• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siti Fatimah, Purwati Kuswarini dan Diana Hernawati.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Siti Fatimah, Purwati Kuswarini dan Diana Hernawati."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES

PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE DAN BAMBOO DANCING

PADA KONSEP PENCEMARAN DAN KERUSAKAN PADA LINGKUNGAN

( Studi Eksperimen Di Kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015/2016 )

The Diference of Student’s Result Learning by Using Cooperative Learning Model Inside Outside Circle Type and Bamboo Dancing Type on Enviromental

Contamination Concept

Siti Fatimah, Purwati Kuswarini dan Diana Hernawati. E-mail: sitifatimahdtiek@gmail.com

Biology Education Department Faculty of Educational Sciences and Teachers’ Training

Siliwangi University Tasikmalaya

Jl. Siliwangi No. 24 Post Code 164 Tlp. (0265) 330634 Tasikmalaya 46115 E-mail:info@unsil.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this research was to know the difference of the student’s achievement by using cooperative learning model inside outside circle type and bamboo dancing type on Enviromental Contamination Concept at the7th grade Junior High School 13th Tasikmalaya City.

The research was conducted in November 2015 to June 2016 in the Junior High School 13th Tasikmalaya City. The method that used in this research was pre experiment. The population was all of 7th grade of the Junior High School 13th Tasikmalaya City school period 2015/2016 as much as the 12 classes and sample used two classes are taken by cluster random sampling, each consisting of 34 students. Data collecting technique was test. The instrument used in this research is multiple choice were all 36 test with four option. The data analysis technique used was t test with significance level (α) = 5%.

The average of the students’ result learning by using cooperative learning model inside outside circle type as 28,09 and bamboo dancing type as 27,15. Based on data analysis and hypothesis testing can be concluded that there were’t difference between the student’s achievement by usingcooperative learning model inside outside circle type and bamboo dancing type on Enviromental Contamination Concept at the7th grade Junior High School 13th Tasikmalaya City school period 2015/2016.

Key Words: cooperative learning model, inside outside circle type, bamboo dancing type.

(2)

2 ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajarankooperatif tipe

inside outside circle dan tipe bamboo dancingpada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Kelas VII di SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai dengan bulan Juni2016 di SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimental.Populasinya adalah seluruh kelas VII SMP Negeri Kota 13 Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 12 kelas dan sampel yang digunakan sebanyak dua kelas yang diambil dari populasi secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, yang masing-masing berjumlah 34 siswa.Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 36 soal dengan 4 option. Teknik

analisis data menggunakan uji t, dengan taraf signifikansi (α) = 5%.

Rata-rata hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle sebesar 28,09 dan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing sebesar 27,15. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis didapat kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circledan bamboo dancingpada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016.

Kata kunci: model pembelajarankooperatif, tipe inside outside circle,tipe bamboo dancing.

1. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan di masa depan pada era globalisasi ini. Perkembangan zaman saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan Negara maju dan pendidikan pula mempunyai peranan penting dalam menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Kualitas pendidikan terletak pada berbagai faktor-faktor dalam pembelajaran seperti tenaga pendidik, prasarana, siswa serta proses dalam pembelajarannya. Faktor-faktor tersebut harus menjadi suatu kesatuan utuh yang harus senantiasa berjalan secara sistematis agar kualitas pendidikan semakin membaik. Pendidikan yang baik ditandai dengan keberhasilan dan proses belajar yang akan diperankan oleh guru.

(3)

3 Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diperlukan suatu cara mengajar yang bervariasi. Namun pada kenyataannya yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih tergolong rendah.Kondisi seperti ini terjadi pula pada SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas VII SMP Negeri 13 kota Tasikmalaya, diperoleh informasi bahwa rata-rata nilai ulangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan pada tahun ajaran 2014/2015 baru mencapai 70 sedangkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) adalah 75. Hal ini disebabkan karena guru di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya kurang menerapkan model-model pembelajaran yang dapat menambah ketertarikan siswa terhadap materi pembelajaran sehingga mengurangi antusias dan semangat siswa dalam belajar yang mempengaruhi terhadap rendahnya hasil belajar di kelas VII SMP Negeri 13 kota Tasikmalaya belum tuntas.

