Samuel, 2013
Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN
SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Tingkat II Tahun Ajaran
2011/ 2012 SMK Negeri 12 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
Oleh SAMUEL E.0555. 0707395
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Samuel, 2013
Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN
SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Tingkat II Tahun Ajaran
2011/ 2012 SMK Negeri 12 Bandung)
Oleh Samuel
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Samuel 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Samuel, 2013
Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
SAMUEL E.0555. 0707395
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN
SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG
(Penelitian Tindakan Kelas pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Tingkat II Tahun Ajaran
2011/ 2012 SMK Negeri 12 Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Dr. Amay Suherman, M.Pd, NIP.19590325 298601 1 001
Pembimbing II
Drs. Ariyano, MT, NIP. 19640804 199402 1 001
Samuel, 2013
Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan Dr. Wahid Munawar, M.Pd,
i
ABSTRAK
Samuel (0707395). Penerapan Metode Pembelajaran Demontrasi pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 12 Bandung
(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Kelas XI KRPU 2 Tahun Ajaran 2011/2012)
Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa permasalahan diantaranya: (1) sebagian siswa belum memenuhi KKM, (2) Pemilihan metode pembelajaran masih bersifat satu arah atau hanya berpusat pada guru (teacher center). (3) siswa kurang aktif dalam belajar, (4) penggunaan metode pembelajaran ceramah tidak optimal karena masih bersifat kovensional. Maka salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara pemilihan metode pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan sistem CAD sesuai dengan KKM yang hendak dicapai yaitu ≥ 70. Metode pembelajaran Demontrasi dipilih karena memiliki kelebihan dengan ciri utama menitikberatkan pada kesuksesan individu untuk memperagakan dan menunjukkan tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik yang sebenarnya atau hanya sekedar tiruan disertai penjelasan. Hal ini sangat berpengaruh pada kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran selanjutnya dan hasil yang akan dicapai nanti. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus, dimana tiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI KRPU 2 di SMK Negeri 12 Bandung pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD, jumlah siswa yang hadir 34 orang. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa pada tiap siklusnya. Peningkatan prestasi belajar siswa tergambar dalam presentase kelulusan siswa berdasarkan KKM yaitu 76,76%, 84,64%, dan 94,41% masing-masing pada siklus I, II dan III. Begitu pula dengan aktivitas belajar siswa berada dalam tugas, mendengar dengan aktif, membuat gambar dua dimensi, bertanya dan memahami materi mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa tergambar dari data presentase keaktifan yaitu 57,19%, 75,16% dan 92,16% masing-masing pada siklus I, II dan III. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa metode pembelajaran demontrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD.
ii
ABSTRAK
Samuel (0707395). Demonstration Learning Method Application at Two Dimensional Drawing Competent Standard using CAD System In Order to Enhance Students Achievements at SMK Negeri 12 Bandung
(Study on Class Behavior toward Two Dimensional Drawing Competent using CAD System at Grade XI KRPU 2, Class Year 2011/2012)
This research is done based on several problems: (1) most of the students still unable to fulfill KKM, (2) Learning method chose at this class is one way or teacher centre, (3) students less active in learning, (4) lecture study method used is not maximum yet because the class still using conventional method. Therefore, choosing the right learning method is one of the crucial things to enhance student’s achievements. The main goal of the research is to enhance student learning achievements at Two Dimensional Drawing competent using CAD system based on KKM ≥70. Demonstrate learning method is chosen because it has the advantage of stressing to individual success to