• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Progam Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Tahun 2014-2018 Kabupaten Penajam Paser Utara PROFIL KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Progam Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Tahun 2014-2018 Kabupaten Penajam Paser Utara PROFIL KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL

KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

Profil kabupaten Penajam Paser Utara merupakan bagian yang penting

dalam penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya, sebagai dasar perencanaan

pembangunan infrastruktur pada masa yang akan datang. Bagian profil

kabupaten Penajam Paser Utara pada RPI2-JM Bidang Cipta Karya

menggambarkan kondisi daerah daeri berbagai aspek, yaitu gambaran kondisi

geografis dan administrasi wilayah, demografi, topografi, geohidrologi, geologi,

klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi.

4.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah

Kabupaten Penajam Paser Utara dibentuk berdasarkan Undang-Undang

Republik Indonesia No.7 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten

Penajam Paser Utara di Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Penajam

Paser Utara terletak antara 00o48’29” - 01o36’37” Lintang Selatan dan

116o19’30” - 116o56’35” Bujur Timur. Posisi Kabupaten Penajam Paser

Utara sangat strategis sebagai pintu gerbang transportasi laut dan

transportasi darat menuju Provinsi Kalimantan Selatan serta merupakan

jalur pergerakan barang dan jasa lintas Provinsi Kalimantan Timur dan

Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki

batas-batas administrasi dengan kabupaten/kota sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kartanegara;

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Balikpapan dan Selat Makassar;

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Paser dan Selat

Makassar;

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Paser dan Kabupaten

(2)

Peta 4.1 Batas wilayah kabupaten Penajam Paser Utara

Sumber : RTRW Kab.PPU 2011-2031

Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki luas wilayah 3.333,06 Km2

meliputi wilayah daratan seluas 3.060.82 Km2dan wilayah lautan seluas 272.24

Km2. Berdasarkan Topografinya, Penajam Paser Utara berada di ketinggian

(3)

Paser Utara memiliki wilayah yang didominasi wilayah perbukitan dan dataran

di wilayah bagian barat.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten PPU Tahun 2013

Kecamatan Luas Wilayah (Km

Babulu 355,71 43,74 399,45 11,98

Waru 496,05 57,83 553,88 16,62

Penajam 1.036,70 170,63 1.207,37 36,22

Sepaku 1.172,36 0,00 1.172,36 35,17

Jumlah 3.060,82 272,24 3.333,06 100,00

Sumber: BPS, Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2014

4.2 Demografi

Selama lima tahun terakhir (2009-2013) jumlah penduduk Kabupaten

Penajam Paser Utara mengalami pertumbuhan relatif kecil. Pada tahun 2009

jumlah penduduk seluruhnya sebanyak 137.165 jiwa dengan komposisi 70.657

jiwa penduduk laki-laki dan 66.508 jiwa penduduk perempuan. Pada tahun

2013 jumlah penduduk telah meningkat menjadi 157.944 jiwa dengan

komposisi 83.132 jiwa penduduk laki-laki dan 74.812 penduduk perempuan.

Untuk mengetahui lebih rinci jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada

akhir tahun 2009 - 2013 dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.

Tabel. 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Pertumbuhan

Penduduk Kabupaten Penajam Paser UtaraTahun 2009- 2013

No Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah

Total

Sumber: BPS, Penajam Paser Utara Dalam Angka, 2014

Berdasarkan tabel tersebut dapat dikemukakan bahwa pertumbuhan

(4)

Untuk melihat lebih detail mengenai gambaran kependudukan

berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, dapat dilihat pada tabel 2.4

berikut:

Tabel 4.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013 di Kabupaten PPU

Kelompok

Sumber: BPS, Penajam Paser Utara Dalam Angka, 2014

Dari data diatas dapat diketahui bahwa lebih dari 70 persen

penduduk Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan penduduk usia

produktif yaitu usia 15-64 tahun. Kondisi tersebut merupakan potensi

yang dimiliki Kabupaten Penajam Paser Utara karena dengan formasi

tersebut maka berpotensi menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Penajam Paser Utara melalui kontribusi tenaga kerja di

sektor-sektor lapangan usaha.

