• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi formula gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya (Carica folium) : tinjauan terhadap gliserol dan propilen glikol sebagai humektan menggunakan metode simplex lattice design - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Optimasi formula gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya (Carica folium) : tinjauan terhadap gliserol dan propilen glikol sebagai humektan menggunakan metode simplex lattice design - USD Repository"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i

OPTIMASI FORMULA GELANTIACNE

EKSTRAK ETANOL-AIR DAUN PEPAYA (Carica folium): TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN PROPILEN GLIKOL

SEBAGAI HUMEKTAN MENGGUNAKAN METODESIMPLEX LATTICE DESIGN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh : Martina Suci Ariningsih

NIM : 058114038

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

OPTIMASI FORMULA GELANTIACNE

EKSTRAK ETANOL-AIR DAUN PEPAYA (Carica folium): TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN PROPILEN GLIKOL

SEBAGAI HUMEKTAN MENGGUNAKAN METODESIMPLEX LATTICE DESIGN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Diajukan oleh : Martina Suci Ariningsih

NIM : 058114038

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi

OPTIMASI FORMULA GELANTIACNE

EKSTRAK ETANOL-AIR DAUN PEPAYA (Carica folium): TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN PROPILEN GLIKOL

SEBAGAI HUMEKTAN MENGGUNAKAN METODESIMPLEX LATTICE DESIGN

Yang diajukan oleh: Martina Suci Ariningsih

NIM : 058114038

telah disetujui oleh

Pembimbing I

C.M. Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt. tanggal

Pembimbing II

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN Pengesahan Skripsi Berjudul

OPTIMASI FORMULA GELANTIACNE

EKSTRAK ETANOL-AIR DAUN PEPAYA (Carica folium): TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN PROPILEN GLIKOL

SEBAGAI HUMEKTAN MENGGUNAKAN METODESIMPLEX LATTICE DESIGN

Oleh:

Martina Suci Ariningsih NIM : 058114038

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Pada tanggal: 13 Januari 2010

Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Dekan

Rita Suhadi, M.Si., Apt.

Pembimbing : I. C.M. Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt. ... II. Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si. ... Panitia penguji :

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Jadilah mutiara di manapun kamu berada

(mama)

(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Penulis sungguh bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan pertolongan-Nya dalam pelaksanaan penelitian skripsi berjudul OPTIMASI FORMULA GEL ANTIACNE EKSTRAK ETANOL-AIR DAUN PEPAYA (Carica folium): TINJAUAN TERHADAP GLISEROL DAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI HUMEKTAN MENGGUNAKAN METODESIMPLEX LATTICE DESIGN dari awal sampai selesainya penelitian. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm) Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyelesaian penelitian ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Mama, Papa, Ita dan Puspa atas doa, dukungan dan semangat kepada penulis. 3. Christine Patramurti, M.Si., Apt., selaku Kepala Program Studi Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

4. C.M. Ratna Rini Nastiti, M. Pharm., Apt., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan kepercayaan penuh, bimbingan, pengarahan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

viii

6. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji atas masukan, kritik dan sarannya.

7. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas kritik, saran dan pengarahannya.

8. Lintang Ayuningtyas sebagai rekan kerja penulis yang telah bekerja bersama-sama dalam suka dan duka menjalani penelitian ini.

9. Segenap Staf Laboratorium: Pak Yuwono, Pak Musrifin, Pak Sigit, Pak Wagiran, Pak Agung, Pak Iswandi, Pak Otto, Pak Sarwanto, Pak Parlan, dan Pak Kunto atas bantuan dan kerjasamanya.

10. Margarita Khrisna Setiawati sebagai sahabat dekat yang telah memberi kritikan, saran, dukungan dan semangat kepada penulis.

11. Lusi atas ide-ide yang diberikan untuk kelancaran penelitian ini.

12. Imel, Puspit, Marlyne, dan Santi atas kebersamaan kita selama ini dan telah memberikan kritik, saran, serta bantuan sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

13. Flora atas bantuan yang diberikan untuk kelancaran penelitian ini.

14. Tami, Bambang, Shasha, Lina, dan Grace yang telah memberi semangat dan dukungan doa kepada penulis.

15. Ade, Rio, Ong, Omega, dan Vanny atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis melakukan penelitian di laboratorium.

(9)

ix

17. Teman-teman UKKA atas kebersamaan kita selama ini.

18. Seluruh mahasiswa angkatan 2005 atas perjuangan kita bersama.

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu untuk semua dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini banyak kesalahan dan kekurangan yang ditemukan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

(10)

x

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Desember 2009 Penulis

(11)

xi INTISARI

Ekstrak etanol-air daun pepaya (Carica folium) dapat digunakan sebagai antiacne karena mengandung karpain yang memiliki potensi antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis (Ardina, dkk, 2007). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi antibakteri gel antiacne terhadap S. epidermidis serta mendapatkan dan mengetahui rentang komposisi optimum gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya (Carica folium) berdasarkan sifat fisis dan stabilitas gel.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni menggunakan rancangan simplex lattice 2 komponen humektan yaitu gliserol dan propilen glikol. Tiap formula diuji dengan mengukur diameter zona hambat terhadap S. epidermidis, respon daya sebar, viskositas, dan uji stabilitas dengan mengukur pergeseran viskositas. Persamaan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis uji F dengan taraf kepercayaan 95%.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa gelantiacne ekstrak etanol-air daun pepaya memiliki potensi antibakteri terhadap S. epidermidis, serta berdasarkan pendekatan simplex lattice didapatkan dan diketahui rentang komposisi optimum gelantiacneyaitu 67% gliserol : 33% propilen glikol sampai dengan 3% gliserol : 97% propilen glikol.

(12)

xii ABSTRACT

Aqueous-ethanolic extract of Carica folium can be used as antiacne because it contained carpaine as antibacterial agent against Staphylococcus epidermidis (Ardina, dkk, 2007). The aims of this study were to observe antibacterial potential of antiacne gels against S. epidermidis, also to observe and to obtain the optimum composition range antiacne gels aqueous-ethanolic extract ofCarica foliumreviewed on physical properties and gels stability.

This experiment was designed by using two components simplex lattice design involving glycerol and propylene glycol as the factors. Each formula was tested for its zone of inhibition by observing againstS. epidermidis, spreadibility, viscosity, and stability (viscosity shift). The equations were analysed for their validity by using F test statistic analysis with the confident interval of 95%.

From the result, the antiacne gel showed antibacterial effect against S. epidermidis also based on simplex lattice design observed and obtained the optimal area of the composition which provide gel with good physical properties and stability can be obtained, which was the area of 67% glycerol : 33% propylene glycol until 3% glycerol : 97% propylene glycol.

(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...iii

HALAMAN PENGESAHAN...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENINGAN AKADEMIS ... vi

KATA PENGANTAR...vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

INTISARI... xii

ABSTRACT... xiii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN... xviiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Keaslian Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Manfaat Teoritis ... 4

(14)

xiv

E. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 6

A. Carica papayaLinn. ... 6

1. Keterangan botani ... 6

2. Deskripsi tanaman... 6

3. Kandungan kimia dan kegunaan ... 7

B. Ekstraksi... 8

C. Gel ... 9

D. Humektan ... 11

E. Acne... 13

F. Staphylococcus epidermidis... 14

1. Staphyloccus epidermidis... 14

2. Patogenitas ... 15

G. MetodeSimplex Lattice Design... 15

I. Landasan Teori... 16

J. Hipotesis... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18

B. Variabel Penelitian ... 18

C. Definisi Operasional... 19

D. Bahan dan Alat ... 21

E. Tata Cara Penelitian ... 22

(15)

xv

2. Pembuatan ekstrak ... 22

3. Optimasi pembuatan gelantiacne... 22

4. Penyiapan ekstrak daun pepaya ... 24

5. Pengujian potensi antibakteri sediaan gel antiacneekstrak daun pepaya dengan metode difusi secara sumuran ... 24

6. Uji sifat fisis formula gel... 27

F. Analisis Hasil ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Identifikasi Bahan ... 30

B. Pembuatan Ekstrak Etanol-Air (1:3) Daun Pepaya (Carica Folium) ... 30

C. Formulasi ... 32

D. Uji Potensi Antibakteri Gel Antiacne TerhadapStaphylococcus epidermidis... 33

E. Pengujian Sifat Fisik Gel ... 39

F. Pemilihan Variasi Humektan yang Optimal ... 45

G. Keterbatasan Penelitian... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN... 59

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula Standar Gel (Allen, Popovich, dan Ansel, 2005) ... 23 Tabel II. Modifikasi Formula Gel ... 23 Tabel III. FormulaSimplex Lattice Design... 23 Tabel IV. Hasil Uji Potensi Antibakteri Gel Antiacne Terhadap S.

epidermidis... 34 Tabel V. Hasil Verifikasi Uji Potensi Antibakteri Gel Antiacne Terhadap

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus Molekul Karpaina (Govindachari, 2002)... 8