exhibit and showing certain process, situation, or thing whether it’s real or artificial along with the explanation. This has strong influence toward student ability on understanding next subject matter and the accomplishment. Learning method used on this research is Class Action Research (Penelitian Tindakan Kelas-PTK) which consists of three cycles and each cycle has its own planning, implementation, observation, evaluation, and reflection. This research is done to XI grade students at SMK Negeri 12 Bandung at two dimensional drawing competent standard using CAD systems. The total of student present is 34 students. The result of the research shows that there is enhancement at student’s achievement and student learning activity at each cycle. This enhancement shown at student’s graduation percentage based on KKM which is: 76,76%;84,64%; and 94,41% each at I, II, and III cycle. This enhancement also can be seen on student assignment, active learning, making two dimensional pictures, asking and understanding material. Student enhancement activity can be seen from activity percentage data which is: 57,19%; 75,16%; and 92,16% each at I, II, and III cycle. This enhancement indicate that demonstration learning method can enhance student learning achievement at two dimensional drawing competent standard using CAD system
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ...iv
DAFTAR ISI ... v
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Batasan Masalah... 8
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... …10
F. Manfaat Penelitian ... 10
G. Definisi Operasional... 11
H. Lokasi Penelitian ... 12
I. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI ... 14
A. Tinjauan Tentang Proses ... 14
1. Perencanaan Proses Pembelajaran ... 15
2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 17
3. Evaluasi Hasil Belajar ... 20
B. Kegiatan Belajar Mengajar ... 26
1. Pengertian Belajar ... 22
2. Belajar Sebagai Suatu Proses ... 23
3. Ciri-Ciri Belajar ... 23
4. Pengertian Mengajar ... 25
5. Kegiatan Belajar Mengajar ... 27
C. Aktivitas Belajar... 29
1. Aktivitas Belajar Peserta Didik ... 29
2. Prinsip-Prinsip Aktivitas Belajar ... 31
3. Jenis-Jenis Belajar ... 32
4. Nilai Aktivitas dalam Belajar ... 33
5. Teori-Teori Belajar... 34
1. Pengertian Prestasi Belajar ... 36
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 41
E. Metode Pembelajaran ... 47
1. Pembelajaran dengan Metode Ceramah ... 49
2. Pembelajaran dengan Metode Diskusi ... 50
F. Tinjauan Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD ... 55
1. Tinjauan Kompetensi ... 55
2. KTSP SMKN 12 Bandung ... 56
BAB III METODE PENELITIAN ... 57
A. Metode dan Desain Penelitian ... 57
B. Alur Penelitian ... 64
C. Prosedur Penelitian... 65
1. Pelaksanaan PTK ... 66
2. Evaluasi ... 12
3. Penyusunan Laporan ... 72
D. Data Penelitian dan Sumber Data Penelitian ... 73
1. Data Penelitian ... 73
2. Sumber Data Penelitian ... 73
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 74
1. Teknik Pengumpulan Data ... 74
2. Instrumen Penelitian dan Alat Pengumpul Data ... 75
F. Pengujian Instrumen Penelitian... 78
G. Teknik Analisis Data ... 78
H. Intepretasi Data ... 79
1. Hasil Pengamatan Kegiatan Pembeajaran ... 79
2. Prestasi Belajar ... 80
3. Prestasi Belajar Aspek Kognitif ... 81
4. Prestasi Belajar Aspek Afektif ... 82
5. Prestasi Belajar Aspek Psikomotor ... 82
6. Menghitung Nilai N-Gain ... 83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85
A. Dialog Pratindakan ... 85
B. Refleksi Awal ... 87
C. Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 88
1. Perencanaan (Planning) ... 88
2. Pelaksanaan (Action) ... 89
3. Pengamatan (Observation) ... 94
a. Aktivitas Belajar Siswa ... 94
b. Aktivitas Guru ... 95
c. Prestasi Belajar Siswa ... 97
4. Refleksi (Reflection)... ..103
D. Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 105
2. Pelaksanaan (Action) ... 106
3. Pengamatan (Observation) ... 110
a. Aktivitas Belajar Siswa ... 111
b. Aktivitas Guru ... 112
c. Prestasi Belajar Siswa ... 114
4. Refleksi (Reflection)... 120
E. Kegiatan Pembelajaran Siklus III... 122
1. Perencanaan (Planning) ... 122
2. Pelaksaan (Action) ... 123
3. Pengamatan (Observation) ... 126
a. Aktivitas Belajar Siswa ... 127
b. Aktivitas Guru... ... 128
c. Prestasi Belajar Siswa ... 130
4. Refleksi (Reflection)... 135
