PUNCAK TERTINGGI KAMPOENG ABG
70-155 MDPL
Editor :
Dr. Hasyim Haddade, M. Ag. Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Si.
Kontributor : Muh Ramli Anita Darwis Nur almaidatul Jannah
Zulfadli Amran Muh Nur Alim Tompo
Rismawati Sitti Aminah Tinni
Aswira Adriansyah Arifin
Didi Assiddiqqie
ii
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
PUNCAK TERTINGGI KAMPOENG ABG 70-155 MDPL/
Dr. Hasyim Haddade, M. Ag. Dan Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Si.
Makassar: Pusaka Almaida, 2017 xii + 186 hlm : 16 X 23 cm ISBN: 978-602-5813-31-3 Cetakan Pertama : 2017
Desain Sampul : Rustan
Penerbit : Pusaka Almaida
Sanksi Pelanggaran Pasal 44 Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Perubahan atas Undang-undang No. 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7Tahun 1987.
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberikan izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000.,- (seratus juta rupiah)
2. Barang siapa yang dengan sengajamenyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau baranghasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.50.000.000.,- (lima puluh juta rupiah)
iii
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
SAMBUTAN REKTOR
Pelaksanaan KULIAH KERJA NYATA (KKN) merupakan agenda rutin dalam bidang pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa UIN Alauddin Makassar di bawah bimbingan Dosen Pembimbing KKN yang didampingi oleh Badan Pelaksana KKN. Pelaksanaannya melibatkan seluruh mahasiswa dari berbagai fakultas dan jurusan dengan asumsi bahwa pelaksanaan KKN ini dalam melakukan program-program kerjanya dilakukan dengan multi disipliner approach, sehingga program kerja KKN bisa dilaksanakan dalam berbagai pendekatan sesuai dengan disiplin ilmu mahasiswa yang ditempatkan di posko-posko KKN.
KULIAH KERJA NYATA (KKN) tentu diharapkan mampu mendekatkan teori-teori ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan berbagai problematika yang dihadapi oleh masyarakat. Dalam menjalankan tugas-tugas pengabdian ini, pihak universitas memberikan tugas pokok kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M), khususnya pada Pusat Pengabdian kepada Masyarakat (PPM). Dalam pelaksanaannya, Rektor UIN Alauddin Makassar berharap agar pelaksanaan KKN bisa berjalan dengan baik dan dilaksanakan sesuai dengan kaidah-kaidah keilmiahan dalam arti bahwa program yang dilakukan di lokasi KKN adalah program yang diangkat dari sebuah analisis ilmiah (hasil survey) dan dilaksanakan dengan langkah-langkah ilmiah serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
iv
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
KKN akan menjadi refrensi pengabdian pada masa-masa yang akan datang.
Makassar, 1 Agustus 2017 Rektor UIN Alauddin Makassar
v
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
SAMBUTAN KETUA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) UIN
ALAUDDIN
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) memiliki tugas pokok untuk menyelenggarakan dan mengkoordinir pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat, baik yang dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa. Dalam hal pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa, KKN merupakan wadah pengabdian yang diharapkan memberikan bekal dan peluang kepada mahasiswa untuk mengimplementasikan kajian-kajian ilmiah yang dilakukan di kampus.
KULIAH KERJA NYATA (KKN) merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa UIN Alauddin Makassar sebelum memperoleh gelar sarjana dalam bidang disiplin ilmu masing-masing. Pelaksanaan KKN ini tidak hanya sekedar datang dan mengabdi ke dearah-dearah lokasi pelaksanaan KKN, tetapi harus tetap diletakkan dalam bingkai sebagai sebuah kegiatan ilmiah. Dalam perspektif ini, maka KKN harus dirancang, dilaksanakan, dan terlaporkan secara ilmiah sehingga dapat terukur pencapaiannya. Pada kerangka ini, LP2M UIN Alauddin Makassar berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mencapai tujuan pelaksanaan KKN ini.
Olehnya itu, LP2M UIN Alauddin Makassar menginisiasi untuk mempublikasikan rancangan, pelaksanaan, dan pelaporan KKN dengan melakukan analisis ilmiah terhadap setiap program-program kerja KKN yang dilakukan selama ber-KKN. Hal ini dilakukan agar segala capaian pelaksanaan KKN dapat terlaporkan dengan baik dan dapat terukur pencapaiannya, sehingga KKN yang merupakan kegiatan rutin dan wajib bagi mahasiswa dapat dilakukan secara sistematis dari masa ke masa.
vi
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
serta apresiasi tinggi atas upaya yang tak kenal lelah untuk melakukan inovasi di PPM, baik secara internal maupun terbangunnya jaringan antar PPM sesama PTKAIN
Makassar, 1 Agustus 2017 Ketua LP2M UIN Alauddin Makassar
vii
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
KATA PENGANTAR
KEPALA PUSAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPM)
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
Sebagai ujung tombak pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat, PUSAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPM) UIN Alauddin Makassar senantiasa berusaha melakukan terobosan dan langkah-langkah inovatif untuk mewujudkan kegiatan-kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang semakin baik dan inovatif. Upaya ini adalah wujud tanggung jawab pengabdian terhadap masyarakat dan UIN Alauddin Makassar, sehingga kegiatan pengabdian masyarakat bisa semakin mendekatkan pihak civitas akademika UIN Alauddin dengan masyarakat dan mewujudkan keterlibatan langsung dalam pembangunan masyarakat.
Upaya membukukan dan publikasi laporan pelaksanaan KKN ini merupakan inovasi yang telah dilakukan oleh PPM UIN Alauddin sebagai upaya memudahkan kepada semua pihak untuk dapat mengakses hasil-hasil pengabdian yang telah dilakukan oleh mahasiswa KKN di bawah bimbingan dosen pembimbing. Dengan adanya publikasi ini, program-program KKN dapat diukur capaiannya dan jika suatu saat nanti lokasi yang yang ditempati ber-KKN itu kembali ditempati oleh mahasiswa angkatan berikutnya, maka akan mudah untuk menganalisis capaian yang telah ada untuk selanjutnya dibuatkan program-program yang berkesinambungan.
vii
i
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Angkatan ke-54 dan 55 atas segala upaya pengabdian yang dilakukan dan menjadi kontributor utama penulisan buku laporan ini.
Makassar, 1 Agustus 2017 Kepala PPM UIN Alauddin Makassar
ix
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
PENGANTAR PENULIS
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanya untuk Allah. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabiyullah Muhammad saw. Atas rahmat, petunjuk dan risalah yang mengiringi kehadiran Rasulullah saw. di bumi, sebagai orang yang patut diteladani.
Laporan ini merupakan laporan akhir KKN Angk. Ke-54 UIN Alauddin Makassar Tahun 2017 di Desa Abbanuange sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban. Akan tetapi, kami menyadari bahwa buku laporan akhir KKN ini tentu tidak bisa terwujud tanpa partisipasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis akan menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada pihak yang membantu dalam hal pembuatan laporan : 1. Prof. Dr. H. Musafir, M.Si., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Abbanuange.
2. Prof. Dr. Saleh Tajuddin, M.Ag., selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) yang telah memberikan peluang untuk melaksanakan KKN di Desa Abbanuange.
3. Drs. H. M. Gazali Suyuti, M.HI., selaku Ketua Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) yang telah memberikan pembekalan dan membantu dalam proses penyelesaian KKN Angk. 54 di Desa Abbanuange.
x
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
5. Dr. Hasyim Haddade, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing kami dan tetap sabar meski kadang direpotkan dengan berbagai masalah yang dihadapi di lokasi KKN.
6. Dr. Mashuri Masri, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing kami dan memberikan saran tentang proker yang kami laksanakan.
7. Bapak Sapiruddin kepala desa Abbanuange yang telah memberikan kami fasilitas yang sangat luar biasa.
8. Seluruh Kepala Dusun dan imam masjid di Desa Abbanuange yang telah bersedia meluangkan waktu membantu kami dalam merampungkan program KKN di desa Abbanuange.
9. Seluruh masyarakat Desa Abbanuange yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan program KKN di Desa Abbanuange.
10. Kawan-kawan mahasiswa KKN UIN Alauddin Angkatan ke-54 yang mau berbagi dalam suka dan duka selama ber-KKN di Desa M Abbanuange.
Semoga buku ini dapat memberi manfaat buat kita semua, khususnya kepada kampus tercinta “Kampus Peradaban” UIN Alauddin dan diri kami semua. Saran dan kritik senantiasa penulis harapkan dari para pembaca.
