BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN
9.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan
dalampera turan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini,
Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang keamanan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah,
pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli
Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang
dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan
melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana
Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi
Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan
Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus
yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.Penentuan lokasi dan besaran
DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, criteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan
berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada
standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh
Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan
kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana,
serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber
pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, LembagaKeuangan
Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan
pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah
pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan: a. total
jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun
sebelumnya; b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan
lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman; d. tidak mempunyai tunggakan atas
pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka
menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan
Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 &
Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha
dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat
dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air
limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan
Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari: a. Pendapatan daerah yang
meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah;.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung; c.
Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan
Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk
pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria
Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh
perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun
kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan
kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs)
yang mempertimbangkan: Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; Tingkat
kerawanan air minum. b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk
memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang
layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan
untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target
MDGs yang dengan kriteria teknis: kerawanan sanitasi; cakupan pelayanan sanitasi.
9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN,
Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit
Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan
usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang
infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah
mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah
dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber
dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan
Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus
bidang Air Minum dan Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan
dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan
infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama
(DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah
danswasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana
yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara
terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesarbesarnya bagi peningkatan
pelayanan bidang Cipta Karya.
9.2. PROFIL APBD KOTA DENPASAR
Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai
kewajiban untuk menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintah
daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintah daerah dimaksud
meliputi : Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah mendorong Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengumpulkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan
maksud agar ketergantungan dari Pemerintah Pusat dapat dikurangi. Tekad Pemerintah
Pusat untuk meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam mengelola daerahnya sendiri
dipertegas dengan lahirnya Undang-undang Otonomi Daerah, yang terdiri dari UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU
No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah menggantikan UU No. 25 Tahun 1999. Dengan demikian daerah telah
memposisikan dirinya pada posisi yang sangat strategis dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengendalian pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dapat diketahui bahwa kemampuan keuangan daerah dalam membiayai
pengeluaran daerah berupa besarnya kontribusi PAD terhadap total penerimaan
APBD kabupaten/kota di Provinsi Bali rata-rata sebesar 15 persen. Dari seluruh
rata-rata Provinsi yaitu Kabupaten Badung sebesar 55,97 persen dan Kota
Denpasar sebesar 24,31 persen. Dilihat dari sebaran kabupaten, Kabupaten
Badung memegang peringkat tertinggi sedangkan terendah adalah Kabupaten
Bangli dengan perolehan rata-rata 3,43 persen
Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Denpasar Tahun 2009-2013
dapat dilihat sebagaimana tabel berikut.
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Kota Denpasar Tahun 2009-2013
(Rp.000)
RP. % RP. % RP. % RP. % RP. %
Pendapatan Asli Daerah 215.156.916 26,20 257.899.899 28,53 424.959.413 36,95 511.326.621 37,08 658.974.707 42,58 Dana Perimbangan 522.496.003 63,63 499.195.167 55,23 491.014.027 42,69 655.349.185 47,52 661.103.049 42,72 Lain-lain Pdpt Daerah yang sah 83.497.497 10,17 146.739.576 16,24 234.098.255 20,36 212.373.359 15,40 227.527.456 14,70 Total Penerimaan 821.150.416 100 903.834.642 100 1.150.071.695 100 1.379.049.166 100 1.547.605.213 100
Sumber : BPS Provinsi Bali
2012 2013
Gambar 9.1 Perkembangan Pendapatan Kota Denpasar 2009 - 2013
Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Kota Denpasar 2009 – 2013
(Rp.000)
Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %
A. Belanja Tak Langsung 469.534.859 49,51 605.616.341 53,62 680.575.385 54,18 700.414.759 46,76 800.979.096 45,76 B. Belanja Langsung 319.213.280 33,66 332.997.383 29,48 419.553.664 33,40 609.115.073 40,67 736.904.529 42,10 C Pengeluaran Pembiayaan 159.526.230 16,82 190.928.508 16,90 155.893.597 12,41 188.277.555 12,57 212.643.283 12,15 TOTAL 948.274.369 100 1.129.542.231 100 1.256.022.646 100 1.497.807.387 100 1.750.526.909 100 Sumber : BPS Provinsi Bali
2012 2013
Belanja Daerah 2009 2010 2011
Gambar 9.1 dan Gambar 9.2 menunjukan adanya sedikit perbedaan antara pendapatan dan
belanja daerah, dari tahun 2009 s/d 2013 menunjukan adanya defisit anggaran.
Ditinjau dari proporsi pendapatan daerah (Gambar 9.1), dari tahun 2009 s/d tahu 2013 dana
perimbangan mendominasi pendapatan daerah Kota Denpasar.