F. Deskripsi Gabungan Data Tiap Siklus ... 136
1. Aktivitas Guru ... 136
2. Aktivitas Belajar Siswa ... 137
3. Prestasi Belajar Siswa ... 138
a. Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 139
b. Prestasi Belajar Siswa Aspek Psikomotor ... 141
c. Prestasi Belaja Siswa Aspek Afektif ... 143
G. Pembahasan Penelitian ... 144
1. Aktivitas Guru ... 144
2. Aktivitas Belajar Siswa ... 145
3. Prestasi Belajar Siswa ... 146
a. Prestasi Belajar Aspek Kognitif ... 146
b. Prestasi Belajar Aspek Psikomotor... 147
c. Prestasi Belajar Aspek Afektif ... 148
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 149
A. Kesimpulan ... 149
B. Saran ... 150
DAFTAR PUSTAKA ... 151
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat
diperlukan dalam pembagunan bangsa khususnya pembagunan dibidang
pendidikan. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 23 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sebagai upaya mengembangkan potensi peserta didik, SMK sebagai
lembaga pendidikan formal memiliki peran dalam mempersiapkan perserta didik
yang pontensial sesuai dengan bidangnya dan dapat memenuhi kebutuhan tenaga
kerja di industri atau menciptakan lapangan perkerjaan secara profesional dan
kompetitif. Sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan
menegah kejuruan utamanya adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu
berkerja pada bidang tertentu.
Hal ini sesuai dengan tujuan utama yang ingin dicapai oleh Kurikulum
1) Mempersiapkan perserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu berkerja mandiri, mengisi lowongan perkerjaan yang ada di DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat satuan menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian pilihannya.
2) Membekali perserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi dilingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati.
3) Membekali perserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan taqwa agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai di atas, maka sruktur kurikulum
pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK terdiri atas 3 kelompok mata pelajaran
yaitu kelompok mata pelajaran normatif, adaftif dan produktif. untuk menyiapkan
lulusan SMK yang berkualitas sesuai tujuan di atas harus didukung sumber daya
yang baik diantaranya guru, kurikulum, alat serta sarana dan prasarana sekolah
yang menunjang kegiatan proses belajar mengajar (PBM). Guru memiliki peranan
penting dalam keberhasilan belajar siswa karena terlibat langsung dalam proses
belajar mengajar. Pada saat PBM berlangsung di dalam kelas, guru seharusnya
menggunakan srategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center)
agar siswa dapat mandiri atau mengurangi ketergantungan pada guru, namun
kenyataannya guru cenderung masih mendominasi yakni aktivitas guru jauh lebih
banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang
aktif, dan pembelajaran menjadi membosankan karena terasa mononton.
Hal tersebut meyebabkan motivasi belajar, inisiatif bertanya, dan mengungkapkan
pendapat jarang dilakukan oleh siswa. Persoalan ini, sungguh tidak membantu
dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
SMK Negeri 12 Kota Bandung merupakan salah satu SMK yang lulusannya
keahlian seperti Pemesinan Pesawat Udara, Konsrtuksi Rangka Pesawat Udara,
Konstruksi Badan Pesawat Udara, Kelistrikan Pesawat Udara dan Elektronika
Pesawat Udara. Industri pesawat udara merupakan pengguna jasa terbesar dari
lulusan SMKN 12 Bandung. Hal ini sesuai dengan visi sekolah yaitu menjadikan
lembaga pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan lulusan berkualitas di
bidang kedirgantaraan pesawat udara.
Pencapaian tujuan pendidikan dilakukan dengan pengembangan KTSP,
tujuan ini agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk belajar dan
menemukan jati diri melalui proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan prestasi belajar peserta
didik pada setiap mata pelajaran baik normatif, adaptif dan produktif. Pada
hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan individu dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap belajar mengajar adalah
untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal, kegiatan ini akan tercapai jika
siswa mau terlibat secara aktif, baik fisik maupun emosinya dalam proses belajar
mengajar dikelas.
Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, komputer sangat
berkembang pesat. Berkaitan dengan itu, SMKN 12 Bandung mempunyai standar
kompetensi menggambar teknik dengan sistem CAD yang harus diselesaikan
setiap peserta didik dengan hasil optimal melalui program komputer.
Ada beberapa program komputer yang digunakan dalam gambar teknik mesin,
salah satunya adalah Autocad. Program Autocad pada standar kompetensi
tingakan XI dan XII. Sebelum peserta didik mendapat pelajaran Autocad, perserta
didik terlebih dahulu mempelajari gambar teknik baik teori maupun praktek
secara manual. Teori menggambar teknik ini menjadi hal yang dasar dan penting,
dimana perserta didik memperoleh pengetahuan dasar mengenai prinsip-prinsip
menggambar teknik mesin. Dengan demikian, untuk mempelajari menggambar
dimensi dengan sistem cad dengan program aplikasi Autocad bisa menguasai dan
mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan menggambar dengan
sistem CAD sebagai bahasa komunikasi dalam merancang sebuah konstruksi, baik
disekolah maupun didunia industri.
Berdasarkan pengamatan di lapangan selama PLP dan wawancara di SMKN
12 Bandung dengan guru pengajar kompetensi tersebut, sampai saat ini metode
yang berlangsung di SMK pada mata pelajaran produktif yang lebih bersifat
praktis masih banyak menggunakan metode ceramah. Metode ini dirasa kurang
tepat apabila digunakan pada mata pelajaran produktif. Metode pembelajaran
tersebut umumnya hanya dilaksanakan dalam bentuk satu arah saja dan bersifat
verbalisme dimana penyampaian bahan pelajaran hanya secara lisan oleh guru
sehingga suasana pembelajaran tidak efektif dan efisien. Karakteristik metode
pembelajaran ini dianggap tidak cocok dipakai pada digunakan pada kompetensi
menggambar dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD karena peserta didik
dituntut untuk aktif dan mandiri.
Untuk memperjelas permasalahan, dapat dilihat dalam tabel 1.1 nilai
prestasi belajar pada standar kompetensi menggambar dua dimensi dengan
Tabel 1.1
Nilai Hasil Prestasi Belajar Kelas XI KRPU 1 dan KRPU 2 Semester Genap, Tahun Ajaran 2011/ 2012 Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan
Menggunakan Sistem CAD
Sumber: Dokumen Guru Mata Pelajaran Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD)
Tabel di atas menunjukkan bahwa presentase dari 72 % peserta didik dari
total kedua kelas, yaitu kelas XI KRPU 1 dan kelas XI KRPU 2 mendapatkan
nilai kurang dari tujuh, nilai ini akan menjadi masalah untuk melanjutkan tingkat
studinya atau untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi. Siswa yang kurang
berprestasi dan guru mata pelajaran mengusahakan agar nilainya bisa mencapai
standar, karena jika nilai siswa tidak mencapai standar, tidak bisa melanjutkan
studinya kejenjang selanjutnya. Dari hal tersebut maka nilai akhir yang digunakan
adalah bukan nilai mentah tetapi nilai komulatif. Dari pemakaian nilai komulatif
tersebut untuk nilai akhir, maka mengakibatkan kualitas siswa menjadi rendah,
walaupun dalam segi kuantitas sangat tinggi. Seorang siswa dapat menyimpulkan
atau memberikan pandangan dalam suatu kategori tertentu mengenai baik
tidaknya metode pembelajaran guru dalam proses belajar mengajar. Berbagai
alasan dapat dikemukakan sebagai penyebab rendahnya motivasi perserta didik
dalam belajar.
