SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
YULIANA NPM: 1411010419
Jurusan: Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
YULIANA NPM: 1411010419
Jurusan: Pendidikan Agama Islam
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd Pembimbing II : Dr. Hj. Rumadani Sagala, M.Ag
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
iii Oleh: YULIANA
Pembinaan terhadap remaja sebagai iron stock (cadangan masa depan) serta
agen of change (generasi pengganti) dengan pembina an akhlak dan pengetahuan keislaman adalah kunci sukses suatu Negara. Pembinaan akhlak bagi para remaja perlu dirumuskan dalam berorientasi pada pendekatan psikologi perkembangan yang serasi dengan karakteristik yang dimiliki remaja. Diharapkan remaja akan termotivasi untuk mengenal akhlak yang baik dalam bentuk yang sebenarnya, yaitu dengan ajaran agama yang mengandung nilai-nilai ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia dan bertumpu pada pembentukan sikap akhlak yang mulia.
Sementara Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS) merupakan alumni Rohis SMA 8 Bandar Lampung yang kembali kesekolahnya untuk berkontribusi dalam dakwah sekolah, mereka itulah yang membina serta membimbing remaja SMA Negeri 8 Bandar Lampung di ROHIS menuju Akhlak yang lebih baik.
Selanjutnya teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, interview dan dokumentasi. Dalam analisis data digunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang menekankan pada makna penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu) serta menggambarkan mengenai objek yang sedang diteliti.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan mengenai pembinaan akhlak yang dilakukan oleh Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan TKS) Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung.
Memerhatikan penjelasan diatas, maka temuan yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan TKS) berperan dalam membina akhlak remaja dengan pembiasaan dan kegiatan amal produktif. Karena akhlak yang baik itu lahir dari pembiasaan dan kegiatan yang baik pula. Saran dalam penelitian ini adalah Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan TKS), guru pembina untuk meningkatkan pembinaan dan kegiatan-kegiatan yang dapat membentuk akhlak yang baik.
vi
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baikbagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah.
(QS. Al-Ahzab:21)1
1
vii
Alhamdulillahirobbil’alamiin, denganpenuh rasa syukurkepada Allah SWT,
skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Bapakku tercinta Was Maulana dan mamahku tercinta Siti Zubaidah yang terus
mendo’akan tiada henti serta memberikan semangat, memberikan dukungan
secara moril dan materil.
2. Kakak-kakakku tercinta, Diana, Aa Ndut, Nanang, Rahman, Sri Wahyuni, Winda
Agustina, Dede Sofian Hadi, dan adik tercinta M.Adya Hidayatullah yang
senantiasa memberikan Taujih, motivasi dan semangatnya demi tercapai cita-citaku.
3. Paman, bibi, uwa dari pihak bapak dan mamah yang selalu memberikan
semangatnya.
4. Para sepupu dan keponakanku yang senantiasa memberikan semangatnya.
5. Semua guru-guruku dari SD Negeri 3 dan SD Negeri 1 Keteguhan, SMP Negeri
6 Bandar Lampung, SMA Negeri 8 Bandar Lampung, yang memberikan
motivasi dan ilmunya sehingga menjadi seperti sekarang ini.
viii
saya dengan sabar sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman sekolahku dari SD sampai SMA yang telah memerikan
semangatnya.
10. Murid-murid PPLku dari MA Muhammadiyah dan Adik-adik Rohis SMA
Negeri 8 Bandar Lampung yang telah memberikan semangat dan motivasinya.
11. Guru, Murid dan Wali Murid TK Islam Jerapah Kuning, Tutor dan TKS Rohis
SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang senantiasa memberikan semangatnya.
12. Teman-temanku Lismayana, Resti Nur Indah Oktafiani Putri, Sari Munah,
Septiana, Suseno, Nova Mutiara Dewi, Wika Apriliya, Yuniarti, Yuyun Yuniati
dan Zumrotus Solekha yang selama ini saling mendoakan, memberi semangat
dan motivasinya.
13. Teman-teman sekelasku PAI H 2014 selama lebih dari 3 tahun telah kita lalui
suka dan duka bersama dan saling mendoakan.
14. Teman-teman Kelompok 38 KKN Sidomulyo dan PPL Muhammadiyah yang
telah memberikan semangatnya.
15. Driver gojek tradisional dari semester awal dan driver Ojesa (Ojek Salimah)
khususnya Mbak Juliantika dan Ummi Ira yang telah membantu dalam proses
ix
Yuliana dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Juli 1995.
Buahcintadaripasangan Was MaulanadanSitiZubaidah, yang merupakananak ke-7
dari 8 bersaudara.Pendidikan SD di tempuh di SD Negeri 3 dan SD Negeri 1
Keteguhanselama 6 tahundari 2002-2008. Kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 6
Bandar Lampung selama 3 tahun dari 2008-2011 dan melanjutkan ke SMA Negeri 8
Bandar Lampung Dari 20011-2014, selama di SMA penulis aktif mengikuti ekstra
kulikuler Rohani Islam (ROHIS) dan aktif selama 2 tahun. Pada tahun 2014 penulis
melanjutkan Pendidikan S1 ke Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan
Lampung selama 3,10 tahun (2014-2018).
Penulis pun di Perguruan tinggi mengikuti organisasi Internal BAPINDA dan
organisasi eksternal KAMMI. Penulis juga aktif bergabung dalamorganisasi Dakwah
Sekolah di bawah naungan Yayasan Tunas Lampung (YASLAM) dan Forum
Kerjasama Alumni Rohis (FKAR) hingga sekarang. Penulis pun menjadi Tenaga
x
memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingganya skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rosululloh SAW serta
keluarga dan para sahabatnya. Semoga kita selalu diberikan kemamapuan untuk
menjalankan sunnah sunnahnya dalam kehidupan, sehingganya sebab itulah kita
mendapatkan syafaatnya di yaumilakhir kelak.
Skripsi ini berjudul “Peran Aktivis Dakwah Sekolah Dalam Membina
Akhlak Remaja (Studi ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung)”. Diajukan untuk
Melengkapi dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penuli ssadar bahw atanpa bantuan dari
berbagai pihak mungkin tidak akan terselesaikan.Untu k itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung dan selaku Pembimbing I yang selalu
memberikan arahannya .
2. Dr. Imam Syafe’i, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
xi
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menimba ilmu di
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
5. Kepala Perpustakaan UIN Raden Intan Lampung serta staf yang telah
meminjamkan buku guna terselesaikannya skripsi ini.
6. Dra. Hj. Zusmizawati, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Bandar
Lampung, Juli Sazali, S.Pd Selaku Waka SMA Negeri 8 Bandar Lampung,
Siti Sunia, S.Pd selaku Pembina Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung,
Muarif, S.Pi Selaku Ketua Tim Kerjasama Sekolah (TKS) dan Derian
Kusuma selaku ketua Tim Kerjasama Sekolah (TKS) yang baru di Rohis
SMA Negeri 8 Bandar Lampung, Para Tutor Rohis SMA Negeri 8 Bandar
Lampung dan Segenap Keluarga Besar Rohis SMA Negeri 8 Bandar
xii
rahmat-Nya kepada kita semua. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua,
khususnya pribadi. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan skripsi ini.