4.2.1 Kepadatan Penduduk

Berdasarkan data kependudukan yang ada perkecamatan, kondisi

kependudukan setiap kecamatan dapat digambarkan pada piramida seperti

(5)

Grafik 4.1 Piramida Penduduk Perkecamatan dan Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Kecamatan Penajam Kecamatan Waru

Kecamatan Babulu Kecamatan Sepaku

Kabupaten Penajam Paser Utara

(6)

Peta.2 Sebaran Penduduk di Kabuaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Sumber : Hasil analisis data

4.2.2 Penyebaran Penduduk

Dilihat dari kepadatan penduduknya di Kabupaten Penajam Paser Utara

(7)

Tabel 4.4 Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten PPU Tahun 2009 – 2013

Kecamatan

Sumber: BPS, Penajam Paser Utara Dalam Angka, 2014

Mengamati data tabel di atas bisa disimpulkan bahwa dari ke-empat

kecamatan yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kecamatan Babulu

merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi dalam

kurun waktu 2009-2013, pada tahun 2013 kepadatan mencapai 80,57 orang/km2.

Disusul Kecamatan Penajam dengan kepadatan 63,29 orang/km2 dan

Kecamatan Sepaku adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah

diantara kecamatan lain yaitu 26,96 orang/km2.

Dinamika penduduk adalah perubahan penduduk, baik pengurangan

maupun penambahannya.Faktor yang mempengaruhi dinamika penduduk

adalah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan kepindahan atau

migrasi.Dalam pembahasan ini, titik berat pembahasan diutamakan pada

indikator fertilitas. Selain itu, dibahas juga tentang keluarga berencana yang

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas.

Salah satu indikator fertilitas adalah umur perkawinan pertama.Semakin

muda seseorang melakukan perkawinan semakin panjang masa reproduksinya

sehingga peluang melahirkan semakin besar.Karena resiko melahirkan hanya

terjadi pada wanita, maka umur yang diperhitungkan adalah umur wanita pada

saat perkawinan pertamanya.

Perkawinan pertama lebih banyak dilakukan pada kelompok umur diatas

19-24 tahun.Hal ini sesuai dengan program penurunan fertilitas yang

dicanangkan pemerintah dengan menentukan umur 20-25 tahun sesuai umur

ideal untuk melaksanakan perkawinan. Bila dilihat polanya tampak bahwa

proposi penduduk yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16

tahun atau kurang sebesar19,08 persen dari seluruh penduduk wanita usia 10

(8)

Grafik 4.2 Persentase Wanita 10 Tahun Ke Atas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara

Proporsi terbesar perkawinan pertama adalah pada kelompok umur diatas 19tahun keatas yang mencapai 55,01 persen. Sedangkan proporsi penduduk yang melangsungkan perkawinan pertamanya antara umur 17-18 tahun

mencapai 25,91 persen, lebih besar dibandingkan proporsi yang

melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16 tahun atau kurang. Dari hasil angka tersebut menunjukkan bahwa pemerintah mempunyai pekerjaan rumah untuk memberikan sosialisasi ke masyarakat tentang usia perkawinan yang sehat bagi seorang perempuan, karena kalau seorang perempuan menikah dibawah usia 16 tahun ditakutkan organ reproduksinya belum matang dan secara psikologis juga belum ada kesiapan untuk membina rumah tangga.

Penurunan fertilitas juga banyak dipengaruhi oleh program keluarga Berencana (KB). Usaha yang dilakukan pemerintah dengan membentuk badan khusus yang menangani KB tampaknya cukup berhasil.Fertilitas semakin menurun sehingga laju pertumbuhan penduduk pun bisa ditekan. Hal ini sejalan dengan salah satu konsep beyond family planning yang menyatakan bahwa apabila program KB dikelola dengan baik, fertilitas akan dapat diturunkan.

Tingkat keberhasilan KB biasanya tidak hanya diukur dari penurunan fertilitas yang dicapai tetapi juga dari pencapaian target akseptor. Seseorang dikatakan sebagai akseptor KB adalah apabila ia menggunakan salah satu alat/cara KB dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dan bukan karena alasan lain seperti alasan kesehatan, serta harus mengacu pada masa berlaku atau ke-efektif-an dari masing-masing alat/cara KB tersebut.