Abbanuange, 28 Sya’ban 1438 H. 22 Mei 2017 M.
xi
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
LEMBAR PENGESAHAN
Buku Laporan Hasil Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian Pada Masyarakat oleh Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar Angkatan ke-54 di Desa Abbanuange, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng yang berjudul : Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70 – 155 Mdpl telah diperiksa dan disahkan oleh:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Hasyim Haddade, M. Ag Dr. Mashuri Masri, S.Si, M. Kes NIP: 197505052001121001 NIP: 198012162009121003
Mengetahui:
Ketua PPM UIN Alauddin BP KKN UIN Alauddin
xii
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
DAFTAR ISI
SAMBUTAN REKTOR ………... iii
SAMBUTAN KETUA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) UIN ALAUDDIN ……….... v
KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPM) UIN ALAUDDIN MAKASSAR………... vii
KATA PENGANTAR ………... ix
DAFTAR ISI……….…... xi
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A.Dasar Pemikiran……….1
B.Gambaran Umum Desa Abbanuange……… 2
BAB II Kumpulan Program Kerja KKN ANGKATAN 54 UIN Alauddin Makassar A. Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah Oleh Muh Nur Alim Tompo dan Nuralmaidatul Jannah……… 14
B. Jum’at Bersih Oleh Adriansyah Arifin dan Aswira………... 35
C. Mengajar Di Sekolah Dasar Oleh Aswira dan Anita Darwis……… 58
D. Penyuluhan Anti Narkoba Oleh Anita Darwis dan Aswira………. 81
E. Pembinaan TK/TPA Oleh Muh Ramli dan Zulfadli Amran……. 105
F.Festival Anak Soleh Oleh Didi Assidddqqie dan Sitti Aminah Tinni………. 126
BAB III PENUTUP………. 149
A. Kesimpulan……….. 149
1
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran
Kuliah Kerja Nyata sesungguhnya adalah kuliah yang dilakukan dari ruang kelas ke ruang masyarakat. Ruang yang sangat luas dan heterogen dalam menguji teori-teori keilmuan yang telah didapatkan di bangku kuliah. Masyarakat adalah guru kehidupan yang ditemukannya di lokasi KKN. Teori-teori keilmuan yang didapatkan di bangku kuliah, kemudian diperhadapkan pada fakta-fakta lapangan sebagai salah satu alat menguji kebenaran teori tersebut. Di sinilah dibutuhkan kreatifitas mahasiswa sebagai bagian dari pengembangan diri dan uji nyali sebelum terjun ke masyarakat yang sesungguhnya.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu. Pelaksanaan kegiatan KKN biasanya berlangsung antara satu sampai dua bulan dan bertempat di daerah setingkat desa. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Indonesia telah mewajibkan setiap perguruan tinggi untuk melaksanakan KKN sebagai kegiatan intrakurikuler yang memadukan tri dharma perguruan tinggi yaitu: pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Kuliah kerja nyata dilaksanakan secara melembaga dan terstruktur sebagai bagian dari pelaksanaan kurikulum pendidikan tinggi, yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa program studi ilmu hukum strata satu (S1) dengan status intrakurikuler wajib.
Mahasiswa perlu menelaah dan merumuskan masalah yang dihadapi masyarakat serta memberikan alternatif pemecahannya (penelitian), kemudian membantu memecahkan dan menanggulangi masalah tersebut.
Tujuan besar yang didapatkan oleh mahasiswa dari program Kuliah Kerja Nyata adalah untuk mengoptimalkan pencapaian maksud dan tujuan perguruan tinggi, yakni menghasilkan sarjana yang menghayati permasalahan masyarakat dan mampu memberi solusi permasalahan secara pragmatis, dan membentuk kepribadian mahasiswa sebagai kader pembangunan dengan wawasan berfikir yang komprehensif.
2
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
mahasiswa mendapatkan pemaknaan dan penghayatan mengenai manfaat ilmu,teknologi, dan seni bagi pelaksanaan pembangunan, mahasiswa memiliki skill untuk merumuskan serta memecahkan
persoalan yang bersifat “cross sectoral” secara pragmatis ilmiah dengan pendekatan interdisipliner, serta tumbuhnya kepedulian social dalam masyarakat.
Bagi masyarakat dan Pemerintah, program Kuliah Kerja Nyata adalah bagian dari kerja kreatif mahasiswa dalam memberikan bantuan pemikiran dan tenaga dalam pemecahan masalah pembangunan daerah setempat, dalam memperbaiki pola pikir dalam merencanakan,
merumuskan, melaksanakan berbagai program pembangunan,
khususnya dipedesaan yang kemungkinan masih dianggap baru bagi masyarakat setempat, serta menumbuhkan potensi dan inovasi di kalangan anggota masyarakat setempat dalam upaya memenuhi kebutuhan lewat pemanfaatan ilmu dan teknologi.
Kepentingan lain dari program kuliah kerja nyata ini dapat ditemukan antara lain: Melalui mahasiswa/dosen pembimbing, diperoleh umpan-balik sebagai pengayaan materi kuliah, penyempurnaan kurikulum, dan sumber inspirasi bagi suatu rancangan bentuk pengabdian kepada masyarakat yang lain atau penelitian. Demikian pula, diperolehnya bahan masukan bagi peningkatan atau perluasan kerjasama dengan pemerintahan setempat, termasuk dengan instansi vertikal yang terkait.
B. Gambaran Umum Desa Abbanuange
Kecamatan Lilirilau Secara Umum 1. Sebelum Berstatus Kecamatan
Seperti kita ketahui bahwa, sebelum keluarnya Undang-Undang No. 29 Tahun 1959 Daerah Soppeng ini berstatus Swapraja yang terdiri dari 7 Wanua yang setingkat dengan Distrik yaitu :
a. Wanua Lalabata Ibu Negerinya Watansoppeng
b. Wanua Lilirilau Ibu Negerinya Cabenge
c. Wanua Liliriaja Ibu Negerinya Cangadi
d. Wanua Marioriawa Ibu Negerinya Batu-batu
3
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
f. Wanua Pattojo Ibu Negerinya Maccini
g. Wanua Citta Ibu Negerinya Pacongkang
Khusus Wanua Lilirilau lazim juga disebut “LOMPENGENG” yang dikepalai oleh seorang Kepala Wanua yang bergelar “ARUNG LOMPENGENG”.
Wanua Lilirilau terbagi atas 4 Wanua bawahan masing-masing : a. Wanua Bawahan Lompengeng Kepalanya Bergelar Sulewatang
b. Wanua Bawahan Pajalesang Kepalanya Bergelar Sulewatang
c. Wanua Bawahan Macanre Kepalanya Bergelar Sulewatang
d. Wanua Bawahan Baringeng Kepalanya Bergelar Arung
Tiap-tiap Wanua bawahan terbagi atas kampong-kampung yang dikepalai oleh seorang yang bergelar “MATOA” antara lain :
a. Wanua Bawahan lompengeng terdiri atas 10 Kampung yaitu
· Kampung Salaonro kepalanya bergelar Kepala Salaonro
· Kampung Kecce kepalanya bergelar Kepala Kecce
· Kampung Paroto kepalanya bergelar Matoa Paroto
· Kampung Marale kepalanya bergelar Matoa Marale
· Kampung Tetewatu kepalanya bergelar Matoa Tetewatu
· Kampung Abbanuange kepalanya bergelar Kepala Abbanuange
· Kampung PeppaE kepalanya bergelar Kepala PeppaE
· Kampung Saleng kepalanya bergelar Kepala Saleng
· Kampung Ujung kepalanya bergelar Kepala Ujung
· Kampung Berru kepalanya bergelar Kepala Berru
4
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
· Kampung Allimbangeng kepalanya bergelar Kepala Allimbangeng
· Kampung Talipu kepalanya bergelar Kepala Talipu
· Kampung Sumpang Salo kepalanya bergelar Kepala Sumpang Salo
· Kampung Pajalesang kepalanya bergelar Matoa Pajalesang
· Kampung Lenrang kepalanya bergelar Matoa Lenrang
c. Wanua Bawahan Macanre terdiri atas 2 Kampung yaitu :
· Kampung Toawo kepalanya bergelar Kepala Toawo
· Kampung Macanre kepalanya bergelar Matoa Macanre
d. Wanua Bawahan Baringeng terdiri dari 10 Kampung yaitu :
· Kampung Tanjonge kepalanya bergelar Kepala Tanjonge
· Kampung Pompulu kepalanya bergelar Kepala Pompulu
· Kampung Mappalakkae kepalanya bergelar Kepala Mappalakkae
· Kampung Takku kepalanya bergelar Kepala Takku
· Kampung Buruccenge kepalanya bergelar Kepala Buruccenge
· Kampung Leppangeng kepalanya bergelar Kepala Leppangeng
· Kampung Masing kepalanya bergelar Matoa Masing
· Kampung Lagoe kepalanya bergelar Matoa Lagoe
· Kampung Bila kepalanya bergelar Matoa Bila
· Kampung Palero kepalanya bergelar Matoa Palero
2. Setelah Berstatus Kecamatan
Kecamatan Lilirilau dibentuk bersama-sama dengan
5
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Administrasi terendah di Sulawesi Selatan Tenggara dalam Tahun 1961. Kabupaten Soppeng terdiri 7 Wanua (Distrik) dilebur menjadi 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Lalabata, Kecamatan Lilirilau, Kecamatan Liliriaja, Kecamatan Marioriawa dan Kecamatan Marioriwawo. Sedangkan 2 Wanua lainnya masing-masing Wanua Citta dimasukkan dalam wilayah Keacamatan Lilirilau dan Wanua Pattojo dimasukkan dalam wilayah Kecamatan Liliriaja.
