• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. Solusi Bisnis. Melihat kebijakan pemberian dividen Telkom dari tahun dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III. Solusi Bisnis. Melihat kebijakan pemberian dividen Telkom dari tahun dan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III  Solusi Bisnis 

 

3.1Analisa Kebijakan Dividen Telkom Saat Ini 

 

Melihat kebijakan  pemberian  dividen  Telkom dari tahun  2001  –  2006 dan 

penciptaan nilai dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dapat 

disarankan agar  Telkom  melanjutkan  kebijakan  pemberian  dividen  reguler 

yang telah ada hingga saat ini. Seperti diketahui, sejak tahun 2001 – 2006 rasio 

pembayaran dividen Telkom berkisar pada rasio 40%  ‐ 59% atau rata‐rata 

sebesar 50.8%. Besaran rupiah yang akan dibayarkan tentu akan tergantung 

kepada laba bersih yang diraih perusahaan tiap tahunnya. 

 

Tahun Dividen Tanggal Rasio Dividen per Lembar Saham1

RUPST Pembayaran (%) 2001 10 Maret 2004 2,125,055 52.24% 210.8 2002 09 Mei 2003 3,338,109 41.52% 331.2 2003 30 Juli 2004 3,043,614 50.00% 301.9 2004 24 Juni 2005 3,064,604 2 46.33% 152.0 2005 30 Juni 2006 4,400,090 55.04% 219.0 2006* 29 Juni 2007 6,600,000 59.97% 327.4

2Termasuk Dividen Tunai interim yang dibagikan pada bulan Desember 2004 sebesar Rp. 143,377 juta *2006: masih merupakan rencana dividen, belum disahkan dalam RUPS

Jumlah Dividen (Rp juta)

1Dividen per lembar saham untuk tahun 2001, 2002 dan 2003 adalah sebelum stock split 1 menjadi 2 sperti yang telah ditetapkan pada RUPS 30 Juli 2004

 

Tabel 3.1 Perhitungan Rasio Pembayaran Dividen Telkom 2001 – 2006

 

Melihat kelompok investor atau pemegang saham seri B Telkom seperti pada 

tabel 3.2, dapat disimpulkan bahwa kelompok dari pemegang saham Telkom 

mayoritas adalah tipe pemegang saham yang menyukai dividen. Pemerintah 

Indonesia, Lembaga Dana Pensiun dan lembaga keuangan seperti perbankan 

adalah  tipe  pemegang  saham  jangka  panjang  yang  selalu  mengharapkan 

(2)

mendapatkan respon negatif dari para pemegang saham tersebut dan tentunya 

bisa  berdampak  negatif  terhadap  nilai  saham  Telkom  di  bursa  apabila 

pemegang  saham  tersebut  (kecuali  pemerintah  Indonesia)  melepas  saham 

Telkom di pasar. Sebaliknya kenaikan nilai dividen yang dibayarkan akan 

direspon positif oleh para pemegang saham tersebut. 

 

Pemegang Saham Telkom dengan Kepemilikan Saham di atas 5% Per 31 Desember 2005

Jenis Saham Identitas Perseorangan/ Kelompok Lembar Saham Persentase Kepemilikan

Seri A Pemerintah RI 1 100%

Seri B Pemerintah RI 10,320,470,711 51.19%

Seri B JPMCB US Resident (Norbax Inc.) 1,992,333,765 9.88%

Seri B The Bank of New York (BoNY) 1,291,002,696 6.41%

Tabel 3.2 Komposisi Pemegang Saham TELKOM di atas 5% (Sumber: TELKOM, Laporan Tahunan 2005)

 

Berikut ini disajikan tabel perhitungan rasio yang terkait dengan kebijakan 

dividen  Telkom dari tahun 2001 – 2006: 

 

Tahun Laba bersih Dividen Jumlah Saham EPS DPS P/E P/E Payout Yield (Rp. Milyar) (Rp. Juta) Low High Average Close Average Ratio Ratio Average

2001 4,068 2,125,055 10,079,999,640 403.57 210.82 1,775 3,525 2,769 3,200 6.86 7.93 52.24% 7.61% 2002 8,040 3,338,109 10,079,999,640 797.62 331.16 2,350 4,725 3,616 3,850 4.53 4.83 41.52% 9.16% 2003 6,087 3,043,614 10,079,999,640 603.87 301.95 3,225 6,750 4,759 6,750 7.88 11.18 50.00% 6.34% 2004 6,615 3,064,604 20,159,999,280 328.13 152.01 3,300 5,200 4,028 4,825 12.28 14.70 46.33% 3.77% 2005 7,994 4,400,090 20,159,999,280 396.53 218.26 4,175 6,150 5,075 5,900 12.80 14.88 55.04% 4.30% 2006* 11,006 6,600,000 20,159,999,280 545.93 327.38 5,950 10,850 7,639 10,100 13.99 18.50 59.97% 4.29% * Jumlah dividen tahun 2006 belum disahkan dalam RUPS Tahun Buku 2006

Harga Saham

 

Tabel 3.3 Perhitungan Rasio Dividen Telkom 2001 - 2006  

Konsistensi kebijakan Telkom dalam memberikan pembayaran dividen dapat 

dilihat  pada  tabel  perhitungan  di  atas.  Jumlah  dividen  yang  diberikan 

mengalami  kenaikan  seiring  dengan  kenaikan  laba  bersih  yang  diraih 

perusahaan. Kondisi tersebut terjadi karena Telkom dalam menetapkan rasio 

pembayaran yang cenderung tetap yang berkisar dalam angka 40% ‐ 59%.    

