BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajar an Mate matikaKata belajar dala m Ka mus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) me mpunyai a rti berubah tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan oleh pengalaman1. Ha l itu sesuai dengan
pendapat Sla meto, yang menyatakan belaja r adalah “suatu proses usaha yang dilaku kan seseorang untuk me mpero leh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dala m interaksinya
dengan lingkungan”2. Abdillah juga berasumsi bahwa “belajar
adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dala m perubahan tingkah laku baik mela lui latihan dan pengalaman
yang menyangkut aspek-aspek kognitif, a fekt if dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”3
. Maka dapat disimpulkan bahwa be laja r adalah usaha sadar individu-individu untuk mengubah tingkah laku yang terjadi secara keseluruhan sebagai hasil bentukan dari lat ihan maupun pengalamannya dengan lingkungan sekitar, dimana perubahan itu bukan hanya berkenaan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk keca kapan, ketera mp ilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, wata k dan penyesuaian diri dengan tujuan menuju perke mbangan pribadi manusia seutuhnya.
Pe mbela jaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan me mpela jari. Pe rbedaan esensial pembela jaran dengan pengajaran adalah pada tindak ajar. Menurut Agus Suprijono: Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik belaja r, se mentara pada pembela jaran guru mengaja r dia rtikan sebagai upaya guru mengorganisir
1Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa
Depdiknas, 2007), 17.
2Slameto Alfabeta, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT.
Rineka Cipta), 5.
11
lingkungan terjadinya pembela jaran. Guru mengajar dala m perspektif pembela jaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk me mpe la jari. Jadi, subjek pembela jaran adalah peserta didik. Pe mbe laja ran berpusat pada
peserta didik. Pe mbe laja ran adalah dialog interakt if.
Pe mbela jaran me rupakan proses organik dan konstruktif, bukan
me kanis seperti halnya pengajaran4.
Sedangkan dalam hubungannya dengan pembelaja ran matematika Suherman mengemu kakan bahwa “pembelajaran mate mat ika adalah suatu upaya me mbantu siswa untuk mengkonstruksi atau me mbangun konsep –konsep atau prinsip– prinsip mate matika dengan kema mpuannya sendiri mela lui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip tersebut
terbangun dengan sendirinya”5
.
Berdasarkan pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa pembela jaran mate mat ika merupakan suatu proses ko munikasi fungsional antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa dalam upaya untuk membantu siswa dalam
mengkonstruksi atau me mbangun prinsip dan konsep
mate mat ika . Pe mbangunan prinsip dan konsep tersebu t lebih diutama kan dibangun sendiri o leh siswa sedangkan guru hanya sebagai “jembatan” dalam rangka memahami konsep dan prinsip tersebut. Dengan dibangunnya prinsip dan konsep diharapkan siswa mengala mi perubahan sikap dan pola pikirnya sehingga dengan bekal tersebut siswa akan terbiasa menggunakannya dalam menja lani kehidupannya sehari–hari. B. Teori Bel ajar Vyg otsky
Lev Vygostsky adalah seorang sarjana Huku m, ta mat dari Universitas Moskow pada tahun 1917, ke mud ian beliau me lanjutkan studi dala m bidang filsafat, psiko logi, dan sastra
pada fakultas Psiko logi Universitas Moskow dan
menyelesaikan studinya pada tahun 1925 dengan judul disertasi
“The Psychology of Art”. Dengan latar belakang ilmu yang
demikian banyak me mberikan inspirasi pada pengembangan
4Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM (Surabaya: Pustaka
Belajar, 2009), 13.
5
12
teknologi pe mbela jaran, bahasa, psikology pendidikan, dan berbagai teori pe mbe laja ran. Vygotsky meninggal pada tahun 1934.
Vygotsky mengatakan bahwa jalan p ikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk me maha mi pikiran seseorang bukan dengan cara mene lusuri apa yang ada di balik otaknya dan pada kedala man jiwanya, me lain kan dari asal-usul tindakan sadarnya, dari
interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya6. Maka
dapat dijabarkan ke mba li bahwa kecerdasan berke mbang
karena orang menghadapi pengalaman baru dan
me mb ingungkan dan karena me reka berusaha menyelesaikan perbedaan yang dimunculkan oleh pengala man -pengala man ini. Dala m pencarian pe maha man tersebut, orang mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal d an me mbangun ma kna baru, na mun disini Vygotsky lebih menekankan aspek sosial pembela jaran. Sesuai dengan pendapat Arends, yang mengatakan: Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan
orang lain me macu pe mbangunan gagasan baru dan
men ingkatkan perke mbangan intelektual pe mbe laja r7.
Berka itan dengan pembela jaran, Vygotsky
menge muka kan e mpat prinsip8 yaitu:
1) ZPD (zone of proximal development)
Perke mbangan ke ma mpuan seseorang dapat
dibedakan ke dala m dua tingkat, yaitu tingkat
perke mbangan aktual dan tingkat perkembangan
potensial. Tingkat perke mbangan aktual tampak dari ke ma mpuan seseorang untuk menyelesaikan tugas -tugas atau me mecahkan berbagai masalah secara mandiri. In i disebut sebagai kema mpuan intra mental. Sedangkan tingkat perke mbangan potensial ta mpak dari ke ma mpuan
seseorang untuk menyelesaikan tugas -tugas dan
me mecahkan masalah ket ika di bawah bimb ingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut sebagai ke ma mpuan
6C.Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 99. 7
Richard I.Arends, Learning to Teach 2, (Jakarta: Salemba Humanika, 2013), 105.
8
13
intermental. Ja rak antara keduanya, yaitu tingkat perke mbangan aktual dan tingkat perkembangan potensial
ini d isebut zona perke mbangan proksima l9.
2) Masa Magang Kognitif (cognitif apprenticeship).
Yaitu suatu proses yang menjadikan siswa sedikit demi sedikit me mperoleh kecakapan intelektual me lalu i interaksi dengan orang yang lebih ahli, orang dewas a, atau teman yang lebih pandai.
3) Pe mbela jaran Termediasi (mediated learning).
Vygostky menekan kan pada scaffolding.
Scaffolding berarti me mberikan sejumlah besar bantuan
kepada seseorang siswa selama tahap-tahap awal pembela jaran ke mudian siswa tersebut mengamb il alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat mela kukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah
-masalah ke dala m langkah-langkah pemecahan,
me mbe rikan contoh, ataupun yang lain sehingga
me mungkinkan siswa tu mbuh mandiri10.
4) Pe mbela jaran sosial (sosial leaning).
Yaitu model pe mbela jaran yang dipandang sesuai adalah pembela jaran kooperatif. Vygotsky menyatakan bahwa siswa belajar me lalu i interaksi be rsama dengan orang dewasa atau teman yang lebih ca kap.
Inti teori Vygotsky adalah menekankan interaksi antara aspek internal dan eksternal dari pembela jaran dan penekanannya pada lingkungan sosial pembela jaran. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif manusia berasal dari interaksi sosial masing -masing indiv idu dalam konteks budaya. Vygotsky juga yakin bahwa pembela jaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas -tugas yang belum dipela jari na mun -tugas --tugas tersebut masih dala m jangkauan ke ma mpuannya atau tugas -tugas itu berada
dala m zona of proximal development mere ka11.
9
Asri Budiningsih,. Belajar dan Pembelajaran , (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2004), 101.
10 Ibid, 30
11Clark, D. 2000. Constructivism. http://www.nwlink.com/~donclark/history/history.html .
