingat terhadap materi pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Pembelajaran yang diciptakan secara bermakna akan membuat siswa menghayati dan menikmati pembelajaran yang dilakukan. Untuk menciptakan pembelajaran bermakna Ausubel & Robinson (dalam Syaodih, 2009, hlm. 188) menyatakan ‘dalam pembelajaran bermakna terdapat dua hal penting yakni pertama, bahan yang dipelajarinya, kedua struktur kognitif yang dimiliki individu yang dimaksud dengan stuktur kognitif adalah jumlah, kualitas, kejelasan dan pengorganisasian dari pengetahuan yang sekarang dikuasai oleh individu’.

Pembelajaran dilakukan untuk menyampaikan berbagai macam mata pelajaran yang diajarkan khususnya pada siswa sekolah dasar. Dari sekian banyak mata pelajaran yang disampaikan di sekolah dasar, salah satu mata pelajaran yang ada yakni mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan alam dan lingkungan sekitarnya.

Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mulyasa, ( 2007 hlm. 111 ) mata pelajaran IPA di SD memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Memperoleh keyakinan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan – nya. 2. Mengembangkan

pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. 3. Mengembangkan rasa

ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan

(4)

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Meningkatkan kesadaran

untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

IPA ini diajarkan agar siswa mampu mengenal dan memahami mengenai lingkungan. Dengan adanya pembelajaran IPA siswa akan terus menggali pengetahuannya dengan cara melakukan berbagai pengamatan mengenai gejala alam yang terdapat disekitarnya, dan pengamatan tersebut membuat siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap peristiwa alam yang terjadi. Pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan melibatkan siswa untuk memperoleh ilmu dengan cara mereka menemukan sendiri, penemuan yang mereka lakukan tentunya penemuan yang dilakukan berdasarkan interaksi dengan alam dan juga individu yang berada disekitarnya. Maka dari itu pembelajaran IPA memberikan sarana bagi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga siswa tersebut memiliki keterampilan dalam menghubungkan suatu fenomena yang satu dengan fenomena yang lainya sehingga diperoleh pengetahuan yang baru. Berdasarkan hal tersebut tujuan dari pembelajaran IPA menurut Darmodjo & kaligis (1992) adalah sebagai berikut:

1. Memahami alam sekitarnya, dalam hal ini siswa mampu memahamai

mengenai segala sesuatu yang terdapat pada alam sekitarnya meliputi benda-benda alam dan buatan manusia serta konsep-konsep IPA yang terkandung didalamnya.

2. Dengan belajar IPA siswa juga Memiliki keterampilan untuk mendapatkan ilmu, keterampilan yang diperolehnya berupa keterampilan proses ilmiah, karena pada proses pembelajarannya IPA mengajarkan siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan ilmiah.

3. Memiliki sikap ilmiah, Setelah melakukan kegiatan pembelajaran yang berdasarkan pada keterampilan ilmiah, maka siswa akan memiliki sikap ilmiah terhadap pembelajaran yang dilakukannya, dengan adanya sikap ilmiah ini siswa kan lebih menghargai terhadap lingkungannya.

4. Memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tentunya dengan adanya pendidikan dasar ini siswa sedikitnya sudah memiliki pengetahuan yang nantinya akan menjadi bekal bagi siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Dengan tujuan yang telah dipaparkan diatas maka pembelajaran IPA akan menumbuhkan pemahaman siswa terhadap lingkungan sekitarnya yang nantinya siswa tersebut akan memiliki kepekaan terhadap berbagai fenomena yang terjadi dilingkungannya. Kepekaan siswa terhadap fenomena yang terjadi dilingkungan tersebut dapat menunjang siswa terhadap keberhasilannya dalam memperoleh pengetahuan yang di harapkan.