(9)

Grafik 4.3 Persentase Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun Menurut

Pemanfaatan Alat KB di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara

Berdasarkan alat atau cara yang digunakan peserta KB aktif, suntikan KB

dan Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan, yang

keduanya mencapai 85,59 persen dari seluruh akseptor KB. Walaupun

termasuk alat kontrasepsi modern, sebenarnya pil mempunyai risiko kegagalan

cukup tinggi dibandingkan alat kontrasepsi modern lainnya. Untuk itu, perlu ada

upaya untuk mengubah pandangan masyarakat yang lebih menyukai pil

sebagai cara ber-KB dan diarahkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang

lebih efektif.

Metode KB selain pil dan suntik yang penggunanya cukup banyak adalah

IUD/AKDR/Spiral dan Susuk KB. Proporsi pengguna metode ini adalah lebih

dari 9 persen. Sedangkan metode KB selain ketiga metode tersebut tampaknya

kurang diminati oleh para akseptor dan hanya sekitar2 persen. 55,06 26,78

18,16

(10)

Grafik 4.4 Persentase Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun Menurut Cara

KB yang Digunakan di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara

4.3 Topografi

Dalam perencanaan kota kemiringan lahan/ topografi merupakan unsur yang

penting untuk ditelaah. Kesesuaian lahan bagi peruntukkan bangunan tertentu

tidak terlepas dari pertimbangan kemiringan lahan di kawasan tersebut. Pada

umumnya Ketinggian tempat di Wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara berada

pada 0 – 500 m diatas permukaan laut (dpl) pada elevasi terendah terdapat di

daerah sekitar muara Sungai yang mengalir di Kabupaten Penajam Paser Utara.

Wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara terdiri atas wilayah berupa daratan dan

wilayah yang berupa perairan laut. Wilayah perairan laut ini tersebar di tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Babulu, Kecamatan Waru dan Kecamatan Penajam

dimana ketiga kecamatan tersebut berbatasan langsung dengan Selat Makassar.

Ditinjau dari kondisi topografi, dapat diketahui bahwa wilayah daratan Kabupaten

Penajam Paser Utara terdiri atas dataran dan perbukitan, terutama di wilayah

Kabupaten Penajam Paser Utara bagian barat.

4.4 Geohidrologi

Adanya siklus hidrologi di daerah Kabuapten Penajam Paser Utara

mempunyai pengaruh terhadap lapisan permukaan tanah. Kondisi Hidrologi di

Kabupaten Penajam Paser Utara berdasarkan keadaan eksisting dapat melayani

(11)

Tabel 4.5 Nama - Nama Sungai Menurut Kecamatan

Sumber : Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam AngkaTahun 2009

Di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara terdapat mata air, embung dan

bendung yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, baik

yang sudah di kelola maupun yang masih belum dikelola namun mempunyai

potensi yang cukup besar untuk pemenuhan kebutuhan air bersih penduduk di

Kabupaten Penajam Paser Utara. Di Kabupaten Penajam Paser Utara memiliki

21 titik sumber air yang tersebar 2 (dua) kecamatan yaitu 9 titik sumber air di

Kecamatan Babulu dan 12 titik sumber air di Kecamatan Sepaku. Sedangkan

untuk embung yang ada di Kabupaten Penajam Paser Utara sendiri terdapat

diseluruh wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara, dimana di Kecamatan

Penajam terdapat 3 embung yang ada dimana 2 embung terletak di sekitar Desa

Seloloang dan Desa Nipah – Nipah merupakan embung yang sudah dikelola dan

berpotensi cukup besar sedangkan ada 1 embung lagi di sekitar Desa Sotek

yang belum dikelola masih alami namun mempunyai potensi yang cukup besar,

hal ini dapat dilihat dari debit air yang ada sekitar 300.000 m3. sedangkan yang

lainnya terdapat di Kecamatan Waru sebanyak 2 titik embung, Kecamatan

Babulu ada 6 titik embung dan di Kecamatan Sepaku sebanyak 6 titik embung.