14
C. Model Pe mbel ajaran Kooper atif
Model pembelaja ran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Model pembela jaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelo mpok kecil yang tingkat ke ma mpuannya berbeda. Dala m menyelesaikan tugas kelo mpoknya, setiap siswa anggota kelo mpok harus saling bekerja sa ma dan saling me mbantu untuk me maha mi materi pelajaran. Dala m mode l pe mbelaja ran kooperatif, bela jar dikatakan belu m selesai jika salah satu teman dala m kelo mpok
belum menguasai bahan pelajaran12.
Unsur-unsur dasar dalam model pe mbelaja ran
kooperatif, menurut Lungdren, adalah sebagai berikut:
a. Para siswa harus me miliki persepsi bahwa mere ka
“tenggelam atau berenang bersama.”
b. Para siswa harus me miliki tanggung jawab terhadap siswa
atau peserta didik la in dala m ke lo mpoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dala m me mpe laja ri materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mere ka semua
me miliki tujuan yang sama.
d. Para siswa me mbag i tugas dan berbagi tanggung jawab di
antara para anggota kelo mpok.
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang
akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelo mpok .
f. Para siswa berbagi kepe mimpinan sementara me re ka
me mpe roleh ketera mpilan beke rja sama sela ma bela jar.
g. Setiap siswa akan diminta me mpe rtanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelo mpok kooperatif.
Menurut Thompson, dala m model pe mbelaja ran kooperatif, siswa belaja r bersama dala m ke lo mpok-kelo mpok kecil yang saling me mbantu satu sama la in. Kelas disusun dala m ke lo mpok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan ke ma mpuan yang heterogen. Maksud kelo mpok heterogen adalah terdiri dari ca mpuran ke ma mpuan siswa, jenis ke la min
12Mohammad Jauhar, Implem entasi Paikem dari Behaviouristik Sampai Konstruktivistik
15
dan suku. Hal in i bermanfaat untuk me latih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya13.
Model pembe laja ran kooperatif dia jarkan
ketera mpilan-ketera mpilan khusus agar dapat bekerja sa ma dengan baik di dala m kelo mpoknya, seperti men jadi pendengar yang baik, siswa diberi le mbar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Sela ma ke rja
kelo mpok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan14.
Tabel 2.1 Sintaks/Fase-Fase Model Pe mbelajar an Kooperatif
Fase Peran Gur u
1. Menya mpaikan tujuan dan me motivasi siswa
Menyampaikan se mua tujuan pelaja ran yang ingin dicapai dala m pe mbela jaran tersebut dan me motivasi siswa bela jar
2. Menyajikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan cara de monstrasi atau lewat bahan bacaan
3. Mengorganisasi siswa ke dala m kelo mpok-ke lo mpok belajar
Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara me mbentuk kelo mpok belaja r dan me mbantu setiap kelo mpok agar me la kukan transisi secara efisien 4. Me mb imb ing ke lo mpok
bekerja dan belajar
Memb imbing kelo mpok dala m bela jar, yaitu pada saat mere ka mengerjakan tugas
5. Eva luasi Mengevaluasi hasil bela jar tentang materi
yang telah dipelajari ke lo mpok atau masing-masing kelo mpok
13Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya:
Pustaka Belajar, 2009), 24.
14Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Pembelajaran Kooperatif (
16
me mp resentasikan hasil kerjanya 6. Me mbe rikan
penghargaaan
Memberi penghargaan kepada individu ataupun kelo mpok yang mendapatkan hasil yang baik. M isalnya me mberi hadiah
Tujuan Model Pe mbelajar an Kooperatif
Tujuan model pe mbela jaran kooperatif berbeda dengan kelompok trad isional yang menerapkan sistem ko mpetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain15. Sedangkan, menurut Slavin, tujuan dari
model pe mbela jaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan ke lo mpoknya.
Model pembelaja ran kooperatif dike mbangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelaja ran penting yang dirangku m o leh Ibrahim, ya itu:
a. Hasil be laja r a kade mik
Dala m bela jar kooperatif meskipun menca kup beragam tujuan sosial, juga me mperba iki prestasi siswa atau tugas -tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model in i unggul dala m me mbantu siswa me maha mi konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa mode l struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nila i siswa pada belajar a kade mik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, model pe mbelaja ran kooperatif dapat me mberi keuntungan baik pada siswa
15 Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya:
17
kelo mpok bawah maupun kelo mpok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas -tugas akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pe mbela jaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, ke ma mpuan dan ketidakma mpuannya. Model pembela jaran kooperatif me mbe ri peluang bagi siswa dari berbagai latar be lakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan mela lui struktur penghargaan kooperatif a kan bela jar saling menghargai satu sama la in.
c. Pengembangan ketera mpilan sosial
Tujuan penting ketiga model pe mbe laja ran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa ketera mpilan beke rja sama dan kolaborasi. Ketera mpilan-ketera mp ilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang me miliki ketera mpilan sosial.
Ele men-Ele men Model Pe mbelajar an Kooperatif
Model pembe laja ran yang dila ksanakan secara berkelo mpok belu m tentu mencerminkan model pe mbelaja ran kooperatif. Secara teknis me mang ta mpak proses belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dila kukan secara bersama dala m waktu yang sama, namun
tidak mencerminkan ke rja sa ma antar anggota kelompok16.
Untuk itu, menurut Johnson dan Smith dan Anita Lie, agar benar-benar mencerminkan pe mbela jaran kooperatif, ma ka perlu diperhatikan ele men-ele men pe mbela jaran kooperatif sebagai berikut17:
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan ke lo mpok ke rja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
16Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari ehaviouristik Sampai Konstruktivistik
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), 60.
17
18
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tu juan me reka .
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembela jaran Cooperative Lea rning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk me laku kan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelo mpok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.
Pengajar yang efektif dala m model Cooperative Learning
me mbuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga masing-masing anggota kelo mpok harus
me la ksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tug as selanjutnya dalam kelo mpok bisa dilaksanakan.
c. Tatap muka
Setiap kelo mpok harus diberikan kese mpatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini a kan me mbe rikan para pebelajar untuk me mbentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pe mikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari salah satu kepala saja. Leb ih jauh lagi, hasil kerja sa ma ini jauh lebih besar daripada ju mlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinerg i in i adalah menghargai perbedaan, me manfaatkan ke lebihan dan mengisi keku rangan masing -masing. Set iap anggota kelo mpok me mpunyai latar belakang pengalaman, ke luarga dan sosial-e konomi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Pe rbedaan ini a kan men jadi modal uta ma dala m proses saling me mperkaya antar anggota kelompok. Sinerg i tidak dapat didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelo mpok yang cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama la in dala m kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
d. Ko munikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pebela jar d ibeka li dengan berbagai keteramp ilan berkomunikasi. Sebelu m menugaskan siswa dalam kelo mpok, pengajar perlu mengaja rkan cara -cara berko munikasi. Tida k setiap siswa
19
me mpunyai keahlian mendengarkan dan berbicara.
Keberhasilan suatu kelo mpok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
ke ma mpuan me reka untuk mengutarakan pendapat
me reka .
e. Evaluasi
Pengajar perlu menjadwa lkan wa ktu khusus bagi
kelo mpok untuk mengevaluasi proses kerja ke lo mpok dan hasil ke rja sama mere ka agar selanjutnya bisa bekerja sa ma dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelo mpok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali
pebelajar terlibat dala m kegiatan pe mbelaja ran
Cooperative Learning.