Menurut Budiono, Eko (2012:3) “Proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar siswa terlibat aktif dalam pembelajaran salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)”. Untuk mengatasi hal tersebut guru sebagai faktor utama keberhasilan pembelajaran dituntut untuk dapat membangkitkan minat siswa menjadi aktif dan materi yang disampaikan dapat dipahami siswa dengan baik. Salah satu cara untuk melibatkan siswa lebih aktif dan kreatif adalah dengan mengembangkan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran ini, yaitu teman sebaya.Untuk mewujudkan hal tersebut, pendidikan harus dilakukan secara menyeluruh, terarah, dan terpadu

(4)

4 diberbagai bidang pendidikan, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut, maka dipilihlah model pembelajaran kooperatif tipeinside outside circle dan

bamboo dancing. Model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle

dalam pembelajarannya model ini memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan sehingga terjadi pertukaran ide.Tujuan dari model ini untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi dan mengolah informasi dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong. Model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing sama dengan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle yang bertujuan agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajarankooperatif tipe

inside outside circle dan bamboo dancingpada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Kelas VII di SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya. 3. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelasVII SMP Negeri 13 Kota TasikmalayaTahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 12 kelas yang berjumlah413 orang siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas yang diambil dengan caracluster random sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas VII-A dan VII-C SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya.

Disain penelitian yang dilakukan adalah oneshotcasestudy,artinya penulis hanya mengadakan perlakuan satu kali yang diperkirakan sudah mempunyai pengaruh, yang selanjutnya diadakan posttest atau evaluasi.

(5)

5 Prosedur disain yang digunakan adalah seperti yang diungkapkan oleh Arikunto, Suharsimi (2010:124)

Pola : kelas eksperimen I R X1 O kelas eksperimen II R X2 O Keterangan:

R : randomisasi

X1 : treatment/perlakuan yang diberikan pada kelas pertama dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

inside outside circle

X2 : treatment/perlakuan yang diberikan pada kelas kedua dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif bamboo dancing

O : hasil observasi sesudah diberikan treatment/perlakuan

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa pada konsepPencemaranLingkungan.Tes ini berupa pilihan ganda dengan empat option dengan jumlah 50 soal.Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tasikmalayasemester dua tahun pelajaran 2015/2016. Setelah data hasil penelitian diperoleh, data tersebut kemudian dianalisis menggunakan uji t independen.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data serta pengujian hipotesis, diperoleh bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

inside outside circledan bamboo dancingpada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016. Perbedaan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Ringkasan Hasil Uji t

thitung ttabel Hasil

Analisis Kesimpulan Analisis Kesimpulan 1,54 2,00 thitung berada di daerah penerimaan H0 thitung < ttabel

Terima Ho Tidak ada perbedaan rata-rata

antara dua kelompok

(6)

6 b. Pembahasan

1) Hasil Belajar Siswa yang Proses pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif TipeInside Outside Circle

KKM mata pelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas yangproses pembelajarannya menggunakan model pembelajarankooperatif tipeinside outside circle pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkunganadalah 78,03. Jika dilihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outsaide circlemencapai nilai KKM yang telah ditentukan.

Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeinside outside circlesiswa diberikan lembar kerja siswa yang dikerjakan secara berkelompok sebagai salah satu sumber yang digunakan untuk bertukar informasi. Berikut ini hasil diskusi kelompok selama dua pertemuan

Gambar 1

Diagram Hasil Diskusi Lembar Kerja Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif TipeInside Outside Circle

Beradasarkan gambar 1, hasil diskusi lembar kerja siswa mengalami peningkatan dari pertemuan satu ke pertemuan dua.Hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

inside outside circle dapat merubah kebiasaan siswa dalam berdiskusi

80 84 87 90 75 80 85 90 95 Kel 1 Kel 2 Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2

(7)

7 dengan kelompoknya, sehingga pada pertemuan ke dua ada peningkatan nilai hasil diskusi jika dibandingkan dengan pertemuan pertama.

Berdasarkan pertemuan dalam pengamatan penelitian didapat kekurangan dan kelebihan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipeinside outside circle. Kelebihannya yaitu:

a) meningkatkan kerjasama di antara siswa dan meningkatkan toleransi di antara sesama siswa;

b) dapat meningkatkan wawasan siswa terhadap materi pembelajaran karena ada diskusi yang terjadi antara anggota kelompok yang memiliki tugas yang saling berkaitan;

c) setiap siswa dapat berperan aktif dalam kelompok karena masing-masing memiliki tugas untuk ditanggungjawabi;

d) adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur;

e) motivasi siswa dalam belajar meningkat karena suasana belajar yang bervariasi dan menyenangkan;

f) memungkinkan siswa untuk melatih kemampuan komunikasi; g) guru lebih mudah dalam melakukan bimbingan saat pertukaran

informasi karena hanya satu buah formasi lingkaran besar dan lingkaran kecil yang terbentuk; dan

h) dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menguasai dan memahami materi pembelajaran karena informasi didapat dan digali sendiri, serta karena adanya pertukaran informasi antara kelompok lingkaran kecil dan lingkaran besar.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran koopertif tipe

inside outside circle yaitu pada tahap pertukaran informasi dalam formasi lingkaran besardan lingkaran kecil memerlukan area yang luas, sehingga sulit apabila dilakukan di ruang kelas.

