• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan yang harus dikembangkan disamping aspek lainnya. Melalui pendidikan diharapkan bangsa ini dapat mengikuti perkembangan dalam bidang sains dan teknologi yang semakin berkembang. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana tentu berkaitan dengan berlangsungnya proses pembelajaran yang dilaksanakan baik di dalam maupun di luar ruangan. Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan guru dengan siswa untuk dapat mentransfer ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Proses penyampaian informasi untuk dapat mentransfer ilmu pengetahuan diperlukan berbagai macam dukungan dari mulai fasilitasi penggunaan media, model maupun strategi pembelajaran yang mampu menunjang proses pembelajaran tersebut. Berdasarkan peraturan tentang adanya penerapan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah maka, guru sebagai pendidik dituntut mampu merencanakan pembelajaran secara matang dengan berbagai penerapan model maupun strategi. Perencanaan pembelajaran yang matang diharapkan dapat menumbuhkan keterampilan berpikir, melibatkan siswa untuk aktif, kreatif dan tanggap sehingga tercipta pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center).

Penerapan model dan strategi dalam proses pembelajaran diharapkan dapat menunjang tercapainya tujuan sesuai kurikulum yang berlaku salah satunya yakni mampu melibatkan siswa untuk aktif baik dalam pemecahan masalah maupun keterampilan berpikir. Dalam hal ini model pembelajaran berbasis proyek (Project based learning) menjadi salah satu alternatifnya. Pembelajaran berbasis proyek dapat dideskripsikan sebagai pembelajaran yang melibatkan siswa dan sebagai salah satu pengajaran yang mencoba mengaitkan antara teknologi dengan masalah kehidupan sehari-hari yang biasa dilakukan oleh siswa atau dengan penyelesaian proyek siswa di sekolah. Pembelajaran berbasis proyek pada akhirnya akan menghasilkan suatu produk dari materi yang sedang atau telah di ajarkan. Dalam menghasilkan suatu produk, siswa harus memiliki rancangan

(2)

yang matang agar pada saat proses kegiatan berlangsung tidak keluar dari hasil yang diharapkan. Pada saat rancangan tersebut mengalami kendala maka, siswa di tuntut untuk berpikir secara cepat dan tanggap. Kemampuan berpikir cepat dapat meningkatkan kebiasaan siswa untuk melatih ketrampilan berpikirnya (habbits of mind) sehingga hasil yang diperoleh maksimal. Hasil proyek berupa produk tersebut kemudian dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelas yang melibatkan semua siswa aktif, selain itu hasil produk juga dapat dimanfaatkan sebagai peluang usaha apabila sudah memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya yaitu produk bernilai ekonomis. Produk bernilai ekonomis yang dihasilkan dari penerapan pembelajaran berbasis proyek (Project based learning) menjadi ciri utama keberhasilan pembelajaran kewirausahaan.

Kewirausahaan mulai banyak diterapkan di Sekolah Menengah Atas setelah terjadi ledakan tingkat pengangguran yang diakibatkan lulusan tidak melanjutkan ke jenjang lebih tinggi dan belum dibekali dengan keterampilan salah satunya yakni keterampilan berwirausaha. Oleh karena itu, peneliti megaplikasikan model pembelajaran berbasis proyek yang berorientasi kewirausahaan dalam penyampaian materi Biologi (Bioenterpreneurship). Adanya penerapan pembelajaran berbasis proyek berorientasi kewirausahaan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir, melibatkan siswa secara aktif untuk dapat menciptakan produk bernilai ekonomis dengan gagasan-gagasan baru dari pemikiran yang kreatif. Dalam hal ini, kebiasaan berpikir yang dijadikan acuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Kebiasaan berpikir (Habits of mind) dikemukakan pertama kali oleh Marzano (1994) sebagai salah satu dimensi hasil belajar. Kebiasaan berpikir tersebut terdiri atas tiga komponen yang saling melengkapi dan membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen tersebut adalah berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), dan pengaturan diri (self regulation). Namun dalam the new taxonomy Marzano (1994), ketiga komponen tersebut dikembangkan menjadi kebiasaan secara mental (menthal procedure) yang bersifat transformatif. Kebiasaan secara mental membantu siswa dalam mempelajari pengalaman di masa depan disebut-sebut sebagai metode pendidikan modern dan menjadi sasaran kebiasaan mental di semua jenjang pendidikan.

