• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021 KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH 2017-2021 KOTA BIMA, NUSA TENGGARA BARAT"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pada bab ini ini berisikan arahan RTRW Nasional (PP No. 26 Tahun 2008), RTRW Pulau, RTRW Provinsi, serta RTRW Kawasan Strategis Nasional (KSN). Indikasi program Bidang Cipta Karya pada RTRW Nasional, RTRW Pulau, RTRW Provinsi, maupun RTRW KSN yang terkait dengan kabupaten/kota setempat dipaparkan pada bagian ini. Tidak hanya memaparkan arahan kebijakan spasial, bagian ini juga memaparkan kedudukan kota pada rencana pengembangan kawasan khusus, antara lain dalam rangka pengembangan MP3EI dan KEK (jika kabupaten/kota tersebut termasuk dalam KPI MP3EI dan/atau kawasan pengembangan KEK).

3.1

Arahan RTRW Nasional

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)Kriteria:

A. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,

B. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau

C. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)Kriteria:

A. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,

B. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

C. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)Kriteria:

A. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga,

B. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,

C. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau

D. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan:

A. Pertahanan dan keamanan,

1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan

geostrategi nasional,

2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau

3) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.

B. Pertumbuhan Ekonomi

1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,

2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional,

(3)

4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, 5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,

6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,

7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau

8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal

C. Sosial Budaya

1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional,

2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa, 3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, 4) merupakan tempat perlindungan peninggalanbudaya nasional,

5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau 6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

D. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi

1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu

2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi, sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir

3) memiliki sumber daya alam strategis nasional

4) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa 5) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau 6) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

E. Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup

1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,

2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,

3) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara,

4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro 5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualita lingkungan hidup 6) rawan bencana alam nasional

7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Berdasarkan Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN.Provinsi NTB memiliki Kota Mataram yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dengan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Praya, Raya, Sumbawa Besar.

3.2

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusa Tenggara

Barat (NTB)

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi untuk penyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah rencana struktur dan rencana pola ruang. Berikut akan dipaparkan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang di Provinsi NTB

3.2.1 Arahan Struktur Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

(4)

- Rencana Sistem Perkotaan :

Sistem perkotaan terdiri dari sistem perkotaan nasional yang ada di wilayah provinsi terdiri dari PKN dan PKW, dan sistem perkotaan wilayah provinsi yaitu PKL.Sistem perkotaan nasional yang ada di provinsi NTB terdiri dari PKN berada di Mataram dan PKW berada di Praya, Sumbawa Besar, dan Raba. Ibukota kabupaten lainnya dijadikan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) berada di Gerung, Tanjung, Selong, Taliwang, Dompu, dan Woha. Sistem perkotaan provinsi PKL berada di Lembar, Narmada, Kopang, Sengkol, Mujur, Bayan, Pemenang, Masbagik, Keruak, Labuhan Lombok, Poto Tano, Jereweh, Alas, Empang, Lunyuk, Lenangguar, Labangka, Calabai, Kempo, Hu’u, Kilo, Kore, O’o, Sila, Tangga, Wawo, Wera dan Sape.

Sistem perkotaan kabupaten/kota yaitu Pusat Pelayanan Lokal (PPL).PPL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota berdasarkan usulan pemerintah kecamatan dan memperhatikan potensi wilayah. PPL memiliki kriteria

1. kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa/kelurahan; dan/atau

2.

kawasan perdesaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kecamatan

atau beberapa desa/ kelurahan.

- Rencana Sistem Jaringan :

Rencana system jaringan yang diatur di Provinsi NTB meliputi sistem jaringan transportasi;, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, sistem jaringan persampahan dan sistem jaringan sanitasi. Berikut akan dipaparkan rencana system jaringan.

1. Sistem Jaringan Transportasi

A. Sistem jaringan transportasi nasional yang ada di wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terdiri dari sistem transportasi darat, laut dan udara, meliputi:

1) sistem transportasi darat terdiri dari jaringan lalu lintas angkutan jalan dan jaringan angkutan sungai, danau dan penyeberangan;

2) jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari jaringan jalan dan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;

3) jaringan jalan nasional terdiri dari jalan arteri primer dan jalan kolektor primer;

4) jaringan prasarana terdiri dari Terminal Penumpang Kelas A berada di Mataram, Gerung, Sumbawa Besar dan Raba;

5) pelabuhan pengumpul berada di Lembar, Labuhan Lombok, dan Bima; 6) pelabuhan penyeberangan lintas provinsi berada di Lembar, Bima dan Sape; 7) pelabuhan perikanan nusantara (PPN) berada di Teluk Awang;

8) bandar udara pusat pengumpul skala sekunder berada di Selaparang/Praya; dan 9) bandar udara pusat pengumpul skala tersier berada di Muhammad Salahuddin Bima. B. Sistem jaringan transportasi provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari sistem transportasi

darat, laut dan udara, meliputi:

1) sistem transportasi darat terdiri dari jaringan lalu lintas angkutan jalan dan jaringan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP);

2) jaringan lalu lintas angkutan jalan terdiri dari jaringan jalan dan jaringan prasarana lalu lintas angkutan jalan;

3) jaringan jalan provinsi, meliputi: jalan lintas utama Pulau Lombok, jalan lintas utama Pulau Sumbawa, jalan lintas utara Pulau Lombok, jalan lintas selatan Pulau Lombok, jalan lintas utara Pulau Sumbawa dan jalan lintas selatan Pulau Sumbawa;

(5)

5) pelabuhan pengumpan berada di Bangsal Pemenang, Labuhan Haji, Tanjung Luar, Benete, Badas, Calabai, Kempo, Waworada, Cempi, dan Sape;

6) pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota berada di Labuhan Lombok, Telong-elong, Pototano, Benete, Pulau Moyo, Lua Air;

7) pelabuhan khusus penumpang berada di pesisir pantai Kota Mataram; dan 8) bandar udara pusat pengumpan berada di Brang Biji dan Sekongkang.

C. Mengembangkan sarana prasarana transportasi laut pendukung ALKI II (Alur Laut Kepulauan Indonesia) yang melintasi Selat Lombok.

2. Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan

Pembangkit tenaga listrik yang saat ini terdapat di Provinsi Nusa Tenggra Barat (NTB) terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL), Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bio Energi (PLTBE).

Berikut adalah arahan lokasi pusat pembangkit listrik di Provinsi NTB.

Tabel 3.1 Arahan Sistem Pembangkit Listrik di Provinsi NTB

NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi

1 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

- PLTD Ampenan (Kota Mataram), - PLTD Taman (Kota Mataram),

- PLTD Paok Motong (Kab. Lombok Timur), - PLTD Gili Trawangan (Kab. Lombok Utara), - PLTD Gili Air (Kab. Lombok Utara),

- PLTD Gili Meno (Kab. Lombok Utara), - PLTD Maringkik (Kab. Lombok Timur), - PLTD Taliwang (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Klawis (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Sekongkang (Kab. Sumbawa Barat), - PLTD Labuhan I (Kab. Sumbawa),

- PLTD Alas I (Kab. Sumbawa), - PLTD Sebotok (Kab. Sumbawa),

- PLTD Labuhan Haji (Kab. Lombok Timur), - PLTD Lebin (Kab. Sumbawa),

- PLTD Bugis Medang (Kab. Sumbawa), - PLTD Lunyuk (Kab. Sumbawa), - PLTD Bajo Pulau (Kab. Bima), - PLTD Nggelu (Kab. Bima),

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

(6)

NO Jenis Pembangkit Keterangan Lokasi

- PLTU IPP Alas (Kab. Sumbawa) - PLTU APLN (Kab. Bima) - PLTU Bonto (Kota Bima)

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu, dan Bima

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

- PLTA Kokoq Putih (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Muntur (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Pekatan (Kabupaten Lombok Utara) - PLTA Brangbeh (Kabupaten Sumbawa) - PLTA Batulanteh (Kabupaten Sumbawa)

Pembangkit Listrik Tenaga

Mikro Hidro (PLTMH)

Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah Lombok Timur, Sumbawa, Sumbawa Barat, Dompu, dan Bima

Pembangkit Listrik Tenaga

Surya (PLTS)

Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu dan Bima.

- Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Hu’u (Kabupaten Dompu)

- Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Maronge (Kabupaten Sumbawa).

Pembangkit Listrik Tenaga

Gelombang Laut (PLTGL)

Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Bima.

Pembangkit Listrik Tenaga

Arus Laut (PLTAL

Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, Bima

Pembangkit Listrik Tenaga

Bio Energi (PLTBE)

Seluruh Kabupaten/Kota di wilayah Nusa Tenggara Barat

Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat 2009 - 2029

3. Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pada system jaringan telekomunikasi telah direncanakan lokasi dan lokasi yang ada akan dipertahankan. Pada perencanaan lokasi mengenai system jatingan telekomunikasi yang ditetapkan oleh RTRW Provinsi NTB dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 3.2 Rencana Pengembangan Telekomunikasi Provinsi NTB

NO Jenis Jariingan Lokasi

Jaringan Mikro Digital

Perkotaan Di wilayah Kota Mataram yaitu Selagalas-Mataram sepanjang 6 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di

Kabupaten Lombok Barat

• Lembah Sari sepanjang 4 km dan Batulayar-Senteluk sepanjang 2 km.

