• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Pendidikan berperan penting dalam kehidupan bahkan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses kehidupan manusia, dengan kata lain kebutuhan manusia terhadap pendidikan bersifat mutlak. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dilakukan di lingkungan keluarga saja, melainkan di tiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Pendidikan di sekolah memegang peranan yang sangat penting sebab pendidikan di lingkungan ini sangat berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. UU Sisdiknas Pasal 6 ayat (1) berbunyi, “Setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.” Dari Undang-Undang tersebut ditegaskan bahwa anak bangsa berhak mengenyam pendidikan dasar 9 tahun yakni jenjang SD dan SMP.

Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) diselenggarakan sesuai dengan stuktur kurikulum yang berlaku. Mata Pelajaran yang diajarkan di SD/MI dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, SBK dan Penjasorkes. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, hendaknya guru mampu mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Belajar akan bermakna jika siswa mengalami langsung apa yang dipelajarinya yakni dengan lebih banyak mengaktifkan indera daripada hanya mendengarkan guru menjelaskan. Pada tingkat pendidikan dasar akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktivitas dan dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran, dengan demikian siswa dapat lebih mudah memahami dan mempelajari suatu bahan ajar. Suasana belajar yang tercipta pun lebih menarik, menyenangkan, dan tidak membosan-kan.

(2)

Kesan membosankan biasanya melekat pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sebab IPS merupakan mata pelajaran yang mengandung banyak bahan ajar.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu cabang ilmu yang menggabungkan berbagai ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Setiap lingkup dalam IPS tersebut berguna dalam segala aspek kehidupan siswa. Trianto (2014:176) mengungkapkan bahwa, tujuan IPS yang paling utama adalah mengembangkan potensi siswa agar memiliki kepekaan terhadap masalah sosial yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan masyarakat serta terampil mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah sosial merupakan salah satu bentuk persoalan yang seringkali timbul di masyarakat. Soekanto (2006:312) mengemukakan pendapat bahwa masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Berdasarkan tujuan IPS yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa pembelajaran mengenai masalah sosial merupakan pembelajaran yang penting untuk dipahami oleh siswa di tingkat sekolah dasar. Siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan nantinya mereka akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang mungkin terjadi di lingkungan sekitarnya, oleh sebab itu mereka memerlukan bekal untuk dapat menghadapi berbagai permasalahan tersebut. Dengan mempelajari masalah sosial mereka diharapkan dapat menaruh perhatian terhadap masalah-masalah sosial yang timbul dan selanjutnya mereka mampu mengambil tindakan yang tepat dalam menghadapi berbagai permasalahan.

Keberhasilan pencapaian tujuan setiap mata pelajaran termasuk IPS dipengaruhi oleh beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam menjembatani tercapainya tujuan pembelajaran adalah kemampuan dan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan model, metode, dan strategi pembelajaran. Sehingga pembelajaran yang tercipta akan lebih efektif, efisien dan menarik. Lingkungan belajar yang efektif, efisien dan kegiatan belajar manarik yang diciptakan guru merupakan salah satu faktor pendorong yang berasal dari luar diri siswa sehingga siswa akan lebih giat dan semangat untuk melakukan aktivitas belajar. Namun pada

(3)

kenyataannya aktivitas belajar yang diharapkan belum tampak pada kelas IV SD Negeri 3 Winong, Boyolali. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti terlihat siswa kurang menunjukkan keantusiasan dan keaktifan ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung. Proses pembelajaran yang diterapkan guru khususnya pada saat pembelajaran IPS lebih banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan. Kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas pada umumnya masih berpusat pada guru (teacher center) bukan berpusat pada siswa (student center). Siswa cenderung lebih menjadi objek pembelajaran dan guru merupakan pemegang kendali dalam berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Selain itu guru kurang memanfaatkan sumber belajar yang ada dan guru cenderung terpaku pada buku-buku paket yang terbatas. Oleh karena itu pembelajaran menjadi kurang optimal, siswa pasif dan pembelajaran terasa membosankan sehingga kualitas proses belajar maupun pemahaman yang dicapai siswa belum optimal. Kegiatan siswa dalam pembelajaran pada umumnya hanya mendengar, mencatat, membaca dan menghafal informasi yang diperoleh. Siswa cenderung hanya menghafal konsep tanpa memahami konsep tersebut. Hal ini menjadikan pembelajaran kurang bermakna sehingga hasil belajar dan kualitas proses pembelajaran yang dicapai siswa tidak optimal.