Perbe daan Model Pembelajar an Kooper atif de ngan Model Pembelajar an Tr adisional
Dala m mode l pe mbelaja ran tradisional juga dikenal belajar ke lo mpok. Meskipun de mikian, ada seju mlah perbedaan prinsipil antara ke lo mpok belaja r kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Abdurrahman mengemuka kan beberapa
perbedaan antara kelo mpok be laja r kooperatif dengan
kelo mpok bela jar trad isional sebagai berikut18:
Tabel 2.2 Per be daan Model Pe mbelajar an Kooperatif dengan Model Pe mbel ajaran Tradisional
Kel ompok Belajar
Kooper atif Kel ompok Belajar Tr adisional Adanya saling ketergantungan
positif, saling me mbantu, dan saling me mberikan mot ivasi, sehingga ada interaksi pro motif
Gu ru sering me mb iarkan adanya siswa yang mendominasi
kelo mpok/ menggantungkan diri pada
18Abdurrahman , Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Tradisional (Jakarta:
20
kelo mpok Adanya akuntabilitas
individual
yang mengukur penguasaan materi pe laja ran tiap anggota kelo mpok dan ke lo mpok diberi u mpan ba lik tentang hasil bela jar para anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang me merlukan bantuan dan siapa yang dapat me mberikan bantuan
Akuntabilitas indiv idual sering diabaikan sehingga tugas -tugas sering diborong oleh salah satu seorang anggota kelo mpok, sedangkan anggota kelo mpok lainnya “ enak-enak saja” d iatas keberhasilan temannya yang dianggap “pemborong”
Kelo mpok bela jar heterogen, baik da la m ke ma mpuan akademik, jen is kela min, ras, etnik, dan sebagainya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang me merlukan bantuan dan siapa yang dapat me mbe rikan bantuan
Kelo mpok bela jar b iasanya homogen
Ketua kelo mpo k dip ilih secara demokratis
Ketua kelo mpo k sering ditentukan oleh guru/kelo mpok d ibiarkan me milih ketuanya dengan cara masing-masing
Ketera mpilan sosial yang diperlukan dala m kinerja gotong
royong seperti kepe mimp inan, ke ma mpuan berko munikasi, me mpe rcayai orang la in, dan
Ketera mpilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan
21
mengelo la konflik secara langsung diajarkan
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus me la kukan pe mantauan me la lui observasi dan me la kukan intervensi jika terjadi
masalah da la m ke rjasa ma antar
anggoa kelompok
Pe mantauan me lalu i observasi dan intervensi sering tidak dila kukan o leh guru pada saat belajar ke lo mpok sedang berlangsung
Gu ru me merhatikan secara langsung proses kelo mpok yang
terjadi dala m kelo mpok-kelo mpok bela jar
Gu ru sering t idak me mperhatikan proses kelo mpok yang terjadi dala m kelo mpok-ke lo mpok be laja r
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
22
D. Course Review Horay
1. Pengertian CourseReview Horay
Course Review Horay adalah suatu model
pembela jaran kooperatif yang didala mnya terdapat metode pengujian pemaha man menggunakan kotak yang diisi dengan nomor untuk menuliskan ja wabannya, yang paling dulu mendapatkan tanda benar vertika l, horisontal atau
diagonal langsung berteriak horay19. Menurut Anggara,
Course Review Horay merupakan salah satu model
pembela jaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara pengelompokan siswa ke dala m ke lo
mpok-kelo mpok kecil serta Course Review Horay menjad i salah
satu alternatif pembe laja ran yang mengarah pada
pemaha man konsep20.
Menurut Widodo, bahwa “Course Review Horay
me rupakan salah satu tipe model kooperatif yang dapat
menc iptakan suasana kelas men jadi meriah dan
menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteria k horay ”21. Dengan suasana pembela jaran yang menyenangkan siswa akan tertarik untuk be laja r sehingga akan berdampa k pada peningkatan hasil belaja r siswa. Sedangkan menurut
Faolina, bahwa Course Review Horay me rupakan suatu
model pe mbela jaran kooperatif yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembela jaran di dala m ke las
yang lebih menyenangkan22.
Dala m aplikasinya, model pe mbe laja ran kooperatif
tipe Course Review Horay tidak hanya menginginkan
siswa untuk belaja r ketera mp ilan dan isi akade mik, na mun juga beberapa aspek kehidupan. Pe mbe laja ran dengan
19Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya:
Pustaka Belajar, 2009), 112.
20E.D.Anggara, Pengaruh Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Model
Kooperatif Tipe Course Review Horay terhadap Peningkatan Pemahaman Relasional Siswa (Bandung: FMIPA Bandung, 2010), 16.
21Widodo, Model Kooperatif Tipe Course Review Horay, diakses dari
http://wywld.wordpress.com pada tanggal 24 Maret 2015.
22Faolina, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay, diakses dari
23
model kooperatif t ipe Course Review Horay juga me latih siswa untuk mencapai tujuan-tujuan sosial yang pada akhirnya dapat me mpengaruhi prestasi akademik siswa.
Menurut Sardiman, Course Review Horay dicirikan
oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif yang melahirkan sifat ketergantungan positif antar sesama siswa, penerimaan terhadap individu, dan mengembangkan ketera mpilan beke rja sa ma antar kelo mpo k. Pada akhirnya setiap siswa dalam ke las dapat me mpero leh hasil belajar yang maksima l dengan motivasi yang disertai pe mahaman
konsep matemat ika23.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembe lajaran
kooperatif t ipe Course Review Horay merupakan suatu
model pe mbela jaran menggunakan permainan dengan berkelo mpok, dimana siswa dapat meluapkan ekspresi kege mbiraannya dala m menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Ha l ini dapat me micu siswa la in untuk berusaha lebih keras dalam mengerjakan soal sehingga mere ka dapat me rasakan kepuasan yang sama.
2. Langkah-langkah model kooperatif tipe Course Review
Horay24 adalah sebagai berikut:
a.
Gu ru menya mpaikan ko mpetensi yang ingin dicapaib.
Gu ru menyajikan atau mende monstrasikan materic.
Memberikan kese mpatan siswa tanya jawabd.
Gu ru me mbagi siswa dala m ke lo mpok-ke lo mpoke.
Untuk menguji pemaha man, guru me mb imb ing siswame mbuat kotak 9/ 16/ 25 agar mudah me mbentuk garis horisontal, vertikal atau diagonal. Contoh kotak yang dibuat 9 buah kotak bujur sangkar seperti di bawah ini:
23Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Grafindo Persada, 2001),
17.
24Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya:
24
Gambar 2.1 Contoh Nomor Soal dalam Kotak Horay
f.
Gu ru me mbaca soal secara acak dan siswa menulisjawaban di dala m kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, jika benar diisi tanda
benar ( ) dan salah diisi tanda silang ( )
g.
Siswa yang sudah mendapat tanda vertika l atauhorisontal, atau diagonal harus berteriak horay
h.
Nila i siswa dihitung dari ja waban yang benar jumlahhoray yang diperoleh
i.
Gu ru me mberikan re ward pada siswa yangme mpe roleh nilai t inggi atau yang banyak
me mpe roleh horay
j.
PenutupDari langkah-langkah tersebut, guru
me la kukan perubahan dalam beberapa langkah di atas yaitu dengan pendekatan konstruktivis. Ada suatu
perbedaan yang sangat berarti pe mbelaja ran
mate mat ika dengan paradigma konstruktivis dan
pembela jaran tradisional, dida la m pe mbelaja ran
konstruktivis peranan guru bukan pemberi jawaban atas pertanyaan siswa me la inkan hanya mengarahkan me reka untuk me mbentuk pengetahuan matematika, sedangkan paradigma tradisional guru mendominasi pembela jaran25.