(12)

1 Penajam - -

-2 Waru - -

-Desa Gunung Intan TP 1 Besar

Desa Gunung Intan TP 2 Besar

Desa Gunung Intan TP 3 Besar

Desa Babulu Darat TP 4 Besar

Desa Babulu Darat TP 5 Kecil

Desa Babulu Darat TP 6 Besar

Desa Gunung Makmur TP 7 Besar

Desa Gunung Makmur TP 8 Besar

Desa Gunung Makmur TP 9 Besar

Desa Sukaraja TP 10 Besar

Desa Sukaraja TP 11 Sedang

Desa Sukaraja TP 12 Besar

Desa Agromulyo TP 13 Besar

Desa Agromulyo TP 14 Sedang

Desa Agromulyo TP 15 Sedang

Desa Bukit Raya TP 16 Besar

Desa Bukit Raya TP 17 Besar

Desa Bukit Raya TP 18 Besar

Desa Semoi II TP 19 Besar

Desa Semoi II TP 20 Besar

Desa Semoi II TP 21 Besar

Sumber Dinas Pengairan Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010 3 Babulu

4 Sepaku

No. Kecamatan Lokasi Titik Duga Potensi

dibangun dari dana propinsi lewat Dinas Pengairan Kabupaten Penajam Paser Utara.

Sedangkan untuk mata air, di Kabupaten Penajam Paser Utara hanya terdapat 3 mata air yang terdapat di Desa Babulu Darat dan Desa Labangka Kecamatan Babulu serta di sekitar Kecamatan Sepaku.

Tabel 4.6 Sumber Air Baku Di Kabupaten Penajam Paser Utara

Tabel 4.7 Lokasi dan Luas Genangan Embung Di Kabupaten Penajam Paser Utara

4.5 Gambaran Geologi

Daerah perbukitan terbesar dibagian Utara dan Barat antara lain di

Kecamatan Babulu dan Kecamatan Sepaku. Struktur geologi didaerah ini

merupakan lipatan yang berbentuk antilklinal dan sinklinal, hal tersebut adanya

1 Embung Batu Pengrusut Babulu Darat 17,65 440.000 Irigasi 2.000 -2 Embung Gentong Gendis Gunung Makmur 50,00 500.000 Irigasi 1.000 -3 Embung Blok A Gunung Intan 20,00 200.000 Irigasi 1.000 -4 Embung Blok U Gunung Intan 15,00 100.000 Irigasi 500 -5 Embung Labangka I Labangka 12,00 75.000 Irigasi 500 -6 Embung Labangka II Labangka 5,00 35.000 Irigasi 500 -7 Embung Api - Api Api Api 5,00 30.000 Irigasi 100 -8 Embung Sesulu Sesulu 5,00 30.000 Air Bersih - 638 KK 9 Embung Waduk / Lapangan Seloloang 25,00 200.000 Irigasi 550 -10 Embung Nipah Nipah Nipah Nipah 12,00 100.000 Irigasi 250 -11 Embung Buki Raya Bukit Raya 15,00 150.000 Air Minum - 250 KK 12 Embung Sukaraja Sukaraja 10,00 100.000 Air Minum - 300 KK 13 Embung Sotek Sotek 15,00 300.000 Air Minum - 891 KK 14 Embung Pemaluan Pemaluan 7,00 12.000 Air Minum - -15 Embung ITCI Maridan 5,00 8.000 Air Minum - -16 Embung IHM Bumi Harapan 3,00 7.500.000 Air Minum - 744 Jiwa 17 Embung Karang Jinawi Karang Jinawa 2,00 6.000 Air Minum - 300 KK Sumber Dinas Pengairan Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2010

Luas Genangan / Kapasitas Tampung

Ha Fungsi Polusi Lahan (Ha) Jumlah Pengguna Desa / Kelurahan

(13)
(14)

4.5.1 Daerah dataran rendah

Daerah dataran rendah ini tertutup oleh belahan hasil rombakan

daerah atas didekat ataupun di daerah hulu, lapisan tanah bagian atas ini

terdiri dari lempung, lempung pasiran dan napal. Pada umumnya berupa

dataran alluvial yang batuannya bersifat kedap air, oleh karena itu peresapan

air hujan lebih kecil apabila dibandingkan dengan daerah batu gamping.

