• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORUM RAKYAT BALI TOLAK REKLAMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FORUM RAKYAT BALI TOLAK REKLAMASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Denpasar, 11 Juni 2014 No : 06 /ForBALI/VI/2014

lamp : -

Hal : Surat Protes Terbuka

Kepada :

Yth, Presiden Republik Indonesia Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono di –

Jakarta

Salam Adil dan Lestari

Menyikapi perubahan Perpres 45/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA menjadi Perpres 51 Th 2014 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

Kawasan Perkotaan SARBAGITA, kami Organsisasi Masyarakat Sipil, Seniman, Mahasiswa, Musisi dan Individu-individu yang peduli dengan keberlangsungan Bali menyatakan protes atas kebijakan perubahan perpres Sarbagita yang senyatanya hanya mengakomodir rencana reklamasi Teluk Benoa dari pengusaha. Protes kami terhadap perubahan perpres status konservasi Teluk Benoa menjadi kawasan pemanfaatan umum kami uraikan sebagai berikut:

1. Sedari awal upaya pemaksaan untuk melakukan perubahan Perpres 45/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA sudah diprediksi. Sejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memanggil secara khusus Yusril Ihza Mahendra praktis sejak itu pihak pemerintah agresif melakukan upaya revisi Perpresnya , berbagai pertemuan dilakukan yang digagas oleh pemerintah pusat, mulai dari hearing dengan para akademisi non-Univ Udayana, sampai pelaksanaan konsultasi publiknya dilakukan dengan secara sembunyi-sembunyi. Sehinggga seluruh proses hanya melibatkan kelompok yang pro reklamasi sementara komponen masyarakat yang menolak reklamasi dipinggirkan. Catatan terakhir kami adalah pada hari Senin, 14 april 2014 pukul 14.30 wita bertempat di Ruang Rapat Cempaka Kantor Bappeda Provinsi Bali, Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) bersama dengan Pemerintah Provinsi Bali mengadakan Konsultasi Publik tentang rencana perubahan pasal 55 ayat (5) Perpres No. 45/2011 khususnya pada yang menyatakan bahwa

(2)

Teluk Benoa adalah kawasan konservasi perairan untuk diubah menjadi kawasan pemanfaatan umum. Di dalam konsultasi publik ini tidak satupun pihak yang kontra dengan rencana reklamasi Teluk Benoa dilibatkan. Dapat dikatakan

mendekati kerja-kerja misi terselubung atau silent operation.

2. Penerbitan Perpres 51/2014 pada intinya adalah menghapuskan pasal-pasal

yang menyatakan Teluk Benoa adalah kawasan konservasi sebagaimana

yang disebutkan di dalam pasal 55 ayat 5 perpres 45/2011 serta mengurangi

luasan kawasan konservasi perairan dengan menambahkan frasa

sebagian” pada kawasan konservasi Pulau Serangan dan Pulau Pudut. Hal

tersebut menyababkan luas kawasan konservasi menjadi berkurang luasannya. 3. Selain menghapuskan Teluk Benoa dari kawasan konservasi perairan, Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono melalui perpres 51/2014 mengubah kawasan

perairan pesisir Teluk Benoa menjadi zona penyangga (vide : pasal 63A

ayat (2) Perpres 51/2014). Tidak hanya perairan pesisir Teluk Benoa, kawasan hutan yang yang saat ini masih ditetapkan sebagai kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai, selanjutnya disebut L3 akan didorong perubahannya berdasarkan peraturan undang-undang kehutanan untuk diubah menjadi zona P (penyangga), termasuk Pulau Pudut. Presiden juga menghapus besaran luas taman Hutan Raya Ngurah Rai sebagai kawasan pelestarian alam. Dalam aturan sebelumnya ditetapkan secara spesifik luas Taman Hutan Raya Ngurah Rai, yakni 1.375 hektar.

4. Berdasarkan arahan zonasi Perpres 51/2014 pasal 101A huruf d angka 6

kegiatan sebagaimana dimaksud huruf a dan b dapat dilakukan melalui kegiatan revitalisasi termasuk penyelenggaraan reklamasi paling luas 700 (tujuh

ratus) hektar dari Kawasan Teluk Benoa. Selanjutnya pada pasal 101A

huruf e angka 1 dijelaskan bahwa penyediaan ruang terbuka hijau paling

kurang 40% dari total luasan pulau hasil reklamasi.

