SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI
1. Prinsip Dasar dan Tujuan AnalisisSNSE merupakan suatu kerangka data yang disusun dalam bentuk matrik yang merangkum berbagai variabel sosial dan ekonomi secara kompak dan terintegrasi sehingga dapat memberikan gambaran umum mengenai perekonomian suatu negara dan keterkaitan antar variabel-variabel ekonomi dan sosial pada suatu waktu tertentu. Dengan menggunakan SNSE, kinerja ekonomi dan sosial suatu negara atau propinsi, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional, termasuk masalah-masalah distribusi pendapatan, baik distribusi pendapatan rumah tangga maupun distribusi pendapatan faktorial, dan juga pola pengeluaran rumah tangga, dapat ditelaah. Data SNSE menggunakan kerangka keseimbangan umum, hal yang sama pada tabel I-O. Tetapi cakupan SNSE lebih luas dari tabel I-O. Tabel I-O menyajikan informasi mengenai distribusi pendapatan, konsumsi rumah tangga dan tenaga kerja tetapi secara agregat sehingga perincian secara mendalam tidak dapat dilakukan. Selama ini distribusi pendapatan dalam I-O hanya menurut sektor ekonomi, tidak menurut golongan tenaga kerja/rumah tangga. Jumlah tenaga kerja hanya dirinci menurut sektor ekonomi tanpa merinci apakah tenaga kerja tersebut bekerja sebagai manajer, staf, dan sebagainya. Tabel I-O merupakan uraian statistik dalam bentuk matrik yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antara satu kegiatan ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah pada suatu periode waktu tertentu.
1.1 Pendekatan Keseimbangan Umum Dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi
Hubungan variabel sosial dan ekonomi masyarakat dijelaskan melalui kerangka dasar SNSE yang paling sederhana berupa suatu sistem analisis yang dapat dijelaskan dalam hubungan antara sub-sistem, yaitu:
1. struktur produksi,
2. distribusi pendapatan (nilai tambah) dalam aktivitas produksi, 3. pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi.
Hubungan tersebut dimulai dari distribusi pendapatan dan tingkat tenaga kerja tertentu yang menciptakan pengeluaran berupa konsumsi dan menciptakan investasi lewat tabungan. Pengeluaran tersebut akan menimbulkan permintaan akan output tertentu dan akan menciptakan permintaan tidak langsung terhadap faktor produksi yang akhirnya
Keinginan dan Kebutuhan permintaan Akhir Struktur Produksi Distribusi Pendapatan Institusi/Rumah tangga Distribusi Kekayaan Distribusi
Pendapatan Faktorial Tabungan Investasi
menghasilkan distribusi pendapatan bagi rumah tangga. Selain itu, terciptanya investasi akan menimbulkan distribusi kekayaan, yang akan meningkatkan konsumsi dan mungkin tabungan, dan konsekuensinya lebih jauh mungkin akan meningkatkan investasi. Kemudian kembali ke keinginan dan kebutuhan permintaan akhir. Hal semacam ini dikenal dengan kerangka keseimbangan umum. Hubungan ini dapat dilihat dalam diagram berikut:
Gambar 1. Diagram Antar Sub Sistem Dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi
Sumber: BPS, 1975
1.2 Kerangka Dasar Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE)
Kerangka dasar pembentukan SNSE adalah berbentuk matrik dengan ukuran 4x4, yang berbasis pada neraca-neraca pelaku ekonomi (actors) yang telah dikonsolidasikan. Bentuk dari matrik yang menggambarkan perilaku dari pelaku-pelaku ekonomi dalam bentuk berbagai transaksi tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel ini merupakan tabel contoh yang sangat ringkas yang tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana sistem data ini bekerja. Susunan angka-angka yang terlihat pada tabel merupakan suatu sistem neraca, dimana pada setiap angka yang ada pada sel-sel matrik mencerminkan hubungan antara transaksi pada satu neraca dengan transaksi pada neraca yang lainnya.
Dalam kerangka SNSE terdapat 4 neraca utama, yaitu: 1. neraca faktor produksi,
2. neraca institusi,
4. neraca lainnya (rest of the world).
Tabel 1. Kerangka Dasar SNSE
Masing-masing neraca tersebut menempati satu lajur baris dan satu lajur kolom. Isian pada setiap lajur baris menjelaskan tentang struktur penerimaan (baca baris), sedangkan isian pada setiap lajur kolom menjelaskan tentang struktur pengeluaran (baca kolom). Perpotongan antara suatu neraca dengan neraca yang lainnya memberikan arti tersendiri. Tabel 2 memberikan arti secara singkat mengenai masing-masing perpotongan tersebut.
