• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).

WHO menyatakan Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama, mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dan menurut American Diabetes Association (ADA) Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

(2)

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitusadalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah yang mengakibatkan gangguan metabolisme dan berkembang menjadi gangguan multisistem karena keterbatasan insulin di dalam tubuh seseorang.

2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Diabetes Mellitus

Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes mellitus lebih besar.

Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.

Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak diproduksi.

(3)

2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus

American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006) mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :

1) Diabetes mellitus tipe 1

Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui sumbernya.

2) Diabetes mellitus tipe 2

Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.

3) Diabetes mellitus Gestasional

Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.

4) Diabetes mellitus tipe lain :

a) Defek genetik fungsi sel beta

b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism, sindrom rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.

(4)

c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, dan lainnya.

d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma, hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.

e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid, dilantin, interferon alfa, dan lainnya.

f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.

g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor insulin, dan lainnya.

h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom turner, sindrom wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington, sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)

2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus

Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :

1) Diabetes Tipe I

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari

(5)

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

2) Diabetes Tipe II

Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah. Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan kadar gula darah semakin bertambah berat.

(6)

3) Diabetes Gestasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta. Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes gestasional akan kembali normal. (Brunner & Suddarth, 2002).

2.1.5 Gejala

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai ke air kemih.

Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).

Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).

Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas, mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi

(7)

keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia). Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak sembuh (Sarwono, 2006).

2.1.6 Diagnosis

Diagnosis diabetes dipastikan bila terdapat keluhan khas diabetes ( poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya ) disertai dengan satu nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal ( glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl ).

Selain itu terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas ( lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae) disertai dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal ( glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang berbeda ( Suyono, 2005 ).

(8)

2.1.7 Komplikasi kronis diabetes mellitus antara lain :

1). Kerusakan saraf (Neuropathy)

Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang, susunan saraf periferdi otot, kulit, dan organ lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim. Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.

2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)

Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan, sedangkan protein yang seharusnya dipertahankan ginjal bocor ke luar. Semakin lama

(9)

seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita

diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.

3). Kerusakan mata (Retinopathy)

Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes, yaitu:

a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah kapiler yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah retina.

b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya glukosa darah yang tinggi.

c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak saraf mata.

4). Penyakit jantung

Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian mendadak bisa terjadi.

(10)

5). Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila penderita diabetesjuga terkena hipertensi.

6). Penyakit pembuluh darah perifer

Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali. Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.

7). Gangguan pada hati

Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu akibat penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes, penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C. Oleh karena itu, penderita diabetes harus menjauhi orang yang sakit hepatitis karena

(11)

mudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi tau radang hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.

8). Penyakit paru-paru

Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio-ekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit paru-paru akan menaikkan glukosa darah.

9). Gangguan saluran makan

Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai saluran pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi, gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan saluran makan bisa juga timbul akibat pemakaian obat-obatan yang diminum.

(12)

10). Infeksi

Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.

2.2 Kadar Gula Darah

2.2.1 Pengertian

Kadar gula darah adalah tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh (Wikipedia, 2012).

2.2.2 Mekanisme Pengaturan Gula Darah

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Kadar glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan kadar gula darah. Apabila kadar gula darah meningkat baik karena

(13)

perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen ( proses ini disebut glikogenosis), yang mengurangi kadar gula darah ( Wikipedia, 2012 ).

Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosa DM (mg/dL)

Bukan DM Belum pasti DM

DM

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dL) Plasma vena

Darah kapiler

Kadar glukosa darah puasa (mg/dL) Plasma vena Darah kapiler < 100 < 90 <100 <90 100-199 90-199 100-125 90-99 ≥ 200 ≥ 200 ≥ 126 ≥ 100

2.3. Senam Diabetes ( Latihan Jasmani )

2.3.1 Pengertian

Pengelolaan Diabetes Melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula darah dalam rentang normal, dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan terapi

(14)

nonfarmakologis. Pengelolaan nonfarmakologis meliputi pengendalian berat badan, diet, olahraga, sedangkan terapi farmakologisnya yaitu dengan pemberian insulin dan obat anti diabetik oral. Terapi ini diberikan jika terapi nonfarmakologis tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah dan dijalankan dengan tidak meninggalkan terapi nonfarmakologis yang sudah diterapkan (Yunir & Soebardi, 2007).

Latihan jasmani merupakan langkah awal dalam mencegah, mengontrol dan mengatasi diabetes. Latihan jasmani secara langsung dapat menyebabkan terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif dan lebih banyak jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor insulin menjadi lebih aktif yang akan berpengaruh pada penurunan kadar glukosa darah pada pasien diabetes (Ilyas, 2007). Latihan olahraga berdasarkan teori keperawatan merupakan kebutuhan pasien yang harus dipenuhi dalam mengatasi masalah keperawatan yang timbul akibat dari diabetes (Potter & Pery, 2005). Mengatasi masalah keperawatan pasien diabetes dengan latihan jasmani atau olahraga merupakan hal penting. Perawat dalam melakukan perannya dituntut agar latihan jasmani bisa dilakukan pasien dengan baik. Hal ini sesuai dengan peran perawat spesialisasi medikal bedah yaitu sebagai koordinator, pemberi layanan, perencana keperawatan berkelanjutan, edukator, advokat, dan agen perubahan (Ignativicus & Workman).

Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (PERSADIA, 2000).Pada waktu latihan jasmani otot-otot tubuh, sistem jantung dan sirkulasi darah serta pernafasan diaktifkan. Oleh sebab itu metabolisme tubuh, keseimbangan cairan

(15)

dan elektrolit serta asam basa harus menyesuaikan diri. Otot –otot akan menggunakan asam lemak bebas dan glukosa sebagaisumber tenaga atau energi. Bila latihan jasmani dimulai glukosa yang berasal dari glikogen di otot-otot pada waktu latihan jasmani mulai dipakai sebagai sumber tenaga. Apabila latihan jasmani terus ditingkatkan maka sumber tenaga dan glikogen otot berkurang, selanjutnya akan terjadi pemakaian glukosa darah dan asam lemak bebas. Makin ditingkatkan porsi olahraga makin meningkat pula pemakaian glukosa yang berasal dari cadangan glikogen hepar. Apabila latihan ditingkatkan lagi, maka sumber tenaga terutama berasal dari asam lemak bebas dan lipolisis jaringan lemak (PERSADIA, 2000).

Pada saat latihan jasmani ringan, pemakaian asam lemak bebas dan glukosa tidak tergantung insulin, apabila olahraga ditingkatkan menjadi berintensitas sedang maka insulin akan menurun dan adrenalin akan meningkat. Selanjutkan bila latihan jasmani dalam intensitas yang lebih berat maka non adrenalin akan meningkat dan menghambat sekresi insulin dan bersaman dengan itu terjadi peningkatan glucagon (PERSADIA, 2000).

Perubahan-perubahan metabolik dan sistem hormonal selama latihan tersebut adalah reaksi fisiologis tubuh untuk penyediaan energi yang dibutuhkan oleh otot-otot dari glukosa dan asam lemak bebas dan penyesuaian sistem kardiovaskular serta sistem respirasi (PERSADIA, 2000).

(16)

2.3.2 Manfaat Senam Diabetes

Manfaat senam diabetes yaitu meningkatkan kepekaan insulin pada otot-otot dan hati yang bisa menyebabkan penurunan pada dosis obat-obat hipoglikemi oral atau insulin yang dibutuhkan orang tersebut, profil lipid juga cendurung diperbaiki. Selain itu kadar kolestrol HDL yang sangat membantu makin bertambah dan mungkin penurunan trigliserida sehingga menurunkan resiko aterosklerosis. Diduga bahwa kurangnya olahraga dapat mengakibatkan resiko langsung bagi perkembangan resistensi terhadap insulin pada diabetes tipe 2, dan kemampuan fisik yang tetap aktif selama hidup merupakan salah satu sarana bagi perlindungan dan pencegahan penyakit (McWright, 2008 dalam Nugrahini, 2010).

Latihan jasmani pada diabetes mellitus tipe 2 berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Pada tipe ini produksi insulin umumnya tidak terganggu terutama pada awal menyandang penyakit ini. Masalah utama adalah kurangnya respon reseptor insulin terhadap insulin sehingga insulin tidak dapat dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh kecuali otak. Otot yang terkontraksi atau aktif tidak memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel karena pada otot yang aktif sensitivitas reseptor insulin meningkat. Oleh karena itu latihan jasmani pada diabetes mellitus tipe 2 akan menyebabkan berkurangnya kebutuhan insulin eksogen. Selain bermanfaat dalam mengontrol kadar glukosa darah, latihan jasmani pada diabetes mellitus tipe 2 diharapkan dapat menurunkan berat badan dan ini merupakan salah satu sasaran yang ingin dicapai, bahkan sebagian ahli menganggap bahwa

(17)

manfaat latihan jasmani bagi diabetes mellitus tipe 2 akan lebih jelas bila disertai dengan penurunan berat badan (Ilyas, 2005).

2.3.3 Keadaan Yang Perlu Diwaspadai Akibat Senam

Ada beberapa keadaan yang perlu diwaspadai akibat senam diabetes antara lain berhubungan dengan metabolisme, gula darah malah meninggi dan adanya ketosis, dan terjadinya hipoglikomi pada penderita yang mendapat suntikan insulin atau minum obat oral anti diabetik. Berhubungan dengan mikrovaskular, dapat terjadi perdarahan retina meningkatnya proteinuria, dan perdarahan jaringan lunak setelah latihan.

Keadaan lain yang perlu diwaspadai yaitu berhubungan dengan sistem kardiovaskular, dekompensasi jantung dan aritmia disebabkan oleh PJK, tekanan darah meningkat dalam latihan, hipotensi orthostatik setelah latihan Berhubungan dengan trauma, ulkus pada kaki, penyakit-penyakit sendi terutama pada orang tua, trauma tulang dan otot sehubungan dengan adanya neuropati, osteoporosis, dan osteoarthritis ( Ilyas, 2005 ).