• Gerung-Kebon Ayu

• Gunungsari-Dopang, Gunungsari-Guntur Macan (2km), • Gunungsari-Kekeri (5km), Gunungsari-Mambalan (3km),

Gunungsari-Mekarsari (1,5 km), Gunungsari- Penimbung (3 km).

• Kayangan ke masing-masing: Dangiang (2 km), Gumantar (4 km), Salut ( 3 km).

(7)

NO Jenis Jariingan Lokasi

Are (6 km).

• Labuapi ke masing-masing : Kuranji (2 km), Labuapi (1 km), dan Telaga Waru (4 km).

• Narmada ke masing-masing : Batu Kuta (10 km), • Kramajaya (3 km), dan Nyiur Lembang (3,5 km). • Pemenang- Desa Patin sepanjang 6 km. • Sekotong Tengah-Buwun Mas sepanjang 6 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di

Kabupaten Lombok Utara

• Tanjung-Sigar Penjalin sepanjang 6 km. • Bayan-Sambik Elen sepanjang 7 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di

Kabupaten Lombok Tengah

• Batukliang-Tampaksiring sepanjang 3 km.

• Batukliang Utara ke masing-masing: Aik Berik (3 km), Aik Bukaq (2 km), Karang Sidemen (3 km), Lantan (2 km), Mas-mas (3 km) dan Setiling (3,5 km).

• Janapria-Selebung Rembiga sepanjang 6 km. • Kopang-Lendang sepanjang 4 km.

• Praya ke masing-masing: Mertak Tombok (6 km) dan Semayan (3 km)

• Praya Barat-Banyu Urip sepanjang 3 km.

• Praya Barat Daya ke masing-masing : Kabul (3 km) dan Montong Sapah (3,5 km).

• Praya Tengah ke masing-masing: Beraim (6 km), • Gerantung (7 km), Lajut (3 km), Pejanggik (2 km), dan

Sasake (2,5 km).

• Peringgarata ke masing-masing: Murbaya (2 km), dan Sepakek (2,5 km).

• Pujut ke masing-masing: Ketara (3 km), Pengembur (4 km), dan Prabu (2 km). • Masbagik-Masbagik Utara sepanjang 2 km • Sembalun-Sambelia sepanjang 20 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di

Kabupaten Sumbawa

• Alas ke masing-masing: Juru Mapin (4 km), Labuan Burung (7 km), Matemega (6 km) dan Tarusa (6 km).

• Badas-Labuan Aji sepanjang 6 km.

• Batu Lanteh ke masing-masing: Bao Desa ( 6 km) dan Batu Dulang (10 km).

• Empang ke masing-masing: Batu Lanteh (5 km), Labuan Aji (8 km), Labuan Jambu (100 km), Mata (21 km) dan Tolo Oi (27 km).

• Labuan Badas ke masing-masing: Moyo Medang (24 km) dan Labuan Aji (16 km).

• Lape Lopok-Labuan Kuris/Labuan Terata sepanjang 8,5 km. • Lunyuk ke masing-masing: Jamu (4 km), Mungkin (4,5 km)

dan Kelais (6 km).

• Moyo Hilir ke masing-masing: Batu Bangka (3 km), Kukin (3,5 km), Olat Rawa (6 km), dan Sebewe (8 km).

• Moyo Hulu ke masing-masing: Batu Bulan (25 km) dan Lito (31 km).

(8)

NO Jenis Jariingan Lokasi

• Rhee-Rhee Loka sepanjang 1,5 km.

• Sumbawa ke masing-masing: Jorok (1,5 km), Kerato (2 km), Kerekeh (3 km) dan Pelat (4,5 km).

• Utan-Labuan Bajo sepanjang 1,5 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di

Kabupaten Sumbawa Barat

• Sekongkang ke masing-masing: Ai Kangkung (13 km) dan Tatar (11 km)

• Seteluk-UPT Tambak Sari sepanjang 7,5 km. • Taliwang-Sampir sepanjang 4 km.

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di

Kabupaten Dompu

• Dompu-Ambalawi sepanjang 40 km.

• Kempo ke masing-masing: Kesi (24 km), So Nggaja (38 km) dan Tolokalo (29 km).

• Kilo ke masing-masing Karama (21 km) dan Kiwu (28 km) • Manggalewa-Nangatumpu sepanjang 30 km

• Pajo-UPT Woko sepanjang 20 km

• Pekat ke masing-masing: Pancasila (15 km) dan Tambora (20 km).

Jaringan Mikro Digital Perkotaan di

Kabupaten Bima dan Kota Bima

• Ambalawi ke masing-masing: Kole (2 km), Mawu (4 km), Rite (6 km) dan Talapati (9 km).

• Asakota –Kolo sepanjang 24 km.

• Belo ke masing-masing : Ledo (3 km), Ncera (6 km, Panda (4 km), Roka (12 km), Soki (17 km), Leu (21 km), Rada (24 km), Rasabou (19 km), dan Tumpu (29 km).

• Donggo ke masing-masing: Bajo (2 km), Bumi Pajo (4 km), Doridungga (6 km), Kala (8 km), Kananta (11 km), Mbawi (13 km), Empili (8 km), Punti (11 km), Rora (13 km), dan Sai (18 km). Lambuwu ke masing-masing : Hidirasa (3 km), Kaleo (5 km), Lambo (3 km), Mangga (4 km) dan Nggelu (7 km). • Langgudu ke masing-masing : Doro O’o (3,5 km), Dumu (6

km, Kalodu (9 km), Kangga (4 km), Karampi (13 km), Kawuwu (16 km), Rumpe (19 km), UPT Doro O’o (23 km), UPT Laju (21 km), UPT Waworada (24 km), dan Waduroka (2 km). • Madapangga ke masing-masing: Mpuri (4 km), Ndano (11

km), Tonda (3 km) dan Woro (11 km).

• Monta ke masing-masing : Pela (3 km) dan Tolo Oi (6 km). • Soromandi ke masing-masing: Sai (3 km) dan Sampungu (6

km).

• RasanaE Barat ke masing-masing: SambinaE (3 k m), dan Santi (6 km).

• RasanaE Timur ke masing-masing: Kendo (6 km), Lampe (8 km), Nitu (S15 km), Ntobo (16 km), Nungga (10 km) dan PananaE (13 km).

• Sanggar-Oesaro sepanjang 7 km.

• Sape ke masing-masing: Boke (4 km), Jia (8 km), Kowo (12 km), Sangiang (18 km) dan Tanah Putih (21 km).

• Tambora ke masing-masing: Kawinda NaE (9km), Kawinda Toi (12 km), Labuhan Kenanga (16 km) dan Oi Panihi (19 km).

• Wawo ke masing-masing : Kaboro (4 km), Kawa (6 km), Kuta (7 km), Ntori (8 km), Raba (11 km), Sambori (13 km) dan Tarlawi (19 km).

• Wera ke masing-masing: Bala (14 km) dan Oitui (17 km); • Woha ke masing-masing: Rabakodo (8 km) dan Waduwani

(9)

Sumber: RTRW Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2010 – 2030

4. Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Rencana pengelolaan sistem jaringan prasarana sumberdaya air wilayah provinsi terdiri dari sistem prasarana sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah provinsi dan rencana pengembangan sistem jaringan prasarana sumberdaya air provinsi.

Pada Sistem prasarana sumberdaya air nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi :

A. Wilayah Sungai (WS) strategis nasional adalah WS Pulau Lombok yang meliputi Daerah Aliran sungai (DAS) Dodokan, DAS Menanga, DAS Putih dan DAS Jelateng; B. Sistem jaringan irigasi nasional meliputi: Bendungan Batujai, Bendungan Pengga,

Bendungan Mamak, Bendungan Batu Bulan, Bendungan Tiu Kulit, Bendungan Gapit, Bendungan Pelaparado, Bendungan Sumi, dan Bendungan Plara; dan

C. Daerah Irigasi (DI) nasional meliputi : DI nasional lintas kabupaten/kota dan DI nasional utuh kabupaten/kota.

Sistem jaringan prasarana sumberdaya air provinsi NTB terdiri dari :

A. WS Lintas kabupaten/kota meliputi WS Sumbawa dan WS Bima- Dompu;

B. sistem jaringan irigasi provinsi meliputi bendungan, bendung, jaringan saluran irigasi, dan daerah irigasi; dan

C. sistem jaringan air bersih provinsi meliputi jaringan perpipaan air minum, saluran perpipaan air baku, dan instalasi air minum.

WS Sumbawa meliputi: DAS Moyo Hulu, DAS Rhee, DAS Jereweh, DAS Beh, DAS Bako, DAS Ampang, dan DAS Moyo. WS Bima-Dompu meliputi: DAS Baka, DAS Hoddo, DAS Banggo, DAS Parado, DAS Rimba dan DAS Sari.