(3)

Keuntungan per saham (Earning per Share (EPS)) terus mengalami peningkatan 

kecuali pada tahun 2004 yang diakibatkan oleh keputusan pemecahan nilai 

saham (Stock Split) dari 1 (satu) menjadi 2 (dua) saham.    

Dari kebijakan dividen yang sudah ada, Telkom harus tetap memperhatikan 

bahwa  kebijakan  dividen  tidak  hanya  terkait  ataupun  ditujukan  kepada 

memberikan  kesejahteraan  kepada  pemegang  saham  saja  tetapi  juga  tetap 

harus memperhatikan peningkatan nilai perusahaan. Menurut Xiaowei Wang 

dan  rekan  dalam  tulisannya  ”The  Influence  of  Value‐Based  Management  on 

Dividend Policy” yang dimuat dalam Journal of American Science, 2(4), 2006 

mengatakan  bahwa kebijakan dividen  yang didasari  atas  Manajemen  Nilai 

(Value Management) harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:   

• Kebijakan  dividen  harus  ditujukan  untuk  memaksimalkan  nilai 

perusahaan. 

Kebijakan  dividen  yang  didasarkan  pada  Value  Management  dapat 

merealisasikan  tujuan  perusahaan  dalam  memaksimalkan  nilai 

perusahaan.  Terkait  distribusi  pembayaran  dividen,  Telkom  harus 

memperhatikan keseimbangan dan efektifitas dari arus kas (Cash Flow

untuk  jangka  panjang  dan  upaya  untuk  terus  meningkatkan  nilai 

perusahaan.  Dasar  pemikiran  hal  tersebut  adalah  untuk  membuat 

Telkom dapat beradaptasi pada lingkungan bisnis telekomunikasi yang 

akan datang, terus tumbuh dan secara berkesinambungan meningkatkan 

nilai perusahaan. Proses penciptaan nilai (Value Creation) sebagai dasar 

dari Value Management menjadi perhatian yang penting dalam menyusun 

kebijakan dividen. Hal ini berarti kebijakan dividen akan sangat terkait 

langsung  dengan  kebijakan  investasi  Telkom  yang  bertujuan  untuk 

(4)

• Kebijakan dividen harus difokuskan kepada pengembangan perusahaan 

dalam jangka panjang dan berkesinambungan (Enterprise’s Long‐Term 

Sustainable Development). 

Kebijakan  dividen  yang  diambil  oleh  Telkom  harus  memperhatikan 

pengembangan perusahaan untuk jangka panjang, berkesinambungan 

dan  bukan  ditujukan  hanya  untuk  kepentingan  jangka  pendek 

perusahaan.  Sebagai  contoh,  untuk  dapat  merealisasikan  pencapaian 

maksimalisasi  nilai  perusahaan,  terkadang  Telkom  harus  dapat 

menghadapi  konsekuensi  penurunan  harga  saham  untuk  sementara 

waktu  atas  kebijakan  yang  diambil.  Tetapi  karena  kebijakan  yang 

diambil tersebut ditujukan untuk pertumbuhan perusahaan yang lebih 

fundamental dan untuk kepentingan perusahaan dalam jangka panjang, 

pada akhirnya harga saham Telkom akan kembali meningkat dengan 

fundamental yang lebih meyakinkan. 

• Kebijakan  dividen  harus  dikoordinasikan  dengan  kebijakan  dan 

keputusan lain yang diambil oleh manajemen perusahaan. 

Dalam  mengambil  kebijakan  dividen,  keputusan  yang  diambil  oleh 

manajemen  Telkom  harus  dapat  dikoordinasikan  dengan  kebijakan 

keuangan lainnya seperti kebijakan investasi dan kebijakan pendanaan. 

Secara fundamental kebijakan dividen Telkom harus dapat mendukung 

dan mempunyai pengaruh serta keterkaitan terhadap kebijakan lainnya. 

Penyesuaian  (adjustment)  terhadap  kebijakan  investasi  akan  sangat 

berpengaruh terhadap pertumbuhan keuntungan Telkom di masa yang 

akan  datang, di sisi lain  kebijakan  dividen perusahaan akan sangat 

dipengaruhi  oleh  performansi  usaha  Telkom  dan  kondisi  keuangan 

Telkom  saat  itu.    Apabila  kondisi  ekpektasi  perusahaan  bagus  dan 

diyakini dapat berlanjut pada tahun‐tahun berikutnya, Telkom dapat 

(5)

Di sisi lain, penyesuaian ataupun perubahan kebijakan pendanaan juga 

sangat  berpengaruh  terhadap  kebijakan  dividen  perusahaan. 

Kemampuan perusahaan dalam melakukan pendanaan investasi melalui 

modal  dari  luar  perusahaan  akan  berpengaruh  terhadap  investasi 

perusahaan.  Investasi  tentu  akan  berpengaruh  pada  pertumbuhan 

keuntungan  perusahaan  dan  pada  akhirnya  akan  berpengaruh  juga 

terjadap  kebijakan  dividen.  Dengan  demikian  dapat  terlihat  bahwa 

kebijakan dividen sangat berkaitan dengan kebijakan keuangan Telkom 

lainnya dan bukan merupakan suatu keputusan yang berdiri sendiri.  • Kebijakan dividen harus dapat mengoptimalkan struktur modal (Capital 

Structure) perusahaan. 