Dengan terbentuknya Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Soppeng, Kecamatan Lilirilau mengalami perubahan-perubahan baik Daerah Hukumnya maupun Struktur Organisasi Pemerintah/Aparatnya yaitu :
a. Daerah Hukumnya :
· Kampung Lenrang tadinya masuk wilayah Kecamatan Lilirilau tetapi mengalami perubahan, maka masuk Wilayah Kecamatan Liliriaja.
· Wanua (Distrik) Citta yang terdiri dari 11 Kampung dilebur seluruhnya, 10 Kampung dimasukkan ke Wilayah Kecamatan Lilirilau dan 1 Kampung dimasukkan kedalam Wiyaha Kecamatan Liliriaja.
· Kampung Kebo dan Lompulle dari wilayah Kecamatan Liliriaja masuk ke Wilayah Kecamatan Lilirilau.
· Jadi Wilayah Kecamatan Lilirilau semula berukuran 1 Kampung, tetapi akhirnya bertambah 12 Kampung sehingga daerah hukumnya bertambah luas, dari 27 kampung menjadi 38 Kampung.
b. Struktur Organisasi Pemerintahan/Aparatnya.
· Kepala Wanua yang bergelar Arung Lompengeng diganti dengan sebutan Kepala Kecamatan dan status Pegawai Negeri
· Wanua bawahan dihapuskan menjadi Pegawai Negeri dan seorang diantaranya di pensiunkan, yaitu Sulewatang Macanre.
Pembentukan Desa Gaya Baru
Dalam rangka pembentukan Desa Gaya Baru di Sulawesi Selatan, maka
di Kabupaten Soppeng termasuk
6
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
- Pertama, dilakukan pada Tahun 1963 berdasarkan Surat Keputusan DPRD GR Kabupaten Soppeng No. 19/DPRD-GR/63 Tanggal 10 April 1963 yaitu dari 176 kampung menjadi 66 kampung (Desa Gaya Baru) dimana Kecamatan Lilirilau dari 38 Kampung menjadi 14 Desa Gaya Baru.
- Kedua, dilakukan pada Tahun 1968, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan tanggal 20 Desember 1965 No. 450/XII/1965 jo Surat Keputusan DPRD Kabupaten Soppeng No. 43/DPRD/1967 tanggal 22 Desember 1967 yaitu dari 66 Desa Gaya Baru yang diberi nama Wanua, dimana Kecamatan Lilirilau terdapat 6 Desa Gaya Baru (Wanua).
Sehubungan dengan Pembentukan Desa Gaya Baru, maka 4 buah kecamatan dalam Kabupaten Soppeng termasuk Kecamatan Lilirilau mengalami perubahan-perubahan yaitu :
a. Bekas wilayah Wanua (Distrik) Citta yang dimasukkan dalam Kecamatan Lilirilau dikeluarkan seluruhnya dan dimasukkan dalm Wilayah Kecamatan Liliriaja.
b. Sebutan Desa Gaya Baru Lama (Mattanru) yang diliputi 2 buah kampung dari Kecamatan Liliriaja dimasukkan dalam wilayah Kecamatan Lilirilau.
Dengan terbentuknya Desa Gaya Baru yang diberi nama “Wanua” sebagai hasil Reorganisasi kampung-kampung yang kedua, dan perubahan-perubahan batas wilayah hukum Kecamatan, maka Kecamatan Lilirilau yang tadinya terdiri 14 Desa Gaya Baru, sekarang menjadi 6 Wanua yaitu :
a. Wanua Pajalesang Ibu Negerinya Pajalesang
b. Wanua Ujung Ibu Negerinya Ujung
c. Wanua Tetewatu Ibu Negerinya Tetewat
d. Wanua Abbanuange Ibu Negerinya Abbanuange
e. Wanua Baringeng Ibu Negerinya Baringeng
7
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Tiap-tiap Wanua dikepalai oleh seorang Kepala Wanua dan meliputi beberapa lingkungan yang dikepalai oleh seorang kepala lingkungan yang bergelar “Matoa”.
Dengan adanya perbedaan sebutan nama Desa dibeberapa daerah Tk.II di Sulawesi Selatan, maka pemerintah daerah Tk. I Sulawesi Selatan menetapkan nama Desa yang berlaku umum pada daerah-daerah Tk.II di Sulawesi Selatan dengan Surat Keputusannya No. 309/IX/73 tanggal 11 September 1973 pada pasal 1.
Dengan berpedoman pada Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk.I Sulawesi Selatan No. 308/IX/1973 pasal 3 ayat 1,2 dan 3 yang isinya mengatur tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi berdirinya Desa baru hasil pemekaran, maka dengan berdasar pada surat Bupati Kepala Daerah Tk. II Soppeng maka keluarlah Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan No. 757/XI/1977 Tanggal 3 Nopember 1977 tetang persetujuan penambahan Desa di Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, setelah mendapat pengesahan dari Menteri Dalam Negeri dengan suratnya tanggal 12 April 1977 tentang penambahan jumlah Desa di Kecamatan lilirilau dari 6 buah menjadi 7 buah desa, dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Sulawesi Selatan No. 175/II/1989 tanggal 17 Februari 1989 tentang pembentukan Desa Persiapan manjadi DESA dalam wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, maka Kecamatan LIlirilau mendapat penambahan dari 7 buah Desa menjadi 9 Desa, yaitu :
1. Kelurahan Pajalesang
2. Desa Tetewatu
3. Desa Abbanuange
4. Kelurahan Ujung
5. Kelurahan Macanre
6. Desa Lompulle
7. Desa Kebo
8. Desa Baringeng
9. Desa Masing
8
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Tanggal 25 September 1989 tentang pengesahan Desa Persiapan dalam wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, di Kecamatan Lilirilau dari 9 Desa ditambah lagi 3 Desa persiapan menjadi 12 Desa yaitu :
A Kelurahan Pajalesang b Desa Tetewatu
Kampung Pajalesang Dusun Tonronge
Kampung Cabenge Dusun Callawe
Kampung Sumpang Salo
C Desa Abbanuange d Kelurahan Ujung
Dusun Abbanuange Kampung Berru
Dusun Peppae Kampung Salaonro
Dusun Saleng
E Kelurahan Macanre f Desa Lompulle
Kampung Macanre Dusun Alliwengeng
Kampung Toawo Dusun Mattanru
G Desa Kebo h Desa Baringeng
Dusun Watnlompulle Dusun Baringeng
Dusun Kebo Dusun Tanjonge
I Desa Masing j Desa Pers. Parenring
Dusun Masing Dusun Temmakatue
Dusun Buruccenge Dusun Dungriaja
Dusun Batu
9
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Dusun Paroto Dusun Bila
Dusun Marale Dusun Palero
Dusun Kecce
Kecamatan Lilirilau sebelum berstatus Kecamatan di sebut Wanua yang setingkat dengan “Distrik” bagi tanah-tanah GAU ER NAMEN di Sulawesi Selatan, Kepala Wanua Lilirilau bergelar “ARUNG LOMPENGENG” wilayah hukumnya 4 Wanua bawahan dan 27 Kampung. Setelah berstatus kecamatan pada tahun 1962 istilah Wanua dihapuskan dan Lilirilau meliputi 38 Kampung. Pada Tahun 1968 dengan diadakan reorganisasi Desa Gaya Baru, maka Kecamatan Lilirilau hanya terdiri dari 6 Wanua yang setingkat dengan Desa. Pada Tahun 1977 adanya pemekaran Desa dalam Daerah Tk.II Soppeng, maka Kecamatan Lilirilau dari 6 Desa menjadi 7 Desa. Pada Tanggal 17 Februari 1989 pemekaran Desa untuk kedua kalinya di kecamatan lilirilau dari 7 Desa menjadi 9 Desa. Kemudian pada Tanggal 25 September 1989 pemekaran Desa untuk ketiga kalinya dalam Daerah Tk. II Soppeng dimana Kecamatan Lilirilau yang terdiri dari 9 Buah Desa menjadi 12 Buah Desa/Kelurahan.