Bandar Lampung, Juni 2018
xiii
ABSTRAK ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...iv
HALAMAN PENGESAHAN...v
MOTTO ...vi
PERSEMBAHAN... vii
RIWAYAT HIDUP ...ix
KATA PENGANTAR...x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL ...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Penegasan Judul...1
B. Alasan Memilih Judul...3
C. Latar Belakang Masalah ...3
D. Rumusan Masalah...14
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...15
BAB II TINJAUAN TEORI...16
A. Aktivis Dakwah Sekolah ...16
1. Pengertian Aktivis Dakwah Sekolah ...16
2. Tujuan Dakwah Sekolah...18
xiv
1. Pengertian Membina Akhlak ...31
2. Tujuan Membina Akhlak...34
3. Macam-Macam Akhlak (mulia) ...37
4. Metode Membina Akhlak Remaja...38
BAB III METODE PENELITIAN ...41
A. Pengertian Metode Penelitian...41
1. Jenis Penelitian...41
2. Sumber Data...42
3. Teknik Pengumpulan Data...42
4. Teknik Analisis Data...44
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA...48
A. Deskripsi Data...67
1. Hasil Obervasi ...67
2. Hasil Wawancara ...70
B. Analisis Data ...76
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP ...77
A. Kesimpulan ...77
B. Saran...78
C. Penutup...79
xv
membina remaja Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung ... 10
2. Jumlah remaja Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang
pernah pacaran, merokok dan malas dalam melaksanakan
sholat lima waktu (tidak full sholat lima waktu) kelas Xsampai
kelas XII... 11
3. Jumlah remaja SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang terbina di
xvi
8Bandar Lampung dari kelas X sampai kelas XII
2. Lembar jumlah Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan TKS) yang
membina di Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung
3. Lembar silabus kurikulum Halaqoh Rohis SMA Negeri 8
Bandar Lampung
4. Lembar mutaba’ah yaumiyah (evaluasi ibadah para binaan) 5. Lembar program kerja Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan
TKS dari bidang Presidium, bidang Pengembangan dan bidang
Pembinaan)
6. Lembar kerangka dokumentasi dan observasi
7. Lembar kerangka wawancara
8. Lembar surat Pra-Penelitian
9. Lembar surat Rekomendasi Pra-Penelitian
10. Lembar pengesahan proposal
11. Lembar surat permohonan penelitian (dari Dekan dan untuk ke
SMA Negeri 8 Bandar Lampung)
12. Acc Cover Skripsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan
dijelaskan beberapa istilah pada judul Skripsi “Peran Aktivis Dakwah Sekolah Dalam
Membina Akhlak Remaja (Studi ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung)”.
1. Peran
Menurut Soerjono Soekanto peran adalah proses dinamis kedudukan (status).
Apabila seorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,
dia menjalankan suatu peranan.1
Peran yang dimaksud dalam skripsi ini adalah peran dari Aktivis Dakwah
Sekolah (ADS) diantaranya, Murobbi atau Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS)
Rohis dalam membina Akhlak remaja Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung.
2. Aktivis Dakwah Sekolah
Aktivis Dakwah Sekolah adalah oang-orang yang aktif berdakwah dengan
menggunakan sarana yang ada di dalam sekolah.2
Yang dimaksud Aktivis Dakwah Sekolah (ADS) dalam skripsi ini adalah
Murobbi atau Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS) Rohis SMA Negeri 8 Bandar
Lampung.
1
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Baru,(Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.212-213
2
3. Akhlak
Akhlak (Akhlak pada Allah, Akhlak pada diri sendiri, dan Akhlak pada
Sesama) Akhlak berasal dari bahasa Arab. Ia adalah bentuk jama‟ dari khuluq. Secara etimologi, khuluq berarti ath-thab‟u (karakter) dan as-sajiyyah (perangai).3 Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan pebuatan-perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.4
Dengan demikian Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan sehingga menjadi
karakter yang melekat dalam diri manusia dan akan muncul dalam tindakan secara
spontan tanpa dipikirkan terlebih dahulu.5
Yang dimaksud dengan Akhlak dalam skripsi ini adalah mengenai perbuatan,
ucapan atau akhlak Remaja SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang akan diteliti.
4. Remaja
Remaja menurut Hasan Basri adalah mereka yang telah meninggalkan masa
kanak-kanak yang penuh ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung
jawab.6
Remaja adalah suatu usia di mana anak individu menjadi terintegritas ke dalam
masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa dirinya berada dibawah
tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.7
3
Ibrahim Bafadhol, Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam, (Jurnal Edukasi Islam Jurnal Pendidikan Islam Vol.06 No.12, Juli 2017),h.46
4
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LPPI, 2000), h. 2 5
M. Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern Membangun Karakter Generasi Muda, (Bandung: MARJA, 2013), h. 25
5
Yang dimaksud dengan Remaja dalam skripsi ini adalah siswa yang mengikuti
Rohis di SMA Negeri 8 Bandar Lampung.
Jadi, Peran Aktivis Dakwah Sekolah Dalam Membina Akhlak Remaja adalah
kedudukan seseorang (Tutor dan TKS) dalam menjalankan hak dan kewajibannya
untuk membina akhlak remaja (studi Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung).
B.Alasan Memilih Judul
1. Pembinaan tentang Akhlak menentukan kepribadian dalam tingkah laku remaja
untuk menjadi bekal dalam menghadapi masa depannya.
2. Remaja siswa masih banyak yang melakukan hal-hal yang tidak baik di lingkungan
sekolah dan mereka masih ada yang memiliki akhlak yang kurang baik, misalnya
malas sholat, kurangnya rasa malu ketika pernah berpacaran, merokok,
sehingganya perlu dibina untuk memperbaiki agar jauh lebih baik.
3. Membentuk dan mewujudkan Sumber Daya Manusia yang shalih, agar kedepan
remaja menjadi generasi yang Tsabat pada agamaNya tercermin dari perubahan akhlak yang baik.
C. Latar Belakang Masalah
Akidah merupakan fondasi kehidupan mukmin. Takaran kekuatan ruhiyah
seseorang ditentukan oleh tancapan akidah yang melekat di hatinya. Islam sebagai din
yang Syamil memiliki patokan karakter kepribadian penganutnya, yang tercermin dalam doktrin akidah, syariat maupun akhlak. Kita harus memiliki karakter yang kuat
7
dan jelas. Perwujudan karakter Muslim yang tampak di permukaan adalah ajaran
akhlak.8
Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari
kanak-kanak menuju dewasa, juga bisa dikatakan bahwa masa remaja adalah
perpanjangan masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Mereka ingin
berdiri sendiri, tidak bergantung kepada orang lain termasuk orang tua, akan tetapi
mereka belum mampu bertanggung jawab dalam hal ekonomi dan sosial.9
Menurut Wida Az Zahida dalam bukunya Mentoring Fun (Panduan Asyik
Mentoring di Sekolah) remaja adalah masa peralihan anak-anak menuju dewasa.
Dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia belasan tahun. Pakar
psikologi Hurlock membagi masa remaja menjadi dua, yaitu masa remaja awal dan
masa remaja akhir. Masa remaja awal pada usia 13 tahun hingga 17 tahun. Masa
remaja akhir yaitu usia sekitar 17 tahun sampai 18 tahun. Hurlock membedakan
menjadi masa remaja awal dan akhir karena pada masa remaja akhir individu telah
mencapai perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Sementara dari sudut
pandang muslim dijelaskan bahwa as-Syaikhani (Bukhori-Muslim) meriwayatkan
dari Ibnu Umar ra. Berkata:”Saya menawarkan diri kepada Rosulullah saw. ketika
perang uhud (untuk ikut serta), waktu itu saya berumur 14 tahun. Maka beliau tidak
membolehkan (tidak mengizinkan). Beliau menganggap saya belum baligh.