Gambar 2. Rumus Molekul Carbopol (Anonim, 2001) ... 10

Gambar 3. Struktur Molekul Gliserol (Anonim, 1995) ... 12

Gambar 4. Struktur Propilen Glikol (Anonim, 1995) ... 12

Gambar 5. Uji Potensi Antibakteri Gel Antiacne Formula II Terhadap S. epidermidis... 35

Gambar 6. Verifikasi Uji Potensi Antibakteri Gel Antiacne Dalam Waktu Inkubasi 24 Jam (a) dan 48 Jam (b) TerhadapS. epidermidis... 36

Gambar 7. Grafik Pengaruh Variasi Humektan Terhadap Daya Sebar ... 41

Gambar 8. Grafik Pengaruh Variasi Humektan Terhadap Viskositas Awal... 43

Gambar 9. Grafik Pengaruh Variasi Humektan Terhadap Pergeseran Viskositas ... 45

Gambar 11. Grafik Viskositas Awal Dengan Variasi Gliserol Dan Propilen Glikol ... 47

Gambar 12. Grafik Pergeseran Viskositas Dengan Variasi Gliserol Dan Propilen Glikol ... 48

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan bobot ekstrak kental ... 59

Lampiran 2. Konversi kadar % b/v ekstrak kental dalam pelarut cair menjadi kadar % b/b ekstrak kental dalam sediaan gel... 59

Lampiran 3. PerhitunganSimplex Lattice Design... 60

Lampiran 4. Data zona hambat pada uji potensi antibakteri gel antiacne terhadapS. epidermidis... 63

Lampiran 5. Perhitungan ANOVA ... 65

Lampiran 6. Perhitungan variasi gliserol dan propilen glikol yang optimal ... 69

Lampiran 7. Perhitungan respon... 70

Lampiran 8. Sediaan gelantiacneformula I ... 73

Lampiran 9. Sediaan gelantiacneformula II ... 73

Lampiran 10. Sediaan gelantiacneformula III... 73

Lampiran 11. Sediaan gelantiacneformula IV... 74

Lampiran 12. Sediaan gelantiacneformula V... 74

Lampiran 13. Kontrol pertumbuhanS. epidermidis... 74

Lampiran 14. Uji potensi gel antiacne formula I terhadap S. epidermidis waktu inkubasi 48 jam ... 75

Lampiran 15. Uji potensi gel antiacne formula II terhadap S. epidermidis waktu inkubasi 48 jam ... 75

(19)

xix

Lampiran 17. Uji potensi gel antiacne formula IV terhadap S. epidermidis waktu inkubasi 48 jam ... 76 Lampiran 18. Uji potensi gel antiacne formula V terhadap S. epidermidis

waktu inkubasi 48 jam ... 76 Lampiran 19. Kontrol media pada verifikasi uji potensi antibakteri gel

antiacne... 76 Lampiran 20. Kontrol pertumbuhan pada verifikasi uji potensi antibakteri

gelantiacne... 77 Lampiran 21. Verifikasi uji potensi antibakteri gel antiacne dalam waktu

inkubasi 24 jam terhadapS. epidermidis... 77 Lampiran 22. Verifikasi uji potensi antibakteri gel antiacne dalam waktu

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acne vulgaris merupakan penyakit kulit dengan pembentukan lesi kulit padat atau mengandung nanah berwarna merah yang umum diderita oleh masyarakat (Newman, 2002; Leyden, 1997). Acne dapat terjadi karena peningkatan produksi sebum sehingga menyumbat folikel rambut yang mengandung kelenjar sebasea. Di dalam folikel ini, bakteri penyebab acne mengadakan reproduksi. Organisme ini beraksi pada sebum, mengeluarkan zat-zat kimia yang menyebabkan peradangan. Tubuh memberikan respon peradangan akut yang intensif. Akibatnya terbentuk lesi kulit padat, mengandung nanah, atau berbentuk benjolan (Price dan Wilson, 1995).

Ada bermacam-macam acne antara lain: acne vulgaris, acne sekunder, hidradenitis supurativa dan kelainan-kelainan acneformis, sedangkan acne yang paling khas adalahacnevulgaris (Price dan Wilson, 1995; Newman, 2002). Salah satu bakteri penyebab acne adalah Staphylococcus epidermidis, suatu bakteri aerob yang sering ditemukan pada kulit manusia (Kumar, Jayaveera, Kumar, Sanjay, Swamy, dan Kumar, 2007; Loveckova dan Havlikova, 2002).

Dalam penelitian ini dibuat sediaan antiacne menggunakan bahan aktif dari bahan alam yaitu daun pepaya (Carica folium). Penggunaan bahan alam didasarkan pada pendapat bahwa sediaan herba relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis sehingga bahan alam dan zat yang terkandung di dalamnya banyak

(21)

digunakan dalam sediaan kosmetika dan Cosmeceuticals (Sinambela, 2003; Tranggono, 2003). Ekstrak daun pepaya diketahui mengandung karpain (alkaloid). Berdasarkan penelitian Ardina, Tarini, Fidrianny, dan Singgih (2007), karpain (alkaloid) merupakan zat aktif yang memiliki potensi antibakteri dengan konsentrasi ekstrak 7% b/v.

Bentuk sediaan topikal antiacne yang dapat dibuat adalah cream, gel dan lotion. Kandungan minyak dalam cream menjadi masalah pada orang dengan produksi kelenjar sebasea berlebihan karena justru dapat merangsang timbulnya acne. Oleh karena itu perlu dikembangkan bentuk sediaan gel yang mempunyai viskositas optimal dan dapat dirancang sebagai sediaan hidrogel yang tidak berminyak (Susanti, 2008).

(22)

formulasi gel sebagai sediaan topikal yang memiliki sifat fisis yang nyaman dan mudah diaplikasikan yaitu memiliki daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas yang optimal (Garg, Aggarwal, Garg, Singla, 2002).

Pendekatan yang digunakan pada optimasi formula gel antiacne adalah penggunaan metode simplex lattice design dari 2 komponen yang diaplikasikan untuk menguji potensi antibakteri serta komposisi formula optimum campuran 2 humektan pada sediaan gel antiacne dan rentang komposisi optimum dilihat dari sifat fisis (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas). Metode simplex lattice design memberikan respon berupa rentang komposisi optimum dan persamaan pada formulasi gelantiacne yang dapat digunakan untuk memprediksi respon sifat fisis (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas) (Bolton, 1997).

B. Perumusan Masalah

1. Apakah gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya memiliki potensi antibakteri terhadapStaphylococcus epidermidis?

2. Apakah ada rentang komposisi optimum gel antiacneekstrak etanol-air daun pepaya berdasarkan sifat fisis dan stabilitas gel menggunakan metodesimplex lattice design?

(23)

C. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang optimasi formula gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya (Carica folium) tinjauan terhadap gliserol dan propilen glikol sebagai humektan dengan metode Simplex Lattice Designbelum pernah dilakukan.

Penelitian yang pernah dilakukan adalah optimasi formula gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya (Carica papaya Linn.) tinjauan terhadap Carbopol 934®, hydroxyprpyl methyl celuloce (HPMC) dan hydroxyprpyl celuloce low viscosity (HPC-LV) sebagai basis gel (Ardina, dkk, 2007) dan Optimasi Gliserol dan Propilenglikol Sebagai Humectantdalam Gel AntiacneEkstrak Daun Pepaya (Carica Folium) dengan MetodeFactorial Design(Ayuningtyas, 2009).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi bagi perkembangan ilmu kefarmasian mengenai penggunaan bahan alam yaitu daun pepaya dalam sediaan antiacne serta mengetahui area komposisi optimum gliserol dan propilen glikol sebagai humektan dilihat dari sifat fisis dan stabilitas gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya

2. Manfaat Praktis

(24)

E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui potensi antibakteri gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya terhadapStaphylococcus epidermidis.

2. Mengetahui rentang komposisi formula optimum gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya berdasarkan sifat fisis dan stabilitas gel menggunakan metode simplex lattice design.

(25)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Carica papayaLinn.

1. Keterangan botani

Carica papayatermasuk dalam famili: Caricaceae, genus: Carica, dan species: Carica papaya Linn.. Nama-nama daerah yang biasa digunakan: Sumatera: kabaela, peute, pertek, pastela, ralempaya, betik, embetik, botik, bala, sikaiolo, betis, kates, kepaya, kustela, batiek, kelilih, pisang katuka, gedang, punti kayu; Jawa: gedang, katela gantung, kates; Nusatenggara: gedang, kates, kampaja, panja, kalu jawa, padu; Kalimantan: bau medung, pisang malaka, buah dong, mejan; Maluku: tapaya, kapaya, tele, palaki, kapi; Irian: sempiean (Anonim, 2008e).