Marzano (2007) telah mengidentifikasi kebiasaan secara mental tersebut dalam tiga domain yang disebut kebiasaan produktif yaitu pembelajaran dan pemikiran terhadap pengaturan diri (Self Regulation Thinking & Learning), berpikir kritis (Critical Thinking) dengan membedakan perilaku maupun sikap siswa yang jelas dan tepat serta pemikiran dan

(3)

pembelajaran kreatif (Creative Thinking & Learning). Berdasarkan ketiga domain tersebut Marzano (1992) mengelompokkan tiga system pengetahuan baru yaitu system diri (self system), system metakognitif (metacognitive system), dan system kognitif (kognitive system) meliputi Retrieval, Comprehension, Analysis, dan Knowledge utilization. Ketiga system pengetahuan tersebut dalam taksonominya melahirkan enam indikator yakni: 1) Retrieval, 2) Comprehension, 3) Analysis, 4) Knowledge utilization, 5) Metacognition dan 6) Self-system thinking. Keenam indikator tersebut yang kemudian dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan instrument tes sebagai hasil belajar ranah kognitis siswa.

Pengembangan instrument yang digunakan meliputi observasi untuk mengukur akivitas siswa ranah afektif dalam proses pembelajaran, produk sebagai hasil penilaian ranah psikomotor dan tes untuk mengukur tingkat kognitif siswa serta digunakan angket untuk mengukur keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis proyek berorientasi kewirausahaan. Peneliti menggunakan indikator jenjang kognitif Marzano (2007), hal tersebut berkaitan dengan perilaku dan kebiasaan berpikir siswa yang tidak sebatas kemampuan berpikir tetapi juga kemampuan secara mental (Menthal prosedure) untuk menghasilkan kebiasaan produktif.

Pengembangan instrument tidak hanya dikembangkan pada observasi saja tetapi juga dalam penulisan soal dan sebagai perbandingannya peneliti mengacu pada kebiasaan berpikir yang dikemukakan oleh Bloom (2001). Menurut Bloom (2001) terdapat tiga domain kebiasaan berpikir yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam meningkatkan hasil belajar dan mencapai ketiga domain tersebut diperlukan proses berpikir. Dalam berpikir ada dua kelompok yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skill) dan kemampuan berpikir tingkat rendah (low order thinking skill). Kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi: menciptakan (Create), mengevaluasi (Evaluation) dan menganalisis (Analysis). Jadi, dari penjelasan teori yang membandingkan antara Taxonomy Bloom dan The New Taxonomy Marzano (2007), dapat disimpulkan bahwa Marzano (2007) memiliki sintaks yang lebih spesifik untuk sasaran hasil yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Pengembangan instrument juga digunakan untuk mengukur respon siswa terhadap penerapan pembelajaran berbasis proyek berorientasi kewirausahaan dalam bentuk angket. Angket yang digunakan mengacu pada keberhasilan selama proses pembelajaran berlangsung mulai dari penerapan pembelajaran sesuai langkah-langkah, proses pembelajaran berupa penyampaian informasi sampai hasil belajar.

(4)

Berdasarkan studi empiris di SMA Negeri 1 Larangan Brebes, pada pembelajaran biologi yang selama ini berjalan cenderung bersifat konvensional dan berorientasi semata-mata kepada penyampaian materi. Keterkaitan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian serta keterbatasan waktu berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang mengakibatkan hasil belajar siswa menurun atau bahkan rendah. Oleh karena itu, perlu diterapkan prinsip pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik semata, tetapi juga memberikan bekal sekaligus pemanfaatan pengetahuan untuk dapat membaca peluang dan tantangan masa depan, tidak hanya belajar teori tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari. Selain beberapa permasalahan di atas, disebutkan juga bahwa pembelajaran berorientasi kewirausahaan belum pernah di ajarkan sebelumnya khususnya dalam penyampaian materi Biologi.