2.3.4 Tahapan dalam latihan senam diabetes

Menurut Ilyas (2005) ada beberapa tahapan (urutan kegiatan) dalam melakukan senam diabetes yang harus diperhatikan setiap kali melakukan kegiatan senam diabetes, tahapan-tahapan tersebut antara lain :

(18)

1) Pemanasan (Warming Up)

Dilakukan sebelum melakukan latihan yang bertujuan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan. Selain itu pemanasan perlu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cedera akibat olahraga lama. Pemanasan biasanya 5-10 menit.

2) Latihan inti (Conditioning)

Pada tahap ini heart rate diusahakan mencapai target heart rate (THR) 3) Pendinginan (Cooling Down)

Pendinginan adalah untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah berolah raga atau pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktif. Lama pendinginan kurang lebih 5-10 menit.

4) Peregangan (Streching)

Dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih tegang dan lebih elastis.

2.3.5 Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Melakukan Senam Diabetes

Pada penyandang diabetes yang mendapat terapi insulin, keadaan hipoglikemia disertai kadar insulin yang berlebihan merupakan keadaan yang perlu mendapat perhatian ketika melakukan latihan jasmani terutama pada waktu tahap pemulihan. Kemungkinan hipoglikemia lebih besar bila insulin disuntikkan pada lengan atau kaki sebelum melakukan latihan jasmani, sebagai akibat meningkatnya hantaran insulin melalui darah karena efek pemompaan otot pada waktu berkontraksi.

(19)

Oleh karena itu dianjurkan agar penyuntikan insulin sebelum melakukan latihan jasmani dilakukan didaerah abdomen, juga dianjurkan agar latihan jasmani dilakukan setelah makan ketika kadar glukosa darah pada puncaknya. Pagi hari merupakan saat yang paling baik untuk melakukan latihan jasm

Latihan jasmani dengan durasi yang lama pada penyandang diabetes yang mengalami defisiensi insulin disertai kadar gula darah yang tidak terkendali akan menyebabkan peningkatan penglepasan bahan berbahaya yaitu benda-benda keton, berbagai hal ini membutuhkan pengawasan yang ketat bila penyandang diabetes melakukan latihan jasmani. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan latihan jasmani secara berkelompok (Ilyas, 2005 ).

2.3.6 Langkah –langkah dalam Senam Diabetes

Dalam melaksanakan senam diabetes ada beberapa langkah yang harus dilakukan, menurut Sumarni (2008) langkah-langkah tersebut antara lain:

1) Pemanasan 1

Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke atas seluruh bahu, kedua tangan bertautan, lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh. 2) Pemanasan 2

Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu, kemudian gerakkan kedua jari seperti hendak meremas, lalu buka lebar. Lakukan secara bergantian namun tangan di angkat ke kanan kiri tubuh hingga lurus bahu.

(20)

3) Inti 1

Posisi tegap berdiri, kaki kanan maju selangkah ke depan, kaki kiri tetap di tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu, sedangkan tangan kiri ditekuk sampai telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.

4) Inti 2

Posisi berdiri tegap, kaki kanan diangkat hingga paha dn betis membentuk sudut 900. Kaki kiri tetap di tempat. Tangan kanan diangkat kekanan tubuh selurus bahu, sedangkan tangan kanan ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara bergantian.

5) Pendinginan 1

Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus ke depan selurus bahu, tangan kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.

6) Pendinginan 2

Posisi kaki berbentuk huruf V terbalik, kedua tangan direntangkan ke atas membentuk huruf V.

Gambar

Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring  dan diagnosa DM (mg/dL)

Referensi

Dokumen terkait

Peluang tersebut semakin mudah dimanfaatkan berkat kehadiran lembaga pemasaran Swadesa, yang memiliki tujuan utama untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan oleh masyarakat

Gambar 6 menyatakan sampel dengan absorbent arang aktif serbuk kayu menggunakan CaCl 2 sebagai aktivator mempunyai suhu munculnya titik kabut yang lebih rendah

suitable examined by qualitative method. After that, the researcher determined the poem whichis analyzed by looked for the poems content of metaphor. 2) Identification, the

Pengaruh temperatur karbonisasi terhadap nilai kalor ( calorifc value ) camouran cangkang biji karet dan kulit kacang tanah Pada gambar 5. dapat dilihat semakin tinggi

Hasil dari penelitian faktor pendukung kelancaran pembelajaran renang pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bungoro yaitu dalam pembagian 5 faktor yang trtinggi

Adapun yang dinyatakan memiliki hubungan bermakna dengan kejadian kecacingan ialah kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum makan, kebiasaan cuci tangan pakai

Membayar uang pendaftaran khusus bagi calon siswa yang berdomisili di luar kota Blitar, sedangkan siswa yang berdomisili di kota Blitar bebas uang pendaftaran

sehingga berubah menjadi senyawa yang tidak aktif, atau mengalami pelarutan seperti pada kasus vitamin larut air yang hilang pada proses blansing atau pemasakan.. • Vitamin