Nilai Frekuensi Jumlah Persentase (%)
X KRPU 1 X KRPU 2
< 7 31 21 52 72
7-7,9 1 7 8 11
8-8,9 3 7 10 14
9-10 0 2 2 2
Jumlah 35 32 72 100
Lulus 4 16 20 28
Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas belajar perserta
didik pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan menggunakan sistem
CAD adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang menuntut peserta
didik berperan aktif selama proses belajar dan membantu perserta didik untuk
mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau ide yang benar.
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode
penyajian, demontrasi tidak telepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Melalui
metode ini materi pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga
diharapkan peserta didik menjadi mudah memahami. Menurut Syah, M.
(2010: 205) mengemukakan bahwa:
Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, tiruan, dan urutan melakukan suatu kejadian, baik secara langsung maupun melalui pengunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.
Metode demontrasi biasanya diaplikasikan dengan mengunakan alat-alat
bantuan pengajaran sepeti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat
laboratorium, perangkat komputer dan lain-lain. Seperti dikemukan S. Nasution
(Syah.M, 2010: 206) yang menyoroti metode demontrasi dengan menggunakan
alat peraga, beperndapat bahwa metode ini dapat:
1) Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiataan peragaan;
2) Mengehemat waktu belajar di kelas/sekolah;
3) Menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanen;
4) Membantu siswa dalam mengejar ketertinggalan penguasaan atas materi pelajaran, khususnya yang di demontrasikan itu;
Metode pembelajaran demontrasi diperlukan pada materi yang memerlukan
peragaan khusus dan percobaan. Pembelajaran ini berhubungan dengan
keterampilan proses (psikomotor) yang diperagakan agar pembelajaran bermakna
lebih mendalam dan diharapkan dapat menghindari verbalisme. Implikasinya pada
pembelajaran, harus memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dengan
metode yang efektif pada proses belajar mengajar. Pengunaan metode yang tepat
akan turut menentukan efektivitas dan efeisiensi pembelajaran. Pembelajaran
perlu dilakukan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru,
serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Pengunaan metode
demontrasi akan sangat membantu perserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta
perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan
ke arah lebih dewasa kepada siswa.
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “ PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI
B. Identifikasi Masalah
Indentifikasi masalah perlu dibuat untuk memperjelas kemungkinan-
kemungkinan permasalahan yang timbul dari penelitian ini. Indentifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagian perserta didik belum memenuhi KKM pada kompetensi
Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD dan masih
banyak peserta didik yang kesulitan memahami materi pelajaran.
2. Pemilihan metode pembelajaran masih bersifat satu arah atau hanya berpusat
pada guru (teacher center) sehingga menimbulkan verbalisme bagi
pemahaman peserta didik.
3. Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional dan proses belajar
mengajar Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD
berjalan terasa mononton.
4. Penggunaan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi Menggambar
Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD belum optimal, peran
peserta didik untuk aktif dalam kegiatan belajar masih kurang.
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang ditinjau tidak terlalu luas dan supaya sesuai
dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka perlu adanya pembatasan
masalah yang terjadi ruang lingkup dalam penelitian. Adapun aspek-aspek yang
1. Penelitian ini dilakukan pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan
Menggunakan Sistem CAD kelas XI di SMKN 12 Bandung.
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode demontrasi sebagai
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
3. Prestasi belajar siswa kelas XI KRPU 2 SMKN 12 Bandung pada kompetensi
Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD dalam
penelitian ini dibatasi pada akhir dari proses belajar mengajar yang dapat
ditunjukan dalam tiga bentuk aspek yaitu kognitif pada level pengetahuan,
pemahaman dan aplikasi yang diukur dari nilai atau skor yang diperoleh pada
saat pre-test dan post-test, afektif pada level menerima dan merespon yang
diperoleh melalui obeservasi psikomotor pada level persepsi, kesiapan dan
respon terbimbing yang diperoleh dari penilaian aspek psikomotor siswa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan
di atas, permasalahan penelitian perlu dirumuskan secara jelas dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut:
“Berapa besar peningkatan Prestasi Belajar Siswa menggunakan Metode
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mencari gambaran tentang
seberapa besar penggunaan metode demontrasi di SMKN 12 Bandung, sedangkan
tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa setelah menggunakan
metode pembelajaran demontrasi.