25Mathematics Education, A collection of notes, reading and worksheets to be used in
Mathematics Education 2. School Of Scientific And Developmental Studies (Deakin University: Burwood Campus, 1996).
1 2 3
4 5 6
25
Sebagian besar langkah-langkah Course
Review Horay akan d imodifikasi sedemikian rupa agar
men jadi langkah-langkah yang diinginkan oleh guru yaitu seluruh kegiatan berpusat pada siswa. Langkah pada kegiatan pembela jaran ya itu, guru tidak lagi menya mpaikan dengan jelas materi yang akan dipelaja ri na mun siswa akan aktif berdiskusi dengan
Le mbar Ke rja Siswa (LKS)yang diberikan oleh guru.
Hal in i d ila kukan untuk me mpe rkuat model
pembela jaran agar sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi belaja r siswa. Langkah selanjutnya pada
kotak horay, seperti ga mbar di bawah ini:
Gambar 2.2 Kotak Horay
Masing-masing kotak horay tersebut
berisikan soal yang akan dimu lai dari pusat kotak yaitu nomor 5. Guru me mbaca kan soal nomor 5, beberapa waktu kemudian perwakilan kelo mpok berebut dengan mengangkat tongkat simbol yang telah dipersiapkan oleh guru. Ke lo mpok yang paling cepat akan ditunjuk o leh guru langsung menyampaikan hasilnya dan langsung didiskusikan, jika benar maka
perwakilan kelo mpok menggambarkan simbol
kelo mpok pada kotak horay. Kelompok yang dapat
me mbentuk 3 simbol yang sama serta segaris maka akan berteria k horay.
1 2 3
4 5 6
26
3. Keleb ihan dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe Course
Review Horay
Keleb ihan Model Kooperatif Tipe Course Review Horay
yaitu:
a. Pe mbela jaran yang menarik dan mendorong siswa
untuk ikut berpartisipasi a ktif di da la mnya
b. Pe mbela jaran tida k monoton karena diselingi dengan
perma inan dan hiburan, sehingga siswa tidak merasa bosan atau jenuh terhadap pembelajaran
c. Adanya ko munikasi dua arah, a rtinya siswa dengan
guru ma mpu berko munikasi dengan baik, dapat me latih siswa agar dapat berbicara secara krit is, kreatif dan inofatif. Sehingga tidak menutup ke mungkinan bahwa semakin banyak terjadi intera ksi diantara guru dan siswa.
d. Siswa leb ih semangat belajar karena suasana belajar
lebih menyenangkan
Kekurangan Model Kooperatif Tipe Course Review Horay
yaitu:
a. Siswa akt if dan siswa yang tidak aktif nilainya
disamakan, art inya guru hanya akan menila i kelo mpok
yang banyak mengatakan horay. Oleh karena itu, nilai
yang diberikan guru dala m satu kelo mpok tersebut sama tanpa bisa me mbedakan mana siswa yang aktif dan yang tidak aktif.
b. Adanya peluang untuk berla ku curang, artinya guru
tidak akan dapat mengontrol siswanya dengan baik apakah ia menyontek ataupun tidak. Guru a kan
me mpe rhatikan per-ke lo mpok yang men jawab horay,
sehingga peluang adanya kecurangan sangat besar. Adapun cara untuk mengatasi kekurangan model
kooperatif t ipe Course Review Horay, yaitu:
a. Di a wal perte muan, guru perlu menyampa ikan dengan
tegas, mengenai tata aturan dalam mengucapkan
27
suasana yang tidak kondusif, apabila siswa me langgar, ma ka akan diberikan pengurangan terhadap skor/nilai yang telah diperoleh ke lo mpoknya.
b. Di akh ir pe mbela jaran, guru me mberikan evaluasi
untuk masing-masing siswa, sehingga dapat diketahui tingkat pemaha man mate ri dari masing-masing siswa.
c. Di akh ir pe mbelaja ran, guru perlu me laku kan
pemeriksaan kemba li terhadap jawaban kelo mpok
yang telah disediakan dan apabila terdapat
kecurangan, maka perlu d iberikan sanksi berupa pengurangan skor terhadap nila i yang telah diperoleh, sehingga siswa tidak akan berani untuk mengulangi perbuatannya.
E. Perangkat Pe mbel ajaran de ngan Model Kooperatif Ti pe
Course Review Horay
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sebuah sistem akan terwujud bila semua unsur dala m s istem tersebut dapat berjalan dengan baik seiring dan seira ma menuju tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan banyak ditentukan oleh kegiatan pembela jaran yang ditangani oleh guru. Dala m menunjang pencapaian keberhas ilan kegiatan pembe laja ran, perangkat pembela jaran harus dimiliki o leh seorang guru. Untuk itu setiap guru dituntut untuk menyiapkan dan merencanakan dengan sebaik-baiknya dala m rangka mencapai keberhasilan kegiatan pembela jaran secara optima l26.
Perangkat pembe laja ran adalah sekumpulan media atau sarana yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembela jaran agar dapat berja lan lancar, e fekt if dan efisien27. Perangkat pembela jaran tersebut dapat berupa Rencana Pela ksanaan Pembela jaran (RPP), Buku Gu ru, Buku Siswa,
LKS, media , alat evaluasi dan lain sebagainya28. Pada
26Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan (Yogyakarta : Pustaka
Siswa, 2007), 182.
27Ibid, 22.
28
Umi Muti’ana,.Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah dengan Permainan untuk Melatih Berpikir Kreatif Siswa dalam Pem ecahan dan Pengajuan
28
penelitian ini, perangkat pembelajaran yang dikembangkan dibatasi pada Rencana Pelaksanaan Pembe lajaran (RPP), Bu ku
Siswa, Le mbar Kerja Siswa (LKS) dan Soal Kotak Horay.
F. Kriteri a Kel ayakan Per angkat Pe mbelajar an
Untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelaja ran
dengan model kooperatif t ipe Course Review Horay harus
me menuhi aspek-aspek validitas (validity), keprakt isan
(practicaly) dan keefektifan (effectiveness), ketiga aspek
tersebut antara lain:
1. Vali ditas Perangkat Pe mbelajar an
Perangkat pembe lajaran sebelum d igunakan dalam penelitian hendaknya perangkat pembelaja ran tersebut telah mempunyai status “valid”. Menurut Dalyana bahwa idealnya seorang pengembangan perangkat pembelaja ran perlu mela kukan pe meriksaan ulang kepada para ahli (validator), khususnya mengenai; (a) Ketepatan isi; (b) Materi pembe laja ran; (c) Kesesuaian dengan tujuan pembela jaran; (d) Desain fisik, dan la in -la in. Dengan demikian suatu perangkat pembelaja ran dikatakan valid (baik/ layak), apabila telah din ila i baik oleh para ahli (validator)29.
Sebagai pedoman penilaian para validator terhadap perangkat pembelajaran mencakup kesesuaian dengan tingkat berpikir siswa, kesesuaian dengan prinsip utama, kara kteristik dan langkah-langkah strategi ini mengacu pada indikator yang mencakup format, bahasa, ilustrasi dan isi yang disesuaikan dengan pemikiran siswa. Untuk setiap indikator tersebut dibagi lag i ke da la m sub -sub indikator sebagai berikut30: Pe rta ma, Indikator format Perangkat Pe mbela jaran, terdiri atas: (1) Keje lasan pembagian materi; (2) Penomoran; (3) Ke menarikan; (4) Keseimbangan antara teks dan ilustrasi; (5) Jenis dan
Masalah pada Materi Kubus dan Balok Kelas VIII SMP YPM 2 Panjunan-Sukodono
(skripsi IAIN tidak dipublikasikan, 2012), 45.