(8)

8 2) Hasil Belajar Siswa yang Proses pembelajarannya Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing

KKM mata pelajaran IPA di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas yangproses pembelajarannya menggunakan model pembelajarankooperatif tipebamboo dancing pada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan adalah 75,42. Jika dilihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipebamboo dancingmencapai nilai KKM yang telah ditentukan.

Dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipebamboo dancingsiswa diberikan kartu tugasyang dikerjakansecara berpasangan dengan kelompok lawansebagai salah satu sumber yang digunakan untuk bertukar informasi. Berikut ini rata-rata hasil diskusi tiap kelompok selama dua pertemuan.

Gambar 2

Diagram Hasil Diskusi Lembar Kerja Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing

Berdasarkan gambar 4.8, hasil diskusi lembar kerja siswa mengalami peningkatan dari pertemuan satu ke pertemuan dua.Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancingdapat merubah kebiasaan siswa dalam diskusi, sehingga pada pertemuan ke dua ada peningkatan nilai hasil diskusi jika dibandingkan dengan pertemuan pertama.

82 80 80 75 90 90 85 80 65 70 75 80 85 90 95

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4

Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2

(9)

9 Berdasarkan pertemuan dalam pengamatan penelitian didapat kekurangan dan kelebihan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing. Kelebihannya yaitu:

a. tidak membutuhkan area yang luas saat bertukar informasi, sehingga dapat dilakukan di ruang kelas;

b. meningkatkan kerjasama di antara siswa dan meningkatkan toleransi di antara sesama siswa;

b. dapat meningkatkan wawasan siswa terhadap materi pembelajaran karena ada diskusi yang terjadi antara pasangan dari kelompok lawan;

c. setiap siswa dapat berperan aktif dalam kelompok karena masing-masing memiliki tugas untuk ditanggungjawabi;

d. adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur;

e. motivasi siswa dalam belajar meningkat karena suasana belajar yang bervariasi dan menyenangkan;

f. memungkinkan siswa untuk melatih kemampuan komunikasi; dan g. dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam menguasai dan

memahami materi pembelajaran karena informasi didapat dan digali sendiri, serta karena adanya pertukaran informasi antara pasangan kelompok.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran koopertif tipe

bamboo dancing yaitu terbentuknya dua pasang kelompok membuat guru kurang maksimal dalam membimbing siswa bertukar informasi dalam formasi sejajar. Hal ini membuat beberapa siswa terlihat banyak bercanda saat proses pertukaran informasi.

3) Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside CircledenganTipe Bamboo Dancing

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menggunakan dua sampel dengan perlakuan yang berbeda.Peneliti

(10)

10 menggunakan dua kelas sebagai sampel dan model pembelajaran kooperatif tipe inside outsidecircle dan tipebamboo dancing sebagai perlakuan.

Meskipun hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle dan bamboo dancing. Namun, berdasarkan histogram dan polygon frekuensi hasil belajar siswa pada gambar 4.4 dan gambar 4.5 menunjukkan adanya perbedaan. Histogram dan polygon frekuensi hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

inside outside circle polanya menyebar. Sedangkan histogram dan polygon frekuensi hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing polanya merata.

KKM hasil konversi untuk 36 soal yang valid yaitu 27. Skor hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle pada interval 27,5-29,5 sebanyak 7 siswa, interval 29,5-31,5 sebanyak 9 siswa, dan interval 31,5-33,5 sebanyak 2 siswa. Sedangkan Skor hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

bamboo dancing pada interval 27,5-29,5 sebanyak 12 siswa, dan interval 29,5-31,5 sebanyak 6 orang. Dengan demikian jumlah siswa yang skornya lebih atau sama dengan KKM pada ke dua model sama-sama dicapai oleh 18 siswa.