(5)

Pembelajaran yang dilakukan harus melibatkan siswa yang ikut terjun langsung dalam proses pembelajaran dan juga siswa harus dapat berinteraksi dengan lingkungannya untuk mendapatkan pengalaman belajar. Dalam interaksi tersebut siswa tidak hanya berinteraksi dengan lingkungan tempat ia tinggal tapi siswa juga harus mampu berinteraksi dengan orang yang ada disekitarnya. Berkaitan dengan hal tersebut pembelajaran juga harus melibatkan siswa secara berkelompok untuk mewujudkan pembelajaran yang yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok tersebut diharapkan siswa akan mudah untuk memperoleh pengetahuan yang dikehendakinya.

Pembelajaran yang dilakukan siswa ketika sedang mempelajari IPA, pada umumnya siswa belum mampu terlibat aktif secara penuh dalam proses pembelajarannya. Dari hasil pengamatan, penulis melihat bahwa dalam pembelajaran khususnya dalam kerja kelompok siswa belum menunjukkan keaktifannya dalam kerja kelompok. Dilihat dari kegiatan berkelompoknya siswa tersebut masih mengandalkan teman dalam kelompoknya sehingga kerja sama dalam kelompok kurang terbina dan juga kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat juga kurang. Jadi dalam hal ini seluruh siswa harus dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran agar siswa mampu belajar dengan baik melalui tugas yang diberikan secara berkelompok untuk menumbuhkan tanggung jawab dan juga kerja sama yang nantinya akan menghasilkan siswa yang mampu mengemukakan pendapatnya dan juga dapat membagi tugas dalam kelompoknya dengan baik. Dengan adanya tugas yang diberikan dalam

kelompok tersebut diharapkan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap siswa yang pada akhirnya siswa mampu dan termotivasi untuk melakukan penemuan terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Dengan menggunakan model group investigation ini siswa dapat mencari informasi untuk mendapatkan pengetahuannya dengan cara berinteraksi langsung baik dengan lingkungan maupun dengan individu yang berada dilingkungannya. Maka dari itu materi yang digunakan dalam penelitian ini yakni tentang sumber daya alam, agar siswa dapat langsung mengamati dan juga dapat menemukan masalah yang sedang dihadapi dalam lingkungnnya.

Berkenaan dengan situasi pembelajaran tersebut siswa harus mampu bekerja dalam kelompoknya. Dalam pembelajarannya siswa harus bekerja sama dengan temannya agar dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya sehingga menghasilkan pengetahuan yang baru. Melalui model pembelajaran group investigation membuat siswa terlibat aktif dalam menemukan pengetahuannya. Dengan model pembelajaran gruop investigation ini siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran, karena belajar yang dilakukan mendorong siswa untuk selalu aktif dan memiliki kebermaknaan dalam belajar.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok – kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran ini membuat siswa untuk dapat belajar dengan teman yang lainnya dalam suatu kelompok dan mereka berkerja sama

(6)

untuk mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

Menurut slavin, 1995a (dalam Rusman, 2012, hlm. 221) menyatakan bahwa ‘dalam pengembangan belajar kooperatif group investigation ini didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai domain tersebut’. Maka dari itu pembelajaran dengan menggunakan

tipe group investigation ini

mengembangkan kemampuan siswa dalam melakukan interaksi yang baik dengan sesama temannya dalam melakukan suatu pembelajaran dengan cara menginvestigasi terhadap suatu materi yang sedang dipelajari.

Dalam implementasi model tersebut terdapat tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif Group Investigation adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pengelompokan (Grouping)

Tahap ini merupakan tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi, pemilihan topik yang digunakan dalam pembelajaran ini bisa dilakukan oleh guru itu sendiri atau siswa dapat menentukan topik dengan cara guru memberikan undian yang berisi topik pembelajaran. Kemudian membentuk kelompok investigasi, dengan tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang, pembentukan kelompok ini dibuat secara heterogen. Kemudian siswa bergabung dalam kelompoknya untuk menyelidiki topik yang telah dipilihnya.

2. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini guru dan siswa merencanakan prosedur, tugas dan tujuan pembelajaran sesuai dengan topik yang telah

ditentukan. Selanjutnya siswa dalam kelompok tersebut membagi tugas pada setiap anggota kelompoknya agar setiap siswa dalam kelompoknya memiliki tanggung jawab masing-masing. 3. Tahap Penyelidikan (Investigation)

Tahap penyelidikan, yaitu tahap pelaksanaan investigasi siswa. Pada tahap ini siswa mulai mengumpulkan informasi mengenai permasalahan yang akan diselidiki. Pengumpulan informasi ini dilakukan dengan bertukar informasi antar siswa dalam kelompok untuk menyatukan pendapat.

4.Tahap Pengorganisasian

(Organizing)

Tahap pengorganisasian yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa menentukan pesan-pesan penting hasil dari pengumpulan informasi yang dilakukan, merencanakan untuk mempresentasikan laporan. Setiap masing-masing kelompok membentuk wakil untuk melaporkan hasil investigasi pada diskusi kelas.

5. Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas dilakukan dengan penyajian presentasi untuk setiap perwakilan kelompok, kelompok yang tidak menyajikan laporan berperan sebagai pendengar, pendengar dapat melakukan evaluasi dan juga mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.

6. Tahap evaluasi (evaluating)

Pada tahap ini kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran yakni siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya atau mengadakan umpan balik terhadap

(7)

terhadap tugas yang telah dikerjakannya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman

efektifnya, guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan dan penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

Adanya interaksi yang dilakukan siswa tersebut untuk menggali rasa ingin tahunya. Karena siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi maka ketika siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi maka ia akan melakukan kegiatan yang dapat memenuhi rasa ingin tahunya. Menurut teori kognitif Gage and Berliner (dalam Dimyati & Mudjiono, 2009, hlm. 44-45) ‘belajar menunjukan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya sekedar menyimpannya saja tapi juga dengan mengadakan transformasi’. Dalam proses belajarnya siswa mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya.

Selain aktivitas terdapat pula hasil belajar, hasil belajar merupakan hasil yang diperolehnya dari kegiatanya melakukan interaksi dalam proses belajarnya. Berdasarkan hal tersebut Dimyati & Mudjiono (2009, hlm. 3) menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan hasil suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. Dari pernyataan tersebut tergambar bahwa hasil belajar tercipta dari adanya interaksi yang dilakukan siswa dalam proses belajar. Dalam proses belajarnya interaksi yang dilakukan tersebut dapat berupa interaksi siswa dengan siswa dan juga interasksi guru dan siswa. Dari kegiatan tersebut siswa akan mengalami proses pembelajaran yang nantinya akan

mendapatkan hasil belajar sesuai denga tujuan yang diharapkan. Tujuan Penelitian untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model gruop investigation.

1. Meningkatkan aktivitas kelompok dengan menggunakan model group investigation pada materi Sumber Daya Alam di Kelas IV SD.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model group investigation pada materi Sumber Daya Alam di kelas IV SD.

METODE

Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan berbagai permasalahan yang terdapat didalamnya. Elliot (dalam Zuriah, 2007, hlm. 70) mengemukakan penelitian tindakan kelas merupakan kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas kegiatan yang ada didalmnya. Model PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Elliot, dalam model ini terdapat 3 siklus yang setiap siklusnya terdapat tiga tindakan.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu1). Lembar Observasi, 2). Lembar Kerja Siswa, 3). Catatan lapangan, 4). Lembar Penilaian Aktivitas, 5). Lembar Evaluasi, 6). Kamera Foto. Pengumpulan Data yang dilakukan peneliti yaitu :1. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas pembelajaran yang sedang berlangsung. Dengan mengamati aktivitas pembelajaran secara langsung, maka akan didapat data yang diinginkan mengenai aktivitas pembelajaran yang dilakukan peneliti. Informasi yang di dapat peneliti melalui observasi ini dapat dijadikan

(8)

pedoman untuk pembelajaran selanjutnya. 2. Catatan lapangan merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencatat temuan atau kejadian yang terdapat pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung. 3. Wawancara ini diberikan kepada siswa untuk memperoleh data mengenai pembelajaran yang telah dilakukan dengan menggunakan model group investigation (GI). Dari hasil wawancara tersebut peneliti bisa melihat ketercapaian dari pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model GI. 4. Penilaian, Penilaian digunakan untuk memperoleh data mengenai ketercapaian tujuan pembelajaran. Penilaian ini dilakukan pada saat proses pembelajaran dan juga ketika akhir pembelajaran.

a. Pada saat proses pembelajaran peniliti menilai aktivitas belajar. Penilaian aktivitas belajar ini digunakan untuk memperoleh data tentang perilaku siswa ketika belajar dengan menggunakan model

group investigation (GI). Peneliti menilai aktivitas siswa berupa kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dalam kelompok, kerja sama dalam kelompok, pembagian tugas dalam kelompok dan tanggung jawab setiap anggota kelompok.

b. Penilaian akhir ini dilakukan dengan cara peneliti membagikan evaluasi yang dikerjakan secara individu. Dengan adanya evaluasi ini peneliti bisa melihat ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Data yang telah terkumpul dari berbagai teknik yang dilakukan kemudian dianalisis. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitataif dan kuantitatif.

1. Teknik analisis data kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan. Data kualitatif ini akan diolah dan dianalisis dengan cara mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk narasi.

2. Teknik analisis data kuantitatif

Untuk melihat ketercapaian tersebut kita dapat melihat dari nilai rata-rata siswa. Adapun rumus untuk menghitung rata-rata tersebut, yang dikemukakan oleh Mulyati, T, dkk (2011, hlm. 77) adalah sebagai berikut:

X = Σ xi n Keterangan : X = Rata-rata Hitung Σ xi = Jumlah data n = Banyaknya data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penilaian aktivitas dari tindakan I sampai dengan tindakan tiga di siklus I mendapat nilai rata-rata aktivitas pada tindakan I yaitu 54,72, tindakan II yaitu 67,3 dan tindakan III yaitu 73,4. Selain nilai aktivitas kelompok terdapat pula nilai hasil belajar siswa pada siklus satu dari tindakan satu sampai dengan tindakan tiga dengan nilai rata-rata pada tindakan I yakni 30,27, tindakan II yakni 54,1, dan tindakan III yakni 80,32. Kemudian pada siklus II diperoleh nilai aktivitas dari tindakan satu sampai tiga dengan nilai rata-rata tindakan I yaitu 77,3, tindakan II yaitu 78,9 dan tindakan III yaitu 80,4. Kemudian terdapat pula nilai nilai hasil belajar siswa yang terdapat pada siklus II ini yang diperoleh dari tindakan satu sampai dengan tindakan tiga dengan nilai rata tindakan I yaitu 68,58, tindakan II yaitu 81,1, tindakan III yaitu 84,23. Selanjutnya pada siklus III terdapat nilai aktivitas dari

(9)

tindakan satu sampai dengan tindakan III pada siklus III ini menghasilkan nilai aktivitas dengan rata-rata tindakan I yakni 83,5, tindakan II yakni 84,5 dan tindakan III yakni 89,7. Lalu nilai hasil belajar siklus III yang diperoleh dari tindakan satu sampai dengan tindakan III dengan perolehan nilai rata-rata tindakan I yaitu 80,27, tindakan II yaitu 82,02 dan tindakan III yaitu 82,56.

Berdasarkan pembalajaran yang telah dilakukan dalam tiga siklus tersebut maka didapat nilai rata-rata dari setiap siklusnya mulai dari nilai aktivitas dan juga nilai hasil belajar. Pada nilai aktivitas mengalami peningkatan setiap siklusnya terlihat pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 65,1, siklus II 78,8 dan siklus III 85,8. Begitu juga dengan penilaian hasil belajar, Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar yang diperoleh sebesar 54,83, pada siklus II sebesar 77,97 dan terakhir pada siklus III sebesar 82,6.

Pada siklus I nilai aktivitas siswa yang diperoleh 65,1 dan juga nilai hasil belajar sebesar 54,83. Nilai tersebut masih rendah karena pada pembelajaran di siklus I ini siswa masih cenderung diam belum bisa aktif ketika mengikuti pembelajaran. Kemudian nilai aktivitas pada siklus II sebesar 78,8 dan nilai hasil belajar 77,97 nilai tersebut cukup mengalami peningkatan dari siklus I hal ini terjadi karena siswa mampu meyusun laporan dengan baik jika siswa memiliki informasi yang baru berdasarkan hasil pengamatan langsung yang relevan dengan pengetahuan yang terdapat pada pengetahuan awalnya. Kemudian pada siklus III nilai aktivitas yang diperoleh sebesar 85,8 dan nilai hasil belajar sebesar 82,6 nilai tersebut meningkat dengan baik, ini dikarenakan pada siklus III siswa sudah mulai terbiasa belajar dengan cara berkelompok untuk menemukan informasi yang akan dipelajarinya. Sehingga pada siklus III ini

terlihat peninkatan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan juga pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan di kelas IV SDN Maja Selatan I Kecamatan Maja Kabupaten Majalengka dengan menggunakan model

group investigation untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi sumber daya alam maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Pembelajaran IPA menggunakan model

group investigation dengan materi sumber daya alam dapat meningkatkan aktivitas kelompok. Aktivitas kelompok yang diamati dalam penelitian ini yakni kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, kerja sama dalam kelompok, pembagian tugas dalam kelompok dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa aktivitas kelompok pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas kelompok pada siklus I 65,3, Siklus II mengalami peningkatan yakni 78,8 dan pada siklus III pun meningkat menjadi 85,8.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA menggunakan model group

investigation dengan menggunakan

materi sumber daya alam juga mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan nilai hasil belajar tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata siklus I yaitu 54,83, kemudian pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 77,97, dan selanjutnya pada siklus III meningkat menjadi 82,6.

DAFTAR PUSTAKA

Darmodjo, H & Kaligis, J. (1992).

Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

(10)

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Halimah, L. (2013). Sikap Profesional Guru. Bandung: Rizqi Press. Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya.

Mulyati, T, dkk. (2011). Statistika Terapan untuk Penelitian Pendidikan dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi Press.

Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Jakarta : PT raja Grafindo Prsada.

Sadulloh, U. (2011). Pengantar Filsafat Pendidikan.Bandung : Penerbit Alfabeta.

Syaodih, N. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Zuriah, N. (2007). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 1 Grafik pola konsumsi pakan Ayam Kampung umur 8-12 minggu Berdasarkan hasil analilis ragam yang dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa perlakuan tidak mempengaruhi

3000 yen, (bila lewat pos) membutuhkan biaya ongkos pengiriman sebesar 380yen. * Dibutuhkan untuk pemegang SIM negara asing yang ditulis dengan bahasa Arab, bahasa

Oleh karena jenis mikrobia tertentu masih bisa tumbuh pada suhu rendah atau dingin, sehingga penulis tertarik untuk meneliti “Pengaruh Lama Penyimpanan Pada Suhu Refrigerator

Manajemen Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi umum ... Manajemen Pengadaan Tenaga Pendidik (Dosen

Simpeg online dirancang dengan menggunakan metode the open group architecture framework (TOGAF) dan model pengembangan sistem prototipe. Hasil prototipe Simpeg

Ibu Sri Murni, SE., M.Si., Ak., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, terimakasih atas segala kasih sayang, nasihat

"Although this instrument does not include the amendments to article 51 and should not therefore be counted among the acceptances required for the coming into force

Oleh karena itu, permasalahan ini menimbulkan gagasan untuk merancang sebuah mesin pencacah kelapa sawit skala home industry sebagai solusi penanganan limbah janjang yang