• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KAPASITAS TAMPUNG MAKSIMUM SUNGAI DAN SALURAN DRAINASE TERHADAP BANJIR MAKSIMUM (Studi Kasus DAS Way Kuala Garuntang Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EVALUASI KAPASITAS TAMPUNG MAKSIMUM SUNGAI DAN SALURAN DRAINASE TERHADAP BANJIR MAKSIMUM (Studi Kasus DAS Way Kuala Garuntang Bandar Lampung)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KAPASITAS TAMPUNG MAKSIMUM

SUNGAI DAN SALURAN DRAINASE TERHADAP BANJIR MAKSIMUM (Studi Kasus DAS Way Kuala Garuntang Bandar Lampung)

Yuneri Maulina Megawati1), M. Zen Kadir2), M. Amin2)

Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

ABSTRAK

DAS Way Kuala Garuntang merupakan salah satu DAS di Kota Bandar Lampung yang arah alirannya melalui kawasan perkotaan sehingga kejadian banjir akan sangat mengganggu dan merugikan. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian untuk memprediksi volume banjir yang terjadi di daerah-daerah rawan banjir pada DAS Way Kuala Garuntang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase terhadap banjir maksimum yang direncanakan untuk periode ulang 2, 5, 10, 20, 50, 100 tahun pada DAS Way Kuala Garuntang, sehingga dapat diperkirakan volume banjir maksimumnya.

Perhitungan banjir maksimum pada penelitian ini didapatkan dari hasil analisis data hidrologi (data sekunder), berupa data curah hujan harian maksimum selama 18 tahun. Sedangkan, kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran

drainasenya didapat dari pengukuran secara langsung (data primer) dimensi sungai dan saluran drainase di lapangan.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, diketahui sungai-sungai yang ada di DAS Way Kuala Garuntang masih mampu menampung debit rencana yang

diperhitungkan. Umumnya, kejadian banjir di DAS Way Kuala Garuntang disebabkan oleh masalah saluran drainase, seperti kapasitas tampung yang tidak memadai, tersumbatnya saluran oleh sampah, sedimen, dan sebagainya.

Saluran-saluran drainase yang dianggap rawan banjir, sehingga perlu mendapat prioritas utama untuk diperbaiki oleh pemerintah Kota Bandar Lampung antara lain saluran drainase di Jl. Pagar Alam, sebagian Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, sebagian Jl. Imam Bonjol, Jl. Samratulangi, Jl. Agus Salim, Jl. Sisingamangaraja, dan Jl. Ridwan Rais. Untuk itu perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai dimensi dan tingkat kemiringan sepanjang saluran drainase pada daerah yang dianggap rawan banjir serta penanganan yang sesuai dengan kondisi di daerah tersebut, seperti penggantian bahan saluran alami dan bahan pas.batu kali menjadi plester kasar atau plester halus atau bahkan pendalaman atau pelebaran saluran untuk mengurangi tingkat kerawanannya terhadap banjir.

1)

Alumni Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Unila 2) Dosen Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Unila

(2)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Air merupakan sumber daya alam yang paling berharga, karena tanpa air tidak mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan manusia, hewan, dan tanaman, tetapi juga merupakan media pengangkutan, sumber energi, dan berbagai keperluan lainnya. Pada suatu saat dalam bentuk hujan lebat dan banjir, air juga dapat menjadi benda perusak, menimbulkan kerugian harta dan jiwa, serta menghanyutkan berjuta-juta ton tanah subur. Ilmu yang mempelajari proses yang mengatur kehilangan dan penambahan serta penampungan sumber-sumber air di bumi adalah hidrologi. Dua besaran ekstrem dalam hidrologi adalah besaran maksimum berupa banjir dan besaran minimum berupa kekeringan. Mengingat pentingnya sungai bagi kehidupan manusia, maka keadaan ekstrem alirannya, baik kekeringan maupun banjir tidak dikehendaki. Terutama untuk kasus banjir, perlindungan terhadap berbagai aspek kehidupan di sepanjang sungai perlu diperhatikan. Di dalam analisis hidrologi, salah satu hasil akhir yang sering diharapkan adalah perkiraan besar banjir (atau hujan) rancangan untuk suatu bangunan hidraulik tertentu (Sri Harto, 1993).

Secara umum, banjir dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana tinggi muka air sungai (atau debit sungai) melebihi suatu batas yang ditetapkan oleh suatu kepentingan tertentu. Banjir merupakan hasil rusaknya kesetimbangan air (water balance) akibat berkurangnya nilai infiltrasi dan evepotranspirasi, sehingga nilai debit aliran permukaan (run off) menjadi lebih besar daripada kapasitas angkut debit air pada sistem drainase (alami maupun buatan). Nilai kapasitas angkut yang lebih kecil ini menyebabkan air meluap dari tanggul dan menggenangi daerah sekitarnya.

Adanya tekanan penduduk terhadap kebutuhan lahan baik untuk kegiatan pertanian, perumahan, industri, rekreasi, maupun kegiatan lain akan

menyebabkan perubahan penggunaan lahan. Perubahan penggunaan lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian sumberdaya air adalah perubahan dari kawasan hutan ke penggunaan lainnya seperti, pertanian, perumahan ataupun industri. Kerapatan bangunan (perumahan) yang tinggi misalnya, akan

mengurangi area peresapan air hujan ke dalam tanah. Kerapatan perumahan ini dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung. Perkembangan penduduk Kota Bandar Lampung tahun 1971 sampai dengan tahun 2002 disajikan pada Tabel 1. Apabila kegiatan tersebut tidak segera dikelola dengan baik, maka akan menyebabkan kelebihan air (banjir) pada saat musim hujan dan kekeringan pada saat musim kemarau. Hal ini disebabkan karena perubahan penggunaan lahan yang tidak bijaksana (tidak disertai

penanganan tindakan konservasi), sehingga hujan yang jatuh sebagian besar akan menjadi aliran permukaan (run off).

(3)

Tabel 1. Perkembangan Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 1971 – 2002

Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan Penduduk (%)

1971 198,427 - 1980 284,275 4,81 1990 636,706 12,40 1997 720,231 1,87 1998 737,706 2,43 2000 743,109 0,37 2001 754,847 1,58 2002 757,336 0,33

Sumber: Bappeda Kota Bandar Lampung

Kerugian yang diakibatkan oleh banjir sangat besar. Untuk daerah pertanian misalnya, genangan air yang melebihi batas tinggi tertentu sampai lebih lama dari suatu periode tertentu akan menyebabkan tanaman menjadi kurus, produksinya berkurang, bahkan bisa mematikan tanaman. Penggenangan daerah perkotaan, lapangan terbang, dan daerah-daerah lain, selain menimbulkan kerugian langsung kepada penduduk juga mengganggu kelancaran lalu lintas kendaraan yang berarti mengganggu perhubungan. Bila keadaan itu berlangsung terlalu lama maka akan menghambat jalannya perekonomian.

Baru-baru ini terjadi banjir di beberapa daerah di Kota Bandar Lampung. Daerah-daerah tersebut umumnya adalah Daerah-daerah-Daerah-daerah yang sering dilalui kendaraan atau merupakan jalan besar (utama) di Kota Bandar Lampung, sehingga banjir yang terjadi saat itu dirasakan sangat mengganggu aktivitas di Kota Bandar Lampung, apalagi Kota Bandar Lampung merupakan kota pusat bisnis di Propinsi Lampung. Daerah Way Halim misalnya, puluhan rumah tergenang banjir dan menyebabkan kepanikan warga setempat karena banjir tersebut merupakan banjir terbesar dalam ±15 tahun terakhir. Daerah lain yang mengalami banjir yaitu daerah Kedaton dan beberapa daerah di Panjang (Radar Lampung, 2005).

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase terhadap banjir maksimum yang direncanakan untuk periode ulang 2, 5, 10, 20, 50, 100 tahun pada DAS Way Kuala Garuntang, sehingga dapat diperkirakan volume banjir maksimumnya.

1.3 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini tidak diperhitungkan pengaruh besarnya sedimentasi, penambahan limbah kota, dan perkembangan kota terhadap besarnya banjir yang terjadi. Namun, banjir yang diperhitungkan hanya sebagai akibat dari curah hujan maksimum di DAS Way Kuala Garuntang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan untuk menentukan daerah-daerah yang mengalami banjir dan kemampuan sungai dan saluran drainase dalam menampung banjir,

(4)

serta dapat dijadikan sebagai dasar pemikiran dalam membuat perencanaan bangunan air seperti bendungan, jembatan, maupun bangunan pengendalian banjir.

PELAKSANAAN PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2005 sampai dengan bulan September 2005 di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Kuala Garuntang, Kota Bandar

Lampung.

2.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan dari stasiun pencatat curah hujan di wilayah DAS Way Kuala Garuntang (tahun 1986 sampai dengan tahun 2003), peta administrasi Kota Bandar Lampung, peta topografi Kota Bandar Lampung, peta penggunaan lahan Kota Bandar Lampung, peta jaringan sungai Kota Bandar Lampung, komputer dan alat tulis lainnya, serta rol meter.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pengumpulan data serta analisis data primer dan data sekunder. Data primernya didapat dengan cara pengukuran secara langsung di lapangan terhadap dimensi sungai dan saluran drainase pada DAS Way Kuala Garuntang, Kota Bandar Lampung untuk mengetahui luasan penampang basah suatu penampang melintang sungai dan saluran drainase, sehingga dapat diketahui kapasitas angkut sungai dan saluran drainase tersebut terhadap debit aliran yang melewatinya.

Sedangkan data sekundernya, antara lain: data curah hujajn selama 18 tahun dari 6 stasiun pencatat curah hujan di wilayah DAS Kuala Garuntang, diperoleh dari Dinas PU Pengairan Propinsi Lampung; peta administrasi, peta topografi, peta penggunaan lahan, dan peta jaringan sungai Kota Bandar Lampung diperoleh dari BPN (Badan Pertanahan Nasional) dan Bappeda Kota Bandar Lampung.

3.1 Pelaksanaan Penelitian

Pertama-tama menganalisis data sekunder, yaitu menghitung curah hujan rata-rata DAS Way Kuala Garuntang menggunakan metode Thiessen, kemudian dianalisis frekuensinya menggunakan metode Gumbel. Intensitas curah hujan rencana dihitung menggunakan persamaan Mononobe, sedangkan waktu konsentrasinya dihitung dengan persamaan Kirpich. Hasilnya dapat digunakan untuk menghitung debit rencana dengan metode Rasional.

(5)

Data primer didapatkan dari pengukuran secara langsung dimensi sungai dan saluran drainase di lapangan, meliputi luas penampang saluran, kemiringan saluran, dan jari-jari hidrolis saluran. Kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase dihitung dengan slope area method (persamaan Manning). Setelah data primer dan data sekunder dianalisis, maka langkah berikutnya yaitu mengevaluasi masing-masing nilai yang dihasilkan dari analisis data primer dan sekunder tersebut. Sungai dan saluran drainase dikatakan banjir apabila nilai debit rencananya hasil perhitungan menggunkan metode Rasiona lebih besar daripada nilai kapasitas tampung maksimumnya yang dihitung dengan slope area method

(persamaan Manning).

3.2 Analisis Data

3.2.1 Analisis curah hujan

a) Curah hujan rata-rata

Besarnya curah hujan rata-rata pada DAS Way Kuala Garuntang dihitung menggunakan metode Thiessen.

n n n n n n n R W R W R W A R A R A R A A A A R A R A R A R + + + = + + + = + + + + + + = ... ... ... ... 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1

R : curah hujan daerah

R1, R2, …Rn : curah hujan di tiap titik pengamatan dan n adalah

jumlah titik-titik pengamatan

A1, A2, …An : bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan

A A ,... A A , A A W W W n n 2 1 2 1, ,... : b) Analisis frekuensi

Analisis frekuensi yang digunakan untuk menentukan probabilitas curah hujan atau curah hujan rencana pada DAS Way Kuala Garuntang adalah distribusi Gumbel.

c) Intensitas curah hujan dan waktu konsentrasi

Intensitas curah hujan dihitung berdasarkan besarnya curah hujan rencana menggunakan persamaan Mononobe. Rumus ini sudah lazim digunakan di Indonesia. 3 2 24 tc 24 24 R I       =

(6)

Keterangan: I : intensitas curah hujan (mm/jam)

tc : waktu konsentrasi (jam)

R24 : curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Sedangkan, waktu konsentrasi dihitung dengan rumus Kirpich. -0,385 0,77 x S L 0195 , 0 tc =

Keterangan: tc : waktu konsentrasi (menit)

L : panjang sungai (m)

S : kemiringan sungai (m/m)

3.2.2 Debit banjir maksimum

Perkiraan besarnya debit banjir maksimum dihitung dengan metode rasional. Debit banjir maksimum ini diperlukan untuk mengetahui besarnya debit maksimum yang dapat melewati sungai dan saluran drainase dengan periode ulang tertentu, sehingga dapat diperkirakan kemungkinan terjadinya banjir pada sungai dan saluran drainase tersebut.

A I C 0,278

Qp =

Keterangan: Qp : debit banjir maksimum (m3/det)

C : koefisien aliran

I : intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

A : luas daerah aliran sungai (km2)

3.2.3 Kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase

Kecepatan aliran yang melewati sungai dan saluran drainase dihitung menggunakan rumus Manning.

2 1 3 2 1 S R n V =

kemudian dipakai untuk menghitung kapasitas tampung maksimum sungai dan saluran drainase dengan menggunakan persamaan berikut,

V A

Q= x

Keterangan: V : kecepatan aliran rata-rata (m/det)

n : koefisien kekasaran Manning (tabel)

R : jari-jari hidrolis (m)

S : kemiringan garis energi (m/m)

Q : debit (m3/det)

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Hidrologi

DAS Way Kuala Garuntang memiliki 12 anak sungai, yaitu: (1) Way Kemiling, (2) Way Langkapura, (3) Way Pemanggilan, (4) Way Balau, (5) Way Kedaton, (6) Way Penengahan, (7) Way Awi, (8) Way Simpur, (9) Way Halim, (10) Way Balok, (11) Way Kedamaian, dan (12) Anak Way Kuala. Hulu sungai DAS Way Kuala Garuntang berada pada Pegunungan Kramat dan Pegunungan Langgar

(7)

Perbesi di Kecamatan Tanjung Karang Timur, Gunung Banten dan Gunung Perahu di Kecamatan Kedaton, Pegunungan Tangkit di Tanjung Karang Barat, dan dataran tinggi di Kecamatan Kemiling. Sedangkan, muaranya ke Teluk Lampung, tepat pada perbatasan antara wilayah Teluk Betung Selatan dengan Panjang. Peta jaringan sungai pada DAS Way Kuala Garuntang.

4.2 Analisis Hidrologi 4.2.1 Analisis curah hujan

a) Curah hujan rata-rata DAS

Curah hujan yang dipakai untuk mencari curah hujan rata-rata DAS adalah curah hujan harian maksimum dalam setahun (tahunan) yang tercatat pada stasiun pencatat curah hujan di wilayah DAS Way Kuala Garuntang, seperti pada Tabel 2. berikut ini

Tabel 2. Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan DAS Way Kuala Garuntang Tahun 1991 - 2003

Stasiun Pencatat Curah Hujan Tahun PH-001 PH-002 PH-003 PH-004 PH-005 R-064 1986 50 97 124 73 42 57 1987 125 106 96 89 105 60 1988 71 88 153 75 60 62 1989 185 150 151 83 84 49 1990 143 85 115 79 74 36 1991 90 86 90 120 100 120 1992 119 77 93 89 152 64 1993 43 55 64 126 65 64 1994 117 58 60 95 95 85 1995 83 110 41 82 95 100 1996 103 185 25 62 50 85 1997 130 91 54 39 83 69 1998 130 85 100 100 93 89 1999 67 75 67 85 168 79 2000 74 80 18 60 148 111 2001 80 87 21 700 78 79 2002 95 87 48 153 105 79 2003 75 78 80 72 70 85

Sumber: Dinas PU Pengairan Propinsi Lampung

Persentase luas wilayah yang diwakili oleh masing-masing stasiun pencatat curah hujan di wilayah DAS Way Kuala Garuntang adalah (1) PH-001 sebesar 30,98%; (2) PH-002 sebesar 6,6%; (3) PH-003 sebesar 21,46%; (4) PH-004 sebesar 1,55%; (5) PH-005 sebesar 28,93%; dan (6) R-064 sebesar 10,48%. Dari perhitungan, didapat curah hujan rata-rata DAS Way Kuala Garuntang sebesar 90,1 mm.

b) Curah Hujan Rencana

Curah hujan rencana ini dihitung dengan periode ulang 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun. Semakin besar angka periode ulang, semakin besar curah hujan rencana di DAS Way Kuala Garuntang, namun kejadiannya akan semakin jarang. Curah hujan dengan periode ulang 2 tahun frekuensi

(8)

kejadiannya lebih tinggi daripada curah hujan dengan periode ulang 5 tahun, dan seterusnya. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui harga curah hujan rencana periode ulang 2 tahun sebesar 87,55 mm; curah hujan rencana periode ulang 5 tahun sebesar 106,34 mm; curah hujan rencana periode ulan 10 tahun sebesar 118,77 mm; curah hujan rencana periode ulang 20 tahun sebesar 130,70 mm; curah hujan rencana periode ulang 50 tahun sebesar 146,15 mm, dan curah hujan rencana periode ulang 100 tahun sebesar 157,72 mm. Harga curah hujan rencana tiap periode ulang ini digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan rencana yang kemudian digunakan dalam perhitungan debit rencana.

a) Intensitas curah hujan rencana dan waktu konsentrasi

Dari perhitungan dapat diketahui bahwa semakin singkat waktu konsentrasi, semakin tinggi intensitas curah hujan rencananya. Intensitas curah hujan rencana juga akan meningkat dengan bertambah besarnya periode ulang yang digunakan.

4.3 Debit Banjir Maksimum

Debit banjir maksimum yang dimaksud adalah debit banjir rencana yang dihitung berdasarkan curah hujan maksimum di DAS Way Kuala Garuntang. Semakin besar koefisien pengaliran dan intensitas curah hujan yang terjadi dalam suatu aliran sungai dan saluran drainase, semakin besar debit banjir yang melewatinya.

4.4 Kapasitas tampung Maksimum Sungai dan saluran drainase

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa sungai-sungai di DAS Way Kuala Garuntang masih mampu menampung debit rencana yang telah diperhitungkan. Ini berarti harga kapasitas tampung maksimum sungai-sungai di DAS Way Kuala Garuntang lebih besar daripada harga debit banjir rencana tiap periode ulang. Saluran drainase di Jl. Hayam Wuruk dan Jl. Yos Sudarso masih memenuhi dan mampu menampung debit rencana yang telah diperhitungkan tiap periode ulangnya.

4.5 Volume dan Lokasi Banjir

Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa saluran drainase di Jl Pagar Alam, Jl. P.Kelagian , Jl. Pangeran Antasari, Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. Harimau, Jl. Badak, Jl. Pahlawan, Jl. Tupai, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Imam Bonjol, Jl. Samratulangi, Jl. Panglima Polem, Jl. Agus Salim, Jl. Sisingamangaraja, Jl. Tamin, dan Jl. Ridwan Rais mengalami banjir pada curah hujan tiap periode ulang yang diperhitungkan.

Sedangkan, saluran drainase lainnya mengalami banjir pada curah hujan dengan periode ulang tertentu, yaitu:

a. Saluran drainase di Jl. Arief Rahman Hakim dan Jl. Tirtayasa mengalami banjir terhadap debit rencana dengan periode ulang 20, 50, dan 100 tahun. b. Saluran drainase di Jl. Gajah Mada mengalami banjir terhadap debit

(9)

a. Saluran drainase di Jl. Urip Sumoharjo mengalami banjir terhadap debit rencana dengan periode ulang 100 tahun.

b. Saluran drainase di Jl. Cut Nyak Dien mengalami banjir terhadap debit rencana dengan periode ulang 5 hingga 100 tahun.

c. Saluran drainase di Jl. Morotai mengalami banjir terhadap debit rencana dengan periode ulang 10 hingga 100 tahun.

Tabel 3. Persentase Kapasitas Tampung Maksimum Saluran Drainase Terhadap Debit Rencana Dengan Periode Ulang 5 Tahun

No Lokasi Saluran Drainase QKapasitas (m3/det) QRencana Periode Ulang 5 tahun (m3/det) Persentase (%) 1 Jl. Pagar Alam 0,34 2,46 13,82 2 Jl. Pulau Kelagian 0,31 0,84 36,90 3 Jl. P. Antasari 2,50 4,38 57,08 4 Jl. Teuku Umar 0,83 6,67 12,44 5 Jl. Raden Intan 0,58 1,31 44,27 6 Jl. Harimau 0,52 1,23 42,28 7 Jl. Badak 0,19 0,93 20,43 8 Jl. Pahlawan 0,56 0,93 60,22 9 Jl. Tupai 0,71 1,68 42,26 10 Jl. Imam Bonjol I 0,41 1,02 40,20 11 Jl. Imam Bonjol II 1,30 1,88 69,15 12 Jl. Samratulangi 0,64 1,77 36,16 13 Jl. Panglima Polem 0,65 0,85 76,47

14 Jl. Cut Nyak Dien 0,35 0,42 83,33

15 Jl. Agus Salim 0,20 0,28 71,43

16 Jl. Tamin 0,39 0,49 79,59

17 Jl. Sisingamangaraja 0,46 13,77 3,34

18 Jl. Ridwan Rais 0,16 0,33 48,48

Sumber: Hasil Analisis

Saluran-saluran drainase pada tabel di atas adalah saluran drainase yang mengalami banjir pada periode ulang 5 tahun. Saluran drainase di Jalan Pagar Alam misalnya, mempunyai daya tampung terhadap debit dengan periode ulang 5 tahun sebesar 13,82%. Artinya, hanya 13,82% dari debit total periode ulang 5 tahun yang mampu ditampung oleh saluran tersebut, sedangkan 86,18% nya menjadi volume banjir/genangan air. Saluran di Jalan Pulau Kelagian mampu menampung 36,90% dari debit total periode ulang 5 tahun, sedangkan 63,10% nya menjadi volume banjir. Demikian seterusnya. Semakin kecil nilai persentase kapasitas tampung maksimum saluran drainase terhadap debit periode ulang 5 tahun, maka saluran tersebut semakin rawan terhadap banjir. Saluran inilah yang menjadi prioritas utama atau memerlukan perbaikan secepatnya.

4.6 Penyebab Banjir

Secara garis besar, penyebab terjadinya genangan air atau banjir yang ada di sungai dan saluran drainase DAS Way Kuala Garuntang antara lain:

a. Dimensi dan kapasitas tampung saluran drainase yang tidak memadai. b. Berkurangnya kemampuan dari kapasitas tampung sungai dan saluran

drainase yang ada akibat pendangkalan atau penimbunan di dasar saluran oleh lumpur/sedimen dan tumbuhnya rumput serta tanaman liar di dalam saluran.

(10)

a. Aktivitas masyarakat maupun industri di sekitar sungai dan saluran drainase yang membuang limbah rumah tangga (sampah) atau limbah industri ke dalamnya. Hal ini mengakibatkan pendangkalan dan menghambat aliran air serta penyempitan di beberapa jalur sungai dan saluran drainase yang ada.

b. Berkembangnya daerah pemukiman di sekitar sungai dan saluran drainase, sehingga pada beberapa tempat terjadi perubahan atau penyempitan dari penampang saluran tersebut.

c. Penggundulan hutan dan berkembangnya daerah pemukiman pada daerah hulu sungai, menyebabkan derasnya air hujan yang masuk ke dalam sungai. Akibat lain dari keadaan tersebut adalah terbawanya lumpur yang disebabkan erosi, sehingga terjadi akumulasi lumpur terutama pada daerah hilir sungai serta beberapa tempat seperti

jembatan-jembatan, titik pertemuan sungai, dan belokan-belokan sungai. d. Belum adanya kontinuitas dari segi pemeliharaan, terutama terhadap

pengerukan lumpur dan sampah/limbah pada badan sungai dan saluran drainase.

4.5 Pencegahan Banjir.

Saluran-saluran drainase pada lampiran Tabel 3 dapat diperkecil peluang kejadian banjirnya dengan mengganti bahan saluran tersebut. Peluang kejadian banjir saluran drainase pada Tabel 3 dapat diperkecil dengan cara seperti penggantian bahan saluran alami atau pasangan batu kali menjadi bahan plester. Hal ini menyebabkan meningkatnya kecepatan aliran air pada saluran, sehingga meningkatkan kapasitas tampungnya.

Saluran drainase di Jl. Pagar Alam, Jl. Pahlawan, dan Jl. Panglima Polem tidak banjir untuk periode ulang 2 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester halus. Saluran drainase di Jl. Antasari dan Jl. Raden Intan tidak banjir untuk periode ulang

2 hingga 10 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester halus. Saluran drainase di Jl. Cut Nyak Dien tidak banjir untuk periode ulang 2 dan 5 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester halus. Saluran drainase di Jl. Agus Salim tidak banjir untuk periode ulang 2 hingga 10 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester halus. Saluran drainase di Jl. Ridwan Rais tidak banjir untuk periode ulang 2 hingga 50 tahun dengan penggantian bahan saluran menjadi plester kasar.

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sungai-sungai di DAS Way Kuala Garuntang masih mampu menampung

(11)

2) Pada umumnya kejadian banjir di DAS Way Kuala Garuntang disebabkan oleh masalah saluran drainase, seperti kapasitas tampung yang tidak memadai dan tersumbatnya saluran oleh sampah.

3) Saluran drainase di Jl. Hayam Wuruk dan Jl. Yos Sudarso masih mampu menampung debit rencana untuk periode ulang hingga 100 tahun.

4) Saluran drainase di Jl Pagar Alam, Jl. P.Kelagian , Jl. Pangeran Antasari, Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. Harimau, Jl. Badak, Jl. Pahlawan, Jl. Tupai, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Imam Bonjol, Jl. Samratulangi, Jl. Panglima Polem, Jl. Agus Salim, Jl. Tamin, Jl. Sisingamangaraja, dan Jl. Ridwan Rais mengalami banjir pada curah hujan tiap periode ulang yang diperhitungkan.

5) Saluran drainase di Jl. Arief Rahman, Jl. Gajah Mada, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Cut Nyak Dien, Jl. Tirtayasa, dan Jl. Morotai hanya mengalami banjir pada curah hujan dengan periode ulang tertentu.

6) Saluran drainase yang dianggap rawan terhadap banjir sehingga perlu

mendapatkan prioritas utama untuk diperbaiki antara lain saluran drainase di Jl. Pagar Alam, Jl. Kelagian, Jl. Antasari, sebagian Jl. Teuku Umar, Jl. Raden Intan, Jl. Harimau, Jl. Badak, Jl. Tupai, sebagian Jl. Imam Bonjol,

Jl. Samratulangi, Jl. Sisingamangaraja, dan Jl. Ridwan Rais.

5.2 Saran

1) Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai dimensi dan tingkat kemiringan sepanjang saluran drainase pada daerah yang dianggap rawan terhadap banjir serta penanganan yang sesuai dengan kondisi di daerah tersebut.

2) Perlunya perhatian, perawatan, dan usaha perbaikan dari pemerintah Kota Bandar Lampung terhadap saluran-saluran yang dianggap rawan terhadap banjir, seperti penggantian bahan saluran alami dan bahan pasangan batu kali menjadi plester kasar atau plester halus atau bahkan pendalaman atau

pelebaran saluran untuk mengurangi tingkat kerawanannya terhadap banjir.

DAFTAR PUSTAKA

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajdah Mada University Press. Yogyakarta.

Br. Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. CV. Physik Samudra. 1995. Pekerjaan Pendataan Banjir di Kotamadya Bandar

Lampung Tahun Anggaran 1994/1995. Laporan. Departemen Pekerjaan Umum. Lampung.

Linsley, K.Ray; Kohler, A.Max; Paulhus, L.H.Joseph; Hermawan, Yandi. 1991.

Hidrologi untuk Insinyur. Erlangga. Jakarta.

Noersyachbana. 1984. Analisa Frekuensi Hidrologi Sub DAS Lesti, Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu. IPB. Bogor.

(12)

Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-Dasar Hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soemarto, CD, Ir. 1986. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya.

Soewarno. 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. Nova. Bandung.

Sosrodarsono, Suyono, Ir; Takeda, Kensaku. 1999. Hidrologi untuk Pengairan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.

Subarkhah, Imam, Ir. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Idea Dharma Bandung. Bandung.

Sulistiorini, Ani. 1999. Pola Aliran Permukaan pada Daerah Tangkapan Bodong Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Skripsi.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 1971 – 2002  Tahun  Jumlah Penduduk  Pertumbuhan Penduduk (%)
Tabel 2. Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan DAS Way Kuala Garuntang
Tabel 3. Persentase Kapasitas Tampung Maksimum Saluran Drainase Terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi dari jumlah penerimaan Pajak Penghasilan dalam penelitian ini adalah jumlah pemasukan atau penerimaan pajak

Republik Indonesia Nomor 5656), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang

Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan kemampuan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantaeng dalam merealisasikan pengeluaran dibandingkan dengan kemampuan dalam

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Vivi Anggriani, menyatakan bahwa skripsi dengan judul PENGARUH KOMITE AUDIT DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP MANAJEMEN

terhadap seran lah ini, akan d atu algoritma u dengan ber KG. RANCANGA angkitan kun masukan berup an sebuah ku dimasukkan semu yang d dibutuhkan le ran Kun bbi Kurnia eknik

Pada lama waktu thawing yang sama, motilitas spermatozoa pada semen beku sapi FH yang di- thawing dalam air 37°C memiliki kecenderungan lebih tinggi jika dibandingkan dengan

Suatu himpunan vektor merentang ruang vektor jika setiap vektor dalam ruang vektor tersebut dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari beberapa vektor dalam himpunan

Secara umum kewenangan Presiden berdasarkan UUD 1945 terbagi atas beberapa kewenangan seperti: (a) kewenangan yang bersifat eksekutif atau kewenangan dalam