• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi

Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan lahan pertanian yaitu penggunaan lahan tegalan, sawah, kebun,

Tabel 4 Jenis tutupan lahan dan vegetasi dan luas petak penelitian

No Jenis tutupan Lahan Jenis Vegetasi Luas Petak

Ukur

1 Kebun Sawit 1 Sawit (Elaeis guineensis) 400 m²

2 Kebun Sawit 2 Sawit (Elaeis guineensis) 400 m²

3 Mangrove 1 Api-api (Avicennia sp) 100 m²

Bakau (Rhizopora sp)

4 Mangrove 2 Api-api (Avicennia sp) 100 m²

Bakau (Rhizopora sp)

5 Kebun campuran 1 Angsana (Pterocarpus indica) 400 m²

Kelapa (Cocos nucifera)

Ketapang (Terminalia catapa)

Pinang (Areca catechu)

Pisang (Musa paradisiaca)

Sasuwar (Vitex cofassus)

6 Kebun campuran 2 Kemiri (Aleurites moluccana) 400 m²

Coklat (Theobroma cacao)

Pisang (Musa paradisiaca)

Nangka (Artocarpus heterophyllus)

Aren (Arenga pinnata)

Rambutan (Nephelium lappaceum)

7 Hutan campuran 1 Kemiri (Aleurites moluccana) 400 m²

Gmelina (Gmelina arborea)

Eukaliptus (Eucalyptus sp)

8 Hutan campuran 2 Durian (Durio zibethinus) 400 m²

Coklat (Theobroma cacao)

Gamal (Glyricidia sepium)

Meranti (Shorea sp)

Coklat (Theobromaz cacao)

Jumlah 2602 m²

9 Tegalan Jukut pahit (Coelorachis glandulosa) 1 m²

Paku uban (Nephrolepis biserrata)

(2)

padang rumput, hutan, padang alang–alang dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian yaitu penggunaan lahan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi, pertambangan dan sebagainya.

Tabel 5 Luas tutupan lahan di wilayah mamuju utara

No Jenis Tutupan Lahan Luas (Ha)

1 Hutan campuran 149.229,10

2 Mangrove 289,49

3 Tegalan/Ladang 27.678,40

4 Rawa 1.208,31

5 Kebun Campuran (Agroforestry) 60.315,66

6 Perkebunan sawit 56.997,79

Jumlah 295.718,79

5.2 Kandungan Karbon Pada Penggunaan Lahan

Setiap penggunaan lahan memiliki kandungan karbon yang berbeda-beda. Adapun kandungan karbon yang didapatkan pada beberapa jenis tutupan lahan pada penelitian ini yaitu pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah karbon pada tiap tutupan lahan

No Jenis Penutupan Lahan C tersimpan (ton/ha) Tegakan Tumbuhan Bawah Total 1 Kebun Sawit 1 267,22 4,88 272,10 2 Kebun Sawit 2 993,09 4,72 997,81 3 Mangrove 1 86,67 0,00 86,67 4 Mangrove 2 48,71 0,00 48,71 5 Kebun campuran 1 39,38 4,51 43,89 6 Kebun campuran 2 96,52 4,90 101,42 7 Hutan campuran 1 150,03 4,40 154,43 8 Hutan campuran 2 507,39 3,99 511,38 9 Tegalan 0,00 4,90 4,90 10 Rawa 0,00 7,90 7,90

Dari jumlah perhitungan karbon yang dilakukan dapat ditemukan bahwa kebun sawit 2 memiliki kandungan karbon terbesar.Namun hasil ini jika dibandingkan dengan kualitas tanah yang terdapat dilahan tersebut berbanding

(3)

terbalik. Kandungan C dan N pada kebun sawit 2 ini termasuk kategori rendah. Untuk unsur-unsur tanah yang lain akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

5.3 Kondisi Tapak

Kondisi tapak yang di teliti dalam penelitian ini meliputi kondisi tanah yaitu beberapa sifat fisik dan kimia tanah, dan kondisi topografi yang meliputi kemiringan dan ketinggian lokasi penelitian.

5.3.1 Sifat-sifat Tanah

Sifat-sifat tanah terbagi atas 2 bagian yaitu sifat fisik tanah dan sifat kimia tanah.

5.3.1.1 Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah yang dianalisis adalah tekstur tanah.