Ditinjau dari proporsi belanja daerah dari tahun 2009 s//d 2013 proporsi belanja tidak
langsung selalu mendominasi. Struktur anggaran dengan proporsi belanja langsung lebih
kecil dari belanja tidak langsung menunjukan kecilnya anggaran untuk kegiatan
pembangunan khususnya terkait dengan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.
Rasio kemandirian keuangan daerah, perbandingan antara PAD dengan Dana Perimbangan
pada tahun terakhir (2013) menunjukan angka 99,68 %. Angka ini termasuk kemandirian
keuangan daerah kategori sangat tinggi atau sangat kecil ketergantungannya dengan pihak
eksternal (Pemerintah Pusat, Provinsi).
Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran guna mewujudkan pembangunan yang lebih
merata sejalan dengan potensi yang dimiliki. Kondisi ini akan mampu mendorong
pembangunan yang lebih luas dan merata dengan kerja keras mengerahkan segala upaya
untuk menggali potensi yang ada untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Rendahnya kemandirian keuangan daerah adalah akibat rendahnya pendapatan asli daerah
dan ini merupakan cerminan kemampuan daerah untuk membiayai pengeluaran dalam
rangka mewujudkan pembangunan yang lebih merata di daerah tidak atau belum terlaksana
seperti yang diharapkan.
Untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam membiayai pengeluaran
daerah Kota Denpasar maka variabel yang digunakan sebagai dasar estimasi pengeluaran
daerah yaitu penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah yang berasal dari jasa
makanan, minuman, dan jasa perhotelan. Maka kedua komponen tersebut perlu
mendapatkan perhatian lebih serius, hal ini karena pajak dan retribusi sangat dominan
dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah dalam membiayai pengeluaran daerah
Kota Denpasar.
Tantangan ke depan yang mesti diatasi dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah
adalah meningkatkan PAD dari sumber-sumber yang menjadi beban ekonomi biaya tinggi
bagi masyarakat. Dengan diberlakukannya UU No 28 tahun 2010 tentang Pajak dan
Denpasar dalam menyiapkan perangkat regulasinya, memperkuat basis daya wajib pajak,
dan memperbaiki manajemen pajak daerah. Di samping itu, penyerahan pengelolaan pajak
air bawah tanah dari Pemerintah Provinsi ke Pemerintah Kabupaten/Kota juga membuka
peluang yang sama dan menuntut prasyarat dan perbaikan kinerja aparat yang menangani
pajak daerah.
9.3. PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 4 Tahun Terakhir
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBN yang
dilaksanakan di Kota Denpasar dalam 4 tahun terakhir yaitu 2011-2014 adalah sebagai
berikut:
Tabel 9.3 APBN Cipta Karya di Kota Denpasar 2011 – 2014
(Rp.000)
9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 4 tahun terakhir
Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD yang
dilaksanakan di Kota Denpasar dalam 4 tahun terakhir yaitu 2011-2014 adalah sebagai
berikut.
Tabel 9.4 Alokasi APBD untuk Pembangunan Cipta Karya Tahun 2010-2013
Proporsi
Rp.000 % Rp.000 % Rp.000 % Rp.000 % Rp.000 % Rata-rata
Bangkim 8.156.150 0,86 4.915.806 0,44 7.315.211 0,58 13.673.210 0,91 27.631.795 1,58 0,87 PBL 2.744.375 0,29 2.878.000 0,25 1.220.000 0,10 4.017.070 0,27 13.431.600 0,77 0,34 PKPAM 5.154.500 0,54 0 0,00 - 0,00 512.000 0,03 - 0,00 0,12 PPLP 296.475 0,03 98.500 0,01 1.300.000 0,10 5.282.100 0,35 5.050.000 0,29 0,16 T otal Belanja CK 16.351.500 1,72 7.892.306 0,70 9.835.211 0,78 23.484.380 1,57 46.113.395 2,63 1,48 T OT AL BLNJ APBD 948.274.369 1.129.542.231 1.256.022.646 1.497.807.387 1.750.526.909
T ahun 2011 T ahun 2012 T ahun 2013 SEKT OR T ahun 2009 T ahun 2010
Secara visual rata-rata proporsi belanja Bidang Cipta Karya terhadap Total APBD Kota
Gambar 9.3 Proporsi Belanja Bidang Cipta Karya terhadap APBD
9.4. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA
9.4.1. Proyeksi APBD 5 tahun ke depan
Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan
regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi
atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan
alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi
proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.