Adapun masing-masing jenis tanah dan proporsi sifat adalah sebagai berikut :

• Alluvial, bahan induk dari tanah liat dan pasir yang beraneka ragam tanah kelabu kehitam-hitaman dengan tekstur liat berat sedikit plastis.

Penggunaan lahan pada umumnya berupa persawahan dengan

pengairan yang sebagian besar sudah teratur dan sebagian berupa

empang/tambak. Dengan ini baik untuk perluasan sawah yang

dipergunakan sebagai tanaman bahan pangan.

• Kompleks mediteran, tanah jenis ini berasal dari bahan induk batu liat napal, sifat lainnya dari jenis tanah ini mempunyai kadar bahan organik

rendah sampai sedang. Fisiografi daerah berupa bukit lipatan dengan

bentuk wilayah berbukit sampai bergunung, sebagian besar merupakan

wilayah berbukit dengan kemiringan lereng 30 %. Jenis tanah ini biasanya

dipakai untuk bermacam-macam bentuk penggunaan lahan, antara lain

persawahan tadah hujan dan tegalan serta galian batu gamping.

• Grumusol, jenis tanah ini berasal dari bahan induk , bahan kapur, napal dan batu liat. Tanah kelabu tua dengan tekstur liat dan struktur sangat

gempal serta konsisten teguh sampai plastis. Tanah Grumusol ini tersebar

di daerah bukit lipatan yang merupakan bagian bawah punggung antiklinal

dan lembah-lembah sinklinal dengan bentuk wilayah bergelombang. Jenis

tanah ini mempunyai kemampuan lahan untuk pertanian yang sangat

terbatas oleh air.

4.6 Klimatologi

Berdasarkan kajian data iklim pada masing-masing kecamatan dapat

diketahui bahwa rata-rata hari hujan di Kabupaten Penajam Paser Utara

adalah sebanyak 10 hari perbulan dengan curah hujan rata-rpetaata sebesar

230 mm per bulan. Sedangkan curah hujan di atas 300 mm perbulan terjadi

antara bulan Desember sampai dengan Februari. Curah hujan sebesar 100 –

(15)

Kondisi iklim di wilayah Propinsi Kalimantan Timur menunjukkan bahwa

karakteristik iklim di wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara termasuk wilayah

iklim tropika humida. Temperatur udara rata-rata sebesar 260C dengan

perbedaan temperatur pada waktu siang dan malam berkisar antara 5-70C.

Temperatur minimum terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Agustus,

Berdasarkan pembagian iklim di wilayah Kalimantan Timur, iklim Kabupaten

Penajam Paser Utara termasuk zone 1 dengan rata-rata curah hujan berkisar

antara 1800 sampai 2000 mm/tahun dengan rata-rata tahunan 1963 mm/tahun.

4.7 Kondisi Perumahan

Sebagai kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang, maka

keberadaan papan (perumahan) layak huni yang memenuhi syarat kesehatan

sehingga dapat memberi suasana nyaman bagi penghuninya, merupakan salah

satu dampak perubahan tingkat sosial ekonomi penduduk.Menurut luas lantai

perumahan bangunan tempat tinggal, sebagian besar rumah tangga menempati

luas lantai 21-49 m2, yaitu mencapai 46,78 persen dari seluruh rumah tangga.

Sedangkan rumah tangga yang luas lantainya kurang dari 20 m2, hanya

sekitar4,09 persen.

Grafik 4.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Rumah (m2) di

Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

4,09

46,78 37,19

6,87 5,07

< 20

21 - 49

50 - 99

100 - 149

(16)

4.5 Fasilitas Rumah

Grafik 4.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten

Penajam Paser Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara

Sampai saat ini, sumber air minum yang paling banyak digunakan adalah

air dalam kemasanbaik yang bermerk maupun yang isi ulang sebesar 54,99

persen rumah tangga. Sedangkan yang menggunakan air minum yang berasal

leding(yaitu leding meteran, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta, serta

air leding yang dijual eceran) hanya 3,42persen. Tingginya rumah tangga yang

menggunakan air kemasan untuk air minum menunjukkan bahwa tingkat

kesadaran penduduk untuk kebersihan dan kesehatan air minum sudah tinggi. 54,99

3,42 12,76 16,29

6,54 0,19

5,81

Air kemasan

Leding

Sumur bor/pompa

Sumur terlindung

Sumur tak terlindung

Mata air terlindung

(17)

