• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA LENGAN DAN KAKI PASIEN DI RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA LENGAN DAN KAKI PASIEN DI RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG - Repository Universitas Muhammadiyah Semarang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN TEKANAN DARAH PADA

LENGAN DAN KAKI PASIEN DI RS ROEMANI MUHAMMADIYAH

SEMARANG

Manuscript

Oleh: Mohammad Afif NIM: G2A214007

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

(2)
(3)

Mohammad Afifa, Yunie Armyatib, Fatkhul Mubinc

a

Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS, as.sirjani@gmail.com b

Dosen Keperawatan Medikal Bedah FIKKES UNIMUS, yunie@unimus.ac.id c

Dosen Keperawatan Jiwa FIKKES UNIMUS, fati_942000@yahoo.com

Abstrak

Tekanan darah bervariasi pada berbagai keadaan, salah satunya adalah lokasi tempat pengukuran tekanan darah. Pengukuran tekanan darah umumnya dilakukan pada lengan. Pengukuran tekanan darah pada kaki dilakukan ketika lengan tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil pengukuran tekanan darah (sistolik, diastolik dan MAP) pada lengan dan kaki pasien. Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang bulan Januari 2018. Metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel ditentukan secara consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan tekanan darah (sistolik, diastolik dan MAP)antara lengan dan kaki. Hasil penelitian diperoleh data rata-rata perbedaan tekanan sistolik lengan dan kaki adalah 17,635 mmHg (13,32 %), rata-rata perbedaan tekanan diastolik lengan dan kaki adalah 6,288 mmHg (8,04 %), dan rata -rata perbedaan MAP lengan dan kaki adalah 10,071 mmHg (10,46 %). Hasil uji statistik

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil pengukuran tekanan darah pada lengan dan kaki dengan nilai ρ value 0,000 (ρ ≤ 0.05). Rekomendasi yang diberikan adalah pengukuran tekanan darah dapat dilakukan pada kaki dengan catatan hasil tekanan darah lebih tinggi dari pada di lengan.

Kata kunci: Tekanan darah, lengan, kaki

Abstract

Differences Result of Blood Pressure Measurement between Arm and Leg of Patient in Roemani Muhammadiyah Hospital Semarang

Blood pressure can be fluctuate in any condition, such a condition is location of blood pressure measurement. Generally, blood pressure measurement was done in arm. Measuring blood pressure in leg was done when arm cannot be used. The aim of this research is to find out the differences of blood pressure’s result (systolic, diastolic, and MAP) between arm and leg. Research had been held in Roemani Muhammadiyah Hospital on January 2018. Research method is analytic observational with cross sectional approachment. Sample data was determined by consecutive sampling. As the result showed there is differences in blood pressure ( systolic, diastolic, and MAP) between arm and leg measurement. Data collected from the research are: average result for differences of systolic pressure between arm and leg is 17.635 mmHg (13.32%), average result for differences of diastolic pressure between arm and leg is 6.288 mmHg (8.04%), and average result for differences of MAP between arm and leg is 10,071 mmHg (10,46%). Kolmogorov-Smirnov statistic test result showed there are significant differences from blood pressure measurement between arm and leg with p-value 0,000 (p ≤ 0,05). As the recomendation, blood pressure measurement can be done in leg with a higher result than in arm should be notify.

(4)

PENDAHULUAN

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau

penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transportasi

oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya (Ibnu, 1996 dalam Anggara, 2013).

Tekanan darah bervariasi karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu usia, aktivitas fisik, dan perubahan posisi. Tekanan darah orang dewasa, 120/80 mmHg dianggap sebagai nilai yang normal. Nilai tekanan darah anak-anak lebih rendah dari pada orang dewasa. Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan tekanan pada pembuluh darah adalah posisi tubuh. Perubahan tekanan darah pada posisi tubuh dipengaruhi oleh faktor gravitasi (Amiruddin, 2014).

Pemeriksaan tekanan darah, selain hasil, sebaiknya dicantumkan pula posisi atau keadaan saat pemeriksaan, seperti tidur, duduk, berbaring atau menangis, sebab posisi posisi tersebut mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah yang dilakukan (Hidayat, 2008). Pengukuran tekanan darah pada kaki/betis dilakukan ketika lengan atas tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah, sehingga area betis dapat digunkan sebagai lokasi alternatif. Misalnya pada pasien dengan multipel trauma, lengan yang diamputasi, luka bakar, dan

dengan pemasangan jalur intra vena (IV) yang banyak (multipel) seprrti pada pasien syok, lengan tidak tersedia untuk memonitor tekanan darah (Sareen, 2012).

(5)

darah dilakukan pada kaki. Hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan antar di lengan dan di kaki ternyata didapatkan perbedaan nilai tekananan darah tersebut.

Data jumlah pasien di kelas I dan II Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang antara

bulan Agustus sampai Oktober 2016, setiap bulannya 60 sampai 70 pasien. Untuk pasien yang diukur tekanan darah pada daerah kaki, rata-rata 5 sampai 10 pasien tiap bulannya. Studi awal yang kami lakukan pada pemeriksaan tekanan darah yang dilakukan pada kaki pasien ternyata ada perbedaan tekanan dari tekanan darah yang diukur pada lengan pasien. Pentingnya penelitian ini dilakukan, karena hasil pengukuran tekanan darah yang tidak valid akan dapat mempengaruhi terapi medis/pengobatan, tindakan kedokteran, dan tindakan keperawatan.

Berdasarkan fenomena yang ada, maka peneliti peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan hasil tekanan darah pada lengan dan kaki pasien di RS Roemani Muhammadiyah Semarang.”

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian hipotesis, dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah pasien kelas I dan II di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah sejumlah 52 yang masuk dalam kriteria inklusi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah: pasien yang di rawat di kelas II dan III, bisa dilakukan pengukuran tekanan darah di lengan dan kaki (tidak ada bengkak, tidak ada luka), setuju untuk dijadikan obyek peneliti, tidak sedang sesak nafas, tidak kesakitan, posisi pasien netral/terlentang dengan posisi kepala head up 15 derajat dan ukuran manset cukup dipasangkan pada lengan dan kaki pasien

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menguraikan tentang karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, diagnosa medis, lama rawat.

1. Karakteristik Responden a. Usia

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 52 responden menunjukkan rata-rata usia responden adalah 55 tahun, dengan usia termuda responden adalah 25 dan responden tertua adalah 90 tahun. Usia berpengaruh terhadap tekanan darah. Pengaruh usia terhadap tekanan darah dapat dilihat dari aspek pembuluh darah yaitu semakin bertambah usia akan menurunkan elastisitas pembuluh darah arteri perifer sehingga meningkatkan resistensi atau tahanan pembuluh darah perifer. Peningkatan tahanan perifer akan meningkatkan tekanan darah (Guyton, 2008). Tekanan darah sistolik lansia biasanya meningkat sejajar dengan bertambahnya usia, sedangkan tekanan darah sistolik meningkat biasanya hanya sampai usia 50-an kemudian menurun sehingga pada waktu itu, rumus tekanan darah adalah usia ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun maka tekanan darah sisitolik 160 mmHg dianggap normal (Kabo, 2008).

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pada lansia dibanding umur 55-59 tahun dengan umur 60-64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi sebesar 2,18 kali, umur 65-69 tahun 2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali (Hasurungan dalam Rahajeng dan Tuminimumah, 2009). Kardiovaskular pada lansia, terjadi penebalan dan kekakuan katup jantung, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resisitensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat (Maryam, 2008).

b. Jenis kelamin

Tabel 1

Distribusi Frekwensi Jenis Kelamin Responden Di Kelas 1 Dan 2 Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2018 (n=52)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

Laki – Laki 27 51,9

Perempuan 25 48,1

(7)

Jenis kelamin responden pada penelitian ini di dapatkan lebih banyak laki-laki yang berjumlah 27 responden (51,9 %), dan perempuan sebanyak 25 responden (48,1 %).

Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada laki-laki atau perempuan (Potter & Perry, 2010). Wanita umumnya memiliki tekanan darah

lebih rendah dari pada pria yang berusia sama, hal ini cenderung akibat variasi hormon. Setelah menopause, wanita umumnya memiliki tekanan darah lebih tinggi dari sebelumnya (Berman, 2009).

Jenis kelamin bukan satu–satunya faktor yang mempengaruhi tekanan darah/hipertensi, seperti hasil penelitian sebelumnya tentang hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar dengan hasil tidak ada hubungan jenis kelamin dengan hipertensi pada orang tua di Puskesmas Nglegok Kabupaten Blitar dengan p value 0.130 (Sari, 2016).

c. Lama rawat

Lama rawat responden dalam penelitian ini rata-rata 2,67 hari, dengan standar deviasi 1,700, lama rawat terlama responden adalah 7 hari dan lama rawat terpendek responden adalah 1 hari. Pasien yang dirawat terlalu lama bisa menyebabkan stress/hospitalisasi, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi tekanan darah. Menurut Marliani (2007), salah satu faktor yang menyebabkan kekambuhan hipertensi adalah stres.

(8)

2. Gambaran Hasil Tekanan Darah (Sistolik, Diastolik, MAP) Pada Lengan Dan Kaki Pasien

Tabel 2

Deskripsi Tekanan Darah (Sistolik, Diastolik dan MAP)

pada Lengan dan Kaki Responden di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2018 (n=52)

Hasil penelitian ini menggambarkan rata-rata tekanan darah sistolik pada lengan 132,31 mmHg, nilai maximum 193, dan nilai minimum 99 mmHg. Gambaran rata-rata tekanan darah diastolik adalah 78, 17 mmHg, nilai maximum 114, dan nilai minimum 57 mmHg. Gambaran rata-rata MAP adalah 15,794 mmHg, nilai maximum 136, dan nilai minimum 74 mmHg.

Gambaran rata-rata tekanan darah sistolik pada kaki 149,94 mmHg, nilai maximum 243, dan nilai minimum 106 mmHg. Gambaran rata-rata tekanan darah diastolik adalah 84,46 mmHg, nilai maximum 120, dan nilai minimum 43 mmHg. Gambaran rata-rata MAP adalah 106,29 mmHg, nilai maximum 152, dan nilai minimum 65 mmHg.

Hasil penelitian ini secara umum tekanan darah (sistolik, diastolik dan MAP) pada lengan lebih rendah dibandingkan tekanan (sistolik, diastolik dan MAP) di kaki, walaupun ada beberapa hasil yang lebih rendah atau hampir sama dengan yang di lengan. Pada dasarnya pengukuran tekana darah bisa dilakukan di lengan maupun kaki. Denyut nadi mempresentasikan denyut jantung seseorang. Denyut jantung adalah kemampuan jantung untuk memompakan darah ke seluruh tubuh dalam satu menit. (Guyton & Hall, 2009).

Pemeriksaan tekanan darah, selain hasil, sebaiknya dicantumkan pula posisi atau keadaan saat pemeriksaan, seperti tidur, duduk, berbaring atau menangis, sebab posisi posisi tersebut mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah yang dilakukan (Hidayat, 2008). Pengukuran tekanan darah pada kaki/betis dilakukan ketika lengan atas tidak

(9)

sebagai lokasi alternatif. Misalnya pada pasien dengan multipel trauma, lengan yang diamputasi, luka bakar, dan dengan pemasangan jalur intra vena (IV) yang banyak

(multipel) seprrti pada pasien syok, lengan tidak tersedia untuk memonitor tekanan darah (Sareen, 2012).

3. Perbedaan Hasil Pengukuran Tekanan Darah Pada Lengan Dan Kaki Tabel 3

Perbedaan Tekanan Darah Sistolik Lengan dan Kaki Responden di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2018 (n=52)

Variabel Ranks N mean

a. Tekanan darah sistolik tangan<tekanan darah sistolik kaki b. Tekanan darah sistolik tangan>tekanan darah sistolik kaki c. Tekanan darah sistolik tangan=tekanan darah sistolik kaki

Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test perbedaan tekanan darah sistolik antara lengan dan kaki didapatkan hasil ρ value 0,000 (ρ ≤ 0.05), maka Ho di tolak yang artinya ada perbedaan secara signifikan antara tekanan darah sistolik antara lengan dan kaki. Tekanan sistolik pada lengan lebih rendah dari pada kaki. Didukung data sebanyak 47 responden tekanan darah sistolik lengan lebih rendah dari kaki, dan sebanyak 5 responden tekanan sistolik tangan lebih tinggi dari kaki.

Tabel 4

Pebedaan Tekanan Darah Diastolik, MAP Lengan dan kaki di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang tahun 2018 (n=52)

Hasil penelitian dari 52 responden, menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara tekanan darah di lengan dan di kaki. Hasil uji statistik pair t-test pada perbedaan tekanan darah diastolik dan MAP antara lengan dan kaki didapatkan hasil ρ value 0,000 (ρ ≤ 0.05). Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test perbedaan tekanan darah

(10)

sistolik antara lengan dan kaki juga didapatkan hasil ρ value 0,000 (ρ ≤ 0.05). Perbedaan tekanan darah sistolik antara lengan dan kaki di dapatka hasil mean atau

rata-rata adalah 17,635 mmHg (13,32 %), sedangkan perbedaan tekanan darah diastolik antara lengan dan kaki rata-rata adalah 6,288 mmHg (8,04 %). Perbedaan MAP antara

lengan dan kaki rata-rata adalah 10,071 mmHg (10,46 %).

Tekanan darah sangat berkaitan dengan cardiac output, tahanan perifer vaskuler, viskositas darah dan elastisitas pembuluh darah (Tarwoto, 2011). Tahanan perifer vaskuler adalah keadaan tahanan pembuluh darah yang ditentukan oleh adanya aliran darah, tonus otot vaskuler dan diameter pembuluh darah. Makin kecil diameter pembuluh darah makin besar tahanan perifernya. Secara biofisika, bahwa resistensi perifer dapat dijabarkan dalam sebuah rumus menurut hukum Pousteille yaitu apabila viskositas darah meningkat akan menyebabkan peningkatan resistensi dan apabila jari-jari pembuluh semakin kecil maka resistensi besar (Tarwoto, 2011).

Panjang pembuluh pada persamaan menurut hukum Pousteille tidak mempunyai pengaruh yang besar karena panjang pembuluh darah di dalam tubuh relatif konstan. Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan Sunarno (2005) tentang analisis perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara lengan kanan dengan lengan kiri pada penderita hipertensi di RSUD DR. H. Abdul Moeloek propinsi lampung dimana didapatkan hasil ada perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran tekanan darah yang dilakukan di lengan kanan dan lengan kiri pada penderita hipertensi.

(11)

tekanan darah dalam berbagai posisi dengan spigmomanometer aneroid pada mahasiswa keperawatan, di dapatkan hasil ada perbedaan hasil pengukuran tekanan

darah (sistolik dan diastolik) pada posisi berbaring dengan posisi duduk.

Perbedaan tekanan dalam penelitian ini juga bisa di pengaruhi oleh faktor penyakit, pada penelitian ini responden yang di jadikan sampel bersifat heterogen, menderita berbagai macam penyakit. Responden dalam penelitian ini ada yang memiliki diagnosa penyakit yang berhubungan dengan viskositas darah dan tahanan perifer serta kardiovaskular dan pembuluh darah. Semakin kecil lumen pembuluh, semakain besar tahanan vaskuler terhadap aliran darah, dengan naiknya tahanan tekanan darah arteri juga naik. Tekanan darah juga turun pada saat dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun (Potter & Perry, 2010).

PENUTUP

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan signifikan hasil pengukuran tekanan darah sistolik, diastolik dan MAP antara lengan dan kaki dengan hasil ρ value 0,000 (ρ ≤ 0.05). Hasil pengukuran tekanan darah lebih tinggi di kaki dari pada di lengan, rata-rata perbedaan tekanan sistolik adalah 17,635 mmHg (13,32 %), rata-rata perbedaan tekanan diastolic 6,288 mmHg (8,04 %), dan rata-rata perbedaan MAP adalah 10,071 mmHg (10,46 %).

Hasil penelitian ini menambah pengetahuan bagi perawat tentang alternatif tempat pengukuran tekanan darah. Pengukuran tekanan darah bisa dilakukan di kaki jika pengukuran

tekanan darah di lengan tidak dapat dilakukan, dengan catatan hasil pengukuran tekanan darah di kaki lebih tinggi dari pengukuran di lengan. Hasil dari penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan untuk penyusunan standard operating procedure (SOP) pengukuran tekanan darah pada daerah kaki.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, M. A., Danes, V. R., & Lintong. (2015). Analisa hasil pengukuran tekanan darah antara posisi duduk dan posisi berdiri pada mahasiswa semester VII (tujuh) TA. 2014/2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-Biomedik, 3 (1), 125 - 129

(12)

Berman, A. J. (2009). Buku ajar praktik keperawatan Kozier & Erb klinik Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Florensa. (2009). Hasil pengukuran tekanan darah dalam berbagai posisi dengan spigmomanometer aneroid pada mahasiswa keperawatan.

Guyton A.C., Hall J.E. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Kabo, P. (2008). Mengungkap Pengobatan Penyakit Jantung Koroner Kesaksian Seorang Ahli Jantung dan Ahli Obat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maryam, R. S. (2008). Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Potter & Perry. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses &.praktek.

Jakarta: EGC.

Arwani & Sunarno. (2007). Analisis perbedaan hasil pengukuran tekanan darah antara lengan kanan dengan lengan kiri pada penderita hipertensi di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung. Media Ners, 1 (2), 49

Gambar

Tabel 4 Pebedaan Tekanan Darah Diastolik, MAP Lengan dan kaki  di Rumah Sakit

Referensi

Dokumen terkait

mengetahui hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif siswa.. di SMAN

Sedangkan variabel yang tidak dapat memprediksi peringkat obligasi adalah likuiditas, umur obligasi, dan ukuran perusahaan.. Listianingrum (2015), yang menguji faktor-faktor

Mereka mampu berinteraksi dengan sangat baik dengan teknologi digital seperti internet, video games , dan computer games (Selwyn, 2009). Anak sebagai pengguna aplikasi

0 s/d 16.00 tor Dinas P oros Langar ohon memb umen penaw. ad/diunggah es pelelanga

Sesuai dengan Pedoman Kualifikasi Pengadaan Barang dan Jasa berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas

Anna Maarit Hurmeranta Helsingin yliopisto Valtiotieteellinen tiedekunta Yhteiskuntapolitiikka/ kaupunkitutkimus Pro gradu -tutkielma Helmikuu 2014.. Tutkimuksessa tarkastellaan

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku petugas kesehatan di Puskesmas Mergangsan yogyakarta yang sudah menunjukkan hasil yang baik, ternyata tidak berpengaruh terhadap

Kisi- kisi instrumen pengukuran keterampilan bertanya siswa mencakup mencakup 5 aspek, yaitu aspek substansi pertanyaan (item no. Analisis data yang digunakan adalah