Keputusan yang diambil terkait dengan kebijakan dividen Telkom harus 

dapat mengoptimalkan struktur modal perusahaan. Pada saat kondisi 

rasio  hutang  Telkom  sangat  tinggi,  sebaiknya  Telkom  menahan 

pembayaran dividen atau meningkatkan modal saham (ekuitas) untuk 

memperbaiki kondisi  struktur  modal  perusahaan. Pada kondisi  lain, 

dimana  Telkom  sedang  dalam  kondisi  ”under‐leverage”,  perusahaan 

dapat mendistribusikan dividen serta mengeluarkan hutang baru untuk 

pembiayaan investasi.   

3.2Alternatif Solusi Bisnis   

Setelah  melakukan  eksplorasi  dalam  kebijakan  dividen  PT.  Telkom,  dapat 

disimpulkan bahwa sejak tahun 2001 – 2006, Telkom memberikan keuntungan 

kas kepada para pemegang sahamnya melalui pembayaran dividen yang secara 

rata‐rata masih berada di bawah kemampuan FCFEnya. Di sisi lain penciptaan 

nilai (EVA) melalui investasi yang dilakukan Telkom terus diraih dalam kurun 

periode tersebut. Posisi struktur modal Telkom di akhir tahun 2006   yang 

(6)

ideal bagi Telkom untuk dapat mengeluarkan hutang baru untuk pembiayaan 

investasi yang menguntungkan serta menambah pengembalian keuntungan 

kas kepada pemegang sahamnya melalui alternatif lain.    

Investasi dilakukan untuk dapat membuat Telkom terus melakukan proses 

penciptaan  nilai  (Value  Creation),  tumbuh  dan  pada  akhirnya  akan 

meningkatkan  nilai  perusahaan  secara  fundamental.  Hutang  baru  yang 

dikeluarkan,  selain  untuk  meningkatkan  leverage  perusahaan  juga 

dialokasikan untuk pembiayaan investasi strategis seperti:   

• Penambahan  dan peningkatan  layanan  jaringan seluler  dan jaringan 

nirkabel tetap (fixed‐wireless) bagi Telkomsel dan Telkom Flexi. 

• Pembangunan  backbone  jaringan  pita  lebar  (broadband)  serat  optik 

nasional dan koneksi jaringan internasional yang bekerja sama dengan 

operator  luar negeri. 

• Pengembangan generasi jaringan masa depan (Next Generation Network).  • Bisnis penyewaan transponder satelit dengan peluncuran satelit baru 

menggantikan satelit yang sudah habis masa pakainya. 

• Investasi di anak perusahaan  seperti TV Kabel, Internet, Penyewaan 

Jaringan (Lease Line) dan Multimedia. 

• Pengembangan infrastruktur teknologi informasi sebagai ’enabler’ bisnis 

perusahaan. 

• Perluasan wilayah usaha Telkom dalam investasi bisnis telekomunikasi 

di luar negeri.   

Menambah  pengembalian  keuntungan  kas  lewat  kebijakan  dividen  selain 

ditujukan  untuk  dapat  memberikan  kesejahteraan  kepada  para  pemegang 

sahamnya (Shareholder Wealth) tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan nilai 

(7)

 

Terkait  dengan  masalah  kebijakan  dividen  diluar  kebijakan  dividen  rutin, 

terdapat dua alternatif solusi yang bisa diambil yaitu :   

• Pemberian dividen khusus (Special Dividend

• Pembelian kembali saham perusahaan (Share Buyback)   

Secara model, hasil analisa kebijakan dividen dan alternatif solusi bisnisnya 

adalah seperti ilustrasi berikut ini:    

 

 

Gambar 3.1 Model Hasil Analisa Kebijakan Dividen dan Alternatif Solusi Bisnis

 

Dari 2 (dua) alternatif solusi yang ada terkait dengan kebijakan dividen, harus 

dilakukan analisa sehingga dapat dipilih 1 (satu) alternatif solusi. Tabel di 

bawah ini membandingkan kedua alternatif antara Special Dividend dan Share 

Buyback:   

(8)

Special Dividend Share Buyback

Deskripsi Pemberian satu kali (One-Time Distribution) saham ataupun kas oleh perusahaan kepada pemgeang saham di luar proses dividen reguler

Pembelian kembali saham yang telah dimiliki pemegang saham oleh perusahaan

Improvemnet terhadap struktur modal (Capital Structure) perusahaan

Meningkatkan Shareholder Return

Sinyal dari keinginan manajemen perusahaan untuk mengembalikan modal kepada pemegang saham dan menunjukkan potensi pertumbuhan perusahaan diluar komitmen dividen yang rutin.

Improvement terhadap struktur modal (Capital Structure) perusahaan

Meningkatkan Shareholder Return

Memberikan sinyal positif kepada pasar bahwa harga saham perusahaan saat ini ‘undervalued’

Saham yang berhasil dibeli kembali dapat digunakan untuk rencana Opsi Saham Pegawai (Employee Stock Opltion Plan (ESOP))

Sinyal dari keinginan manajemen perusahaan untuk mengembalikan modal kepada pemegang saham dan menunjukkan potensi pertumbuhan perusahaan diluar komitmen dividen yang rutin.

Tujuan

Pertimbangan

Biasanya dilakukan pada saat perusahaan akan melakukan divestiture ataupun spin-off terhadap anak perusahaannya Belum banyak dilakukan, keuntungan jangka panjang terhadap perusahaan masih menjadi perdebatan

Tidak menimbulkan keuntungan pajak (Tax Inefficiency)

Memberikan flexibilitas bagi perusahaan dalam melakukan share buyback dalam periode yang cukup panjang

Meningkatkan keuntungan per saham (Earning per Share (EPS)) Menimbulkan keuntungan pajak (Tax Efficiency)

Meningkatkatkan kontrol dari manajemen perusahaan

 

Tabel 3.4 Analisa Perbandingan Special Dividend dengan Share Buyback

 

Berdasarkan hasil analisa di atas, maka diputuskan untuk mengambil langkah 

alternatif Share Buyback dalam kebijakan pengembalian kembali keuntungan 

kepada pemegang saham diluar komitmen pembayaran dividen rutin.   

3.3 Analisa Solusi Mengeluarkan Hutang Baru untuk Investasi 

3.3.1 Analisa Pengaruh Dividen Terhadap Kapasitas Hutang Baru   

Melihat kondisi Telkom di akhir tahun 2006, dimana posisi struktur modal 

perusahaan dalam kondisi underleverage, maka Telkom mempunyai kesempatan 

mengeluarkan  hutang  baru  untuk  pembiayaan  investasi  sehingga  dapat 

meningkatkan  tingkat  leverage  perusahaan  selain  untuk  meningkatkan 

pertumbuhan bisnis perusahaan melalui investasi.   

Seperti diketahui, pada akhir tahun 2006 rasio hutang terhadap ekuitas (D/E 

Ratio)  Telkom  adalah  sebesar  56%,  jika  dibandingkan  dengan  rata‐rata 

perusahaan sejenis yang memiliki D/E Ratio sebesar 85%, Telkom masih dapat 

meningkatkan kapasitas hutangnya sebesar Rp. 8.368 trilyun sehingga dapat 

(9)

kapasitas hutang yang masih dapat dikeluarkan oleh Telkom adalah sebagai 

berikut: 

Current Telkom D/E 56%

Peer D/E 85%

Telkom Equity 2006 28,068 Rp. Milyar Telkom Debt 2006 15,612 Rp. Milyar Max Debt 23,980 Rp. Milyar Kapasitas Max Debt 8,368 Rp. Milyar

TELKOM Leverage 2006

  Tabel 3.5 Kondisi Leverage Telkom pada Akhir 2006

 

Tingkat  leverage  perusahaan  selain  dipengaruhi  oleh  posisi  hutang,  juga 

dipengaruhi  oleh  posisi  ekuitas  saat  itu.  Pembayaran  dividen  tentu  akan 

berpengaruh terhadap posisi ekuitas perusahaan sehingga akan berpengaruh 

juga dengan tingkat leverage perusahaan.    

Dengan menggunakan analisa sensitivitas, dapat terlihat bahwa pembayaran 

dividen  akan  mempengaruhi  kapasitas  berhutang  Telkom  terkait  dengan 

tingkat leverage (D/E Ratio) agar tetap berada pada posisi yang sama dengan 

tingkat rasio industri.   

Dengan menggunakan tingkat D/E Ratio industri Telekomunikasi yang ingin 

dicapai yaitu sebesar 85%, maka pengaruh pembayaran dividen akan terlihat 

pada perhitungan berikut : 

Dividen (Rp. Milyar) D/E Max Debt (Rp. Milyar) Kapasitas Max. Debt (Rp. Milyar)

Penurunan Kapasitas Berhutang (Rp. Milyar) 1,000 58% 23,126 7,514 854 2,000 60% 22,271 6,659 1,709 3,000 62% 21,417 5,805 2,563 4,000 65% 20,563 4,951 3,417 5,000 68% 19,708 4,096 4,272 6,000 71% 18,854 3,242 5,126 7,000 74% 17,999 2,387 5,980 8,000 78% 17,145 1,533 6,835 9,000 82% 16,291 679 7,689 10,000 86% 15,436 (176) 8,544  

Tabel 3.6 Analisa Sensitivitas Pengaruh Dividen terhadap Kapasitas Berhutang Telkom  

(10)

Dari  perhitungan  analisa  sensitivitas  di  atas,  dapat  terlihat  bahwa  setiap 

kenaikan pembayaran dividen Rp. 1 Trilyun, maka kapasitas berhutang Telkom 

akan berkurang sebesar Rp. 854 Milyar. Dengan kata lain, setiap pembayaran 

dividen Rp. 1, akan berpengaruh terhadap penurunan kapasitas berhutang 

sebesar Rp. 0.854.    

Agar  dapat  menjaga  tingkat  leverage  yang  diinginkan,  Telkom  harus 

memperhatikan kebijakan pendanaan perusahaan dengan kebijakan dividen 

yang ada saat ini.   

3.3.2 Analisa EBIT ‐ EPS   

Pengaruh  mengeluarkan  hutang  baru  akan  berdampak  juga  terhadap 

Keuntungan per Lembar Saham (Earning per Share (EPS)). Meningkatnya beban 

bunga  sebagai  konsekuensi  hutang  baru  akan  mengurangi  Laba  Bersih 

perusahaan.  Dengan  asumsi  Telkom  mengeluarkan  hutang  baru  sebesar 

maksimum kapasitas yang dimiliki, yaitu sebesar Rp. 8.368 Trilyun dengan 

tingkat suku bunga pinjaman 14.98% ≈ 15% (Suku Bunga Kredit Investasi Bulan 

Desember 2006, Sumber: Bank Indonesia), maka proforma laporan Laba Rugi 

Telkom akan seperti tabel berikut ini:   

2006 Sebelum Hutang Baru Setelah Hutang Baru

EBIT 21,594 22,080 Interest Expense 1,286 2,486 Penghasilan (Beban) Lain 1,686 1,686 Laba sebelum Pajak 21,994 21,280 Pajak 32.01% 7,040 6,812 Hak Minoritas 3,948 3,948 Laba Bersih 11,006 10,520 Jml Saham Beredar 20,159,999,280 20,159,999,280

EPS 545.92 521.84   Tabel 3.7 Perhitungan EPS Sebelum dan Setelah Mengeluarkan Hutang Baru

(11)

Dari  perhitungan  di  atas,  dapat  dilihat  bahwa  EPS  setelah  Telkom 

mengeluarkan  hutang  mengalami  penurunan  menjadi  Rp.  521.84  dari 

sebelumnya Rp. 545.92. Untuk dapat menjaga agar nilai EPS Telkom tetap sama 

dengan EPS sebelum mengeluarkan hutang, maka melalui pendekatan Analisa 

EBIT‐EPS dapat diidentifikasi bahwa untuk mendapatkan EPS tersebut Telkom 

harus  mencapai EBIT  sebesar Rp. 22.794 Trilyun. Perhitungan  dari  analisa 

EBIT‐EPS tersebut adalah sebagai berikut:   

2006 Sebelum Hutang Baru

Proyeksi EBIT Agar EPS Sebelum Hutang Baru = EPS

Setelah Hutang Baru

EBIT 21,594 22,794 Interest Expense 1,286 2,486 Penghasilan (Beban) Lain 1,686 1,686 Laba sebelum Pajak 21,994 21,994 Pajak 32.01% 7,040 7,040 Hak Minoritas 3,948 3,948 Laba Bersih 11,006 11,006 Jml Saham Beredar 20,159,999,280 20,159,999,280

EPS 545.92 545.92   Tabel 3.8 Perhitungan Analisa EBIT-EPS

 

Dengan skenario menggunakan rata‐rata pertumbuhan pendapatan dan beban 

tahun 2001 – 2006 dan mengeluarkan hutang sebesar Rp. 8.368 Trilyun, dapat 

dilakukan proyeksi EPS Telkom di tahun 2007 seperti dalam tabel berikut ini:   

Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Usaha 26% Rata-rata Pertumbuhan Beban Usaha 27% Rata-rata Hak Minoritas thd Laba Stl. Pajak 19%

Proyeksi EPS

EBIT 26,700 Interest Expense 2,486 Penghasilan (Beban) Lain 1,686 Laba sebelum Pajak 25,900 Pajak 30.00% 7,770 Laba Setelah Pajak 18,130 Hak Minoritas 3,516 Laba Bersih 14,614 Jml Saham Beredar 20,159,999,280

EPS 724.90  

Tabel 3.9 Perhitungan proyeksi EPS 2007  

(12)

3.4 Analisa Solusi Share Buyback 

3.4.1 Alasan Share Buyback   

Kondisi  struktur  modal  Telkom  di  akhir  tahun  2006  yang  cenderung 

underleveraged dan kondisi kas yang cukup kuat dapat menjadi latar belakang 

kenapa  rencana  Share  Buyback  menjadi  pilihan.  Dalam  kondisi  tersebut, 

pengembalian kas ataupun modal kepada pemegang saham merupakan cara 

yang lebih baik dibandingkan percepatan pembayaran hutang.    

Peningkatan rasio keuangan seperti tingkat pengembalian ekuitas (Return On 

Equity (ROE)) dapat dihasilkan oleh program Share Buyback ini.   Selain itu 

program  Share  Buyback  diharapkan  dapat  meningkatkan  nilai  kepada 

pemegang saham (Shareholder Value) selain melalui pembayaran dividen reguler 

dan keuntungan dari nilai/ harga saham (Capital Gain). 

Dari sisi manajemen modal (Capital Management), mengembalikan kas yang 

berlebih (Excess Cash) kepada pemegang saham merupakan langkah pro aktif 

manajemen Telkom untuk dapat menjaga kondisi neraca (Balance Sheet) yang 

efisien secara berkelanjutan.   

3.4.2 Tujuan Share Buyback 

 

Pembelian kembali saham perusahaan (Share Buyback) adalah salah satu cara 

perusahaan mengembalikan keuntungan kepada pemegang sahamnya. Share 

Buyback dilakukan oleh  perusahaan  dengan  melakukan pembelian  kembali 

saham perusahaan yang sudah beredar di bursa saham.   

Selain sebagai bentuk alternatif pemberian keuntungan kas kepada pemegang 

saham, Share Buyback merupakan langkah pro aktif manajemen Telkom untuk 

(13)

 

Beberapa keuntungan yang bisa didapat dari Share Buyback adalah sebagai 

berikut:   

• Memberi kesempatan kepada Telkom untuk dapat mendorong harga 

saham  di  bursa.  Share  Buyback  memberikan  sinyal  positif  (Positive 

Signaling) kepada pasar bahwa kondisi harga saham Telkom saat ini 

berada di bawah nilai sewajarnya (undervalued). Dengan Share Buyback 

diharapkan  harga  saham  akan meningkat dan  secara langsung akan 

meningkatkan nilai pasar saham Telkom.  

Share Buyback akan memberikan sinyal psikologis positif terhadap pasar 

terhadap  keyakinan  dan  optimisme  manajemen  Telkom  terhadap 

kondisi keuangan perusahaan saat ini dan masa yang akan datang. 

Share  Buyback  secara  bertahap  akan  membantu  Telkom  dalam 

meningkatkan  kondisi  struktur  modal  perusahaan  ke  arah    yang 

optimal. 

Share Buyback dapat meningkatkan kontrol dari manajemen perusahaan 

akibat dari berkurangnya jumlah saham yang beredar.   

Selain  memberikan  keuntungan  kepada  Telkom,  pemegang  saham  juga 

mendapatkan keuntungan antara lain:   

Share Buyback memberikan keuntungan pajak kepada pemegang saham. 

Dibandingkan dengan dividen yang dikenakan Pajak Penghasilan (PPH) 

sebesar 15% dari nilai dividen yang diterima, pajak yang dikenakan 

untuk  keuntungan  yang  diperoleh  pemegang  saham  (Capital  Gain

adalah sebesar 0.1% dari nilai transaksi yang dilakukan. 

• Memberikan  fleksibilitas  kepada  pemegang  saham  untuk  ikut  serta 

(14)

yang sedang membutuhkan kas saat itu dapat menjual sahamnya lewat 

Share  Buyback.  Bagi  pemegang  Saham  yang  tidak  berminat  dapat 

menahan  untuk  tidak  menjual  saham  yang  dimiliki  dan  tetap 

memilikinya.   

3.4.3 Valuasi terhadap Saham Telkom   

Untuk dapat dilakukan proses Share Buyback dengan tujuan memberikan sinyal 

kepada pasar bahwa kondisi harga saham Telkom di akhir tahun 2006 adalah 

undervalued’, maka harus dilakukan valuasi terhadap nilai saham Telkom saat 

itu. Melalui valuasi ini dapat dibuktikan apakah posisi harga saham Telkom 

saat itu adalah ‘undervalued’ atau tidak.  

Metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian tersebut adalah 

dengan menggunakan metode Arus Kas yang Didiskonto‐kan (Discounted Cash 

Flow (DCF)). Metode ini akan menghitung nilai perusahaan Telkom dengan 

mendiskontokan nilai kas bebas perusahaan (Free Cash Flow to Firm (FCFF)

masa yang akan datang kepada nilai sekarang (Net Present Value (NPV)) dengan 

suku bunga nilai WACC Telkom tahun 2006.   

Perhitungan dari valuasi saham Telkom di akhir tahun 2006 adalah seperti 

pada tabel berikut ini: 

(15)

Share Outstanding 20,159,999,280

WACC 2006 14.84%

Tax Rate 30%

Terminal Value Growth Rate 6.1% Tingkat Pertumbuhan Pendapatan 26% Tingkat Pertumbuhan Beban Usaha 27%

2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pendapatan Usaha 51,294 64,542 81,211 102,186 128,577 161,785 Beban Usaha 29,700 37,842 48,216 61,434 78,276 99,735 EBIT 26,700 32,995 40,751 50,301 62,050 Tax 8,010 9,898 12,225 15,090 18,615 NOPAT 18,690 23,096 28,526 35,211 43,435 Depresiasi 9,178 11,604 14,671 18,548 23,450 29,648 OCF 30,294 37,767 47,074 58,661 73,083 Capital Expenditure 19,860 24,989 31,443 39,564 49,782 WC (11,517) (13,413) (16,877) (21,236) (26,720) (33,621) Change in WC (1,896) (3,464) (4,359) (5,485) (6,901) FCFF 12,330 16,242 19,990 24,582 30,202 Terminal Value 345,742 FCFF & TV 12,330 16,242 19,990 24,582 375,945 Firm Value@WACC 238,642

Kas dan Setara Kas 8,316 Hutang 12,075 Equity Value 234,883

Share Valuation 11,651 ≈ 11,500

Catatan: Nilai dalam satuan Rp. Milyar kecuali harga saham

Discounted Cash Flow

 

Tabel 3.10 Valuasi Saham Telkom pada akhir tahun 2006

 

Dari perhitungan valuasi saham Telkom di atas, dapat disimpulkan bahwa 

pada  akhir  tahun  2006,  saham  Telkom  mengalami  ’undervalued’.  Sebagai 

informasi harga saham Telkom di bursa saham saat itu adalah sebesar Rp. 

10,100 sedangkan hasil valuasi saham Telkom adalah sebesar Rp. 11,500.    

Sebagai  tindak  lanjut  kondisi  tersebut,  langkah  Share  Buyback  merupakan 

langkah yang dapat diambil untuk dapat meningkatkan harga saham Telkom 

seperti pada nilai harga saham Telkom hasil valuasi. Sehingga selain untuk 

mengirimkan sinyal kepada pasar mengenai keyakinan manajemen Telkom 

(16)

Share Buyback ini mengirimkan sinyal kepada pasar terhadap kondisi harga 

saham Telkom yang ’undervalued’.   

3.4.4 Efek Share Buyback terhadap Rasio Akuntansi   

Secara  akuntansi,  transaksi  Share  Buyback  merupakan  transaksi  yang 

melibatkan elemen kas dan elemen ekuitas pada neraca perusahaan. Sebagai 

ilustrasi,  juranl  akuntansi  untuk  transaksi  Share  Buyback  adalah  sebagai 

berikut:   

  Dr. Treasury Stock    Rp. xxx,xxx,xxx 

    Cr. Kas        Rp. xxx,xxx,xxx 

 

Dari transaksi tersebut, Treasury Stock akan bertambah yang akan mengurangi 

nilai  Ekuitas  pada  Neraca.  Di  sisi  lain,  Kas  perusahaan  akan  berkurang 

sejumlah nilai saham yang dibeli dalam transaksi Share buyback.   

Efek yang dapat terlihat dari proses Share Buyback kepada Telkom adalah 

meningkatnya beberapa indikator rasio keuangan seperti Rasio Pengembalian 

Aset (Return of Asset (ROA)) dan Keuntungan per Saham (Earning per Share 

(EPS)). Tabel berikut memperlihatkan beberapa perubahan pada beberapa rasio 

keuangan saat sebelum Share Buyback dan setelah Share Buyback. 

 

Sebelum Setelah

Share Buyback Share Buyback

Kas 8,316 6,316 Aset 75,135 73,135 Laba 11,006 11,006 Saham Beredar 20,159,999,280 19,961,979,478 ROA 14.65% 15.05% ROE 47.25% 51.69% EPS 545.93 551.35   Tabel 3.11 Efek Share Buyback pada Rasio Akuntansi

(17)

Dengan asumsi bahwa Telkom mengeluarkan dana sebesar Rp. 2 Trilyun dari 

dana internal perusahaan untuk proses Share Buyback secara bertahap, maka 

jumlah saham yang dapat dibeli dalam program Share Buyback adalah sejumlah  

198,019,802 lembar saham  dengan  asumsi harga  saham  saat  Share  Buyback 

adalah Rp. 10,100 sesuai dengan harga penutupan saham Telkom di bursa per 

31 Desember 2006. Jumlah kas dan Aset perusahaan akan berkurang sebesar 

Rp.  2  Trilyun,  di  sisi  lain  dengan  menggunakan  laba  perusahaan  yang 

diperoleh Telkom tahun 2006 sebesar Rp. 11.006 Trilyun maka akan diperoleh 

perubahan ROA dari sebelum Share Buyback sebesar 14.65% menjadi 15.05% 

setelah Share Buyback. EPS meningkat dari Rp. 545.93 menjadi Rp. 551.35 setelah  Share Buyback

 

Dari peningkatan beberapa rasio di atas, satu hal yang tetap harus diingat oleh 

Telkom adalah bahwa program Share Buyback tidak hanya difokuskan untuk 

meningkat beberapa indikator rasio keuangan saja tetapi juga harus diiringi 

bahwa program Share Buyback dilakukan untuk memberikan nilai kepada para 

pemegang  saham  perusahaan  dan  tetap  didukung  oleh  fundamental 

perusahaan yang sehat.   

3.4.5 Efek Share Buyback terhadap Biaya Modal (WACC) dan Struktur Modal   

Selain terhadap rasio akuntansi, transaksi Share Buyback juga berpengaruh 

terhadap WACC Telkom. Perubahan ini dipengaruhi oleh berubahnya struktur 

modal (Capital Structure) perusahaan dimana Nilai Ekuitas Pasar (Market Equity 

Value) dan Nilai Hutang (Debt Value) yang berubah. Perubahan WACC Telkom 

akibat transaksi Share Buyback dapat dilihat pada tabel berikut ini:   

(18)

WACC Telkom WACC Telkom

Akhir Tahun 2006 Setelah SBB

Telkom Beta 1.14 1.14

Market Risk Premium 14.84% 14.84%

Risk-Free Rate 12.03% 12.03%

Cost of Equity 15.23% 15.23%

Cost of Debt 9.65% 9.65%

% Debt 7.12% 7.19%

% Equity 92.88% 92.81%

Market Equity Value 203,615,992,728,000.00 201,615,992,728,000.00 Debt Value 15,612,000,000,000.00 15,612,000,000,000.00

WACC 14.84% 14.83% 

Tabel 3.12 Pengaruh Share Buyback terhadap WACC dan Struktur Modal  

Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa dengan asumsi transaksi sebesar Rp. 2 

Trilyun, WACC mengalami penurunan sebesar 0.01% dari sebelumnya 14,84% 

menjadi 14,83%. Meskipun tidak terlalu signifikan terhadap penurunan WACC 

akibat struktur modal Telkom yang telah didominasi oleh ekuitas, transaksi 

Share Buyback dapat dijadikan alternatif untuk menjadikan WACC Telkom 

lebih rendah.   

3.4.6 Efek Share Buyback terhadap Proporsi kepemilikan Saham   

Transaksi  Share  Buyback  akan  berpengaruh  juga  terhadap  proporsi 

kepemilikan  saham  Telkom.  Dengan  asumsi  bahwa  Pemerintah  Republik 

Indonesia  tidak  terlibat  dalam  transaksi  Share  Buyback  Telkom  ini,  maka 

komposisi kepemilikan saham adalah sebagai berikut: 

(19)

Dana yang dikeluarkan Rp. 2,000,000,000,000 Saham Yang Dibeli Kembali 198,019,802

Pemegang Saham

Jumlah Saham Prosentase Jumlah Saham Prosentase

Pemerintah Indonesia 10,320,470,711 51.19% 10,320,470,711 51.19% Publik 9,839,528,568 48.81% 9,641,508,766 47.82% Treasury Stock - 198,019,802 0.98%

Total 20,159,999,279 100% 20,159,999,279 100%

Analisa Kepemilikan Tanpa Treasury Stock Pemegang Saham

Jumlah Saham Prosentase Jumlah Saham Prosentase

Pemerintah Indonesia 10,320,470,711 51.19% 10,320,470,711 51.70% Publik 9,839,528,568 48.81% 9,641,508,766 48.30%

Total 20,159,999,279 100% 19,961,979,477 100%

Sebelum Share Buyback Setelah Share Buyback

Sebelum Share Buyback Setelah Share Buyback

 

Tabel 3.13 Pengaruh Share Buyback pada Komposisi Kepemilikan Saham  

 

3.5 Pemilihan Metode Share Buyback 

 

Dalam buku Dividend Policy: It’s Impact on Firm ValueRonald C. Lease dan Kose 

John mengatakan ada beberapa metode yang bias digunakan dalam proses 

pembelian saham perusahaan:   

Fixed‐price tender Offers 

Open‐Market Share Repurchases 

  (2000: 157 – 158)   

FixedPrice Tender Offers   

Dalam metode fixed‐price tender offer ini, perusahaan melakukan penawaran 

untuk membeli saham perusahaan tersebut pada harga tetap. Pada umumnya, 

di dalam metode ini perusahaan menawarkan harga premium sekitar 20%  ‐ 

(20)

saham beredar biasanya berkisar antara 15% ‐ 19% dan penawaran ini biasanya 

berlaku hingga 3 – 4 minggu sejak penawaran dimulai.    

Jika  penawaran  mengalami respon yang  tinggi  (oversubscribed),  perusahaan 

biasanya menunda pembelian saham untuk jumlah yang lebih tinggi dari yang 

telah ditetapkan atau akan tetap membeli dalam jumlah yang sama seperti yang 

telah  ditetapkan  (pro  rata  basis).  Sebaliknya,  apabila  penawaran  kurang 

mendapatkan  respon  (undersubscribed),  perusahaan  akan  membeli  semua 

penawaran  jual  yang  ada,  memperpanjang  masa  penawarannya  atau 

membatalkannya.   

OpenMarket Repurchases   

Dalam Open‐Market  Repurchases ini,  perusahaan  membeli  kembali  saham 

perusahaan pada harga pasar saat itu dalam jangka waktu yang cukup panjang 

antara bulanan hingga tahunan. Jumlah saham yang dibeli dalam satu waktu 

biasanya  tidak  sekaligus  tetapi  dalam  jumlah  yang  kecil  sesuai  dengan 

keputusan  perusahaan.  Perusahaan  biasanya  melakukan  pembelian  saham 

pada saat harga saham sedang mengalami penurunan. 

Dari kedua metode pembelian kembali saham perusahaan di atas, akan dipilih 

metode Open‐Market Repurchases sesuai dengan beberapa pertimbangan berikut 

ini: 

 

Gambar

Tabel 3.1 Perhitungan Rasio Pembayaran Dividen Telkom 2001 – 2006
Gambar 3.1 Model Hasil Analisa Kebijakan Dividen dan Alternatif Solusi Bisnis
Tabel 3.4 Analisa Perbandingan Special Dividend dengan Share Buyback
Tabel 3.7 Perhitungan EPS Sebelum dan Setelah Mengeluarkan Hutang Baru   
+5

Referensi

Dokumen terkait

Wicaksono, (2015), berjudul”Hubungan faktor predisposing (tingkat pengetahuan, pendidikan, sikap, pekerjaan) kader dengan keaktifan kader pada kegiatan posyandu di desa

Hasil analisis Kruskal Wallis terhadap kualitas organoleptic bakso daging ayam menunjukan bahwa bahan pengenyal berpengaruh sangat nyata (P0,01) terhadap warna bakso

Kepala MTs Al Kautsar me nyatakan: “dalam rangka meningka tkan kecerdasan emosional siswa di sekolah ini kami sengaja tidak membuat program khusus akan tetapi

sebagai acuan kiai untuk menerima berupa kehendak untuk mengubah dirinya agar lebih baik lagi. Berbagai macam santri yang mondok ada yang bekas preman, akan tetapi pengasuh

Para Ulama secara keseluruhan telah bersepakat bahwa arah kiblat bagi penduduk Makkah atau orang-orang yang dapat langsung melihat Ka’bah, maka dalam hal ini

Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri pada siswa kelas VII SMPN 1 Jati Kudus

(8) Bagi calon Kepala Desa yang berasal dari Kepala Desa yang sedang menjabat dan penjabat Kepala Desa dapat mencalonkan diri sebagai calon Kepala Desa dengan

Apabila pada suatu Dokumen Kontrak Proyek Konstruksi terdapat sub klausul yang mengandung hak dan kewajiban yang tidak seimbang, hal tersebut dapat diselesaikan