29Dalyana, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik pada Pokok
Bahasan Perbandingan di Kelas II SLTP, Tesis (Surabaya: Program Pasca Sarjana UNESA, 2004), 71 t.d
30
29
ukuran huruf; (6) Pengaturan ruang; (7) Kesesuaian ukuran fisik dengan siswa. Kedua, Indikator bahasa, terdiri atas: (1) Kebenaran tata bahasa; (2) Kesesuaian kalimat dengan tingkat perke mbangan berpikir dan ke ma mpuan me mbaca siswa; (3) Arahan untuk me mbaca sumber lain; (4) Keje lasan definisi tiap terminologi; (5) Kesederhanaan struktur kalimat; (6) Keje lasan petunjuk dan arahan. Ketiga, Indikator tentang ilustrasi, terdiri atas: (1) Dukungan ilustrasi untuk me mperje las konsep; (2) Keterka itan langsung dengan konsep yang dibahas; (3) Keje lasan; (4) Mudah untuk dipahami; (5) Ketida kbiasan atas gender. Kee mpat, Indikator isi, terdiri atas; (1) Kebenaran Isi; (2) Bag ian-bagiannya tersusun secara logis; (3) Kesesuaian dengan KTSP; (4) Me muat semua informasi penting yang terkait; (5) Hubungan dengan materi sebelu mnya; (6) Kesesuaian dengan pola pikir siswa; (7) Me muat latihan yang berhubungan dengan konsep yang ditemukan; (8) Tida k terfo kus pada stereotip tertentu (etnis, jenis kela min, agama , dan ke las sosial).
Sedangkan indikator kesesuaian perangkat
pembela jaran yang disusun dengan prinsip utama, kara kteristik dan langkah-langkah strategi yang digunakan sebagaimana te lah dike muka kan sebelumnya.
Selanjutnya dengan mengacu pada indikator di atas dan dengan me mperhatikan indikator-indikator pada le mbar validasi yang telah dike mbangkan oleh para pengembang sebelumnya, ditentukan indikator-indikator dari masing-masing perangkat pembela jaran, yang akan dijelaskan pada poin selanjutnya. Dala m penelitan ini, perangkat dikatakan valid jika interval skor pada rata-rata nilai yang diberikan para ahli berada pada kategori "sangat valid" atau "valid". Apabila terdapat skor yang kurang baik atau tidak baik, a kan digunakan sebagai masukan untuk merev isi atau menye mpurnakan perangkat pembela jaran yang dike mbangkan.
2. Ke praktisan Perangkat Pe mbelajar an
Keprakt isan perangkat pembela jaran yang
dike mbangkan didasarkan pada penilaian para ahli (validator) dengan cara mengisi lembar validasi masing
30
masing perangkat pembela jaran. Pen ila ian tersebut me menuhi beberapa aspek yaitu; (1) dapat digunakan tanpa revisi, (2) dapat digunakan dengan sedikit revisi, (3) dapat digunakan dengan banyak revisi, (4) t idak dapat digunakan.
Dala m pe mbe lajaran in i, perangkat pembela jaran dikatakan prakt is jika validator menyatakan bahwa perangkat pembelaja ran yang sedang dike mbangkan dapat digunakan dengan sedikit atau tanpa revisi.
3. Efekti vi tas Per angkat Pe mbelajar an
Efekt ivitas perangkat pembela jaran adalah
seberapa besar pembelaja ran dengan menggunakan
perangkat yang dikembangkan mencapai
indikator-indikator e fekt ivitas pembela jaran. Slav in (dala m Ike Agustinus) menyatakan bahwa terdapat empat indikator dala m menentukan keefe ktifan pe mbela jaran, ya itu31: (a ) Kualitas Pembela jaran, art inya banyaknya informasi atau ketera mpilan yang disajikan sehingga siswa dapat me mpe la jarinya dengan mudah; (b) Kesesuaian Tingkat Pe mbela jaran, artinya sejauh mana guru me mastikan kesiapan siswa untuk me mpe laja ri mate ri baru;(c) Insentif, artinya seberapa besar usaha guru memotivasi siswa mengerjakan tugas belajar dari materi pelaja ran yang disampaikan. Se makin besar motivasi yang diberikan guru kepada siswa maka keaktifan semakin besar pula, dengan demikian pembela jaran sema kin efe ktif; (d) Waktu, artinya la manya waktu yang diberikan kepada siswa untuk me mpe la jari materi yang diberikan. Pe mbe laja ran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan pe mbelaja ran sesuai waktu yang diberikan. Pe mbe laja ran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan pembelaja ran sesuai waktu yang diberikan. Selanjutnya Ke mp (dala m Da lyana) menge muka kan bahwa untuk mengukur efektiv itas hasil
pembela jaran dapat dilaku kan dengan menghitung
seberapa banyak siswa yang telah mencapai tujuan
31Ike Agustinus P, Efektivitas Pembelajaran Siswa Menggunakan Model Pembelajaran
Induktif dengan Pendekatan Beach Ball pada Materi Jajargenjang di SMPN 1
31
pembela jaran dala m waktu yang telah ditentukan.
Pencapaian tujuan pembelaja ran tersebut dapat terlihat dari hasil tes hasil belaja r siswa, sikap dan rea ksi (respon)
siswa terhadap program pe mbela jaran32.
Dala m penelit ian ini, penelit i mendefin isikan efektiv itas pembelaja ran didasarkan pada empat indikator, yaitu segala aktivitas yang dilaku kan oleh siswa,
keterla ksanaan sintaks pembela jaran, respon siswa
terhadap pembelajaran dan hasil be laja r siswa. Masing-masing indikator tersebut diulas lebih detail sebagai berikut : Pe rta ma, Akt ivitas siswa, Menurut Chaplin aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan
organisme secara mental atau fisik33. Aktivitas siswa
selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilaku kan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perila ku yang terjadi sela ma proses belajar mengajar. Kegiatan-keg iatan yang dima ksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas -tugas, menja wab pertanyaan guru dan bekerjasa ma dengan siswa lain. Aktiv itas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan terbentuknya pengetahuan dan ketera mpilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Pada penelitian in i, a ktiv itas siswa didefinisikan sebagai segala kegiatan atau perila ku yang dilakukan oleh siswa selama pe mbe laja ran dengan model pe mbela jaran
kooperatif tipe Course Review Horay. Adapun aktivitas
siswa yang diamati adalah : (1) Mendengarkan dan me mpe rhatikan penjelasan guru; (2) Membaca dan
me maha mi masalah kontekstual di LKS; (3)
Menyelesaikan masalah/mene mukan jawaban dari
masalah di LKS dengan pedoman Buku Siswa; (4) Berd iskusi, bertanya, menya mpaikan pendapat/ide kepada teman/guru; (5) Be rdiskusi, bertanya, menyampa ikan
32Dalyana, 74. 33
32
pendapat/ide kepada teman/guru; (6) Menarik kesimpulan suatu prosedur/konsep; (7) Perilaku yang tidak re levan dengan pembela jaran (perca kapan yang tidak re levan dengan materi yang sedang dibahas, mengganggu teman dala m kelo mpok, me la mun dan la in-lain) .