Dilihat dari nilai rata-rata kedua kelas, hasil belajar siswa di kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeinside outside circle dan tipe bamboo dancingmenunjukan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk melihat hasil pembelajaran dari kedua kelas tersebut, disajikan dalam gambar berikut ini:

(11)

11 Gambar 3

Diagram Daftar Nilai Rata-rata Model Inside Outside Circle, Model Bamboo Dancing dan KKM

Berdasarkan diagram tersebut,diketahui bahwa siswa yang proses pembelajarannya menggunakanmodel pembelajaran kooperatif tipeinside outside circlememiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipebamboo dancing. Namun berdasarkan uji beda rata-rata (uji t) diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circledan tipe bamboo dancing.

Dilihat dari keberhasilan siswa dalam menjawab soal posttest

dengan jumlah 36 nomor yang diukur dari aspek kognitif meliputi dimensi proses kognitif yang dibatasi pada jenjang mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), dan mengevaluasi (C5). Soal C1 berjumlah 8 soal, C2 berjumlah 13 soal, C3 berjumlah 5 soal, C4 berjumlah 8 soal dan C5 berjumlah 2 soal. Berdasarkan jawaban posttes

siswa, ketercapaian soal yang dijawab benar oleh siswa untuk masing-masing jenjang digambarkan dalam diagram sebagai berikut.

28,09 27,15 27 26 26,5 27 27,5 28 28,5

(12)

12 Gambar 4.10

Diagram Batang Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle dan Tipe Bamboo Dancing dilihat dari Keberhasilan dalam Menjawab Setiap Jenjang Soal

Berdasarkan gambar 4.10, hasil analisis jawaban siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeinside outside circledan tipe bamboo dancing pada soal C1 sampai dengan C5 memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda untuk masing-masing jenjang soal. Siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeinside outside circlememiliki kemampuan terbaik dalam menjawab soal C3 yaitu sebesar 84%. Sedangkan siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipebamboo dancing memiliki kemampuan terbaik dalam menjawab soal C2 yaitu sebesar 81%..

Tidak adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yangproses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran koopertiftipeinside outside circledan tipebamboo dancingini dikarenakan terdapat banyak persamaan dalam langkah-langkah pembelajaran kedua model tersebut, dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir. Walaupun banyak memiliki persamaan, tetap saja kedua model ini mempunyai perbedaan dalam hal jumlah kelompok dan dalam proses pertukaran informasinya.

Model pembelajaran inside-outside circle dalam proses pembelajarannya menekankan kepada proses belajar berdiskusi kepada

7268 8181 8473 7273 7080 0 20 40 60 80 100 C1 C2 C3 C4 C5 (%)

inside outside circle bamboo dancing

(13)

13 teman sekelompok yang memiliki tugas yang saling berkaitan, dimana siswa belajar berinteraksi dengan sesamanya, bertanggung jawab dengan dirinya sendiri, dan juga mengajarkan kepada teman apabila ada yang belum dipahami. Setelah pelaksanaan diskusi kelompok masing-masing selesai, maka terjadilah proses pertukaran informasi yang dilakukan dengan model pembelajaran inside-outside circle dimana terdapat dua buah lingkaran yaitu lingkaran kecil yang berada di dalam dan lingkaran besar yang ada di luar.Pembentukan formasi lingkaran besar dan lingkaran kecil ini dilakukan di lapangan sekolah karena pada tahap ini dibutuhkan area yang luas.Sehingga tidak mungkin dilakukan di ruang kelas.

Setelah formasi lingkaran besar dan lingkaran kecil terbentuk, maka siswa berdiri saling berhdapan setelah mendapatkan pasangan masing-masing. Ketika terjadi perputaran kelompok, maka masing-masing siswa akan mendapatkan pasangan mereka yang baru untuk saling bertukar informasi kepada pasangannya. Perputaran kelompok ini terjadi beberapa kali sampai semua siswa mendapatkan seluruh informasi dari kelompok lain. Saat pertukaran informasi selesai, maka siswa kembali ke ruang kelas untuk mempresentasikan informasi yang berhasil diperoleh. Presentasi dilakukan secara berkelompok di depan kelas.

Model pembelajaran bamboo dancing merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada proses saling bertukar informasi dengan pasangannya dalam posisi berjajar dan saling berhadapan satu

sama lain.

Pembentukanformasisejajardilakukandidalamkelaskarenatidakmembutuhk anareayangluas.Pembentukan formasi pasangan kelompok yang terjadi sebanyak dua pasang karena jumlah kelompok yang terbentuk sebanyak empat kelompok. Pada saat pertukaran informasi, ketika salah satu siswa berpindah ke ujung jajaran lain, maka masing-masing siswa akan mendapatkan pasangan baru untuk saling bertukar informasi. Setelah itu, masing-masing kelompok maju untuk mempresentasikan informasi yang berhasil didapatkan.

