• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: e-scaffolding, pembelajaran hibrid, kerja ilmiah, prestasi belajar fisika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: e-scaffolding, pembelajaran hibrid, kerja ilmiah, prestasi belajar fisika"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN E-SCAFFOLDING OPTIKA BERBASIS PEMBELAJARAN HIBRID UNTUK MENUMBUHKAN KERJA

ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA Yusuf KB Ono Putro, Supriyono Koes H., dan Sumarjono

Universitas Negeri Malang E-mail: yusuf_kb92@yahoo.com

ABSTRAK: Prestasi belajar materi optika mahasiswa calon guru masih kurang. Kesulitan tersebut dipengaruhi oleh sistem perkuliahan yang sering dilakukan mandiri, kesulitan menerapkan rumus, dan belum ada bantuan yang diberikan. Pendampingan kognitif berupa e-scaffolding diperlukan untuk menangani masalah tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian menerapkan rancangan pengembangan Borg & Gall (1983). Instrumen yang digunakan adalah angket. Penilaian terhadap produk penelitian dan pengembangan adalah validasi isi dan uji coba terbatas. Menurut hasil validasi dan uji coba terbatas, e-scaffolding yang telah dikembangkan termasuk dalam kriteria baik sehingga dapat diterapkan dan dapat membantu menumbuhkan prestasi belajar dan kerja ilmiah.

Kata kunci: e-scaffolding, pembelajaran hibrid, kerja ilmiah, prestasi belajar fisika Optika merupakan salah satu materi yang terdapat pada matakuliah Fisika Dasar. Prestasi belajar dan kerja ilmiah pada materi ini untuk mahasiswa calon guru masih kurang. Hal ini dipaparkan pada penelitian Koes H, dkk (2012) yang menyebutkan bahwa pencapaian prestasi belajar mahasiswa LPTK di wilayah Jawa Timur untuk optika fisik dan geometri masih kurang dengan menganggap ketuntasan minimal 75%. Dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan, kesulitan mahasiswa mempelajari optik dipengaruhi oleh sistem perkuliahan yang sering dilakukan secara mandiri, kesulitan menerapkan rumus, belum ada bantuan yang diberikan kepada mahasiswa. Oleh karena itu perlu adanya pendampingan kognitif berupa e-scaffolding berbasis pembelajaran hibrid untuk menangani masalah tersebut.

Zone of Proximal Development

Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan konsep yang terkenal dalam psikologi sosialkultural Vygotsky. Vygotsky (Santoso, 2010: 130) yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas atau masalah kompleks yang masih berada pada jangkauan kognitif siswa atau tugas-tugas tersebut berada pada Daerah

(2)

Perkembangan Terdekat (Zone of Proximal Development). ZPD adalah jarak antara taraf perkembangan aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial, seperti yang ditunjukkan dalam pemecahan masalah di bawah bimbingan. Jadi, perkembangan potensial adalah potensi yang belum berubah menjadi suatu kemampuan, sedangkan perkembangan aktual adalah potensi yang sudah menjadi kemampuan (Kwartolo, 2007: 35).

Scaffolding

Metode scaffolding merupakan praktik yang berdasarkan pada konsep Vygotsky tentang zona of proximal development atau zona perkembangan terdekat (Mamin,2008). Scaffolding mempengaruhi pebelajar baik secara kognitif maupun emosional, berdampak tidak hanya pada pengetahuan dan keterampilan pebelajar, tetapi juga motivasi dan kepercayaan diri pebelajar saat menghadapi tugas. Scaffolding juga dapat diartikan memberikan individu sejumlah besar bantuan selama bertahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar, segera setelah mampu mengerjakan sendiri (Mamin,2008).

Pembelajaran Hibrid

Pembelajaran hibrid merupakan praktik pembelajaran yang mengkombinasikan teknologi pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online (Chen,2012). Pembelajaran hibrid menjadi model pembelajaran yang menonjol akhir-akhir ini. McCaslin dan Hickey (2001) menunjukkan bahwa scaffolding merupakan konsepsi efektif dari belajar dan mengajar yang di dalamnya guru dan siswa menciptakan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan pengalaman guru dan pengetahuan siswa. Lingkungan yang diciptakan pembelajaran hibrid mengaktualisasi scaffolding.

Hasil beberapa penelitian tentang pengaruh pembelajaran hibrid terhadap kemampuan siswa menunjukan bahwa pembelajaran hibrid mengambil keuntungan efisiensi teknologi online bahkan menyediakan bimbingan individual satu per satu pengajaran tanpa tatap muka dengan

(3)

pengajar. Oleh sebab itu, lingkungan pembelajaran hibrid menghasilkan pengalaman yang lebih baik bagi siswa (Means et al, 2009). Model hibrid memperbaiki format kesenjangan pendidikan dengan menambahkan metode online dengan interaksi tatap muka antara siswa dan pengajar.

Kerja Ilmiah

Masyarakat modern membutuhkan metode pembelajaran yang efisien, dengan penekanan pada metode ilmiah, tidak terlalu didasarkan pada pengajaran temuan ilmiah, tetapi perkembangan konstruktif pengetahuan baru berdasarkan empirisme dan penelitian. Pengetahuan tersebut mengarah ke penalaran yang tepat diperlukan untuk memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh kehidupan modern (Nagl dkk, 2012: 85). Mahasiswa calon guru merupakan guru di masa depan yang lebih modern. Untuk itu sebagai pengajar, kemampuan akan kerja ilmiah sangatlah penting karena di kehidupan modern penalaran lah yang lebih berperan penting.

Prestasi Belajar

Menurut Bloom dalam Sudjana (2009:22-23) hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah yaitu:1) Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terjadi dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesi dan evaluasi; 2) Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri lima spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penelitian, organisasi, dan internalisasi; 3) Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

METODE

Rancangan penelitian dan pengembangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan Borg & Gall (1983). Menurut Borg & Gall (1983: 774-776) ada 10 langkah dalam penelitian pengembangan. Namun pada

(4)

penelitian ini hanya menggunakan 5 langkah dari model tersebut, yaitu penelitian dan pengumpulan informasi, perencanaan, pengembangan produk tahap awal, uji coba produk terbatas, dan revisi produk sehingga menghasilkan produk akhir.

Uji coba lapangan dilakukan kepada mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Negeri Malan yang telah menempuh mata kuliah Fisika Dasar II sejumlah 20 subjek. Sebelum melakukan ujicoba, terlebih dahulu produk divalidasi oleh dosen ahli media dan ahlli materi. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada skala Likert. Instrumen tersebut meliputi 1) instrumen validasi isi materi, 2) instrumen validasi isi media, dan 3) instrumen uji coba terbatas. Data yang diperoleh dari instrumen tersebut berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data tersebut diolah dengan teknik analisis rata-rata yang digunakan untuk mengkategorikan produk sesuai dengan kriteria kelayakan.

Hasil Pengembangan

E-scaffolding ini terdiri dari materi optika yang dipecah menjadi 5 bagian, yaitu Hukum Optika Geometri, Pembentukan Bayangan, Alat Optik, Gelombang Optik dan Difraksi & Polarisasi. Dari masing-masing materi tersebut terdapat rangkuman materi dan soal-soal latihan terbimbing. Pada masing-masing soal akan disertakan scaffolding yang akan muncul otomatis ketika pengguna memilih jawaban salah dan pembahasan yang akan muncul ketika pengguna memilih jawaban salah sebanyak 3 kali.

Proses pengembangan modul tutorial interaktif ini diawali dengan studi pendahuluan. Studi pendahuluan yang dilakukan meliputi wawancara mendalam dan tes tulis. Kemudian mulai dilakukan perencanaan dengan membuat draft susunan produk beserta instrumen validasi dan ujicoba. Tahap selanjutnya adalah mengembangkan produk tahap awal yang berupa indikator, materi, soal beserta scaffolding dan penyusunan story board dan kemudian mengubahnya ke dalam bentuk file html. Setelah selesai dibentuk dalam file html, file diunggah ke webhoster. Kemudian dilanjutkan uji validasi dan uji coba terbatas untuk mengetahui kelayakan e-scaffolding yang telah dikembangkan. Pada tahap akhir setelah melakukan uji validasi dan uji coba

(5)

terbatas, dilakukan revisi untuk menyempurnakan produk sesuai dengan hasil uji coba serta komentar dan saran dari validator ataupun subjek uji coba.

Produk yang telah dikembangkan dapat diterapkan dalam pembelajaran kelas yang memadukan antara pembelajaran hibrid dengan pembelajaran kooperatif, sehingga e-scaffolding ini dapat dikeluarkan dalam langkah presentasi dengan menampilkan rangkuman materi dan diskusi dengan meminta pengguna mengerjakan latihan soal yang ada di e-scaffolding. Berikut disajikan gambar halaman home dari e-scaffolding yang telah dikembangkan pada gambar 1.

Gambar 1. Halaman Home

Berdasarkan hasil validasi materi, secara keseluruhan materi, latihan soal, dapat dikatakan layak dengan rata-rata 3,55 sehingga berdasarkan kriteria kelayakan pada Tabel 3.2 tergolong baik dan tidak perlu direvisi. Akan tetapi meskipun menurut tabel tidak perlu direvisi, produk hasil tetap direvisi agar produk lebih sempurna. Dari hasil validasi ditunjukkan bahwa materi yang disajikan pada e-scaffolding ini baik dari segi konsep, kerumitan, scaffolding, dan juga pembahasan.

Berdasarkan pada hasil validasi media secara keseluruhan, e-scaffolding ini memperoleh nilai skor rata-rata 3,04 dan berdasarkan Tabel 3.2 nilai rata-rata validasi yang berada pada rentang 2,2-3,2 tergolong cukup baik. Dari hasil tersebut, e-scaffolding ini memerlukan sedikit perbaikan atau revisi.

(6)

Perbaikan e-scaffolding didasarkan pada komentar dan saran yang diberikan oleh validator media pada bagian akhir angket validasi.

Berdasarkan hasil analisis terhadap angket hasil uji coba terbatas secara keseluruhan pada kelima aspek didapatkan rata-rata 3,47 sehingga dapat dikatakan bahwa produk yang telah dikembangkan baik dan tidak memerlukan revisi atau perbaikan. Komentar dan saran mahasiswa pada bagian akhir juga dapat dijadikan sebagai masukan perbaikan untuk produk ini.

ANALISIS DATA

Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil validasi ini media, validasi ini materi, dan uji coba terbatas dianalisis dengan metode rata-rata. Setelah dilakukan analisis, produk ini termasuk dalam kriteria baik.

REVISI PRODUK

Revisi produk didasarkan pada data kualitatif yang diperoleh dari komentar dan saran validator. Selain dari hasil komentar dan saran, perbaikan juga dilakukan atas dasar hasil analisis penilaian dari validator. Salah satu diantara revisi yang lain adalah penambahan gambar pada masing-masing rangkuman materi.

KAJIAN DAN SARAN Kajian

Produk yang telah dikembangkan adalah e-scaffolding optik. Produk ini dikembangkan untuk membantu matakuliah Fisika Dasar II sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi belajar dan kerja ilmiah. Produk yang telah dikembangkan berbasis pembelajaran hibrid yang nantinya akan diterapkan pada proses pembelajaran model kooperatif. Rangkuman materi diterapkan pada presentasi dan latihan soalnya diterapkan pada tahap diskusi. Produk yang telah dikembangkan telah direvisi berdasarkan hasil validasi dari validator dari segi media maupun dari segi materi. Menurut hasil validasi dan ujicoba terbatas, ditunjukan bahwa e-scaffolding optik yang telah dikembangkan termasuk dalam kriteria baik. Hal ini menunjukkan e-scaffolding dapat diterapkan dan dapat membantu meningkatkan prestasi belajar dan kerja ilmiah.

(7)

Produk yang telah dikembangkan memiliki kelebihan, yaitu 1) telah menggunakan teknologi online sehingga lebih memudahkan pengguna untuk mengakses dimanapun dan kapanpun, 3) terdapat rangkuman materi pada awal latihan soal guna mendasari pengerjaan soal pada tahap berikutnya, 4) berisi latihan-latihan soal yang dikemas dalam bentuk online, 5) mampu memberikan bantuan yang keluar otomatis melalui pop up box yang dapat membantu pengguna yang kesulitan mengerjakan latihan soal.

Selain memiliki kelebihan, e-scaffolding ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain 1) tidak ada mesin perekam untuk mengetahui kemampuan mahasiswa, 2) menuntut koneksi internet yang cepat karena berisi gambar-gambar yang cukup banyak, 3) terbatas hanya pada materi optik, 4) ujicoba yang dilakukan hanya sekali sehingga masih kurang cukup untuk mengetahui tingkat efektivitas e-scaffolding.

Saran

Saran terhadap e-scaffolding yang bisa dikemukakan setelah melakukan penelitian dan pengembangan adalah a) menambahkan mesin perekam untuk mengetahui nilai kemampuan mahasiswa, b) mengembangkan e-scaffolding serupa untuk materi-materi yang lain, c) melakukan penelitian lebih lanjut terhadap e-scaffolding untuk mengetahui tingkat efektivitas e-scaffolding ini dengan membedakan kelas yang menggunakan e-scaffolding dan yang tidak menggunakan e-scaffolding, dan d) dapat digunakan metode lain dan tidak menggunakan Artisteer 4.0 agar diperoleh kecepatan yang lebih besar.

DAFTAR RUJUKAN

Borg, Walter R. & Gall, Meredith D. 1983. Educational Research: An Introduction. New York: Longman.

Chen, W. F. 2012. An Investigation of Varied Types of Blended Learning Environments on Student Achievement: An Experimental Study. International Journal of Instructional Media.

Kwartolo, Y. 2007. Brilliant Class dalam Perspektif Vygotsky. Jurnal Pendidikan Penabur, (08). (Online), (http://www.bpkpenabur.or.id/

(8)

files/Hal.%2029-38%20Brillian%20Class.pdf), diakses 1 Oktober 2013.

Mamin, R. 2008. Penerapan Metode Pembelajaran Scaffolding Pada Pokok Bahasan Sistem Periodik Unsur. Jurnal Chemica, 2008/2, (2): 55-60.

McCaslin, M., & Hickey, D. T. 2001. Educational psychology, social

constructivism, and educational practice: A case of emergent identity. Educational Psychologist, 36, 133-140.

Means, B., Toyama, Y., Murphy. R., Bakia, M., & Jones, K. 2009. Evaluation of Evidence-based Practices in Online Learning: A Meta-analysis and Review of Online-learning Studies. Washington, D.C.: U.S.

Department of Education.

Nagl, M.G., Obadovic, D.Z. & Segedinac, M. 2012. Effective Teaching of Physics and Scientific Method. TEM Journal, (Online), 2012 (2): 85-89. (http://temjournal.com) diakses 14 desember 2013.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 1. Halaman Home

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kelompok siswa yang diajar menggunakan pendekatan pembelajaran Konvensional, hasil belajar Matematika antara kelompok siswa yang diberi bentuk tes uraian lebih kecil

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman terpadu (SL-PTT) di Kecamatan Nguter merupakan salah satu program dari Program Peningkatan

Tentukan laju perubahan berat benda, yang terukur 1000 pounds di permukaan bumi, jika benda tersebut berada 50 miles di atas permukaan bumi dan terangkat dengan laju 10 miles

Prestasi belajar dihitung dengan mengukur perbandingan antara nilai yang diperoleh dari tes pada akhir siklus I dan tes pada akhir siklus II dengan menganalisis

Berdasarkan hasil penelitian tentang penyaluran zakat produktif terhadap pengentasan kemiskinan rumah tangga dilihat dari adanya peningkatan pendapatan dari 35 responden

Pelaksanaan pengembangan karakter peduli lingkungan di TK Alam Minangkabau terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat pada anak sudah terbiasa untuk peduli terhadap

Untuk mengetahui penerapan standar proses pada pembelajaran bahasa Inggris pada siswa tingkat pertama di SMK Negeri I Denpasar yang meliputi perencanaan,

Untuk itu, perusahaan harus lebih memperhatikan para pelanggannya dan secara periodik melakukan pengecekan terhadap perangkat guna menghindari ketidakpuasan akan