• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN AKTIVIS DAKWAH SEKOLAH DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA (STUDI ROHIS SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG) - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN AKTIVIS DAKWAH SEKOLAH DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA (STUDI ROHIS SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG) - Raden Intan Repository"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

YULIANA NPM: 1411010419

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

YULIANA NPM: 1411010419

Jurusan: Pendidikan Agama Islam

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd Pembimbing II : Dr. Hj. Rumadani Sagala, M.Ag

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(3)

iii Oleh: YULIANA

Pembinaan terhadap remaja sebagai iron stock (cadangan masa depan) serta

agen of change (generasi pengganti) dengan pembina an akhlak dan pengetahuan keislaman adalah kunci sukses suatu Negara. Pembinaan akhlak bagi para remaja perlu dirumuskan dalam berorientasi pada pendekatan psikologi perkembangan yang serasi dengan karakteristik yang dimiliki remaja. Diharapkan remaja akan termotivasi untuk mengenal akhlak yang baik dalam bentuk yang sebenarnya, yaitu dengan ajaran agama yang mengandung nilai-nilai ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia dan bertumpu pada pembentukan sikap akhlak yang mulia.

Sementara Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS) merupakan alumni Rohis SMA 8 Bandar Lampung yang kembali kesekolahnya untuk berkontribusi dalam dakwah sekolah, mereka itulah yang membina serta membimbing remaja SMA Negeri 8 Bandar Lampung di ROHIS menuju Akhlak yang lebih baik.

Selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, interview dan dokumentasi. Dalam analisis data digunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang menekankan pada makna penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu) serta menggambarkan mengenai objek yang sedang diteliti.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan mengenai pembinaan akhlak yang dilakukan oleh Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan TKS) Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung.

Memerhatikan penjelasan diatas, maka temuan yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan TKS) berperan dalam membina akhlak remaja dengan pembiasaan dan kegiatan amal produktif. Karena akhlak yang baik itu lahir dari pembiasaan dan kegiatan yang baik pula. Saran dalam penelitian ini adalah Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan TKS), guru pembina untuk meningkatkan pembinaan dan kegiatan-kegiatan yang dapat membentuk akhlak yang baik.

(4)
(5)
(6)

vi



Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan

Dia banyak menyebut Allah.

(QS. Al-Ahzab:21)1

1

(7)

vii

Alhamdulillahirobbil’alamiin, denganpenuh rasa syukurkepada Allah SWT,

skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Bapakku tercinta Was Maulana dan mamahku tercinta Siti Zubaidah yang terus

mendo’akan tiada henti serta memberikan semangat, memberikan dukungan

secara moril dan materil.

2. Kakak-kakakku tercinta, Diana, Aa Ndut, Nanang, Rahman, Sri Wahyuni, Winda

Agustina, Dede Sofian Hadi, dan adik tercinta M.Adya Hidayatullah yang

senantiasa memberikan Taujih, motivasi dan semangatnya demi tercapai cita-citaku.

3. Paman, bibi, uwa dari pihak bapak dan mamah yang selalu memberikan

semangatnya.

4. Para sepupu dan keponakanku yang senantiasa memberikan semangatnya.

5. Semua guru-guruku dari SD Negeri 3 dan SD Negeri 1 Keteguhan, SMP Negeri

6 Bandar Lampung, SMA Negeri 8 Bandar Lampung, yang memberikan

motivasi dan ilmunya sehingga menjadi seperti sekarang ini.

(8)

viii

saya dengan sabar sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman sekolahku dari SD sampai SMA yang telah memerikan

semangatnya.

10. Murid-murid PPLku dari MA Muhammadiyah dan Adik-adik Rohis SMA

Negeri 8 Bandar Lampung yang telah memberikan semangat dan motivasinya.

11. Guru, Murid dan Wali Murid TK Islam Jerapah Kuning, Tutor dan TKS Rohis

SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang senantiasa memberikan semangatnya.

12. Teman-temanku Lismayana, Resti Nur Indah Oktafiani Putri, Sari Munah,

Septiana, Suseno, Nova Mutiara Dewi, Wika Apriliya, Yuniarti, Yuyun Yuniati

dan Zumrotus Solekha yang selama ini saling mendoakan, memberi semangat

dan motivasinya.

13. Teman-teman sekelasku PAI H 2014 selama lebih dari 3 tahun telah kita lalui

suka dan duka bersama dan saling mendoakan.

14. Teman-teman Kelompok 38 KKN Sidomulyo dan PPL Muhammadiyah yang

telah memberikan semangatnya.

15. Driver gojek tradisional dari semester awal dan driver Ojesa (Ojek Salimah)

khususnya Mbak Juliantika dan Ummi Ira yang telah membantu dalam proses

(9)

ix

Yuliana dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Juli 1995.

Buahcintadaripasangan Was MaulanadanSitiZubaidah, yang merupakananak ke-7

dari 8 bersaudara.Pendidikan SD di tempuh di SD Negeri 3 dan SD Negeri 1

Keteguhanselama 6 tahundari 2002-2008. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 6

Bandar Lampung selama 3 tahun dari 2008-2011 dan melanjutkan ke SMA Negeri 8

Bandar Lampung Dari 20011-2014, selama di SMA penulis aktif mengikuti ekstra

kulikuler Rohani Islam (ROHIS) dan aktif selama 2 tahun. Pada tahun 2014 penulis

melanjutkan Pendidikan S1 ke Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan

Lampung selama 3,10 tahun (2014-2018).

Penulis pun di Perguruan tinggi mengikuti organisasi Internal BAPINDA dan

organisasi eksternal KAMMI. Penulis juga aktif bergabung dalamorganisasi Dakwah

Sekolah di bawah naungan Yayasan Tunas Lampung (YASLAM) dan Forum

Kerjasama Alumni Rohis (FKAR) hingga sekarang. Penulis pun menjadi Tenaga

(10)

x

memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingganya skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rosululloh SAW serta

keluarga dan para sahabatnya. Semoga kita selalu diberikan kemamapuan untuk

menjalankan sunnah sunnahnya dalam kehidupan, sehingganya sebab itulah kita

mendapatkan syafaatnya di yaumilakhir kelak.

Skripsi ini berjudul “Peran Aktivis Dakwah Sekolah Dalam Membina

Akhlak Remaja (Studi ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung)”. Diajukan untuk

Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penuli ssadar bahw atanpa bantuan dari

berbagai pihak mungkin tidak akan terselesaikan.Untu k itu penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Raden Intan Lampung dan selaku Pembimbing I yang selalu

memberikan arahannya .

2. Dr. Imam Syafe’i, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(11)

xi

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menimba ilmu di

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

5. Kepala Perpustakaan UIN Raden Intan Lampung serta staf yang telah

meminjamkan buku guna terselesaikannya skripsi ini.

6. Dra. Hj. Zusmizawati, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Bandar

Lampung, Juli Sazali, S.Pd Selaku Waka SMA Negeri 8 Bandar Lampung,

Siti Sunia, S.Pd selaku Pembina Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung,

Muarif, S.Pi Selaku Ketua Tim Kerjasama Sekolah (TKS) dan Derian

Kusuma selaku ketua Tim Kerjasama Sekolah (TKS) yang baru di Rohis

SMA Negeri 8 Bandar Lampung, Para Tutor Rohis SMA Negeri 8 Bandar

Lampung dan Segenap Keluarga Besar Rohis SMA Negeri 8 Bandar

(12)

xii

rahmat-Nya kepada kita semua. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua,

khususnya pribadi. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam

penulisan skripsi ini.