2. Untuk mengetahui penigkatan aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar
menggunakan metode pembelajaran demontrasi.
3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI SMKN 12
Bandung pada standar kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan
Menggunakan Sistem CAD yang dilihat dari aspek kognitif, psikomotor dan
afektif.
F. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi pihak guru pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan
Menggunakan Sistem CAD agar dapat memacu untuk lebih meningkatkan
metode pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
2. Bagi pihak SMKN 12 Bandung sebagai bahan masukan untuk peningkatan
3. Bagi siswa SMK, sebagai pemacu akan manfaat belajar untuk mencapai ilmu
pengetahuan yang tidak terbatas.
4. Mewujudkan visi dan misi sekolah sebagai institusi yang selalu berupaya
meningkatkan prestasi belajar peserta didik.
5. Bagi penulis, mendapatkan banyak pengalaman baru untuk lebih menigkatkan
semangat penelitian dan sebagai bahan untuk mempelajari ilmu yang lainnya.
G. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah pengertian, penafsiran, dan memudahkan
pemahaman terhadap ungkapan yang dimaksud perlu dijelaskan istilah-istilahnya.
Berikut ini dikemukakan definisi operasional dari masing-masing istilah tersebut,
antara lain:
1. Metode adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan. (Darsono, 2000: 24)
bependapat bahwa; “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah
yang lebih baik.” Ahmadi et all (1997: 52) mengungkapkan bahwa; “metode
pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan oleh guru atau instruktur,”
2. Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta didik tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik yang sebenarnya atau hanya
sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demontrasi adalah cara penyajian
didik suatu proses, situasi atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya
ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah S.B dan
Zain, A. 2006: 90).
3. Prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan
oleh mata pelajaran guna menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya,
perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor dan lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar dalam penelitian ini diartikan sebagai keberhasilan yang
dicapai peserta didik berupa kemampuan prestasi belajar yang berbentuk
angka setelah mengikuti proses belajar mengajar.
4. Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD
merupakan salah salah satu mata pelajaran pendukung seluruh mata pelajaran
yang banyak membahas tentang, cara membuat gambar dua dimensi dan tiga
dimensi, seperti membuat kolom etiket, membuat perintah line, circle, ofset,
move, extend, array, rectangle, dan trim. Kompetensi ini diajarkan kepada
peserta didik kelas XI Konstruksi Rangka Pesawat Udara (KRPU).
H. Lokasi Penelitian
Penentuan lokasi penelitian diperlukan sebagai wilayah untuk memperoleh
dan mengumpulkan data penelitian. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan
di SMKN 12 Bandung yang beralamat di Jln. Padjajaran No. 92 Tlp/Fax
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berperan sebagai pedoman penulis agar dalam
penulisan skiripsi ini lebih terarah, maka perlu dilakukan pembagian penulisan ke
dalam beberapa bab, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi
masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, definisi operasional, lokasi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI berisi landasan teori dan hipotesis penelitian yang
meliputi kajian pustaka, anggapan dasar dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN berisi mengenai metode dan desain penelitian,
alur penelitian, prosedur penelitian, data penelitian dan sumber data penelitian,
teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, dan pengujian analisis
instrumen.
BAB IV HASIL PENELITIAN berisi mengenai penjelasan deskripsi data, analisis
data, hasil pengujian penelitian dan pembahasan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN berisi hasil penelitian yang disimpulkan
Samuel, 2013
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris dinamakan Class
Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang
dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas dengan
jalan merefleksikan hasil pengamatan yang didapatkan selama penelitian ke dalam
bentuk tindakan. Supardi (Epon Ningrum, 2009: 3) berpendapat bahwa “PTK
adalah suatu bentuk iventigasi yang bersifat reflektif, kolaboratif dan spiral yang
memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi,
kompetensi, dan situasi.” Kemudian Hopkins (Rochiati, 2005: 12) mengemukakan
bahwa, “PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan,
dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
tugas memperdalam pemahaman terhadap tindakan.” Menurut Wardhani
(Epon Ningrum, 2009: 4), “PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.”