Kedua, Keterla ksanaan Sintaks Pe mbela jaran. Pe mbela jaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perila ku ke arah yang lebih baik. Da la m
interaksi tersebut banyak sekali faktor yang
me mpengaruhinya, baik fa ktor internal yang datang dari dala m indiv idu, maupun faktor eksternal yang datang dari
lingkungan. Pe mbentukan ko mpetensi merupakan
kegiatan inti dari pela ksanaan proses pembela jaran, yakn i
bagaimana ko mpetensi dibentuk pada siswa, dan
bagaimana tujuan-tujuan pembe laja ran direa lisasikan34.
Oleh ka rena itu, keterla ksanaan langkah-langkah
pembela jaran yang telah direncanakan dalam RPP men jadi penting untuk dila kukan secara maksimal, untuk me mbuat siswa terlibat aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya dan proses pembentukan kompetensi men jadi efektif.
Ketiga, Hasil Be laja r. Hasil belaja r adalah ke ma mpuan-ke ma mpuan yang dimiliki s iswa setelah
menerima pengala man bela jarnya, dimana siswa
me mpe roleh hasil dari suatu interaksi tindakan belajar.
Dala m le mbaga penddikan sekolah, hasil belaja r
diku mpulkan dala m bentuk rapor, ijazah dan atau la innya. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan guru dalam me laku kan penila ian hasil bela jar, yaitu35: (1)
Penila ian Acuan Norma (Norm-Re ferenced Assesment),
adalah penilaian yang me mbandingkan hasil bela jar siswa terhadap hasil bela jar siswa la in di ke lo mpoknya.; (2)
Penila ian Acuan Patokan (Criterion-Referenced
Assesment), adalah penilaian yang me mbandingkan hasil
34
Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 255-256.
35
Ign Masidjo, Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisisus, 1995), 160.
33
belajar siswa dengan suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya, suatu hasil yang harus dicapai oleh siswa yang dituntut oleh guru.
Penila ian hasil bela jar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) dimana siswa harus mencapai standar ketuntasan minimal. Standar ketuntasan min ima l tersebut telah ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan prestasi siswa yang dianggap berhasil. Siswa dikatakan tuntas apab ila hasil belaja r siswa telah mencapai skor tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dan siswa tersebut dapat dikatakan telah mencapai ko mpetensi yang telah ditetapkan.
Kee mpat, Respon Siswa. Respon adalah reaksi atau tanggapan yang timbul a kibat adanya rangsangan yang terdapat dalam lingkungan sekitar. Seh ingga respon siswa adalah reaksi atau tanggapan yang ditunjukkan siswa dala m proses belajar. Bimo menje laskan bahwa salah satu cara untuk mengetahui respon seseorang terhadap sesuatu adalah dengan menggunakan angket, karena angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden
untuk mengetahui fakta-fakta atau opini-opini36.
Dala m penelit ian ini, penelit i menggunakan angket untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran mate mat ika dengan model pembela jaran kooperatif tipe
Course Review Horay, dengan aspek-aspek sebagai
berikut: (1) Ketertarikan terhadap komponen; (2)
Keje lasan terhadap komponen; (3) Minat terhadap pembela jaran dengan model pembela jaran kooperatif tipe
Course Review Horay, (4) Pendapat positif tentang Buku
Siswa dan LKS.
Dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan efektiv itas perangkat pembelajaran d iperlu kan e mpat indikator, yakn i aktiv itas siswa, keterla ksanaan sintaks pembela jaran, hasil bela jar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ) dan respon siswa.
36
34
G. Kriteri a Per angkat Pe mbel ajaran de ngan Model Kooper atif Ti pe Course Review Horay
1. Renc ana Pelaksanaan Pe mbelajar an (RPP)
Rencana Pela ksanaan Pembe laja ran (RPP) adalah suatu rencana yang berisi langkah-langkah kegiatan guru dan siswa yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman guru dalam me laksanakan kegiatan pembela jaran d i ke las. Rencana pelaksanaan pembelaja ran pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk me mperkira kan apa yang akan d ilakukan dala m
pembela jaran. RPP perlu dike mbangkan untuk
mengkoordinasikan ko mponen pembelaja ran yakni,
ko mpentisi dasar, standar kompetensi, indikator hasil belajar dan penila ian. Ko mpetensi dasar berfungsi menge mbangkan potensi siswa, materi standar berfungsi me mbe ri ma kna terhadap kompetensi dasar, indikator hasil
pembela jaran berfungsi menunjukkan keberhasilan
pembentukan ko mpetensi siswa, sedangkan penilaian
berfungsi mengukur pe mbentukan kompetensi dan
menentukan tindakan yang harus dilaku kan apabila standar ko mpetensi belum tercapai.
RPP me miliki beberapa aspek antara lain: ketercapaian indikator, langkah-langkah pe mbela jaran, waktu, perangkat pe mbela jaran, metode sajian dan bahasa.
Beberapa aspek validasi perangkat pe mbela jaran tentang RPP pada penelitian ini adalah : (a) Ketercapaian indikator. Ko mponen-ko mponen ketercapaian indikator
dala m menyusun RPP me liputi: (1) Menuliskan
ko mpetensi dasar (KD); (2) Ketepatan penjabaran dari ko mpetensi dasar ke indikator; (3) Ke je lasan rumusan
indikator; (4) Operasional ru musan indikator, (b)
Langkah-langkah Pe mbe laja ran. Ko mponen-ko mponen langkah-langkah pembe laja ran yang disajikan dala m menyusun RPP me liputi: (1) Pe mbela jaran dengan model
kooperatif t ipe Course Review Horay sesuai untuk materi
relasi dan fungsi; (2) Langkah-langkah pe mbela jaran
dengan model kooperatif tipe Course Review Horay
ditulis dala m RPP; (3) Langkah-langkah pembela jaran me muat urutan kegiatan pe mbelaja ran yang logis; (4)
35
Langkah-langkah pembela jaran me muat dengan jelas peran guru dan peran siswa; (5) Langkah-langkah pembela jaran dapat dilaksanakan oleh guru, (c) Waktu. Ko mponen-komponen waktu yang disajikan dala m menyusun RPP me liputi: (1) Pe mbagian waktu setiap kegiatan/langkah dinyatakan dengan jelas; (2) Kesesuaian
waktu disetiap langkah/kegiatan, (d) Perangkat
Pe mbela jaran. Ko mponen-ko mponen perangkat
pembela jaran yang disajikan dala m menyusun RPP me liputi: (1) Buku Siswa menunjang ketercapaian indikator; (2) Le mba r Kerja Siswa (LKS) menunjang ketercapaian indikator; (3) Buku Siswa dan Le mbar Kerja Siswa (LKS) diskenariokan penggunaannya dalam RPP ,
(e) Metode Sajian. Ko mponen-komponen metode sajian
dala m menyusun RPP me liputi: (1) Sebe lu m menyajikan konsep baru, sajian dika itkan dengan konsep yang telah dimiliki siswa dan mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari; (2) Me mberikan kesempatan bertanya kepada siswa; (3) Me mberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi; (4) Me mberikan kesempatan siswa untuk
men jelaskan kepada ke lo mpok lainnya; (5) Guru
mengecek pe maha man siswa; (6) Mela kukan re fle ksi dengan mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan, (f)
Bahasa. Ko mponen-komponen bahasa dalam menyusun
RPP me liputi: (1)Menggunakan kaidah Bahasa Indonesia
yang baik dan benar; (2)Ketepatan struktur kalimat.