5. Perubahan Perpres 45/2011 menjadi Perpres 51 Th 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 dengan menghapuskan Teluk Benoa dari status kawasan konservasi perairan menjadi zona penyangga dan mengakomodir rencana reklamasi Teluk Benoa seluas 700 ha, telah menunjukkan bahwa sesungguhnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih memilih mengakomodir pernyataan Wisnu Tjandra, salah satu direksi Utama

(3)

Artha Graha Network yang mengeluarkan statement pada harian Kompas 28 januari 2014 hal 12 bahwa (atau) tentang rencana reklamasi Teluk Benoa yang akan dilakukan pihaknya seluas 700 ha, daripada mendengarkan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa oleh seluruh komponen masyarakat di Bali. Hal ini secara terang menegaskan bahwa hukum dapat dipesan sesuai dengan kehendak investasi dan rezim SBY lebih berpihak kepada pengusaha daripada rakyat.

6. Selain untuk memuluskan rencana reklamasi Teluk Benoa, Perubahan status Teluk Benoa dari kawasan konservasi perairan menjadi zona penyangga atau kawasan pemanfaatan umum, patut diduga sebagai bagian dari upaya pemutihan penyimpangan tata ruang. Dugaan pelanggaran tata ruang yang dilakukan oleh Gubernur Bali dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. SK Gubernur Bali, baik SK Gubernur Bali Nomor 2138/01-C/HK/2013 maupun SK Gubernur Bali Nomor 1727/01-B/HK/2013 adalah keputusan pemberian ijin kegiatan reklamasi. Selanjutnya, jika dikaitkan dengan peraturan hukum penataan ruang serta regulasi mengenai reklamasi, penerbitan SK tersebut mengandung konsekuensi hukum, seperti:

Pertama; terkait dengan status hukum kawasan perairan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi (vide: pasal pasal 53 ayat (2) jo. Pasal 55 ayat (4) dan ayat (5) Perpres no 45 tahun 2011 tentang tata ruang kawasan perkotaan Sarbagita)

Pasal 55 ayat (5) huruf b menyebutkan selengkapnya sebagai berikut:

“kawasan konservasi di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas:

b. kawasan konservasi perairan di perairan kawasan sanur di Kecamatan Denpasar, Kota Denpasar, Perairan Kawasan Teluk Benoa sebagian di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dan sebagian di Kecamatan Kuta Selatan , Kabupaten Badung, dan perairan Kawasan Kuta di Kecamatan Kuta Kabupaten Badung.”

Bahwa sebagai kawasan konservasi perairan maka Perairan Teluk Benoa seyogyanya adalah kawasan yang terlarang untuk kegiatan-kegiatan

(4)

reklamasi. Hal tersebut diatur dalam pasal 2 ayat (3) Perpres no 122 tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil menyatakan: “Reklamasi tidak dapat dilakukan pada kawasan konservasi dan alur laut”. Jika Gubernur Bali tunduk dan taat dengan peraturan tata ruang serta tunduk dengan pengaturan reklamasi, maka dua peraturan presiden tersebut di atas cukup untuk menjadi alasan hukum bagi Gubernur Bali untuk menghentikan segala upaya-upaya untuk mereklamasi Teluk Benoa

Kedua; Mengingat, bahwa kedua SK Gubernur Bali baik SK Nomor 2138/02-CL/HK/2012 maupun SK Gubernur Bali Nomor 1727/01-B/HK/2013 adalah keputusan yang mengijinkan kegiatan reklamasi di kawasan konservasi teluk benoa baik berupa perencanaan maupun pelaksanaan, oleh karenanya keputusan itu harus tunduk dengan Perpres 122 th 2012, sebagaimana yang ditegaskan Pasal 2 ayat (1) perpres 122 tahun 2012 terkait ruang lingkup perpres tersebut, selengkapnya menyatakan: “ruang lingkup Peraturan Presiden ini meliputi perencanaan dan pelaksanaan reklamasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil”. Jika dihubungkan kembali dengan status kawasan Perairan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi (vide pasal 55 Perpres no 45 th 2011) dikaitkan dengan larangan melakukan kegiatan reklamasi pada kawasan konservasi (vide; perpres no. 12 tahun 2012) maka dapat dinyatakan bahwa SK Gubernur Bali tersebut adalah keputusan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan terkait tata ruang (i.c Perpres no 45 tahun 2011), bertentangan dengan pengaturan mengenai reklamasi (i.c Perpres no 122 tahun 2012) sehingga hal tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum oleh penguasa.

Bahkan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Gubernur terkait dengan penerbitan SK Gubernur Bali Nomor 1727/01-B/HK/2013 yang bertentangan dengan pemanfaatan ruang dapat pula berakibat hukum pidana tata ruang sebagaimana yang diatur ketentuan pemidanaan tata ruang pada UU no. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang.