Bandar Lampung, Juni 2018

(13)

xiii

ABSTRAK ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iv

HALAMAN PENGESAHAN...v

MOTTO ...vi

PERSEMBAHAN... vii

RIWAYAT HIDUP ...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Penegasan Judul...1

B. Alasan Memilih Judul...3

C. Latar Belakang Masalah ...3

D. Rumusan Masalah...14

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...15

BAB II TINJAUAN TEORI...16

A. Aktivis Dakwah Sekolah ...16

1. Pengertian Aktivis Dakwah Sekolah ...16

2. Tujuan Dakwah Sekolah...18

(14)

xiv

1. Pengertian Membina Akhlak ...31

2. Tujuan Membina Akhlak...34

3. Macam-Macam Akhlak (mulia) ...37

4. Metode Membina Akhlak Remaja...38

BAB III METODE PENELITIAN ...41

A. Pengertian Metode Penelitian...41

1. Jenis Penelitian...41

2. Sumber Data...42

3. Teknik Pengumpulan Data...42

4. Teknik Analisis Data...44

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA...48

A. Deskripsi Data...67

1. Hasil Obervasi ...67

2. Hasil Wawancara ...70

B. Analisis Data ...76

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP ...77

A. Kesimpulan ...77

B. Saran...78

C. Penutup...79

(15)

xv

membina remaja Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung ... 10

2. Jumlah remaja Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang

pernah pacaran, merokok dan malas dalam melaksanakan

sholat lima waktu (tidak full sholat lima waktu) kelas Xsampai

kelas XII... 11

3. Jumlah remaja SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang terbina di

(16)

xvi

8Bandar Lampung dari kelas X sampai kelas XII

2. Lembar jumlah Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan TKS) yang

membina di Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung

3. Lembar silabus kurikulum Halaqoh Rohis SMA Negeri 8

Bandar Lampung

4. Lembar mutaba’ah yaumiyah (evaluasi ibadah para binaan) 5. Lembar program kerja Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan

TKS dari bidang Presidium, bidang Pengembangan dan bidang

Pembinaan)

6. Lembar kerangka dokumentasi dan observasi

7. Lembar kerangka wawancara

8. Lembar surat Pra-Penelitian

9. Lembar surat Rekomendasi Pra-Penelitian

10. Lembar pengesahan proposal

11. Lembar surat permohonan penelitian (dari Dekan dan untuk ke

SMA Negeri 8 Bandar Lampung)

12. Acc Cover Skripsi

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

dijelaskan beberapa istilah pada judul Skripsi “Peran Aktivis Dakwah Sekolah Dalam

Membina Akhlak Remaja (Studi ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung)”.

1. Peran

Menurut Soerjono Soekanto peran adalah proses dinamis kedudukan (status).

Apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

dia menjalankan suatu peranan.1

Peran yang dimaksud dalam skripsi ini adalah peran dari Aktivis Dakwah

Sekolah (ADS) diantaranya, Murobbi atau Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS)

Rohis dalam membina Akhlak remaja Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung.

2. Aktivis Dakwah Sekolah

Aktivis Dakwah Sekolah adalah oang-orang yang aktif berdakwah dengan

menggunakan sarana yang ada di dalam sekolah.2

Yang dimaksud Aktivis Dakwah Sekolah (ADS) dalam skripsi ini adalah

Murobbi atau Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS) Rohis SMA Negeri 8 Bandar

Lampung.

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Baru,(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.212-213

2

(18)

3. Akhlak

Akhlak (Akhlak pada Allah, Akhlak pada diri sendiri, dan Akhlak pada

Sesama) Akhlak berasal dari bahasa Arab. Ia adalah bentuk jama‟ dari khuluq. Secara etimologi, khuluq berarti ath-thab‟u (karakter) dan as-sajiyyah (perangai).3 Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan pebuatan-perbuatan dengan

gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.4

Dengan demikian Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan sehingga menjadi

karakter yang melekat dalam diri manusia dan akan muncul dalam tindakan secara

spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu.5

Yang dimaksud dengan Akhlak dalam skripsi ini adalah mengenai perbuatan,

ucapan atau akhlak Remaja SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang akan diteliti.

4. Remaja

Remaja menurut Hasan Basri adalah mereka yang telah meninggalkan masa

kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung

jawab.6

Remaja adalah suatu usia di mana anak individu menjadi terintegritas ke dalam

masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa dirinya berada dibawah

tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.7

3

Ibrahim Bafadhol, Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam, (Jurnal Edukasi Islam Jurnal Pendidikan Islam Vol.06 No.12, Juli 2017),h.46

4

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LPPI, 2000), h. 2 5

M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern Membangun Karakter Generasi Muda, (Bandung: MARJA, 2013), h. 25

5

(19)

Yang dimaksud dengan Remaja dalam skripsi ini adalah siswa yang mengikuti

Rohis di SMA Negeri 8 Bandar Lampung.

Jadi, Peran Aktivis Dakwah Sekolah Dalam Membina Akhlak Remaja adalah

kedudukan seseorang (Tutor dan TKS) dalam menjalankan hak dan kewajibannya

untuk membina akhlak remaja (studi Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung).

B.Alasan Memilih Judul

1. Pembinaan tentang Akhlak menentukan kepribadian dalam tingkah laku remaja

untuk menjadi bekal dalam menghadapi masa depannya.

2. Remaja siswa masih banyak yang melakukan hal-hal yang tidak baik di lingkungan

sekolah dan mereka masih ada yang memiliki akhlak yang kurang baik, misalnya

malas sholat, kurangnya rasa malu ketika pernah berpacaran, merokok,

sehingganya perlu dibina untuk memperbaiki agar jauh lebih baik.

3. Membentuk dan mewujudkan Sumber Daya Manusia yang shalih, agar kedepan

remaja menjadi generasi yang Tsabat pada agamaNya tercermin dari perubahan akhlak yang baik.

C. Latar Belakang Masalah

Akidah merupakan fondasi kehidupan mukmin. Takaran kekuatan ruhiyah

seseorang ditentukan oleh tancapan akidah yang melekat di hatinya. Islam sebagai din

yang Syamil memiliki patokan karakter kepribadian penganutnya, yang tercermin dalam doktrin akidah, syariat maupun akhlak. Kita harus memiliki karakter yang kuat

7

(20)

dan jelas. Perwujudan karakter Muslim yang tampak di permukaan adalah ajaran

akhlak.8

Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari

kanak-kanak menuju dewasa, juga bisa dikatakan bahwa masa remaja adalah

perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Mereka ingin

berdiri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain termasuk orang tua, akan tetapi

mereka belum mampu bertanggung jawab dalam hal ekonomi dan sosial.9

Menurut Wida Az Zahida dalam bukunya Mentoring Fun (Panduan Asyik

Mentoring di Sekolah) remaja adalah masa peralihan anak-anak menuju dewasa.

Dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia belasan tahun. Pakar

psikologi Hurlock membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal dan

masa remaja akhir. Masa remaja awal pada usia 13 tahun hingga 17 tahun. Masa

remaja akhir yaitu usia sekitar 17 tahun sampai 18 tahun. Hurlock membedakan

menjadi masa remaja awal dan akhir karena pada masa remaja akhir individu telah

mencapai perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Sementara dari sudut

pandang muslim dijelaskan bahwa as-Syaikhani (Bukhori-Muslim) meriwayatkan

dari Ibnu Umar ra. Berkata:”Saya menawarkan diri kepada Rosulullah saw. ketika

perang uhud (untuk ikut serta), waktu itu saya berumur 14 tahun. Maka beliau tidak

membolehkan (tidak mengizinkan). Beliau menganggap saya belum baligh.

Kemudian saya menawarkan diri pada waktu perang Khandaq. Waktu itu saya

8

Cahyadi Takariawan,Keakhwatan 2 Bersama Tarbiyah Ukhti Musimah Tunaikan Amanah, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2016), h. 5-6

9

(21)

berumur 15 tahun, beliau mengizinkan. Beliau mengizinkan, beliau menganggap saya

sudah baligh.” Jadi remaja pada intinya sosok dimana mereka telah akil baligh dan

pada masa ini seseorang anak harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya

sendiri.10

Pembinaan terhadap remaja dan pelajar sebagai iron stock (cadangan masa depan) serta agen of change ( generasi pengganti) dengan pembinaan akhlak dan pengetahuan keislaman adalah kunci sukses suatu Negara. Hasan al-Banna, seorang

pemuda aktivis pergerakan Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa: “Sesungguhnya

sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepada

Allah, ikhlas dalam berjuang di jalan-Nya, semangat dalam merealisasikannya dan

kesiapan untuk beramal serta berkorban mewujudkannya. Iman, ikhlas, semangat, dan

amal ini adalah karakter yang melekat di hati pemuda. Karena sesungguhnya dasar

keimanan itu adalah ruhani yang menyala, dasar keikhlasan dalam hati yang

bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora dan dasar amal adalah

kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda.11

Selaras dengan jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa kanak-kanak

menuju kedewasaan maka kesadaran tentang berprilaku, pada masa remaja berada

dalam keadaan peralihan dari kehidupan akhlak anak-anak menuju metamorfosa

Akhlak yang baik. Disamping keadaan jiwanya yang labil dan mengalami goncangan,

daya pemikiran abstrak, logik dan kritik mulai berkembang. Emosinya semakin

10

Wida Az Zahida, Mentoring Fun Panduan Asyik Mentoring di Sekolah, (Surakarta: Alfa

Publising, 2009), h. 18

11

(22)

berkembang, motivasinya mulai otonom dan tidak dikendalikan oleh dorongan

biologis semata. Keadaan jiwa remaja yang demikian itu nampak pula dalam

kehidupan agama yang mudah goyah, timbul kebimbangan, kerisauan dan konflik

batin.12

Situasi tersebut, menyebabkan remaja sulit menentukan pilihan yang tepat

sehingga para remaja cenderung untuk memilih jalan sendiri, dalam situasi yang

demikian itu, maka peluang munculnya degradasi moral sangat besar. Menghadapi

gejala seperti ini, nilai-nilai agama sebenarnya dapat difungsikan, dalam konteks ini

pemuka dan pendidik agama perlu meluruskan paradigma baru dalam menjalankan

tugas bimbingannya. Setidaknya pembinaan akhlak bagi para remaja perlu

dirumuskan dalam berorientasi pada pendekatan psikologi perkembangan yang serasi

dengan karakteristik yang dimiliki remaja. Diharapkan remaja akan termotivasi untuk

mengenal akhlak yang baik dalam bentuk yang sebenarnya, yaitu dengan ajaran

agama yang mengandung nilai-nilai ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia dan

bertumpu pada pembentukan sikap akhlak yang mulia.

Perilaku remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan teman sebayanya. Sebagai

contoh, apabila remaja berteman dengan orang yang baik, maka insya Allah dapat

dipastikan akan bersinergi terhadapnya menjadi baik pula. Namun, jika beteman

dengan yang kurang baik, maka ia juga akan bersinergi menjadi tidak baik pula.

12

(23)

Kondisi riil tentang perilaku (Akhlak) remaja SMA Negeri 8 Bandar

Lampung saat ini masih ada yang kurang baik. Hal ini terbukti dengan masih ada

yang malas dalam menjalankan sholat lima waktu, merokok, kemudian masih ada

remaja yang berpacaran.13

Menghadapi kondisi seperti itu, maka Pendidikan Agama Islam sangatlah

berperan penting untuk membantu masalah akhlak remaja yang kurang baik. Namun

dalam pelaksanaanya, PAI dengan jam pelajaran yang hanya 2 jam dalam sepekan

belumlah efektif, yaitu dari segi orientasi PAI yang kurang tepat.

Menurut Nida Khoiri, membina akhlak adalah usaha untuk menjadikan

perangai dan sikap yang baik sebagai watak remaja. Maka dari itu, proses membina

akhlak itu harus diberikan sejak dini. Dalam Islam, tolak ukur kelakuan baik dan

buruk merasuk kepada ketentuan Allah berupa Al-Qur’an dan Rosulullah SAW. Jadi,

Rosulullahlah yang membawa akhlakul karimah, seperti yang telah dirumuskan para

ulama sesuatu yang dinilai baik menurut aturan Allah dan Rasulnya pasti baik pula

esensinya. Membina akhlak yang mulia merupakan inti dari ajaran Islam.14

Sebagian lebih terfokus pada pengembangan kemampuan kognitif dan minim

dalam pembentukan sikap (Afektif), pembiasaan dan pengalaman ajaran agama

dalam kehidupan (Psikomotorik). Islam diajarkan lebih pada hafalan, padahal Islam

13

Hasil Wawancara dengan pembina Rohis, Ibu Siti Sunia, Jum’at 20 Oktober 2017, pukul 16:17 WIB

14

(24)

penuh dengan nilai-nilai (Value) yang harus dipraktekkan. Ukuran keberhasilan

pendidikan agama juga masih formalitas (termasuk verbalitas).15

Atas dasar itulah pihak sekolah, khususnya guru PAI meminta Alumni (Tutor

dan TKS) Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung untuk mengadakan Ekstrakulikuler

Rohis yang diadakan satu pekan sekali. Tetapi, siswa atau remaja tidak dipaksakan

untuk mengikuti kegiatan tersebut dan juga mengadakan pembinaan (Tarbiyah)

dengan holaqoh yang biasa disebut dengan Liqo dan berbagai kegiatan positif untuk

remaja rohis yang bertujuan untuk lebih meningkatkan peran pendidikan agama

terutama PAI dalam membina akhlak remaja untuk menjadi lebih baik.

Selain itu, Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS) merupakan alumni Rohis

SMA 8 Bandar Lampung yang kembali kesekolahnya untuk berkontribusi dalam

dakwah sekolah, mereka itulah yang membina serta membimbing remaja SMA

Negeri 8 Bandar Lampung di ROHIS menuju Akhlak yang lebih baik.

Menurut Nugroho, Aktivis dakwah Sekolah (ADS) adalah mereka dari kalangan siswa, guru, alumni, non-alumni maupun siapa saja yang memberikan kontribusinya secara langsung bagi kebaikan dan kelangsungan dakwah di suatu sekolah.16

Kegiatan pembinaan akhlak pada ekstrakulikuler adalah kegiatan yang

diselenggarakan dalam rangka memberi jalan bagi peserta didik untuk dapat

mengamalkan ajaran agama yang diperolehnya melalui belajar, serta untuk

15

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep Implementasi Kurikulum 2004,(Bandung: Remaja Rosdikarya, 2004), h.4

16

(25)

mendorong akhlak mereka sesuai dengan nilai-nilai agama. Dengan perkataan lain,

tujuan dasarnya adalah untuk membina dan membentuk manusia terpelajar dan

bertaqwa kepada Allah SWT. Jadi, selain menjadi manusia yang berilmu

pengetahuan, remaja atau peserta didik juga menjadi manusia yang mampu

menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya melalui akhlak yang mulia.17

Sekolah adalah salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap

pendidikan anak, sebagai lembaga formal sekolah harus menyiapkan generasi muda

yang baik untuk menjadi manusia yang memiliki sikap akhlak yang baik pula.

Tutor yang merupakan Alumni Rohis kiranya berperan dalam membina

akhlak remaja. Pembinaan oleh tutor dilaksanakan diluar jam pelajaran sekolah ini

dirasa cukup membangkitkan siswa teradap PAI, daripada mengikuti proses belajar

mengajar dikelas. Suasana yang rekreatif yang dibentuk akan membuat remaja siswa

lebih senang mengikuti kegiatan pembinaan, sehingga aspek afektif dan psikomotorik

dapat tersentuh lebih dari sekedar pembelajaran di kelas yang hanya tersentuh dari

dimensi kognitifnya saja.

17

(26)

Tabel 1.1:Jumlah Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah atau TKS) yang membina siswa (Remaja) ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung

Nama Jabatan Tutor Kelas

Siti Sunia, S.Pd Dewan Pembina Rohis Semua Anggota

Muarif, S.Pi Ketua SC & (Tutor dan TKS) XII (Ikhwan)

Nindi Fatimah, S.Pd.I TKS

-Yudha Bakti, S.Pd.I TKS

-Iwan Setiawan, A.md Tutor dan TKS X (Ikhwan)

Hild Oktaria, S.Pd TKS

-Masdiana, S.Kom Tutor dan TKS X dan XII (Akhwat)

Husnul Khotimah TKS

-Yuliana Waka 1 (Internal) Tutor dan

TKS XI (Akhwat)

Rahma Yanti TKS

-Sumardi Waka 2 (Eksternal) TKS

-Wahyu Megarani TKS

-Pratiwi TKS

-Dina TKS

-Masnunah TKS

-Edi Sanjaya TKS

-Azhari TKS

-M. Pajri, S.Si Sekretaris Tutor dan TKS XI (Ikhwan)

Iman Nudin TKS

-Reza Arman TKS

-Derian Kusuma Ketua TKS & Tutor XII (Ikhwan)

Lailatul Hasanah S.Si Bendahara Umum TKS

-Reza Pahlei, A,Md TKS

-Adi Saputra TKS

-Khairudin TKS

-Syarif Khalid TKS

-Rafli Alfayed TKS

-Aditya TKS

-Wandira TKS

(27)

Tabel 1.2:Jumlah Siswa (Remaja) Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang pernah pacaran, merokok dan malas dalam melaksanakan sholat lima waktu (Tidak

Full sholat lima waktu) kelas X sampai kelas XII

Sholat tidak full 5 waktu Merokok Pacaran

X XI XII X XI XII X XI XII

25 Orang 13 Orang 12 Orang 1 Orang 1 Orang 2 Orang 4 Orang 2 Orang 3 Orang Jumlah :

50 Orang 4 Orang 9 Orang

Sumber : Dokumen Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung (Melalui Interview dengan para tutor)

Pada hasil pra-survey yang penulis lakukan di Rohis SMA Negeri 8 Bandar

Lampung pada tanggal 20 Oktober 2017, penulis mendapatkan info dari wawancara

dengan Pembina Rohis, bahwa masih ada siswa (Remaja) yang kurang baik

akhlaknya seperti, pernah merokok, berdua-duaan dengan lawan jenis (Pacaran),

kemudian ada yang masih malas untuk melaksanakan sholat ketika waktunya telah

tiba. Hal tersebut bisa dipengaruhi atau tidak terlepas dari peran orang tua, kebiasaan

dan pengaruh lingkungan.

Seperti tabel 1.1, jumlah Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS) yang

membina remaja (Siswa) di ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung lumayan

banyak dan sangat berkontribusi di dalam dakwah sekolah, khususnya dalam

(28)

Bentuk peran Aktivis dakwah Sekolah dalam membina akhlak adalah sebagai

berikut:

1. Sebagai Murobbidan Murobbiyah(Tutor atau pembina)

Murobbidan Murobbiyahadalah istilah untuk menyebut seseorang yang menjadi penyelenggara atau penanggung jawab proses pembinaan dari suatu kelompok.

Seorang Murobbi dan Murobbiyah memiliki tanggung jawab untuk mengawal, membersamai, dan mengevaluasi proses pembinaan personal-personal dalam

kelompok yang menjadi binaannya.18 Seorang Murobbi dan Murobbiyah pun harus berakhlak dengan akhlak yang mulia, sehingga pengaruh ilmunya nampak pada

dirinya, dalam akidah, ibadah, dan dalam semua gerak-geriknya. Karena seorang

Murobbidan Murobbiyahdituntut sebagai uswah(teladan) bagi binaannya.19 2. Liqo (Halaqoh)

Liqo (Halaqoh) yang menjadi agenda wajib sepekan sekali dalam membina

akhlak. Halaqoh terbagi menjadi beberapa kelompok (Ikhwan dan Akhwat) dan

setiap kelompk terdiri dari 10-12 orang. Dalam halaqoh para Aktivis Dakwah

Sekolah (Tutor) tersebut memberikan materi-materi keIslaman yang sesuai dengan

kurikulum dan silabus yang telah tersedia atau dengan materi alternatif yang

berkaitan. Materinya seperti, syahadatain, Ma’rifatullah, Interaksi dengan lawan jenis,

ciri-ciri pribadi Muslim dan materi lainnya. Dalam rangkaian agenda Halaqoh ini,

remaja yang terbina diharuskan mengisi Mutaba’ah Yaumiyah, Fungsinya untuk

18

Muhammad Rosyidi, Menjadi Murabbi Itu Mudah,(Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2012), h. 1

19

(29)

melihat dan mengevaluasi perkembangan ibadah harian dalam satu pekan.

Membudayakan dan membiasakan mengisi Mutaba’ah Yaumiyah bagi binaan adalah keistimewaan dalam diri untuk mendekatkan diri kepada Allah (Ruhiyah Taqorub Billah) agar intensitasnya dapat ditambah dan dikondisikan istiqomah. Paradigma Halaqoh sebagai wadah pembinaan bagi remaja yang dinamis, dibutuhkan tiga modal

yaitu, kreativitas Murobbi dan Murobbiyah, fleksibelitas metode pembinaan dan dukungan peserta binaan.20

3. Membuat Program Kerja (Bidang Presidium, Pembinaan dan Pengembangan)

melalui Kegiatan Positif

a. Tastqif (Pemberian Wawasan KeIslaman)

Tastqif untuk membentuk pemahaman yang benar tentang Islam,

memperkokoh kesiapan ilmu dan mental.

b. Jalsah dan Mabit (untuk Akhwat dan Ikhwan)

Agenda jalsah biasanya mengkaji ilmu keIslaman khusus untuk akhwat secara

tematik yang menghadirkan pemateri dalam pembahasannya. Misalnya, “Menjadi

Muslimah yang di cintai Allah”. Ketika mabit khusus untuk Ikhwan pun sama

mengkaji ilmu keIslaman, mislanya tentang “Menjadi Pemuda yang Tumbuh dalam

Ketaatan Kepada Allah”.

20

(30)

c. Forum Diskusi (Problem Remaja)

Problem remaja yang masih banyak dialami oleh mereka adalah pacaran,

valentine days, merokok dan sebagainya. Aktivis dakwah sekolah (tutor dan tks)

harus meluruskan pemahaman dengan cara memberi Taujih (arahan) terkait masalah yang terjadi, seperti menjelaskan tentang mengenai pacaran yang termaktub dalam

Qur’an surat Al-Isra ayat 32, kemudian tentang merokok dan lain sebagainya.

d. Mengagendakan Amal-amal Produktif

Dauroh (Tahsin, Pasca Kelulusan), Rihlah, Bersih-bersih Mushollah (BBM),

BBQ Kompetisi dan lain-lain. Akhlak yang baik, terlahir dari kebiasan-kebiasaan dan

kegiatan-kegiatan yang baik pula.21

Pada tabel 2.1 adalah jumlah Siswa (Remaja) Rohis SMA Negeri 8 Bandar

Lampung yang pernah pacaran, merokok dan malas dalam melaksanakan sholat lima

waktu (Tidak Full sholat lima waktu).22

Berdasarkan hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas hal

tersebut dalam proposal skripsi dengan judul “Peran Aktivis Dakwah Sekolah dalam

Membina Akhlak Remaja (Studi Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung)”.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan

kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu

21

Hasil Wawancara dengan Tutor kelas X XI dan XII, Sabtu 21 Oktober 2017, pukul 14:43 WIB

22

(31)

merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan

data.23

Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa masalah ada

apabila kenyataan yang ada tidak sesuai dengan hal yang semestinya.

Maka dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana peran aktivis dakwah sekolah dalam membina Akhlak remaja (ROHIS

SMA Negeri 8 Bandar Lampung) ?”

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran dari Aktivis Dakwah Sekolah dalam membina akhlak

remaja (ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung)

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Untuk bahan kajian yang lebih mendalam tentang bagaimana peran aktivis dakwah

sekolah dalam membina Akhlak remaja (ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung).

2. Dengan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada para Guru

maupun Pembina Rohis serta Tutor dan TKS, agar termotivasi untuk

mengembangkan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik dalam usaha

Membina Akhlak Remaja ke arah yang lebih baik.

23

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Aktivis Dakwah Sekolah

1. Pengertian Aktivis Dakwah Sekolah

Aktivis dakwah Sekolah (ADS) adalah mereka dari kalangan siswa, guru,

alumni, non-alumni maupun siapa saja yang memberikan kontribusinya secara

langsung bagi kebaikan dan kelangsungan dakwah di suatu sekolah.1

Aktivis Dakwah Sekolah adalah orang-orang yang aktif berdakwah dengan

menggunakansarana yang ada di dalam sekolah.2 Pelaku dakwah dalam dakwah

sekolah dapat disebut aktifis dakwah sekolah. Untuk menjadi aktivis dakwah sekolah

yang aktif, para pelaku dakwah ini harus telah menjadi peserta dakwah khasah

(khusus). Mereka adalah para aktivis dakwah baik dari kalangan siswa, guru, alumni,

nonalumni, maupun siapa saja yang memberikan kontribusinya secara langsung bagi

kebaikan dan kelangsungan dakwah di suatu sekolah. Alumni sebagai pelaku da‘wah

pelajar memiliki kelebihan yang khas terhadap medan dakwahnya: kedekatan dengan

siswa, guru, dan birokrasi sekolah, pegawai, satpam, petugas kantin, dan sebagainya.

Kehadiran alumni ke sekolahnya kembali menjadi penghargaan sendiri bagi pihak

sekolah, apalagi jika alumni mampu menunjukkan kesungguhannya dalam

1

Nugroho Widiyantoro, Thariq Yahya, Panduan Dakwah Sekolah Kerja Besar Untuk Perubahan Besar,(Solo: Era Intermedia, 2000), h. 69

2

(33)

membangun almamaternya kembali, baik dengan masukan-masukan yang menunjang

kualitas sekolah, peran aktif dalam menjalankan proses pendidikannya dalam

mentoring pelajaran agama dan bantuan tambahan pelajaran secara informal dalam

bentuk kelompok belajar, sampai bantuan fisik material. Kepercayaan yang diberikan

sekolah terhadap alumni menjadi pintu pembuka aktivitas dakwah sekolah. Posisi

alumni di sekolah pada masanya dulu juga akan memperlancar pendekatan ke

sekolah. Seorang mantan ketua OSIS, mantan ketua Rohis, mantan ketua

ekstrakurikuler, mantan juara kelas, atau mungkin alumni yang telah berhasil di

universitasnya akan mudah masuk ke sekolah dengan nilai kepercayaan yang tinggi

dari sekolah. Bukan hanya dalam pendekatan, posisi ini juga akan menambah

dukungan pihak sekolah terhadap pelaksanaan program dakwah.

Dalam pengelolaan dakwah sekolah, Aktivis dakwah sekolah (Tutor dan

TKS) memiliki peran yang sangat beragam. Aktivis dakwah sekolah memiliki peran

yang strategis dalam pelaksanaan dakwah fardiyah, baik kepada siswa, alumni,

maupun pihak sekolah. Selain itu, Aktivis dakwah sekolah (Tutor dan TKS) juga

dapat berperan sebagai murobbi (pembina) bagi objek dakwahnya (siswa). Aktivis

dakwah sekolah (Tutor dan TKS) sebagai murobbi memiliki nilai tambah karena

mereka memiliki pengetahuan medan yang lebih kuat dan spesifik. Hal ini berbeda

dengan murobbi dari orang luar yang memiliki pengetahuan yang terbatas tentang

medan dakwah siswa yang dibinanya. Peran murobbi bagi alumni ini harus

(34)

untuk memainkan peran sebagai murobbi di tahun mendatang untuk menangani

pembinaan adik kelasnya. Arti penting mengkader adik kelasnya.3

Dakwah sekolah merupakan aktivitas dakwah yang melibatkan seluruh unsur

sekolah sebagai institusi yang melingkunginya, baik sebagai objek dakwahnya

maupun sebagai pelakunya. Seluruh unsur sekolah ini menjadi pendukung

keberhasilan dakwah sekolah. Oleh karena itu, keberhasilan dakwah ini juga

tergantung dengan dukungan dan peran aktif setiap unsur dan perangkat yang ada di

sekolah.

Objek dakwah sekolah adalah para objek dakwah yang terdapat di lingkungan

sekolah dan sekitarnya yang punya andil dan komunikasi dalam aktivitas dakwah

sekolah, baik yang beragama Islam maupun yang beragama non-Islam. Objek

dakwah sekolah ini antara lain siswa, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah, orang

tua dan wali siswa, serta sesama pelajar di lingkungan sekitar sekolah.4

2. Tujuan Dakwah Sekolah

Sebagai suatu ilmu, tentu saja Dakwah Sekolah mempunyai tujuan yang

sangat jelas. Secara singkat tujuan Dakwah Sekolah itu dapat dirumuskan sebagai

berikut:

Dakwah adalah kewajiban yang diberikan Allah untuk menjamin tegaknya

nilai-nilai kebenaran di muka bumi. Dakwah yang menjadi kewajiban semua muslim

3

Kusmarwanti ,Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah Era Baru, (Solo: Era Intermedia, 2000), h. 47

4

(35)

bergerak secara estafet sehingga keberadaan penyeru itu akan tetap ada dalam setiap

zaman. Dengan konsep ini, maka semua orang akan dibentuk menjadi pendukung dan

pelopor tegaknya nilai-nilai kebenaran itu.

Begitu juga dalam dakwah sekolah. Dakwah sekolah membina para siswa

sebagai objek dakwahnya (siswa) agar mereka dapat mengisi barisan pelopor penegak

nilai-nilai kebenaran itu sehingga secara estafet dan lebih dini dapat bergabung dalam

melaksanakan kewajiban dakwah. Oleh karena itu, mereka dipersiapkan juga untuk

ikut memikul beban dakwah. Mempersiapkan siswa menjadi pemikul beban dakwah

bukan hanya untuk mengagungkan dakwah tetapi juga untuk memenuhi kewajiban

mereka atas dakwah. Sebagaimana Allah swt. berfirman,

















Artinya:

“Wahai kaum mukmin, hendaklah di antara kalian ada segolongan orang yang mengajak untuk mengikuti Allah dan Rasul-Nya, menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran, mereka ynag melakukan amal kebaikan itu adalah orang-orang yang beruntung di akhirat.” (QS Ali Imran 3:104).5

Bukan hanya itu, objek dakwah sekolah yang telah dipersiapkan dengan

berbagai perbekalan itu diharapkan mampu menghadapi tantangan masa depan yang

lebih kompleks. Pada saat ini pun tantangan itu sudah kita hadapi, baik itu berupa

munculnya isme-isme baru yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan Islam yang

telah kita yakini sebagai jalan yang menyelamatkan, tersebarnya sarana-sarana

5

(36)

dekadensi moral, maupun tantangan teknologi yang menuntut umat Islam untuk bisa

berpacu menghadapinya.

Stimulus (rangsangan) dan motivasi yang diberikan kepada mereka

diharapkan mampu menggerakkan mereka untuk berpacu dengan berbagai persiapan

dan manuver. Kemandirian yang mereka miliki sejak dini membuat mereka tidak

bergantung dan tidak mudah terpengaruh dengan berbagai tawaran dunia yang

menyesatkan itu. Generasi produk dakwah sekolah yang seperti inilah yang akan

menjadi aset yang sangat berharga untuk mengharumkan peradaban. Generasi yang

demikian mampu menjadi batu bata yang baik sehingga terbangun pondasi bangunan

masyarakat Islam yang kokoh di masa mendatang.

Dengan demikian, Islam telah memiliki pondasi yang kuat berupa penerima

dakwah yang memiliki ilmu dan berkualitas yang mampu mengarungi zaman. Lebih

lanjut, Islam memiliki pendukung yang akan menjaga Islam tersebut dengan

tangannya.Sebagaimana dakwah pada umumnya, dakwah sekolah berorientasi pada

terbentuknya sosok pelajar yang berkepribadian Islam yang terpancar dari akhlaqnya

yang bersih.

Hal ini terwujud melalui pembentukan aqidah yang bersih juga. Penekanan

atas pengenalannya pada Allah dan Rasul-Nya serta Islam itu sendiri diharapkan

menjadi pedoman dalam setiap langkahnya. Ia bukan pelajar yang tidak memiliki

orientasi, tetapi ia menjadi pelajar yang mampu menjiwakan pengabdiannya pada

Allah dalam setiap aktivitasnya. Ia berakhlaq islami di dalam maupun di luar kelas,

(37)

juga berorientasi membekali objek dakwahnya dengan kemampuan ilmiah dan

dakwah. Dua kemampuan ini menjadi salah satu kunci pembekalan generasi yang

bisa diperankan oleh sekolah melalui pelajaran formalnya di sekolah dan aktivitas

dakwah sekolah yang dilakukan di luar kelasnya.6

Bagaimanapun tujuan Dakwah Sekolah adalah untuk menuntun seseorang

remaja (siswa) dalam rangka memelihara kualitas keislamannya dan bermetamorfosa

untuk menjadi sosok yang lebih baik, terutama terkait akhlaknya.Berdasarkan uraian

di atas, dapat ditegaskan bahwa tujuan Dakwah Sekolah adalah untuk memperkaya

dan memperluas wawasan pengetahuan, pembinaan sikap dan nilai serta kepribadian

yang pada akhirnya bermuara pada penerapan akhlak yang baik. Pun, Dakwah

sekolah adalah dari pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Fungsi

ini dilaksanakan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik. Proses pengembngan potensi peserta didik itu

sendiri dilaksanakan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri.

Untuk mengembangkan fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem

pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu isi yang tercantum dalam UU

tersebut adalah memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

6

(38)

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. 7Intinya tujuan dakwah sekolah adalah terwujudnya

barisan remaja-pelajar yang mendukung dan mempelopori tegaknya nilai-nilai

kebenaran, mampu menghadapi tantangan masa deapan dan menjadi batu bata yang

baik dalam bangunan masyarakat Islami.8

3. Fungsi dan Manfaat Dakwah Sekolah

Ada tiga hal utamayang menjelaskan fungsi dan manfaat dakwah sekolah

yakni: efektif, masif dan stategis. Tidak diragukan bahwa menanamkan aqidah dan

moralitas (akhlak) kepada remaja dan pemuda adalah jauh lebih efektif daripada

dakwah kepada golongan tua. Usia muda adalah periode emas untuk belajar,

menanamkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan. Objek dakwah yang masif

tentu saja sangat vital. Bila pengaruh dakwah sedemikian besar kepada segmen

pelajar, maka perbaikan moralitas (akhlak) dan fikrohmasyarakat akan tumbuh secara masif pula. Pun, Fungsi dan manfaat dakwah sekolah adalah mampu berjalan dalam

jangka panjang dan akan mensuplai atau dalam artian pemasok Sumber Daya

manusia (SDM) yang shalih diberbagai lapisan.9

4. Kegiatan Dakwah Sekolah

Di dalam Dakwah sekolah umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara

anggota laki-laki (Ikhwan) dan perempuan (Akhwat). Hal ini dikarenakan perbedaan

7

Chairul Anwar, Hakikat Manusia dalam Pendidikan Sebuah Tinjauan Filosofis,(Yogyakarta: 2014), h. 68

8

Nugroho Widiyantoro, Thariq Yahya, Op.Cit,h. 33

9

(39)

mahrom diantara ikhwan dan akhwat tersebut. Tetapi kebersamaan tetap terjalin antar

anggota dengan berbagai rapat. Dalam pelaksanaanya, tutor, TKS dan anggota aktivis

dakwah memiiki kelebihan dalam menyampaikan dakwah dan cara mengenal Allah

lebih dekat melalui alam dengan cara pembelajaran Islam di alam terbuka (Rihlah),

hal ini mencerminkan Akhlak yang baik kepada Allah.10

Beberapa aktivitas dakwah sekolah yang dapat dilakukan oleh aktivis dakwah

dengan dibantu tutor (Murobbi) dan TKS menurut Kusmarwanti, dkk dibagi menjadi

dua macam, yakni bersifat ammah(Umum) dan bersifat Khasah(Khusus). 1. Dakwah Ammah(Umum)

Menurut Kusmarwant dan Nugroho Widiyantoro, dakwah ammah adalah dakwah yang dilakukan dengan cara yang umum. Dakwah ammahdalam sekolah adalah proses penyebaran fitrah Islamiyah dalam rangka menarik simpati, dan meraih

dukungan dari lingkungan sekolah. Karena sifatnya demikian, dakwah ini harus

dibuat dalam bentuk yang menarik, sehingga memunculkan objek untuk

mengikutinya.

Dakwah ammah(umum) meliputi: a. Penyambutan Siswa Baru

Program ini khusus diadakan untuk penyambutan adik-adik baru yang

menjadi siswa baru dengan berbagai kegiatan dakwah sekolah, para Tutor,

TKS, Siswa yang sudah bergabumg dan alumninya.

10

(40)

b. Penyuluhan Problem Remaja

Program penyuluhan problematika remaja seperti narkoba, bahya

merokok, valentine days, tawuran, bahaya pacaran serta seks bebas. Program

seperti ini juga menarik minat siswa karena permasalahan seperti ini sangat

dekat dengan kehidupan mereka dan dapat memenuhi rasa ingin tahu mereka

positif.

c. Studi Dasar Islam

Studi dasar Islam adalah program kajian dasar Islam yang

materinyaantara lain tentang akidah, ibadah, akhlak dan sebagainya.

d. Perlombaan

Program perlombaan yang biasanya diikutkan dalam program PHBI

dan Syiar Islam.

e. Majalah Dinding

Majalah dinding memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai wahana

informasi dan pusat informasi kegiatan Islam, baik internal maupun

eksternal.11

2. DakwahKhashah(khusus)

Menurut Kusmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, dakwah khahsah adalah proses pembinaan dalam rangka pembentukan kader-kader atau aktivis dakwah

selanjutnya di lingkungan sekolah. Dakwah khahsah bersifat selektif dan terbatas serta lebih berorientasi pada proses pengkaderan dan pembentukan kepribadian,

11

(41)

objek dakwah ini memilki karakter yang khahsah(khusus), harus diperoleh melalui proses pemilihan dan penyeleksian. Dakwah khahsahmeliputi:

a. Halaqoh

Halaqoh adalah sebuah grup pengajian atau mentoring (pembinaan)

agamaIslam yang berjumlah maksimal 12 orang (limited group) dengankeanggotaan yang relatif tetap dalam jangka waktutertentu. Jumlah yang terbatas ini akan

memudahkanpenyampaian materi secara intensif, pengawasan perilakudan

perkembangan peserta. Satu halaqoh dipimpin oleh seorang pembimbing (murobbi

atau mentor) yang bearsal dari Alumni atau non-alumni dakwah sekolah tersebut.

Murobbiinilah yang akan melakukan proses tarbiyah Islamiyah (pembinaan) secara intensif kepada peserta remaja (siswa).

b. Mabit

Malam bina iman dan taqwa (Mabit) yaitu bermalam bersama, diawali dari

maghrib atau isya dan diakhiri dengan sholat subuh.

c. Diskusi atau Bedah Buku (mujaadalah)

Diskusi atau bedah buku ini merupakan kegiatan yang bernuansa pemikiran

(Fikriyah) dan wawasan (Tsaqofiyah) yang bertujuan untuk mempertajam pemahaman, memperluas wawasan serta meluruskan pemahaman peserta binaan

(tarbiyah).

d. Pelatihan (Dauroh)

Dauroh adalah forum intensif untuk mendalami suatutema atau ketrampilan

(42)

penuhhingga 1 pekan (tergantung tema). Contohnya dauroh kelulusan, ini diperuntukkan bagi remaja (siswa) kelas 12 SMA yang akan menempuh Ujian

Nasional dan menghadapi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi.

e. Penugasan

Penugasan adalah bentuk tugas mandiri yang diberikanoleh seorang murobbi

(tutor) kepada peserta halaqoh (remaja atau siswa) yang mengikuti pembinaan.

Penugasandapat berupa hafalan Al Qur’an, hadits, bahkanpenugasan dakwah.12

5. Peran Aktivis Dakwah Sekolah

a. Sebagai Murobbi dan Murobbiyah(Pembina)

Peran Murobbi dan Murobbiyah di sini sangat vital karena sebagai penanggung jawab proses pembinaan. Baik buruknya perkembangan para binaannya

(Mutarobbi) bergantung pada usaha dari para pembina. Maka seorang Murobbi dan

Murobbiyahhendaknya memiliki kepribadian Islam dan Da’i; memiliki Fikroh (pola pikir) yang benar tentang Islam, akidah yang mendalam dan amal yang berkelanjutan;

memiliki tsaqafah Islamiyah yang cukup dan menguasai madah (materi-materi pendidikan atau pembinaan); berkepribadian membimbing, membantu dan

mempunyai pola hubungan sosial yang baik serta mempunyai kecenderungan kepada

Da’wah.13

12

Nugroho Widiyantoro“Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar”, (Solo: Era Intermedia, 2002), h. 81-85

13

(43)

Murobbi dan Murobbiyah adalah istilah untuk menyebut seseorang yang menjadi penyelenggara atau penanggung jawab proses pembinaan dari suatu

kelompok. Seorang Murobbi dan Murobbiyah memiliki tanggung jawab untuk mengawal, membersamai, dan mengevaluasi proses pembinaan personal-personal

dalam kelompok yang menjadi binaannya.14

b. Menjadi Penyelamat Generasi Muda

Aktivis Dakwah Sekolah berupaya mengarahkan remaja untuk mendapatkan

lingkungan yang positif dan suasana yang kondusif bagi pembentukan remaja.

c. Membantu Fase Pembentukan

Masa remaja bagi pelajar merupakan masa memuncaknya potensi. Hal ini

didukung oleh iklim pendidikan yang harus mereka hadapi di sekolah. Sekolah

sebagai lembaga formal pendidikan pun memiliki andil bagi pembentukan mereka.