2. Deskripsi tanaman

Pepaya merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 sampai 10 meter dengan akar yang kuat. Batang bulat, berongga, tidak berkayu, terdapat tonjolan bekas tangkai daun yang sudah rontok. Daun menjari dan terkumpul di ujung batang (Anonim, 2008e). Helaian daunnya menyerupai telapak tangan manusia. Apabila daun pepaya tersebut dilipat menjadi dua bagian persis di tengah, akan nampak bahwa daun pepaya tersebut simetris (Anonim, 2008g). Buah berbentuk bulat hingga memanjang tergantung jenisnya. Buah muda berwarna hijau dan buah

(26)

tua kekuningan atau jingga, berongga besar di bagian tengahnya, tangkai buah pendek. Biji berwarna hitam dan diselimuti lapisan tipis (Anonim, 2008e).

3. Kandungan kimia dan kegunaan

Daun mengandung enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo karpaina, glikosid, karpoid, karposid, saponin (Anonim, 2008e), dehydrocarpaine, flavonoid, benzilglukosinolat, dan tanin (Anonim, 2008d). Buah mengandung beta karoten, pektin, d-galaktosa, l-arabinosa, papain, papayatimin papain, vitokinose. Biji mengandung glucoside, cacirin, karpain. Getah mengandung papain, kemokarpain, lisosim, lipase, glutamin, siklotransferase (Anonim, 2008e).

Daun pepaya memiliki kegunaan untuk mengobati cystitis, rematik, gangguan pencernaan (Anonim, 2008f), meningkatkan nafsu makan, mengobati penyakit malaria, panas, beri-beri, kejang perut (Anonim, 2008h), mencegah gangguan ginjal, sakit kandung kemih, tekanan darah tinggi, gangguan haid, obat demam berdarah (Anonim, 2008i), mengobati asma (Anonim, 2008j) danacne(Ardina, dkk, 2007).

(27)

menghambat kinerja beberapa mikrobia yang mengganggu fungsi pencernaan, dan efektif untuk menekan penyebab virus (Handita, 2006). Karpain memiliki potensi antibakteri dengan konsentrasi 7% b/v (Ardina, dkk, 2007).

H

Gambar 1. Rumus Molekul Karpaina (Govindachari, 2002)

B. Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dalam pelarut cair (Anonim, 1986). Pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat berdasarkan kelarutan dari senyawa aktif yang dikandung simplisia. Salah satu metode ekstraksi yang sering digunakan adalah maserasi.

(28)

proses maserasi adalah 6 sampai 24 jam. Kelebihan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana. Kekurangannya adalah pengerjaannya lama dan reprodusibilitasnya kurang sempurna (Anonim, 1986).

Alkaloid dalam bentuk garam sangat larut dalam air, sedangkan alkaloid dalam bentuk basa terlarut pada pelarut organik, tetapi alkaloid basa yang berbentuk pseudoalkaloida dan protoalkaloida terlarut pada air. Alkaloid di alam kebanyakan berbentuk padatan kristal (Putra, 2008), maka untuk mengekstrak suatu senyawa harus melihat kelarutannya (Anonim, 1986) sehingga digunakan etanol-air (1:3) (Ardina, dkk., 2007).

C. Gel

Gel merupakan bentuk sediaan semisolid yang mengandung larutan bahan aktif tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik atau hidrofobik. Gel merupakan sistem dispersi yang minimal terdiri dari 2 fase yaitu sebuah fase padat dan sebuah fase cair (gel liofil) (Voigt, 1994). Menurut Allen dan Loyd (2002) konsentrasi dari gelling agentkurang dari 10%, biasanya dalam rentang 0.5 % sampai 2 %. Gel dapat digunakan secara oral, topikal, intranasal, vaginal, dan rektal. Hidrogel adalah sediaan semisolid yang mengandung material polimer yang mempunyai kemampuan untuk mengembang dalam air tanpa larut dan bisa menyimpan air dalam strukturnya.

(29)

pandang yang elastis dengan daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori kulit dan mudah dicuci dengan air. Pelepasan bahan obatnya sangat bagus sehingga bahan obat dapat dilepaskan dalam waktu lebih pendek (Voigt, 1994).

Carbopol 940®didispersikan ke dalam air membentuk larutan asam yang keruh. Jika larutan tersebut memiliki pH kurang dari 5 maka dinaikkan menjadi pH 5-10 dengan basa kuat seperti sodium hidroksida, trietanolamin, atau dengan basa inorganik lemah seperti amonium hidroksida akan terjadi peningkatan konsistensi (pembentukan gel) pada pH 5-10 (Barry,1983). Ketika ditambahkan air, maka memungkinkan tumbuhnya fungi dan mikrobia yang lainnya. Ketika diformulasikan dengan sistem berair, 0,1% metilparaben atau propilparaben dapat ditambahkan sebagai agen pengawet.

Carbopol 940® merupakan carbopol yang paling efisien dibandingkan dari semua resin carbopol yang ada dan memiliki sifat non-drip. Carbopol 940® memiliki kekentalan 40.000-60.000 cP, memiliki efisiensi membentuk gel dengan viskositas tinggi dan memiliki kejernihan sangat baik (Allen dan Loyd, 2002). Carbopol 940® larut dalam air, alkohol, dan gliserin serta akan membentuk gel yang jernih dan stabil. Pada larutan asam (pH 3,5-4,0) dispersi carbopol 940® menunjukkan viskositas yang rendah hingga medium dan pada pH 5 – 10 akan menunjukkan viskositas yang optimal. Pada pH di atas 10, struktur gel rusak dan viskositas menurun (Anonim, 2001).

H2 C HC

COOH n

(30)

Pada kondisi asam, sebagian gugus karboksil pada rantai polimer akan membentuk gulungan. Penambahan basa akan memutuskan gugus karboksil dan akan meningkatkan muatan negatif sehingga timbul gaya tolak menolak elektrostatis yang akan membuatnya menjadi gel yang rigid (kaku) dan mengembang. Penambahan basa yang berlebihan membuat gel menjadi encer karena kation-kation melindungi gugus-gugus karboksil juga mengurangi gaya tolak-menolak elektrostatis (Barry, 1983).

D. Humektan

Humektan dalam formula mencegah kehilangan air dan menghindari penyusutan produk karena evaporasi. Humektan dalam formula dimaksudkan meningkatkan kenyamanan penggunaan produk pada kulit dan melembutkan kulit (Nairn, 1997). Dalam kelembaban yang tinggi, humektan dapat menarik air dari lingkungan sehingga stratum korneum tidak kekurangan air dan memiliki fungsi biologis yang baik, selain itu kulit menjadi tidak kering (Rawlings, Harding, Watkinson, Chandar, dan Scott, 2002).

1. Gliserol

(31)

digunakan (Sari dkk, 2005). Humektan ini digunakan pada formulasi karena gliserol stabil secara kimiawi ketika dicampur dengan propilen glikol (Loden, 2001).

HO OH

OH

Gambar 3. Struktur Molekul Gliserol (Anonim, 1995)

2. Propilen glikol

Propilen glikol biasa digunakan sebagai humektan (Bombeli, 2009). Propilen glikol bersifat jernih, tidak berwarna, kental, berasa manis, dan tidak berbau (Loden, 2001). Propilene glikol memiliki kelengketan yang lebih rendah daripada gliserol (Bombeli, 2009). Propilen glikol stabil secara kimia ketika dicampur dengan gliserol, air atau alkohol. Bahan ini secara luas digunakan dalam pembuatan kosmetik dan bahan-bahan farmasetikal sebagai pelarut dan pembawa terutama untuk bahan-bahan yang tidak larut dengan air (Loden, 2001). Produk topikal mengandung 5 sampai 80% propilen glikol (Smolinske, 1992).

HO

OH

(32)

E. Acne

Acne adalah pembengkakan folikel sebaseus, yang berada pada wajah, punggung, dada dan lengan atas (Price dan Wilson, 1995). Pengertian acne yang lain adalah penyakit peradangan pada kulit dengan pembentukan erupsi papula atau pustula.Acneyang paling khas adalahacne vulgaris(Newman, 2002).

Patogenesis acne dapat terjadi karena androgen (biasanya dalam kadar yang normal) merangsang peningkatan produksi sebum. Folikel rambut yang terutama mengandung kelenjar sebasea besar (pada wajah, leher, dada, dan punggung) menjadi tersumbat karena hiperkeratosis. Hal ini menimbulkan komedo tertutup. Di dalam folikel ini, bakteri penyebab acne mengadakan reproduksi. Organisme ini beraksi pada sebum, mengeluarkan zat-zat kimia yang menyebabkan peradangan. Zat-zat kimia tersebut bocor ke dermis di sekitarnya. Tubuh memberikan respon peradangan akut yang intensif. Akibatnya terbentuk papula, pustula, atau nodula (Price dan Wilson, 1995).

Pengobatan dapat membantu mengatur penyembuhan acne. Beberapa pengobatan telah tersedia. Pengobatan tergantung pada tipe acne yang diderita. Pengobatan tersebut dengan cara:

1. Membuka sumbatan pori-pori kulit dan menghentikannya dari sumbatan minyak (biasanya menggunakan tretinoid).

2. Membunuh bakteri penyebabacne(biasanya menggunakan antibiotik). 3. Mengurangi jumlah minyak kulit (biasanya menggunakan isotretinoin).