Rapoport (Kunandar 2010: 6) mengemukakan bahwa:
1. Tujuan PTK tidak hanya untuk memecahkan permasalahan praktis di kelas, melainkan juga mencari dukungan ilmiah;
2. Permasalahan yang bersifat nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, penelitian berfokus pada permasalahan praktis dan bertujuan memperbaiki pembelajaran;
3. Penelitian dimulai permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam tentang hal-hal yang terjadi dikelas;
4. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, siswa, kepala sekolah) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesepakatan (action);
5. Penelitian dilakukan apabila ada keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan, bertujuan meningkatkan profesionalisme guru, bertujuan meningkatkan proses pembelajaran, dan memperoleh secara pengetahuan dan atau sebagai pemecahan masalah.
Secara sederhana Supriadi (Epon Ningrum 2009: 7) mengemukakan dua
ciri khas dari PTK, yaitu dilakukan secara kolaboratif dan adanya suatu tindakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran dikelas. Terdapat tiga karakteristik PTK
menurut Epon Ningrum (2009: 7), yaitu sebagai berikut:
1. An inquiry on from within
PTK berangkat dari permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas. PTK bersifat practice driven dan action driven, dalam arti bertujuan memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung disini dan sekarang, sehingga dinamakan juga penelitian praktis (practial inquiry). Artinya, PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik-kontekstual, sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentatifan sampel.
2. A collaborative effert between ashool teachers and teacher educators
PTK dilaksanakan secara kolaboratif atau bersama-sama antara guru yang kelasnya guru lainnya bertindak sebagai peneliti mitra.
3. A reflective practice made public
Samuel, 2013
PTK, seperti dikemukakan para ahli di atas, tetapi pada dasarnya memiliki
persamaan. Persamaan tersebut diantaranya adalah permasalahan bersifat praktis,
adanya tindakan untuk memecahkan permasalahan dan atau memperbaiki
pembelajaran, dilakukan secara kolaboaratif, dan siklus tindakan, sebagai hasil
kegiatan reflektif.
PTK, selain memiliki karakteristik juga memiliki beberapa prinsip dasar
yang menjadi pedoman bagi pelaksanaannya. Prinsip dasar tersebut dapat
membantu guru dalam memahami permasalahan dan memecahkannya melalui
PTK. Menurut Hopkins (Epon Ningrum 2009: 9) terdapat enam prinsip dasar
yang melandasi PTK, antara lain sebagai berikut:
1. Mengatasi permasalahan pembelajaran
Tugas utama pendidik adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik
dan berkualitas. Untuk itu, guru harus memiliki tanggung jawab dalam
mengatasi permasalahan pembelajaran secara berkelanjutan secara siklus
sampai terpecahkannya permasalahan dan terjadinya peningkatan kualitas
pembelajaran.
2. Bagian integral dari pembelajaran
PTK merupakan integral dari pembelajaran, sehingga tidak menuntut
kekhususan waktu pelaksanaan maupun waktu pengumpulan data. Tahap
pelaksanaan penelitian selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, mulai dari
(evaluation) dan refleksi dari proses dan hasil (reflection).
3. Dilaksanakan secara ilmiah
Kegiatan penelitian tindakan kelas harus memperhatikan dan berpatokan pada
standar kaidah ilmiah. Artinya, pelaksanaan penelitian harus menggunakan
metode ilmiah dan kajian ilmiah. Agar PTK memenuhi kaidah ilmiah, maka
harus dilaksanakan secara sistematis, yakni diawali dengan merumuskan
masalah, penentuan tindakan, merumuskan hipotesis tindakan, menetapkan
skenario tindakan, prosedur pengumpulan dan analisis data.