Ironis, jika sekolah yang berlabel sebagai wahana pendidikan justru membuat para

remaja ini menjadi tidak terdidik sehingga sia-sia masa yang penuh potensi ini. Masa

sekolah ini merupakan fase pembentukan pemikiran, keyakinan, bakat, dan

ketrampilan yang paling efektif. Dengan memuncaknya berbagai potensi, para pelajar

mampu membentuk dirinya secara optimal. Mereka memiliki minat yang tinggi

terhadap pendidikan. Minat ini mendorong mereka untuk belajar berbagai hal yang

dapat membuat mereka maju. Dengan berbagai sarana mereka mengolah

pemikirannya, keyakinannya, bakatnya, dan ketrampilannya yang akan dijadikan

14

(44)

sebagai modal di masa mendatang. Minat ini juga mendorong mereka untuk

berprestasi dalam hidup, baik prestasi yang mereka raih dalam bidang akademik di

sekolah maupun prestasi lain dalam bidang yang lain. Aktivis Dakwah Sekolah

memiliki peran mengarahkan mereka menggali potensi itu dengan berbagai aktivitas,

program, dan sarananya.

d. Memberi Wahana Beramal Produktif

Melakukan pembinaan pelajar dalam dakwah sekolah berarti memulai

langkah lebih awal pemberdayaan mereka dalam amal islami. Dengan berbekal

semangat dan kekuatan fisik, remaja pelajar selalu mengasah kreativitas melakukan

berbagai aktivitas. Aktivitas yang terarah dalam bingkai tarbiyah tentu saja terbentuk

dalam aktivitas ibadah yang bermanfaat. Mereka senantiasa melakukan amal ibadah

untuk dirinya dan senantiasa berpikir kreatif untuk melakukan sesuatu yang

bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya. Hal ini tentu saja akan bertolak

belakang dengan fenomena yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak remaja tidak

memiliki tujuan yang jelas. Mereka melakukan banyak hal yang semata-mata mereka

lakukan untuk memenuhi kesenangan dan hura-hura. Parahnya, aktivitas yang tidak

jelas ini banyak menimbulkan masalah bahkan kerusakan bagi lingkungannya. Di

sinilah Aktivis Dakwah Sekolah memiliki peran. Ia memberikan kesempatan dan

arahan atas wahana beramal produktif sejak dini. Aktivis dakwah juga memberikan

arahan kepada remaja untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik seperti yang

(45)

merugi yaitu, orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam

kebenaran dan sabar.15

e. Sebagai Pemasok SDM Yang Shalih

SDM yang berkualitas merupakan potensi yang selalu ditunggu-tunggu dalam

upaya pembangunan zaman. SDM itu salah satunya lahir dari produk dakwahsekolah,

bahkan produk inilah yang paling memenuhi kriteria kualitas SDM. Mereka bisa

sekolah sampai tingkat menengah lalu terjun ke dunia kerja, tetapi mereka juga bisa

meneruskan belajar ke jenjang yang lebih tinggi untuk mendapatkan bekal yang lebih

menunjang kualitasnya.

Aktivis Dakwah sekolah memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan

SDM yang berkualitas ini. Aktivis Dakwah sekolah dengan berbagai tujuan, sasaran,

dan programnya membentuk objek dakwah siswa menjadi shalih. Modal keshalihan

menjadi modal yang sangat besar dalam pembangunan zaman. Zaman yang dibentuk

oleh orang-orang yang shalih akan terbentuk dengan kualitas yang shalih.

Jika SDM yang shalih dari produk dakwah sekolah ini terjun ke masyarakat,

mereka pun memiliki misi untuk membangun keshalihan sosial di berbagai tempat

seperti, di lingkungan kerja, di keluarga, atau di masyarakat tempat mereka hidup.

Kehadiran mereka selalu membawa manfaat untuk ketentraman hidup.16

15

Ibnu Syarqi, Amal Yaumi untuk Muslima, Panduan Amal Harian Wanita Shalihah,(Klaten: Wafa Press, 2014), h.14-16

16

(46)

Selain itu, metode dakwah pada pembinaan dakwah sekolah adalah suatu cara

yang dipakai dalam menyampaikan ajaran materi dakwah Islam dalam pendidikan

terlebih tentang akhlak.

Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga

menjadi budi pekerti yang mulia (akhlakul karimah). Proses tersebut tidak terlepas

dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara total. Selain itu, metode

dakwah pada pembinaan dakwah adalah suatu cara yang dipakai dalam

menyampaikan ajaran materi dakwah.

Diantara metode yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah :

1. Al-Hikmah

Perkataan yang dapat membedakan antara yang haq dengan yang bathil.

Dalam artian memperhatikan situasi dan kondisi sasaran yang menitik beratkan pada

kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya,

mereka tidak lagi terpaksa atau keberatan.

2. Mau’izah al-Hasanah

Berdakwah dengan memberikan nasehat-nasehat dengan rasa kasih sayang,

sehinga nasehat itu dapat menyentuh hati mereka.Mujadalah (Wajadilhum Billati hiyya ahsan), yaitu berdakwah dengan cara bertukar fikiran dan membantah dengan cara yang lebih baik.17Rosulullah SAW mencontohkan untuk memahamkan manusia

17

(47)

dalam hubungan sesama manusia, berkomunikasi horisontal dan vertikal berdasarkan

ajaran Islam.18

Penjelasan di atas adalah kegiatan dakwah sekolah yang dilakukan oleh Tutor

dan TKS dengan menggunakan metode ynag dicontohkan oleh Rosulullah SAW.

B. Membina Akhlak Remaja

1. Pengertian Membina Akhlak Remaja

Secara Etimologi (Lughotan) Akhlak adalah bentuk jamak dari Khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologi

(Isthilahan) akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.19 Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya

lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran

dan pertimbangan.20

Al-Ghazali mendefiniskan akhlak, yaitu al-Khuluqjamak dari al-akhlaqyang berarti ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan yang wajar dan mudah, tanpa

Berdasarkan pada pengertian di atas, hakikat akhlak menurut al-Ghazali harus

mencakup dua syarat, yaitu:

18

Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah,(Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2013), h. 135

19

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LPPI, 2000), h. 1-2 20

(48)

(a) perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali; kontinu dalam bentuk

yang sama, sehingga dapat Bimbingan dan konseling melalui menjadi kebiasaan

(habit forming)

(b) perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksif

dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya

tekana-tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain, atau pengaruh-pengaruh dan

bujukan-bujukan-bujukan yang indah dan sebagainya.21

Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara

Allah SWT, diri dan sesama manusia. Akhlak yang mulia itu tidak lahir dari

keturunan atau pun yang lainnya, akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang

melalui proses, salah satunya dengan Membinanya.

Arti dari membina akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap

yang baik sebagai watak remaja. Maka dari itu, proses membina akhlak itu harus

diberikan sejak dini. Dalam Islam, tolak ukur kelakuan baik dan buruk merasuk

kepada ketentuan Allah berupa Al-Qur’an dan Rosulullah SAW. Jadi, Rosulullahlah

yang membawa akhlakul karimah, seperti yang telah dirumuskan para ulama sesuatu

yang dinilai baik menurut aturan Allah dan Rasulnya pasti baik pula esensinya.

Membina akhlak yang mulia merupakan inti dari ajran Islam. Fazlur Rahman

mengatakan, bahwa inti dari ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an

21

(49)

adalah akhlak yang bertumpu keimanan kepada Allah (Hablum minallah) dan keadilan sosial (Hablum minannas).22 Sedangkan Remaja menurut Hasan Basri adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh

ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab.23 Remaja adalah suatu

usia di mana anak individu menjadi terintegritas ke dalam masyarakat dewasa, suatu

usia dimana anak tidak merasa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua

melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.24Istilah remaja dengan adolescene

yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata bendanya Adolescentia

artinya Remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan

menjadi dewasa.25 Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang

membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.26

Membina Akhlak Remaja menurut penulis yakni usaha kegiatan yang

mewujudkan sifat dalam diri seseorang yang tertanam dalam jiwanya untuk

memotivasi dan membiasakan atau terdapat sinergi untuk melakukan

kegiatan-kegiatan yang baik untuk mengarahkan dan membina serta membimbing remaja

untuk menemukan jati dirinya yang berhubungan dengan keagamaan terkait

22

Nida Khoiri, “Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Kegiatan Islam Masjid (RISMA) Al-Barokah di Desa Rawi Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan”. (Skripsi Sarjana Pendidikan jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2016), h. 27-28

23

Http://Hamas.blogspot.com//Jum’at 29 Maret 2013, diakses pada tanggal 24 April 2017, pukul 17:23

24

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 9

25

Yessy Nur Endah Sary, Psikologi Pendidikan Untuk Mahasiswa Umum dan Kesehatan, (Yogyakarta: Parama Publishing, 2015), h. 11

26

(50)

akhlaknya. Sangat penting dalam hal membina akhlak, terutama remaja, jika tidak

ada usaha membina akhlak tersebut, maka dapat dipastikan remaja cenderung tidak

terarah dalam melangkah ketika bermetamorfosa dikehidupannya.

2. Tujuan Membina Akhlak

Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun kelompok, sudah tentu

mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai, termasuk juga dalam kegiatan

membina, yaitu membina akhlak. Tujuan merupakan landasan berpijak, sebagai

sumber arah suatu kegiatan, sehingga dapat mencapai suatu hasil yang

optimal.Akhlak manusia yang ideal dan mungkin dapat dicapai dengan usaha

pendidikan dan membina atau pembinaan yang sungguh-sungguh, tidak ada manusia

yang mencapai keseimbangan yang sempurna kecuali apabila ia mendapatkan

pendidikan dan pembinaan akhlaknya secara baik. Akhlak yang ,uia terlihat dari

penampilan sikap pengabdiannya kepada Allah SWT dan lingkungannya, baik kepada

sesama manusia ataupun terhadap alam sekitarnya. Dengan akhlak yang mulia

manusia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Secara umum ada dua pandangan teoritis mengenai tujuan pendidikan,

masing-masing dengan tingkat keragamannya tersendiri. Pandangan teoritis yang

pertamaberorientasi kemasyarakatan, yaitu pandangan yang menganggap pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan rakyat yang baik. Pandangan teoritis yang

(51)

Pendidikan akhlak diharapkan akan mampu mengembangkan nilai-nilaiyang

dimiliki peserta didik menuju manusia dewasa yang berkepribadian sesuaidengan

nilai-nilai Islam dan menyadari posisinya dalam melakukan hubungan-hubungan

antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusiadengan dirinya

sendiri serta manusia dengan lingkungan di mana ia berada.27 Dengan terbinanya

akhlak ini, maka akan menimbulkan kesadaran untuk melaksanakan ajaran-ajaran

agama Islam dengan istiqamah.28

Pada dasarnya, tujuan pokok membina akhlak adalah agar setiap anak berbudi

pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan

ajaran Islam. Dengan demikian, tujuan akhlak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu

tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah membentuk kepribadian

seorang muslim yang memiliki akhlak mulia, baik secara jasadiyah maupun

ruhiyah.29Dalam kaitan ini, Allah SWT befirman:















Artinya:

“Wahai Muhammad, katakanlah kepada manusia:”yang diharamkan oleh Tuhanku adalah semua perbuatan keji yang tampak maupun yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zhalim, melanggar hak orang lain dengan dalih yang

27

Salahuddin, Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Rohis Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 13 Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai,( HIJRI –Jurnal Manajemen Pendidikan Dan KeislamanVol. 6. No. 1. Januari – Juni 2017.ISSN: 1979-8075)h.238

28

Agus Susanti, Penanaman Nilai-Nilai Tasawuf Dalam Pembinaan Akhlak, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, November 2016 P. Issn: 20869118 E-Issn: 2528-2476, H. 296

29

(52)

tidak benar, menyekutukan Allah, sedangkan Allah tidak menurunkan pembenaran atas perbuatan-perbuatan itu. Wahai manusia, kalian mengatakan sesusatu atas nama Allah, padahal sebenarnya kalian tidak mengetahui hal itu.” (QS. Al-A’raf 7:33)30

Pembinaan adalah seni menciptakan manusia. Setelah Allah SWT

menciptakan manusia dalam bentuknya yang utuh yakni, unsur ruh, akal dan

jasadnya, maka pembinaan adalah “menciptakan ulang” manusia tersebut di atas

bentuk dasar fitrah saat lahir. Seni menciptakan manusia ditmabah dengan Shifatul Islam, sehingga menjadi pembinaan Islamiyah, maka pembinaan adalah menciptakan manusia dengan cara-cara yang Islami, terutama pembinaan terkait akhlak.31

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari membina akhlak,

pertama, supaya seseorang terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela. Kedua supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik.

Esensinya sudah tentu memperoleh yang baik, seseorang harus membandingkannya

dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Kemudian setelah itu, harus

memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Agar seseorang memiliki budi

pekeri yang baik, maka upaya yang dilakukan adalah dengan cara pembiasaan

sehari-hari.32

30

Al-Ustadz Muhammad Thalib, Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriyah. Op.Cit. h. 180 31

Anis Matta, Spiritualitas Kader,(Jakarta: Bidang Arsip dan Sejarah Sekretariat Jenderal DPP PK (Ylipp), 2014)

32

(53)

3. Macam-macam Akhlak (Mulia)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa akhlak adalah karakter yang

melekat dalam jiwa manusia baik karena bawaan maupun karena pembiasaan. Karena

akhlak yang baik itu lahir dari pembiasaan yang baik pula. Ibnu Qayyim al-Jauziyah <

Gambar

Tabel 1.1: Jumlah Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah atau TKS) yang membina siswa (Remaja) ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung
Tabel 1.2: Jumlah Siswa (Remaja) Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang pernah pacaran, merokok dan malas dalam melaksanakan sholat lima waktu (Tidak Full sholat lima waktu) kelas X sampai kelas XII
Tabel 4.1: Jumlah Siswa (Remaja) SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang terbinan di

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 1: Struktur Organisasi SDIT Baitul Jannah Bandar Lampung Kepala Sekolah.. Taufik

Hasil dari penelitian ini kepala sekolah telah melakukan upaya dalam meningkatkan kinerja guru pada SMA Muhammadiyah 2 Kota Bandar lampung dengan cara menjalin hubungan

Untuk mengungkap metode dakwah mujadalah, yang telah diterapkan di masjid Ad- du’a kelurahan Way Halim kota Bandar Lampung, penulis merasa tidak akan cukup mengungkap

Berdasarkan uraian di atas maka penegasan judul ini dapat diformulasikan bahwa yang dimaksud penelitian tentang Strategi Dakwah Majelis Ta’lim Rahmat Hidayat ini

Maka Sekolah Luar Biasa (SLB) Sukarame Kota Bandar Lampung dalam menjalankan program pemberdayaan pelatihan keterampilan dan pembinaan mental bisa dikatakan

Sekolah Luar Biasa (SLB) Sukarame Kota Bandar Lampung yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelatihan keterampilan pada remaja disabilitas untuk menggali,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami di SMA Negeri 9 Bandar Lampung dengan

Yuliana, Guru Pendidikan Agama Islam dan Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Bandar Lampung, Observasi, Pada Tanggal 20 Mei 2017.. Pujian yang diberikan guru tersebut membuat siswa