5. Sistem Jaringan Persampahan

Sistem jaringan prasarana persampahan Provinsi NTB meliputi:

A. Tempat Pembuangan Akhir Kebon Kongok (Kab. Lombok Barat) dengan sistem sanitary landfi ll.

B. Pengembangan Tempat Pembuangan Akhir lintas kabupaten/kota lainnya.

6. Sistem Jaringan Sanitasi

Sistem jaringan prasarana sanitasi wilayah Provinsi NTB meliputi :

A. sistem perpipaan air limbah provinsi di Mataram Metro (Kota Mataram dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat);

B. instalasi pengolahan air limbah di Mataram Metro (Kota Mataram dan sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat); dan

C. pengembangan instalasi pengolahan air limbah lintas kabupaten/kota D. lainnya.

Pada subbab ini memiliki muatan rencana kawasan lindung dan budidaya yang direncanakan pada Provinsi NTB. Berikut akan dijelaskan rencana yang ditetapkan.

-

Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Kawasan lindung nasional yang terkait dengan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi:

1. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya nasional meliputi Hutan Lindung, dan Kawasan resapan air;

(10)

3. kawasan lindung nasional lainnya adalah Taman Buru (TB) Pulau Moyo dan Taman Buru (TB) Tambora Selatan.

Sedangkan Kawasan Lindung pada provinsi NTB dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel 3.3 Penetapan Rencana Luasan Kawasan Lindung

NO JENIS JARINGAN LOKASI

1 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan dibawahnya

a. Hutan Lindung (HL) • Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Utara seluas ± 35.785,16 ha • Kabupaten Lombok Tengah seluas ± 10.857,54 ha

• Kabupaten Lombok Timur seluas ± 31.498,67 ha • Kabupaten Sumbawa seluas ± 168.667,68 ha • Kabupaten Sumbawa Barat seluas ± 66.230,71 ha • Kabupaten Dompu seluas ± 51.482,59 ha

• Kabupaten Bima seluas ± 83.189,91 ha

b. Kawasan Resapan Air Diarahkan di Kawasan Gunung Rinjani, Kawasan Selatan Pulau Lombok; dan Kawasan Gunung Tambora

2 Kawasan Suaka Alam (KSA), Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Nasional

Cagar Alam (CA.) yang meliputi :

• KSA Pulau Panjang seluas ± 1.641,25 ha. berada di Kabupaten • Sumbawa.

• CA. Pulau Sangiang seluas ± 7.492,75 ha. berada di Kabupaten • Bima.

• CA. Tambora Selatan seluas ± 23.840,81 ha. berada di Kabupaten • Bima dan Kabupaten Dompu.

• CA. Pedauh seluas ± 543,5 ha. berada di Kabupaten Sumbawa • Barat.

• CA. Tofo Kota Lambu seluas ± 3.338 ha. berada di Kabupaten • Bima.

• KSA Jereweh seluas ± 3.718,868

Suaka Margasatwa (SM.) yang meliputi :

• SM. Lunyuk seluas ± 3.000 ha. berada di Kabupaten Sumbawa. • SM. Tambora Selatan seluas ± 11.670 ha. berada di Kabupaten

Bima dan Kabupaten Dompu.

• Taman Nasional (TN.) Gunung Rinjani seluas ± 41.330 ha. berada di

• Kabupaten Lombok Utara seluas ±10.210 ha, di Kabupaten Lombok Tengah seluas ± 3.675 ha dan Kabupaten Lombok Timur seluas ± 27.445 ha.

• Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa seluas ± 3.155 ha. berada di Kabupaten

• Lombok Barat.

Taman Wisata Alam (TWA.) yang meliputi :

• TWA Bangko Bangko seluas ± 2.169 ha. berada di Kabupaten Lombok Barat.

• TWA. Danau Rawa Taliwang seluas ± 1.406 ha. berada di Kabupaten Sumbawa Barat.

• TWA. Gunung Tunak seluas ± 624 ha. berada di Kabupaten Lombok

(11)

NO JENIS JARINGAN LOKASI

• TWA. Kerandangan seluas ± 320 ha. berada di Kabupaten Lombok • Barat.

• TW Perairan Laut Gili Meno- Air-Trawangan seluas ± 2.954 ha. berada di Kabupaten Lombok Utara.

• TWA Laut Pulau Moyo seluas ± 6.000 ha. berada di Kabupaten Sumbawa.

• TWA Laut Pulau Satonda seluas ± 2.600 ha. berada di Kabupaten Dompu.

• TWA. Madapangga seluas ± 232 ha. berada di Kabupaten Bima. • TWA. Pelangan seluas ± 500 ha. berada di Kabupaten Lombok

Barat.

• TWA. Semongkat seluas ± 100 ha berada di Kabupaten Sumbawa. • TWA. Suranadi seluas ± 52 ha berada di Kabupaten Lombok Barat. • TWA Tanjung Tampa seluas ± 2000 ha berada di Kabupaten

Sumbawa.

• TWA Laut Gili Banta seluas ± 7.896 ha berada di Kabupaten Bima. • TWA Laut Gili Sulat seluas ± 999,003 ha dan Gili Lawang seluas ±

669,174 ha berada di Kabupaten Lombok Timur.

Kawasan Lindung Lainnya Nasional adalah Taman Buru (TB.)

• TB. Pulau Moyo seluas ± 22.250 ha berada di Kabupaten Sumbawa.

• TB. Tambora Selatan seluas ± 26.130,15 ha berada di Kabupaten Bima dan di Kabupaten Dompu .

Kawasan Perlindungan Setempat

• Kawasan sempadan pantai, diarahkan pada kawasan sepanjang tepian pantai sejauh antara 30 - 250 meter dari garis pasang tertinggi secara proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai;

• Kawasan sempadan sungai, diarahkan pada sungai-sungai besar antara 30-100 meter sesuai letak, bentuk dan kondisi sungainya yaitu pada Satuan Wilayah Sungai (SWS) : Jelateng, Dodokan, Putih, Menanga, Jereweh, Rea, Rhee, Moyo Hulu, Pulau Moyo, Ampang, Hoddo, Bango, Parado, Sari, Rimba, Baka, Bako, dan Beh;

• Kawasan sekitar danau atau waduk diarahkan ke seluruh kawasan sekitar danau dan waduk yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa (Segara Anak, Batujai, Mujur, Pandanduri Swangi, Pengga, Beringin Sila, Labangka, Mamak, Lebok, Taliwang, Bintang Bano, Tiu Kulit, Batu Bulan, Pelara, Gapit, Pelaparado, Campa, Rababaka, Sumi), lebarnya berimbang dengan bentuk kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari garis pasang tertinggi ke arah darat;

• Kawasan Hutan Kota yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikembangkan pada seluruh ibukota Kabupaten dan Kota.

Sumber: Rencana Tata Ruang Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2009 - 2029

-

Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Pada rencana Kawasan Budidaya, Provinsi NTB memeiliki beberapa bagian yang direncanakan.Pada rencana kawasan budidaya terbagi menjadi 2 (dua), yaitu kawasan budidaya yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang terkait dengan wilayah provinsi NTB dan kawasan budidaya provinsi NTB.

Kawasan budidaya nasional yang terkait dengan wilayah provinsi NTB meliputi :

(12)

A. Kawasan Andalan Lombok dan sekitarnya dengan sector unggulan : pertanian, perikanan laut, pariwisata, industri, dan pertambangan;

B. Kawasan Andalan Sumbawa dan sekitarnya dengan sector unggulan: pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan perikanan

C. Kawasan Andalan Bima dan sekitarnya dengan sektor unggulan : pertanian, pariwisata, perikanan, industri dan pertambangan.

2. Kawasan Andalan Laut adalah Kawasan Andalan Perairan Selat Lombok dengan sektor unggulan : perikanan laut dan pariwisata.

Sedangkan, untuk Kawasan Budidaya yang direncanakan pada Provinsi NTB adalah:

1. kawasan peruntukan hutan produksi tetap dan terbatas

2. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura;

Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan dan hortikultura berada di kawasan pertanian lahan basah, lahan kering, dan kawasan pertanian hortikultura.

3. kawasan peruntukan perkebunan

Kawasan peruntukan perkebunan yang direncanakan berada di Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBun): Sekotong, Gerung, Gangga, Bayan, Kopang, Pujut, Terara, Pringgabaya, Utan Rhee, Batulanteh, Sorinomo, Tambora, Sumbawa, Kayangan, dan Wera dan kawasan pengembangan tanaman komoditi unggulan.

4. kawasan peruntukan peternakan

Kawasan peruntukan peternakan berada tersebar di wilayah provinsi untuk alokasi peningkatan jumlah ternak, penggemukan ternak, pembibitan ternak, penyediaan pakan ternak, dan pengembangan industri pengolahan hasil ternak.

5. kawasan peruntukan pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan meliputi pertambangan mineral logam, mineral bukan logam dan batuan berada pada zona tertentu di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

6. kawasan peruntukan pariwisata

A. Pulau Lombok, meliputi: Senggigi dan sekitarnya, Suranadi dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Benang Stokel dan sekitarnya, Dusun Sade dan sekitarnya; Selong Belanak dan sekitarnya, Kuta dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya; Gili Indah dan sekitarnya, Gunung Rinjani dan sekitarnya; dan

B. Pulau Sumbawa, meliputi: Maluk dan sekitarnya; Pulau Moyo dan sekitarnya; Hu’u dan sekitarnya, Teluk Bima dan sekitarnya, Sape dan sekitarnya; Gunung Tambora dan sekitarnya.