Pada Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah Kota Denpasar ditentukan persentase
pertumbuhannya, sebagai berikut:
Laju Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah = 33,46 % per tahun;
Laju pertumbuhan Dana Perimbangan = 7,06 % per tahun;
Laju pertumbuhan lain-lain pendapatan yang sah = 33,28 % per tahun
Berdasarkan kecenderungan atau rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah maka proyeksi
dengan perhitungan regresi pendapatan daearh Kota Denpasar 2015 – 2019 sebagai
Tabel 9.5 Proyeksi Pendapatan Kota Denpasar 2015-2019
(Rp.000)
2015 2016 2017 2018 2019
Pendapatan Asli Daerah 1.173.746.185 1.566.487.442 2.090.641.858 2.790.180.925 3.723.789.210 Dana Perimbangan 757.774.713 811.288.991 868.582.464 929.922.019 995.593.392 Lain-lain Pdpt Daerah yang sah 404.184.546 538.707.039 718.001.905 956.970.484 1.275.473.645 Total Penerimaan 2.335.705.444 2.916.483.472 3.677.226.228 4.677.073.428 5.994.856.247
Pendapatan Daerah Proyeksi Pendapatan
9.4.2. Kapasitas Pendanaan Bidang Cipta Karya Kota Denpasar
Apabila diasumsikan bahwa proyeksi pendapatan daerah sama dengan belanja daerah dan
proporsi belanja Bidang Cipta Karya terhadap APBD tetap sebagaimana pada Gambar
Grafik 9.3, maka kapasitas daerah Kota Denpasar dalam pendanaan Bidang Cipta Karya 5
tahun kedepan sebagai berikut.
Tabel 9.6 Proyeksi ABBD Cipta Karya 5 tahun kedepan
SEKTOR 2015 2016 2017 2018 2019
PDAM Kota Denpasar sebagai Perusahaan daerah di Kota Denpasar yang bergerak dalam
pelayanan bidang Cipta Karya khususnya sektor air minum. Rencana pembiayaan dari
perusahaan daerah dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk
pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan. dapat menjadi
salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.
9.4.4. Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya
Dalam rangka meningkatkan pembiayaan dan investasi di Bidang Cipta karya diperlukan
beberapa terobosan dengan memanfaatkan sumber-sumber pembiayaan yang tidak
mengikat dan tidak menjadi beban ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat. Peluang tersebut
dapat dilakukan melalui peningkatan kerjasama antara pemerintah dan swasta khususnya
untuk menangani pembiayaan bidang Cipta Karya.
Rencana Kerjasama Pemerintah dan swasta yang dapat dilakukan adalah dalam bentuk
swasta dengan memaksimalkan keahlian dan asset kedua belah pihak dalam menyediakan
pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal ini resiko dan manfaat potensial dalam
menyediakan pelayanan ataupun fasilitas dipilah/dibagi kepada pemerintah dan swasta.
Berbagai resiko yang mungkin ditimbulkan dari pola kemitraan ini juga harus
diperhitungkan secara matang mulai dari segi pasar yang dihadapi, kemungkinan
permintaan yang menyimpang dari perjanjian atau rencana, pengoperasian infrastruktur,
biaya konstruksi yang membengkak dan kurang telitinya dalam pencantuman hak dan
kewajiban serta sanksi dalam hal pelaksanaan pekerjaan.
Berbagai peluang kerjasama pemerintah dan swasta ini dapat dilakukan dalam hal
penyediaan infrastruktur dan pengelolaan infrastruktur. Beberapa area yang dapat
diterapkan ke dalam bentuk pola kerjasama pemerintah dan swasta ini dapat meliputi
proyek air minum dan persampahan.
1. Air Minum
Arah kebijakan dalam penyediaan air minum dengan skema KPS adalah mengembangkan
inovasi pendanaan yang disesuaikan dengan modalitas proyek. Strategi yang ditempuh
untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra
penyediaan air minum adalah :
Memperbaharui perangkat peraturan yang mendukung pelaksanaan KPS dalam
penyediaan air minum
Mengembangkan inovasi sumber pendanaan dalam pembiayaan air minum
Memperkuat koordinasi kerjasama antar pemerintah daerah dalam konteks pelayanan
regional; serta,
Mengembangkan bundling untuk system penyediaan air minum, seperti instalasi
pengolahan air (IPA), transmisi, dan distribusi khususnya dalam skala kawasan komersial, dan unbundling untuk penyediaan air minum yang paling komersial seperti water meter.
2. Persampahan
Arah kebijakan dalam persampahan yang dikembangkan dengan skema KPS adalah
meningkatkan peran aktif masyarakat dan dunia usaha/swasta sebagai mitra pengelolaan.