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Winong 3 Boyolali, yang peneliti lakukan pada tanggal 19 Desember 2015, diketahui bahwa penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan guru lebih banyak menggunakan ceramah dan pemberian tugas. Tingkat partisipasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran masih relatif rendah. Sedangkan menurut penjelasan yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan siswa, mereka kurang menyukai IPS karena materinya banyak dan membosankan. Siswa mengaku bahwa mereka belajar IPS dengan cara menghafal materi. Kondisi tersebut diperkuat dengan rendahnya perolehan hasil uji pratindakan tentang materi masalah sosial. Dalam uji pratindakan ini, kriteria ketuntasan minimal mengikuti KKM mata pelajaran dengan batas tuntas 70, dan dari hasil tes dapat dilihat bahwa dari 21 siswa terdapat 7 siswa mendapat nilai 70 ke atas,

(4)

sedangkan 14 siswa mendapat nilai di bawah 70 (lampiran 16 halaman 186). Artinya, hanya 33,33 % siswa yang tuntas sedangkan 66,67 % siswa lain belum tuntas.

Rendahnya pemahaman siswa pada materi masalah sosial merupakan problem pembelajaran yang perlu ditindaklanjuti. Untuk itu perlu diidentifikasi faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pembelajaran. Salah satunya adalah masih digunakannnya model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center), dimana pembelajaran hanya berlangsung satu arah dan tidak ada partisipasi aktif dari siswa. Sehubungan dengan masalah di atas maka perlu direnungkan hal-hal yang harus dilakukan agar pembelajaran dapat mengaktifkan siswa, pemahaman konsep meningkat dan akhirnya evaluasi menjadi merata dan tuntas. Antara lain dengan menerapkan model ataupun stratergi pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran IPS. Guru harus mengembangkan materi yang telah ada dan mengoptimalkan kegiatan belajar. Untuk itu guru dituntut untuk lebih mampu memilih model, metode, media, strategi maupun sumber belajar yang dapat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Salah satu strategi pembelajaran yang menunjang pembelajaran dalam mata pelajaran IPS adalah Strategi Pembelajaran Card Sort.

Card Sort merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif (active learning) yang lebih banyak melibatkan siswa pada proses pembelajaran. Ketika siswa belajar dengan aktif berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu penting bagi guru untuk mengutamakan keaktifan siswa di dalam kelas sehingga mereka menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Card Sort. Dengan menggunakan strategi ini siswa dapat mencari dan menemukan sendiri konsep yang sedang dipelajari, tidak hanya sekedar mendengar penjelasan dari guru, sehingga pembelajaran yang diterima siswa akan lebih bermakna dan tertanam kuat dalam benak mereka.

Zaini, Munthe & Aryani mengemukakan bahwa “Card Sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta tentang objek atau mereview informasi. Gerakan fisik yang dominan

(5)

dalam strategi ini dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh dan bosan” (2008 : 50). Card Sort memadukan unsur gerakan fisik yang membuat siswa bisa saling bertukar pikiran satu sama lainnya sehingga dimungkinkan penggunaan strategi ini akan lebih diterima siswa secara responsif.

Penerapan Card Sort dalam pembelajaran IPS khususnya materi masalah sosial diharapkan mampu melibatkan langsung siswa dalam proses pembelajaran dan menumbuhkan motivasi mereka. Siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir melalui kegiatan berdiskusi dengan siswa lain untuk memecahkan persoalan yang bekaitan dengan masalah sosial dan menguraikan konsep masalah sosial dengan bahasa mereka sendiri, dengan demikian diharapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi masalah sosial akan meningkat.