(33)

Sediaan gel antiacnemerupakan antibakteri topikal yang dapat membantu penyembuhan acne vulgaris dan acne rosacea. Hal paling penting yang perlu diperhatikan bahwa acne tidak muncul dari permukaan kulit, acne muncul dari dalam tubuh dalam bentuk radang, dan ini diperparah oleh bakteri. Oleh karena itu, acne harus diobati dari luar untuk menyembuhkan penyakit acne itu sendiri yang telah muncul. Acne harus diobati dengan pengobatan oral dan topikal, dan beberapa produk perawatan kulit mengenai acne sekarang telah tersedia dalam bentuk pengobatan internal dan eksternal (Anonim, 2008a).

F. Staphylococcus epidermidis

1. Staphyloccus epidermidis

Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri penyebab acne yang memegang peranan penting pada patogenesis acne. Bakteri S. epidermidis merupakan bakteri aerob yang sering ditemukan pada kulit manusia. S. epidermidis merupakan bakteri mikroflora yang tumbuh pada lapisan kutan dalam kulit (Kumaret al, 2007; Loveckova dan Havlikova, 2002).

(34)

dan deoksiribonuklease yang merupakan manifestasi inflamasi pada acne karena terjadi penutupan substansi pada prostaglandin.

2. Patogenitas

Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh S. epidermidis berupa infeksi yang terjadi pada rumah sakit akibat penggunaan peralatan rumah sakit (Anonim, 2008c), toxic shock, scalded skin syndromes, endocarditis, dan pneumoniayang bersifat kronis (Otto, 1993).

G. MetodeSimplex Lattice Design

Metode Simplex Lattice Design adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan formula optimum dari suatu campuran (Bolton, 1997). Pendekatan dalam metodeSimplex Lattice Designmenghasilkan persamaan sebagai berikut:

Y =β1(X1) +β2(X2) +β12(X1)(X2)

Y = respon atau hasil penelitian β1 = kadar proporsi komponen 1

β2 = kadar proporsi komponen 2

β12 = kadar proporsi interaksi komponen 1 dan 2

X1 = komponen 1

X2 = komponen 2

Persamaan tersebut memerlukan 3 formula. Ketiga formula tersebut adalah F I menggunakan 100% komponen β1, F II menggunakan 100% komponen β2, F III

(35)

Dalam pelaksanaan penelitian dengansimplex lattice designdapat dibuat formulasi dengan kombinasi yang berbeda dari bahan tambahan. Kombinasi tersebut dapat digunakan untuk memprediksi respon dalam simplex space secara mudah dan efisien (Bolton, 1997).

Suatu formula merupakan campuran yang terdiri dari obat dan eksipien. Setiap perubahan fraksi dari salah satu komponen dalam campuran akan merubah sedikitnya satu atau bahkan lebih fraksi eksipien lain. Jika Xi adalah fraksi dari

komponen i dalam campuran maka:

0Xi1 i = 1, 2, …. , q (1)

Campuran akan mengandung sedikitnya satu komponen dan jumlah fraksi semua komponen adalah seragam, ini berarti :

X1+ X2+ …… + Xq= 1 (2)

Kombinasi untuk memprediksi respon optimum digunakan contour plot. Contour plotmerupakan grafik yang menunjukkan hubungan yang terdiri atas dua atau tiga variabel dalam bentuk dua dimensi. Variabel tersebut yaitu sumbu X dan Y, dan variabel yang ketiga adalah Z (Anonim, 1999).

I. Landasan Teori

(36)

Bentuk sediaan topikal antiacne yang dibuat adalah gel karena bentuk sediaan gel mempunyai viskositas cukup dan dapat dirancang sebagai sediaan hidrogel yang tidak berminyak dan mudah untuk dibersihkan. Sediaan topikal yang dibuat harus memiliki sifat fisis yang nyaman dan mudah untuk diaplikasikan, salah satunya yaitu memiliki daya sebar yang baik sehingga digunakan humektan. Humektan memiliki peranan penting dalam formula karena humektan mempengaruhi penyerapan lembab dari lingkungan, daya sebar dan stabilitas sediaan. Humektan ditambahkan ke dalam sediaan gel untuk memperbaiki kosnsistensi sediaan karena dapat mempengaruhi pelepasan zat aktif dari basis sehingga berpengaruh terhadap efektifitasnya.

Pendekatan yang digunakan pada optimasi formula gel antiacne adalah penggunaan metode simplex lattice design dari 2 komponen yang diaplikasikan untuk menguji potensi antibakteri serta komposisi formula optimum campuran 2 humektan pada sediaan gel antiacne dan rentang komposisi optimum dilihat dari sifat fisis (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas) (Bolton, 1997).

J. Hipotesis

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental menggunakan rancangan metode simplex lattice design 2 komponen yaitu gliserol dan propilen glikol untuk menghasilkan formula optimum gel antiacne. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Formulasi, Laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Komposisi humektan gliserol dan propilen glikol masing-masing formula.

2. Variabel tergantung:

Potensi antibakteri yang dilihat dengan diameter zona hambat, sifat fisis gel (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas gel pada penyimpanan 1 bulan (pergeseran viskositas).

3. Variabel pengacau terkendali:

Lama pengadukan (selama 5 menit), kecepatan pengadukan (200 rpm), kondisi wadah penyimpanan, metode pembuatan ekstrak dan sediaan, dan

(38)

jumlah bahan gel selain humektan sebanyak 52 gram (trietanolamin, natrium metabisulfit, metil paraben, dan aquadest), kepadatan populasi sel S. epidermidisyang digunakan untuk uji potensi zona hambat.

4. Variabel pengacau tak terkendali:

Suhu penyimpanan, kelembaban ruangan, dan pH gelantiacne.

C. Definisi Operasional

1. Ekstrak daun pepaya adalah hasil penyarian simplisia berupa serbuk daun pepaya yang telah dimaserasi menggunakan etanol-air (1:3) dan diuapkan penyarinya menggunakan rotavapor sehingga menjadi ekstrak kental.

2. Gel antiacne adalah sediaan semi solid antiacne yang mengandung ekstrak etanol-air (1:3) daun pepaya (Carica folium.) dengan konsentrasi 20,28 g % b/b, yang dibuat sesuai metode pembuatan dalam penelitian ini.

3. Potensi antibakteri gelantiacne adalah kemampuan gelantiacneekstrak daun pepaya untuk menghambat pertumbuhan S. epidermidis yang ditunjukkan dengan diameter zona hambat setelah diinkubasikan selama 48 jam dibandingkan dengan kontrol negatif.

4. S. epidermidis adalah bakteri aerob yang sering ditemukan pada kulit manusia dan mampu menyebabkan acne yang memegang peranan penting pada patogenesisacne.

(39)

6. Carbopol 940® 5% b/b adalah bahan pembentuk sediaan gel yang akan membentuk matriks tiga dimensi.

7. Humektan adalah bahan yang membantu mempertahankan kelembaban pada permukaan kulit dengan cara menarik lembab dari lingkungan. Pada penelitian ini digunakan gliserol dan propilen glikol.

8. Sifat fisis adalah sifat gel yang dapat dilihat dan dapat diukur secara kuantitatif meliputi daya sebar, viskositas dan perubahan viskositas selama 1 bulan penyimpanan.

9. Daya sebar adalah kemampuan gel antiacne untuk dapat menyebar dengan rentang diameter penyebaran 3 - 5 cm.

10. Viskositas adalah kekentalan gel antiacne yang mempunyai nilai antara 100 -300 d Pa s.

11. Pergeseran viskositas adalah selisih viskositas gel antiacne setelah disimpan selama 1 bulan pada suhu kamar dengan viskositas setelah 48 jam pembuatan yang telah dirata-rata, dibandingkan dengan viskositas setelah 48 jam pembuatan. Pergeseran viskositas yang optimum dalam penelitian ditentukan sebesar≤10 %.

12. Komposisi formula optimum adalah rentang komposisi humektan yang menghasilkan gel antiacne dengan daya sebar 3–5 cm, viskositas 100 – 300 dPas, dan pergeseran viskositas≤10%.

(40)

14.Superimposed contour plotadalah area pertemuan yang memuat semua arsiran dalamcontour plotyang diprediksi sebagai variasi gliserol dan propilen glikol yang optimum.

D. Bahan dan Alat

1. Bahan:

Daun pepaya (Carica folium) diperoleh dari CV. Merapi Farma Herbal Yogyakarta, bakteri uji yaitu Staphylococcus epidermidis diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada, media yang digunakan untuk bakteri adalah media Natrium Agar (NA) dan Natrium Broth (NB), bahan penyari yaitu 96% etanol, gliserol (kualitas farmasetis), propilen glikol (kualitas farmasetis), carbopol 940® (kualitas farmasetis), triethanolamine (TEA), metil paraben (kualitas farmasetis), natrium metabisulfit, aquadest.

2. Alat:

(41)

E. Tata Cara Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

1. Identifikasi bahan

Bahan yang digunakan adalah serbuk daun pepaya yang diperoleh dari CV. Merapi Farma Herbal Yogyakarta. Identifikasi serbuk daun pepaya ditunjukkan dengan surat keterangan identifikasi dari CV Merapi Farma Herbal Yogyakarta (lampiran 22). Serbuk daun pepaya dilakukan uji pemerian berupa warna, bau, dan rasa.