Tabel 2. Arti Hubungan Antar Neraca Dalam Kerangka SNSE
Neraca SNSE dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu neraca endogen dan neraca eksogen. Neraca endogen terdiri dari neraca (sub-sistem) faktor produksi, neraca institusi kecuali pemerintah, neraca sektor produksi, dan neraca komoditas. Sedangkan yang dikelompokkan dalam neraca eksogen adalah neraca atau variabel yang dapat dijadikan
Pengeluaran Penerimaan Faktor
Produksi Institusi Produksi Sektor Lainnya Neraca Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Faktor Produksi 0 0 T1.3 T1.4 T1 Institusi T2.1 T2.2 0 T2.4 T2 Sektor Produksi 0 T3.2 T3.3 T3.4 T3 Neraca Lainnya T4.1 T4.2 T4.3 T4.4 T4 Total T’1 T’2 T’3 T’4 Pengeluaran Penerimaan Faktor
Produksi Institusi Sektor Produksi Neraca Lainnya Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) Faktor Produksi 0 0 Alokasi Nilai Tambah Ke Faktor Produksi Pendapatan Faktor Produksi dari Luar Negeri Distribusi Pendapatan Faktorial Institusi Alokasi Pendapatan Faktor Produksi ke Institusi Transfer Antar Institusi 0 Transfer Dari Luar Negeri Distribusi Pendapatan Institusional Sektor
Produksi 0 Permintaan Akhir Permintaan Antara Ekspor dan Investasi Total Output Neraca Lainnya Alokasi Pendapatan Faktor Produksi Ke Luar Negeri
Tabungan Tidak Langsung Impor, Pajak Neraca Lainnya Transfer dan Penerimaan Total Lainnya Total Distribusi Pengeluaran Faktor Produksi Distribusi Pengeluaran
Institusi Total Input
Total Pengeluaran
alat untuk mengatur kebijaksanaan (policy tools) oleh pemerintah atau variabel yang sulit dikontrol (di luar jangkauan model), yang meliputi neraca pemerintah, neraca kapital, pajak tak langsung neto, dan neraca luar negeri. Faktor eksogen dapat berupa kenaikan BBM, maupun akibat dari suatu peristiwa yang sangat mempengaruhi perekonomian suatu daerah/wilayah seperti penurunan konsumsi wisatawan mancanegara yang datang ke bali akibat dari peristiwa bom Bali, dan sebagainya. Ini yang disebut sebagai injeksi dalam SNSE.
1.3 Tujuan Analisis
Tujuan menggunakan SNSE adalah untuk melihat kinerja sosial ekonomi suatu wilayah secara makro, seperti:
1. kinerja pembangunan ekonomi suatu wilayah, seperti Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional/propinsi menurut sektor-sektor ekonomi maupun pengeluaran, konsumsi, investasi dan tabungan masyarakat, hutang dan piutang negara atau pemerintah daerah, dan leakages (kebocoran), yaitu besarnya penerimaan suatu negara atau wilayah yang mengalir ke luar negeri atau ke luar wilayah.
2. distribusi pendapatan faktorial, yaitu distribusi pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi tenaga kerja dan modal.
3. distribusi pendapatan rumah tangga yang dirinci menurut berbagai golongan rumah tangga.
4. pola pengeluran rumah tangga.
5. distribusi tenaga kerja menurut sektor atau lapangan usaha dimana mereka bekerja termasuk distribusi pendapatan tenaga kerja yang mereka peroleh sebagai balas jasa tenaga kerja yang mereka sumbangkan.
2. Format Data Dasar dan Cara Pengolahan Data
Data yang digunakan dalam analisis ini adalah publikasi SNSE dan data penunjang lainnya seperti PDB atau PDRB, jumlah tenaga kerja menurut lapangan usaha, dan sebagainya yang mendukung analisis yang akan dilakukan.
Pengolahan data menggunakan program Excel dengan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan invers matrik.
3. Model Matematis
Dari kerangka dasar SNSE seperti yang terlihat pada Tabel 1 dapat diturunkan besaran yang disebut sebagai kecenderungan pengeluaran rata-rata (average expenditure propensity), dinotasikan sebagai:
1 − = ij j ij T T A ..……….………..……….(1) dimana: ij
A = kecenderungan pengeluaran rata-rata baris ke-i, kolom ke-j
ij
T = neraca baris ke-i, kolom ke-j
j
T = total kolom ke-j
Atau dapat juga ditulis dalam bentuk:
j ij ij A T
T = ..………...……….(2)
Dengan menyatakan Yi sebagai vektor kolom dari matriks neraca eksogen (Ti.4 untuk i=1,
2, 3, 4), maka Tabel 2.1 dapat ditulis dalam persamaan matrik sebagai berikut:
+ = 4 3 2 1 3 2 1 43 42 41 33 32 22 21 13 4 3 2 1 0 0 0 0 Y Y Y Y T T T A A A A A A A A T T T T ………...………..………(3) 14
A diasumsikan = 0 karena tidak ada pencatatan terhadap transaksi pendapatan faktor produksi ke luar negeri (T41 = 0), sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi:
+ = 4 3 2 1 3 2 1 43 42 33 32 22 21 13 4 3 2 1 0 0 0 0 0 Y Y Y Y T T T A A A A A A A T T T T ………..………..…….………(4)
Karena Aij merupakan matrik dengan unsur-unsur konstan, maka persamaan (4) dapat ditulis sebagai berikut:
+ = 3 2 1 3 2 1 33 32 22 21 13 3 2 1 0 0 0 0 Y Y Y T T T A A A A A T T T ………..……..……….……(5) dan 4 44 3 43 2 42 4 A T A T A T T = + + ..………..………..………(6)
Persamaan (6) merupakan persamaan neraca eksogen dan nilai T4 akan dapat dicari bila T2
dan T3 diketahui.
3.1 Matrik Pengganda Neraca
Kembali pada persamaan (5) dimana persamaan tersebut dapat ditulis notasi matriks sebagai berikut:
Y AT T = + .……….………..……….(7) Y AT T − =
(
I−A)
T =Y(
I A)
Y T = − −1 .………...………..…………....………..…(8)Dan bila
(
I−A)
−1 adalah matrik pengganda neraca (Ma), maka persamaan tersebutdapat ditulis menjadi T =Ma⋅Y.
3.2 Dekomposisi Pengganda Neraca
Dekompisisi pengganda neraca dilakukan untuk memperlihatkan tahap/proses perubahan neraca endogen yang diakibatkan oleh perubahan neraca eksogen secara jelas. Sebenarnya pengaruh perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya tidak terjadi begitu saja dalam bentuk pengganda neraca (Ma), melainkan terjadi melalui beberapa tahapan,
yaitu pengganda transfer (yang menggambarkan dampak yang terjadi pada neraca itu sendiri), pengganda lompatan terbuka (yang menunjukkan dampak yang terjadi pada neraca lain), dan melalui pengganda lompatan tertutup (menggambarkan dampak yang kembali pada neraca semula, setelah melalui proses pada neraca lain).
Dekomposisi matrik Ma dapat dilakukan dalam bentuk perkalian (multiplicative)
dan dalam bentuk penjumlahan (additive), dengan memisahkan elemen-elemen matrik yang terdapat pada persamaan (5). Elemen-elemen tersebut dapat dipisahkan berdasarkan elemen yang merupakan elemen diagonal dan bukan diagonal. Elemen diagonal adalah
22
A dan A33, sedangkan elemen bukan diagonal adalah A13, A21, dan A32. Sehingga
matrik A pada persamaan (5) dapat ditulis dalam bentuk:
+ + = 3 2 1 3 2 1 32 21 13 3 2 1 33 22 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Y Y Y T T T A A A T T T A A T T T .………...….(9)
+ = − 3 2 1 3 2 1 32 21 13 3 2 1 33 22 3 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Y Y Y T T T A A A T T T A A T T T .…………...…...(10) Misalkan = 33 22 0 0 0 0 0 0 0 A A
B maka persamaan (10) dapat ditulis menjadi:
(
)
+ = − 3 2 1 3 2 1 32 21 13 0 0 0 0 0 0 Y Y Y T T T A A A T B I(
)
(
)
− + − = − − 3 2 1 1 3 2 1 32 21 13 1 0 0 0 0 0 0 Y Y Y B I T T T A A A B I T …………..………..(11) Sehingga(
)
(
)
(
)
− − = − − − − 1 33 1 22 1 0 0 0 0 0 0 A I A I I B IMisal matrik Ma1 adalah:
(
)
(
)
− − = − − 1 33 1 22 1 0 0 0 0 0 0 A I A I I Ma ..………..………..………(12)maka persamaan (11) dapat ditulis menjadi
Y M T A A A M T a a1 32 21 13 1 0 0 0 0 0 0 + = ………..………...(13)
Persamaan (11) dapat juga ditulis menjadi: Y M T A T = + a⋅ * ………..……….…..(14) dimana = 0 0 0 0 0 0 32 21 13 1 * A A A M A a ……….………..(15)
Dengan asumsi bahwa invers matrik
(
22)
1−
−A
I dan
(
33)
1−
−A
I itu ada, maka kedua matrik tersebut dapat ditulis sebagai berikut:
(
−)
−1 = + 2+ 3 +... ii ii ii I A A A I …………..………..(16)Nilai
(
I−Aii)
−1 adalah lebih dari satu karena semua elemen Aii bernilai positif, olehkarena itu Ma1 juga ada (exist). Dengan asumsi bahwa invers matrik
(
I− A*)
−1 ada, makapersamaan (14) dapat ditulis sebagai berikut:
(
I A)
M YT = − * −1 a⋅
………..……….…….(17) Dan matrik
(
I−A*)
dapat ditulis sebagai berikut:(
)
(
)(
)
(
* *)(
*)
1 * * * * * * * 1 * 3 2 6 3 2 3 2 ... ... − − + + + = + + + + + = + + + + = − A I A A I A A I A A I A A A I A I ………(18) sehingga(
I A A)(
I A)
M Y T = + + − a ⋅ − 1 1 * * * 2 3 ..………..………(19) dimana(
)
(
*3)
1 3 2 * * 2 − − = + + = A I M A A I M a a Sedangkan = 0 0 0 0 0 0 32 21 13 1 * A A A M A a atau = 0 0 0 0 0 0 * 32 * 21 * 13 * A A A A dan = 0 0 0 0 0 0 * 21 * 32 * 33 * 21 * 32 * 13 *2 A A A A A A A …………..………..……..(20) = * 13 * 21 * 32 * 32 * 13 * 21 * 21 * 32 * 13 * 0 0 0 0 0 0 3 A A A A A A A A A A ………..……….……..(21)Terlihat bahwa matrik Ma dapat didekomposisi menjadi: 1 2 3 a a a a M M M M = ..………….……….………..……(22)
Matrik Ma dapat juga didekomposisikan dalam bentuk pertambahan sebagai berikut:
(
) (
)
(
)
a a a a a a a a a a C O T I M M I M M I M I M I M + + + = − + − + − + = 1 2 1 3 2 1 …………..………..(23) dimana(
M I)
Ta = a1− = pengganda transfer(
a2)
a1 a M I MO = − = pengganda lompatan terbuka
(
a3)
a2 a1a M I M M
C = − = pengganda lompatan tertutup
Pada persamaan (23) terlihat bahwa pengganda neraca merupakan penjumlahan dari matrik identitas (I), pengganda transfer, pengganda lompatan terbuka, serta pengganda lompatan tertutup.
4. Intepretasi Hasil Analisis 4.1 Matrik Pengganda Neraca
Matrik pengganda neraca menunjukkan perubahan neraca endogen sebesar Ma sebagai akibat dari adanya perubahan neraca eksogen sebesar 1 unit, misal kenaikan permintaan sektor padi untuk diekspor ke luar negeri.
4.2 Dekomposisi Pengganda Neraca
Dekompisisi pengganda neraca dilakukan untuk memperlihatkan tahap/proses perubahan neraca endogen yang diakibatkan oleh perubahan neraca eksogen secara jelas. Proses perubahan tersebut melalui:
1. Pengganda Transfer (Transfer Multiplier = Ta).
Menggambarkan dampak yang terjadi di dalam set neraca itu sendiri sebagai akibat adanya injeksi terhadap salah satu sektor dalam set neraca tersebut. Misal kenaikan permintaan terhadap padi akan menyebabkan kenaikan output sektor padi itu sendiri serta output sektor-sektor produksi lainnya. Kenaikan output sektor padi itu sendiri dan output sektor-sektor lainnya tersebut merupakan hasil dari adanya pengganda transfer yang bekerja di dalam set neraca produksi.
2. Pengganda Lompatan Terbuka (Open Loop Multiplier = Oa).
Menggambarkan dampak yang terjadi pada suatu set neraca sebagai akibat adanya perubahan pada salah satu sektor dalam set neraca lain. Misal kenaikan permintaan padi akan menyebabkan kenaikan permintaan terhadap tenaga kerja. Di sini terlihat bahwa perubahan pada neraca sektor padi yang berada dalam set neraca produksi, menyebabkan perubahan pada set neraca sektor tenaga kerja yang berada dalam set neraca lain, yaitu neraca faktor produksi. Perubahan ini terjadi berkat adanya pengganda open loop.
3. Pengganda Lompatan Tertutup (Closed Loop Multiplier = Ca).
Menggambarkan dampak yang terjadi pada suatu set neraca yang diakibatkan oleh adanya perubahan pada set neraca lain, dimana perubahan pada set neraca lain tersebut sebelumnya merupakan dampak pada perubahan pada set neraca yang pertama, sehingga dampak ini merupakan dampak yang kembali pada set neraca semula. Misal, kenaikan permintaan sektor padi (set neraca produksi), mengakibatkan kenaikan sektor output padi (set neraca produksi), selanjutnya menaikkan permintaan sektor tenaga kerja (set neraca faktor produksi), sehingga pendapatan tenaga kerja (set neraca institusi meningkat), dan berikutnya konsumsi rumah tangga akan naik pula yang akan diikuti dengan meningkatnya permintaan akan padi (set neraca produksi).
5. Contoh Aplikasi
Misal, injeksi yang digunakan adalah penurunan konsumsi wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Bali terhadap komoditas pertanian, industri pengolahan, perdagangan, angkutan, penggudangan dan komunikasi, serta jasa kemasyarakatan akibat peristiwa bom Bali. Dari hasil matrik pengganda diperoleh bahwa secara umum pada tahun 2002 penurunan konsumsi pada komoditas pertanian, industri pengolahan, perdagangan, angkutan, penggudangan dan komunikasi, serta jasa kemasyarakatan mempunyai dampak terhadap permintaan komoditas, yaitu terjadi penurunan permintaan terhadap komoditas yang ada di Bali. Komoditas perdagangan merupakan komoditas yang mengalami penurunan permintaan terbesar yakni sebesar Rp. 5.230,33 miliar. Kemudian diikuti oleh komoditas industri pengolahan dan komoditas pertanian masing-masing mengalami penurunan permintaan sebesar Rp. 2.521,09 miliar dan Rp. 2.040,13 miliar. Sebaliknya, komoditas pertambangan dan penggalian mengalami penurunan permintaan terkecil yaitu sebesar Rp. 19,56 miliar.
Penurunan permintaan komoditas berdampak pada output yang dihasilkan oleh sektor-sektor yang ada di Bali. Sektor yang memiliki dampak yang relatif besar adalah sektor perdagangan mengalami penurunan output sebesar Rp. 4.963,72 miliar. Sektor industri pengolahan dan komoditas pertanian merupakan sektor yang mengalami penurunan terbesar kedua dan ketiga yakni masing-masing sebesar Rp. 1.416,38 miliar dan Rp. 1.291,22 miliar. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian adalah sektor yang mengalami penurunan output terkecil, yaitu sebesar Rp. 7,16 miliar.
Penurunan output sektor berdampak pada penurunan pemakaian faktor produksi yang pada akhirnya akan menurunkan balas jasa tenaga kerja. Tenaga kerja tata-usaha, tenaga penjualan dan jasa-jasa penerima upah dan gaji merupakan tenaga kerja yang mengalami penurunan pendapatan terbesar yaitu sebesar Rp. 1.130,79 miliar. Tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp. 590,87 miliar. Kemudian tenaga kerja tata-usaha, tenaga penjualan dan jasa-jasa bukan penerima upah dan gaji mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp. 544,59 miliar. Sedangkan tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji adalah tenaga kerja yang memiliki dampak yang relatif kecil dibandingkan dengan tenaga kerja lainnya. Tenaga kerja tersebut mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp. 67,23 miliar. Selanjutnya penurunan konsumsi wisman juga berpengaruh terhadap penurunan pendapatan faktor produksi bukan tenaga kerja (modal) yaitu sebesar Rp. 2.144,20 miliar.
Penurunan penerimaan faktor produksi tersebut pada akhirnya berdampak pada pendapatan institusi. Apabila dilihat dari pendapatan rumah tangga maka rumah tangga bukan pertanian golongan atas di kota yang mengalami penurunan pendapatan terbesar, yaitu sebesar Rp. 981,08 miliar. Kemudian diikuti oleh rumah tangga golongan rendah di kota dan rumah tangga golongan atas di desa yang masing-masing mengalami penurunan sebesar Rp. 763,79 miliar dan Rp. 626,42 miliar. Sedangkan rumah tangga yang mengalami penurunan pendapatan terkecil adalah rumah tangga buruh tani, yakni sebesar Rp. 40,30 miliar. Disamping rumah tangga, perusahaan juga mengalami penurunan pendapatan, yaitu sebesar Rp. 1.087,77 miliar (lihat Tabel 3).
Tabel 3. Pengganda Neraca Pendapatan SNSE Propinsi Bali Tahun 2002 (Miliar Rupiah)
Neraca yang dipengaruhi injeksi Nilai Injeksi Multiplier (Ma)
(1) (2) (3)
Faktor Produksi
Tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji - 67,23
Tenaga kerja pertanian bukan penerima upah dan gaji - 590,87 Tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, buruh kasar penerima upah
dan gaji - 417,67
Tenaga kerja produksi, operator alat angkutan, buruh kasar bukan penerima
upah dan gaji - 348,63
Tenaga kerja tata-usaha, tenaga penjualan dan jasa-jasa penerima upah dan
gaji - 1130,79
Tenaga kerja tata-usaha, tenaga penjualan dan jasa-jasa bukan penerima
upah dan gaji - 544,59
Tenaga kerja manajer, ketatalaksanaan, militer dan profesional penerima
upah dan gaji - 277,45
Tenaga kerja manajer, ketatalaksanaan, militer dan profesional bukan
penerima upah dan gaji - 128,78
Bukan tenaga kerja - 2144,20
Institusi
Rumah tangga buruh tani - 40,30
Rumah tangga petani yang memiliki tanah 0-0,5 ha - 380,36
Rumah tangga petani yang memiliki tanah 0,5-1 ha - 337,57
Rumah tangga petani yang memiliki tanah lebih dari 1 ha - 160,47
Rumah tangga golongan rendah di desa - 543,22
Rumah tangga bukan angkatan kerja di desa - 127,46
Rumah tangga golongan atas di desa - 626,42
Rumah tangga golongan rendah di kota - 763,79
Rumah tangga bukan angkatan kerja di kota - 166,81
Rumah tangga golongan atas di kota - 981,08
Perusahaan - 1087,77
Sektor Produksi
Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan - 1291,22
Pertambangan dan Penggalian - 7,16
Industri Pengolahan - 1416,38
Listrik, Gas, dan Air - 130,31
Bangunan - 95,69
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel - 4963,72
Angkutan, Penggudangan, dan Komunikasi - 1138,09
Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan
JasaPerusahaan - 411,25
Jasa Kemasyarakatan - 518,35
Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan - 950,71 Komoditas
Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 84,97 2040,13
Pertambangan dan Penggalian - 19,56
Industri Pengolahan 1.038,71 2521,09
Listrik, Gas, dan Air - 503,55
Bangunan - 96,73
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 2.909,93 5230,33
Angkutan, Penggudangan, dan Komunikasi 480,88 1272,00
Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa
Perusahaan - 450,57
Dari dekomposisi matrik pengganda diperoleh bahwa injeksi (penurunan konsumsi wisman) pada komoditas pertanian, industri pengolahan, perdagangan, angkutan, penggudangan dan komunikasi, serta jasa kemasyarakatan di propinsi Bali menyebabkan penurunan permintaan komoditas yang akan mempengaruhi output sektor-sektor ekonomi yang ada di Bali (dampak ini disebut sebagai dampak transfer). Penurunan tersebut misalnya, terjadi pada komoditas pertanian yang berdampak pada penurunan output sektor pertanian. Penurunan permintaan komoditas pertanian sebesar Rp. 563,11 miliar mengakibatkan penurunan output sektor pertanian sebesar Rp. 410,18 miliar. Komoditas yang mengalami penurunan permintaan terbesar adalah sektor perdagangan sebesar Rp. 1.185,34 miliar, dan output sektor ini juga mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar Rp. 3.886,51 miliar. Komoditas angkutan, penggudangan, dan komunikasi mengalami penurunan permintaan sebesar Rp. 514,17 miliar dan output sektor ini juga mengalami penurunan terbesar ketiga setelah sektor pertanian yaitu sebesar Rp. 890,29 miliar. Sedangkan, komoditas pertambangan dan penggalian mengalami penurunan permintaan terkecil, yaitu sebesar Rp. 12,73 miliar yang berdampak pada penurunan output sektor ini sebesar Rp. 4,66 miliar yang merupakan penurunan output terkecil dari seluruh penurunan yang terjadi di masing-masing sektor ekonomi Bali.
Pengganda lompatan terbuka menunjukkan dampak dari penurunan konsumsi komoditas pertanian, industri pengolahan, perdagangan, angkutan, penggudangan dan komunikasi, serta jasa kemasyarakatan terhadap pendapatan tenaga kerja. Pendapatan tenaga kerja yang mengalami penurunan akan berpengaruh pada pendapatan institusi yang juga akan mengalami penurunan. Apabila dilihat dari pendapatan tenaga kerja, maka tenaga kerja tata-usaha, tenaga penjualan dan jasa-jasa penerima upah dan gaji mengalami penurunan pendapatan terbesar, yakni sebesar Rp. 842,62 miliar. Pendapatan tenaga kerja tata-usaha, tenaga penjualan dan jasa-jasa bukan penerima upah dan gaji mengalami penurunan pendapatan terbesar kedua yakni sebesar Rp. 412,65 miliar. Pendapatan tenaga kerja produksi operator alat angkutan, buruh kasar penerima upah dan gaji mengalami penurunan pendapatan sebesar Rp. 287,08 miliar. Sedangkan tenaga kerja pertanian penerima upah dan gaji adalah tenaga kerja yang mengalami penurunan pendapatan terkecil yaitu sebesar Rp. 21,36 miliar. Sedangkan modal mengalami penurunan sebesar Rp. 1.412,42 miliar. Apabila dilihat dari pendapatan rumah tangga, rumah tangga golongan atas di kota adalah rumah tangga yang mengalami penurunan pendapatan terbesar, yakni sebesar Rp. 692,58 miliar. Kemudian diikuti oleh rumah tangga golongan rendah di kota dan rumah tangga golongan atas di desa yang masing-masing mengalami
Tabel 4. Dekomposisi Pengganda Neraca Untuk Injeksi Komoditas Tahun 2002 (Miliar Rupiah)
Dampak Pengganda Neraca Neraca yang dipengaruhi injeksi Nilai Injeksi Ta Oa Ca Ma (1) (2) (3) (4) (5) (6) Faktor Produksi 1 - - 21,36 45,87 67,23 2 - - 187,70 403,17 590,87 3 - - 287,08 130,59 417,67 4 - - 233,64 114,99 348,63 5 - - 842,62 288,17 1130,79 6 - - 412,65 131,944 544,59 7 - - 193,36 84,09 277,45 8 - - 89,48 39,29 128,78 9 - - 1412,42 731,78 2144,20 Sub Total 5.650,22 Institusi 10 - - 25,46 14,84 40,30 11 - - 245,50 134,86 380,36 12 - - 175,98 161,59 337,57 13 - - 80,83 79,64 160,47 14 - - 337,19 206,03 543,22 15 - - 72,25 55,21 127,46 16 - - 390,59 235,83 626,42 17 - - 540,30 223,48 763,79 18 - - 117,07 49,74 166,81 19 - - 692,58 288,50 981,08 20 - - 716,53 371,24 1087,77 Sub Total 5.215,24 Sektor Produksi 22 - 410,18 - 881,05 1291,22 23 - 4,66 - 2,50 7,16 24 - 816,85 - 599,53 1416,38 25 - 88,43 - 41,89 130,31 26 - 70,35 - 25,34 95,69 27 - 3886,51 - 1077,20 4963,72 28 - 890,29 - 247,80 1138,09 29 - 236,03 - 175,22 411,25 30 - 324,86 - 193,49 518,35 Sub Total 9.972,17 Margin (31) - 533,54 - 417,17 950,71 Komoditas 32 84,97 563,11 - 1.392,05 2040,13 33 - 12,73 - 6,83 19,56 34 1.038,71 415,24 - 1.067,14 2521,09 35 - 341,70 - 161,85 503,55 36 - 71,12 - 25,62 96,73 37 2.909,93 1185,34 - 1.135,06 5230,33 38 480,88 514,17 - 276,95 1272,00 39 - 258,60 - 191,98 450,57 40 143,96 219,38 - 216,40 579,75 Sub Total 12.713,73
penurunan pendapatan sebesar Rp. 540,30 miliar dan Rp. 390,59 miliar. Sedangkan rumah tangga buruh tani mengalami penurunan pendapatan terkecil yaitu sebesar Rp. 25,46 miliar.
Pengganda lompatan tertutup menjelaskan pengaruh balik yang terjadi kepada konsumsi komoditas pertanian, industri pengolahan, perdagangan, angkutan, penggudangan dan komunikasi, serta jasa kemasyarakatan sebagai akibat penurunan pendapatan berbagai institusi (yaitu berbagai golongan rumah tangga dan perusahaan). Penurunan pendapatan berbagai institusi akan menyebabkan penurunan permintaan konsumsi. Hasil ini menunjukkan bahwa konsumsi komoditas pertanian mengalami penurunan terbesar dibandingkan komoditas yang lain, yakni sebesar Rp. 1.392,05 miliar. Kemudian diikuti oleh komoditas perdagangan dan industri pengolahan yang masing-masing mengalami penurunan konsumsi sebesar Rp. 1.135,06 miliar dan Rp. 1.067,14 miliar. Sedangkan konsumsi terkecil pada komoditas pertambangan dan penggalian sebesar Rp. 6,83 miliar.
Secara keseluruhan penurunan konsumsi komoditas pertanian, industri pengolahan, perdagangan, angkutan, penggudangan dan komunikasi, serta jasa kemasyarakatan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap komoditas sebesar Rp. 12.713,73 miliar, penurunan output sektor produksi sebesar Rp. 9.972,17 miliar, penurunan pendapatan faktor produksi sebesar Rp. 5.650,22 miliar, dan pendapatan institusi sebesar Rp. 5.215,24 miliar (lihat Tabel 4).
NB:
Lebih bagus lagi jika analisisnya disertai dengan alasan mengapa bisa terjadi penurunan terbesar pada suatu sektor, misal terjadi penurunan output terbesar pada sektor perdagangan karena permintaan akan komoditas sektor tersebut menurun akibat berkurangnya konsumsi wisman terhadap komoditas perdagangan.
Salah satu contoh klasifikasi SNSE seperti Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Klasifikasi Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Propinsi Bali Tahun 1999 Matriks 43x43
U R A I A N No.
I. Faktor Produksi Tenaga Kerja Pertanian Penerima Upah dan Gaji 1
Bukan Penerima Upah dan Gaji 2
Produksi, Operator Penerima Upah dan Gaji 3 Alat Angkutan, B. Kasar Bukan Penerima Upah dan Gaji 4 T.U, Tng. Penjualan Dan Penerima Upah dan Gaji 5 Jasa-jasa Bukan Penerima Upah dan Gaji 6 Manajer, Ketatalaksanaan, Penerima Upah dan Gaji 7 Militer & Profesional Bukan Penerima Upah dan Gaji 8
Bukan Tenaga Kerja 9
II. Institusi Rumahtangga Pertanian Buruh Tani 10 Petani Memiliki Tanah 0 - 0,5 ha 11 Petani Memiliki Tanah 0,5 - 1,0 ha 12 Petani Memiliki Tanah > 1,0 ha 13 Bukan Pertanian Golongan Rendah Di Desa 14
BAK di Desa 15
Golongan Atas Di Desa 16
Golongan Rendah Di Kota 17
BAK Di Kota 18
Golongan Atas Di Kota 19
Perusahaan 20
Pemerintah 21
III. Sektor Produksi Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 22
Pertambangan dan Penggalian 23
Industri Pengolahan 24
Listrik, Gas dan Air Minum 25
Konstruksi 26
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 27 Angkutan, Penggudangan dan Komunikasi 28 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan jasa Perusahaan 29
Jasa Kemasyarakatan 30
IV. Margin Perdagangan dan Pengangkutan 31 V. Komoditas Pertanian, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan 32
Pertambangan dan Penggalian 33
Industri Pengolahan 34
Listrik, Gas dan Air Minum 35
Konstruksi 36
Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 37 Angkutan, Penggudangan dan Komunikasi 38 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan jasa Perusahaan 39
Jasa Kemasyarakatan 40
VI. Neraca Kapital 41
VII. Pajak Tak Langsung Neto 42