Pemilihan strategi ini juga tertolak pada penelitian Intan Sari Esa Wibowo dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Menggunakan Strategi Kartu Sortir (Card Sort) pada Siswa Kelas IV SDN Sambi IV Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2014/2015”. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tersebut terjadi adanya peningkatan nilai keterampilan menulis pantun pada setiap siklus.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan perbaikan pembelajaran, terutama dalam pembelajaran IPS, dengan menerapkan strategi pembelajaran Card Sort agar pemahaman konsep siswa tentang materi Masalah Sosial dapat meningkat. Untuk itu Penelitian Tindakan Kelas ini dirumuskan dalam Judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Masalah Sosial Melalui Strategi Pembelajaran Card Sort pada Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Winong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Strategi Pembelajaran Card Sort dapat Meningkatkan

(6)

Pemahaman Konsep Masalah Sosial pada Siswa Kelas IV SD Negeri Winong 3 Boyolali Tahun Ajaran 2015/2016 ?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep masalah sosial pada siswa kelas IV SD Negeri Winong 3 Boyolali tahun ajaran 2015/2016 melalui strategi pembelajaran Card Sort.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk mengembangkan kualitas pembelajaran serta menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama di bidang pendidikan. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai penelitian yang berkenaan dengan peningkatan pemahaman konsep masalah sosial melalui strategi pembelajaran Card Sort.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, khususnya pihak yang terkait dalam bidang pendidikan dan pembelajaran. Pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Bagi siswa

1) Terciptanya suasana pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS dengan terlibatnya siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui strategi pembelajaran Card Sort.

(7)

2) Meningkatkan pemahaman konsep masalah sosial dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

3) Pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna sehingga siswa dapat lebih memahami materi yang dipelajari.

4) Siswa dapat lebih peka terhadap masalah-masalah sosial disekitar mereka. b. Bagi guru

1) Guru memperoleh tambahan pengetahuan baru tentang strategi pembelajaran Card Sort dan penerapannya dalam pembelajaran guna meningkatkan pemahaman konsep siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.

2) Meningkatkan motivasi guru untuk berupaya menemukan dan menggali strategi pembelajaran yang inovatif dan menarik.

3) Sebagai tambahan referensi bagi guru untuk menerapkan strategi pembelajaran yang relevan bagi siswa.

c. Bagi sekolah

1) Penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan dalam rangka perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.

2) Meningkatkan dan menumbuhkembangkan produktivitas guru untuk melakukan penelitian, khususnya dalam mencari pemecahan masalah pembelajaran.

3) Sebagai acuan dalam mengadakan inovasi pembelajaran yang dilaksanakan guru.

Referensi

Dokumen terkait

Praktik yang sehat pada PT.Kusumahadi Santosa ditunjukkan dengan adanya penggunaan dokumen – dokumen bernomor urut tercetak. 4) Karyawan yang mutunya sesuai dengan

Pada penelitian ini, dengan judul Aplikasi Metode Demonstrasi dan Drill pada Kegiatan Ekstrakurikuler Drum Band di Drum Band Gita Handayani Dinas Pendidikan Aceh dilakukan

Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian kerja kontrak

[r]

Penerapan Pembelajaran D iscovery Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas 7 Smp Pada Tema Perubahan Benda-Benda D i Sekitar Kita.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Program bimbingan pribadi sosial berdasarkan profil perilaku asertif peserta didik dapat menjadikan berperilaku asertif sebagai perilaku yang diterapkan sehari-hari

Hasil studi ini menunjukan bahwa kepemilikan institusional memberikan pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility, dewan

Seperti yang terjadi pada beberapa pasangan suami istri di Dusun Watu Agung yang mengalami masalah- masalah keluarga, misalnya yang mana istri mulai berkeinginan