2. Buku Siswa
Buku siswa adalah suatu buku (teks) yang berisi materi pe laja ran berupa konsep-konsep atau pengertianpengertian yang akan dikonstruksi siswa mela lui masalah -masalah yang ada di dalamnya yang disusun berdasarkan
model pe mbela jaran kooperatif tipe Course Review
Horay. Buku siswa dapat digunakan siswa sebagai sarana
penunjang untuk kelancaran kegiatan bela jarnya di ke las maupun di rumah. Oleh karena itu, buku siswa diupayakan dapat me mberi ke mudahan bagi guru dan
siswa dala m menge mbangkan konsep-konsep dan
gagasan-gagasan matemat ika khususnya pada pokok bahasan relasi dan fungsi.
36
Buku Siswa me miliki beberapa aspek antara la in:
cakupan materi, akurasi materi, merangsang
keingintahuan (curiosity). operasional tujuan
pembela jaran, tekn ik penyajian, penyajian pe mbela jaran, sesuai dengan perke mbangan siswa, ko munikat if dan interaktif, koherensi dan ke runtutan alur pikir, kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar dan fisik. Beberapa aspek validasi buku siswa dala m penelitian in i
me liputi37: (a) Cakupan materi. Ko mponen-ko mponen
cakupan materi da la m menyusun buku siswa meliputi: (1) Keluasan materi; (2) Kedala man materi, (b) Akurasi materi. Ko mponen-ko mponen Akurasi materi da la m menyusun buku siswa me liputi: (1) A kurasi contoh; (2) akurasi konsep; (3) Akurasi p rosedur/metode; (4) Akurasi
teori, (c) Merangsang keingintahuan (curiosity).
Ko mponen-komponen Merangsang keingintahuan
(curiosity) dala m menyusun buku siswa me liputi: (1)
Menumbuhkan rasa ingin tahu; (2) Me mberi kesempatan pada siswa untuk menjawab pertanyaan, (d) Operasional tujuan pembelaja ran. Ko mponen-ko mponen operasional tujuan pembelaja ran dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Menge mbangkan kecakapan personal; (2) Mengembangkan kecakapan sosial; (3) Mengembangkan kecakapan akade mik, (d) Te knik penyajian. Ko mponen-ko mponen Teknik penyajian dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Ke logisan penyajian; (2) Keruntutan konsep; (3) Hubungan antar fakta, konsep dan teori; (4) Ketepatan ilustrasi dengan materi; (5) Peno moran ga mbar, (e ) Penyajian pe mbela jaran. Ko mponen-ko mponen Penyajian pembela jaran dala m menyusun buku siswa meliputi: (1) Berpusat pada siswa; (2) Keterlibatan siswa; (3) Keterja linan ko munikasi interakt if; (4) Kesesuaian dan kara kteristik mata pelajaran, (f) Sesuai dengan tingkat
perke mbangan peserta didik. Ko mponen-ko mponen
Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik dala m menyusun buku siswa meliputi: (1) Kesesuaian dengan tingkat perke mbangan berpikir siswa; (2) Kesesuaian
37
37
dengan tingkat perkembangan sosial e mosional siswa , (g)
Ko munikat if dan Interaktif. Ko mponen-ko mponen
Ko munikat if dan Interaktif dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Kesesuaian ilustrasi dengan pesan; (2) Dorongan berpikir kreatif pada siswa, (h) Koherensi dan keruntutan alur pikir. Ko mponen-ko mponen Koherensi dan keruntutan alur pikir dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Ketertautan antar bab; (2) Keutuhan makna dala m bab, (i) Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar. Komponen-ko mponen Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang benar dalam menyusun buku siswa meliputi: (1) Ketepatan tata bahasa; (2) Ketepatan ejaan, (j) Fisik. Ko mponen-ko mponen Fisik dala m menyusun buku siswa me liputi: (1) Ta mp ilan dala m buku siswa menarik; (2) Ke jelasan cetakan. 3. Le mbar Kerja Siswa (LKS)
Le mbar Kerja Siswa (LKS) berisi masalah dan uraian singkat materi yang terkait. LKS yang baik akan dapat menuntun siswa dalam mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip atau prosedur-prosedur mate matika sesuai dengan materi. Da la m LKS d isediakan pula te mpat bagi siswa untuk menyelesaikan masalah/soal. LKS disusun
untuk me mberi ke mudahan bagi guru dalam
mengako modasi tingkat ke ma mpuan siswa yang berbeda -beda. Melalui LKS, pe mbela jaran di kelas akan berpusat kepada siswa, dan memudahkan guru dan siswa untuk me la ksanakan kegiatan yang tertera di LKS.
Le mbar Kerja Siswa (LKS) me miliki beberapa aspek antara lain: aspek petunjuk, ke layakan isi, bahasa, prosedur, dan fisik. Adapun indikator va lidas i Le mba r
Kerja Siswa (LKS) me liputi38: (a) Aspek petunjuk.
Ko mponen-komponen aspek petunjuk dala m menyusun LKS meliputi: (1) Petunjuk d inyatakan dengan jelas ; (2) Mencantumkan KD; (3) Mencantumkan indikator, (b) Kelayakan Isi. Ko mponen-komponen ke layakan isi da la m
38 Shoffan Shoffa, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan PMR Pada Pokok Bahasan Jajargenja ng dan Belah Ketupat , Skripsi (Surabaya: Jurusan Matematika Fakultas MIPA UNESA, 2008 ), 29.
38
menyusun LKS me liputi: (1) Menyajikan soal-soal kontekstual; (2) Mengembangkan kecakapan personal; (3) Mengembangkan kecakapan sosial; (4) Mengembangkan kecakapan akade mik; (5) Menumbuhkan kreativitas, (c ) Bahasa. Ko mponen-ko mponen Bahasa dalam menyusun LKS me liputi: (1) Kebenaran tata bahasa; (2) Kalimat soal tidak mengandung arti ganda, (d) Prosedur. Ko mponen-ko mponen Prosedur dalam menyusun LKS meliputi: (1) Urutan kerja siswa; (2) Keterbacaan/bahasa dari prosedur, (e) Fisik. Ko mponen-ko mponen Fisik da la m menyusun LKS me liputi: (1) Ta mp ilan LKS menarik; (2) Keje lasan cetakan.
4. Soal Kotak Horay
Soal Kotak Horay adalah soal yang disusun untuk menguji pe maha man konsep siswa yang berisi masalah sesuai dengan nomor yang disediakan pada Kotak Horay yang diterapkan me lalu i mode l pe mbela jaran kooperatif
tipe Course Review Horay. Soal yang baik akan dapat
menuntun siswa dalam mengkonstruksi fakta, konsep, prinsip atau prosedur-prosedur matemat ika sesuai dengan
materi. Adapun aspek validasi Soa l Kotak Horay me liputi:
(a) Kelayakan isi. Ko mponen kelaya kan isi da la m
menyusun soal kotak horay meliputi: (1) Soal sesuai
dengan indikator; (2) Soal yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jen is sekolah atau tingkat ke las; (3) Kebenaran konsep; (4) Mengembangkan kecakapan personal; (5) Mengembangkan kecakapan sosial; (6) Mengembangkan kecakapan akade mik; (7) Menu mbuhkan kreativ itas, (b) Bahasa. Ko mponen-komponen bahasa dalam menyusun
soal kotak horay meliputi: (1) Kebenaran tata bahasa; (2)
Kalimat soal tidak mengandung arti ganda; (3)
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. H. Model Penge mbang an Perangkat Pe mbelajar an
Pengembangan pembela jaran adalah proses desain konseptual dalam upaya peningkatan fungsi dari model yang telah ada sebelumnya, mela lui pena mbahan ko mponen
39
pembela jaran yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pencapaian tujuan39.