Kemudian saya menawarkan diri pada waktu perang Khandaq. Waktu itu saya
8
Cahyadi Takariawan,Keakhwatan 2 Bersama Tarbiyah Ukhti Musimah Tunaikan Amanah, (Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2016), h. 5-6
9
berumur 15 tahun, beliau mengizinkan. Beliau mengizinkan, beliau menganggap saya
sudah baligh.” Jadi remaja pada intinya sosok dimana mereka telah akil baligh dan
pada masa ini seseorang anak harus mempertanggungjawabkan semua perbuatannya
sendiri.10
Pembinaan terhadap remaja dan pelajar sebagai iron stock (cadangan masa depan) serta agen of change ( generasi pengganti) dengan pembinaan akhlak dan pengetahuan keislaman adalah kunci sukses suatu Negara. Hasan al-Banna, seorang
pemuda aktivis pergerakan Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa: “Sesungguhnya
sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepada
Allah, ikhlas dalam berjuang di jalan-Nya, semangat dalam merealisasikannya dan
kesiapan untuk beramal serta berkorban mewujudkannya. Iman, ikhlas, semangat, dan
amal ini adalah karakter yang melekat di hati pemuda. Karena sesungguhnya dasar
keimanan itu adalah ruhani yang menyala, dasar keikhlasan dalam hati yang
bertaqwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora dan dasar amal adalah
kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda.11
Selaras dengan jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa kanak-kanak
menuju kedewasaan maka kesadaran tentang berprilaku, pada masa remaja berada
dalam keadaan peralihan dari kehidupan akhlak anak-anak menuju metamorfosa
Akhlak yang baik. Disamping keadaan jiwanya yang labil dan mengalami goncangan,
daya pemikiran abstrak, logik dan kritik mulai berkembang. Emosinya semakin
10
Wida Az Zahida, Mentoring Fun Panduan Asyik Mentoring di Sekolah, (Surakarta: Alfa
Publising, 2009), h. 18
11
berkembang, motivasinya mulai otonom dan tidak dikendalikan oleh dorongan
biologis semata. Keadaan jiwa remaja yang demikian itu nampak pula dalam
kehidupan agama yang mudah goyah, timbul kebimbangan, kerisauan dan konflik
batin.12
Situasi tersebut, menyebabkan remaja sulit menentukan pilihan yang tepat
sehingga para remaja cenderung untuk memilih jalan sendiri, dalam situasi yang
demikian itu, maka peluang munculnya degradasi moral sangat besar. Menghadapi
gejala seperti ini, nilai-nilai agama sebenarnya dapat difungsikan, dalam konteks ini
pemuka dan pendidik agama perlu meluruskan paradigma baru dalam menjalankan
tugas bimbingannya. Setidaknya pembinaan akhlak bagi para remaja perlu
dirumuskan dalam berorientasi pada pendekatan psikologi perkembangan yang serasi
dengan karakteristik yang dimiliki remaja. Diharapkan remaja akan termotivasi untuk
mengenal akhlak yang baik dalam bentuk yang sebenarnya, yaitu dengan ajaran
agama yang mengandung nilai-nilai ajaran yang sejalan dengan fitrah manusia dan
bertumpu pada pembentukan sikap akhlak yang mulia.
Perilaku remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan teman sebayanya. Sebagai
contoh, apabila remaja berteman dengan orang yang baik, maka insya Allah dapat
dipastikan akan bersinergi terhadapnya menjadi baik pula. Namun, jika beteman
dengan yang kurang baik, maka ia juga akan bersinergi menjadi tidak baik pula.
12
Kondisi riil tentang perilaku (Akhlak) remaja SMA Negeri 8 Bandar
Lampung saat ini masih ada yang kurang baik. Hal ini terbukti dengan masih ada
yang malas dalam menjalankan sholat lima waktu, merokok, kemudian masih ada
remaja yang berpacaran.13
Menghadapi kondisi seperti itu, maka Pendidikan Agama Islam sangatlah
berperan penting untuk membantu masalah akhlak remaja yang kurang baik. Namun
dalam pelaksanaanya, PAI dengan jam pelajaran yang hanya 2 jam dalam sepekan
belumlah efektif, yaitu dari segi orientasi PAI yang kurang tepat.
Menurut Nida Khoiri, membina akhlak adalah usaha untuk menjadikan
perangai dan sikap yang baik sebagai watak remaja. Maka dari itu, proses membina
akhlak itu harus diberikan sejak dini. Dalam Islam, tolak ukur kelakuan baik dan
buruk merasuk kepada ketentuan Allah berupa Al-Qur’an dan Rosulullah SAW. Jadi,
Rosulullahlah yang membawa akhlakul karimah, seperti yang telah dirumuskan para
ulama sesuatu yang dinilai baik menurut aturan Allah dan Rasulnya pasti baik pula
esensinya. Membina akhlak yang mulia merupakan inti dari ajaran Islam.14
Sebagian lebih terfokus pada pengembangan kemampuan kognitif dan minim
dalam pembentukan sikap (Afektif), pembiasaan dan pengalaman ajaran agama
dalam kehidupan (Psikomotorik). Islam diajarkan lebih pada hafalan, padahal Islam
13
Hasil Wawancara dengan pembina Rohis, Ibu Siti Sunia, Jum’at 20 Oktober 2017, pukul 16:17 WIB
14
penuh dengan nilai-nilai (Value) yang harus dipraktekkan. Ukuran keberhasilan
pendidikan agama juga masih formalitas (termasuk verbalitas).15
Atas dasar itulah pihak sekolah, khususnya guru PAI meminta Alumni (Tutor
dan TKS) Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung untuk mengadakan Ekstrakulikuler
Rohis yang diadakan satu pekan sekali. Tetapi, siswa atau remaja tidak dipaksakan
untuk mengikuti kegiatan tersebut dan juga mengadakan pembinaan (Tarbiyah)
dengan holaqoh yang biasa disebut dengan Liqo dan berbagai kegiatan positif untuk
remaja rohis yang bertujuan untuk lebih meningkatkan peran pendidikan agama
terutama PAI dalam membina akhlak remaja untuk menjadi lebih baik.
Selain itu, Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS) merupakan alumni Rohis
SMA 8 Bandar Lampung yang kembali kesekolahnya untuk berkontribusi dalam
dakwah sekolah, mereka itulah yang membina serta membimbing remaja SMA
Negeri 8 Bandar Lampung di ROHIS menuju Akhlak yang lebih baik.
Menurut Nugroho, Aktivis dakwah Sekolah (ADS) adalah mereka dari kalangan siswa, guru, alumni, non-alumni maupun siapa saja yang memberikan kontribusinya secara langsung bagi kebaikan dan kelangsungan dakwah di suatu sekolah.16
Kegiatan pembinaan akhlak pada ekstrakulikuler adalah kegiatan yang
diselenggarakan dalam rangka memberi jalan bagi peserta didik untuk dapat
mengamalkan ajaran agama yang diperolehnya melalui belajar, serta untuk
15
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep Implementasi Kurikulum 2004,(Bandung: Remaja Rosdikarya, 2004), h.4
16
mendorong akhlak mereka sesuai dengan nilai-nilai agama. Dengan perkataan lain,
tujuan dasarnya adalah untuk membina dan membentuk manusia terpelajar dan
bertaqwa kepada Allah SWT. Jadi, selain menjadi manusia yang berilmu
pengetahuan, remaja atau peserta didik juga menjadi manusia yang mampu
menjalankan perintah agama dan menjauhi larangannya melalui akhlak yang mulia.17
Sekolah adalah salah satu lembaga yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan anak, sebagai lembaga formal sekolah harus menyiapkan generasi muda
yang baik untuk menjadi manusia yang memiliki sikap akhlak yang baik pula.
Tutor yang merupakan Alumni Rohis kiranya berperan dalam membina
akhlak remaja. Pembinaan oleh tutor dilaksanakan diluar jam pelajaran sekolah ini
dirasa cukup membangkitkan siswa teradap PAI, daripada mengikuti proses belajar
mengajar dikelas. Suasana yang rekreatif yang dibentuk akan membuat remaja siswa
lebih senang mengikuti kegiatan pembinaan, sehingga aspek afektif dan psikomotorik
dapat tersentuh lebih dari sekedar pembelajaran di kelas yang hanya tersentuh dari
dimensi kognitifnya saja.
17
Tabel 1.1:Jumlah Aktivis Dakwah Sekolah (Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah atau TKS) yang membina siswa (Remaja) ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung
Nama Jabatan Tutor Kelas
Siti Sunia, S.Pd Dewan Pembina Rohis Semua Anggota
Muarif, S.Pi Ketua SC & (Tutor dan TKS) XII (Ikhwan)
Nindi Fatimah, S.Pd.I TKS
-Yudha Bakti, S.Pd.I TKS
-Iwan Setiawan, A.md Tutor dan TKS X (Ikhwan)
Hild Oktaria, S.Pd TKS
-Masdiana, S.Kom Tutor dan TKS X dan XII (Akhwat)
Husnul Khotimah TKS
-Yuliana Waka 1 (Internal) Tutor dan
TKS XI (Akhwat)
Rahma Yanti TKS
-Sumardi Waka 2 (Eksternal) TKS
-Wahyu Megarani TKS
-Pratiwi TKS
-Dina TKS
-Masnunah TKS
-Edi Sanjaya TKS
-Azhari TKS
-M. Pajri, S.Si Sekretaris Tutor dan TKS XI (Ikhwan)
Iman Nudin TKS
-Reza Arman TKS
-Derian Kusuma Ketua TKS & Tutor XII (Ikhwan)
Lailatul Hasanah S.Si Bendahara Umum TKS
-Reza Pahlei, A,Md TKS
-Adi Saputra TKS
-Khairudin TKS
-Syarif Khalid TKS
-Rafli Alfayed TKS
-Aditya TKS
-Wandira TKS
Tabel 1.2:Jumlah Siswa (Remaja) Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang pernah pacaran, merokok dan malas dalam melaksanakan sholat lima waktu (Tidak
Full sholat lima waktu) kelas X sampai kelas XII
Sholat tidak full 5 waktu Merokok Pacaran
X XI XII X XI XII X XI XII
25 Orang 13 Orang 12 Orang 1 Orang 1 Orang 2 Orang 4 Orang 2 Orang 3 Orang Jumlah :
50 Orang 4 Orang 9 Orang
Sumber : Dokumen Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung (Melalui Interview dengan para tutor)
Pada hasil pra-survey yang penulis lakukan di Rohis SMA Negeri 8 Bandar
Lampung pada tanggal 20 Oktober 2017, penulis mendapatkan info dari wawancara
dengan Pembina Rohis, bahwa masih ada siswa (Remaja) yang kurang baik
akhlaknya seperti, pernah merokok, berdua-duaan dengan lawan jenis (Pacaran),
kemudian ada yang masih malas untuk melaksanakan sholat ketika waktunya telah
tiba. Hal tersebut bisa dipengaruhi atau tidak terlepas dari peran orang tua, kebiasaan
dan pengaruh lingkungan.
Seperti tabel 1.1, jumlah Tutor dan Tim Kerjasama Sekolah (TKS) yang
membina remaja (Siswa) di ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung lumayan
banyak dan sangat berkontribusi di dalam dakwah sekolah, khususnya dalam
Bentuk peran Aktivis dakwah Sekolah dalam membina akhlak adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai Murobbidan Murobbiyah(Tutor atau pembina)
Murobbidan Murobbiyahadalah istilah untuk menyebut seseorang yang menjadi penyelenggara atau penanggung jawab proses pembinaan dari suatu kelompok.
Seorang Murobbi dan Murobbiyah memiliki tanggung jawab untuk mengawal, membersamai, dan mengevaluasi proses pembinaan personal-personal dalam
kelompok yang menjadi binaannya.18 Seorang Murobbi dan Murobbiyah pun harus berakhlak dengan akhlak yang mulia, sehingga pengaruh ilmunya nampak pada
dirinya, dalam akidah, ibadah, dan dalam semua gerak-geriknya. Karena seorang
Murobbidan Murobbiyahdituntut sebagai uswah(teladan) bagi binaannya.19 2. Liqo (Halaqoh)
Liqo (Halaqoh) yang menjadi agenda wajib sepekan sekali dalam membina
akhlak. Halaqoh terbagi menjadi beberapa kelompok (Ikhwan dan Akhwat) dan
setiap kelompk terdiri dari 10-12 orang. Dalam halaqoh para Aktivis Dakwah
Sekolah (Tutor) tersebut memberikan materi-materi keIslaman yang sesuai dengan
kurikulum dan silabus yang telah tersedia atau dengan materi alternatif yang
berkaitan. Materinya seperti, syahadatain, Ma’rifatullah, Interaksi dengan lawan jenis,
ciri-ciri pribadi Muslim dan materi lainnya. Dalam rangkaian agenda Halaqoh ini,
remaja yang terbina diharuskan mengisi Mutaba’ah Yaumiyah, Fungsinya untuk
18
Muhammad Rosyidi, Menjadi Murabbi Itu Mudah,(Solo: PT Era Adicitra Intermedia, 2012), h. 1
19
melihat dan mengevaluasi perkembangan ibadah harian dalam satu pekan.
Membudayakan dan membiasakan mengisi Mutaba’ah Yaumiyah bagi binaan adalah keistimewaan dalam diri untuk mendekatkan diri kepada Allah (Ruhiyah Taqorub Billah) agar intensitasnya dapat ditambah dan dikondisikan istiqomah. Paradigma Halaqoh sebagai wadah pembinaan bagi remaja yang dinamis, dibutuhkan tiga modal
yaitu, kreativitas Murobbi dan Murobbiyah, fleksibelitas metode pembinaan dan dukungan peserta binaan.20
3. Membuat Program Kerja (Bidang Presidium, Pembinaan dan Pengembangan)
melalui Kegiatan Positif
a. Tastqif (Pemberian Wawasan KeIslaman)
Tastqif untuk membentuk pemahaman yang benar tentang Islam,
memperkokoh kesiapan ilmu dan mental.
b. Jalsah dan Mabit (untuk Akhwat dan Ikhwan)
Agenda jalsah biasanya mengkaji ilmu keIslaman khusus untuk akhwat secara
tematik yang menghadirkan pemateri dalam pembahasannya. Misalnya, “Menjadi
Muslimah yang di cintai Allah”. Ketika mabit khusus untuk Ikhwan pun sama
mengkaji ilmu keIslaman, mislanya tentang “Menjadi Pemuda yang Tumbuh dalam
Ketaatan Kepada Allah”.
20
c. Forum Diskusi (Problem Remaja)
Problem remaja yang masih banyak dialami oleh mereka adalah pacaran,
valentine days, merokok dan sebagainya. Aktivis dakwah sekolah (tutor dan tks)
harus meluruskan pemahaman dengan cara memberi Taujih (arahan) terkait masalah yang terjadi, seperti menjelaskan tentang mengenai pacaran yang termaktub dalam
Qur’an surat Al-Isra ayat 32, kemudian tentang merokok dan lain sebagainya.
d. Mengagendakan Amal-amal Produktif
Dauroh (Tahsin, Pasca Kelulusan), Rihlah, Bersih-bersih Mushollah (BBM),
BBQ Kompetisi dan lain-lain. Akhlak yang baik, terlahir dari kebiasan-kebiasaan dan
kegiatan-kegiatan yang baik pula.21
Pada tabel 2.1 adalah jumlah Siswa (Remaja) Rohis SMA Negeri 8 Bandar
Lampung yang pernah pacaran, merokok dan malas dalam melaksanakan sholat lima
waktu (Tidak Full sholat lima waktu).22
Berdasarkan hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas hal
tersebut dalam proposal skripsi dengan judul “Peran Aktivis Dakwah Sekolah dalam
Membina Akhlak Remaja (Studi Rohis SMA Negeri 8 Bandar Lampung)”.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan
kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu
21
Hasil Wawancara dengan Tutor kelas X XI dan XII, Sabtu 21 Oktober 2017, pukul 14:43 WIB
22
merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan
data.23
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa masalah ada
apabila kenyataan yang ada tidak sesuai dengan hal yang semestinya.
Maka dalam penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana peran aktivis dakwah sekolah dalam membina Akhlak remaja (ROHIS
SMA Negeri 8 Bandar Lampung) ?”
E.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran dari Aktivis Dakwah Sekolah dalam membina akhlak
remaja (ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung)
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk bahan kajian yang lebih mendalam tentang bagaimana peran aktivis dakwah
sekolah dalam membina Akhlak remaja (ROHIS SMA Negeri 8 Bandar Lampung).
2. Dengan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada para Guru
maupun Pembina Rohis serta Tutor dan TKS, agar termotivasi untuk
mengembangkan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik dalam usaha
Membina Akhlak Remaja ke arah yang lebih baik.
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aktivis Dakwah Sekolah
1. Pengertian Aktivis Dakwah Sekolah
Aktivis dakwah Sekolah (ADS) adalah mereka dari kalangan siswa, guru,
alumni, non-alumni maupun siapa saja yang memberikan kontribusinya secara
langsung bagi kebaikan dan kelangsungan dakwah di suatu sekolah.1
Aktivis Dakwah Sekolah adalah orang-orang yang aktif berdakwah dengan
menggunakansarana yang ada di dalam sekolah.2 Pelaku dakwah dalam dakwah
sekolah dapat disebut aktifis dakwah sekolah. Untuk menjadi aktivis dakwah sekolah
yang aktif, para pelaku dakwah ini harus telah menjadi peserta dakwah khasah
(khusus). Mereka adalah para aktivis dakwah baik dari kalangan siswa, guru, alumni,
nonalumni, maupun siapa saja yang memberikan kontribusinya secara langsung bagi
kebaikan dan kelangsungan dakwah di suatu sekolah. Alumni sebagai pelaku da‘wah
pelajar memiliki kelebihan yang khas terhadap medan dakwahnya: kedekatan dengan
siswa, guru, dan birokrasi sekolah, pegawai, satpam, petugas kantin, dan sebagainya.
Kehadiran alumni ke sekolahnya kembali menjadi penghargaan sendiri bagi pihak
sekolah, apalagi jika alumni mampu menunjukkan kesungguhannya dalam
1
Nugroho Widiyantoro, Thariq Yahya, Panduan Dakwah Sekolah Kerja Besar Untuk Perubahan Besar,(Solo: Era Intermedia, 2000), h. 69
2
membangun almamaternya kembali, baik dengan masukan-masukan yang menunjang
kualitas sekolah, peran aktif dalam menjalankan proses pendidikannya dalam
mentoring pelajaran agama dan bantuan tambahan pelajaran secara informal dalam
bentuk kelompok belajar, sampai bantuan fisik material. Kepercayaan yang diberikan
sekolah terhadap alumni menjadi pintu pembuka aktivitas dakwah sekolah. Posisi
alumni di sekolah pada masanya dulu juga akan memperlancar pendekatan ke
sekolah. Seorang mantan ketua OSIS, mantan ketua Rohis, mantan ketua
ekstrakurikuler, mantan juara kelas, atau mungkin alumni yang telah berhasil di
universitasnya akan mudah masuk ke sekolah dengan nilai kepercayaan yang tinggi
dari sekolah. Bukan hanya dalam pendekatan, posisi ini juga akan menambah
dukungan pihak sekolah terhadap pelaksanaan program dakwah.
Dalam pengelolaan dakwah sekolah, Aktivis dakwah sekolah (Tutor dan
TKS) memiliki peran yang sangat beragam. Aktivis dakwah sekolah memiliki peran
yang strategis dalam pelaksanaan dakwah fardiyah, baik kepada siswa, alumni,
maupun pihak sekolah. Selain itu, Aktivis dakwah sekolah (Tutor dan TKS) juga
dapat berperan sebagai murobbi (pembina) bagi objek dakwahnya (siswa). Aktivis
dakwah sekolah (Tutor dan TKS) sebagai murobbi memiliki nilai tambah karena
mereka memiliki pengetahuan medan yang lebih kuat dan spesifik. Hal ini berbeda
dengan murobbi dari orang luar yang memiliki pengetahuan yang terbatas tentang
medan dakwah siswa yang dibinanya. Peran murobbi bagi alumni ini harus
untuk memainkan peran sebagai murobbi di tahun mendatang untuk menangani
pembinaan adik kelasnya. Arti penting mengkader adik kelasnya.3
Dakwah sekolah merupakan aktivitas dakwah yang melibatkan seluruh unsur
sekolah sebagai institusi yang melingkunginya, baik sebagai objek dakwahnya
maupun sebagai pelakunya. Seluruh unsur sekolah ini menjadi pendukung
keberhasilan dakwah sekolah. Oleh karena itu, keberhasilan dakwah ini juga
tergantung dengan dukungan dan peran aktif setiap unsur dan perangkat yang ada di
sekolah.
Objek dakwah sekolah adalah para objek dakwah yang terdapat di lingkungan
sekolah dan sekitarnya yang punya andil dan komunikasi dalam aktivitas dakwah
sekolah, baik yang beragama Islam maupun yang beragama non-Islam. Objek
dakwah sekolah ini antara lain siswa, guru, kepala sekolah, pegawai sekolah, orang
tua dan wali siswa, serta sesama pelajar di lingkungan sekitar sekolah.4
2. Tujuan Dakwah Sekolah
Sebagai suatu ilmu, tentu saja Dakwah Sekolah mempunyai tujuan yang
sangat jelas. Secara singkat tujuan Dakwah Sekolah itu dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dakwah adalah kewajiban yang diberikan Allah untuk menjamin tegaknya
nilai-nilai kebenaran di muka bumi. Dakwah yang menjadi kewajiban semua muslim
3
Kusmarwanti ,Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah Era Baru, (Solo: Era Intermedia, 2000), h. 47
4
bergerak secara estafet sehingga keberadaan penyeru itu akan tetap ada dalam setiap
zaman. Dengan konsep ini, maka semua orang akan dibentuk menjadi pendukung dan
pelopor tegaknya nilai-nilai kebenaran itu.
Begitu juga dalam dakwah sekolah. Dakwah sekolah membina para siswa
sebagai objek dakwahnya (siswa) agar mereka dapat mengisi barisan pelopor penegak
nilai-nilai kebenaran itu sehingga secara estafet dan lebih dini dapat bergabung dalam
melaksanakan kewajiban dakwah. Oleh karena itu, mereka dipersiapkan juga untuk
ikut memikul beban dakwah. Mempersiapkan siswa menjadi pemikul beban dakwah
bukan hanya untuk mengagungkan dakwah tetapi juga untuk memenuhi kewajiban
mereka atas dakwah. Sebagaimana Allah swt. berfirman,
Artinya:“Wahai kaum mukmin, hendaklah di antara kalian ada segolongan orang yang mengajak untuk mengikuti Allah dan Rasul-Nya, menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran, mereka ynag melakukan amal kebaikan itu adalah orang-orang yang beruntung di akhirat.” (QS Ali Imran 3:104).5
Bukan hanya itu, objek dakwah sekolah yang telah dipersiapkan dengan
berbagai perbekalan itu diharapkan mampu menghadapi tantangan masa depan yang
lebih kompleks. Pada saat ini pun tantangan itu sudah kita hadapi, baik itu berupa
munculnya isme-isme baru yang tidak sesuai bahkan bertentangan dengan Islam yang
telah kita yakini sebagai jalan yang menyelamatkan, tersebarnya sarana-sarana
5
dekadensi moral, maupun tantangan teknologi yang menuntut umat Islam untuk bisa
berpacu menghadapinya.
Stimulus (rangsangan) dan motivasi yang diberikan kepada mereka
diharapkan mampu menggerakkan mereka untuk berpacu dengan berbagai persiapan
dan manuver. Kemandirian yang mereka miliki sejak dini membuat mereka tidak
bergantung dan tidak mudah terpengaruh dengan berbagai tawaran dunia yang
menyesatkan itu. Generasi produk dakwah sekolah yang seperti inilah yang akan
menjadi aset yang sangat berharga untuk mengharumkan peradaban. Generasi yang
demikian mampu menjadi batu bata yang baik sehingga terbangun pondasi bangunan
masyarakat Islam yang kokoh di masa mendatang.
Dengan demikian, Islam telah memiliki pondasi yang kuat berupa penerima
dakwah yang memiliki ilmu dan berkualitas yang mampu mengarungi zaman. Lebih
lanjut, Islam memiliki pendukung yang akan menjaga Islam tersebut dengan
tangannya.Sebagaimana dakwah pada umumnya, dakwah sekolah berorientasi pada
terbentuknya sosok pelajar yang berkepribadian Islam yang terpancar dari akhlaqnya
yang bersih.
Hal ini terwujud melalui pembentukan aqidah yang bersih juga. Penekanan
atas pengenalannya pada Allah dan Rasul-Nya serta Islam itu sendiri diharapkan
menjadi pedoman dalam setiap langkahnya. Ia bukan pelajar yang tidak memiliki
orientasi, tetapi ia menjadi pelajar yang mampu menjiwakan pengabdiannya pada
Allah dalam setiap aktivitasnya. Ia berakhlaq islami di dalam maupun di luar kelas,
juga berorientasi membekali objek dakwahnya dengan kemampuan ilmiah dan
dakwah. Dua kemampuan ini menjadi salah satu kunci pembekalan generasi yang
bisa diperankan oleh sekolah melalui pelajaran formalnya di sekolah dan aktivitas
dakwah sekolah yang dilakukan di luar kelasnya.6
Bagaimanapun tujuan Dakwah Sekolah adalah untuk menuntun seseorang
remaja (siswa) dalam rangka memelihara kualitas keislamannya dan bermetamorfosa
untuk menjadi sosok yang lebih baik, terutama terkait akhlaknya.Berdasarkan uraian
di atas, dapat ditegaskan bahwa tujuan Dakwah Sekolah adalah untuk memperkaya
dan memperluas wawasan pengetahuan, pembinaan sikap dan nilai serta kepribadian
yang pada akhirnya bermuara pada penerapan akhlak yang baik. Pun, Dakwah
sekolah adalah dari pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Fungsi
ini dilaksanakan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik. Proses pengembngan potensi peserta didik itu
sendiri dilaksanakan agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri.
Untuk mengembangkan fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu isi yang tercantum dalam UU
tersebut adalah memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
6
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. 7Intinya tujuan dakwah sekolah adalah terwujudnya
barisan remaja-pelajar yang mendukung dan mempelopori tegaknya nilai-nilai
kebenaran, mampu menghadapi tantangan masa deapan dan menjadi batu bata yang
baik dalam bangunan masyarakat Islami.8
3. Fungsi dan Manfaat Dakwah Sekolah
Ada tiga hal utamayang menjelaskan fungsi dan manfaat dakwah sekolah
yakni: efektif, masif dan stategis. Tidak diragukan bahwa menanamkan aqidah dan
moralitas (akhlak) kepada remaja dan pemuda adalah jauh lebih efektif daripada
dakwah kepada golongan tua. Usia muda adalah periode emas untuk belajar,
menanamkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan. Objek dakwah yang masif
tentu saja sangat vital. Bila pengaruh dakwah sedemikian besar kepada segmen
pelajar, maka perbaikan moralitas (akhlak) dan fikrohmasyarakat akan tumbuh secara masif pula. Pun, Fungsi dan manfaat dakwah sekolah adalah mampu berjalan dalam
jangka panjang dan akan mensuplai atau dalam artian pemasok Sumber Daya
manusia (SDM) yang shalih diberbagai lapisan.9
4. Kegiatan Dakwah Sekolah
Di dalam Dakwah sekolah umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara
anggota laki-laki (Ikhwan) dan perempuan (Akhwat). Hal ini dikarenakan perbedaan
7
Chairul Anwar, Hakikat Manusia dalam Pendidikan Sebuah Tinjauan Filosofis,(Yogyakarta: 2014), h. 68
8
Nugroho Widiyantoro, Thariq Yahya, Op.Cit,h. 33
9
mahrom diantara ikhwan dan akhwat tersebut. Tetapi kebersamaan tetap terjalin antar
anggota dengan berbagai rapat. Dalam pelaksanaanya, tutor, TKS dan anggota aktivis
dakwah memiiki kelebihan dalam menyampaikan dakwah dan cara mengenal Allah
lebih dekat melalui alam dengan cara pembelajaran Islam di alam terbuka (Rihlah),
hal ini mencerminkan Akhlak yang baik kepada Allah.10
Beberapa aktivitas dakwah sekolah yang dapat dilakukan oleh aktivis dakwah
dengan dibantu tutor (Murobbi) dan TKS menurut Kusmarwanti, dkk dibagi menjadi
dua macam, yakni bersifat ammah(Umum) dan bersifat Khasah(Khusus). 1. Dakwah Ammah(Umum)
Menurut Kusmarwant dan Nugroho Widiyantoro, dakwah ammah adalah dakwah yang dilakukan dengan cara yang umum. Dakwah ammahdalam sekolah adalah proses penyebaran fitrah Islamiyah dalam rangka menarik simpati, dan meraih
dukungan dari lingkungan sekolah. Karena sifatnya demikian, dakwah ini harus
dibuat dalam bentuk yang menarik, sehingga memunculkan objek untuk
mengikutinya.
Dakwah ammah(umum) meliputi: a. Penyambutan Siswa Baru
Program ini khusus diadakan untuk penyambutan adik-adik baru yang
menjadi siswa baru dengan berbagai kegiatan dakwah sekolah, para Tutor,
TKS, Siswa yang sudah bergabumg dan alumninya.
10
b. Penyuluhan Problem Remaja
Program penyuluhan problematika remaja seperti narkoba, bahya
merokok, valentine days, tawuran, bahaya pacaran serta seks bebas. Program
seperti ini juga menarik minat siswa karena permasalahan seperti ini sangat
dekat dengan kehidupan mereka dan dapat memenuhi rasa ingin tahu mereka
positif.
c. Studi Dasar Islam
Studi dasar Islam adalah program kajian dasar Islam yang
materinyaantara lain tentang akidah, ibadah, akhlak dan sebagainya.
d. Perlombaan
Program perlombaan yang biasanya diikutkan dalam program PHBI
dan Syiar Islam.
e. Majalah Dinding
Majalah dinding memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai wahana
informasi dan pusat informasi kegiatan Islam, baik internal maupun
eksternal.11
2. DakwahKhashah(khusus)
Menurut Kusmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, dakwah khahsah adalah proses pembinaan dalam rangka pembentukan kader-kader atau aktivis dakwah
selanjutnya di lingkungan sekolah. Dakwah khahsah bersifat selektif dan terbatas serta lebih berorientasi pada proses pengkaderan dan pembentukan kepribadian,
11
objek dakwah ini memilki karakter yang khahsah(khusus), harus diperoleh melalui proses pemilihan dan penyeleksian. Dakwah khahsahmeliputi:
a. Halaqoh
Halaqoh adalah sebuah grup pengajian atau mentoring (pembinaan)
agamaIslam yang berjumlah maksimal 12 orang (limited group) dengankeanggotaan yang relatif tetap dalam jangka waktutertentu. Jumlah yang terbatas ini akan
memudahkanpenyampaian materi secara intensif, pengawasan perilakudan
perkembangan peserta. Satu halaqoh dipimpin oleh seorang pembimbing (murobbi
atau mentor) yang bearsal dari Alumni atau non-alumni dakwah sekolah tersebut.
Murobbiinilah yang akan melakukan proses tarbiyah Islamiyah (pembinaan) secara intensif kepada peserta remaja (siswa).
b. Mabit
Malam bina iman dan taqwa (Mabit) yaitu bermalam bersama, diawali dari
maghrib atau isya dan diakhiri dengan sholat subuh.
c. Diskusi atau Bedah Buku (mujaadalah)
Diskusi atau bedah buku ini merupakan kegiatan yang bernuansa pemikiran
(Fikriyah) dan wawasan (Tsaqofiyah) yang bertujuan untuk mempertajam pemahaman, memperluas wawasan serta meluruskan pemahaman peserta binaan
(tarbiyah).
d. Pelatihan (Dauroh)
Dauroh adalah forum intensif untuk mendalami suatutema atau ketrampilan
penuhhingga 1 pekan (tergantung tema). Contohnya dauroh kelulusan, ini diperuntukkan bagi remaja (siswa) kelas 12 SMA yang akan menempuh Ujian
Nasional dan menghadapi Seleksi Masuk Perguruan Tinggi.
e. Penugasan
Penugasan adalah bentuk tugas mandiri yang diberikanoleh seorang murobbi
(tutor) kepada peserta halaqoh (remaja atau siswa) yang mengikuti pembinaan.
Penugasandapat berupa hafalan Al Qur’an, hadits, bahkanpenugasan dakwah.12
5. Peran Aktivis Dakwah Sekolah
a. Sebagai Murobbi dan Murobbiyah(Pembina)
Peran Murobbi dan Murobbiyah di sini sangat vital karena sebagai penanggung jawab proses pembinaan. Baik buruknya perkembangan para binaannya
(Mutarobbi) bergantung pada usaha dari para pembina. Maka seorang Murobbi dan
Murobbiyahhendaknya memiliki kepribadian Islam dan Da’i; memiliki Fikroh (pola pikir) yang benar tentang Islam, akidah yang mendalam dan amal yang berkelanjutan;
memiliki tsaqafah Islamiyah yang cukup dan menguasai madah (materi-materi pendidikan atau pembinaan); berkepribadian membimbing, membantu dan
mempunyai pola hubungan sosial yang baik serta mempunyai kecenderungan kepada
Da’wah.13
12
Nugroho Widiyantoro“Panduan Dakwah Sekolah: Kerja Besar untuk Perubahan Besar”, (Solo: Era Intermedia, 2002), h. 81-85
13
Murobbi dan Murobbiyah adalah istilah untuk menyebut seseorang yang menjadi penyelenggara atau penanggung jawab proses pembinaan dari suatu
kelompok. Seorang Murobbi dan Murobbiyah memiliki tanggung jawab untuk mengawal, membersamai, dan mengevaluasi proses pembinaan personal-personal
dalam kelompok yang menjadi binaannya.14
b. Menjadi Penyelamat Generasi Muda
Aktivis Dakwah Sekolah berupaya mengarahkan remaja untuk mendapatkan
lingkungan yang positif dan suasana yang kondusif bagi pembentukan remaja.
c. Membantu Fase Pembentukan
Masa remaja bagi pelajar merupakan masa memuncaknya potensi. Hal ini
didukung oleh iklim pendidikan yang harus mereka hadapi di sekolah. Sekolah
sebagai lembaga formal pendidikan pun memiliki andil bagi pembentukan mereka.
Ironis, jika sekolah yang berlabel sebagai wahana pendidikan justru membuat para
remaja ini menjadi tidak terdidik sehingga sia-sia masa yang penuh potensi ini. Masa
sekolah ini merupakan fase pembentukan pemikiran, keyakinan, bakat, dan
ketrampilan yang paling efektif. Dengan memuncaknya berbagai potensi, para pelajar
mampu membentuk dirinya secara optimal. Mereka memiliki minat yang tinggi
terhadap pendidikan. Minat ini mendorong mereka untuk belajar berbagai hal yang
dapat membuat mereka maju. Dengan berbagai sarana mereka mengolah
pemikirannya, keyakinannya, bakatnya, dan ketrampilannya yang akan dijadikan
14
sebagai modal di masa mendatang. Minat ini juga mendorong mereka untuk
berprestasi dalam hidup, baik prestasi yang mereka raih dalam bidang akademik di
sekolah maupun prestasi lain dalam bidang yang lain. Aktivis Dakwah Sekolah
memiliki peran mengarahkan mereka menggali potensi itu dengan berbagai aktivitas,
program, dan sarananya.
d. Memberi Wahana Beramal Produktif
Melakukan pembinaan pelajar dalam dakwah sekolah berarti memulai
langkah lebih awal pemberdayaan mereka dalam amal islami. Dengan berbekal
semangat dan kekuatan fisik, remaja pelajar selalu mengasah kreativitas melakukan
berbagai aktivitas. Aktivitas yang terarah dalam bingkai tarbiyah tentu saja terbentuk
dalam aktivitas ibadah yang bermanfaat. Mereka senantiasa melakukan amal ibadah
untuk dirinya dan senantiasa berpikir kreatif untuk melakukan sesuatu yang
bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya. Hal ini tentu saja akan bertolak
belakang dengan fenomena yang terjadi akhir-akhir ini. Banyak remaja tidak
memiliki tujuan yang jelas. Mereka melakukan banyak hal yang semata-mata mereka
lakukan untuk memenuhi kesenangan dan hura-hura. Parahnya, aktivitas yang tidak
jelas ini banyak menimbulkan masalah bahkan kerusakan bagi lingkungannya. Di
sinilah Aktivis Dakwah Sekolah memiliki peran. Ia memberikan kesempatan dan
arahan atas wahana beramal produktif sejak dini. Aktivis dakwah juga memberikan
arahan kepada remaja untuk dapat memanfaatkan waktu dengan baik seperti yang
merugi yaitu, orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam
kebenaran dan sabar.15
e. Sebagai Pemasok SDM Yang Shalih
SDM yang berkualitas merupakan potensi yang selalu ditunggu-tunggu dalam
upaya pembangunan zaman. SDM itu salah satunya lahir dari produk dakwahsekolah,
bahkan produk inilah yang paling memenuhi kriteria kualitas SDM. Mereka bisa
sekolah sampai tingkat menengah lalu terjun ke dunia kerja, tetapi mereka juga bisa
meneruskan belajar ke jenjang yang lebih tinggi untuk mendapatkan bekal yang lebih
menunjang kualitasnya.
Aktivis Dakwah sekolah memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan
SDM yang berkualitas ini. Aktivis Dakwah sekolah dengan berbagai tujuan, sasaran,
dan programnya membentuk objek dakwah siswa menjadi shalih. Modal keshalihan
menjadi modal yang sangat besar dalam pembangunan zaman. Zaman yang dibentuk
oleh orang-orang yang shalih akan terbentuk dengan kualitas yang shalih.
Jika SDM yang shalih dari produk dakwah sekolah ini terjun ke masyarakat,
mereka pun memiliki misi untuk membangun keshalihan sosial di berbagai tempat
seperti, di lingkungan kerja, di keluarga, atau di masyarakat tempat mereka hidup.
Kehadiran mereka selalu membawa manfaat untuk ketentraman hidup.16
15
Ibnu Syarqi, Amal Yaumi untuk Muslima, Panduan Amal Harian Wanita Shalihah,(Klaten: Wafa Press, 2014), h.14-16
16
Selain itu, metode dakwah pada pembinaan dakwah sekolah adalah suatu cara
yang dipakai dalam menyampaikan ajaran materi dakwah Islam dalam pendidikan
terlebih tentang akhlak.
Pendidikan akhlak adalah proses pembinaan budi pekerti anak sehingga
menjadi budi pekerti yang mulia (akhlakul karimah). Proses tersebut tidak terlepas
dari pembinaan kehidupan beragama peserta didik secara total. Selain itu, metode
dakwah pada pembinaan dakwah adalah suatu cara yang dipakai dalam
menyampaikan ajaran materi dakwah.
Diantara metode yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah :
1. Al-Hikmah
Perkataan yang dapat membedakan antara yang haq dengan yang bathil.
Dalam artian memperhatikan situasi dan kondisi sasaran yang menitik beratkan pada
kemampuan mereka, sehingga dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya,
mereka tidak lagi terpaksa atau keberatan.
2. Mau’izah al-Hasanah
Berdakwah dengan memberikan nasehat-nasehat dengan rasa kasih sayang,
sehinga nasehat itu dapat menyentuh hati mereka.Mujadalah (Wajadilhum Billati hiyya ahsan), yaitu berdakwah dengan cara bertukar fikiran dan membantah dengan cara yang lebih baik.17Rosulullah SAW mencontohkan untuk memahamkan manusia
17
dalam hubungan sesama manusia, berkomunikasi horisontal dan vertikal berdasarkan
ajaran Islam.18
Penjelasan di atas adalah kegiatan dakwah sekolah yang dilakukan oleh Tutor
dan TKS dengan menggunakan metode ynag dicontohkan oleh Rosulullah SAW.
B. Membina Akhlak Remaja
1. Pengertian Membina Akhlak Remaja
Secara Etimologi (Lughotan) Akhlak adalah bentuk jamak dari Khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara terminologi
(Isthilahan) akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.19 Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan.20
Al-Ghazali mendefiniskan akhlak, yaitu al-Khuluqjamak dari al-akhlaqyang berarti ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan yang wajar dan mudah, tanpa
Berdasarkan pada pengertian di atas, hakikat akhlak menurut al-Ghazali harus
mencakup dua syarat, yaitu:
18
Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah,(Bandung: PT Grafindo Media Pratama, 2013), h. 135
19
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LPPI, 2000), h. 1-2 20
(a) perbuatan itu harus konstan, yaitu dilakukan berulang kali; kontinu dalam bentuk
yang sama, sehingga dapat Bimbingan dan konseling melalui menjadi kebiasaan
(habit forming)
(b) perbuatan yang konstan itu harus tumbuh dengan mudah sebagai wujud refleksif
dari jiwanya tanpa pertimbangan dan pemikiran, yakni bukan karena adanya
tekana-tekanan, paksaan-paksaan dari orang lain, atau pengaruh-pengaruh dan
bujukan-bujukan-bujukan yang indah dan sebagainya.21
Akhlak merupakan pondasi yang kokoh bagi terciptanya hubungan baik antara
Allah SWT, diri dan sesama manusia. Akhlak yang mulia itu tidak lahir dari
keturunan atau pun yang lainnya, akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang
melalui proses, salah satunya dengan Membinanya.
Arti dari membina akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap
yang baik sebagai watak remaja. Maka dari itu, proses membina akhlak itu harus
diberikan sejak dini. Dalam Islam, tolak ukur kelakuan baik dan buruk merasuk
kepada ketentuan Allah berupa Al-Qur’an dan Rosulullah SAW. Jadi, Rosulullahlah
yang membawa akhlakul karimah, seperti yang telah dirumuskan para ulama sesuatu
yang dinilai baik menurut aturan Allah dan Rasulnya pasti baik pula esensinya.
Membina akhlak yang mulia merupakan inti dari ajran Islam. Fazlur Rahman
mengatakan, bahwa inti dari ajaran Islam sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an
21
adalah akhlak yang bertumpu keimanan kepada Allah (Hablum minallah) dan keadilan sosial (Hablum minannas).22 Sedangkan Remaja menurut Hasan Basri adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh
ketergantungan menuju masa pembentukan tanggung jawab.23 Remaja adalah suatu
usia di mana anak individu menjadi terintegritas ke dalam masyarakat dewasa, suatu
usia dimana anak tidak merasa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.24Istilah remaja dengan adolescene
yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata bendanya Adolescentia
artinya Remaja), yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan
menjadi dewasa.25 Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang
membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.26
Membina Akhlak Remaja menurut penulis yakni usaha kegiatan yang
mewujudkan sifat dalam diri seseorang yang tertanam dalam jiwanya untuk
memotivasi dan membiasakan atau terdapat sinergi untuk melakukan
kegiatan-kegiatan yang baik untuk mengarahkan dan membina serta membimbing remaja
untuk menemukan jati dirinya yang berhubungan dengan keagamaan terkait
22
Nida Khoiri, “Pembinaan Akhlak Remaja Melalui Kegiatan Islam Masjid (RISMA) Al-Barokah di Desa Rawi Kecamatan Penengahan Kabupaten Lampung Selatan”. (Skripsi Sarjana Pendidikan jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2016), h. 27-28
23
Http://Hamas.blogspot.com//Jum’at 29 Maret 2013, diakses pada tanggal 24 April 2017, pukul 17:23
24
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 9
25
Yessy Nur Endah Sary, Psikologi Pendidikan Untuk Mahasiswa Umum dan Kesehatan, (Yogyakarta: Parama Publishing, 2015), h. 11
26
akhlaknya. Sangat penting dalam hal membina akhlak, terutama remaja, jika tidak
ada usaha membina akhlak tersebut, maka dapat dipastikan remaja cenderung tidak
terarah dalam melangkah ketika bermetamorfosa dikehidupannya.
2. Tujuan Membina Akhlak
Setiap kegiatan yang dilakukan seseorang ataupun kelompok, sudah tentu
mempunyai suatu tujuan yang hendak dicapai, termasuk juga dalam kegiatan
membina, yaitu membina akhlak. Tujuan merupakan landasan berpijak, sebagai
sumber arah suatu kegiatan, sehingga dapat mencapai suatu hasil yang
optimal.Akhlak manusia yang ideal dan mungkin dapat dicapai dengan usaha
pendidikan dan membina atau pembinaan yang sungguh-sungguh, tidak ada manusia
yang mencapai keseimbangan yang sempurna kecuali apabila ia mendapatkan
pendidikan dan pembinaan akhlaknya secara baik. Akhlak yang ,uia terlihat dari
penampilan sikap pengabdiannya kepada Allah SWT dan lingkungannya, baik kepada
sesama manusia ataupun terhadap alam sekitarnya. Dengan akhlak yang mulia
manusia akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Secara umum ada dua pandangan teoritis mengenai tujuan pendidikan,
masing-masing dengan tingkat keragamannya tersendiri. Pandangan teoritis yang
pertamaberorientasi kemasyarakatan, yaitu pandangan yang menganggap pendidikan sebagai sarana utama dalam menciptakan rakyat yang baik. Pandangan teoritis yang
Pendidikan akhlak diharapkan akan mampu mengembangkan nilai-nilaiyang
dimiliki peserta didik menuju manusia dewasa yang berkepribadian sesuaidengan
nilai-nilai Islam dan menyadari posisinya dalam melakukan hubungan-hubungan
antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusiadengan dirinya
sendiri serta manusia dengan lingkungan di mana ia berada.27 Dengan terbinanya
akhlak ini, maka akan menimbulkan kesadaran untuk melaksanakan ajaran-ajaran
agama Islam dengan istiqamah.28
Pada dasarnya, tujuan pokok membina akhlak adalah agar setiap anak berbudi
pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan
ajaran Islam. Dengan demikian, tujuan akhlak dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah membentuk kepribadian
seorang muslim yang memiliki akhlak mulia, baik secara jasadiyah maupun
ruhiyah.29Dalam kaitan ini, Allah SWT befirman:
Artinya:
“Wahai Muhammad, katakanlah kepada manusia:”yang diharamkan oleh Tuhanku adalah semua perbuatan keji yang tampak maupun yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zhalim, melanggar hak orang lain dengan dalih yang
27
Salahuddin, Implementasi Kegiatan Ekstrakulikuler Rohis Dalam Pembinaan Akhlak Siswa Di Madrasah Aliyah Muhammadiyah 13 Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai,( HIJRI –Jurnal Manajemen Pendidikan Dan KeislamanVol. 6. No. 1. Januari – Juni 2017.ISSN: 1979-8075)h.238
28
Agus Susanti, Penanaman Nilai-Nilai Tasawuf Dalam Pembinaan Akhlak, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, November 2016 P. Issn: 20869118 E-Issn: 2528-2476, H. 296
29
tidak benar, menyekutukan Allah, sedangkan Allah tidak menurunkan pembenaran atas perbuatan-perbuatan itu. Wahai manusia, kalian mengatakan sesusatu atas nama Allah, padahal sebenarnya kalian tidak mengetahui hal itu.” (QS. Al-A’raf 7:33)30
Pembinaan adalah seni menciptakan manusia. Setelah Allah SWT
menciptakan manusia dalam bentuknya yang utuh yakni, unsur ruh, akal dan
jasadnya, maka pembinaan adalah “menciptakan ulang” manusia tersebut di atas
bentuk dasar fitrah saat lahir. Seni menciptakan manusia ditmabah dengan Shifatul Islam, sehingga menjadi pembinaan Islamiyah, maka pembinaan adalah menciptakan manusia dengan cara-cara yang Islami, terutama pembinaan terkait akhlak.31
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari membina akhlak,
pertama, supaya seseorang terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina dan tercela. Kedua supaya interaksi manusia dengan Allah SWT dan sesama makhluk lainnya senantiasa terpelihara dengan baik.
Esensinya sudah tentu memperoleh yang baik, seseorang harus membandingkannya
dengan yang buruk atau membedakan keduanya. Kemudian setelah itu, harus
memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Agar seseorang memiliki budi
pekeri yang baik, maka upaya yang dilakukan adalah dengan cara pembiasaan
sehari-hari.32
30
Al-Ustadz Muhammad Thalib, Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriyah. Op.Cit. h. 180 31
Anis Matta, Spiritualitas Kader,(Jakarta: Bidang Arsip dan Sejarah Sekretariat Jenderal DPP PK (Ylipp), 2014)
32
3. Macam-macam Akhlak (Mulia)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa akhlak adalah karakter yang
melekat dalam jiwa manusia baik karena bawaan maupun karena pembiasaan. Karena
akhlak yang baik itu lahir dari pembiasaan yang baik pula. Ibnu Qayyim al-Jauziyah <