SMA Negeri 1 Larangan, Brebes merupakan salah satu sekolah Pilloting proyek yang sudah menerapkan kurikulum 2013 dengan memberlakukan aktif 5 hari kerja (full day school) dan proses pembelajaran di mulai pada pukul 07.00-15.30 WIB. Lokasi sekolah sangat strategis dekat dengan pusat perbelajaan dan fly over serta jalan tol. Setiap awal pembelajaran di mulai dengan gerakan literasi sekolah (GLS) yang kemudian dikembangkan oleh guru mata pelajaran Biologi sebagai kegiatan Gerakan Literasi Sains siswa yang bertujuan siswa tidak hanya mampu memahami konsep tentang Biologi tetapi juga diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hariberkaitan dengan materi pembelajaran yang di pelajari. Berkaitan dengan lokasi sekolah, sebagaimana telah diketahui Brebes merupakan daerah yang terkenal dengan Bawang merah dan Telur asin maka, peneliti bermaksud mengaitkan konsep Vertebrata khususnya sub konsep Aves dengan pemebelajaran berbasis proyek berorientasi kewirausahaan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang dilihat baik dari segi afektif, kognitif maupun psikomotor siswa.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar baik ranah afektif, kognitif dan psikomotor siswa melalui kegiatan pembelajaran berbasis proyek berorientasi kewirausahaan dalam menghasilkan produk yang diterapkan pada konsep Vertebrata. Oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Penerapan Project Based Learning Berorientasi Bioentrepreneurship pada Konsep Vertebrata untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Sman 1 Larangan Brebes”.

(5)

B. Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

a. Belum diterapkannya pembelajaran Biologi menggunakan model pembelajaran Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship.

b. Kurangnya pemahaman siswa terhadap pengenalan objek nyata melalui kegiatan praktikum saat pembelajaran biologi.

c. Belum diterapkannya keterkaitan antara pembelajaran Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vertebrata terhadap peningkatanhasil belajar siswa.

2. Pembatasan Masalah

a. Penerapan Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vertebrata oleh guru Biologi dalam proses belajar mengajar.

b. Penelitian ini dibatasi pada sub konsep Aves dalam pembuatan produk bernilai ekonomis.

c. Pembelajaran biologi dengan menerapkan Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vertebrata dilaksanakan melalui tugas proyek untuk membuat suatu produk (handicraft) dengan memanfaatkan peranan hewan-hewan Aves dalam kehidupan.

d. Penelitian ini digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa ranah kognitif diukur menggunakan tes dari indikator jenjang kognitif Marzano, lembar observasi untuk mengukur ranah afektif yang dikembangkan dari indikator Marzano dan kreativitas pembuatan produk untuk mengukur ranah psikomotor.

C. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa dan implementasi pembelajaran Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada Konsep Vertebrata?

b. Bagaimana perbedaan peningkatan hasil siswa antara siswa yang diterapkan Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vertebrata dan yang tidak diterapkan Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vertebrata?

c. Bagaimana respon yang ditunjukkan siswa setelah diterapkan pembelajaran Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vertebrata.

(6)

D. Tujuan Penelitian

1. Peningkatan aktivitas siswa dan implementasi pembelajaran Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vertebrata.

2. Perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara siswa yang diterapkan Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vetebrata dan tidak diterapkan Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep vertebrata?

3. Respon yang ditunjukkan siswa setelah diterapkan pembelajaran Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vertebrata?

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Melalui penerapan model pembelajaran Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada konsep Vertebrata, diharapkan siswa mampu meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif yang mereka miliki. Selain itu aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa dapat berkembang karena dengan diterapkannya pembelajaran yang berorientasi Bioentrepreneurship suasana kelas akan lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

2. Bagi Guru

Diperoleh metode pembelajaran yang inovatif, kreatif dan menarik dalam proses belajar mengajar serta dapat memaksimalkan potensi guru Biologi untuk menyampaikan materi sehingga mampu menumbuhkan dan melatih Keterampilan Berpikir Kretif siswa dalam menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis.

3. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan bagi sekolah, dalam rangka memaksimalkan kinerja guru dan mengembangkan potensi kewirausahaan serta Keterampilan Berpikir Kreatif siswa.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya.

F. Definisi Operasional 1. Project based learning

Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa untuk melakukan

(7)

eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata, (Hosnan, 2014).

2. Pembelajaran berorientasi Bioenterpreneurship

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) yang dijadikan sebagai dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan perjuangan dalam menghadapi tantangan hidup, (Suryana, 2013).

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran berbasis kewirausahaan adalah suatu metode pembelajaran yang inovatif untuk menghubungkan antara teori dan fenomena yang ada di masyarakat, seperti mengolah suatu bahan-bahan di alam menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual, sehingga siswa mendapatkan suatu pengetahuan dan pengalaman yang baru melalui proses pembelajaran.

Bioentrepreneurship adalah pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa untuk menunjang proses pembelajaran yang menghubungkan langsung dengan fenomena lingkungan sekitar, sehingga mampu menumbuhkan kewirausahaan siswa. Pembelajaran ini juga lebih menekankan kreativitas siswa dengan membuat suatu produk yang bernilai ekonomis sehingga pembelajaran lebih menyenangkan.