Desa Abbanuange
1. Sejarah Singkat Nama Abbanuange
Nama Abbanuange berarti tempat berkumpul, bersatu. Dinamakan demikian menurut sejarahnya dikarenakan pada zaman dahulu desa Abbanuange dijadikan tempat berkumpul bagi orang-orang dari luar Abbanuange temasuk dari daerah yang berdekatan dengan Kabupaten Soppeng seperti Bone.
2. Letak Geografis
Desa Abbanuange merupakan salah satu Desa dari dua belas (12) desa yang ada di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Desa Abbanuange merupakan desa/kelurahan terluas di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng dengan total luas wilayah sebesar 29 km2 sedangkan
daerah dengan luas terkecil adalah Kelurahan Macanre yaitu 4 km2 .
10
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
memilki ketinggian terendah adalah Kelurahan Cabenge, Kelurahan Pajalesang, Kebo, dan Macanre yang memilki ketinggian berkisar antara 10-30 meter di atas permukaan laut. Berikut ini perbandingan ketinggian tiap-tiap desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng sebagai berikut.
Desa/Kelurahan Ketinggian
Pajalesang 10-30
Cabenge 10-30
Paroto 10-130
Palangiseng 40-90
Tetewatu 50-150
Abbanuange 70-155
Parenring 50-150
Ujung 10-50
Masing 45-100
Baringeng 15-105
Kebo 10-30
Macanre 10-30
Jarak terdekat ke ibukota Kecamatan adalah Kelurahan Pajalesang dan Cabenge yaitu 1 km sedangkan desa yang memilki jarak terjauh ke Ibukota Kecamatan adalah Desa Palangiseng yaitu 22 km. Sementara Desa Abbanuange memilki jarak kedua terjauh setelah Desa Palangiseng yaitu 21 km. Berikut tabel perbandingan jarak masing-masing Desa/Kelurahan ke Ibukota Kecamatan sebagai berikut.
11
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Desa/Kelurahan Jarak Ke (Km)
Ibukota Kec Ibukota Kab
Pajalesang 1 12
Cabenge 1 13
Paroto 9 22
Palangiseng 22 34
Tetewatu 15 21
Abbanuange 21 33
Parenring 11 19
Ujung 6 18
Masing 16 20
Baringeng 8 21
Kebo 8 21
12
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
3.Pemerintahan
Dari delapan desa yang ada di Kecamatan Lilirilau, Desa Abbanuange memilki empat dusun dibandingkan desa-desa yang lain yang rata-rata terdiri dari dua dusun. Dimana masing-masing desa memilki badan Permusyawaratan Desa (BPD). Berikut struktur organisasi Pemerintahan Desa Abbanuange sebagai berikut.
4.Jumlah Penduduk
Tahun 2015 jumlah penduduk Desa Abbanuange berjumlah 3.363 yang terdiri dari 1.538 penduduk laki-laki dan 1.825 penduduk perempuan. Sementara jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng adalah Kelurahan Pajaleang sebanyak
122
13
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
5.320 jiwa sedngkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Tetewatu sebanyak 1.542 jiwa. Berikut tabel perbandingan jumlah penduduk Desa?Kelurahan di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng sebagai berikut.
Desa/Kelurahan Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Pajalesang 2.528 2.792 5.320
Cabenge 2.121 2.387 4.508
Paroto 1.171 1.130 2.501
Palangiseng 851 981 1.832
Tetewatu 717 825 1.542
Abbanuange 1.538 1.825 3.363
Parenring 937 1.023 1.960
Ujung 1.164 1.824 3.488
Masing 1.017 1.175 2.192
Baringeng 2.751 3.182 5.993
Kebo 1.307 1.640 2.947
Macanre 1.414 1.614 3.028
Lilirilau 18.068 20.598 38.614
5.Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam pembangunan
14
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Desa Abbanuange yaitu adanya bangunan gedung sekolah berjumlah empat buah yaitu:
a. SDN 129 Abbanuange yang terletak di Dusun Abbanuange b. SDN 173 Tocampu yang terletak di Dusun Peppae
c. SDN 252 Patiroi yang terletak di Dusun Berru d. SDN 131 Saleng yang terletak di dusun Saleng
Selain sarana dan prasarana pendidikan umum, di Desa Abbanuange juga terdapat sarana dan prasarana pendidikan agama berupa Taman Pengajian al-Qur’an (TPA) yaitu:
1. TPA Sipurioe,
2. TPA Sipurennue
3. TPA at-Taubah
Selain kedua TPA tersebut, masih ada beberapa TPA yang bersifat tradisional atau belum terdaaftar di pemerintahan.
6. Kesehatan
Sarana dan prasrana kesehatan di Desa Abbanuange hanya memilki sebuah Puskesmas yaitu Puskesmas Cakkuridi yang berlokasi di Dusun Abbanuange. Sarana dan prasarana kesehatan ini masih tergolong minim dikarenakan dengan luas wilayah paling luas di Kecamatan Lilirilau, seharusnya Desa Abbanuange memilki lebih dari satu sarana dan prasarana kesehatan mengingat akses menuju puskesmas Cakkuridi masih tergolong jauh dari tiga dusun yang ada di desa Abbanuange. Sementara menurut Data Statistik Daerah Lilirilau tahun 2016 menyatakan bahwa infeksi saluran pernapasan merupakan penyakit yang banyak di derita masyarakat di kecamatan Lilirilau. Berdasarkan hal ini seharusnya fasilitas kesehatan di Desa Abbanuange dapat ditambah, minimal tersedianya fasilitas pertolongan pertama sebelum akhirnya penderita penyakit dibawa ke fasilitas kesehatan yang memadai baik dari segi peralatan maupun tenaga kesehatannya.
7.Pertanian dan Perdagangan
15
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
BAB II
PROGRAM KERJA KKN DESA ABBANUANGE ANGKATAN 54 UIN ALAUDDIN MAKASSAR
PELATIHAN PENYELENGGARAAN JENAZAH Oleh
Muh Nur Alim Tompo dan Nuralmaidatul Jannah
JUM’AT BERSIH Oleh
Adriansyah Arifin dan Aswira
MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR Oleh
Aswira dan Anita Darwis
PENYULUHAN ANTI NARKOTIKA Oleh
Anita Darwis dan Rismawati
PEMBINAAN TKA/TPA Oleh
Zulfadli Amran dan Muh Ramli
FESTIVAL ANAK SALEH Oleh
16
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
PROGRAM KERJA
PELATIHAN PENYELENGGARAAN JENAZAH
Di Susun Oleh:
MUH NUR ALIM TOMPO
NIM: 20100113122
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
NURALMAIDATUL JANNAH
NIM: 10600113022
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
KKN UIN ALAUDDIN MAKASSAR ANGKATAN 54
DESA ABBANUANGE KEC. LILIRILAU KAB. SOPPENG
17
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
BAB I PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Mahasiswa dalam pengembangan pendidikan di masyarakat dapat diharapkan mampu mengembangkan segala sesuatu yang dimiliki masyarakat menjadi hal yang bernilai dan diperlukan. Kekayaan alam dan kualitas yang ada pada mereka tidak akan diam di tempat, namun mampu melangkah ke dunia luar (secara global) dan diperhatikan oleh bangsa lain. Segala sesuatu yang telah di dapatkan perkuliahan merupakan ilmu yang sifatnya teoritis. Sehingga pada dasarnya perlu untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu tersebut dalam dunia nyata, yang dalam tahap sarjana muda adalah dengan melakukan kerja praktek.
Kuliah kerja nyata merupakan mata kuliah wajib yang wajib ditempuh oleh mahasiswa. KKN pada dasar dilaksanakan di masyarakat dan langsung berinteraksi dengan masyarakat sehingga tujuannya untuk mengembangkan daerah sekitar melalui berbagai program yang dirancang. Sehingga dari kedua belah pihak yaitu mahasiswa dan masyarakat dapat saling belajar satu sama lain. Proses pembelajaran ini
mahasiswa diharapkan dapat menghubungkan konsep-konsep
perkuliahan dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat.