7. kawasan peruntukan perikanan, kelautan dan pulau-pulau kecil

A. Pulau Lombok, meliputi: Gili Indah dan sekitarnya, Senggigi dan sekitarnya, Lembar dan sekitarnya, Gili Gede dan sekitarnya, Teluk Sepi dan sekitarnya, Kuta, Awang dan sekitarnya, Tanjung Luar dan sekitarnya, Gili Sulat dan sekitarnya, dan Labuhan Lombok dan sekitarnya; dan

B. Pulau Sumbawa, meliputi: Alas - Pantai Utara Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya ; Teluk Saleh dan sekitarnya; dan Labuhan Lalar, Maluk dan sekitarnya; Teluk Sanggar dan sekitarnya; Teluk Cempi dan sekitarnya; Waworada dan sekitarnya; Teluk Bima dan sekitarnya; dan Sape dan sekitarnya.

8. kawasan peruntukan industry

(13)

Moyohilir, Lape Lopok, Plampang, Empang, Dompu, Kempo, Bolo, Woha, Belo, Wawo, Sape, dan RasanaE; dan

B. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah berada di Labuapi, Kediri, Gerung, Tanjung, Pemenang, Praya, Batukliang, Kopang, Masbagik, Aikmel, Labuhan Haji, Jereweh, Alas, Sumbawa, Empang, Plampang, Dompu, Kempo, Hu’u, Bolo, Woha Sape, dan Pajo.dan RasanaE.

9. kawasan peruntukan permukiman; dan

A. kawasan permukiman perkotaan berada di kawasan perkotaan Ibukota Provinsi, Ibu Kota Kabupaten dan Kota, Ibu Kota Kecamatan dan Desa yang sudah menampakkan gejala perkotaan; dan

B. kawasan permukiman perdesaan berada diluar kawasan perkotaan yang didominasi oleh penggunaan lahan sawah dan perkebunan.

10. kawasan peruntukan lainnya.

3.3

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota

Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai arahan struktur dan pola ruang wilayah kajian berdasarkan RTRW terkait. Berikut akan dipaparkan arahan rencana struktur dan pola ruang wilayah terkait.

3.3.1

Kota Bima

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kota di Kota Bima, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kota yang tercantum didalam RTRW terdiri dari 2 (dua), yaitu kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang wilayah kota; dan kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah kota.

3.3.1.1

Rencana Struktur Ruang Kota Bima

R

encana struktur ruang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan pusat kegiatan serta meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana. Rencana struktur ruang wilayah kota, meliputi rencana pusat-pusat pelayanan wilayah kota dan rencana jaringan prasarana wilayah kota.

Perencanaan struktur ruang wilayah kota Bima sebagai penjabaran lebih lanjut dari kebijakan dan strategi perencanaan struktur ruang wilayah Kota Bima terdiri dari dua kelompok besar, yaitu:

1. Rencana Pusat –pusat pelayanan Kota meliputi;

a.

Pusat-pusat pelayanan wilayah Kota Bima meliputi ; Pusat pelayanan Kota Bima di Kecamatan Rasanae Barat, sebagian Kecamatan Asakota dan sebagian Kecamatan Mpunda yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala nasional serta pariwisata skala regional.

b. Sub pusat pelayanan Kota Bima meliputi ;

1. Sub pusat pelayanan kota di Kecamatan Mpunda yang meliputi Kelurahan Penatoi, Kelurahan Sadia dan Kelurahan Sambinae dan berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, administrasi umum, dan pendidikan skala regional;

2. Sub pusat pelayanan kota di Kecamatan Raba yang meliputi Kelurahan Rabangodu Utara, Kelurahan Rabadompu Timur, dan Kelurahan Rabadompu Barat dan berfungsi sebagai pusat kegiatan industri kecil dan kerajinan serta pusat pelayanan kesehatan skala regional; dan

3. Sub pusat pelayanan kota di Kelurahan Oi Fo’o dan Kelurahan Nitu Kecamatan Rasanae Timur yang berfungsi sebagai pusat peruntukan industri.

(14)

1 Kelurahan Jatiwangi yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal, dan pusat pelayanan kesehatan skala lokal;

2 Kelurahan Mande yang berfungsi sebagai pusat pendidikan dan pusat perdagangan jasa skala regional;

3 Kelurahan Manggemaci yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal serta sebagai pusat pelayanan umum;

4 Kelurahan Santi yang berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa skala lokal; 5 Kelurahan Kodo dan sekitarnya yang berfungsi sebagai pusat pengembangan pertanian

tanaman pangan dan hortikultura, pusat perdagangan dan jasa skala lokal, pusat pelayanan kesehatan skala lokal, dan simpul transportasi skala lokal; dan

6 Kelurahan Kolo yang berfungsi sebagai pusat pariwisata bahari, pusat perdagangan dan jasa skala lokal, dan pusat pelayanan kesehatan skala lokal.

2. Sistem jaringan prasarana wilayah Kota Bima meliputi;

A. Rencana sistem jaringan transportasi B. Rencana system jaringan energy

C. Rencana system jaringan telekomunikasi D. Rencana sistem jaringan sumber daya air E. Rencana sistem jaringan prasarana air minum F. Rencana sistem jaringan persampahan

G. Rencana sistem jaringan pengelolaan air limbah

H. Rencana penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana jaringan jalan pejalan kaki I. Rencana sistem drainase, dan

J. Rencana jalur evakuasi bencana.

A. Rencana sistem jaringan Transportasi terdiri dari :

I.

Rencana sistem jaringan transportasi darat meliputi;

1. rencana pengembangan sistem jaringan jalan;

a. pengembangan sistem jaringan jalan arteri primer yang merupakan Jalan Negara,meliputi: 1. Jalan Sultan Salahudin - Jalan Martadinata;

2. Jalan Soekarno – Hatta - Jalan Ir. Sutami; dan 3. Jalan lintas Kumbe – Sape.

b. pengembangan sistem jaringan jalan kolektor primer, meliputi: 1. pengembangan Jalan Negara Jalan Sonco Tengge – Kumbe. 2. pengembangan Jalan Provinsi Jalan Melayu – Kolo.

c. pengembangan sistem jaringan jalan kolektor sekunder yang merupakan jalan provinsi, meliputi:

1. Jalan Gajah Mada;

2. Jalan Jenderal Sudirman; 3. Jalan Gatot Subroto; 4. Jalan Lingkar Pelabuhan.

d. pengembangan sistem jaringan jalan kolektor tersier yang merupakan jalan kota, meliputi: 1. Jalan Raya Jatiwangi – Jalan Di Ponegoro – Jalan Wolter Monginsidi;

2. Jalan Datuk Dibanta – Jalan Anggrek – Jalan Seruni; 3. Jalan Salama - Santi – Rite; dan

4. Jalan Jatibaru-Matakando – Santi.

e. pengembangan sistem jaringan jalan lokal primer yang merupakan jalan kota meliputi: 1. Jalan Tongkol;

2. Jalan Sulawesi – Jalan Flores; 3. Jalan Patimura;

(15)

5. Jalan Penanae – Kendo; 6. Jalan Nitu;

7. Jalan Nungga; 8. Jalan Dodu;

9. Jalan Lelamase; dan 10. Jalan Ntobo.

f. pengembangan sistem jaringan jalan lingkungan dikembangkan pada tiap-tiap lingkungan.

2. penanganan jalan;

a. pembangunan jalan

1. pembangunan jalan di Kecamatan Rasanae Barat dan Kecamatan Mpunda, meliputi: a) pembangunan jalan lingkar luar Selatan (outer ring road) yang menghubungkan

Lingkungan Oi Niu Kelurahan Dara – Kelurahan Nitu – Kelurahan Kumbe;

b) pembangunan jalan lingkar luar Utara yang menghubungkan Pelabuhan Laut Bima di Kelurahan Tanjung – Kedo Kelurahan Melayu – Tolotongga Kelurahan Melayu – Kelurahan Jatiwangi – Kelurahan Santi;

c) pelebaran jalan di Sultan M. Salahuddin menjadi 2 (dua) jalur mulai dari Perbatasan Kota – Kabupaten Bima sampai dengan Pelabuhan Laut Bima;

d) pembangunan jalan baru dari Lingkungan Oi Niu Kelurahan Dara - Kelurahan Nitu – Kelurahan Rontu;

e) pembangunan jalan di sepanjang pesisir pantai (coastal road) mulai dari Lingkungan Amahami – Bina Baru Selatan – Bina Baru Utara – Pelabuhan Laut; f) pembangunan jalan tembus dari belakang Markas Brimob (area perumnas)

sampai ke pertigaan sampang (Sambinae – Panggi) menyusuri kaki bukit sebelah selatan;

g) pembangunan jalan tembus Sambinae – Sadia;

h) pembangunan jalan tembus Panggi – Mande – Lewirato; dan

i) Pembangunan jalan tembus mulai dari Jalan Gatot Subroto Kelurahan Santi ke timur sampai di belakang SMAN 4 Kelurahan Penatoi.