2. Pembuatan ekstrak

Serbuk simplisia sebanyak 16,6 gram direndam dengan 200 mL pelarut etanol:air (1:3) kemudian dimaserasi di atasshaker160 rpm selama 24 jam. Ekstrak cair disaring menggunakan corong buchner dan dipisahkan. Ekstrak cair dipekatkan dengan diuapkan menggunakan rotavapor dengan tekanan 175 mBar hingga 30 g. Kemudian diuapkan di dalam oven pada suhu 40ºC sampai diperoleh bobot ekstrak kental 10 g.

3. Optimasi pembuatan gelAntiacne

a. Formula standar clear aqueous gel dengan dimetikon (Allen, Popovich, dan Ansel, 2005)

(42)

Tabel I. Formula Standar Gel (Allen, Popovich, dan Ansel, 2005)

Bahan Komposisi (%)

R/ Aquadest

b. Komposisi formula setelah dilakukan modifikasi untuk sediaan (100 gram) Tabel II. Modifikasi Formula Gel

Bahan Komposisi (g)

R/ Aquadest Carbopol 940® Triethanolamin Gliserol

Propilen glikol

Natrium metabisulfite Metil paraben

Zat aktif (ekstrak daun pepaya)

27,7

c. Rancangan formula simplex lattice design dengan komposisi gliserol dan propilen glikol yang berbeda

Tabel III. Formula Simplex Lattice Design

Formula I (g) II (g) III (g) IV (g) V (g) Gliserol

Propilen glikol Carbopol 940® Trietanolamin (TEA) Natrium metabisulfite Metil paraben

Aquadest

Ekstrak daun pepaya

48

d. Pembuatan sediaan gelantiacne

(43)

humektan dicampur menggunakan mixer dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit. Kemudian campuran carbopol 940®, campuran humektan dan ekstrak daun pepaya dicampur menggunakan mixer dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit. Langkah terakhir ditambahkan TEA pada campuran, dimixersampai terbentuk massa yang kental dan homogen.

4. Penyiapan ekstrak daun pepaya

Diambil 21 gram ekstrak daun pepaya secara aseptis kemudian dilarutkan menggunakan aquadest steril ad 100 ml sehingga didapatkan konsentrasi 21% b/v karena digunakan 3 kali Kadar Hambat Minimum (KHM).

5. Pengujian potensi antibakteri sediaan gel antiacne ekstrak daun pepaya dengan metode difusi secara sumuran

a. Pembuatan stok biakan bakteri uji

Diambil 1 ose bakteri uji Staphylococcus epidermidis yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada, diinokulasikan ke dalam 5 mL media agar miring, diinkubasikan selama 48 jam dengan suhu 37ºC. Stok siap digunakan.

b. Pembuatan suspensi bakteri uji

(44)

suspensi bakteri uji dan disetarakan kekeruhannya dengan larutan standar Mc Farland II (6.108CFU/mL).

c. Pembuatan kontrol

a) Pembuatan kontrol kontaminasi media

Dibuat media Nutrient Agar (NA) yaitu dengan mencampurkan serbuk NA sebanyak 1,4 gram dengan aquadest sebanyak 50 ml. Lalu disterilkan dengan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Larutan NA dituang ke dalam cawan petri dan ditunggu hingga memadat. Diinkubasi selama 48 jam dan diamati apakah ada kontaminasi di dalam cawan petri dan dibandingkan dengan media uji. b) Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji

Suspensi bakteri uji sebanyak 1 mL ditambahkan ke dalam media Nutrien Agar yang telah disterilkan dan dituang ke dalam cawan petri secarapour platting. Dibiarkan hingga memadat. Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 48 jam. Diamati pertumbuhan bakteri berdasarkan kekeruhannya dan dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri pada media uji.

d. Penanaman bakteri ke dalam media nutrient agar double layer secara pourplating

(45)

yang telah disterilkan. Dituang ke dalam cawan petri. Digoyangkan hingga merata dan dibiarkan hingga memadat.

e. Uji potensi antibakteri sediaan gel antiacneekstrak daun pepaya terhadap S. epidermidisdengan metode difusi secara sumuran

Uji potensi antibakteri dilakukan dengan difusi sumuran. Dengan cara dibuat sumuran berdiameter 8 mm sebanyak 5 lubang pada media Nutrient Agar yang telah diinokulasi bakteri secara pourplating. Sumuran dibuat sebagai tempat inokulasi sediaan gel antiacne dalam berbagai formula (formula I, II, III, IV, dan V). Lubang ke-1 digunakan untuk replikasi 1, lubang ke-2 digunakan untuk replikasi 2, lubang ke-3 digunakan untuk replikasi 3, lubang ke-4 digunakan untuk replikasi 4, lubang ke-5 digunakan untuk kontrol negatif. Sumuran diisi dengan seri formula gel antiacne sebanyak 0,05 gram dan sebagai kontrol negatif digunakan sediaan gel murni masing-masing formula sebanyak 0,04 gram. Setelah diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC dapat diketahui potensi antibakteri dengan mengamati terbentuknya zona hambat berupa zona jernih di sekitar sumuran. Pengukuran diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan penggaris.

f. Verifikasi uji potensi antibakteri sediaan gel antiacne terhadap S. epidermidisdengan metode difusi secara sumuran

(46)

tempat inokulasi sediaan gelantiacnedalam berbagai formula. Lubang ke-1 digunakan untuk formula II (75% gliserol : 25% propilen glikol), lubang ke-2 digunakan untuk kontrol negatif formula II, lubang ke-3 digunakan untuk formula IV (25% gliserol : 75% propilen glikol), lubang ke-4 digunakan untuk kontrol positif formula IV, lubang ke-5 digunakan untuk kontrol negatif. Sumuran diisi dengan seri formula gel antiacne sebanyak 0,05 gram, sebagai kontrol positif digunakan ekstrak daun pepaya 21% b/v sebanyak 50 μL dan kontrol negatif digunakan sediaan gel murni masing-masing formula sebanyak 0,04 gram. Setelah diinkubasi selama 24 jam dan 48 jam pada suhu 37ºC dapat diketahui potensi antibakteri dengan mengamati terbentuknya zona hambat berupa zona jernih di sekitar sumuran. Pengukuran diameter zona hambat dilakukan dengan menggunakan penggaris.

6. Uji Sifat Fisis Formula Gel

a. Uji Daya Sebar

(47)

b. Uji Viskositas

Pengukuran viskositas menggunakan alatViscotester Rion seri VT 04 dengan cara: gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan 48 jam setelah gel selesai dibuat (Voigt, 1994).

c. Uji Stabilitas Gel

Pengukuran viskositas menggunakan alatViscotester Rion seri VT 04 dengan cara: gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan 48 jam setelah gel selesai dibuat dan setelah disimpan selama 1 bulan (Voigt, 1994). Hasil dihitung sebagai % pergeseran viskositas.

F. Analisis Hasil

Data uji potensi antibakteri dianalisis secara deskriptif. Data diperoleh dengan mengukur diameter zona hambat gel antiacne terhadap pertumbuhan S. epidermidis. Zona hambat merupakan daerah di sekitar sumuran yang cenderung lebih jernih dibandingkan dengan daerah sekitarnya.

(48)

β2(X2) + β12(X1)(X2). Tiap persamaan diuji validitasnya secara statistik

menggunakan uji F dengan taraf kepercayaan 95%.

Uji F digunakan untuk menguji perbedaan mean dari dua atau lebih kelompok sampel. Populasi yang akan diuji harus berdistribusi normal. Hi merupakan data percobaan setara dengan data perhitungan. Ho merupakan data percobaan tidak setara dengan data perhitungan.

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Bahan

Serbuk daun pepaya diperoleh dari perkebunan CV. Merapi Farma Herbal, Kaliurang, Yogyakarta. Daun pepaya yang diserbuk merupakan daun pepaya yang telah tua yaitu berwarna hijau tua. Penelitian ini menggunakan serbuk daun pepaya dengan pemerian warna hijau, bau aromatik dan rasa sangat pahit. Hasil pemerian ini sesuai dengan standar monografi simplisia Materia Medika Indonesia V. Kesesuaian ini merupakan jaminan keaslian bahan baku serbuk daun pepaya yang akan digunakan untuk penelitian. Hasil identifikasi serbuk daun pepaya dari CV. Merapi Farma Herbal dilakukan berdasarkan Materia Medika Indonesia V dan ditunjukkan dengan surat keterangan indentifikasi (lampiran 22).

B. Pembuatan Ekstrak Etanol-Air (1:3) Daun Pepaya (Carica Folium)

Pembuatan ekstrak kental daun pepaya digunakan metode maserasi pada serbuk daun pepaya. Maserasi merupakan metode ekstraksi tanpa pemanasan. Metode maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk daun pepaya dalam cairan penyari etanol:air (1:3). Digunakan bahan serbuk untuk memperluas kontak area antara bahan serbuk dengan penyarinya sehingga penyarian akan lebih efektif.