18
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
B. Gambaran Umum Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah
Fenomena keberadaan sumber daya manusia dalam membantu masyarakat menyelenggaraan Jenazah di Desa Abbanuange ini mulai terasa kurang. Selain itu proses penyelenggaraannya pun kurang sesuai apa yang dicontohkan oleh Nabi kita. Dalam mengantisipasi hal diatas Kami Mahasiswa KKN UIN Alauddin Makassar mengadakan Pelatihan Penyelenggaraan Jenazah. Kegiatan ini berlangsung di Masjid Taqwa Bureccenge Desa Abbanuange dengan jumlah peserta yang mencukupi tentu banyak dari kalangan Orang tua dan Tokoh Masyarakat termasuk para Imam Desa. Sebagai Pemateri dalam kegiatan ini Ustadz Suardi selaku perwakilan dari Kantor Urusan Agama Kec. Lilirilau Kab. Soppeng. Dalam penjelasannya Ustadz Suardi memberikan beberapa hal yang berkaitan tentang Kematian dan tanda-tandanya. Setelah memberikan penjelasan tentang hal diatas, beliau langsung menuntun tata cara penyelenggaran Jenazah, yang di mulai dari tata cara Memandikan, Mengkafani, Menshalatkan, dan Cara Menguburkan Jenazah. Salah seorang peserta dari kalangan Orang tua dan Tokoh Masyarakat sangat terkesan kegiatan ini karena beliau tidak pernah mengikuti Pelatihan sebelumnya, dan Insya Allah Pelatihan ini akan kembali diselenggarakan oleh Ustadz Suardi beliau siap apabila ada masyarakat yang membutuhkan tenaganya.
D. Permasalahan
Adapun Permasalahan pelaksanaan program kerja tentang pelatihan penyelenggaraan Jeazah di desa Abbanuange sebagai berikut:
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan selama 3 hari, ditemukan beberapa masalah yang memungkinkan untuk diselesaikan selama masa Kuliah Kerja Nyata, di antaranya :
Masih banyak warga yang belum memahami cara merawat
jenazah
Beberapa tata cara merawat jenazah yang berlaku di masyarakat masih tidak sesuai dengan ajaran islam
Masih banyak warga yang belum tahu bacaan dalam shalat Jenazah
19
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
E. Tujuan/ Target
a. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan program kerja adalah untuk mengajarkan dan memberi informasi serta wawasan baru dalam pelatihan penyelenggaraan Jenazah.
b. Target/sasaran
Pada dasarnya KKN (Kuliah Kerja Nyata) mempunyai 2 kelompok sasaran yaitu seluruh Imam dusun di desa Abbanuange dan masyarakat setempat.
F. Jadwal Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program tentang pelatihan penyelenggaraan Jenazah bertempat di desa Abbanuange Kecematan Lilirilau Kabupaten Soppeng dengan rincian waktu kegiatan sebagai berikut:
No. Tanggal Waktu Tempat
1. 12 Mei 2017 13.00-selesai Masjid Nuruttaqwa
G.Pendanaan
Dana yang dikeluarkan pada pelaksanaan program Pelatihan penyelenggaraan Jenazah yaitu sebesar Rp. 165.000 dengan rincian sebagai berikut:
No. Nama Barang Jumlah Harga (Rp)
1. Kain kafan 15 Meter Rp. 30.000
2. Kapas 1 Bungkus Rp. 5.000
3. Konsumsi 50 Kotak Rp. 30.000
4. Uang Trasportasi 1 Orang Rp. 100.000
20
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
BAB II
METODE PELAKSANAAN PROGRAM
A. Metode Intervensi Sosial
Intervensi sosial dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberikan bantuan kepada masyarakat (individu, kelompok, dan komunitas). Intervensi sosial merupakan metode yang digunakan dalam praktik di lapangan pada bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial adalah dua bidang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan seseorang melalui upaya memfungsikan kembali fungsi sosialnya.
Intervensi sosial adalah upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok, maupun komunitas. Dikatakan perubahan terencana agar upaya bantuan yang diberikan dapat dievaluasi dan diukur keberhasilan. Intervensi sosial dapat pula diartikan sebagai suatu upaya untuk memperbaiki keberfungsian sosial dari kelompok sasaran perubahan, dalam hal ini, individu, keluarga, dan kelompok. Keberfungsian sosial menunjuk pada kondisi dimana seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya sesuai dengan harapan lingkungan dan peran yang dimilikinya.
KKN UIN Alauddin Angkatan ke-54 menggunakan metode intervensi social dalam melakukan pendekatan kepada warga masyarakat di Desa Samangki sebagai salah satu metode dalam mengatasi masalah sosial dan sumber daya manusia (SDM) di Desa Abbanuange. Melalui pendekatan inilah bisa diketahui kemampuan dan kebutuhan masyarakat desa.
Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan survey awal dengan melakukan interaksi dengan masyarakat untuk menggali informasi yang diperlukan untuk menyusun program kerja yang diperlukan masyarakat. Setelah melakukan survey maka dilakukan pendekatan yang lebih intens kepada tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama yang memilki peran sentral di masyarakat. Dari tahap survey awal tersebut dibuatlah program kerja Jum’at Bersih sebagai salah satu program kerja yang bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya masalah kebersihan terkhusus kebersihan tempat ibadah.
1. Tujuan Intervensi Sosial
21
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
perubahan ketika fungsi sosial seseorang berfungsi dengan baik, diasumsikan bahwa kodisi sejahteraan akan, semakin mudah dicapai. Kondisi sejahtera dapat terwujud manakala jarak antara harapan dan kenyataan tidak terlalu lebar.melalui intervensi sosial hambatan-hambatan sosial yang dihadapi kelompok sasaran perubahan akan diatasi. Dengan kata lain, intervensi sosial berupa memperkecil jarak antara harapan lingkungan dengan kondisi riil klien.
2. Fungsi Intervensi
Fungsi dilakukannya dalam pekerjaan sosial, diantaranya:
1. Mencari penyelesaian dari masalah secara langsung yang tentunya dengan metode pekerjaan sosial.
2. Menghubungkan kelayan dengan system sumber 3. Membantu kelayan menghadapi masalahnya
4. Menggali potensi dari dalam diri kelayan sehingga bisa membantunya untuk menyelesaikan masalahnya
3. Tahapan dalam intervensi
Menurut Pincus dan Minahan,intervensial sosial meliputi tahapan sebagai berikut:
1) Penggalian masalah,merupakan tahap di mana pekerja sosial
mendalami situasi dan masalah klien atau sasaran
perubahan.Tujuan dari tahap penggalian masalah adalah membantu pekerja sosial dalam memahami,mengindetifikasi,dan menganalisis faktor-faktor relevan terkait situasi dan masalah tersebut,pekerja sosial dapat memutuskan masalah apa yang akan ia selesaikan,tujuan dari upaya perubahan,dan cara mencapai tujuan.panggilan masalah apa yang akan ia selesaikan,
tujuan dari upaya perubahan,dan cara mencapai
tujuan.penggalian masalah terdiri dari beberapa konten,di antaranya
Identifikasi dan penentuan masalah
Analisis dinamika situasi sosial
Menentukan tujuan dan target
Menentukan tugas dan strategi
Stalibilitasi upaya perubahan
2) Pengumpulan data,merupakan tahap di mana pekerja sosial mengumpulkan informasi yang dibutuhkan terkait masalah yang akan diselesaikan.dalam memalukan pengumpulan data,terdapat tiga cara yang dapat dilakukan yaitu: pertanyaan, observasi, penggunaan data tertulis.
22
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
4) Negosiasi kontrak, merupakan tahap di mana pekerja sosial menyempurnakan tujuan melalui kontrak pelibatan klien atau sasaran perubahan dalam upaya perubahan
5) Membentuk sistem aksi,merupakan tahap dimana pekerja sosial menentukan system aksi apa saja yang akan terlibat dalam upaya perubahan.
6) Menjaga dan menggkordinasiakan sistem aksi,merupakan tahap dimana pekerja sosial melibatkan pihak-pihak yang berpengaruh terhadap tercapainya tujuan perubahan.
7) Memberikan pengaruh
8) Terminasi
4. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan adalah:
Secara umum pelayanan diberikan kepada masyarakat dalam rangka menciptakan hubungan sosial dan penyusaian sosial secara serasi dan harmonis diantara lansia,lansia dan keluarganya,lansia dan petugas serta masyarakat sekitar.
B. Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyaraat
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.(Sanjaya, 2008:127). Pemberdayaan adalah proses pembangunan sumber daya manusia/masyarakat itu sendiri dalam bentuk penggalian kemampuan pribadi, kreatifitas, kompetensi, dan daya piker serta tindakan yang lebih baik dari waktu sebelumnya.
23
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Sebagai langkah pemecahan masalah kurang pahamnya masyarakat tentang tata cara penyelenggaraan jenazah maka alternatifnya adalah menyediakan wadah bagi masyarakat untuk belajar bersama dengan memberikan penyuluhan tentang permasalahan tersebut. Pendekatan yang dilakukan berupa himbauan sekaligus mengundang masyarakat secara langsung dalam kegiatan penyuluhan tata cara penyelenggaraan jenazah.
C. Bentuk Pengabdian
Ada beberapa bentuk pengabdian pada Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Alauddin Makassar angkatan ke-54.
a. Pendidikan Masyarakat
Pendidikan Masyarakat diartikan sebagai layanan pendidikan yang diperuntukan bagi masyarakat tanpa melihat perbedaan tingkat pendidikan, usia, status sosial, ekonomi, agama, suku dan kondisi mental fisiknya, yang mempunyai keinginan untuk menambah dan atau meningkatkan kompetensi untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pada tahap ini bentuk pengabdian ini bersifat pembelajaran bersama dengan masyarakat (learn togheter). Hubungannya bersifat intens karena kedua pihak saling membutuhkan informasi. Pada tahap ini pengetahuan dan pengalaman keduanya pada tingkatan yang hamper sama.
b. Pendampingan Masyarakat
Pada tahap ini, bentuk pengabdiannya bersifat memberikan arahan-arahan (directing) kepada masyarakat terhadap hal-hal atau permasalahan yang belum mendapatkan jalan keluarnya. Dalam hal ini, derajat pengetahuan dan pengalaman yang dimilki memilki perbedaan yang cukup jauh. Hal ini dapat terjadi secara umum dikarenakan tingkat pendidikan yang berbeda.
c. Advokasi
24
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
BAB III
KONDISI DESA ABBANUANGE A. Kecamatan Lilirilau Secara Umum
1. Sebelum Berstatus Kecamatan
Seperti kita ketahui bahwa, sebelum keluarnya Undang-Undang No. 29 Tahun 1959 Daerah Soppeng ini berstatus Swapraja yang terdiri dari 7 Wanua yang setingkat dengan Distrik yaitu :
a. Wanua Lalabata Ibu Negerinya Watansoppeng b. Wanua Lilirilau Ibu Negerinya Cabenge c. Wanua Liliriaja Ibu Negerinya Cangadi d. Wanua Marioriawa Ibu Negerinya Batu-batu e. Wanua Marioriwawo Ibu Negerinya Takalalla f. Wanua Pattojo Ibu Negerinya Maccini g. Wanua Citta Ibu Negerinya Pacongkang
Khusus Wanua Lilirilau lazim juga disebut “LOMPENGENG” yang dikepalai oleh seorang Kepala Wanua yang bergelar “ARUNG LOMPENGENG”.
Wanua Lilirilau terbagi atas 4 Wanua bawahan masing-masing : a. Wanua Bawahan Lompengeng Kepalanya Bergelar Sulewatan b. Wanua Bawahan Pajalesang Kepalanya Bergelar Sulewatang c. Wanua Bawahan Macanre Kepalanya Bergelar Sulewatang d. Wanua Bawahan Baringeng Kepalanya Bergelar Arung
Tiap-tiap Wanua bawahan terbagi atas kampong-kampung yang dikepalai oleh seorang yang bergelar “MATOA” antara lain :
Wanua Bawahan lompengeng terdiri atas 10 Kampung yaitu
a. Kampung Salaonro kepalanya bergelar Kepala Salaonro b. Kampung Kecce kepalanya bergelar Kepala Kecce c. Kampung Paroto kepalanya bergelar Matoa Paroto d. Kampung Marale kepalanya bergelar Matoa Marale e. Kampung Tetewatu kepalanya bergelar Matoa Tetewatu f. Kampung Abbanuange kepalanya bergelar Kepala Abbanuange g. Kampung PeppaE kepalanya bergelar Kepala PeppaE
h. Kampung Saleng kepalanya bergelar Kepala Saleng i. Kampung Ujung kepalanya bergelar Kepala Ujung j. Kampung Berru kepalanya bergelar Kepala Berru
25
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
a. Kampung Allimbangeng kepalanya bergelar Kepala
Allimbangeng
b. Kampung Talipu kepalanya bergelar Kepala Talipu
c. Kampung Sumpang Salo kepalanya bergelar Kepala Sumpang Salo
d. Kampung Pajalesang kepalanya bergelar Matoa Pajalesang e. Kampung Lenrang kepalanya bergelar Matoa Lenrang
Wanua Bawahan Macanre terdiri atas 2 Kampung yaitu :
a. Kampung Toawo kepalanya bergelar Kepala Toawo b. Kampung Macanre kepalanya bergelar Matoa Macanre
Wanua Bawahan Baringeng terdiri dari 10 Kampung yaitu :
a. Kampung Tanjonge kepalanya bergelar Kepala Tanjonge b. Kampung Pompulu kepalanya bergelar Kepala Pompulu c. Kampung Mappalakkae kepalanya bergelar Kepala Mappalakkae d. Kampung Takku kepalanya bergelar Kepala Takku
e. Kampung Buruccenge kepalanya bergelar Kepala Buruccenge f. Kampung Leppangeng kepalanya bergelar Kepala Leppangeng g. Kampung Masing kepalanya bergelar Matoa Masing
h. Kampung Lagoe kepalanya bergelar Matoa Lagoe i. Kampung Bila kepalanya bergelar Matoa Bila j. Kampung Palero kepalanya bergelar Matoa Palero
2. Setelah Berstatus Kecamatan
Kecamatan Lilirilau dibentuk bersama-sama dengan
Kecamatan-kecamatan lainnya dalam Kabupaten Soppeng, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Tenggara tanggal 16 Agustus 1961 Nomor 1100 dalam rangka reorganisasi Pemerintahan Administrasi terendah di Sulawesi Selatan Tenggara dalam Tahun 1961. Kabupaten Soppeng terdiri 7 Wanua (Distrik) dilebur menjadi 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Lalabata, Kecamatan Lilirilau, Kecamatan Liliriaja, Kecamatan Marioriawa dan Kecamatan Marioriwawo. Sedangkan 2 Wanua lainnya masing-masing Wanua Citta dimasukkan dalam wilayah Keacamatan Lilirilau dan Wanua Pattojo dimasukkan dalam wilayah Kecamatan Liliriaja.
26
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Daerah Hukumnya maupun Struktur Organisasi Pemerintah/Aparatnya yaitu :
a. Daerah Hukumnya :
a. Kampung Lenrang tadinya masuk wilayah Kecamatan Lilirilau tetapi mengalami perubahan, maka masuk Wilayah Kecamatan Liliriaja.
b. Wanua (Distrik) Citta yang terdiri dari 11 Kampung dilebur seluruhnya, 10 Kampung dimasukkan ke Wilayah Kecamatan Lilirilau dan 1 Kampung dimasukkan kedalam Wiyaha Kecamatan Liliriaja.
c. Kampung Kebo dan Lompulle dari wilayah Kecamatan Liliriaja masuk ke Wilayah Kecamatan Lilirilau.
d. Jadi Wilayah Kecamatan Lilirilau semula berukuran 1 Kampung, tetapi akhirnya bertambah 12 Kampung sehingga daerah hukumnya bertambah luas, dari 27 kampung menjadi 38 Kampung.
b. Struktur Organisasi Pemerintahan/Aparatnya.
1) Kepala Wanua yang bergelar Arung Lompengeng diganti dengan sebutan Kepala Kecamatan dan status Pegawai Negeri 2) Wanua bawahan dihapuskan menjadi Pegawai Negeri dan
seorang diantaranya di pensiunkan, yaitu Sulewatang Macanre.
c. Pembentukan Desa Gaya Baru
Dalam rangka pembentukan Desa Gaya Baru di Sulawesi Selatan, maka di Kabupaten Soppeng termasuk di Kecamatan Lilirilau telah 2 kali mengalami reorganisasi kampung-kampung yaitu beberapa beberapa kampung digabung menjadi 1 gabungan kampong, kemudian diberi nama “Desa Gaya Baru”.
27
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
GayaBaru yang diberi nama Wanua, dimana Kecamatan Lilirilau terdapat 6 Desa Gaya Baru (Wanua).
Sehubungan dengan Pembentukan Desa Gaya Baru, maka 4 buah kecamatan dalam Kabupaten Soppeng termasuk Kecamatan Lilirilau mengalami perubahan-perubahan yaitu :
a. Bekas wilayah Wanua (Distrik) Citta yang dimasukkan dalam Kecamatan Lilirilau dikeluarkan seluruhnya dan dimasukkan dalm Wilayah Kecamatan Liliriaja.
b. Sebutan Desa Gaya Baru Lama (Mattanru) yang diliputi 2 buah kampung dari Kecamatan Liliriaja dimasukkan dalam wilayah Kecamatan Lilirilau.
Dengan terbentuknya Desa Gaya Baru yang diberi nama “Wanua” sebagai hasil Reorganisasi kampung-kampung yang kedua, dan perubahan-perubahan batas wilayah hukum Kecamatan, maka Kecamatan Lilirilau yang tadinya terdiri 14 Desa Gaya Baru, sekarang menjadi 6 Wanua yaitu :
a.Wanua Pajalesang Ibu Negerinya Pajalesang b.Wanua Ujung Ibu Negerinya Ujung
c.Wanua Tetewatu Ibu Negerinya Tetewat
d.Wanua Abbanuange Ibu Negerinya Abbanuange e.Wanua Baringeng Ibu Negerinya Baringeng f.Wanua Lompulle Ibu Negerinya Lompulle
Tiap-tiap Wanua dikepalai oleh seorang Kepala Wanua dan meliputi beberapa lingkungan yang dikepalai oleh seorang kepala lingkungan yang bergelar “Matoa”.
Dengan adanya perbedaan sebutan nama Desa dibeberapa daerah Tk.II di Sulawesi Selatan, maka pemerintah daerah Tk. I Sulawesi Selatan menetapkan nama Desa yang berlaku umum pada daerah-daerah Tk.II di Sulawesi Selatan dengan Surat Keputusannya No. 309/IX/73 tanggal 11 September 1973 pada pasal 1.
28
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
1977 tetang persetujuan penambahan Desa di Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, setelah mendapat pengesahan dari Menteri Dalam Negeri dengan suratnya tanggal 12 April 1977 tentang penambahan jumlah Desa di Kecamatan lilirilau dari 6 buah menjadi 7 buah desa, dan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Sulawesi Selatan No. 175/II/1989 tanggal 17 Februari 1989 tentang pembentukan Desa Persiapan manjadi DESA dalam wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, maka Kecamatan LIlirilau mendapat penambahan dari 7 buah Desa menjadi 9 Desa, yaitu :
1. Kelurahan Pajalesang 2. Desa Tetewatu 3. Desa Abbanuange 4. Kelurahan Ujung 5. Kelurahan Macanre 6. Desa Lompulle 7. Desa Kebo 8. Desa Baringeng 9. Desa Masing
Dan selanjutnya dari 9 Desa berdasarkan surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk. I Sulawesi Selatan No. 1121/IX/1989 Tanggal 25 September 1989 tentang pengesahan Desa Persiapan dalam wilayah Kabupaten Daerah Tk. II Soppeng, di Kecamatan Lilirilau dari 9 Desa ditambah lagi 3 Desa persiapan menjadi 12 Desa yaitu :
A Kelurahan Pajalesang b Desa Tetewatu
Kampung Pajalesang Dusun Tonronge
Kampung Cabenge Dusun Callawe
Kampung Sumpang Salo
C Desa Abbanuange d Kelurahan Ujung
Dusun Abbanuange Kampung Berru
29
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Dusun Saleng
E Kelurahan Macanre f Desa Lompulle
Kampung Macanre Dusun Alliwengeng
Kampung Toawo Dusun Mattanru
g Desa Kebo h Desa Baringeng
Dusun Watnlompulle Dusun Baringeng
Dusun Kebo Dusun Tanjonge
I Desa Masing J Desa Pers. Parenring
Dusun Masing Dusun Temmakatue
Dusun Buruccenge Dusun Dungriaja
Dusun Batu
k Desa Pers. Paroto L Desa Pers. Palangiseng
Dusun Paroto Dusun Bila
Dusun Marale Dusun Palero
Dusun Kecce
Kecamatan Lilirilau sebelum berstatus Kecamatan di sebut Wanua yang setingkat dengan “Distrik” bagi tanah-tanah GAU ER NAMEN di Sulawesi Selatan, Kepala Wanua Lilirilau bergelar “ARUNG
LOMPENGENG” wilayah hukumnya 4 Wanua bawahan dan 27
30
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
lilirilau dari 7 Desa menjadi 9 Desa. Kemudian pada Tanggal 25 September 1989 pemekaran Desa untuk ketiga kalinya dalam Daerah Tk. II Soppeng dimana Kecamatan Lilirilau yang terdiri dari 9 Buah Desa menjadi 12 Buah Desa/Kelurahan.
B. Desa Abbanuange
1. Sejarah Singkat Nama Abbanuange
Nama Abbanuange berarti tempat berkumpul, bersatu. Dinamakan demikian menurut sejarahnya dikarenakan pada zaman dahulu desa Abbanuange dijadikan tempat berkumpul bagi orang-orang dari luar Abbanuange temasuk dari daerah yang berdekatan dengan Kabupaten Soppeng seperti Bone.
2. Letak Geografis
Desa Abbanuange merupakan salah satu Desa dari dua belas (12) desa yang ada di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng. Desa Abbanuange merupakan desa/kelurahan terluas di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng dengan total luas wilayah sebesar 29 km2 sedangkan
daerah dengan luas terkecil adalah Kelurahan Macanre yaitu 4 km2.
Selain itu, Desa Abbanuange merupakan desa dengan ketinggian tertinggi di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng yang berada pada ketinggian 70-155 meter di atas permukaan laut, sedangkan yang memilki ketinggian terendah adalah Kelurahan Cabenge, Kelurahan Pajalesang, Kebo, dan Macanre yang memilki ketinggian berkisar antara 10-30 meter di atas permukaan laut. Berikut ini perbandingan ketinggian tiap-tiap desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng sebagai berikut.
Desa/Kelurahan Ketinggian
Pajalesang 10-30
Cabenge 10-30
Paroto 10-130
Palangiseng 40-90
Tetewatu 50-150
31
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Parenring 50-150
Ujung 10-50
Masing 45-100
Baringeng 15-105
Kebo 10-30
Macanre 10-30
Jarak terdekat ke ibukota Kecamatan adalah Kelurahan Pajalesang dan Cabenge yaitu 1 km sedangkan desa yang memilki jarak terjauh ke Ibukota Kecamatan adalah Desa Palangiseng yaitu 22 km. Sementara Desa Abbanuange memilki jarak kedua terjauh setelah Desa Palangiseng yaitu 21 km. Berikut tabel perbandingan jarak masing-masing Desa/Kelurahan ke Ibukota Kecamatan sebagai berikut.
Desa/Kelurahan Jarak Ke (Km)
Ibukota Kec Ibukota Kab
Pajalesang 1 12
Cabenge 1 13
Paroto 9 22
Palangiseng 22 34
Tetewatu 15 21
Abbanuange 21 33
Parenring 11 19
Ujung 6 18
32
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
Baringeng 8 21
Kebo 8 21
Macanre 2 14
3. Pemerintahan
Dari delapan desa yang ada di Kecamatan Lilirilau, Desa Abbanuange memilki empat dusun dibandingkan desa-desa yang lain yang rata-rata terdiri dari dua dusun. Dimana masing-masing desa memilki badan Permusyawaratan Desa (BPD). Berikut struktur organisasi Pemerintahan Desa Abbanuange sebagai berikut.
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN
33
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
4. Jumlah Penduduk
Tahun 2015 jumlah penduduk Desa Abbanuange berjumlah 3.363 yang terdiri dari 1.538 penduduk laki-laki dan 1.825 penduduk perempuan. Sementara jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng adalah Kelurahan Pajaleang sebanyak 5.320 jiwa sedngkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Desa Tetewatu sebanyak 1.542 jiwa. Berikut tabel perbandingan jumlah penduduk Desa?Kelurahan di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng sebagai berikut.
Desa/Kelurahan Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
Pajalesang 2.528 2.792 5.320
Cabenge 2.121 2.387 4.508
Paroto 1.171 1.130 2.501
Palangiseng 851 981 1.832
Tetewatu 717 825 1.542
Abbanuange 1.538 1.825 3.363
Parenring 937 1.023 1.960
Ujung 1.164 1.824 3.488
Masing 1.017 1.175 2.192
Baringeng 2.751 3.182 5.993
Kebo 1.307 1.640 2.947
Macanre 1.414 1.614 3.028
34
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
5. Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam pembangunan
bangsasehingga dalam pelaksanaannya harus didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Abbanuange yaitu adanya bangunan gedung sekolah berjumlah empat buah yaitu:
a. SDN 129 Abbanuange yang terletak di Dusun Abbanuange b. SDN 173 Tocampu yang terletak di Dusun Peppae c. SDN 252 Patiroi yang terletak di Dusun Berru d. SDN 131 Saleng yang terletak di dusun Saleng
Selain sarana dan prasarana pendidikan umum, di Desa Abbanuange juga terdapat sarana dan prasarana pendidikan agama berupa Taman Pengajian al-Qur’an (TPA) yaitu:
a. TPA Sipurioe, b. TPA Sipurennue c. TPA at-Taubah
Selain kedua TPA tersebut, masih ada beberapa TPA yang bersifat tradisional atau belum terdaaftar di pemerintahan.