3. Sub konsep Aves

Pembuatan proyek Bioenterpreneurship dibatasi pada sub konsep Aves, sebagaimana telah diketahui Brebes merupakan daerah yang terkenal dengan Bawang merah dan Telur asin nya, maka peneliti bermaksud mengaitkan sub konsep Aves dengan pembelajaran berbasis proyek berorientasi Bioenterpreneurship untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Indikator jenjang kognitif Marzano

Data hasil pengukuran ranah kognitif berupa tes yang dikembangkan dari indikator jenjang kognitif Marzano yang dibatasi oleh penulis pada beberapa indikator yakni:

a. Retrivial (Pengambilan) terdapat 3 kategori yakni Recognizing (Mengenal), Recalling (Mengungkapkan kembali), Executing (Melaksanakan). Semua kategori diambil pada level 1 ini.

b. Comprehension (Pemahaman) terdapat 2 kategori yakni Integrating (Mengintegrasikan) dan Symbolizing (Menandakan) namun, penulis hanya membatasi pada 1 kategori saja yaitu integrating.

(8)

c. Analysis (Analisis) terdapat 5 kategori diantaranya yakni Matching (, Classifying (Mengglongkan), Analyzing errors (Menganalisis kesalahan), Generalizing (Menyamaratakan), Specifying (Menetapkan). Namun penulis membatasi hanya 1 kategori yang dipakai yakni generalizing.

d. Knowledge utilization (Pemanfaatan pengetahuan) terdapat 4 kata kerja diantaranya yakni Decision making (Pengambilan keputusan), Problem solving (Penyelesaian masalah), Experimenting (Mengadakan percobaan), Investigating (Menyelidiki). Karena ke empat kategori mewakili penelitian maka penulis mengambil semua indicator tersebut.

e. Metacognition (Metakognisi) terdapat 4 kategori yakni Specifying goals (Menetapkan tujuan), Process monitoring (Proses monitoring), Monitoring clarity (Monitoring kejelasan), Monitoring accuracy (Monitoring ketelitian). Namun penulis hanya mengambil 2 kategori saja yakni specifying goals dan process monitoring.

f. Self-System Thinking (Berpikir system diri) terdapat 4 kategori diantaranya yakni Examining importance (Menguji kepentingan), Examining efficacy (Menguji kemanjuran), Examining emotional response (Menguji respon emosi) dan Examining motivation (Menguji motivasi). Penulis hanya mengambil 1 kategori yakni examining motivation.

G. Penelitian Terdahulu

Nugroho (2017) yang dalam jurnalnya menyebutkan bahwa terjadi peningakatan keterampilan berpikir kreatif pada siswa melalui penerapan Project Based Learning. Oleh karena itu Project Based Learning dijadikan rujukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.

Jurnal peneitian dari Mihardi (2013) menyatakan bahwa hasil analisis dari penggunaan model Project-based learning dengan lembar kerja KWL dapat meningatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pemecahan masalah dalam Fisika. Project Based Learning dengan lembar kerja dalam penelitian Mihardi (2013) tersebut dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Jurnal penelitian dari Katamsih (2015) menyatakan bahwa terjadi peningkatan terhadap minat wirausaha dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model Learning Together (LT) Berbasis Entrepreneurship. Metode yang digunakan adalah quasi

(9)

experimental dengan desain pretest-posstest control group design menggunakan teknik purposive sampling yang dijadikan rujukan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Jurnal penelitian dari Tamba (2017), inti dari penelitiannya menyebutkan bahwa Project-based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan pemecahan masalah pada kelas control dan eksperimen. Instrument dalam peneltian tersebut terdiri dari soal-soal berpikir kreatif dan pemecahan masalah yang dijadikan sebagai rujukan oleh peneliti.

Jurnal penelitian dari Fitriah (2012) yang menyakatan bahwa bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran biologi berorientasi bioentrepreneurship dapat meningkatkan life skills siswa dan minat wirausaha pada MAN Kalimukti. Dalam Penelitian ini pengembangan perangkat pembelajaran biologi berorientasi Bioentrepreneurship dan diujicobakan kelas eksperimen. Data diambil dengan observasi, angket dan tes yang dijadikan rujukan dalam penelitian yang dilakukan peneliti.

Jurnal penelitian Rustaman (2018) yang pada intinya menyatakan bahwa kebiasaan berpikir pertama kali dikemukakan oleh Marzano (1994) sebagai salah satu dimensi hasil belajar yang dijadikan sebagai rujukan dalam pengembangan instrument keterampilan berpikir kreatif menggunakan dimensi Marzano.

H. Kerangka Berpikir

Penelitian ini berlandaskan UU No.20 Tahun 2003 yang menyatakan mengenai proses pembelajaran yang seharusnya siswa aktif mengembangkan potensi diri. Faktanya dalam proses pembelajaran masih banyak yang berpusat pada guru, sehingga memunculkan permasalahan mengenai kurangnya pemahaman konsep dan rendahnya hasil belajar siswa. Dampak dari hal tersebut menjadikan nilai kognitif, afektif dan psikomotor siswa yang rendah. Sehingga perlu diterapkannya metode pembelajaran yang inovatif yaitu dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek berorientasi Bioentrepreneurship.

Konsep penerapan pembelajaran berbasis proyek berorientasi Bioentrepreneurship merupakan sebuah metode pengajaran Biologi yang mengaitkan antara teori dengan objek nyata. Metode ini memberikan pengetahuan serta keterampilan kepada siswa untuk memanfaatkan peranan Aves menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Tujuan penerapan pembelajaran berbasis proyek berorientasi Bioentrepreneurship adalah untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Diharapkan suasana kelas lebih menyenangkan karena pada penerapan ini memberikan kesempatan kepada siswa

(10)

untuk mengoptimalkan potensi diri agar menghasilkan produk yang memiliki daya jual tinggi.

Peningkatan hasil belajar siswa ranah psikomotor dalam membuat suatu produk tidak terlepas dari adanya interaksi yang baik antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan adanya interaksi yang baik akan tercipta suatu lingkungan belajar yang aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dalam hal ini guru hanya bertindak sebagai fasilitator dari pada sumber informasi pembelajaran.

Melalui penerapan pembelajaran berbasis proyek berorientasi Bioenterpreneurship di harapkan siswa mampu meningkatkan hasil belajar untuk dapat menghasilkan suatu produk dengan memanfaatkan hewan-hewan aves berdaya ekonomi tinggi. Proses penerapan pembelajaran tersebut ditunjang melalui diskusi dan penugasan. Penugasan pembuatan produk berbahan dasar hewan aves tersebut dilakukan secara berkelompok. Diharapkan siswa dapat menuangkan ide kreatifnya untuk menghasilkan produk. Produk di tampilkan atau dipresentasikan di depan kelas kemudian dilakukan penilaian serta dilihat adakah peningkatan terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa SMA Negeri 1 Larangan.

Adapun bagan kerangka pemikiran dalam proses pembelajaran biologi dengan penerapan Project Based Learning Berorientasi Bio-entrepreneurship adalah sebagai berikut:

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Penerapan Project-based learning berorientasi

Bioentepreneurship pada konsep Vertebrata

Penugasan pembuatan produk berbahan dasar hewan Aves

Pembelajaran Biologi di SMA dengan metode konvensional

Guru Siswa

Penilaian afektif dan psikomotor

(11)

I. Hipotesis

Ha: Terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa DI sma Negeri 1 Larangan yang signifikan terhadap Penerapan Project Based Learning berorientasi Bioentrepreneurship pada Konsep Vertebrata.

Referensi

Dokumen terkait

 Diberitahukan kepada seluruh Koordinator Sektor & Wakil Koordinator sektor, Pengurus ke 6 Pelkat dan Koordinator Komisi GPIB Jemaat Petra, jika ingin

Untuk menghitung jumlah user yang dapat dilayani oleh BTS pada kromosom pada Gambar 2, biner bernilai 1 menunjukkan urutan index BTS, jika dijabarkan pada baris

10 Benih Hibrida Versus Transgenik.. 70 kedelai lokal dan impor dengan menggunakan sarana produksi pertanian sampai dengan tahun 2003. Sasaran program Prokema 2000

20 Kekontrasan warna iklan Sour Sally terlihat mencolok 21 Kekontrasan desain iklan Sour Sally menarik perhatian 22 Tema iklan Sour Sally kontras dengan tema iklan

Menurut salah satu karyawan yang menjawab sangat setuju pada nilai inti tekad menjadi yang terbaik, yaitu semangat mencapai keunggulan dengan melakukan perbaikan dan

Persentase kolonisasi ektomikoriza pada akar (Gambar 7) menunjukkan bahwa persen kolonisasi tertinggi terdapat pada tanaman yang diinokulasi dengan inokulum yang telah dipanaskan

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI