• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perkembangan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) - PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PERKEMBANGAN UMKM (Studi pada Nasabah PT BPRS Khasanah Ummat Purwokerto) - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Perkembangan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM) - PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PERKEMBANGAN UMKM (Studi pada Nasabah PT BPRS Khasanah Ummat Purwokerto) - repository perpustakaan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Perkembangan Usaha Kecil, Mikro dan Menengah (UMKM)

Perkembangan usaha adalah suatu bentuk usaha kepada usaha itu sendiri agar dapat berkembang menjadi lebih baik lagi dan agar mencapai pada satu titik atau puncak menuju kesuksesan. Perkembangan usaha dilakukan oleh usaha yang sudah mulai terproses dan terlihat ada kemungkinan untuk lebih maju lagi. Menurut Chandra (2000: 121), perkembangan usaha merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan omset penjualan, peningkatan pendapatan dan bertambahnya tenaga kerja (Nurwahida dan Susyanti, 2018).

Meskipun UMKM menjanjikan bagi masa depan ekonomi nasional, namun dalam perkembanganya seringkali diperhadapkan oleh berbagai dilema. Persoalan pendanaan merupakan salah satu dilema yang sangat kursial bagi kelanjutan usaha UMKM. Lembaga keuangan formal yang diharapkan sebagai sumber pendanan bagi perkembangan ekonomi UMKM telah gagal memainkan fungi dasarnya, terutama dalam menyalurkan dana secara efektif ke kegiatan-kegiatan usaha yang paling produktif atau paling menguntungkan secara finansial. Bahkan lembaga tersebut memandang usaha mikro sebagai unit ekonomi yang not bankable (Muhammad, 2005).

(2)

belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut dapat dijadikan sebagai usaha yang berkelanjutan dan dapat memperbaiki taraf hidup di dalam masyarakat. (Prayogi dan Siregar,2017)

a. Pengertian UMKM.

Dalam undang- undang No.20 Tahun 2008 yang dimaksud dengan:

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

(3)

peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara (Tambunan, 2012).

b. Asas, Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan UMKM.

ASAS: BAB II, Pasal 2 beserta penjelasanya UU Nomor 20 Tahun 2008: 1) Asas kekekluargaan

2) Asas demokrasi ekonomi 3) Asas kebersamaan

4) Asas efesiensi berkeadilan 5) Asas berkelanjutan

6) Asas berwawasan lingkungan 7) Asas kemandirian

8) Asas keseimbangan kemajuan 9) Asas kesatuan ekonomi nasional.

PRINSIP UMKM : Pasal 4 UU Nomor 20 Tahun 2008.

1) Penumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan UMKM untuk berkarya dengan prakarsa sendiri.

(4)

3) Pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi UMKM.

4) Peningkatan daya saing UMKM

5) Penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu. TUJUAN PEMBERDAYAAN UMKM : Pasal 4 UU Nomor 20 Tahun 2008. 1) mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan

berkeadilan.

2) menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

3) meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan (Mattalatta, 2008).

c. Kriteria-Kriteria UMKM

(5)

tanah dan bangunan tempat usaha (sesuai Intruksi Presiden Nomor 10 tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah) (Salam, 2008).

Tabel 2.1 Kriteria UMKM

Sumber: UU No. 20 Tahun 2008

UMKM memiliki peran penting bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Tidak hanya di Negara berkembang namun juga dinegara maju. Peran penting UMKM dalam pembangunan ekonomi nasional dapat terlihat pada kontribusinya dalam meningkatkan Produk Domestic Bruto (PDB), mengurangi angka pengangguran, kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan nasional,karena tidak sedikit produk-produk UMKM yang mampu menembus pasar internasional. Sektor UMKM mempunyai keunggulan dan sangat potensial untuk lebih dikembangkan melalui suatu kebijakan yang tepat dan dukungan dari lembaga yang tepat.

Dalam menjalankan usahanya, UMKM seringkali mengalami bebrapa kendala, salah satu kendalanya adalah masalah permodalan. Mereka sangat sulit mengakses lembaga perbankan dikarenakan banyak faktor, salah satunya karena tidak bankable, banyaknya persyaratan yang dikeluarkan pihak bank yang menyulitkan UMKM. Pada akhirnya banyak UMKM yanh menggunakan modal sendiri untuk membangun usahanya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada

KRITERIA KEKAYAAN BERSIH HASIL PENJUALAN

TAHUNAN

Usaha Mikro Maks. 50 jt Maks. 300 jt

(6)

tahun 2005 kebanyakan sumber dana UMKM berasal dari modal sendiri yang mencapai 82,41% pada kelompok usaha mikro, dan 68,85% pada kelompok usaha kecil (Jubaedah dan Destiana,2015).

2. Lembaga Perbankan a. Definisi.

Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkanya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Banyak. Dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu mengimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainya. Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank, sedangkan memberikan jasa bank lainya hanya kegiatan mendukung (Muchtar dkk, 2016).

(7)

2008 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) (Ismail, 2011).

1) Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non devisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, injkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya.

2) Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang mrlaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prindip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu banak yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. UUS berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank non devisa. 3) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam

(8)

hukum BPRS perseroan terbatas. BPRS hanya boleh dimiliki oleh WNI dan/atau badan hukum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah daerah (Soemitra, 2009).

3. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yan telah direncanakan (Rivai dan Arifin, 2010).

Keberadaan lembaga keuangan yang menawarkan berbagai bentuk fasilitas pembiayaan untuk lebih memeperluas penyediaan pembiayaan alternative bagi dunia usaha dalam system perekomomian modern sangatlah dibutuhkan. Lembaga pembiayaan diperlukan guna mendukung dan memperkuat system keuangan nasional yang terdiversifikasi senhingga dapat memeberikan alternative yang lebih banyak bagi pengembangan sektor usaha (Soemitra, 2009).

a. Tujuan Pembiayaan:

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan secara makro dan tujuan pembiayaan secara mikro. Secara makro pembiayaan bertujuan untuk:

(9)

2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak minus dana, sehingga dapat tergulirkan.

3) Meningkatkan produktivitas, artinya: adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan dapat jalan tanpa adanya dana.

4) Membuka lapangan kerja baru, artinya: dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru.

5) Terjadi distribusi pendapatan, artinya: masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktifitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan (Muhamad, 2016).

b. Analisis Pembiayaan

(10)

prinsip 5C dan analisis 6A. Penerapan prinsip dasar dalam pemberian sserta analisis yang mendalam terhadap calon nasabah, perlu dilakukan oleh bank syariah agar bank tidak salah memmilih dalam menyalurkan dananya sehingga dana yang disalurkan kepada nasabah dapat terbayar kembali sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. Prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu:

1) Character, penilaian karakter nasabah adalah untuk mengetahui itikad baik nasabah dalam memenuhi kewajibannya (willingness to pay) dan untuk mengetahui moral, watak, maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Karakter merupakan faktor yang dominan dan penting, karena walaupun calon nasabah tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya, tetapi jika tidak mempunyai itikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi bank di kemudian hari.

2) Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha guna memperoleh laba yang diharapkan sehingga dapat mengembalikan pembiayaan diterima.

3) Capital, adalah menilai jumlah modal sendiri yang diinvestasikan oleh nasabah dalam usahanya termasuk kemampuan untuk menambah modal apabila diperlukan sejalan dengan perkembangan usahanya.

(11)

5) Collateral, yaitu aset atau benda yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai oleh bank untuk mengetahui risiko kewajiban finansial nasabah kepada bank. Penilaian terhadap jaminan meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya (Nizar, 2016).

Adapun Upaya preventif dengan melakukan analisis pembiayaan 6A:

1) Analisis Aspek Hukum, dengan melakukan analisis terhadap aspek hukum, maka bank syariah akan mendapat informasi tentang pihak yang berhak melakukan penandatangnana dalm perjanjian serta hak dan kewenangnanya. Faktor yang sangat penting dalam analisis hukum adalah keyakinan bank syariah bahwa setelah memberikan pembiayaan, maka legalitasnya kuat, sehingga bank aman bila terjadi resiko. Pada saat terjadi sengketa atas pembiayaan, maka bank syariah dappat memenangkan sengketa.

2) Analisis Aspek Teknis, merupakan analisis yang dilakukan bank syariah dengan tujuan untuk mengetahui fisik dan lingkungan usaha perusahaan calon nasabah serta proses produksi. Dengan menganalisis aspek teknis bank syariah dapat menyimpulkan apakah calon nasabah menjalankan aktivitas produksinya scara efisien.

(12)

4) Analisis Aspek Keuangan, analisis ini diperlukan oleh bank untuk mengetahui kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajibanyanya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.

5) Analisis Aspek Sosial-Ekonomi, meliputi dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan, pengaruh perusahaan terhadap lapangan pekerjaan, pengaruh perusahan terhadap pendapatan Negara, dan debitur melakukan kegiatan yang tidak bertentangan dengan kondisi lingkungan sekitar.

6) Analisis Aspek Pemasaran, bank syariah dapat mengetahui sejauh mana produk yang dihasilkan oleh calon debitur diterima oleh pasar dan berapa lama produknya dapat bertahan dan bersaing dipasar (Ismail,2011).

c. Jenis-jenis pembiayaan. 1) Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan Murabahah adalah transakasi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntunganya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebgai pembeli. Harga jual adalah harag beli bank dari pemassok ditambah dengan keuntungan (margin) (A.karim, 2014). Landasan syariah pembiayaan Murabahah. :

ضاَرَت ْنَع ًةَراَجِت َنوُكَت ْنَأ َّلَِإ ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكْأَت َلَ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي ْمُكْنِم

ُتْقَت َلََو ْمُكَََُُْْأ اوُل َّنِإ

اًميِحَر ْمُكِب َناَك َ َّاللَّ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

(13)

membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”

(Q.S. An-Nisa:29).

Kemudian dalam surat Al Baqarah ayat 257 juga dikatakan bahwa “Allah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” . Dalam suatu riwayat ketika

Rasulallah ditanya oleh sahabat tentang usaha yang paling utama, kemudian beliau bersabda : seseorang yang bekerja dengan tanganya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (HR. Ahmad). Maksud mabrur dalam hadist tersebut ialah jual beli yang terhindar dari sesuatu yang dapat merusak keridhaan. Karena Rasulallah SAW bbersabda : “jual beli harus dipastikan saling meridhai” (HR. Baihaqi dan Ibnu Majah). Akad jual beli disyariatkan oleh Allah untuk kemudahan bagi para hambaNya dalam mencari rezeki sebagai sumber penghidupan (Burhanuddin.S, 2009).

(14)

b) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c) Kontrak harus bebas dari riba.

d) Kontrak harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian

e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secraa hutang.

Secara prinsip jika syarat a), d) atau e) tidak dipenuhi, maka pembeli memiliki pilihan:

a) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya

b) Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yanag dijual

c) Membatalkan kontrak (Antonio, 1999).

Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No. 04/DSN- MUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum mengenai murabahah, yaitu sebagai berikut:

a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari’at Islam. c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasinya.

d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

(15)

f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang kepada pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank (Anshori,2009).

Menurut Jumuhur Ulama Rukun Murabahah / Jual beli itu ada 4 yaitu: a) Orang yang berakad (penjual dan pembeli)

b) Sighat (lafal ijab dan kabul) c) Ada barang yang dibeli

d) Ada nilai tukar pengganti barang (Novita,dkk.2014) 2. Pembiayaan Musyarakah.

(16)

proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dahulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura (mucthar dkk, 2016).

Investasi oleh islam dipandang sebagai wahana untuk meningkatkan kesejahterhan umat. investasi mampu mengeliminir adanya penumpukan aset finansial yang tidak berputar. Investasi ini sendiri telah menghindarkan terjadinya tindakan pentabdziran (wasting) atas sumberdaya finansial. Hal ini demikian dengan adanya investasi, maka sumber daya finansial yang ada telah bisa dimobilisasi dan dimanfaatkan. Musyarakah merupakan pola investasi langsung pada sektor rill. Hal ini berarti bahwa pembiayaan syariah dapat menjadi soluti alternatif bagi UMKM untuk mendapatkan akses permodalan (Jubaedah dan Destiana, 2015). Landasan syariah pembiayaan musyarakah sebagai berikut :

ىَلَع ْمُهُضْعَب يِغْبَيَل ِءاَطَلُخْلا َنِم اًريِثَك َّنِإَو َعَو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّلَِإ ضْعَب

ْمُه اَم ٌليِلَقَو ِتاَحِلاَّصلا اوُلِم

"…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu

sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang yang

beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini…." (QS.

Shaad:24). Hadis riwayat Abu Daud dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Allah swt. berfirman: ‘Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang

(17)

salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh al- Hakim, dari Abu Hurairah).

Dalam pembiayaan Musyarakah terdapat Bentuk- bentuk kerjasama (Syirkah) terbagi dalam beberapa golongan:

a. Syirkah Al- inan, Penggabungan harta atau modal dua orang atau lebih yang tidak harus sama jumlahnya dan keuntunganya dibagi secara proposional dengan jumlah modal masing-masing atau sesuai dengan kesepakatan. b. Syirkah Al Mufawadhah, Perserikatan yang modal semua pihak dan bentuk

kerjasama dilakukan baik kualitas dan kuantitasnya harus dama dan keuntungan dibagi bersama.

c. Syirkah al abdan/al amal, Yaitu perserikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya dibagi bersama.

d. Syirkah Al Wujuh, yaitu perserikatan tanoa modal.

e. Syirkah Al Mudharabah, Yaitu bentuk kerjasama antara pemilik modal dan seseorang yang punya keahlian dagang dan keuntungan perdagangan dari modal itu dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama (Muhamad, 2016).

Pembiayaan Musyarakah telah diatur dalam Fatwa DSN No.08/DSN-MUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut dijelaskan tentang syarat dan rukunya pembiayaan musyarakah, sebagai berikut:

(18)

1) Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad).

2) Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak.

3) Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern seperti melalui media 4) kerja sebagai wakil.

5) Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis normal.

6) Setiap mitra memberi telepon atau internet.

b. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum, dan memperhatikan hal-hal berikut:

1) Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. 2) Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra

melaksanakan wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.

3) Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.

c. Objek akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian) 1) Modal.

(19)

properti, dan sebagainya. Jika modal berbentuk aset, harus terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra.

b) Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan.

c) Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan.

2) Kerja.

a) Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan musyarakah; akan tetapi, kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat. Seorang mitra boleh melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.

b) Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama pribadi dan wakil dari mitranya. Kedudukan masing-masing dalam organisasi kerja harus dijelaskan dalam kontrak.

3) Keuntungan.

(20)

b) Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang ditetapkan bagi seorang mitra.

c) Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya. d) Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam

akad. 4) Kerugian.

(21)

B. Hasil Penelitian Terdahulu.

Tabel 2.2

Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun) Judul Artikel dan Jurnal Variabel Hasil 1 Linda Novita, M.

Kholil Nawawi dan Hilman hakiem Vol. 5 No. 2 Tahun 2014

ISSN : 2087-2178

Pengaruh Pembiayaan Murabahah Terhadap Perkembangan Umkm Di Kecamatan Leuwiliang (Studi Kasus Bprs Amanah Ummah)

X1 : Pembiayaan Murabahah.

Y : Perkembangan UMKM

Pembiayann murabahah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan UMKM

2 Siti Jubaedah dan Rina Destiana. Jurnal Logika Vol. XV, No.3 Desember Tahun 2015.

ISSN: 1978-2560

Implikasi pembiayaan syariah terhadap usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di kabupaten Cirebon.

X1: Pembiayaan Syariah (Mudharabah dan Musyarakah) Y : Aset, omset dan

laba UMKM

(perkembangan UMKM)

Pembiayaan syariah (Mudharabah dan Musyarakah) berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan UMKM.

(22)

Nurul Qomar Vol. 7 No.2 Tahun 2015

ISSN : 2303-1573 E-ISSN : 2527-3876

Murȃbah̟ah dan Musyarakah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro di BMT Gunung Jati

Murabahah.

X2 : Pembiayaan Musyarakah.

Y : Perkembangan Usaha Mikro

dan signifikan terhadap perkembangan usaha mikro.

Pembiayaan Musyarakah tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap perkembangan usaha mikro.

4 Muhammad Andi Prayogi dan Lukman Hakim Siregar

Vol. 17, No.2 Tahun 2017

ISSN : 2598-0157

Pengaruh pembiayaan mikro syariah terhadap tingkat perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

X : pembiayaan Mikro Syariah

Y : Tingkat

Perkembangan Usaha UMKM)

Pembiayaan mikro syaria berpengaruh signifikan terhadap tingkat perkembangan usaha UMKM.

5 U.Syarifudin, Mariana Jurnal al amwal Vol.9 No.2 Tahun 2017

Pengaruh Pembiayaan Musyarakah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro dan Peningkatan Pendapatan Nasabah

X : Pembiayaan Musyarakah.

Y1 : Perkembangan usaha mikro

Y2 : Peningkatan pendapatan Nasabah.

Pembiayaan Musyarakah berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha mikro.

(23)

ISSN : 2303-1573 6 Rohmah niah & Sri

Herianingrum

Jurnal Jebis

Vol. 1 No. 1 Juni Tahun 2015

p-ISSN : 2442-6563 e-ISSN : 2527-3027

Efektivitas Pembiayaan

Mudharabah Dalam

Meningkatkan Kinerja Umkm (Studi Kasus Pada Bmt Nurul Jannah Gresik)

X : Pembiayaan Mudharabah.

Y : Kinerja UMKM

pembiayaan mudharabah yang diberikan oleh BMT Nurul Jannah Gresik sangat efektif dalam meningkatkan kinerja UMKM yang telah menjadi nasabahnya. Selain itu pembiayaan mudharabah yang diberikan BMT Nurul Jannah membantu para UMKM dalam memenuhi kebutuhan lainnya tanpa mengesampingkan prinsip kepercayaan dan amanah yang mereka terima.

7 Anggraeni dkk Jurnal al Muzara’ah

Vol.1 No.1 Tahun 2013

p-ISSN : 2337-6333 e-ISSN : 2615-7459

Akses UMKM Terhadap Pembiayaan Mikro Syariah dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Usaha : Kasus BMT Tadbiirul Ummah, Kabupaten Bogor

X : Akses UMKM

Y1: Pembiayaan Mikro Syariah

Y2: Perkembangan Usaha

Pembiayaan mikro syariah dari BMT berdampak positif terhadap perkembangan UMKM.

8 Nurwahida dkk

Jurnal Ilmiah Riset

Pengaruh Pembiayaan Mikro Dengan Akad Murabahah Terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah

X : Pembiayaan Mikro (Murabahah)

(24)

Manajemen

Vol.7 No.15 Tahun Agustus 2018

(Umkm) Pada Bank Bri

Syariah Kc Denpasar-Bali Y: Perkembangan UMKM.

(UMKM)

9 Nikmah, dkk

e-jurnal Ekonomi dan Bisnis

Vol. 1 No. 1 Tahun Maret 2014

ISSN : 2355-4665

Analisis Implikasi Pembiayaan Syariah pada Pedagang Kecil di Pasar Tanjung Jember

X : Pembiayaan Syariah (Mudharabah dan Musyarakah) Y : Pedagang Kecil

Pedagang kecil yang telah mendapat pembiayaan (Mudharabah dan Musyarakah) mengalami peningkatan asset, omset dan laba penjualan dari minggu pertama hingga minggu keempat dengan peningklatan kinerja yang cukup baik.

10. Tunas dkk

Jurnal Al

Muzara’ah

Vol.2 No.1 Tahun 2014

Analisis Pengaruh

Pembiayaan Syariah terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Depok

X : Pembiayaan Syariah

Y : Perkembangan UMKM

Pembiayaan mikro syariah berpengaruh positif terhadap perkembangan usaha UMKM yang dilihat dari perkembangan omset dengan peningkatan omset usaha sebesar 115 juta rupiah atau 30.31%.

11 Henry M. Bwisa International

Journal of

Effects of Microfinance Lending on Business Performance: A survey of Micro and Small Enterprises

X : Pinjaman Keuangan Mikro Y : Kinerja Bisnis

(25)

Academic Research in Buissness and Social Sciences

Vol.3 , No. 7 July 2013

ISSN: 2222-6990

in Kitale Municipality, Kenya UMK

12 Anne Ngima

Kinuya

IOSR Journal of Business and Management

Vol. 16, Issue 1. Ver.IV Januari tahun 2014

ISSN: 2319-7668

Factors Affecting the Performance of Small and Medium Enterprise in the Jua Kali Sector in Nakuru Town, Kenya.

X : Faktor-faktor (Pembiayaan,

Manajemen usaha dan Lingkungan Usaha) Y: Kinerja UKM

Akses UKM untuk pembiayaan memiliki potensi mempengaruhi secara positif terhadap kinerja UKM. Namun akses pembiayaan belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk keuntungan UKM di wilayah studi.

(26)

C. Kerangka Pemikiran.

1. Pengaruh pembiayaan Murabahah terhadap perkembangan UMKM.

Berdasarkan Penelitian Widagdo dan Qomar (2015) hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel pembiayaan murȃbah̟ah berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan usaha mikro. Penilitian yang dilakukan novita, dkk (2014) menunjukan bahwa Pembiayann murabahah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan UMKM. Kemudian penelitian dari Nurwahida dkk (2018) menunjukan bahwa Pembiayaan Mikro dengan akad murabahah Berpengaruh Positif dan Signifikan terhadap Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

(27)

lebih mengetahui apakah musyarakah berpengaruh terhadap perkembangan UMKM atau tidak.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Dari kerangka pemikiran diatas, maka terdapat dua hipotesis yang akan diuji pada penelitian:

H1 : pembiayaan Murabahah BPRS berpengaruh terhadap perkembangan UMKM Nasabah PT BPRS Khasanah Ummat purwokerto.

H2 : pembiayaan Musyarakah BPRS berpengaruh terhadap perkembangan UMKM Nasabah PT BPRS Khasanah Ummat purwokerto.

perkembangan UMKM (Y)

Murabahah (X1)

H2 Musyarakah (X2)

Gambar

Tabel 2.1  Kriteria UMKM
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Aspergillus oryzae, Aspergillus flavus 6). Dalam penelitian ini digunakan Bacillus megaterium DSM 319 sebagai penghasil enzim protease. Bakteri Bacillus megaterium DSM

4 kegiatan dalam kegiatan dalam Survei Survei Tanah Tanah menurut USDA (1993.. menurut

Akan tetapi, hal tersebut sulit untuk dilaksanakan karena dana yang telah terkumpul menjadi satu di Regional Manager nantinya langsung diolah dan dibelanjakan untuk program

Skripsi yang berjudul “Metode Dakwah Dalam Membina Akhlak (Studi Pada UKM Seni Budaya eSA UIN ALAUDDIN) yang disusun oleh Muh.Nasril Saiful, NIM: 50400114109,

Namun, jika dilakukan perbandingan dengan hasil penelitian Tarmudji (2004) yang menggunakan tanaman pare ( Momordica charantia ) dapat diduga bahwa senyawa yang

Berdasarkan grafik hubungan antara arus (Id) dan tegangan (Vd) pada dioda avalance, untuk bias maju kurva yang dihasilkan sangat berimpit di setiap perubahan

(GPS receiver ) diperlukan untuk menerima dan memroses sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, waktu maupun.. parameter

Berikut adalah hasil analisa dari program berbasis FEM didapatkan besarnya maximum stress yang terjadi pada side ramp door untuk setiap kodisi pembebanan,