• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGIDENTIFIKASI UNSUR - UNSUR DRAMA MELALUI MODEL JIGSAW DI KELAS V SDN II SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGIDENTIFIKASI UNSUR - UNSUR DRAMA MELALUI MODEL JIGSAW DI KELAS V SDN II SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

KABUPATEN BONE BOLANGO

Oleh :

USMAN AS. ALI

Pembimbing I : Dr. Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd Pembimbing II : Dra Dajani Suleman, M. Hum

(Mahasiswa Program Studi S1 – PGSD) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan Model Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi unsur – unsur drama di kelas V SDN II Suwawa Kabupaten Bone Bolango?. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dengan tujuan meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi unsur – unsur drama melalui model jigsaw di kelas V SDN II Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan Model Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi unsur – unsur drama. Hal ini nampak pada hasil siklus dengan rincian pada observasi awal 25% (9 orang), pada siklus 1 mencapai 38,89% (14 orang), dan pada siklus II 88,89% (32 orang) dari 36 orang siswa. Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Model

Jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi unsur – unsur drama di kelas V SDN II Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

(2)

PENDAHULUAN

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia perlu diperhatikan pelestarian dan pengembangan nilai-nilai luhur bangsa, serta pembinaan rasa persatuan nasional, nilai – nilai luhur ini dapat diperoleh siswa melalu membaca karya sastra seperti cerpen, novel, dongeng, puisi, dan drama, Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum. Menurut M. Faisal dkk (2010 : 16) Terkadang kita berada di tengah – tengah suatu lingkungan masyarakat yang menggunakan suatu bahasa yang tidak kita pahami sama sekali, serta mendengar percakapan antar penutur – penutur bahasa itu, maka kita memperoleh kesan bahwa apa yang merangsang alat pendengar kita itu merupakan suatu arus bunyi yang disana sini diselingi perhatian sebentar atau lama menurut kebutuhan dari penuturnya.

(Teti Milawati. 2011 : 70) Pembelajaran drama perlu diberikan di sekolah dasar khususnya di kelas V SDN II Suwawa Kabupaten Bone Bolango karena dapat menggali dan menemukan nilai kognitif, nilai efektif, nilai sosial dan dapat mencerdaskan anak. Selain itu, pembelajaran drama dapat meningkatkan kreatifitas anak melalui kegiatan menulis teks drama sehingga anak dapat mengembangkan ide dan gagasan ke dalam tulisan yang berbentuk dialog. Salah satu bentuk usaha guru dalam mengadakan perubahan pembelajaran adalah dengan penerapan model pembelajaran inovatif yang salah satunya adalah model

Jigsaw.

Maka dalam penelitian ini model Jigsaw merupakan suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, penulis memandang perlu memperbaiki pembelajaran dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa Mengidentifikasi

(3)

Unsur-Unsur Drama Melalui Model Jigsaw Di Kelas V SDN II Suwawa Kabupaten Bone Bolango”

PEMBAHASAN

1. Hakikat Kemampuan Siswa Pada Materi Mengidentifikasi Unsur – Unsur Drama.

a. Pengertian Kemampuan

dalam Suratno (2012:102) bahwa kemampuan (ability) adalah kapasitas seseorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Selanjutnya totalitas kemampuan dari seseorang individu pada hakekatnya tersusun dari dua perangkat faktor, yakni kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampuan untuk menjalankan kegiatan mental, sedangkan Kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan bakat-bakat sejenis.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

b. Materi Mengidentifikasi Unsur – Unsur Drama di Kelas V SD

Menurut Batuah (2012 : 23) Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain, yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum. Meskipun demikian, ada juga naskah drama yang sifatnya hanya untuk dibaca atau sering disebut closed drama.

Menurut Shvoong ( 2010 ) ada beberapa unsur dalam sebuah cerita baik dalam cerpen, novel, maupun Drama. Unsur - unsur tersebut adalah sebagai berikut:

(4)

a. Tema

Tema dalam dongeng pada umumnya sama dengan tema yang ada dalam cerita pendek. Tema ini dapat ditelusuri dalam unsur - unsur cerita lainnya, seperti pada tokoh dan watak, latar cerita, alur, dan unsur lainnya.Sehingga utuk mengetahui tema haruslah membaca terlebih dahulu dongeng / cerita tersebut.

b. Tokoh dan watak tokoh

Tokoh dan watak digambarkan dalam berbagi teknik yaitu : - Teknik analitik

Teknik analitik adalah watak tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarangnya.

- Teknik dramatik

Teknik dramatik adalah tokoh di ceritakan secara tidak lansung. c. Latar cerita

Latar atau setting merupakan salah satu unsure dalam cerita yang meliputi gambaran waktu dan tempat.

d. Alur

Secara umum urutan alur dalam cerita sebagai berikut: - Pengenalan cerita (introduction)

- Awal perselisihan (complication) - Menuju konflik (ricing action) - Konflik memuncak (climax) - Penyelesaian (ending) e. Sudut pandang (Point of view) f. Amanat

Cerita yang bagus pasti memiliki amanat yang tersirat yang ingin penulis sampaikan pada pembacannya.

(5)

Berkaitan dengan naskah drama, ada beberapa unsur drama yang diajarkan. Unsur-unsur tersebut mencakup, tema, alur, penokohan, dialog, petunjuk laku, dan petunjuk pementasan. Unsur pertama dari naskah drama adalah tema. Tema adalah ide dasar yang memperkuat isi dalam setiap karya sastra drama. Tema tersebut menjadi pemicu dan pemandu utama terwujudnya sebuah naskah drama yang baik. Menurut Waluyo (2002 : 2) tema yang baik adalah tema yang memiliki syarat sebagai berikut: (1) tema yang kuat, lengkap dan mendalam dalam mengungkapkan pengalaman jiwa pengarangnya, (2) tema yang dapat menggambarkan suasana yang luar biasa atau pengarang dalam passion, (3) tema yang dapat memunculkan konflik batin dalam drama dan benar-benar dapat dihayati oleh pengarang, Unsur kedua dari naskah drama adalah alur. Pengambaran isi sebuah naskah drama didasarkan atas urutan peristiwa yang disebut dengan alur, alur/plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan. Konflik itu dapat berkembang karena adanya kontradiksi antara pelakunya. Pelaku atau tokoh dalam setiap drama pun melengkapi sebuah naskah drama.

2. Hakikat Penggunaan Model Jigsaw Pada Materi Mengidentifikasi Unsur – Unsur Drama.

a. Pengertian Model Jigsaw

Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Fadlhy, 2007 : 11). Selain itu menurut Anita Lie ( 2005:69) Jigsaw merupakan salah satu bentuk belajar kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawannya dari universitas Texas pada tahun 1971 (Aronson, 2000) metode jigsaw ini kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawannya. Melalui metode Jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen. Metode jigsaw ini bisa digunakan dalam

(6)

beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam. Ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama dan bahasa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam metode ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna (Dwi Susianto, 2007 : 47).

b. Langkah - Langkah Penerapan Model Jigsaw Dalam Mengidentifikasi Unsur – Unsur Drama di Kelas V SD

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw menurut Agus Suprijono (2009: 89-91) adalah sebagai berikut :

1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal.

2. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Pada kelas V dengan jumlah 36 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya dari 1 bagian cerita drama anak yang terdiri dari sifat, latar, tokoh, tema, jalan cerita, dan amanat dalam pembelajaran, maka dari 36 siswa akan terdapat 6 kelompok ahli yang beranggotakan 6 siswa. 3. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,

selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

4. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

5. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

(7)

METODE PENELITIAN

1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian a. Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri II Suwawa Kabupaten Bone Bolango, pada semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014.

b. Karakteristik Subjek Penelitian

Kelas yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah kelas V dengan jumlah siswa 36 orang yang terdiri atas 19 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan dengan kemampuan siswa yang heterogen.

2. Prosedur Penelitian A. Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan tindakan, perlu diadakan persiapan agar komponen yang direncanakan dapat tercapai dengan baik. Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Melakukan koordinasi dan meminta izin kepada kepala sekolah dan guru kelas sebagai mitra untuk melaksanakan penelitian;

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi langkah-langkah yang akan dilakukan guru dalam kelas;

3. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung pembelajaran;

4. Mempersiapkan skenario dan evaluasi yang digunakan dalam penelitian B. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Siklus I

Pada siklus I ini, langkah-langkah kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Pendahuluan

- Menyampaikan salam;

(8)

- Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai. 2. Kegiatan inti

- Memandu siswa duduk dalam membentuk kelompok–kelompok kecil. - Guru menjelaskan tugas dari masing-masing kelompok.

- Guru membagikan materi kepada tiap kelompok.

- Setiap kelompok mengutus setiap orang untuk membentuk tim ahli. - Tim ahli mendiskusikan materi yang dipelajari yakni sub bab pada materi

Mengidentifikasi unsur - nsur Drama.

- Tim ahli kembali ke tim asal, menjelaskan materi yang dipelajari dalam tim ahli.

- Setiap kelompok memaparkan hasil disukusi. 3. Penutup

- Menyimpulkan materi dengan memberi penegasan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul;

- Mengevaluasi kemampuan siswa. C. Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam proses pembelajaran, maka peneliti bersama guru mitra sebagai partisipan melakukan pemantauan, Sedangkan untuk tahap evaluasi dilakukan melalui evaluasi proses dan evaluasi hasil.

D. Tahap Analisis dan Refleksi

Pada tahap ini hasil yang di dapat dikumpulkan dan dianalisis secara kualitatif.Dari hasil tersebut guru dapat merefleksikan diri dengan melihat langsung hasil data observasi apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam materi mengidentifikasi unusr – unsur drama. Hasil penelitian ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya sebagai acuan yang digunakan hasil analisis data.

Untuk mencari data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data antara lain :

(9)

Kegiatan ini dilakukan sebagai suatu langkah awal dalam mengumpulkan data umum. Objek penelitian yaitu dengan mengamati secara langsung situasi dan kondisi yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan tetap fokus pada subjek yang dikaji.

2). Wawancara

Dengan melalui teknik yang digunakan ini peneliti mengadakan wawancara atau berupa dialog dengan responden atau pihak-pihak yang terkait misalnya kepala sekolah, guru kelas V.

3). Dokumentasi

Dokumentasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokument baik yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada dengan penelitian tersebut.

4). Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu peserta didik menemukan serta mengembangkan konsep.

E. Teknik Analisis data

Dalam menganalisis data kemampuan siswa digunakan instrument berupa test hasil belajar siswa (tes tertulis) berupa soal uraian dengan menggunakan batas skor berdasarkan instrumen penilaian. Dengan menggunakan Rumus KR 20 (Kuder Richardson) menurut Sugiyono (2011) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Rumus KR 20 (Kuder Richardson) Tingkat kemampuan Predikat

70 - 100% ≤ 70 %

Mampu Tidak mampu

(10)

Penafsiran di atas digunakan untuk menetapkan tingkat penguasaan masing-masing siswa pada materi yang diajarkan. Adapun rumus yang digunakan dalam menetapkan tingkat kemampuan siswa.

X = %

Keterangan :

X = Nilai Persentase

= Jumlah siswa yang mampu/tidak mampu N = Jumlah siswa Keseluruhan

HASIL PENELITIAN 1. Observasi Awal

Dari hasil pengamatan kegiatan observasi awal diperoleh data dari 36 orang siswa yang dikenai tindakan hanya 9 orang siswa atau 25 % yang mampu mengindentifikasi unsur – unsur drama dan masih 27 orang siswa atau 75 % yang kemampuan belajarnya belum optimal.

Setelah mengadakan observasi awal peneliti mengadakan refleksi dengan guru mitra. Dari hasil refleksi yang dilakukan diperoleh bahwa masih ada beberapa komponen yang tidak sempat dilaksanakan pada saat pembelajaran. Komponen-komponen tersebut yaitu :

a. Media pembelajaran tidak menarik perhatian siswa b. Siswa tidak berpartisiapsi dalam pembelajaran c. Siswa ribut pada saat pembelajaran berlangsung

Dari hasil refleksi yang dilaksanakan pada observasi awal maka peneliti menyusun rancangan tindakan siklus I yang bertujuan untuk meningktakan kemampuan siswa pada materi mengidentifikasi unsur – unsur drama melalui model jigsaw. Untuk itu peneliti merancang tindakan guna meningkatkan kemampuan siswa pada siklus I.

(11)

2. Siklus I

Kemampuan Siswa diketahui bahwa dari jumlah 36 orang siswa kelas V SDN II Suwawa, 18 orang siswa atau mencapai 50%, memperoleh nilai kurang dari 40, dan 3 orang siswa atau mencapai 8,33% memperoleh nilai 50, dan 1 orang siswa atau mencapai 2,78% memperoleh nilai 60, dan 14 siswa atau memncapai 38,89% memperoleh nilai 70 ke atas.

Setelah melaksanakan tindakan siklus I peneliti mengadakan refleksi terhadap proses pemebelajaran dalam Kemampuan belajar siswa bersama guru mitra. Refleksi terutama di tunjukan untuk melihat apakah kemampuan belajar siswa meningkat melalui model jigsaw.

3. Siklus II

Kemampuan siswa diketahui bahwa dari jumlah 36 orang siswa kelas V SDN II Suwawa, 1 orang siswa atau mencapai 2,78%, memperoleh nilai 50, dan 3 orang siswa atau mencapai 8,33% memperoleh nilai 60, dan 32 orang siswa atau mencapai 88,89% memperoleh nilai lebih dari 70,

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan yaitu ” Jika digunakan model jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi unsur-unsur drama di kelas V SDN II Suwawa Kabupaten Bone Bolango”, dapat diterima.

PENUTUP 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV maka dapat disimpulkan bahwa dengan model jigsaw dapat meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi unsur – unsur drama, dapat di lihat dari hasil evaluasi kemampuan siswa yang diperoleh pada siklus I yang mampu 14 siswa (38,89%), dan diperoleh pada siklus II meningkat menjadi 32 siswa (88,89%).

(12)

Dengan demikian, maka model jigsaw sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa mengidentifikasi unsur – unsur drama pada siswa kelas V SDN II Suwawa Kabupaten Bone Bolango.

2. Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Peneliti dan pengamat harus mempunyai persepsi yang sama sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran

2. Dalam memilih pendekatan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan dijelaskan, serta karakteristik siswa.

3. Guru harus membiasakan siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Hendaknya menghindari model, metode pembelajaran yang berpusat pada guru.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Lie. 2005. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.

Jakarta : Grasindo.

Waluyo, Herman. 2002. Drama Teori dan Pengejaran Plot.Yogyakarta: PT.Hanindita Graha Widya.

Faisal, M. dkk. Kajian Bahasa Indonesia, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional 2010

Milawati, Teti. 2011. Meningkatkan Kemampuan Anak Memahami Drama Dan Menulis Teks Drama Melalui Model Soamtis Auditori Visual Intelektual. Universitas Pendidikan Indenesia (UPI).skripsi

Suratno. 2012. Konsep Kemampuan Sumber Daya Manusia. Sitaro.Jurnal Yusdi, Milman. 2011.

http://milmanyusdi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kemampuan.html diakses 08 maret 2013.

Shvoong, 2010.

http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/self-publishing/2010/03/55-unsur-unsur-cerita- dongeng/#ixzzlc5QLRrAP diakses pada tanggal 08 maret 2013

Batuah, Malin. 2012. http://malinbatuah.blogspot.com/2012/05/BahasaIndonesia-pengertiandrama.html diakses 18 juli 2013.

Fadlhy. 2007. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw.Jawa Baturaja.Jurnal

Susianto, Dwi. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Jigsaw Untuk Meningkatkan Perilaku Sosial dan Prestasi Belajar. Karanganyar.

Suprijono Agus. 2009. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem. Yokyakarta : Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Yimi yirri-puraja Jack Ross Jakamarrarlu. Yimi yirrarnu Kay Ross Napaljarrirli. Kuruwarri kujurnu Alex Toyne Nungarrayirli.. Yalunipu-ngurlu Yapawariji-ngirli yanu

Guru kelas Va menyisipkan motivasi, nasihat, dan cerita di sela-sela pembelajaran berdasarkan pengalamanpengalaman pribadi dan kisah-kisah para nabi dan rasul yang

Industri dan perdagangan mempunyai cakupan yang sangat luas, sehingga pengawasan pelaksanaannya harus dilakukan secara ketat, tanpa adanya pengawasan, sektor Industri

Berdasarkan latar uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “ Penerapan Metode Pembelajaran Probing

Dari hasil nilai Eigen diatas dapat disimpulkan bahwa kriteria yang paling penting dalam pemilihan sekolah dasar Islam adalah output dan prestasi diikuti oleh akreditasi,

Di lingkungan estuari (salinitas 9 – 10.2%o) kapasitas adsorpsi padatan tersuspensi terhadap logam berat secara berurut adalah Hg>Pb>Cd, dimana di lokasi budidaya kerang

Dalam hal ini, berdasarkan wawancara mendalam dan FGD yang dilakukan untuk melengkapi hasil kuesioner, ditemukan bahwa keinginan sebagian besar orang tua pekerja anak agar anaknya

Suatu negara pantai dapat mengklaim batas terluar landas kontinennya lebih dari 200 mil laut dengan menggunakan kriteria jarak 60 mil laut atau sejauh ketebalan sedimen satu