5.3.1.1.1 Tekstur Tanah

Tekstur tanah merupakan perbandingan kandungan partikel tanah yang terdiri dari pasir, debu, dan liat. Setiap lokasi memiliki jenis tekstur tanah yang berbeda tergantung dari persentase kandungan partikel tanah. Persentase kandungan partikel tanah lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Tekstur tanah

Jenis tutupan lahan Tekstur tanah (%)

Pasir Debu Liat

Tanah sawit 1 10 64 26

Tanah sawit 2 15 33 52

Tanah Mangrove 1 30 49 21

Tanah mangrove 2 21 46 33

Tanah Kebun campuran 1 28 45 27

Tanah Kebun campuran 2 12 40 48

Tanah Hutan campuran 1 27 38 35

Tanah Hutan campuran 2 37 37 34

Tanah Tegalan 39 25 18

(4)

Berdasarkan persentase kandungan pasir, debu, dan liat tekstur tanah perkebunan sawit 1, hutan alam 1, hutan mangrove 2 dan hutan alam 2 bertekstur sedang tapi agak halus yaitu lempung berliat. Perkebunan sawit 2 termasuk bertekstur halus yaitu liat. Hutan mangrove 1 bertekstur sedang yaitu lempung berpasir.Kebun campuran 1 memiliki tekstur sedang berupa lempung. Kebun campuran 2 memiliki tekstur halus berupa liat berdebu. Pada tegalan memiliki tekstur sedang tetapi agak kasar berupa lempung berpasir dan pada rawa memiliki tanah bertekstur sedang tetapi agak halus berupa lempung liat berpasir. Penentuan tekstur didasarkan pada segitiga teksur yang berisi proporsi persentase partikel tanah (Darusman 1989). Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan tanah dalam penyerapan air dan unsur hara.

Tanah yang baik adalah tanah yang memiliki tekstur sedang. Tekstur tanah yang kasar atau agak kasar mempunyai pori makro yang lebih banyak sehingga sulit untuk menahan air, sedangkan tekstur tanah halus mempunyai pori mikro yang lebih banyak serta mempunyai luas permukaan yang besar sehingga dapat menyulitkan penyerapan air.

Pada kebun sawit 2 yang memiliki tekstur tanah halus dimana tekstur ini kurang baik bagi tanaman namun memiliki diameter pohon yang besar dibandingkan dengan tutupan lahan yang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh umur tanaman dan jenis vegetasinya.

5.3.1.2 Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dianalisis adalah pH, C-organik, N, C/N,P2O5, K2O,

Ca, dan Mg. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 2.

5.3.1.2.1 Reaksi Tanah (pH Tanah)

Nilai pH dapat digunakan sebagai indikasi kesuburan kimiawi tanah, karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. Dari kesepuluh tutupan lahan hutan alam 1 dan perkebunan sawit 2 memiliki pH tanah terkecil yaitu 4,4, sedangkan kandungan pH terbesar dimiliki oleh hutan mangrove 1 dengan besar pH 6,1. pH pada perkebunan sawit dan hutan alam lebih basa dapat diakibatkan tanah didaerah tersebut lebih kering dibandingkan

(5)

dengan hutan mangrove 1, karena pada umumnya kandungan OHˉ lebih tinggi dari ion H+. Kandungan pH tahan keseluruhan tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Kandungan pH tanah

No Jenis tutupan Lahan pH(H2O)

1 Kebun Sawit 1 5,40 2 Kebun Sawit 2 4,40 3 Mangrove 1 6,10 4 Mangrove 2 6,00 5 Kebun campuran 1 5,90 6 Kebun campuran 2 5,90 7 Hutan campuran 1 4,40 8 Hutan campuran 2 5,00 9 Tegalan 4,80 10 Rawa 5,00

Menurut Hardjowigeno (2003), pada umumnya pH tanah berkisar antara 3,0 – 9,0. Unsur hara lebih mudah diserap akar tanaman pada pH netral, selain itu pada pH netral kandungan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman juga tersedia dalam jumlah yang banyak.

Pada kebun sawit 2 yang memiliki jumlah karbon total terbesar memiliki nilai pH yang sangat asam. Namun pada kenyataanya tanaman sawit dapat hidup pada tanah yang sangat asam.

5.3.1.2.2 C-Organik

C-Organik merupakan penyusun utama bahan organic yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengaruhnya terhadap kesuburan tanah. Sehingga, ketersediaan C-Organik harus tetap dipertahankan agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak berkurang. Berdasarkan lampiran 2 hutan alam 2 memiliki C-Organik terkecil dengan nilai 0,56 termasuk pada kategori sangat rendah sedangkan, nilai C-Organik terbesar dengan nilai 10,93 terdapat pada jenis tutupan lahan berupa rawa. Nilai C-Organik terkecil pada hutan alam 2 dapat diakibatkan oleh kerusakan tanah yang dilakukan oleh

(6)

manusia seperti eksploitasi oleh manusia terhadap lahan tersebut. Kandungan C-organik pada kesepuluh lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kandungan C-organik tanah

No Jenis tutupan Lahan C-Organik(%)

1 Kebun Sawit 1 3,12 2 Kebun Sawit 2 1,43 3 Mangrove 1 6,33 4 Mangrove 2 6,76 5 Kebun campuran 1 1,09 6 Kebun campuran 2 2,14 7 Hutan campuran 1 1,51 8 Hutan campuran 2 0,56 9 Tegalan 0,94 10 Rawa 10,93

Kebun sawit 2 sebagai tutupan lahan yang memiliki karbon total terbesar memiliki kandungan C-Organik dalam kategori rendah. Hal ini dapat disebabkan kondisi tanah pada kebun sawit 2 yang memiliki tekstur halus sehingga sulit untuk menyimpan air.

5.3.1.2.3 N-Total

Jumlah N-Total terbesar adalah pada rawa dengan persentase sebesar 0,60 persen. Sedangkan nilai N-Total terkecil terdapat pada hutan alam 2 dengan persentase sebesar 0,05% . Hal ini disebabkan karena kandungan bahan organik yang dimiliki oleh rawa lebih tinggi dibanding tutupan lahan yang lain.

Tabel 9 Kandungan N-Total tanah

No Jenis tutupan Lahan N-Total(%)

1 Kebun Sawit 1 0,24 2 Kebun Sawit 2 0,12 3 Mangrove 1 0,19 4 Mangrove 2 0,32 5 Kebun campuran 1 0,09 6 Kebun campuran 2 0,19 7 Hutan campuran 1 0,12 8 Hutan campuran 2 0,05 9 Tegalan 0,07 10 Rawa 0,60

(7)

Pada kebun sawit 2 yang memiliki karbon total tebesar, kandungan N-total yang dimiliki hanya sebesar 0,12% dimana nilai tersebut termasuk dalam kategori rendah. Menurut Mengel dan Kirkby (1978), unsur N berkolerasi sangat erat dengan perkembangan jaringan meristem, sehingga sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Namun pada kebun sawit 2 ini tanaman sawit memiliki diameter yang cukup besar, ini dapat dikarenakan pada saat penanaman lahan ini diberikan pupuk yang cukup namun ketika contoh tanah ini diambil lahan kebun sawit ini tidak lagi diberikan pupuk sehingga menyebabkan berkurangnya unsur N yang dimiliki. Kandungan N-Total kesepuluh tutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 9.

5.3.1.2.4 P (P2O5)

Pada penelitian diperoleh nilai P2O5 terbesar pada jenis tutupan lahan

mangrove 1 sebesar 140 mg/100g yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, sebab P tersedia dalam jumlah yang optimal pada pH diatas 6,0 (Foth 1988). sedangkan tutupan lahan berupa rawa memiliki nilai P2O5 sebesar 26 mg/100g

yang termasuk dalam kategori sedang. Sedikitnya unsur P2O5 pada tanah rawa ini

dapat diakibatkan terjadinya fiksasi oleh Al yang banyak terkandung dalam tanah masam rawa.

Tabel 10 Kandungan P (P2O5) tanah

No Jenis tutupan Lahan P (P2O5)

(mg/100g) 1 Kebun Sawit 1 106 2 Kebun Sawit 2 29 3 Mangrove 1 140 4 Mangrove 2 58 5 Kebun campuran 1 114 6 Kebun campuran 2 61 7 Hutan campuran 1 47 8 Hutan campuran 2 62 9 Tegalan 40 10 Rawa 26

Pada tutupan lahan kebun sawit 2 yang memiliki karbon total terbesar

(8)

kategori sedang. Dengan nilai P2O5 ini sudah cukup oleh tanaman sawit di lokasi

ini karena tidak dapat ditemukan gejala-gejala kekurangan unusr P pada tanaman. Kandungan P2O5 pada kesepuluh tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada

Tabel 10.

5.3.1.2.5 K (K2O)

Kalium merupakan salah satu unsur yang cukup tinggi dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi ketersediaan kalium pada tanah adalah pH tanah. Berdasarkan Foth (1988) kalium tersedia dalam jumlah yang cukup pada pH diatas 6,0. Dari kesepuluh tutupan lahan kedua lokasi hutan mangrove memiliki kadar K yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan kedua tutupan lahan tersebut memiliki pH 6,0 dan 6,1 yang sangat cocok dengan unsur kalium ini.

Tabel 11 Kandungan K (K2O) tanah

No Jenis tutupan Lahan K (K2O) (mg/100g) 1 Kebun Sawit 1 17 2 Kebun Sawit 2 5 3 Mangrove 1 341 4 Mangrove 2 387 5 Kebun campuran 1 44 6 Kebun campuran 2 84 7 Hutan campuran 1 6 8 Hutan campuran 2 66 9 Tegalan 150 10 Rawa 9

Pada kebun sawit 2 yang memiliki jumlah karbon total terbesar memiliki nilai unsur kalium yang kecil hal ini disebabkan pH pada tutupan lahan ini masam. Kandungan K pada kesepuluh tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 11.

5.3.1.2.6 Kalsium (Ca)

Pada kesepuluh tutupan lahan ditemukan ketersediaan kalsium yang sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh kondisi tanah yang masam dengan pH yang

(9)

rendah (Foth 1988). Kandungan kalsium yang cukup tersedia pada kisaran pH 7,0–8,5 dan kandungan kalsium menurun pada pH kurang dari 7,0 serta lebih tinggi dari 8,5 , jika dibandingkan dengan lokasi tutupan lahan lainya lokasi kebun sawit 1 memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi sebab pada tanah sawit 1 masih terdapat mineral-mineral primer yang dapat menghasilkan kalsium dalam bentuk Ca2+. Kandungan kalsium pada kebun sawit 1 termasuk kriteria rendah (2–5 m%), sedangkan pada jenis tutupan lahan yang lain termasuk pada kategori rendah yaitu kurang dari 2 Ca(%). Kandungan Kalsium pada kesepuluh tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Kandungan Kalsium (Ca) tanah

No Jenis tutupan Lahan Ca(%)

1 Kebun Sawit 1 4,04 2 Kebun Sawit 2 0,01 3 Mangrove 1 0,40 4 Mangrove 2 0,34 5 Kebun campuran 1 0,17 6 Kebun campuran 2 0,44 7 Hutan campuran 1 0,01 8 Hutan campuran 2 0,12 9 Tegalan 0,05 10 Rawa 0,66 5.3.1.2.7 Magnesium (Mg)

Magnesium juga termasuk unsur yang berasal dari mineral-mineral tanah

yang dikeluarkan dalam bentuk Mg+. Kandungan magnesium pada tutupan lahan

hutan campuran 2 lebih tinggi dibanding kesepuluh tutupan lahan yang lainya. Hal ini dapat disebabkan tanah pada hutan campuran 2 masih mengandung banyak mineral-mineral tanah. Kandungan Mg pada hutan alam 2 termasuk dalam

kategori rendah yaitu berkisar dari 0,1−2,1 Mg(%), sedangkan kandungan Mg

pada tutupan lahan yang lain juga tidak jauh berbeda terletak pada kategori rendah dan sangat rendah. Secara keseluruhan kandungan magnesium termasuk kurang, karena magnesium tersedia cukup pada pH 6,5−9,0 (Foth 1988).

(10)

Tabel 13 Kandungan Magnesium (Mg) tanah

No Jenis tutupan Lahan Mg(%)

1 Kebun Sawit 1 0,18 2 Kebun Sawit 2 0,10 3 Mangrove 1 0,78 4 Mangrove 2 0,68 5 Kebun campuran 1 0,66 6 Kebun campuran 2 0,60 7 Hutan campuran 1 0,14 8 Hutan campuran 2 0,79 9 Tegalan 0,55 10 Rawa 0,26

Pada tutupan lahan kebun sawit 2 yang memiliki jumlah karbon total terbesar, kandungan magnesium yang dimiliki hanya sebesar 0,10 Mg(%) termasuk dalam kategori sangat rendah. Kandungan Mg pada kesepuluh tutupan lahan yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 13.

5.3.2 Topografi

Topografi yang di teliti dalam penelitian ini mencakupi kemiringan lahan dan ketinggian tempat penelitian pada kesepuluh tutupan lahan tersebut. Dari kesepuluh tutupan lahan, tutupan lahan berupa hutan campuran 2 memiliki nilai lereng terbesar yaitu 35%. Berdasarkan klasifikasi Arsyad (2010) nilai tersebut termasuk dalam kategori yang agak curam. Semakin besar kemiringan lereng semakin menunjukan daerah tersebut mudah mengalami erosi.

Pada kebun sawit 2 yang memiliki karbon total terbesar, memiliki kemiringan lereng sebesar 9% yang termasuk kategori landau dan berombak. Dengan kondisi kemiringan seperti ini dalam kesesuaian lahan untuk tanaman sawit termasuk dalam kelas lahan S3.

Ketinggian tempat lokasi penelitian cukup rendah karena lokasi penelitian di lakukan pada daerah tepi pantai. Lokasi yang memiliki ketinggian tempat yang paling tinggi yaitu hutan alam karena lokasi ini terletak pada topografi yang berbukit-bukit.

(11)

5.4 Metode statistik

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan berupa analisis peubah ganda atau yang biasa disebut dengan metode Biplot. Hasil analisis biplot dapat dilihat dari gambar di bawah. Jika kita perhatikan ada 4 kelompok tekstur tanah yang terbentuk : lempung berliat dan lempung berpasir di kelompok pertama; liat berdebu dan lempung di kelompok kedua; liat di kelompok ketiga; dan lempung liat berpasir di kelompok ke empat.

Kedekatan antar objek yang terlihat pada gambar 5, informasi ini dapat dijadikan panduan objek mana yang memiliki kemiripan karakteristik dengan objek tertentu. Dalam kasus ini, ketika ingin melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah total karbon, maka bisa dilihat dari faktor-faktor yang memiliki kedekatan dengan total karbon (Y). Dari gambar di bawah dapat dilihat bahwa hanya nitrogen (N) dan karbon (C) yang memiliki kedekatan dengan total karbon (Y), hal ini dilihat dari kemiringan sudut N dan C terhadap Y. Dari sini dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi jumlah total karbon (Y) adalah nitrogen (N) dan karbon (C).

3 2 1 0 -1 -2 -3 3 2 1 0 -1 -2 -3 First Component Se co nd C om po ne nt Y Mg Ca K20 P205 C/N N C PH Ketinggian Lereng

Gambar 5 Hasil pengolahan metode Biplot

Lempungliatberpasir Liat Liatberdebu Lempung Lempunglberliat Lempunglberpasir

(12)

Dilihat dari tekstur tanah, tanah liat dan tanah lempung liat berpasir cenderung untuk menghasilkan karbon lebih banyak dibandingkan dengan jenis tanah yang lain. Tanah liat berdebu dan tanah lempung memiliki potensi untuk

memproduksi Mg dan P2O5dan mengandung pH yang lebih besar. Tanah

lempung berliat dan lempung berpasir memiliki potensi untuk memproduksi Ca, C/N dan K2O. Ca memiliki panjang vektor yang lebih pendek artinya Ca memiliki

keragaman yang kecil sehingga dapat disimpulkan bahwa semua jenis tekstur tanah mengandung Ca.

Gambar

Tabel 4  Jenis tutupan lahan dan vegetasi dan luas petak penelitian
Tabel 5  Luas tutupan lahan di wilayah mamuju utara
Tabel 6  Tekstur tanah
Tabel 8  Kandungan C-organik tanah
+2

Referensi

Dokumen terkait

juga sebagai sistem pendidikan yang asli (indigenous) di Indonesia. Indigenousitas pesantren kontras berbeda dengan praktik pendidikan pada institusi pendidikan pada

Syukur Alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat serta izinnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

Subyek penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti akan memfokuskan penelitiannya

Pengaruh pergerakan itu hingga sekarang berpengaruh yang terlembaga dalam organisa- si massa Islam dengan berbagai macam orien- tasinya, seperti akhir-akhir ini muncul dengan

Industri Kecil dan Menengah melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (One Village One Product - OVOP) di Sentra.Peraturan tersebut memuat penjelasan secara teknis terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang dapat

Mengenai hal ini, apa yang telah dilaku- kan oleh pemerintah Iran bisa dijadikan bahan kajian yang tepat, yaitu karena konsekuensi atas pelarangan perkawinan sesama

Raswandi Guru Pembina SMP Karya Bakti Jati Lawang Kab.. Banyumas