6. Kesehatan
Sarana dan prasrana kesehatan di Desa Abbanuange hanya memilki sebuah Puskesmas yaitu Puskesmas Cakkuridi yang berlokasi di Dusun Abbanuange. Sarana dan prasarana kesehatan ini masih tergolong minim dikarenakan dengan luas wilayah paling luas di Kecamatan Lilirilau, seharusnya Desa Abbanuange memilki lebih dari satu sarana dan prasarana kesehatan mengingat akses menuju puskesmas Cakkuridi masih tergolong jauh dari tiga dusun yang ada di desa Abbanuange. Sementara menurut Data Statistik Daerah Lilirilau tahun 2016 menyatakan bahwa infeksi saluran pernapasan merupakan penyakit yang banyak di derita masyarakat di kecamatan Lilirilau. Berdasarkan hal ini seharusnya fasilitas kesehatan di Desa Abbanuange dapat ditambah, minimal tersedianya fasilitas pertolongan pertama sebelum akhirnya penderita penyakit dibawa ke fasilitas kesehatan yang memadai baik dari segi peralatan maupun tenaga kesehatannya.
7. Pertanian dan Perdagangan
35
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
36
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
BAB IV
DESKRIPSI DAN HASIL PEMBERDAYAAN DI DESA ABBANUANGE
A. Kerangka Pemecahan Masalah
Dalam mempermudah analisis terhadap satu per satu permasalahan desa dapat dilakukan dengan menggunakan metode Analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, and Threats). Metode analisis SWOT adalah metode praktis yang digunakan untuk mencari tahu kekuatan, kelemahan, kesempatan dan hambatan dari setiap permasalahan. Dalam suatu permasalahan, dapat digali kekuatan atau potensi yang sudah dimiliki, kemudian dicari kelemahan yang ada sehingga hal tersebut menjadi suatu permasalahan. Lebih jauh lagi, upaya pemecahan masalah digali melalui kesempatan atau dukungan suportif yang dimiliki serta meluruskan hambatan yang ada. Penjelasan permasalahan desa melalui metode analisis SWOT akan diuraikan per dusun atau perlokasi binaan KKN, yaitu :
Matrik SWOT 01 Bidang Keagamaan
Strenghts Weakness Opportunities Threats
Masyarakat
program Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah di Masjid
37
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
B. Bentuk dan Hasil Pelayanan dan Pengabdian ke Masyarakat
Bidang Keagamaan
Nama Kegiatan Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah
Tempat / Tanggal Di Masjid Nuruttqawa, Kampung Tengah, Dusun Abbanuange, Desa Abbanuange, 1 x Selama KKN
Lama pelaksanaan 1 x selama KKN
Tim Pelaksana Penanggung Jawab : Muh Nur Alim
Tompo dan Nur Almaidah Tul Jannah
Kontributor : Seluruh Anggota
Kelompok
Tujuan Memberikan pemahaman kepada
masyarakat tentang pentingnya pelaksanaan penyelenggaraan jenazah sebagai salah satu kewajiban sesame manusia.
Sasaran Masyarakat Desa Abbanuange secara
keseluruhan
Target Masyarakat Desa Abbanuange memahami
tata cara penyelenggaraan jenazah dengan baik dan benar sesuai tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits Rasulullah saw
Deskripisi Kegiatan
Kegiatan ini bersifat temporer yang dilaksanakan satu kali selama masa KKN
Hasil Kegiatan 1 x proses kegiatan penyuluhan tata cara penyelenggaraan jenazah selama KKN berlangsung
C. Faktor-Faktor Pencapaian Hasil
38
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
pendorong dan penghambat jalannya program pelayanan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Abbanuange di antaranya :
1. Faktor Pendorong
a. Dana dari iuran mahasiwa KKN dan sumbangan para donatur b. Antusiasme masyarakat Desa Abbanuange yang tinggi
c. Kurangnya pemahaman masyarakat yang terkait
penyelenggaraan jenazah di Desa Abbanuange.
d. Tidak adanya kelompok yang bertugas memandikan jenazah di Desa Abbanuange.
e. Budaya masyarakat yang mengetahui agama, meski masih kurang mengamalkannya
f. Masih sedikitnya masyarakat yang memperhatikan tata cara penyelenggaraan
2. Faktor Penghambat
Dalam menjalankan beberapa program kerja selama ber KKN, ada beberapa hambatan mendasar yang kami hadapi, antara lain :
a. Kurangnya koordinasi dengan setiap RT dari masing-masing RW. Sebagian besar masyarakat terkesan sangat cuek dengan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
b. Kurangnya sosialisasi dalam setiap kegiatan antara RT dan RW serta kepala desa
c. Kurangnya partisipasi masyarakat, khususnya pemuda dalam pelaksanaan program kerja KKN
d. Masih kurangnya kesadaran betapa pentingnya tata cara penyelenggaraan jenazah
e. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk terus
mempelajari tata cara penyelenggaraan jenazah yang baik dan benar
f. Sulitnya menjalin silahturahmi kepada warga setempat dikarenakan mayoritas warga setempat memiliki pekerjaan sebagai petani kebun dengan waktu kerja dari pagi-sore.
39
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
40
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) Merupakan bentuk pengabdian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar kepada masyarakat Desa Abbanuange, Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng.Program yang dilaksanakan merupakan kegiatan yang berdasarkan hasil survei dan potensi serta permasalahan yang ada di lokasi KKN. Program tersebut berkontribusi aktif dalam penyelaesaian masalah desa yaitu memberikan pemahaman kepada masyarakat tata cara penyelenggaraan jenazah, Mahasiswa KKN telah memberi dampak positif terhadap masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan masalah yang telah diidentifikasi.
A. Rekomendasi/Saran
Berdasarkan kegiatan mahaiswa KKN yang telah dilakukan maka kami telah .merekomendasikan beberapa hal terhadap pihak-pihak tertentu.
1. Rekomendasi untuk pemerintah setempat
a. Pemerintah Desa lebih memperhatikan masalah yang berhubungan dengan keagamaan meskipun tidak menjadi program kerja pemerintah secara structural tetapi hal ini menyangkut hak dan kewajiban terhadap sesama manusia.
b. Masih dibutuhkannya bimbingan untuk memberikan
pencerahan kepada masyarakat mengenai tata cara penyelenggaraan jenazah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits Rasulullah saw..
c. Disarankan kepada pemegang kebijakan untuk tetap mengadakan kegiatan serupa agar pemahaman masyarakat menjadi kuat sehingga apabila terjadi peristia kematian, masyarakat sudah paham apa yang harus dilakukan.
d. Pemerintah Desa seharusnya mampu membuka paradigma masyarakat tentang pentingnya tata cara penyelenggaraan jenazah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan
41
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
2. Rekomendasi untuk Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M)
a. Masih terdapat beberapa yang ingin dibenahi dan jadi bahan
pembelajaran bagi mahasiswa maka kami
merekomendasikan agar desa ini tetap menjadi desa binaan UIN Alauddin Makassar terkhusus pada Desa Abbanuange sebaiknya penempatan mahasiswa KKN sebaiknya lebih banyak porsi mahasiswa yang sesuai dengan jurusan-jurusan keagamaan.
b. Untuk kegiatan KKN selanjutnya diharapkan program tersebut dijadikan program pokok oleh UIN Alauddin bersama program yang lain.
3. Rekomendasi Untuk Pengabdi Selanjutnya
42
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
LAMPIRAN
43
Puncak Tertinggi Kampoeng Abg 70-155 Mdpl
PROGRAM KERJA
JUM’AT BERSIH
Di Susun Oleh:
ADRIANSYAH ARIFIN. S
NIM: 10200113180
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
ASWIRA
NIM: 40300113133
JURUSAN SASTRA INGGRIS
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
KKN UIN ALAUDDIN MAKASSAR ANGKATAN 54
DESA ABBANUANGE KEC. LILIRILAU KAB. SOPPENG