(50)

Penelitian ini menggunakan bahan berupa daun pepaya (Carica Folium) yang diketahui mengandung carpaine. Senyawa carpaine merupakan golongan alkaloid yang diduga dapat digunakan sebagai bahan antibakteri (Ardina dkk., 2007). Senyawacarpaineberbentuk garam dalam tanaman (Putra, 2008).

Pada ekstraksi menggunakan metode maserasi ini, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dan adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan yang memiliki konsentrasi yang lebih pekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini terjadi berulang-ulang sehingga terbentuk keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim, 1986). Maserasi dilakukan dengan bantuan shakerdengan kecepatan 160 rpm agar cairan penyari dapat masuk ke dalam pori-pori serbuk sehingga diperoleh ekstrak yang optimal.

(51)

Ekstrak cair hasil penyarian selanjutnya disaring menggunakan corong buchner untuk memisahkan antara serbuk dan ekstrak hasil penyarian. Hasilnya serbuk akan tertinggal di dalam kertas saring dan diperoleh ekstrak cair. Digunakan penyaring dengan corong buchner untuk mempercepat waktu penyaringan sehingga efisien. Ekstrak cair yang didapat sebanyak 500 mL selanjutnya diuapkan menggunakan vacuum rotary evaporator hingga menjadi ekstrak kental sebanyak 10,15 gram.

Setelah didapatkan ekstrak kental maka ditetapkan konsentrasi ekstrak kental untuk diformulasikan pada sediaan gel. Pada penelitian ini digunakan ekstrak kental daun pepaya dengan konsentrasi 21 % b/v. Konsentrasi 21 % b/v merupakan tiga kali Kadar Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun pepaya yaitu 7 % b/v (Ardina, dkk, 2007). Konsentrasi 21 % b/v dikonversikan menjadi 20,28 % b/b sehingga memudahkan penimbangan bahan saat pembuatan sediaan gel. Penggunaan konsentrasi sebesar tiga kali KHM untuk mengoptimalkan dan menunjukkan potensi ekstrak daun pepaya dalam sediaan gel. Hal ini dilakukan karena gel memiliki afinitas pelepasan zat aktif terkait dengan komposisi bahan penyusun gel.

C. Formulasi

(52)

cepat mengembang ketika diformulasikan. Carbopol 940® membutuhkan netralisasi menggunakan basa yang tepat sehingga dapat membentuk matrik gel yang bagus dan viskositas gel dapat meningkat. Penelitian ini menggunakan Trietanolamin (TEA) sebagai basa penetralisasi. Natrium metabisulfite digunakan sebagai bahan antioksidan karena gel ini menggunakan carbopol 940® yang mudah rusak oleh oksidasi cahaya. Apabila matrik gel rusak maka kestabilan gel akan menurun. Untuk proteksi terhadap reaksi oksidasi pada carbopol 940®maka digunakan bahan antioksidan. Metil paraben digunakan sebagai bahan pengawet sehingga matrik gel tidak rusak akibat ditumbuhi kapang dan bakteri. Gliserol dan propilen glikol sebagai humektan dapat menyerap lembab dari lingkungan sehingga dapat menjaga kestabilan sediaan agar mudah saat diaplikasikan pada kulit. Gliserol memiliki nilai viskositas yang tinggi dan nilai daya sebar yang rendah, sedangkan propilen glikol memiliki nilai viskositas yang rendah dan nilai daya sebar yang tinggi. Dengan kombinasi sifat ini maka diharapkan formula memiliki stabilitas dan daya sebar yang baik. Untuk memperoleh formula gel dengan kualitas farmasetis yang baik maka dilakukan optimasi campuran humektan menggunakan metodeSimplex Lattice Design.

D. Uji Potensi Antibakteri GelAntiacneTerhadapStaphylococcus epidermidis

(53)

oleh gel antiacne. Salah satu cara penyembuhan acne dengan menghambat pertumbuhanS. epidermidis(Anonim, 2008d).

Penelitian ini menguji potensi antibakteri ekstrak daun pepaya dari formula gel yang dipengaruhi oleh komposisi humektan. Kontrol positif dalam uji ini digunakan ekstrak daun pepaya dengan konsentrasi 21 % b/v. Kontrol negatif digunakan 5 buah basis formula gel (formula I, II, III, IV, V) karena pada masing-masing formula digunakan campuran komposisi humektan yang berbeda. Kontrol positif dan kontrol negatif digunakan sebagai pembanding potensi antibakteri gel antiacne sehingga potensi gel antiacne terhadap S. epidermidis dapat diketahui dengan pasti.

Setiap cawan petri dibuat 5 sumuran yaitu 1 sumuran untuk kontrol negatif dan 4 sumuran untuk 4 replikasi formula. Gel antiacne dimasukkan ke dalam sumuran kemudian diinkubasikan selama 48 jam (lampiran 4). Hasil uji potensi antibakteri ekstrak daun pepaya dari formula gel dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel IV. Hasil Uji Potensi Antibakteri GelAntiacneTerhadapS. epidermidis FORMULA

Diameter zona hambat rata-rata

± SD (cm)

I 2,83 ± 0,33

II 2,88 ± 0,13

III 2,83 ± 0,15

IV 2,95 ± 0,17

V 2,80 ± 0,13

Kontrol negatif

(54)

dapat diukur.Overlappingterjadi karena zona hambat yang terbentuk cukup besar sedangkan petri yang digunakan kurang luas. Apabila kontrol negatif tidak diketahui diameter zona hambatnya maka potensi antibakteri gel antiacne juga tidak dapat diketahui. Hal ini dikarenakan potensi antibakteri gel antiacne ditunjukkan dengan diameter zona hambat setelah diinkubasikan selama 48 jam terhadap S. epidermidis dibandingkan dengan kontrol negatif. Berikut ini merupakan gambar uji potensi gelantiacnepada formula II sedangkan gambar uji potensi gelantiacnepada formula I, III, IV dan V dapat dilihat pada lampiran 14, 16, 17, dan 18.

Gambar 5. Uji Potensi Antibakteri GelAntiacneFormula II Terhadap S. epidermidis

Keterangan:

a = gelantiacneformula II replikasi 1 b = gelantiacneformula II replikasi 2 c = gelantiacneformula II replikasi 3 d = gelantiacneformula II replikasi 4 e = kontrol negatif gelantiacneformula II

Sebagai pengulangan uji maka dilakukan verifikasi uji potensi antibakteri gelantiacne menggunakan cawan petri dengan diameter 14 cm. Tujuan verifikasi agar zona hambat pada kontrol negatif, kontrol positif dan gel antiacne dapat

b

c d

(55)

diukur sehingga didapatkan potensi gel antiacne dengan tepat. Hasil pengukuran ini digunakan untuk mengetahui potensi antibakteri gel antiacne terhadap S. epidermidis yang ditunjukkan dengan diameter zona hambat setelah diinkubasikan selama 48 jam dibandingkan dengan kontrol negatif. Setiap cawan petri dibuat 5 sumuran untuk gelantiacneformula II (75% gliserol : 25% propilen glikol), kontrol negatif formula II (75% gliserol : 25% propilen glikol), gel antiacneformula IV (25% gliserol : 75% propilen glikol), kontrol negatif formula IV (75% gliserol : 25% propilen glikol), dan kontrol positif ekstrak daun pepaya 21% b/v. Verifikasi uji potensi antibakteri gelantiacnedilakukan inkubasi selama 24 dan 48 jam. Berikut ini merupakan gambar verifikasi uji potensi gel antiacne pada waktu inkubasi 24 jam dan 48 jam.

Gambar 6a Gambar 6b

Gambar 6. Verifikasi Uji Potensi Antibakteri GelAntiacneDalam Waktu Inkubasi 24 Jam (a) dan 48 Jam (b) TerhadapS. epidermidis Keterangan:

a = gelantiacneformula II b = basis gelantiacneformula II c = gelantiacneformula IV d = basis gelantiacneformula IV

(56)

Tabel V. Hasil Verifikasi Uji Potensi Antibakteri GelAntiacneTerhadapS. epidermidis

Diameter zona hambat (cm)

Inkubasi 24 jam Inkubasi 48 jam

Formula II 2,60 ± 0,29 3,350,17

Kontrol negatif formula II 2,28 ± 0,15 2,680,24

Formula IV 3,03 ± 0,24 3,350,10

Kontrol negatif formula IV 1,85 ± 0,27 2,280,30

Kontrol (+) 3,80 ± 0,12 3,800,12

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kontrol negatif formula II dan IV memiliki zona hambat karena di dalam formula gel antiacne terdapat bahan antimikroba agar gel tidak rusak akibat ditumbuhi kapang dan bakteri. Diameter zona hambat formula II setelah dikurangi dengan diameter zona hambat kontrol negatif formula II maka formula II dapat menghambat pertumbuhan S. epidermidis sebesar 0,32 cm dengan waktu inkubasi 24 jam dan 0,67 cm dengan waktu inkubasi 48 jam. Diameter zona hambat formula IV setelah dikurangi dengan diameter zona hambat kontrol negatif formula IV maka formula IV dapat menghambat pertumbuhanS. epidermidis sebesar 1,18 cm dengan waktu inkubasi 24 jam dan 1,07 cm dengan waktu inkubasi 48 jam. Hasil ini membuktikan bahwa gelantiacnememiliki potensi antibakteri terhadapS. epidermidis.