2. pembangunan jalan baru di Kecamatan Raba, meliputi: a) pembangunan jalan tembus dari Rite ke Penanae;

b) pembangunan jalan tembus Ntobo–Wenggo Penanae;dan

c) pembangunan jalan mulai dari jalan Gajah Mada– Nggaro Kumbe.

b. peningkatan jalan

1. peningkatan fungsi jaringan jalan Soncotengge – Panggi – Rontu - Kumbe; 2. peningkatan fungsi jaringan jalan Melayu – Kolo;

3. peningkatan jalan Nungga – Lelamase; 4. peningkatan jalan Jatibaru - Matakando; 5. peningkatan jalan Toloweri – Kabanta; 6. peningkatan jalan Penanae;

7. peningkatan jalan Jendral Sudirman (mulai dari Terminal Dara – persimpangan Sadia); 8. peningkatan jalan di Sabali – Nungga.

c. pemeliharaan jalan yang meliputi seluruh ruas jalan yang ada di wilayah kota.

3. pengembangan jembatan;

a. pembangunan jembatan Padolo III di Sungai Padolo yang menghubungkan Amahami – Bina Baru – Pelabuhan Laut; dan

(16)

4. pengembangan terminal; dan

a. merelokasi terminal Dara dengan membangun terminal Type A di area reklamasi pantai di lingkungan Oi Ni’u Kelurahan Dara;

b. revitalisasi dan pengembangan Terminal Jatibaru untuk mendukung pengembangan wilayah kota bagian Utara;

c. merelokasi terminal tipe C Kumbe ke Kelurahan Lampe untuk mendukung pengembangan wilayah kota bagian Timur; dan

d. Mengembangkan terminal bongkar muat barang. 5. pengembangan sarana dan prasarana angkutan umum.

a. mempertahankan trayek angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dengan moda angkutan yang sudah ada saat ini;

b. mempertahankan trayek angkutan dalam kota yang sudah ada sekarang dan dengan menambah trayek angkutan dalam kota yang baru sesuai dengan perubahan hierarki jalan dan pemindahan lokasi terminal yang meliputi:

1. Trayek A : Oi Niu-Paruga-Tanjung – Sarae -Melayu-Kolo (PP); 2. Trayek B : Oi Niu-Tanjung – Melayu -Jatiwangi-Jatibaru (PP);

3. Trayek C : Oi Niu – Dara – Tanjung - Paruga – Jalan Soekarno Hatta – Jalan Ir. Sutami – Lampe (PP);

4. Trayek D : Oi Niu – Sambinae – Panggi – Rontu – Rabangodu Selatan – Rabadompu – Kumbe – Lampe (PP);

5. Trayek E : Oi Niu – Sambinae – Sadia – Santi – Matakando – Jatibaru (PP);

6. Trayek F : Oi Niu – Pelabuhan – Na’e – Salama-Monggonao - Penatoi – Penaraga – Rabadompu – Kumbe – Lampe (PP);

7. Trayek G : Oi Niu – Paruga – Sarae – Manggemaci – Sadia – Rabangodu Selatan – Rabadompu – Kumbe – Lampe (PP);

8. Trayek H : Oi Niu – Sambinae – Panggi – Rontu – Oi Foo – Kumbe – Lampe (PP); dan 9. Trayek I : Oi Niu – Tanjung – Salama – Karara – Penatoi – Sadia – Rontu – Oi Fo’o –

Kumbe – Lampe (PP).

c. mengembangkan trayek angkutan yang keluar kota yang meliputi: 1. Trayek Oi Ni’u – Nitu – Oi Fo’o - Kumbe – Lampe (PP); 2. Trayek Lampe – Nungga – Lelamase (PP);

3. Trayek Oi Ni’u – Tanjung – Na’e – Salama – Santi – Matakando – Rite – Ntobo – Busu (PP);

4. Trayek Oi Ni’u – Tanjung – Nae – Salama – Santi – Rite – Ntobo; dan

5. Trayek Oi Niu – Paruga – Salama – Karara – Penatoi – Penaraga – Penanae – Kendo (PP).

d. Menyediakan halte-halte angkutan umum dalam kota.

II.

Rencana sistem jaringan transportasi laut meliputi tatanan pelabuhan dan akur

pelayaran

a. tatanan pelabuhan terdiri dari:

1. tatanan pelabuhan untuk pelabuhan pengumpan, pengumpul, pelabuhan bongkar muat, dan pelabuhan rakyat;

2. perluasan dan pengembangan pelabuhan bongkar muat barang, dan pelabuhan rakyat di Kelurahan Tanjung; dan

(17)

b. alur pelayaran mencakup: pengembangan rute pelayaran nasional dan regional, rute wisata, dan rute pelayaran rakyat.

c. rute pelayaran nasional dan regional sebagaimana dimaksud dalam huruf b tersebut diatas, terdiri dari:

1. Bima – Lembar – Waingapu – Kupang – Alor (PP); 2. Bima – Benoa – Papua (PP);

3. Bima – Makasar – Surabaya – Jakarta – Sumatera (PP); 4. Bima – Labuhan Bajo – Maumere – Makasar – Ambon (PP); 5. Bima – Makasar – Banjarmasin – Ambon (PP);

6. Bima – Makasar (PP); 7. Bima – Banjarmasin (PP); 8. Bima – Surabaya (PP); 9. Bima – Maumere (PP); 10.Bima – Waingapu (PP).

d. rute wisata sebagaimana dimaksud dalam huruf b tersebut diatas, terdiri dari: 1. Bima – Pulau Komodo (PP);

2. Bima – Pulau Moyo (PP); 3. Bima – Benoa (PP); 4. Bima – Ampenan (PP); 5. Bima – Makasar (PP).

e. rute alur pelayaran rakyat sebagaimana dimaksud dalam huruf b tersebut diatas dimaksudkan untuk menghubungkan wilayah kota dengan wilayah-wilayah penyangganya di Kabupaten Bima yang meliputi:

1. Bima – Bajo Kecamatan Soromandi (PP); 2. Bima – Sowa Kecamatan Soromandi (PP);

3. Bima – Sai – Sampungu Kecamatan Soromandi (PP); 4. Bima – Kore Kecamatan Sanggar (PP);

5. Bima – Tambora Kecamatan Tambora (PP); 6. Bima – Wera Kecamatan Wera (PP).

B. Rencana sistem jaringan Energi

1. Rencana pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri dari:

a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Oi Niu di Kelurahan Dara;

b. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Raba di Kelurahan Monggonao; c. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bonto di Kelurahan Kolo;

d. pengembangan bio-energi dengan memanfaatkan hasil olahan sampah dan potensi tanaman jarak; dan

e. mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL), pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

2. Jaringan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b mencakup:

a. pengembangan jaringan transmisi tegangan tinggi (SUTT) mulai dari Bonto sampai Niu dan dari Bonto sampai Ambalawi;

b. pengembangan jaringan distribusi meliputi jaringan tegangan menengah (JTM) di sepanjang jalan arteri dan jalan kolektor dalam wilayah kota, serta jaringan tegangan rendah di seluruh ruas jalan yang ada dalam wilayah kota;

c. gardu induk di Bonto Kelurahan Kolo dan di Oi Niu Kelurahan Dara; d. memelihara jaringan kabel listrik secara berkala diseluruh wilayah kota.

(18)

a. meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan bahan bakar minyak dan gas;

b. memelihara depo bahan bakar minyak dan gas di Kelurahan Dara Kecamatan Rasanae Barat; dan

c. mempertahankan lokasi SPBU Amahami di Kelurahan Dara, SPBU Taman Ria di Kelurahan Manggemaci,dan SPBU Penatoi di Kelurahan Penatoi, serta mengembangkan SPBU minyak dan gas yang baru di wilayah kota.

C. Rencana sistem jaringan Telekomunikasi

Rencana sistem jaringan telekomunikasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi pada kawasan ermukiman dan kegiatan perkotaan lainnya.

(1) Rencana sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas meliputi: a. peningkatan jaringan telepon kabel; dan

b. pengembangan jaringan telepon nirkabel.

(2) Peningkatan jaringan telepon kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diatas mencakup:

a. peningkatan kapasitas terpasang dan distribusi Sentral Telepon Otomat (STO); b. pengembangan telepon rumah dan telepon umum;

c. pengembangan distribusi jaringan sambungan telepon dari STO ke pelanggan; d. pengembangan jaringan baru di seluruh wilayah kota; dan

e. pemasangan jaringan kabel telepon di bawah tanah yang terintegrasi dan terpadu dengan jaringan infrastruktur lainnya dalam kawasan perkotaan.

(3) Peningkatan jaringan telepon nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diatas mencakup:

a. menata menara telekomunikasi dan BTS (Base Transceiver Station) terpadu secara kolektif antar operator di seluruh kecamatan yang lokasinya ditetapkan dengan Peraturan Walikota; b. mengembangkan teknologi telematika berbasis teknologi modern pada wilayah-wilayah pusat

pertumbuhan; dan

c. peningkatan sistem informasi telekomunikasi pembangunan yang berbasis teknologi internet.

D. Rencana sistem jaringan Sumber Daya Air

(1) Rencana sistem jaringan sumber daya air sebagaimana terdiri atas: a. konservasi sumber daya air;

b. pendayagunaan sumber daya air; dan c. pengendalian daya rusak air.

(2) Sistem jaringan sumber daya air adalah mata air dan sungai beserta ekosistemnya. (3) Konservasi sumberdaya air dilakukan melalui:

a. perlindungan dan pelestarian sumber daya air; b. pengelolaan kualitas air; dan

c. pengendalian pencemaran air.