Grafik 4.7 Persentase Rumah TanggaMenurut Sumber Penerangan di Kabupaten

Penajam Paser Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara

Selain air minum, fasilitas rumah yang akan dibahas yaitu sumber

penerangan di rumah tersebut. Pada tahun 2013, rumah tangga dengan sumber

penerangan listrik PLN yaitu sebesar 90,10 persen dan rumah tangga dengan

sumber penerangan listrik Non PLN sebesar 7,08 persen. Di samping itu, masih

ada sekitar 2,81 persen rumah tangga di Kabupaten Penajam Paser Utara yang

masih menggunakan pelita, sentir, obor, dan lainnya.

Grafik 4.8 Persentase Rumah Tangga Pengguna Listrik PLN Menurut

Daya yang Terpasang di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013 90,1

7,080,29 2,52

PLN

Non PLN

Petromak/Aladin

Pelita/Sentir/Obor

29,23

36,85

28,24 71,76

450 watt

900 watt

1.300 watt

2.200 watt

> 2.200 watt

(18)

Pada tahun 2013 terdapat 28,24 persen rumah tangga memakai listrik

PLN tanpa meteran. Hal tersebut tidak mengindikasikan bahwa rumah tangga

tersebut mencuri listrik PLN, tapi bisa jadi karena mereka menyambung listrik

dari tetangganya. Sedangkan rumah tangga yang menggunakan meteran

dengan porsi terbesar adalah pada daya sebesar 900 watt, yaitu terdapat 36,85

persen rumah tangga.

Indikator sosial sebagai petunjuk kesejahteraan rumah tangga lainnya

adalah ketersediaan fasilitas jamban yang mempunyai pengaruh terhadap

kesehatan penghuni. Tercatat rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri

sebanyak 90,39 persen rumah tangga. Sedangkan yang memakai jamban umum

sekitar 1,85persen rumah tangga. Disamping itu masih ada rumah tangga yang

tidak memiliki jamban sekitar 3,92 persen.

Grafik 4.9 Persentase Rumah Tangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat Buang

Air Besar di Kabupaten Penajam Paser Utara Tahun 2013

Sumber : BPS Kabupaten Penajam Paser Utara 90,39

3,83 1,85

3,92

Sendiri

Bersama

Umum

Gambar

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kabupaten PPU Tahun 2013
Tabel 4.3 Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Grafik 4.1 Piramida Penduduk Perkecamatan dan Kabupaten PenajamPaser Utara Tahun 2013
Tabel 4.4 Penduduk, Luas Wilayah, dan Kepadatan Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Temuan ini sesungguhnya mau menegaskan bahwa seefektif apapun penerapan rekrutmen dan seleksi guru pendidikan agama Katolik, dan setinggi apapun kesadaran akan

Akibatnya, masalah-masalah itu tidak dihayati oleh guru sehingga pembentukan pengetahuan (knowledge construction) tidak terjadi. Dengan demikian, tidak ada masukan

Muatan lokal yang dimaksud di sini yaitu muatan lokal pada pembelajaran Aswaja (ke-NU-an). Dengan tujuan untuk mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan dalam

Sedangkan hasil perhitungan diperoleh R Square variabel Lingkungan Kerja terhadap variabel Kinerja Karyawan sebesar 0,110, artinya besarnya pengaruh variabel Shift terhadap

X ditimbang sebanyak jumlah optimal (perlakuan ini diulang sebanyak jumlah variasi waktu fermentasi) lalu masing- masing starter dimasukkan kedalam masing-masing

Peningkatan kompetensi psikomotor siswa yang terjadi karena perangkat pembelajaran fisika berbasis pendidikan karakter dengan model problem based instruction

Learning berbantuan Ms.Excel dan Pembelajaran Biasa) dan kemampuan awal matematika siswa (tinggi, sedang dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik.

Beban usaha mental merupakan indikator besarnya kebutuhan mental dan perhatian yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktifitas, tidak tergantung terhadap jumlah pekerjaan