(14)

14 Menurut analisa peneliti, nilai rata-rata tes akhir kelas yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle yaitu 28,09. Sedangkan nilai tes akhir kelas yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing

yaitu 27,15. Sehingga selisih nilai rata-rata ke dua kelas tersebut hanya mendapatkan selisih 0,94.Meskipun begitu nilai lebih tinggi didapatkan oleh kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circledibandingkan kelas yang menggunakan model kooperatif tipe

bamboo dancing.Karena dalam pembelajaran di kelas baik yang menggunakan model koperatif tipe bamboo dancing dan yang menggunakan model kooperatif tipe inside-outside circle keduanya sama-sama diperlakukan sesuai dengan langkah-langkah dari ke dua model koopertif tersebut. Siswa mengerjakan tugas yang diberi oleh guru, siswa juga menyelesaikan tugas tersebut dengan berdiskusiserta siswa tersebut saling bertukar informasi terhadap anggota kelompok lain.

Kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pemblajaran koopertaif tipe inside outside circle mendapat tugas dengan bentuk LKS, sedangkan kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing mendapatkan tugas berbentuk kartu. Hal ini dimaksudkan agar mereka lebih mudah dalam kerja kelompok.

Kelas yang mendapatkan perlakuyan dengan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle harus membentuk formasi lingkaran besar-lingkaran kecil di lapangan sekolah pada saat bertukar informasi.Untuk itu kelas tersebut lebih cocok bila diberi tugas berbentuk LKS. Sedangkan kelas yang mendpatkan perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing pada saat diskusi kelompok maupun saling bertukar informasi sudah dalam posisi membentuk formasi sejajar, sehingga kelas ini lebih sesuai jika diberi tugas berbentuk kartu. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dan bamboo dancing merupakan dua

(15)

15 model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan sebagai alternatif oleh guru dalam proses pembelajaran IPA.Namun berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh, model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle memberikan hasil yang lebih ungguldibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe bamboo dancing.

5. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, dan uji hipotesis maka dapat disimpulkan bahwatidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

inside outside circledan tipe bamboo dancingpada materi Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di kelas VII SMP Negeri 13 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2015/2016.

(16)

16 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dimyati dan Mudjiono.(2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hanafiah, N dan suhana.(2009). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama.

Huda, Miftahul.(2014). Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: PustakaPelajar.

Isjoni, (2012).Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lie, anita. (2008). Cooperative Learning. Jakarta: PT Gramedia

Mukrima, Syifa S., (2014). 53 Metode Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Slameto. (2003). Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.

Slavin, E Robert.(2005). Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Surabaya: Pustaka Pelajar.

Syah, Muhibbin. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Widodo, Ari. (2005). “Taksonomi Tujuan Pembelajaran”.Didaktis. 4(2), 61-69. Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Diagram  Batang  Perbedaan  Hasil  Belajar  Siswa  yang  Proses  Pembelajarannya  Menggunakan  Model  Pembelajaran  Kooperatif  Tipe  Inside  Outside  Circle  dan  Tipe  Bamboo  Dancing  dilihat  dari  Keberhasilan dalam Menjawab Setiap Jenjang Soal

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu penelitian di bidang yang sama juga menyimpulkan bahwa dengan aplikasi berbasis web akan mempermudah dalam melakukan pemesanan makanan dan selain itu

Pendekatan Teknis , pekerjaan Perancangan Aplikasi Sistem pelayanan kesehatan di puskesmas kabupaten Bogor dilakukan secara terstruktur, terpola dalam melakukan

Selain faktor iklim, faktor- faktor yang dapat memicu terjadinya peningkatan populasi penggerek batang adalah terjadinya perubahan biologi hama, dari yang tadinya

pelaksanaan urusan keuangan seperti pengurusan administrasi keuangan, administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran, verifikasi administrasi keuangan, dan

Varietas dapat didefinisikan sebagai sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies tanaman yang memiliki karakteristik tertentu seperti bentuk, pertumbuhan

Untuk meningkatkan kemampuan pengembangan usaha, ASPPUK melalui NGO pendamping yang dipromosikan menjadi BDS (business devalopment services) melakukan sejumlah aktifitas,

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini diberi judul “ Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing

Menurut Setyamidjaja (1993), pupuk adalah semua bahan yang diberikan pada tanah dengan maksud untuk mempertahankan sifat kimia, fisika dan hayati tanah, sehingga