(57)

yaitu faktor fisika kimia dari zat aktif dan basisnya serta faktor biologis. Faktor fisika kimia meliputi karakteristik zat aktif dan basisnya, konsentrasi zat aktif, waktu difusi, dan jenis basis gel. Faktor biologis yang mempengaruhi pelepasan zat aktif dari basis gel adalah sifat media pertumbuhan S. epidermidis, pertumbuhan S. epidermidis, aktifitas zat aktif terhadap pertumbuhan S. epidermidis (Rukmi, 2003 cit. Anonim, 1985; Bottary et al, 1974; Kavanagh, 1974).

(58)

merupakan waktu saat jumlah pertumbuhan bakteri sebanding dengan jumlah kematian bakteri. Pada waktu ini nutrisi media pertumbuhan telah digunakan seluruhnya dan terjadi penambahan produk buangan sisa metabolisme bakteri pada media pertumbuhan (Gottenbos, Mei, Busscher, 2000; Burton, Engelkirk, 2004; Cappuccino, 2008).

E. Pengujian Sifat Fisik Gel

Pada penelitian ini dilakukan uji sifat fisik meliputi uji daya sebar dan uji viskositas, sedangkan pergeseran viskositas digunakan untuk mengetahui stabilitas sediaan gel setelah disimpan selama satu bulan. Pengujian sifat fisik dan pergeseran viskositas ini digunakan untuk mengetahui kualitas farmasetis sediaan gel yang baik sehingga nyaman untuk digunakan. Berikut ini merupakan hasil pengujian daya sebar, viskositas dan pergeseran viskositas.

Tabel VI. Hasil Pengujian Sifat Fisik dan Stabilitas Gel

Komposisi

(%) CV 17,28 27,71 39,71 3,27 34,93

Keterangan: A = gliserol

B = propilen glikol

X = nilai rata-rata menurut hasil percobaan

(59)

1. Uji Daya Sebar Gel

Pengujian daya sebar dilakukan untuk mengetahui pemerataan gel saat digunakan di kulit. Daya sebar sediaan gel yang baik dapat menjamin pemerataan gel yang baik saat digunakan di kulit. Umumnya daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas sediaan semipadat, semakin besar daya sebar sediaan semipadat maka viskositas akan semakin kecil (Garg et al, 2002). Dari pernyataan tersebut maka daya sebar dapat digunakan untuk menggambarkan viskositas sediaan. Gel yang memiliki daya sebar yang baik maka akan mudah dioleskan di kulit sehingga akan memudahkan saat pengaplikasiannya. Gel yang memiliki daya sebar yang kecil maka akan sulit untuk dioleskan. Gel yang memiliki daya sebar yang besar maka memiliki flowabilityyang besar.

Pada penelitian ini diharapkan dapat diketahui daya sebar gel yang optimal karena dengan semakin besarnya daya sebar gel, maka luas permukaan kulit yang kontak dengan gel akan semakin besar pula sehingga probabilitas zat aktif yang dilepaskan akan semakin besar.

(60)

Grafik Daya Sebar

3 3.5 4 4.5 5

0 2 4

cm

persamaan SLD 75%A : 25%B 25%A : 75%B

100%A 50%A : 50%B 100%B

Gambar 7. Grafik Pengaruh Variasi Humektan Terhadap Daya Sebar Keterangan:

A = gliserol

B = propilen glikol

Hasil perhitungan dengan analsis varian F hitung (54,00) > F tabel (±3,604) maka persamaan yang diperoleh dapat dipercaya dengan taraf kepercayaan 95% (signifikansi <0,05), artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi respon daya sebar dari variasi 100% gliserol sampai variasi 100% propilen glikol.

2. Uji Viskositas Gel

(61)

Pada formula 100% gliserol viskositasnya paling tinggi sedangkan pada formula 100% propilen glikol viskositasnya paling rendah. Dilihat dari harga viskositas gliserol yang tinggi yaitu 460 dPas maka dengan adanya kombinasi propilen glikol yang memilik harga viskositas 122,5 dPas diharapkan didapatkan viskositas yang optimal. Hal ini disebabkan viskositas berkaitan dengan daya sebarnya.

Gel antiacne yang dirancang ini akan digunakan untuk mengobati kulit yang mengalami inflamasi maka dibutuhkan gel yang memiliki konsistensi yang optimal. Sehingga apabila gelantiacneini diaplikasikan pada kulit tidak akan menimbulkan sakit. Konsistensi gel diketahui bahwa semakin besar flowability sebanding dengan semakin rendahnya nilai viskositas gel sehingga semakin baik kemampuan menyebarnya gel tersebut (Rukmi, 2003 cit. Bottary, Di Colo, Nanipieri, Saettone, Serafini, 1974), namun harus tetap dalam rentang optimum yang telah ditentukan.

(62)

100 200 300 400 500

0 2 4

dPas

persamaan SLD 75%A : 25%B 25%A : 75%B

100%A 50%A : 50%B 100%B

Gambar 8. Grafik Pengaruh Variasi Humektan Terhadap Viskositas Awal Keterangan:

A = gliserol

B = propilen glikol

Hasil perhitungan dengan analsis varian F hitung (-49,13) < F tabel (±3,604) maka persamaan yang diperoleh dapat dipercaya dengan taraf kepercayaan 95% (signifikansi <0,05), artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi respon viskositas awal dari variasi 100% gliserol sampai variasi 100% propilen glikol.

3. Uji Pergeseran Viskositas Gel

(63)

Pergeseran viskositas ini kemungkinan disebabkan karena gel antiacne telah mengalami sineresis setelah gel antiacne mengalami penyimpanan selama 1 bulan. Sineresis merupakan penarikan secara bersama-sama partikel gel fase dispersi dengan pemisahan medium dispersi dan penyusutan gel tersebut. Sineresis terjadi karena matrik gel mengalami relaksasi sehingga terjadi penyusutan ruang antar matrik maka cairan dalam matrik keluar ke permukaan gel. Gel tersusun dari matrik-matrik yang berperan penting pada stabilitas gel. Apabila matrik penyusun gel rusak maka stabilitas gel dapat menurun (Zatz dan Kushla, 1996).

(64)

0

Gambar 9. Grafik Pengaruh Variasi Humektan Terhadap Pergeseran Viskositas

Keterangan: A = gliserol

B = propilen glikol

Hasil perhitungan dengan analsis varian F hitung (12,36) > F tabel (±3,604) maka persamaan yang diperoleh dapat dipercaya dengan taraf kepercayaan 95% (signifikansi <0,05), artinya persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi respon pergeseran viskositas dari variasi 100% gliserol sampai variasi 100% propilen glikol.

F. Pemilihan Variasi Humektan yang Optimal

(65)

1. Daya Sebar

Pada penelitian ini formula gel antiacne yang optimal memiliki rentang daya sebar 3 – 5 cm. Sehingga diharapkan diperoleh formula gel antiacne yang memiliki daya sebar yang tidak terlalu kecil juga tidak terlalu besar agar gel antiacne mudah diaplikasikan pada kulit yang sedang mengalami inflamasi akibat acne. Berikut ini merupakan respon daya sebar gelantiacnedengan variasi gliserol dan propilen glikol yang dapat diterima:

Gambar 10. Grafik Daya Sebar Dengan Variasi Gliserol Dan Propilen Glikol Keterangan:

= respon daya sebar yang diterima

A = gliserol

B = propilen glikol

(66)

glikol yang optimal adalah 100% gliserol : 0% propilen glikol sampai 0% gliserol : 100% propilen glikol.

2. Viskositas Awal

Pada penelitian ini formula gel antiacne yang optimal memiliki rentang viskositas awal 100 dPas – 300 dPas. Uji viskositas awal digunakan untuk mendapatkan konsistensi gel antiacne yang optimal. Sehingga apabila gel antiacne ini diaplikasikan pada kulit tidak akan menimbulkan sakit. Berikut ini merupakan variasi gliserol dan propilen glikol pada viskositas awal.

Gambar 11. Grafik Viskositas Awal Dengan Variasi Gliserol Dan Propilen Glikol

Keterangan:

= respon viskositas awal yang diterima

A = gliserol

B = propilen glikol

(67)

3. Pergeseran Viskositas

Penelitian ini memiliki rentang pergeseran viskositas formula gel antiacne sebesar ≤ 10%. Grafik pergeseran viskositas digunakan untuk mengetahui sediaan gel antiacne dengan variasi gliserol dan propilen glikol yang memiliki stabilitas baik setelah mengalami penyimpanan selama 1 bulan. Berikut ini merupakan grafik pergeseran viskositas gel dengan variasi gliserol dan propilen glikol yang dapat diterima:

Gambar 12. Grafik Pergeseran Viskositas Dengan Variasi Gliserol Dan Propilen Glikol

Keterangan:

= respon pergesaran viskositas yang diterima

A = gliserol

B = propilen glikol

(68)

gliserol dan propilen glikol yang optimal adalah 100% gliserol : 0% propilen glikol sampai 3% gliserol : 97% propilen glikol.

(69)

Gambar 13. HasilContour Plot Super Imposed

Dari hasil grafik contour plot super imposed maka dapat diketahui komposis optimum gel ditinjau dari uji sifat fisik (daya sebar) dan stabilitas (pergeseran viskositas) adalah 67% gliserol : 33% propilen glikol sampai dengan 97% gliserol : 3% propilen glikol. Kombinasi ketiga uji tersebut digunakan untuk mengetahui area optimum sediaan gel antiacne sehingga diharapkan didapatkan sediaan gel antiacne yang nyaman digunakan oleh masyarakat. Area optimum menunjukkan komposisi formula optimum yaitu rentang komposisi humektan yang menghasilkan gel antiacne dengan daya sebar 3-5 cm, viskositas 100-300 dPas dan pergeseran viskositas.

Hasil pengujian sifat fisik (daya sebar dan viskositas awal) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas) dapat diketahui respon total pada masing-masing formula. Berikut ini merupakan hasil respon total gelantiacne.

Tabel VII. Hasil Pengujian Respon Total GelAntiacne

Komposisi

(dPas) 1,80 0,80 0,59 0,29 0,11 Pergeseran

(70)

Keterangan: A = gliserol

B = propilen glikol

R total = respon total formula terhadap respon uji daya sebar, viskositas awal dan pergeseran viskositas

Dari data tersebut diketahui bahwa R total formula IV yaitu sebesar 2,30 merupakan R total yang paling baik karena memiliki nilai respon yang paling besar dan masuk dalam area optimum gelantiacne. R total merupakan titik optimal dari formulasi gelantiacnesehingga akan didapatkan sediaan gel antiacne yang nyaman digunakan karena didapatkan nilai respon daya sebar, viskositas awal dan pergeseran viskositas yang paling optimal.

G. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:

1. Penelitian ini menampilkan gambar uji potensi antibakteri gel antiacne formula II, basis formula II, formula IV, basis formula IV, dan kontrol positif (ekstrak daun pepaya) dalam satu cawan petri (lampiran 20 dan 21). Namun penelitian ini tidak menampilkan gambar uji potensi antibakteri gel antiacne seluruh formula, seluruh basis formula, dan kontrol negatif dalam satu cawan petri. Apabila gambar tersebut dapat ditampilkan maka akan memberikan informasi yang jelas mengenai perbandingan secara visual potensi antibakteri masing-masing formula.

(71)

sediaan merupakan syarat pertama untuk sediaan topikal. Maka untuk mengantisipasi hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan kemasan sediaan berupa tube menggunakan penutup berputar sehingga warna sediaan tidak dapat terlihat. Selain itu juga kemasan ini dapat melindungi sediaan dari pengaruh lembab lingkungan, paparan sinar matahari langsung dan kontaminasi bakteri.

(72)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya memiliki potensi antibakteri terhadapStaphylococcus epidermidis.

2. Gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya memiliki rentang komposisi optimum berdasarkan sifat fisis (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas) menggunakan metodesimplex lattice design.

3. Komposisi formula optimum humektan gliserol dan propilen gikol dalam formula gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya ditinjau dari sifat fisis (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas) yaitu 67% gliserol : 33% propilen glikol sampai dengan 3% gliserol : 97% propilen glikol.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian tentang uji pelepasan zat aktif dari formula gel secara invitrodengan menggunakanS. epidermidis.

2. Perlu dilakukan uji iritasi primer gel antiacne ekstrak etanol-air daun pepaya ditinjau dari variasi humektan gliserol dan propilen glikol untuk memastikan keamanan gelantiacnesaat diaplikasikan.

3. Untuk menjaga stabilitas sediaan hendaknya dimasukkan dalam kemasan tube yang tertutup dan tidak terpapar langsung oleh cahaya matahari.

(73)

DAFTAR PUSTAKA

Allen Jr., and Loyd V., 2002, The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, Second Edition, 301-324, American Pharmaceutical Association, USA.

Allen, L., V., Popovich, N.G., and Ansel, H.C., 2005, Pharmaceutical Dosage Form and Drug Delivery System, Eight Edition, 424, Lippincott Williams and Wilkins, USA.

Anonim, 1985, Remington’s Pharmaceutical Science, 1443-1454, 1573-1580, Seventeenth Edition, edited by Alfonso R. G., Pennyslavania, Mack Publishing Company.

Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 3, 6-7, 19-21, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

---, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 7, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

---, 1999, Contour Plot,

http://www.d.umn.edu/math/docs/saspdf/insight/chap36.pdf, diakses tanggal 19 November 2009.

---, 2001, Sunscreen, http://www.pharmacy.gov.my, diakses tanggal 25 September 2007.

---, 2008 a, Acne Skin Produk, http://www.acneteam.com/acne-skin-care-products.html, diakses tanggal 2 Oktober 2008.

---, 2008 b, Carica papaya,

http://www.ansci.cornell.edu/plants/medicinal/papaya.html, diakses tanggal 2 Oktober 2008.

---, 2008 c, Staphylococcus epidermidis,

http://www.wrongdiagnosis.com/medical/staphylococcus_epidermidis.h tml, diakses tanggal 2 Oktober 2008.

---, 2008 d, Acne Vulgaris Medication, http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/acne/acne-vulgaris-medications,

diakses tanggal 2 Oktober 2008.

(74)

---, 2008 f, Philippine Medicinal Plants: Papaya, www.stuartxchange.org/Papaya.html, diakses tanggal 4 November 2008.

---, 2008 g, Tanaman Obat Indonesia: Pepaya, http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=133, diakses tanggal 18 Desember 2008.

---, 2008 h, Obat Tradisional buat Bayi,

http://www.sehatgroup.web.id/review.asp?id=114, diakses tanggal 18 Desember 2008.

---, 2008 i, Getah Pepaya Atasi Kanker,

http://cyberman.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Natural+Heal ing&y=cybermed%7C11%7C0%7C3%7C96, diakses tanggal 18 Desember 2008.

---, 2008 j, Papaya, http://www.biopark.org/peru/papaya.html, diakses tanggal 18 Desember 2008.

Ardina, Y., Tarini, D.S., Fidrianny, I., Singgih, W., M., 2007, Development of Antiacne Gel Formulation and Minimum Inhibitory Concentration Determination from Carica papaya Leaved’ Extract (Carica papaya Linn.), Proceedings of The International Seminar on Pharmaceutics 2007, Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Atlas, R.M., 1997, Principles of Microbiology, Second Edition, Brown Publisher, USA.

Ayuningtyas, L., 2009, Optimasi Gliserol dan Propilenglikol Sebagai Humectant Dalam Gel Antiacne Ekstrak Daun Pepaya (Carica Folium) Dengan MetodeFactorial Design,Skripsi, Unversitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Barry, B. W., 1983,Dermatological Formulation, 300-304, Mercel Dekker Inc.,

New York.

Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistics Practical and Clinical Applications, Third Edition, 553-556, Marcel Dekker Inc., New York.

Bombeli, T, 2009, Humectant, www.makingcosmetics.com, diakses tanggal 18 Oktober 2009.

Gambar

Tabel II.Modifikasi Formula Gel.....................................................................
Gambar 1. Rumus Molekul Karpaina (Govindachari, 2002)
Gambar 2. Rumus Molekul Carbopol (Anonim, 2001)
Gambar 4. Struktur Propilen Glikol (Anonim, 1995)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain ketersediaan nutrien pada media kultur, salinitas juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan metabolisme mikroalga, seperti pada spesies

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh atribut produk (kualitas, gaya dan desain, merek, kemasan, harga dan jaminan) secara parsial terhadap keputusan

Iklan menghad irkan atau mencip takan simbol dari suatu produk yang memiliki mak na didalamnya. Perkemba n gan iklan yang sudah mengemas suatu makna – makna atau p esan yan g ada d

Perkembangan fasilitas pelayanan kesehatan di Kabupaten Bangka Tengah yang begitu cepat harus diimbangi dengan penyampaian informasi dengan cepat dan tepat dalam

Jadi seorang gembala sidang harus sepenuhnya menyadari bahwa jemaat sangat terbatas, adakalanya jemaat jatuh dalam kesalahan, adakalanya jemaat mengecewakan meskipun

CORRELATION BETWEEN APOPROTEIN B/APOPROTEIN A-I RATIO WITH HOMA IR VALUE (HOMEOSTATIC MODEL ASSESMENT INSULIN RESISTANCE) IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS HUBUNGAN ANTARA RASIO

Kenyataan tentang adanya masalah loyalitas kerja karyawan dialami pula oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., Kantor Cabang Unit Perguruan Tinggi Bandung

Selama proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang telah dikumpulkan yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang