41 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
PT. Pangansari Utama (PSU) adalah perusahaan dalam negeri yang berbasis makanan, logistik, retail, dan manajemen fasilitas dengan kemampuan tingkat dunia.
PSU merupakan perusahaan catering dan distribusi makanan terbesar di Indonesia, yang secara integrasi juga memberikan pelayanan housekeeping dan distribusi makanan ke area pertambangan dan eksplorasi energi di pelosok daerah Pendekatan bisnis dengan sistem integrasi tersebut, membuat PSU dalam melakukan efisiensi biaya dalam mendukung pelanggan kami sehingga mereka mendapatkan pelayanan dalam satu kesatuan. PSU juga merupakan perusahaan yang tersertifikasi ISO 9001:2008 untuk Sistem Manajemen Mutu, ISO 22000:2005 untuk Sistem Keamanan Pangan, ISO 14001:2004 untuk Sistem Manajemen Lingkungan serta NOSA untuk Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
PSU berdiri pada tahun 1976 dengan memberikan layanan catering kepada Bontang LNG Plan untuk PT. Pertamina dan Bechtel. Seiring dengan meningkatnya permintaan, cakupan bisnis PSU juga bertambah, dengan memberikan pelayanan catering untuk memberikan pelayan catering ke perusahaan industrin dan juga pelayanan catering untuk area-area di pelosok. Selain itu, PSU juga memulai pembangunan gudang berpendingin dan gudang
kering guna menunjang fasilitas warehouse baik di Jakarta, Balikpapan dan Surabaya. Saat ini, PSU memberikan pelayanan ke setiap daerah di Indonesia dan juga beberapa area di luar negeri, dengan klien untuk perusahaan konstruksi, perusahaan pertambangan, pengeboran lepas pantai, pabrik, perkantoran, Rumah
Sakit, sekolah, pesawat terbang, dsb. PSU senantiasa mendorong
keberlanjutannya untuk mengembangkan kemampuannya demi kemudahan aktivitas dari semua kliennya.
Jenis Pelayanan PSU meliputi :
1. Manufacturing & Processing
Abattoir, Meat Processing, Beverage Production, Bakery Factory, Pre-Cooked Meals
2. Distribusi
Storage & Warehousing, Shopping & Handling, Trading, Licensed Meat Importer, Meat & Fish Department for Supermarket
3. Food Services
Remote Site Catering, Industrial Catering, Community Catering, In-Flight Catering, Hospitality
4. Retail
Restaurant, Fast Food Chains, Cafes, Food Courts
5. Facility Management
Facilities in Maintenance, laundry, Security, Landscaping and Other
4.2. Produk Frozen Food
Dalam skripsi ini akan dibahas salah satu produk PSU yaitu frozen food.
Adapun frozen food ini dibagi dalam dua jenis material yaitu daging (meat) dan
ayam (poultry). Dari meat dan poultry ini dapat dibuat berbagai ragam masakan.
Dalam hal ini lebih difokuskan pada masakan nusantara seperti daging rendang, daging rica-rica, ayam bakar kuning, ayam bakar kecap, dan ayam balado.
4.3. Struktur Produk
Langkah pertama yang dilakukan dalam sistem MRP adalah menentukan struktur produk dari produk yang dipilih. Pada penelitian ini produk yang dipilih
adalah produk frozen food. Struktur produk frozen food dapat dilihat pada gambar
4.1. Pembuatan struktur produk nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat BOM (Bill of Materials).
MEAT CHIKEN
DAGING RICA DAGING RENDANG AYAM BB KUNING AYAM BB KECAP AYAM BALADO
In g re d i e n ts In g ri d i e n ts In g re d i e n ts In g ri d i e n ts In g re d i e n ts
Bahan baku utama Bahan baku utama Bahan baku utama Bahan baku utama Bahan baku utama
Knuckle Knuckle Ayam Ayam Ayam
Bumbu Bumbu Bumbu Bumbu Bumbu
Bawang Merah Bawang Merah Bawang Merah Bawang Merah Bawang Merah
Bawang Putih Bawang Putih Bawang Putih Bawang Putih Bawang Putih
Cabe Rawit Merah Cabe Merah Keriting Kemiri Kecap Manis Daun Jeruk
Cabe Hijau Cabe Merah Besar Kunyit Tomato Sauce Cabe Merah Besar
Daun Sereh Jahe Jahe Mentega Cabe M Keriting
Daun Jeruk Daun Sereh Daun Jeruk Pala Bubuk Garam
Daun Kunyit Daun Jeruk Daun Kunyit Garam Gula Pasir
Kunyit Garam Ketumbar Merica / Lada Putih Minyak Goreng
Daun Kemangi Lada Putih Utuh Santan Lengkuas Jeruk Nipis ( Juice )
Garam Lengkuas Garam Daun Salam Lada Putih Utuh
Jahe Kapulaga Lada Putih Utuh Minyak Goreng Air
Lada Putih Utuh Bunga Lawang Gula Pasir Air
Gula Pasir Kayu Manis Terasi
Minyak Jinten Minyak Goreng
Air Santan Air
Daun Kunyit Minyak Goreng Kemiri Gula Merah Kelapa Parut Air
* Bahan baku Frozen Food hanya Knuckle (daging sapi) dan Ayam
4.4. Biaya Persediaan
Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat dari adanya persediaan. Biaya persediaan meliputi biaya pembelian, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan.
4.4.1. Biaya Pembelian Material
Biaya pembelian material adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Besarnya biaya ini sesuai dengan jumlah bahan baku yang dibeli serta harga satuan bahan baku. Data umum biaya bahan baku diperoleh dari data harga bahan baku yang ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data Harga Bahan Baku
No. Item Ukuran Qty
Product Code Product Price Product Unit Price per Qty (Rp) (Rp) 1 Daging Gr 1,000 1020100022 73,500 Kg 73,500 2 Ayam Gr 1,200 1030100003 24,500 Kg 29,400
Sumber : PT. Pangan Sari Utama (2014)
4.4.2. Biaya Pemesanan Material
Biaya pemesanan material adalah semua biaya pengeluaran yang timbul dari usaha mendatangkan material dari luar perusahaan. Biaya pemesanan pada produk ini meliputi biaya telekomunikasi dan biaya transportasi.
a. Biaya telekomunikasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
Biaya telekomunikasi ini dipengaruhi oleh faktor durasi percakapan serta lokasi pemesanan.
Pemesanan bahan baku diasumsikan terjadi percakapan selama 10 menit setiap kali pemesanan. Biaya – biaya telepon tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.
b. Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantarkan bahan
baku dari supplier ke pembeli dengan menggunakan alat transportasi. Biaya ini dikeluarkan tergantung dari lokasi pemesanan (jauh dekatnya tempat pemesanan, di area kota atau di luar kota).
c. Total biaya pemesanan adalah penjumlahan dari biaya telepon dan biaya
transportasi per pesan. Data umum total biaya pemesanan tiap material dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.2. Data Biaya Pemesanan per Bulan
No. Keterangan Area Price (Rp)
Total Price (Rp)
1
Biaya
Transportasi Area jakarta ditanggung supplier
Luar jakarta 2,500 per kg
2 Biaya Telepon Jakarta 122 per menit 1,220
Luar jakarta 2,270 per menit 22,700
Tabel 4.3. Tarif Telepon per Bulan
No. Ingredients Pemesanan Area Tarif telepon Total Tarif
(Transaksi) (Rp) Telepon (Rp)
1 Ayam 3 Luar Jakarta 22,700 68,100
2 Knuckle 3 Luar Jakarta 22,700 68,100
Sumber : data yang diolah dari Telkom (2014)
Tabel 4.4. Total Biaya Pemesanan per Bulan
No. Item Total Tarif Total Biaya Total Biaya Telepon (Rp) Transportasi (Rp) Pemesanan (Rp)
1 Daging 68,100 - 68,100
2 Ayam 68,100 - 68,100
Total 136,200
Sumber : data yang diolah Telkom (2014)
4.4.3 Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat
menyimpan barang. Biaya ini dapat meliputi biaya memiliki persediaan (biaya modal) dan biaya kerusakan atau penyusutan. Untuk biaya modal ini diperhitungkan berdasarkan asumsi :
 Biaya kerusakan : 2% dari harga produk per bulan
 Biaya penanganan persediaan : 1,5 % dari harga produk per bulan
 Biaya fasilitas penyimpanan : 1,5 % dari harga produk per bulan
 Total biaya : 5 % dari harga produk per bulan
Tabel 4.5. Biaya Simpan No. Item Harga (Rp) Biaya Simpan Total Biaya Simpan (Rp) (Rp) 1 Daging 73,500 5% 919 2 Ayam 29,400 5% 368
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangan Sari Utama (2014)
4.4.4 Biaya Persediaan Material
Biaya persediaan material adalah biaya yang terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan dan juga biaya penyimpanan material. Dari perhitungan masing – masing biaya diatas, maka dapat dilihat pada table 4.6
Tabel 4.6. Biaya Persediaan Material
No. Item Biaya Pembelian Biaya Pemesanan Biaya Simpan
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Daging 73,500 68,100 919
2 Ayam 29,400 68,100 368
Sumber : data yang diolah dari Telkom (2014) dan PT. Pangan Sari Utama (2014)
4.5 Analisa Kebutuhan Material Total
Analisa kebutuhan material adalah besarnya jumlah material yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu satuan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan proses tahapan MRP, analisa kebutuhan material merupakan suatu proses awal sebelum memasuki proses tahapan MRP yang meliputi jadwal induk produksi dan kebutuhan material per periode. Hasil dari
analisa kebutuhan material tersebut untuk selanjutnya akan dipergunakan dalam proses tahapan MRP, yaitu :
a. Penentuan kebutuhan kotor b. Penentuan kebutuhan bersih c. Penentuan ukuran pemesanan
Dalam proses tahapan MRP, selain hasil analisa kebutuhan material juga diperlukan informasi mengenai biaya- biaya persediaan dan waktu tunggu kedatangan material. Informasi ini yang nantinya akan digunakan dalam tahapan
penentuan ukuran pemesanan (lotting). Kebutuhan material total per item selama
3 bulan dapat dilihat pada tabel 4.7.
4.6 Analisa Kebutuhan Bersih
Dari data MPS mingguan yang juga merupakan kebutuhan kotor Dapat
diketahui kebutuhan bersih (net requirement) dengan mengurangi kebutuhan kotor
(gross requirement) dengan persediaan yang dimiliki (on hand). Kebutuhan bersih
ini merupakan banyaknya produk, part atau item yang harus diproduksi setiap periode untuk memenuhi pesanan konsumen.
Berdasarkan data persediaan awal dan jumlah kebutuhan kotor, maka dapat dihitung berapa jumlah kebutuhan bersih per minggu. Hasil perhitungan kebutuhan bersih nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk menghitung jumlah lot setiap kali pembelian dilakukan.
Tabel 4.7. Kebutuhan Material Total
No. Item
Kebutuhan (kg)
Total Januari 2014 Februari 2014 Maret 2014 (kg)
1 Daging 31,000 32,000 34,000 97,000
2 Ayam 52,800 51,600 49,200 153,600
Sumber : PT. Pangansari Utama (2014)
4.7 Jadwal Induk Produksi
Jadwal induk produksi merupakan suatu jadwal produksi untuk membuat sejumlah produk dalam suatu periode waktu dengan memperhatikan kapasitas
yang dimiliki. Jadwal induk produksi per item per periode dapat dilihat pada tabel
4.8.
4.8 Analisa Kebutuhan Material Per Periode
Kebutuhan material per periode dihitung berdasarkan kebutuhan material total dan jadwal induk produksi untuk masing–masing item. Analisa kebutuhan material per periodenya dapat dilihat pada table 4.9.
Tabel 4.8 Jadwal Produksi Per Material
No.
Uraian
Pekerajaan Durasi Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Daging 4 minggu
2 Ayam 4 minggu
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangan Sari Utama (2014)
Tabel 4.9 Kebutuhan Material Per Periode
No. Item Kebutuhan (kg)
Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Daging 7,750 7,750 7,750 7,750 8,000 8,000 8,000 8,000 8,500 8,500 8,500 8,500
2 Ayam 13,200 13,200 13,200 13,200 12,900 12,900 12,900 12,900 12,300 12,300 12,300 12,300
4.9 Analisa Jumlah Pesanan Optimum
Analisa jumlah pesanan optimum ini meliputi perhitungan penentuan
ukuran lot (lotting) dan waktu rencana pemesanan (offseting). Proses lotting
bertujuan untuk menentukan besarnya jumlah pesanan yang optimal berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan material per periode pada Tabel 4.9. Pemilihan Metode yang tepat dapat mempengaruhi keefektifan rencana kebutuhan material. Metode penentuan ukuran lot yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah :
a. Metode Lot for Lot (L4L)
b. Metode Fixed Periode Requirements (FPR)
c. Metode Part Period Balancing (PPB)
Proses offsetting bertujuan untuk menentukan waktu rencana pemesanan
guna memenuhi kebutuhan bersih agar material dapat tersedia tepat pada saat dibutuhkan. Rencana pemesanan diperoleh dengan memperhitungkan lead time pengadaan suatu material yaitu mengurangkan saat awal tersedianya volume
material yang diinginkan dengan besarnya lead time. Pengertian lead time adalah
durasi waktu saat material mulai dipesan sampai material tersebut diterima dan
siap digunakan pada pekerjaan di proyek. Pada tugas akhir ini diasumsikan lead
time dari masing-masing material adalah 2 hari.
4.9.1 Metode Lot for Lot
Penetapan ukuran lot dengan Metode lot for lot dilakukan atas dasar
pesanan diskrit maka jumlah material yang dipesan adalah sama dengan jumlah
sederhana dan mudah dimengerti. Pada Metode ini, pemenuhan kebutuhan bersih dilaksanakan di setiap periode yang membutuhkannya, sedangkan besar ukuran kuantitas pemesanannya adalah sama dengan jumlah kebutuhan bersih yang harus dipenuhi pada periode yang bersangkutan. Penggunaan metode ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan metode ini ongkos
simpan menjadi nol. Berikut ini ditampilkan hasil perhitungan untuk metode lot
No. Item Periode Januari Februari Maret Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (kg) 1 Daging GR 7,750 7,750 7,750 7,750 8,000 8,000 8,000 8,000 8,500 8,500 8,500 8,500 OH NR 7,750 7,750 7,750 7,750 8,000 8,000 8,000 8,000 8,500 8,500 8,500 8,500 97,000 PORec 7,750 7,750 7,750 7,750 8,000 8,000 8,000 8,000 8,500 8,500 8,500 8,500 PORel 7,750 7,750 7,750 7,750 8,000 8,000 8,000 8,000 8,500 8,500 8,500 8,500 -
No. Item Periode Januari Februari Maret Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (kg) 2 Ayam GR 13,200 13,200 13,200 13,200 12,900 12,900 12,900 12,900 12,300 12,300 12,300 12,300 OH NR 13,200 13,200 13,200 13,200 12,900 12,900 12,900 12,900 12,300 12,300 12,300 12,300 153,600 PORec 13,200 13,200 13,200 13,200 12,900 12,900 12,900 12,900 12,300 12,300 12,300 12,300 PORel 13,200 13,200 13,200 13,200 12,900 12,900 12,900 12,900 12,300 12,300 12,300 12,300
Tabel 4.11 Perhitungan Biaya Pembelian Material No. Item Satuan Total Pemesanan Biaya pembelian Total Biaya Pembelian (Kg) (Rp) (Rp) 1 Daging kg 97.000 73.500 7.129.500.000 2 Ayam kg 153.600 29.400 4.515.840.000
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014) Pada tabel 4.11 dapat dilihat total biaya pembelian per material
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan dengan LFL No. Ingredients
Satuan Frekuensi Inventory Biaya Pesan
Biaya
Simpan Total Biaya Total Biaya
pesan (Rp) (Rp) Pesan (Rp) Simpan (Rp)
a b c d e f g=cxe h=dxf
1 Daging kg 12 - 68.100 919 817.200 -
2 Ayam kg 12 - 68.100 368 817.200 -
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Pada tabel 4.12 dapat dilihat total biaya pesan, dan total biaya simpan. Ongkos simpan menjadi nol karena metode ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan.
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan dengan LFL
No. Ingredients Satuan Biaya Pembelian Total Biaya Total Biaya Total Biaya
(Rp) Besan Simpan Persediaan
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Daging kg 7,129,500,000 817,200 - 7,130,317,200
2 Ayam kg 4,515,840,000 817,200 - 4,516,657,200
Total 11,646,974,400
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Dari perhitungan di atas, dengan biaya simpan nol, maka pada tabel 4.13 dapat dilihat bahwa total biaya persediaan dengan
4.9.2 Metode Fixed Periode Requirements (FPR)
Metode FPR ini menggunakan konsep interval pemesanan yang konstan,
sedangkan ukuran kuantitas pemesanan (lot size) bervariasi. Dalam metode FPR
ini selang waktu antar pemesanan dibuat tetap dengan ukuran lot sesuai pada kebutuhan bersih. Ukuran kuantitas pemesanan tersebut merupakan penjumlahan kebutuhan bersih dari setiap periode yang tercakup dalam interval pemesanan yang telah ditetapkan. Penetapan interval penetapan dilakukan secara sembarang. Pada metode FPR ini, jika saat pemesanan jatuh pada periode yang kebutuhan bersihnya sama dengan nol, maka pemesanannya dilaksanakan pada periode berikutnya.Untuk perhitungan FPR dapat dilihat pada tabel 4.14.
No. Item Periode Januari Februari Maret Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (kg) 1 Daging GR 7,750 7,750 7,750 7,750 8,000 8,000 8,000 8,000 8,500 8,500 8,500 8,500 97,000.00 OH 15,500 7,750 - 16,000 8,000 - 16,500 8,500 - 17,000 8,500 - 97,750.00 NR 23,250 23,750 24,500 25,500 97,000.00 PORec 23,250 23,750 24,500 25,500 97,000.00 PORel 23,250 23,750 24,500 25,500 97,000.00
No. Item Periode Januari Februari Maret Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (kg) 2 Ayam GR 13,200 13,200 13,200 13,200 12,900 12,900 12,900 12,900 12,300 12,300 12,300 12,300 153,600 OH 26,400 13,200 - 25,800 12,900 - 25,200 12,300 - 24,600 12,300 - 152,700 NR 39,600 39,000 38,100 36,900 153,600 PORec 39,600 39,000 38,100 36,900 153,600 PORel 39,600 39,000 38,100 36,900 153,600
Tabel 4.15Perhitungan Biaya Pembelian Material
No. Item Satuan Total Pemesanan Biaya pembelian Total Biaya Pembelian
(Kg) (Rp) (Rp)
1 Daging kg 97,000 73,500 7,129,500,000
2 Ayam kg 153,600 29,400 4,515,840,000
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014) Pada tabel 4.15 dapat dilihat total biaya pembelian per material.
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan dengan FPR No. Ingredients
Satuan Frekuensi Inventory Biaya Pesan
Biaya
Simpan Total Biaya Total Biaya
pesan (Rp) (Rp) Pesan (Rp) Simpan (Rp)
a b c d e f g=cxe h=dxf 1 Daging kg 4 97,750 68,100 919 272,400 89,807,813 2 Ayam kg 4 152,700 68,100 368 272,400 56,117,250
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan dengan FPR
No. Ingredients Satuan Biaya Pembelian Total Biaya Total Biaya Total Biaya
(Rp) Besan Simpan Persediaan
(Rp) (Rp) (Rp)
1 Daging kg 7,129,500,000 272,400 89,807,813 7,219,580,213
2 Ayam kg 4,515,840,000 272,400 56,117,250 4,572,229,650
Total 11,791,809,863
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Dari perhitungan di atas, maka pada tabel 4.17 dapat dilihat bahwa total biaya persediaan dengan menggunakan Metode FPR sebesar Rp.11,791,809,863
4.9.3 Metode Part Period Balancing (PPB)
Part Period Balancing (PPB) merupakan Metode yang menggunakaan
pengalokasian pemesanan yang dilakukan dengan melihat kebutuhan bersih
periode yang ada di depan dan periode yang ada di belakang (look ahead/look
back) dari periode yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
penyimpangan item persediaan dalam jumlah yang terlalu besar dan menghindari kuantitas pemesanan yang terlalu sedikit. Untuk menentukan besarnya ukuran lot
yang digunakan, Metode ini menggunakan Equivalent Part Period (EPP).
Pemilihan ukuran lot yang akan dilaksanakan adalah berdasarkan ukuran lot yang mempunyai nilai mendekati atau sama dengan nilai EPP. EPP dihitung secara sederhana dengan membagi ongkos pengadaan dengan ongkos simpan per unit per periode . Perhitungan nilai EPP setiap masing-masing material dapat dilihat pada Tabel 4.20, sedangkan untuk perhitungan dengan Metode Part Period Balancing (PBB) dapat dilihat pada Tabel 4.21.
Tabel 4.18 Perhitungan EPP
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
No. Item
Satuan
Biaya Pesan (Rp)
Biaya
Simpan(Rp) EPP Pembulatan
a b c d e=c/d f
1 Daging kg 68.100 918,75 74,12 74,12
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Metode PPB
No. Item Periode Januari Februari Maret Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (kg) 1 Daging GR 7,750 7,750 7,750 7,750 8,000 8,000 8,000 8,000 8,500 8,500 8,500 8,500 97,000.00 OH 7,750 - 7,750 - 8,000 - 8,000 - 8,500 - 8,500 - 48,500.00 NR 15,500 15,500 16,000 16,000 17,000 17,000 97,000 PORec 15,500 15,500 16,000 16,000 17,000 17,000 97,000.00 PORel 15,500 - 15,500 16,000 16,000 17,000 17,000 97,000.00
No. Item Periode Januari Februari Maret Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 (kg) 2 Ayam GR 13,200 13,200 13,200 13,200 12,900 12,900 12,900 12,900 12,300 12,300 12,300 12,300 153,600 OH 13,200 - 13,200 - 12,900 - 12,900 - 12,300 - 12,300 - 76,800 NR 26,400 26,400 25,800 25,800 24,600 24,600 153,600 PORec 26,400 26,400 25,800 25,800 24,600 24,600 153,600 PORel 26,400 26,400 25,800 25,800 24,600 24,600 127,200
Tabel 4.20 Perhitungan Biaya Pembelian Material No. Item
Satuan Total Pemesanan
Biaya
pembelian Total Biaya Pembelian
(Kg) (Rp) (Rp)
1 Daging kg 97.000 73.500 7.129.500.000
2 Ayam kg 153.600 29.400 4.515.840.000
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014) Pada tabel 4.22 dapat dilihat total biaya pembelian per material.
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan dengan PPB
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Pada tabel 4.23 merupakan hasil perhitungan untuk total biaya pesan dan total biaya simpan per material.
No. Ingredients
Satuan Frekuensi Inventory Biaya Pesan Biaya Simpan
Total
Biaya Total Biaya
pesan (Rp) (Rp) Pesan (Rp) Simpan (Rp) a b c d e f g=cxe h=dxf 1 Daging kg 6 48.500 68.100 919 408.600 44.559.375 2 Ayam kg 6 76.800 68.100 368 408.600 28.224.000
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Total Biaya Persediaan dengan PPB
No. Ingredients Satuan Biaya Pembelian Total Biaya Total Biaya Total Biaya
(Rp) Besan (Rp) Simpan (Rp) Persediaan (Rp)
1 Daging kg 7,129,500,000 408,600 44,559,375 7,174,467,975
2 Ayam kg 4,515,840,000 408,600 28,224,000 4,544,472,600
Total 11,718,940,575
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
Dari perhitungan di atas, maka pada tabel 4.24 dapat dilihat bahwa total biaya persediaan dengan menggunakan Metode PPB sebesar Rp. 11.718.940,575
4.10 Analisa Total Biaya Persediaan Material
Berdasarkan hasil perhitungan lotsizing dengan menggunakan Metode
lotsizing yang berbeda-beda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
perhitungan biaya total persediaan yang didapatkan dari hasil penjumlahan biaya pembelian material, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan.
Tabel 4.13, Tabel 4.17, Tabel 4.22 berisi hasil perhitungan total biaya persediaan
material dengan 3 Metode lotsizing tersebut.
4.11 Biaya Persediaan Minimum
Hasil perhitungan total biaya persediaan dengan menggunakan 3 Metode
lotsizing yang telah dilakukan tersebut menunjukkan hasil yang berbeda untuk
setiap Metodenya. Untuk lebih memudahkan dalam mengetahui perbedaan hasil perhitungan tersebut, Tabel 4.23 menjelaskan tentang perbandingan total biaya pembelian, biaya pesan, biaya simpan, dan biaya persediaan untuk setiap jenis material.
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Biaya Pembelian, Biaya Pesan, Biaya Simpan per Metode
No. Item Metode Biaya Pembelian Total Biaya Total Biaya Total Biaya
(Rp) Pesan (Rp) Simpan (Rp) Persediaan (Rp)
1 Daging LFL 7,129,500,000 817,200 - 7,130,317,200 FPR 7,129,500,000 272,400 89,807,813 7,219,580,213 PPB 7,129,500,000 408,600 44,559,375 7,174,467,975 2 Ayam LFL 4,515,840,000 817,200 - 4,516,657,200 FPR 4,515,840,000 272,400 56,117,250 4,572,229,650 PPB 4,515,840,000 408,600 28,224,000 4,544,472,600
Sumber : data yang diolah dari PT. Pangansari Utama (2014)
4.12 Pembahasan
Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan total biaya persediaan
minimum, terdapat beberapa Metode lotsizing yang menghasilkan biaya
persediaan minimum untuk beberapa jenis material. Hal ini dikarenakan masing- masing Metode akan menghasilkan frekuensi pesan dan ukuran lot yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan perbedaan biaya persediaan yang terdiri dari biaya pesan dan biaya simpan untuk masing-masing Metode lotsizing.
Adapun alasan mengapa Metode lot for lot menghasilkan biaya persediaan
minimum untuk material daging dan ayam adalah karena biaya simpan pada Metode ini nol. Sedangkan untuk Metode FPR dan PPB memiliki biaya simpan
yang tinggi dikarenakan adanya nilai inventory yang besar akan mempengaruhi
biaya simpan dan tentunya juga akan berpengaruh pada total biaya persediaan material.
Pada tabel 4.23 terlihat untuk material daging dan ayam total biaya