• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "e-journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi (Vol 8, No 2, Tahun 2017)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING BOLA BASKET

Ni Kadek Ariani Pertiwi, I Wayan Rai, I Made Satyawan Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi

Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha,

Kampus Tengah Undiksha Singaraja, Jalan Udayana Singaraja-Bali Tlp. (0362) 32559 e-mail: arianipertiwi94@gmail.com ,wayan.rai68@yahoo.com, anduksatya@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar teknik dasar passing bola basket (chest pass dan

bounce pass). Penelitian ini adalah penelitian eksperimen sungguhan dengan menggunakan rancangan penelitian the randomized pretests-postest control group the same subject design. Populasi penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar Tahun Pelajaran 2016/2017 berjumlah 91 orang yang terdistribusi ke dalam tiga kelas yaitu kelas XI IPA 1 sampai dengan kelas XI IPA 3. Pengundian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan simple random sampling. Data hasil belajar dikumpulkan melalui tes objektif, observasi dan unjuk kerja. Analisis data menggunakan Uji-t dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows. Pada kelompok eksperimen diperoleh nilai rata-rata 81,37 dengan standar deviasi 6,95. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 74,53 dengan standar deviasi 7,28. Angka signifikansi yang diperoleh melalui Uji t adalah 0,000 (<0.05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh positif terhadap hasil belajar teknik dasar passing bola basket (chest pass dan bounce

pass) siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan saran

memperhatikan kendala-kendala yang di hadapi dan dapat dijadikan alternatif model pembelajaran hasilbelajar teknik dasar passing bola basket (chest pass dan bounce pas).

Kata-kata kunci: Kooperatif, TGT, hasil belajar, bola basket. Abstract

This study aims to investigate the effect of cooperative learning model type Teams Games Tournament (TGT) on the learning achievement of basic techniques of passing basketball (chest pass and bounce pass). This study was a real experimental study using the randomized pretests-posttest control group design of the same subject design. The population of the study was the students of eleventh grade at SMA Negeri 2 Banjar in academic year 2016/2017 which was distributed into three classes, namely XI IPA 1 to XI IPA 3. The experimental group and control group were determined by simple random sampling. The data was collected through objective test, observation and performance. The data was analyzed using T-test with the help of SPSS 16.0 for Windows. The mean score of experimental group was 81.37 and the standard deviation was 6.95. Moreover, the mean score of control group was 74.53 and standard deviation was 7.28. The significance value obtained by t test are 0,000 (<0.05). It can be concluded that cooperative learning model TGT type has a positive effect on the learning achievement of basic technique of passing basketball (chest pass and bounce pass) on eleventh grade students of SMA Negeri 2 Banjar in academic year 2016/2017, with the suggestion to pay attention to constraints faced and can be used as an alternative learning model for

basic technique on passing basketball (chest pass and bounce pass).

Keywords: basketball, cooperative, learning achievement, TGT.

(2)

2 PENDAHULUAN

Secara sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina keperibadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga bisa secara otodidak. Oleh karena itu, dalam rangka mewujudkan potensi diri untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas individu baik dalam fisik, mental serta emosional harus melewati proses pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran pengembangan suasana kesetaraan melalui komunikasi dialogis yang transparan, toleran, dan tidak arogan seharusnya terwujud di dalam aktivitas pembelajaran. Suasana yang memberi kesempatan luas bagi peserta didik untuk berdialog dan mempertanyakan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan diri dan potensinya. Dalam proses pembelajaran pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Proses pembelajaran di kelas, guru tidak cukup hanya berbekal pengetahuan berkenaan dengan bidang studi yang diajarkan, akan tetapi pelu memperhatikan aspek-aspek pembelajaran yang mendukung terwujudnya pengembangan potensi peserta didik.

Melalui proses pembelajaran pengembangan potensi-potensi siswa harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Proses pembelajaran di kelas, guru tidak cukup hanya berbekal pengetahuan berkenaan dengan bidang studi yang diajarkan, akan tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek pembelajaran yang mendukung terwujudnya pengembangan potensi peserta didik.

Proses pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah khususnya dalam pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Pembelajaran penjasorkes bertujuan untuk membantu siswa dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui keterampilan gerak dasar dalam berbagai

aktivitas jasmani. Dengan demikian dalam kegiatan sehari-harinya, guru penjasorkes selalu bersentuhan dengan aktivitas gerak fisik. Aktivitas fisik tersebut akan tampak dalam aktivitas gerak siswa saat melakukan tugas-tugas gerak dalam proses pembelajaran, sehingga peranan guru dalam proses pembelajaran penjasorkes sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran.