7. Perubahan Perpres 45/2011 menjadi Perpres 51/2014 dengan mengakomodir keinginan investor untuk mereklamasi Teluk Benoa telah mengesampingkan banyak fakta, sebagai berikut:

(5)

a. Perubahan perpres sarbagita untuk memuluskan rencana reklamasi di kawasan perairan Teluk Benoa telah mengabaikan fakta bahwa rencana reklamasi di kawasan perairan Teluk Benoa ditolak oleh seluruh lapisan masyarakat Bali. Rencana reklamasi Teluk Benoa telah mendapatkan penolakan secara massive oleh Desa Adat Tanjung Benoa melalui rapat desa adat Tanjung Benoa, Penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh masyarakat desa adat Sidakarya, penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh desa adat Canggu, Penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh elemen masyarakat pesisir Sanur, Suwung, Sesetan dan Pesanggaran, penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh desa adat Kelan, penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh Pemuda Nusa Penida, penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh desa adat Pemogan, penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh Komite Kerja Advokasi Lingkungan Hidup (KEKAL) Bali, penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh Aliansi masyarakat bali (AMB) yang terdiri dari akademisi, adat dan agamawan, penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa oleh Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) Teluk Benoa, bahkan revisi perpres 45/2011 juga ditolak oleh musisi-musisi yang menolak reklamasi Teluk Benoa melalui petisi online berjudul Tolak

Reklamasi Bali! Jangan Ubah Perpres 45/2011, petisi online yang

sudah didukung oleh lebih dari 8.000 orang.

b. Upaya pemerintah dalam memuluskan reklamasi Teluk Benoa juga mengabaikan fakta bahwa rencana reklamasi Teluk Benoa tidak layak dilakukan berdasarkan keterangan resmi Universitas Udayana melalui media massa bahwa hasil studi kelayakan atas rencana reklamasi Teluk Benoa

oleh PT. TWBI dinyatakan tidak layak. Ketidaklayakan itu berdasakan

penelitian dan kajian dari 4 aspek yaitu: apek teknis, aspek lingkungan, aspek sosial budaya dan aspek ekonomi finansial.

c. Jika reklamasi dilakukan di kawasan perairan Teluk Benoa maka reklamasi tersebut akan berpotensi menimbulkan masalah lingkungan baru yaitu banjir dan rob yang akan menggenangi pemukiman warga atau sarana wisata di sekitar hingga bandara Ngurah Rai karena Teluk Benoa sebagai muara dari 4 sungai besar akan kehilangan fungsinya sebagai penampung air.

(6)

d. Penetapan perpres 51 tahun 2014 tidak memperhatikan upaya perlindungan lingkungan hidup oleh Kabupaten Badung yang sudah menetapkan kawasan perairan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi. Perda ini diterbitkan selaras dengan Perpres 45 tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan SARBAGITA yang ditetapkan melalui Perda Kabupaten Badung Nomor 26 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Badung Tahun 2013 – 2033.

e. Di dalam pasal 123 ayat 2 diterangkan bahwa peninjauan kembali rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Artinya, perpres tersebut baru dapat ditinjau ketika perpres sarbagita telah berusia 5 tahun.

8. Berdasarkan uraian dari nomor 1 sampai nomor 8, dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Upaya presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam melakukan perubahan Perpres 45/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA menjadi Perpres 51 Th 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA adalah tindakan yang gegabah, tidak transparan dan tidak memperhatikan dan bahkan mengabaikan aspirasi penolakan masyarakat terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa dan penolakan terhadap revisi perpres no 45/2011 yang berkembang luas di masyarakat Bali sehingga Perpres 51 Th 2014 harus dibatalkan dan atau dicabut.

b. Perubahan perpres no 45 /2011 menjadi Perpres 51 Th 2014 berpotensi besar untuk memutihkan dugaan pelanggaran tata ruang yang dilakukan oleh Gubernur Bali sehingga Perpres 51 Th 2014 harus dibatalkan dan atau dicabut.

c. Perubahan perpres no 45 /2011 menjadi Perpres 51 Th 2014 yang mengakomodir rencana reklamasi Teluk Benoa, telah mengabaikan fakta bahwa rencana reklamasi Teluk Benoa tidak layak dilakukan berdasarkan aspek teknis, lingkungan, sosial budaya, dan ekonomi financial sehingga Perpres 51 Th 2014 harus dibatalkan dan atau dicabut.

d. Perubahan perpres no 45 /2011 menjadi Perpres 51 Th 2014 dengan mengakomodir rencana reklamasi di teluk benoa juga mengabaikan

(7)

dampak buruk reklamasi bagi lingkungan hidup dan ancaman bencana ekologis apabila reklamasi dilakukan sehingga Perpres 51 Th 2014 harus dibatalkan dan atau dicabut.

e. Perpres 45/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA baru berlaku selama 3 tahun sehingga tidak dapat dilakukan perubahan, mengingat peraturan tata ruang baru boleh dilakukan review 1 kali dalam 5 tahun dan belum tentu ada revisi. Percepatan perubahan peraturan tata ruang sebagaimana yang terjadi pada perpres Sarbagita no 45/2011 adalah tindakan cacat secara prosedural sehingga Perpres 51 Th 2014 harus dibatalkan dan atau dicabut.

f. Perubahan kawasan konservasi perairan menjadi kawasan pemanfaatan umum hanya untuk mengakomodir rencana reklamasi yang jelas-jelas dilarang dilakukan di kawasan konservasi akan menjadi preseden buruk bagi kawasan konservasi lainya di Indonesia, mengingat apabila ada investasi untuk melakukan reklamasi di daerah lain di Indonesia maka kawasan konservasi akan diubah peruntukkannya guna mengakomodir reklamasi tersebut. Mengingat hal tersebut maka perubahan kawasan konservasi perairan Teluk Benoa menjadi kawasan pemanfaatan umum melalui perubahan Perpres 45/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA menjadi Perpres 51 Th 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA haruslah di batalkan.

Berdasarkan uraian fakta tersebut di atas, maka kami menyatakan protes

atas perubahan Perpres 45/2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA menjadi Perpres 51 Th 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan SARBAGITA, dan kami menuntut Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia untuk;

1. Menuntut Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia untuk membatalkan dan mencabut Perpres 51 Th 2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang

(8)

Kawasan Perkotaan SARBAGITA dan memberlakukan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan. 2. Menuntut Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia untuk

menolak rencana reklamasi Teluk Benoa yang berpotensi mengancam hajat hidup orang banyak dan meningkatkan risiko bencana ekologis di Bali Selatan.

3. Menuntut Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia dalam masa akhir jabatannya untuk tidak mengeluarkan kebijakan strategis yang dapat mengancam keberlangsungan hajat hidup orang banyak termasuk kebijakan yang mengakomodir reklamasi Teluk Benoa.

Demikian surat protes ini kami sampaikan kepada Presiden SBY, agar segera ditindaklanjuti. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih.

Hormat Kami

ForBALI1

I Wayan Suardana, SH Koordinator

                                                                                                                         

1FRONTIER (Front Demokrasi Perjuangan Rakyat Bali ), KEKAL (Komite Kerja Advokasi Lingkungan Hidup Bali), GEMPAR Teluk Benoa (Gerakan Masyarakat Pemuda Tolak Reklamasi Teluk Benoa), WALHI Bali, Sloka Institute, Mitra Bali, PPLH Bali, PBHI Bali, Kalimajari, Yayasan Wisnu, Yayasan Manikaya Kauci, Komunitas Taman 65, Komunitas Pojok, Bali Outbond Community, Penggak Men Mersi, BEM Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Bali, PPMI DK Denpasar, Eco Defender, Nosstress, The Bullhead, Geekssmile, Superman Is Dead, Navicula serta individu-individu yang peduli keselamatan Bali.

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan perbaikan yang dilakukan pada siklus II adalah (1) memberikan penekanan bahwa dalam melakukan pemecahan masalah terhadap tugas kelompok, tes awal, dan tes

Hasil yang diberikan dari penelitian ini adalah (1) harapan konsumen berpengaruh positif dengan kualitas yang dipersepsikan, (2) harapan konsumen tidak

Study of the electrochemical properties of fuel cells and dynamic modeling of fuel cells using equivalent electrical circuit including a capacitor due to the

Pada upacara sekolah petugas yang merentang bendera adalah petugas yang berada di sebelah kanan.. Posisi telapak tangan bagian dalam pada saat mengerek bendera dalam tata Upacara

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) meningkatkan ketrampilan proses siswa melalui penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) pada materi laju reaksi,

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu yang sumber penerimaan daerah dari bentuknya sebagai hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan halnya yang tercantum

Berdasarkan hasil analisis ragam dengan dua faktor perlakuan berbeda (lama pencahayaan dan daya lampu) yang disajikan pada tabel 3, didapatkan bahwa nilai

Sesuai dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka dengan