(4) Pendayagunaan sumber daya air dilakukan melalui:

a. penatagunaan, penyediaan, penggunaan, dan pengembangan air baku, terdiri atas:

1. kerjasama terpadu pengadaan air baku antar wilayah melalui Sistem Pengelolaan Air Minum PDAM Bima;

2. pemantapan air permukaan meliputi pengembangan kolam retensi untuk mendukung ketersediaan air baku; dan

(19)

1. pelayanan irigasi melayani areal pertanian yang ditetapkan sebagai budidaya tanaman pangan berkelanjutan dan areal pertanian hortikultura yang ditetapkan berdasarkan rencana pola ruang;

2. pelayanan irigasi melayani Kelurahan Dodu, Kelurahan Lampe, Kelurahan Kodo, Kelurahan Nungga, Kelurahan Rite, Kelurahan Jatibaru, Kelurahan Rabangodu Selatan, Kelurahan Panggi; dan

3. pemeliharaan, peningkatan pelayanan dan efektifitas pengelolaan air pada sistem prasarana irigasi untuk memelihara ketersediaan air.

(5) Pengendalian daya rusak air dilakukan melalui:

a. pengembangan sistem pengendalian banjir, terdiri atas:

1. normalisasi aliran sungai-sungai utama, yaitu Sungai Lampe, Sungai Padolo, Sungai Melayu, dan Sungai Jatibaru beserta anak-anak sungainya yang sekaligus berfungsi sebagai drainase primer;

2. pengembangan kolam retensi untuk menampung dan menghambat kecepatan aliran air hujan di Kelurahan Rontu, Kelurahan Penanae, Kelurahan Monggonao, Kelurahan Matakando dan Kelurahan Jatibaru;

3. membatasi kegiatan fisik dan/atau non fisik pada hulu dan hilir wilayah sungai; dan 4. pemulihan fungsi lingkungan hidup dan sistem prasarana sumberdaya air.

b. pengembangan sistem pengamanan pantai adalah dengan melakukan pengurangan laju angkutan sedimen sejajar pantai.

E. Rencana sistem jaringan Prasarana Air Minum

(1) Rencana sistem prasarana penyediaan air minum dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air minum penduduk kota.

(2) Rencana sistem prasarana penyediaan air minum kota terdiri atas:

a. pengembangan kapasitas terpasang pada sistem penyediaan air minum; dan b. pemerataan jaringan distribusi ke pelanggan.

(3) Pengembangan kapasitas terpasang pada sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan melalui:

a. penambahan jaringan prasarana perpipaan;

b. pembuatan sumur dan/atau pompa untuk kegiatan non permukiman yang belum terlayani oleh prasarana perpipaan terutama di wilayah pinggiran kota seperti Kelurahan Nitu, Kelurahan Lelamase, Kelurahan Kolo, Kabanta-Kelurahan Nungga, Wenggo-Kelurahan Kendo, Kelurahan Ntobo, Kelurahan Dodu, Kelurahan Kodo dan Kelurahan Lampe;

c. pencegahan pengambilan air tanah secara berlebihan serta pengaturan pemanfaatan air sungai sebagai salah satu sumber air minum; dan

d. penyediaan air baku yang berasal dari air tanah dilakukan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.

(4) Pemerataan jaringan distribusi ke pelanggan, sebagaimana dilaksanakan melalui: a. pemeliharaan pelayanan jaringan distribusi yang telah ada;

b. pengembangan jaringan distribusi baru pada seluruh wilayah kota; dan c. penyebaran hidran-hidran umum pada seluruh wilayah kota.

F. Rencana sistem jaringan Persampahan

(1) Rencana sistem jaringan persampahan sebagaimana dilakukan untuk menanggulangi dan mengelola produksi sampah dari kegiatan masyarakat kota.

(2) Pengelolaan dan penanggulangan sampah dilakukan melalui:

a. mewujudkan hirarki proses/prasarana pengelolaan sampah dari rumah tangga – kolektif – kawasan – terpusat;

b. penerapan teknologi/sistem pemilahan sampah dengan cara :

(20)

sampah di wilayah pelayanan sebelum sampah diangkut ke TPA;

2. penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah dengan sasaran meminimalkan sampah masuk ke TPA;

3. Pengelolaan sampah di TPA dilakukan dengan menggunakan sistem sanitarylandfill; 4. pengembangan sistem terpusat pada daerah perkotaan tingkat kepadatan tinggi dan

pengembangan sistem individual atau pengelolaan setempat pada daerah terpencil tingkat kepadatan rendah;

5. memilah jenis sampah organik dan anorganik untuk dikelola melalui konsep 3R (Reduce, Recycle, Reuse); dan

6. pengelolaan sampah untuk dikembangkan menjadi energi alternatif seperti gas metan maupun pupuk kompos.

c. pengembangan dan pengelolaan TPA So Mango Kodo, Kelurahan Kodo Kecamatan Rasana’e Timur seluas 8 Ha sampai dengan beroperasinya TPA Regional di Kecamatan Woha Kabupaten Bima;

d. penyusunan aturan-aturan yang tegas mengenai pembuangan sampah.

F. Rencana sistem Pengelolaan Air Limbah Kota

(1) Rencana sistem pengelolaan air limbah dilakukan untuk menanggulangi hasil buangan dari kegiatan masyarakat kota.

(2) Rencana sistem pengelolaan air limbah terdiri dari:

a. sistem pengelolaan air limbah perpipaan terpusat skala kota melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat;

b. sistem pembuangan air limbah setempat secara individual maupun berkelompok skala kecil; c. penanganan air limbah secara ketat pada lingkup kawasan peruntukan industri, perdagangan

dan jasa, pelabuhan laut, terminal, Pembangkit Listrik, Depo minyak dan gas, melalui penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada masing-masing kawasan;

d. penanganan limbah pada rumah sakit dengan menyediakan insenerator di Rumah Sakit Umum Daerah Bima; dan

e. Penanganan air limbah yang dihasilkan termasuk dalam kategori Limbah B3 maka penanganan air limbah akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

(3) Rencana sistem pengelolaan air limbah perpipaan terpusat skala kota melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat dilakukan melalui pengembangan sistem pengelolaan air limbah secara komunal di pusat-pusat pelayanan lingkungan.

(4) Rencana sistem pembuangan air limbah setempat secara individual maupun berkelompok skala kecil dilakukan melalui:

a. mengembangkan jaringan air limbah komunal setempat yang dikelola oleh masyarakat dan/atau kerjasama dengan pihak lain;

b. mengembangkan tangki septik secara kolektif pada kawasan permukiman tipe kecil serta tangki septik secara individu pada kawasan permukiman tipe sedang dan tipe besar.

G. Rencana Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Jalan

Pejalan Kaki

(1) Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki, dilakukan untuk mengakomodir kepentingan pejalan kaki termasuk bagi penyandang cacat (disable) dan sepeda.

(2) Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki dilakukan melalui:

a. menata jalur pejalan kaki sesuai dengan standar keamanan dan kenyamanan pada trotoar untuk memperkecil konflik antara pejalan kaki dengan kendaraan bermotor;

(21)

c. menyediakan jalur sepeda yang digabung dengan jalur pejalan kaki dengan dimensi yang ditentukan sesuai kebutuhan;

d. merencanakan jalur pejalan kaki yang melintasi jalur kendaraan pada titik terdekat yang dilengkapi dengan rambu lalu lintas dan marka jalan; dan

e. menyediakan jalur pejalan kaki di kawasan sempadan sungai.

(3) Rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki dan sepeda dilakukan di Jalan Sultan Salahuddin, Jalan Sultan Kaharudin, Jalan Martadinata, Jalan Soekarno Hatta, Jalan Gajah Mada, Jalan Sudirman, Jalan Kedondong, Jalan Blimbing, Jalan Gatot Subroto, Jalan Ir. Sutami, Jalan Pelita Sambinae, Jalan Seruni, Jalan Anggrek, Jalan Datuk Dibanta, Jalan Pangeran Diponegoro, Jalan Jenderal Sudirman,dan Jalan Patimura.

H. Rencana Sistem Jaringan Drainase Kota

(1) Rencana sistem jaringan drainase kota dilakukan untuk pengendalian banjir dan genangan.

(2) Sistem jaringan drainase kota meliputi jaringan drainase primer, sekunder, tersier, dan lokal.

(3) Sistem jaringan drainase primer ditetapkan dalam rangka melayani kawasan perkotaan dan terintegrasi dengan sungai.

(4) Sistem jaringan drainase sekunder, tersier dan lokal menggunakan sistem saluran samping jalan sejajar dengan pengembangan jaringan jalan.