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa, perlu dilakukan peningkatan kualitas pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh faktor siswa, alat pendukung terjadinya pembelajaran, dan lingkungan. Alat pendukung pembelajaran meliputi guru, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru merupakan alat pendukung pembelajaran karena guru bertugas mempersiapkan dan mengelola pembelajaran. Dalam hal ini guru diharapkan dapat menyiapkan model pembelajaran dengan baik dan tepat sehingga peserta didik lebih mudah membangun pemahamannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dipilih berpengaruh pada hasil belajar siswa. Siswa diharapkan dapat berperan penuh dalam proses pembelajaran dengan guru sebagai fasilitator. Hal ini termasuk juga dalam mata pelajaran penjasorkes maka hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Kenyataan dilapangan proses pembelajaran dari dulu sampai sekarang ini masih merupakan pembelajaran yang didominasi oleh guru atau pembelajaran yang berpusat pada guru. Hal itu menyebabkan kegiatan belajar mengajar menjadi monoton dan kurang menarik perhatian siswa, sehingga sulit membuat siswa berkembang secara mandiri. Kelas yang kurang berpusat pada siswa membuat kadang-kadang siswa menjadi pasif dalam mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran pun menjadi membosankan. Kondisi seperti ini tentunya sangat tidak diharapkan dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat diduga dapat memicu rendahnya kualitas pembelajaran yang akhirnya menyebabkan rendahnya hasil belajar

(3)

3 siswa. Disamping itu juga dikarenakan adanya kesenjangan kemampuan siswa antara yang pintar dan kurang pintar turut memicu rendahnya hasil belajar siswa dalam suatu kelas.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di SMA Negeri 2 Banjar, di mana terungkap bahwa hasil belajar Penjasorkes dalam mempelajari teknik dasar passing bola basket belum dicapai oleh siswa sesuai standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 80. Dapat dilihat dari hasil yang peneliti peroleh langsung dari lapangan, persentase hasil belajar teknik dasar passing bola basket pada siswa kelas XI IPA 3 yang terdiri dari 30 orang menunjukan bahwa tidak ada siswa tergolong dalam kategori sangat baik (0%), baik sebanyak 7 orang (23,33%), cukup baik sebanyak 23 orang (73,33%), dan tidak ada siswa kurang baik. Rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal adalah 70,23 angka ini berada pada kategori cukup baik dilihat dari pedoman penggolongan hasil belajar teknik dasar passing bola basket. Sedangkan pada kelas XI IPA 2 yang terdiri dari 30 orang menunjukan bahwa tidak ada siswa tergolong dalam kategori sangat baik (0%), baik sebanyak 5 orang (16,67%), cukup baik sebanyak 25 orang (83,33%), dan tidak ada siswa kurang baik. Rata-rata hasil belajar siswa secara klasikal adalah 70,03 angka ini berada pada kategori cukup baik dilihat dari pedoman penggolongan hasil belajar teknik dasar passing bola basket. Dari jumlah 30 siswa kelas XI IPA 3 yang dianggap tuntas berjumlah 7 siswa dan yang tidak tuntas berjumlah 23 siswa. Sedangkan kelas XI IPA 2 dengan jumlah siswa 30 yang dianggap tuntas berjumlah 5 siswa dan yang tidak tuntas berjumlah 25 siswa.

Hal ini dikarenakan, siswa mengalami permasalahan dalam melakukan gerakan teknik dasar chest pass yaitu (1) sikap awal lutut tidak di tekuk dan badan belum condong kedepan, pada sikap pelaksanaan saat bola terlepas dari tangan lengan belum dalam keadaan lurus dan telapak tangan tidak menghadap keluar, pada sikap akhir saat bola sudah terlepas dari tangan,

kedua lengan belum lurus ke depan rileks dan tidak ada gerakan melangkahkan kaki ke depan (follow through) (2) dari gerakan teknik dasar bounce pass sikap awal sikap berdiri kaki siswa belum sejajar dibuka selebar bahu dan badan belum condong ke depan, pada sikap pelaksanaan sikap kaki siswa tidak melangkah kearah operan namun tetap dan telapak tangan tidak menghadap keluar setelah bola terlepas dari tangan, dan pada sikap akhir setelah mengoper bola badan tidak condong ke depan (3) rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena dari cara guru menyajikan informasi terkait materi pembelajaran teknik dasar passing bola basket hanya berfokus pada guru tanpa melibatkan partisipasi peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa hasil belajar siswa SMA kelas XI Negeri 2 Banjar belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Jika hal ini terus berlangsung maka akan mengakibatkan kegagalan pada siswa dalam proses pembelajaran maupun menghambat perolehan hasil belajar yang optimal. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dicarikan jalan keluar agar tujuan proses pembelajaran mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan tuntutan kurikulum.

Berdasarkan hasil observasi dan refleksi awal maka sejalan dengan persoalan di atas maka alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran koperatif tipe Team Games Tournament (TGT) pada pembelajaran materi teknik dasar passing bola basket. Model pembelajaran TGT merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

“Model pembelajaran ini dipilih karena pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan belajar bekerja sama

(4)

4 untuk mencapai tujuan-tujuan dan tugas-tugas akademik bersama, sementara sambil bekerjasama belajar keterampilan-keterampilan kolaboratif dan sosial” (Santyasa, 2007:31).

Ketertarikan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dikarenakan : (1) model pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT adalah model pembelajaran yang sederhana, sehingga model pembelajaran kooperatif ini cocok diterapkan pada siswa SMA Negeri 2 Banjar sesuai dengan permasalahan yang telah dikaji, (2) pada model pembelajaran ini siswa dibentuk dalam kelompok yang di dalam kelompok tersebut anggota kelompoknya memiliki prestasi akademik, jenis kelamin, ras atau etnik yang berbeda sehingga dalam melakukan diskusi sesama anggota kelompok dapat saling mengisi. Berkaitan dengan hal tersebut membuat siswa berpartisipasi secara maksimal dan setiap siswa mempunyai tanggung jawab perseorangan untuk menguasai materi dengan sebaik-baiknya, dan (3) model pembelajaran kooperatif tipe TGT mengajak dan mendorong siswa untuk belajar aktif karena adanya permainan akademik dan dapat mengimplementasikan hasil belajar dalam kelompok melalui tournament dalam bentuk kompetisi antar kelompok. Suasana belajar akan lebih kondusif dan menarik, yang akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti mencoba melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Teknik Dasar Passing Bola Basket pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Banjar Tahun Pelajaran 2016/2017”.

KAJIAN TEORI

Dalam penelitian ini dikemukakan beberapa kajian teori diantaranya: (1) Pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Belajar adalah, “Suatu perubahan perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar

maka responsnya menurun” (Dimyati dan Mudjiono, 2006:9). Pembelajaran Penjasorkes merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan fisik serta perkembangan individu secara menyeluruh. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan lain yang bersifat jasmaniah itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui penjasorkes, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga sehingga tercapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan 3 ranah atau domain. (2) Sistematika Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Sistematika pembelajaran dalam penjasorkes berdasarkan PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 sebagai berikut: Pembelajaran pendahuluan, pembelajaran inti, dan pembelajaran penutup. (3) Konsep Belajar Gerak, Pengertian belajar gerak tidak lepas dari pengertian belajar pada umumnya. Gerak merupakan sebagian dari belajar. Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa belajar adalah aktivitas berpikir, aktivitas emosi dan perasaan, serta aktivitas gerak fisik melalui stimulus yang diberikan karena adanya interaksi alat indera dengan lingkungan. Belajar ditekankan dalam 3 ranah yaitu belajar pengetahuan, belajar sikap, belajar gerak keterampilan. Gerak merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. (4) Model-Model Pembelajaran, Model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning),Model Pembelajaran Berdasarka Masalah, Model Pembelajaran Kontekstual. (5) Model Pembelajaran Kooperatif, “Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen)” (Sanjaya, 2006:242). Sistem penilaian dilakukan

(5)

5 terhadap kelompok. (6) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT, Menurut Isjoni (dalam Puspayana 2016:83) “Teams Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda”. Model pembelajaran kooperatif TGT bertujuan untuk mengajak siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran TGT diyakini dapat membantu siswa dalam pembelajaran karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini siswa dapat menelaah mata pelajaran dan dapat mengaktualisasi diri serta kerjasama interaksi baik siswa dan guru akan membuat suasana pembelajaran tidak membosankan. Adanya permainan akademik dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menimbulkan rasa tanggung jawab siswa untuk memberikan kontribusi yang positif pada kelompoknya dan meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga nantinya dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. (7) Model Pembelajaran Konvensional, Pembelajaran konvensional menekankan pada guru sebagai pusat informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Situasi kelas sebagian besar masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, serta pengguanaan model ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar mengajar. Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran tradisional atau disebut juga model ceramah, karena sejak dulu model ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. (8)Hasil Belajar, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri oleh proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, “Hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar” (Dimyati dan Mudjiono, 2006:3). Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi dari guru dan merupakan hasil dari suatu interaksi

tindakan belajar dan mengajar “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2004:22). Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar berhubungan dengan adanya perubahan tingkah laku seperti dari tidak tahu menjadi tahu. Siswa dikatakan berhasil dalam belajar apabila terjadi perubahan-perubahan dalam diri siswa, baik yang menyangkut perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan dimana dalam proses pembelajaran ini melibatkan interaksi antar individu dan juga dengan lingkungan. Berdasarkan pada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang penilaian hasil belajar, yang di maksud dengan hasil belajar yaitu pembelajaran yang di lakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek atau produk portopolio dan penilaian diri. Penilaian hasil belajar menggunakan standar penilaian pendidikan dan panduan penilaian kelompok mata pelajaran.

Berdasarkan uraian dalam intruksional, Bloom, dkk (dalam Dimyati dan Mudjiono 2006:26), “siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan pesikomotor untuk berinteraksi terhadap lingkungannya dalam melakukan kegiatan belajar”. (9) Permainan Bola Basket, Permainan bola basket adalah olahraga bola berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing lima orang, yang saling bertanding mencetak poin dengan

(6)

6 memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Keterampilan-keterampilan perorangan seperti tembakan, operan, dribel dan rebound, serta kerja tim untuk menyerang atau bertahan adalah prasyarat agar berhasil memainkan olahraga ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penguasaan keterampilan gerak dalam permainan bola basket adalah teknik dasar. Apabila sudah mengetahui, memahami, dan menguasai teknik dasar permainan bola basket, maka akan mudah dalam memainkannya. Beberapa teknik dasar dalam permainan bola basket adalah teknik passing, teknik menggiring bola (driblling), teknik bertumpu satu kaki (pivot), dan teknik menembak (shooting).

Passing berarti mengoper bola. Operan merupakan teknik dasar pertama. Dengan Operan para pemain dapat melakukan gerakan mendekati ring basket untuk kemudian tembakan (Ahmadi, 2007:13). Dalam penelitian ini, teknik dasar yang akan diteliti adalah teknik dasar passing bola basket, yakni mengoper bola setinggi dada (chest pass) dan mengoper bola pantulan (bounce pass).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar teknik dasar passing bola basket pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar tahun pelajaran 2016/2017.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen sesungguhnya (true experimental). ”Penelitian eksperimen sesungguhnya bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepala satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenal kondisi perlakuan” (Kanca, 2010: 86).

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Banjar pada tahun 2016/2017. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar teknik dasar passing bola basket pada siswa kelompok eksperimen sedangkan kelompok kontrol diberikan pembelajaran dengan model konvensional. Rancangan pada penelitian ini adalah rancangan the randomized pretest-posttest control group the same subjec design.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Banjar, jumlah kelas XI yang ada adalah sebanyak 3 kelas yaitu. XI IPA 1 31 orang, XI IPA 2 30 orang, XI IPA 3 30 orang, sehingga keseluruhan jumlah populasi penelitian adalah 91 orang. Ke 3 kelas tersebut diundi untuk menetapkan kelas yang menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol dan diperoleh kelas XI IPA 3 sebagai kelompok eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol. Pengambilan data hasil belajar dilakukan dengan cara memberikan tes objektiv, observasi, dan unjuk kerja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Uji-t pada data. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu data diuji normalitas dan homogenitasnya. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan pada dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan pada kelompok kontrol diberikan perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Pemberian perlakuan pada kedua kelompok dilakukan dari tanggal 27 April 2017 sampai 6 April 2017. Kegiatan penelitian dilakukan di lapangan sekolah SMA Negeri 2 Banjar. Data berupa nilai diperoleh dari pretest dan posttest. Nilai-nilai tersebut dianalisis dalam SPSS 16.0 for Windows. Berikut data nilai kedua kelas tersebut:

(7)

7 Tabel 1.

Rangkuman Data Hasil Belajar Bola Basket (passing bola basket) Variabel Kelompok

Eksperimen

Kelompok control

Banyak Siswa 30 Orang 30 Orang Rata-rata Pretest 72,23 72,02 Rata-rata Posttest 81,37 74,53 Standar Deviasi (SD) Posttest 6,95 7,28

Dari data posttest diperoleh rata-rata skor kelompok eksperimen = 81,37 sedangkan rata-rata skor kelompok kontrol = 74,53. Standar deviasi dari kelompok eksperimen = 6,95 sedangkan standar deviasi dari kelompok kontrol = 7,28. Sebelum uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

Untuk mengetahui normalitas sebaran data digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov pada signifikansi 0,05.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.00 for Window. Dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2.

Hasil Uji Normalitas Sebaran Data Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig. Eksperimen .133 30 .188 .960 30 .305 Kontrol .116 30 .200* .965 30 .415 Didapatkan hasil untuk nilai

signifikansinya kedua kelompok adalah 0,188 untuk kelompok eksperimen dan 0,200 untuk kelompok kontrol. Semua variabel signifikansi pada uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05. Dengan demikan maka semua sebaran data berdistribusi normal.

Uji homogenitas varian dilakukan dengan pengelompokan berdasarkan model pembelajaran, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan model pembelajaran konvensional. Uji homogenitas varians antar kelompok dilakukan dengan bantuan SPSS 16.00 for Windows dengan menggunakan Levene’s Test Of Equality Error Variance. Hipotesis statistik yang diuji dalam

pengujian homogenitas adalah sebagai berikut.

Ho : variansi pada setiap kelompok adalah sama (homogen)

Ha: variansi pada setiap kelompok tidak sama (tidak homogen)

Dengan kriteria pengujian yang digunakan adalah terima Ho jika nilai p> 0,05 dimana data memiliki varians yang sama apabila angka signifikansi yang dihasilkan lebih dari 0,05. Rangkuman hasil perhitungan homogenitas data menggunakan SPSS 16.00 for Windows dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

(8)

8 Tabel 3.

Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Varians menggunakan Levene’s Test of Equality of Error Variancesa

F df1 df2 Sig.

.027

1

58

.870

Berdasarkan hasil uji Levene’s taraf signifikansi yaitu 0,870 menunjukkan bahwa untuk hasil belajar passing chest pass dan bounce pass bola basket dengan taraf signifikansi lebih besar dari 0,05. sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi pada setiap kelompok adalah sama (homogen).

Berdasarkan hasil Uji t diperoleh nilai signifikansinya = 0,000. Hasil ini dijadikan dasar dalam mengambil

keputusan. Adapun keputusan yang diambil adalah tolak Ho dan terima Ha. Hasil ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar passing chest pass dan bounce pass bola basket antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Tabel 4.

Rangkuman Hasil Independent Samples Test Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. T df Sig. (2-tailed) Nilai Equal variances assumed .027 .870 3.716 58 .000 Equal variances not assumed 3.716 57.875 .000

Independent Samples Test (Bagian II) Mean

Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

6.83333 1.83905 3.15207 10.51459 6.83333 1.83905 3.15190 10.51476 Berdasarkan angka rata-rata

terlihat bahwa rata-rata peningkatan hasil belajar pada kelompok eksperimen 81,37 lebih besar daripada kelompok control 74,53. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada

siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh 1) Penelitian yang dilakukan oleh Nugroho, Dian. (2012) yang dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan model

(9)

9 pembelajaran kooperatif tipe (TGT) untuk meningkatkan motivasi belajar bola voli yang dibuktikan dari nilai thitung (9,091) > ttabel (1,697) dengan taraf signifikan 0,05. 2) Penelitian yang dilakukan Nugroho, W. 2012. Pada kelompok kontrol saat pretest siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa atau 11,53% setelah mendapatkan perlakuan (posttest) meningkat menjadi 13 siswa atau 50,00% dari 26 siswa. Sedangkan pada kelompok eksperimen saat pretest siswa yang tuntas sebanyak 4 siswa atau 15,38% setelah mendapatkan perlakuan (posttest) meningkat menjadi 25 siswa atau 96,15% dari 26 siswa. simpulan penelitian ini adalah bahwa hasil belajar bola voli meningkat melalui aplikasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Nguter. 3) hasil penelitian yang dilakukan oleh Agus Budiastawa Putra, Kusmariyanthi, Citra Wibawa (2014) yang menemukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di Gugus VIII Kecamatan Kubutambahan dengan nilai thitung 53,46 >ttabel 2,02 dengan taraf signifikan 0,05. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh sangat signifikan terhadap peningkatan hasil belajar passing (passing chest pass dan bounce pass) bola basket pada siswa kelas XI SMA Negeri 2 banjar tahun pelajaran 2016/2017.

Berdasarkan hasil analisis data, pembahasan, dan kesimpulan maka dapat diajukan beberapa saran untuk proses pembelajaran dan penelitian lebih lanjut sebagai berikut. 1) Bagi guru Penjasorkes, model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas. 2) Penelitian ini dilaksanakan pada pokok bahasan teknik dasar passing bola basket di kelas XI SMA Negeri 2 Banjar, sehingga untuk memperoleh bukti-bukti yang lebih umum dari penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT diharapkan peneliti lain untuk mencoba pada pokok bahasan lain untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Penjasorkes secara lebih mendalam. 3) Penelitian ini hanya mengukur ada atau tidaknya pengaruh dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar teknik dasar passing bola basket (passing chest pass dan bounce pass) tanpa meneliti lebih jauh arah pengaruh yang diberikan. Di waktu mendatang dapat dilakukan suatu penelitian untuk meneliti sejauh mana arah pengaruh yang diberikan oleh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar Penjasorkes siswa. DAFTAR RUJUKAN

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Kanca, I Nyoman. 2010. Metodologi Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha Nugroho, Dian. 2012. Penerapan Model

Pembelajaran Koperatif tipe Teams Games Tournamen (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Bola Voli Pada Siswa Kelas X-1 SMA Negeri 1 Panggul Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Tersedia padahttp://jurnalmahasiswa.unesa. ac.id/article/4882/68/article.pdf (Diakses pada Minggu 6 November 2016 pukul 08.00 wita)

Nugroho, W. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournamen (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bermain Bola Voli Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 3 Nguter Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan). Tersedia padahttps://media.neliti.com/.../139

(10)

10

26-ID-aplikasi-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt (Diakses pada Minggu 6 November 2016 pukul 08.00 wita) Permendiknas nomor 41 tahun 2007

tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. 2007. Jakarta: Kemendiknas.

Putra, B. A. 2014. Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar telah dibuktikan melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di Gugus VIII Kecamatan Kubutambahan. Tersedia pada http://ejournal. Undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/ article/view/2529 (Diakses pada Minggu 6 November 2016 pukul 08.00 wita)

Puspayana, Gede Prema Rangga. 2016. Penerapan Kooperatif Tgt Untuk

Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Teknik Dasar Pukulan Lob Bulutangkis. Tersedia pada http://ejournal.undiksha.ac.id/index .php/JJP/article/viewFile/7950/538 9 (Diakses pada Selasa 20 Juni 2017 pukul 14.00 wita)

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group.

Sudjana, N. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu dan maraknya praktik penggelapan pajak mendorong minat untuk melakukan penelitian dengan faktor-faktor pemahaman

Sedangkan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki 5 (lima) prinsip pilar aktivitas CSR yaitu: 1) building human capital adalah berkaitan dengan internal

1) Pelaksanaan Pemungutan Pajak Restoran Dalam Memajukan Sumber Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru di Kecamatan Marpoyan Damai Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 06

Ketika pada kondisi dominan unbalance , maka getaran radial (horizontal dan vertikal) akan secara normal jauh lebih tinggi dibandingkan axial. Pada motor normal,

Ibu Nanik Wahyuni, SE., M.Si., Ak., CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sekaligus Dosen Pembimbing

Sementara itu, budaya religi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah budaya yang muncul dari pengaruh masuk dan berkembangnya suatu kepercayaan yaitu agama islam

Baik buruknya strukturnya keluarga memberikan dampak baik atau buruknya perkembangan jiwa dan jasmani anak. Apabila rumah tangga terus menerus dipenuhi konflik yang

Hasil Belajar siswa kelas V SD Negeri Sampaka dalam proses belajar mengajar Bahasa Indonesia melalui pembelajaran metode diskusi kelompok secara efektif mengalami