Dala m pengembangan perangkat pembelaja ran
diperlukan model pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Salah satu model pengembangan yang dapat digunakan untuk menge mbangkan perangkat pembelaja ran adalah model pengembangan yang dike mbangkan oleh Plo mp. Penelit i me milih model Plo mp, karena banyak penelitian pengembangan sebelumnya yang menggunakan model Plo mp, selain itu desain penelitian Plo mp me mpunyai prosedur yang jelas dan sistematis.
Berka itan dengan pengembangan model pendidikan tertentu, Plomp menge muka kan bahwa ada tiga fase yang harus dila lui dala m menge mbangkan model pe mbela jaran, yaitu fase
investigasi awal (preliminary investigation), fase pembuatan
prototipe (prototyping phase) dan fase penilaian (assessment
phase)40.
Adapun uraian alur fase pengembangan perangkat pembela jaran mate mat ika sebagai berikut :
Fase 1: Investigasi Awal (Preliminary Investigation)
Pada fase ini dilakukan analisis pendahuluan
atau identifikasi masalah yang me liputi
mengu mpulkan dan menganalisis informasi,
mendefinisikan masalah, men injau kepus takaan dan me rencanakan kerangka konseptual. Fase penelitian awal dila kukan untuk menentukan masalah dasar yang
diperlukan untuk menge mbangkan perangkat
pembela jaran. Pada tahap ini informasi yang dianalisis yaitu analisis masalah, analisis kuriku lu m, ana lisis kara kteristik siswa dan analisis materi pe mbe laja ran. Fase 2: Pe mbuatan Pr ototi pe (Prototyping Phase)
Pada fase ini bertujuan merancang
penyelesaian masalah yang telah diidentifikasi pada tahap investigasi awal dala m bentuk pembuatan
39Sugiarto, Landasan Pengembangan Bahan Ajar (Bandung: Angkasa, 2011), 12. 40 Tjeerd Plomp, Educational Design Research: an Introduction, (Netherlands:
40
prototipe awal. Rancangan ini menca kup suatu proses
yang sistematik, yaitu pembuatan masalah lengkap dibagi men jadi sub-sub masalah dengan rancangan
penyelesaian masing-masing sub masalah.
Selanjutnya, penyelesaian masing-masing sub masalah dirangku m ke mba li menjad i suatu struktur pemecahan masalah secara lengkap. Kegiatan yang dilaku kan
pada tahap ini adalah merancang perangkat
pembela jaran dan instrumen-instrumen yang
dibutuhkan dalam penelitian. Be rdasarkan ka jian -kajian yang dilaku kan pada tahap investigasi awal, ma ka disusun garis besar perangkat pembelaja ran yang dikembangkan dan instrumen -instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian.
Fase 3:Fase Penilaian (Asse ssment Phase)
Fase ini bertujuan untuk me mpe rtimbangkan kualitas solusi yang dike mbangkan dan me mbuat
keputusan lebih lanjut. Berdasarkan hasil
pertimbangan dan evaluasi, proses dan analisis informasi dila kukan untuk menilai solusi dan selanjutnya dilakukan rev isi sampai prototipe yang dihasilkan dapat digunakan dala m u ji coba.
Adapun kegiatan utama yang dilakukan pada fase ini yaitu kegiatan validasi perangkat pembelaja ran dan me la ksanakan uji coba terbatas. Kegiatan tersebut digunakan untuk menguji tiga hal yaitu (1) Ke layakan prototipe 1 yang telah dirancang dan disusun menurut validitas ahli, (2) Keprakt isan penggunaan prototipe 2 dala m uji coba terbatas, (3) Keefe ktifan hasil pelaksanaan uji coba terbatas. Bila ketiga ha l tersebut terpenuhi maka dihasilkan solusi yang dikembangkan dan selanjutnya dapat diterapkan pada situasi yang sebenarnya.
41
I. Materi Pe mbelajaran Relasi dan Fungsi 1. Re lasi41
a) Pengertian Re lasi
Re lasi dari himpunan A ke himpunan B adalah hubungan yang memasangkan anggota-anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B.
b) Cara Menyajikan Suatu Re lasi
1. Dengan diagra m panah
2. Dengan diagra m Cartesius
3. Dengan himpunan pasangan berurutan
c) Contoh Relasi
Tino berencana me mbeli buku tulis dan pensil, Ayu me mbe li penggaris dan penghapus, Togar membe li bolpoin, buku tulis dan tempat pensil, sedangkan Nia me mbe li pensil dan penggaris.
Dari ka limat di atas terlihat bahwa terdapat hubungan antara himpunan anak (yaitu: Tino, Ayu, Togar, dan Nia) dengan himpunan alat tulis (ya itu: buku tulis, pensil, penghapus, penggaris, tempat pensil). Himpunan anak dengan himpunan alat tulis tersebut dihubungkan oleh ka ta “membeli”. Hubungan tersebut yang dinamakan dengan “relasi”, yang dapat dinyatakan dalam 3 bentuk, yaitu: diagra m panah, diagram Cartesius dan himpunan pasangan berurutan.
2. Fungsi atau Pemetaan42
a. Pengertian Fungsi
Fungsi (pemetaan) dari himpunan A ke himp unan B adalah relasi khusus yang me masangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B.
b. Cara Menyajikan Fungsi
1. Dengan diagra m panah
2. Dengan diagra m Cartesius
3. Dengan himpunan pasangan berurutan
41Dewi Nuharini, BSE Matematika Konsep dan Aplikasinya 2 Untuk Kelas VIII SMP dan
MTs, (Surakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 32 -41.
42Dewi Nuharini, BSE Matematika Konsep dan Aplikasinya 2 Untuk Kelas VIII SMP dan
42
c. Contoh Fungsi
Seorang guru mengambil data mengenai berat bad an dari ena m siswa ke las VIII d isajikan pada tabel berikut: Tabel 2.3 Nama Siswa dan Ber at B adannya (kg)
Nama Siswa Berat B adan (kg)
Anik 35 Andre 34 Gita 30 Bayu 35 Asep 33 Dewi 32
Dari data na ma siswa dan berat badannya tersebut terdapat relasi yang mungkin, yaitu re lasi “ me mpunyai berat badan”.
43
Gambar 2.3 Diagram Panah dari Relasi “Mempunyai Berat Badan”
Pada Ga mbar 2.3, dapat diketahui ha l-hal sebagai berikut:
a. Setiap siswa me miliki berat badan.
Hal ini berarti setiap anggota A me mpunyai kawan atau pasangan dengan anggota B.
b. Setiap siswa me miliki tepat satu berat badan.
Hal in i berart i setiap anggota A me mpunyai tepat satu kawan atau pasangan dengan anggota B.
Anik
Andre
Gita
Bayu
Asep
Dewi
30
31
32
33
34
35
“berat badan”
A
B
44
d. Nila i Fungsi
Gambar 2.4 Fungsi (Pe metaan)
Ga mbar 2.4 d i atas mengga mbarkan fungsi yang
me metakan x anggota himpunan A ke y anggota himpunan
B. Notasi fungsinya dapat ditulis sebagai berikut:
dibaca : fungsi f me metakan x anggota A k e y anggota B
Himpunan A disebut domain (daerah asal). Himpunan B disebut kodomain (daerah ka wan).
Himpunan yang me muat y disebut range (daerah
hasil).