(5) Pengembangan sistem jaringan drainase serta pengendalian banjir dan genangan dilakukan melalui:

a. penyediaan saluran drainase pada kawasan terbangun dan kawasan rawan genangan; b. pengembangan dan penataan sistem aliran Sungai Melayu, Sungai Padolo, Sungai Romo

sebagai saluran utama;

c. pengembangan sistem pengendalian banjir lintas kota-kabupaten dari hilir-hulu di bawah koordinasi Balai Wilayah Sungai (BWS) Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk sungai-sungai yang sering menimbulkan banjir di wilayah kota;

d. normalisasi sungai di kawasan permukiman atau pusat kegiatan dengan cara pengerukan pada sungai yang dangkal, pelebaran sungai, serta pengamanan di kawasan sepanjang sempadan sungai;

e. normalisasi saluran yang sudah tidak mampu menampung air hujan maupun air limbah dengan memperlebar saluran dan/atau memperdalam dasar saluran;

f. membangun tanggul-tanggul beberapa sungai yang dekat dengan permukiman penduduk sesuai tinggi elevasi yang dianjurkan;

g. membatasi kegiatan budidaya terbangun pada hulu sungai secara ketat;

h. pembangunan saluran drainase permanen pada kawasan permukiman padat dengan menerapkan konsep gravitasi dan mengikuti bentuk kontur alam;

i. menyediakan ruang yang memadai pada kanan-kiri saluran drainase untuk kegiatan perawatan dan pemeliharaan saluran secara berkala;

j. pengembangan jaringan drainase sistem tertutup di kawasan perkantoran, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan industri, jalan-jalan utama, dan kawasan yang mempunyai lebar jalan yang kecil;

k. pengembangan jaringan drainase sistem terbuka di kawasan permukiman dan di sepanjang jaringan jalan; dan

l. membangun sistem drainase tertutup dan terbuka pada kanan-kiri jalan dengan arah pengaliran disesuaikan dengan kondisi topografi setempat.

I. Rencana Jalur Evakuasi Bencana

(22)

(2) Rencana jalur evakuasi bencana dilakukan melalui:

a. mengatur jalur-jalur evakuasi untuk menjauhi lokasi-lokasi genangan dan bencana banjir yang melalui Jalan Jenderal Sudirman (dari Terminal Dara menuju Dana Taraha) – Jalan Pelita Sonco Tengge Sambinae, Jalan Gatot Subroto Kelurahan Santi, Jalan Soekarno Hatta, Jalan Gatot Subroto Kelurahan Sambinae, Jalan Ir. Sutami serta jalur-jalur evakuasi yang mengarah ke Utara melalui Jalan Melayu - Kolo;

b. mengatur jalur-jalur evakuasi bencana gelombang pasang/tsunami dan abrasi pantai yang mengarah ke Timur melalui Jalan Pelita Sonco Tengge, Jalan Jenderal Sudirman Danataraha, Jalan Gatot Subroto, dan jalan di sepanjang pesisir pantai; dan

c. mengatur jalur-jalur evakuasi bencana gempa bumi pada setiap ruas jalan di wilayah kota.

3.3.1.2

Rencana Pola Ruang Kota Bima

Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota serta mengatur keseimbangan dan keserasian Peruntukan ruang. Pada bagian ini akan diuraikan pemanfaatan ruang Kota Bima secara menyeluruh terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.

A. Rencana pengelolaan kawasan lindung; dan B. Rencana pengembangan kawasan budidaya.

A. Rencana pengelolaan kawasan lindung meliputi :

1. Kawasan Hutan Lindung

a) Kawasan hutan lindung di wilayah kota berada pada Kelompok Hutan Maria (RTK.25) di kecamatan Rasanae Timur seluas 324 Ha.

(23)

Panggi, Kelurahan Rontu, Kelurahan Lampe, Kelurahan Dodu, Kelurahan Nungga, Kelurahan Lelamase, Kelurahan Nitu dan Kelurahan Dara.

2. Kawasan Perlindungan Setempat;

a. kawasan sempadan sungai meliputi sungai besar dan sungai kecil, yaitu Sungai Lampe, Sungai Dodu, Sungai Nungga, Sungai Kendo, Sungai Busu, Sungai Jatiwangi, dan Sungai Romo, Sungai Padolo, Sungai Melayu;

b. kawasan sempadan pantai berlokasi di Kelurahan Kolo, Kelurahan Melayu, Kelurahan Tanjung, dan Kelurahan Dara; dan

c. kawasan sekitar mata air di wilayah kota tersebar di beberapa kecamatan antara lain di sumber mata air Temba Serinci I, Temba Serinci II, Oi Wontu, Temba Ongge, Temba Rombo I, Temba Rombo II, Oi Mbo I, Oi Mbo II, Mpangga, Na’a I, Na’a II, dan Mata air Nungga.

d. Pengelolaan kawasan sekitar mata air dilakukan di kawasan-kawasan mata air Oi Si’i Kelurahan Rontu, Nungga Kelurahan Nungga, Oi Niu Kelurahan Dara, Temba Serinci I, Temba Serinci II, Oi Wontu, Temba Ongge, Temba Rombo I, Temba Rombo II, Oi Mbo I, Oi Mbo II, Mpangga, Na’a I, dan kawasan mata air Na’a II pada radius minimum kurang lebih 25 - 100 meter dari titik mata air.

3. Kawasan Rawan Bencana Alam;

a. kawasan rawan banjir terletak di sepanjang Sungai Lampe, Sungai Dodu, Sungai Kendo, Sungai Jatiwangi, Sungai Melayu, Sungai Padolo, Sungai Romo dan wilayah pesisir sepanjang pantai;

b. kawasan rawan tsunami dan gelombang pasang terletak di kawasan pantai bagian Barat kota;

c. kawasan gempa bumi meliputi seluruh wilayah kota; dan

d. Kawasan rawan longsor terletak di jalan Lampe lokasi Oimbo, Rontu, Rite, Penatoi, Wenggo, PenanaE, dan Nungga.

4. Kawasan cagar budaya ;

(1) Kawasan cagar budaya adalah seluas 15 Ha meliputi:

a. kawasan cagar budaya Istana Kesultanan Bima (Museum Asi Mbojo) di Kelurahan Paruga;

b. kawasan cagar budaya Makam Datuk Dibanta Tolobali Kelurahan Sarae; dan c. kawasan cagar budaya Kompleks Danataraha Kelurahan Dara.

(2) Rencana pengelolaan kawasan cagar budaya dilakukan melalui:

a. mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan cagar budaya melalui kegiatan konservasi bangunan dan lingkungan; dan

b. pembangunan infrastruktur pendukung di sekitar kawasan cagar budaya.

5. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

(1) Pengembangan kawasan RTH direncanakan kurang lebih 9.757 hektar mencakup : a. Pengalokasian RTH minimal 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah kawasan

perkotaan yang terdiri dari 37,99% (tiga puluh tujuh koma sembilan puluh sembilan persen) ruang terbuka hijau publik dan 10% (sepuluh persen) ruang terbuka hijau privat dengan tutupan vegetasi; dan

b. pemilihan jenis vegetasi sesuai dengan fungsi dan jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan.

(24)

b. RTH taman kota : 187,2 hektar c. RTH sempadan sungai : 579,6 hektar d. RTH sempadan jalan : 127,12 hektar e. RTH sempadan pantai : 250 hektar

f. Hutan kota : 1.207 hektar

g. RTH lapangan : 25, 4 hektar

h. TPU : 34,46 hektar

i. Jalur Hijau : 15,68 hektar

j. RTH Kawasan Fungsional : 5.885 hektar

B. Rencana Kawasan Budidaya

1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

(1) Pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi meliputi: a. kawasan hutan produksi terbatas; dan

b. kawasan hutan produksi tetap.

(2) Pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi terbatas sebagaimana tersebar di Kecamatan Asakota dan Kecamatan Rasanae Timur dengan luas 1.497 Ha, yang meliputi:

a. Kelompok Hutan Maria (RTK.25) seluas 627 Ha; dan

b. Kelompok Hutan Nanganae Kapenta (RTK.68) seluas 870 Ha.

(3) Pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi tetap tersebar di Kecamatan Asakota dan Kecamatan Mpunda dengan luas 1.258 Ha, yang meliputi:

a. Kelompok Hutan Donggomasa (RTK.67) seluas 1.010 Ha; dan b. Kelompok Hutan Nanganae Kapenta (RTK.68) seluas 248 Ha.

2. Kawasan Peruntukan Perumahan

(1) Pengembangan kawasan peruntukan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang bermukim dan tempat tinggal bagi masyarakat kota.

(2) Pengembangan kawasan peruntukan perumahan sebesar 1.255 Ha dan dilakukan melalui:

a. pengembangan perumahan dengan kepadatan tinggi pada sekitar kawasan pusat kota meliputi Kelurahan Melayu, Kelurahan Tanjung, Kelurahan Paruga, Kelurahan Dara, Kelurahan Sarae, Kelurahan Nae, Kelurahan Monggonao, Kelurahan Manggemaci, Kelurahan Pane, Kelurahan Penatoi, Kelurahan Lewirato, Kelurahan Mande, Kelurahan Santi, Kelurahan Rabadompu Barat, Kelurahan Rabadompu Timur, Kelurahan Penaraga,Kelurahan Rabangodu Utara, Kelurahan Sadia;

b. pengembangan perumahan dengan kepadatan sedang diarahkan di Kelurahan Sambinae, Panggi, Rontu, Kumbe, Jatiwangi, Jatibaru, Matakando, Rite, Penanae, Rabangodu Selatan;

c. pengembangan perumahan dengan kepadatan rendah diarahkan di kawasan pinggiran kota meliputi Kelurahan Kolo, Ntobo, Kendo, Nungga, Lelamase, Dodu, Lampe, Oi Fo’o, Nitu, Kodo;

d. pengembangan Kasiba (Kawasan Siap Bangun) dan Lisiba (Lahan Siap Bangun) pada kawasan yang belum terbangun yang dilengkapi dengan prasarana pendukungnya seperti jalan lingkungan, prasarana air minum, prasarana pengolahan limbah, jaringan telekomunikasi, dan penerangan;

e. merelokasi kampung di Wadu Mada Masa Kelurahan Oi Fo’o ke lokasi yang lebih produktif dan lebih baik.

3. Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa

(25)

(2) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa skala nasional dan regional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di Kelurahan Paruga, Kelurahan Dara, Kelurahan Sarae, Kelurahan Tanjung dengan luas kawasan kurang lebih sebesar 74 Ha.

(3) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa skala regional dan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di Kelurahan Nae, Kelurahan Monggonao, Kelurahan Sambinae, Kelurahan Penaraga, Kelurahan Rabangodu Utara.

(4) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa melalui:

a. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dengan konsep superblok di lingkungan Bina Baru Kelurahan Dara;

b. penyediaan ruang parkir yang memadai sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada kegiatan perdagangan dan jasa;

c. pembuatan aturan pemasangan iklan luar ruang;

d. pengembangan perdagangan dengan komoditi yang diproduksi kegiatan industri yang ada dan mendukung sektor pertanian di sekitar kota;

e. penyediaan areal parkir yang memadai dan tidak menimbulkan kemacetan arus lalu lintas;

f. penyediaan RTH minimal 30% (tigapuluh persen) pada kawasan perdagangan dan jasa; g. penyediaan jaringan prasarana wilayah kota meliputi jaringan energi dan kelistrikan,

jaringan hidran pemadam kebakaran, jaringan telekomunikasi, jaringan air limbah, jaringan persampahan, dan jaringan drainase secara memadai; dan

h. penyediaan IPAL untuk limbah B3.

4. Kawasan Peruntukan Perkantoran

(1) Pengembangan kawasan peruntukan perkantoran, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan perkantoran pemerintahan dan swasta dengan luas kawasan sebesar 46 Ha.

(2) Kawasan peruntukan perkantoran, dilakukan di Kelurahan Penatoi, Kelurahan Sadia, Kelurahan Lewirato, Kelurahan Rabangodu Selatan, kelurahan Rabangodu Utara, Kelurahan Manggemaci, Kelurahan Paruga, dan Kelurahan Dara.

5. Kawasan Peruntukan Industri dan Pergudangan

(1) Pengembangan kawasan peruntukan industri dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi kegiatan industri menengah dan industri kecil.

(2) Kawasan peruntukan industri menengah terdiri dari: industri marmer dengan skala internasional dan nasional berlokasi di Kelurahan Oi Fo’o dan sekitarnya seluas 46,94 Ha, serta industri pengolahan hasil perikanan di Kelurahan Tanjung, Industri garam rakyat di Kelurahan Dara dan Kelurahan Paruga, dan industri pengolahan hasil pertanian di Kelurahan Jatiwangi dengan luas sebesar 14 Ha.

(3) Kawasan peruntukan industri kecil sebagaimana adalah industri tenunan tradisional dengan skala regional dan lokal berlokasi di Kelurahan Kelurahan Ntobo, Kelurahan Nitu, Rabadompu Barat, Kelurahan Rabadompu Timur, Kelurahan Kumbe dan didukung oleh kegiatan industri tenun di seluruh kelurahan di kota.

(4) Pengembangan kawasan peruntukan industri dilakukan melalui:

(5)

pengembangan industri bernilai ekonomi tinggi yang ramah lingkungan;

(6)

pengembangan industri pengolahan pada komoditas barang setengah jadi untuk

membangkitkan jumlah tenaga kerja yang relatif besar;

(7)

pemanfaatan teknologi industri tepat guna yang memperhatikan kemampuan

produksi lokal, tenaga kerja lokal, dan modal;

(26)

(9)

pengembangan infrastruktur penunjang seperti jalan, air minum, dan bangunan

penunjang lainnya; dan

(10)

pembuatan Rencana Detail Kawasan Industri khusus untuk industri yang

menimbulkan dampak penting.

(11) Pengembangan kawasan pergudangan dipusatkan di Lingkungan Kampung Sumbawa Kelurahan Tanjung sampai Lingkungan Bina Baru Kelurahan Dara.

6. Kawasan Peruntukan Pariwisata

(1) Pengembangan kawasan peruntukan, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan pariwisata baik nasional, regional, dan lokal;.

(2) Kawasan peruntukan pariwisata mencakup peruntukan pariwisata pantai, pariwisata belanja, pariwisata budaya, pariwisata religi, pariwisata buatan, dan pariwisata kuliner; (3) Kawasan peruntukan pariwisata pantai, dilakukan di pesisir Pantai Ni’u sampai Amahami

Kelurahan Dara, Pantai Elu – So Nggela Kelurahan Jatiwangi dan Pantai Bonto – Kolo – So Ati Kelurahan Kolo dengan luas kawasan kurang lebih 72 Ha;

(4) Kawasan peruntukan pariwisata belanja khususnya produk kerajinan, dilakukan di Kelurahan Ntobo, Kelurahan Rabadompu Timur dan Kelurahan Nitu;

(5) Kawasan peruntukan pariwisata budaya, dilakukan di Kelurahan Paruga, Kelurahan Sarae, Kelurahan Nitu, Kelurahan Ntobo dan Kelurahan Melayu;

(6) Kawasan peruntukan pariwisata religi, dilakukan di Kelurahan Paruga dan Kelurahan Pane;

(7) Kawasan peruntukan pariwisata, dilakukan di Kelurahan Dara, Kelurahan Paruga, Kelurahan Sadia, dan Kelurahan Manggemaci;

(8) Pengembangan kawasan pariwisata dilakukan melalui: a. penataan kawasan pariwisata di kota;

b. mempertahankan budaya lokal dan bangunan bersejarah yang ada;

c. pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata di kota melalui pengadaan sarana promosi dan sistem informasi pariwisata, pameran, pentas seni, festival budaya, serta acara kepariwisataan lainnya;

d. pengembangan program paket-paket pariwisata yang sudah ada dan yang akan dikembangkan di kota;

e. membangkitkan industri pariwisata di kota dalam upaya menarik investor;

f. pembangunan infrastuktur pendukung untuk mempermudah jangkauan terhadap destinasi pariwisata; dan

g. penyusunan Rencana Induk Pariwisata dan DED (Detail Engineering Design) untuk kawasan pariwisata.

7. Kawasan Peruntukan Sektor Informal

(1) Pengembangan kawasan peruntukan sektor informal dilakukan untuk melayani kebutuhan masyarakat kota.

(2) Kawasan peruntukan sektor informal dilakukan di areal kawasan perdagangan dan jasa, areal rekreasi sepanjang pantai Niu-Lawata-Amahami Kelurahan Dara, taman lapangan Pahlawan Raba, Kompleks Paruga Nae, Jalan Sulawesi, Jalan Flores, Jalan Sultan Kaharuddin, Jalan Sultan Salahuddin, Jalan Mujair, Jalan Wolter Monginsidi, Jalan Martadinata, dan Jalan Gadjah Mada.

(3) Kawasan peruntukan kegiatan sektor informal dilarang pada Jalan Soekarno Hatta. (4) Pengembangan kawasan peruntukan sektor informal dilakukan melalui:

a. penyediaan ruang parkir yang memadai sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada kawasan dengan kegiatan sektor informal;

b. penataan kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal pada lokasi-lokasi yang ditetapkan; dan

Gambar

Tabel 3.1Arahan Sistem Pembangkit Listrik di Provinsi NTB
Tabel 3.2Rencana Pengembangan Telekomunikasi Provinsi NTB
Tabel 3.3Penetapan Rencana Luasan Kawasan Lindung

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang bahwa, yang dimaksud ahli waris pengganti berdasarkan Pasal 185 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam adalah ahli waris lebih dahulu meninggal dari pada sipewaris, sehingga

Hal berikutnya yang dilakukan adalah mendatangi berbagai institusi di dalam dan luar negeri yang terkait dengan pengembangan surfaktan, institusi yang mengembangkan

Gambar 2 merupakan flowchart yang menjelaskan tentang rancangan algoritma Backtracking dalam mencari objek target yaitu tumbuhan jamur dan jalan keluar dari

Common yard merupakan fasilitas logistik yang digunakan bersama oleh TMMIN, TAM, dan Main Dealer sebagai Delivery Center unit-unit ekspor dan domestik, sekaligus sebagai

Fungsi–fungsi manajemen ini telah diterapkan pada bimbingan manasik haji dan umrah yang diselenggarakan oleh Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) As-Shofa kota Blora

Tetapi tidak signifikan, hal ini dibuktikan dengan nilai (sig. 0,061 > 0,05).Hasil penelitian juga menunjukkan ada pengaruh secara parsialsaluran distribusi

Cara mengevaluasi efisiensi motor tersebut adalah dengan menentukan besarnya daya output motor, daya input motor untuk mengetahui besarnya effisiensi motor

Dalam pembelajaran, macromedia flash merupakan gabungan konsep pembelajaran dengan teknologi audio-visual yang mampu menghasilkan fitur-fitur baru yang dapat