Strategi yang ditempuh untuk bidang persampahan adalah :
Upaya pengurangan timbulan sampah mulai dari sumbernya melalui penerapan prinsip
3 R (reuse, reduse and recycle), dan mendorong swasta untuk menggunakan kemasan pembungkus yang ramah lingkungan;
Pengelolaan persampahan secara professional, melalui pemasaran bisnis persamapahan
Perkuatan lembaga pengelolaan sampah untuk peningkatan pelayanan persampahan dalam satu wilayah;
Pemberian jaminan kepastian hukum kerjasama pengelolaan sampah antar pemda
dalam pengelolaan akhir sampah bersama dan antara pemda dan swasta;
Memperkuat koordinasi kerjasama antar pemda dalam konteks pelayanan regional.
Mengembangkan system tarif (tipping fee) yang mempertimbangkan pemulihan biaya
dan kemampuan APBD dan masyarakat di daerah;
Mengembangkan bundling untuk system pengelolaan sampah, seperti pengumpulan,
pengangkutan dan pengolahan akhir sampah, khususnya dalam skala kawasan komersial.
Pembiayaan melalui kerjasama pemerintah dan swasta ini sedang dalam proses oleh
Pemerintah Kota Denpasar melalui kerjasama dengan Perbankan, namun belum terealisasi
dikarenakan beberapa persyaratan belum terpenuhi. Pembiayaan melalui kerjasama
pemerintah dan swasta ini akan terus dilanjutkan guna dapat memenuhi pelayanan kepada
masyarakat khususnya di bidang Cipta Karya.
9.5. ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI
PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
9.5.1. Analisis Kemampuan Keuangan Bidang Cipta Karya di Daerah
Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan
yang ada dalam RPI2-JM bidang Cipta Karya dapat dihitung melalui hasil analisis yang
telah dilakukan.
Realisasi kegiatan dari sumber dana APBN di Kota Denpasar jumlahnya berfluktuatif
seperti disajikan pada Tabel 9.3 sebelumnya, sehingga proyeksi ketersediaan dana dari
APBN dengan menggunakan asumsi baseline adalah rata-rata pendanaan 4 tahun terakhir
dengan trend sesesar 10 % per tahun. Berdasarkan asumsi tersebut maka proyeksi
ketersediaan dana APBN Bidang Cipta Karya di Kota Denpasar sebagai berikut.
Tabel 9.7 Proyeksi APBN Cipta Karya 5 tahun kedepan
(Rp.000)
Rekapitulasi ketersediaan dana Bidang Cipta Karya di Kota Denpasar sebagaimana
Tabel 9.8 Rekapitulasi Ketersediaan dana Bidang Cipta Karya di Kota Denpasar
(Rp.000)
SUMBER DANA 2015 2016 2017 2018 2019
APBN 254.432.856 279.876.141 307.863.755 338.650.131 372.515.144
APBD Kota Denpasar 34.607.116 43.212.248 54.483.837 69.298.132 88.823.138 PDAM
JUMLAH 289.039.972 323.088.389 362.347.592 407.948.262 461.338.282
9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya DI Kota Denpasar dilakukan dengan
beberapa hal yaitu :
1. Mengoptimalkan potensi pendapatan daerah. Pengembangan potensi PAD dilakukan
dengan cara:
Intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan pajak, retribusi dan lain-lain
pendapatan daerah. Ekstensifikasi pajak tetap mengacu pada UU No. 34 tahun 2000 dan peraturan perundangan lainnya dengan memperhatikan kriteria: (a) Bersifat pajak bukan retribusi (b) Dasar pengenaan pajak tak bertentangan dengan kepentingan umum (c) Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak provinsi/pusat (d) Potensinya memadai (e) Tak memberikan dampak ekonomi negatif (f) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat (g) Menjaga kelestarian lingkungan.
Pengembangan penerimaan dari perusahaan milik daerah, melalui pengelolaan
BUMD yang lebih efisien dan profesional.
Pengembangan upaya peningkatan investasi di Kota Denpasar melalui: (a)
Penyederhanaan perijinan dan penataan pelayanan investasi melalui pelayanan satu pintu (b) Peningkatan promosi potensi dan peluang investasi daerah (c) Pengembangan sistem informasi penanaman modal daerah.
2. Memperbaiki struktur anggaran dengan meningkatkan proporsi belanja langsung.
3. Pemanfaatan dana hibah untuk bidang Cipta Karya.
4. Kerjasama pemerintah dan swasta (KPS)