4. Masalah bersifat faktual
Permasalahan dalam PTK adalah masalah pembelajaran yang secara nyata
dialami dalam pembelajaran dikelas dan merisaukan tanggung jawab
profesional. Diagnosis pemecahan masalah harus berdasarkan pada kancah
pembelajaran yang sesungguhnya bukan berdasarkan pada kajian teoritis
semata, merupakan berorientasi pada permasalahan praktis. Permasalahan di
maksud adalah pembelajaran bersifat faktual spesifik kelas. Setiap guru pasti
merasakan dan memiliki pengalaman mengajar yang berbeda pada setiap kelas.
Hal ini dikarenakan perbedaan situasi yang muncul dan dikembangkan
oleh guru adanya variasi faktor yang mempengaruhinya.
5. Motivasi intrinsik
Konsistensi sikap dan kepedulian untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas dan meningkatkan kualitas pembelajaran, sangat diperlukan. Dengan
Samuel, 2013
agar sesuai dengan kondisi kelas dan pengembangan srategi yang digunakan.
Pengembangan srategi dan ketepatan pengunaan metodologi yang digunakan
menuntut persiapan guru.
6. Masalah dapat di luar kelas (classroom-exceeding perspective)
Ruang lingkup permasalahan PTK dapat diperluas tidak hanya permasalahan
pembelajaran didalam kelas, melainkan dapat diperluas pada tataran diluar
kelas, misalnya dalam tataran sistem atau lembaga. PTK yang dilakukan atas
permasalahan yang di luar kelas dapat memberikan sumbangan yang lebih
signifikan bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan.
Dalam PTK, guru bersama penulis merumuskan suatu tindakan untuk
memecahkan masalah atau setidaknya dapat memperbaiki situasi yang terjadi
dalam kelas tempat penelitian. Setelah diberi perlakuan, kemudian diamati
pelaksanaan dan hasilnya, untuk mengetahui tingkat keberhasilannya.
Berdasarkan cakupan permasalahannya, seorang guru akan dapat menemukan
penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat
dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik metode
pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu, PTK dilaksanakan secara
bersamaan dengan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar didalam kelas,
tidak perlu harus meninggalkan peserta didik, PTK ini merupakan suatu penelitian
yang melekat pada guru, yaitu menggangkat masalah-masalah aktual yang dialami
1. PTK diagnostik, ialah penelittian yang dirancang dengan menuntun penelitian ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian;
2. PTK partisipasi, ialah apabila orang yang melakukan penelitian harus terlibat langsung didalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil akhir yang berupa laporan;
3. PTK empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan melakukan apa yang terjadi selama aksi berlangsung;
4. PTK eksperimental, ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau srategi secara efektif dan efisien dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Dalam pelaksanaan di lapangan, jenis PTK yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas partisipasi, dimana bentuk
penelitiannya memandang guru sebagai peneliti yang berperan dalam proses PTK.
Saat ini kegiatan guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan,
tindakan, obsevasi, dan refleksi. Tujuannya untuk meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas. Peneliti melibatkan pihak lain dalam penelitian ini,
maka perannya tidak dominan.
Beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam
dunia pendidikan, antara lain: (1) Model Kurt Lewin; (2) Model Kemmis dan Mc.
Taggart; (3) dan Model Jhon Elliot; (4) Model Dave Ebbut; (5) Model Hopkins;
dan (6) Model Raka Joni. Model yang dipilih pada penelitian ini adalah model
Hopkins. Hal ini dikarenakan pada tahap tindakan dan observasi dilakukan secara
bersamaan, dan hal ini dipandang cocok sebagai proses pembelajaran disekolah.
Dalam model PTK Hopkins, komponen dan observasi dijadikan sebagai
Samuel, 2013
dikembangkan oleh Hopkins. Menurut Hopkins (Epon Ningrum 2009: 28),
“prosedur PTK dilakukan dalam dua siklus atau lebih, dimana setiap siklusnya
terdiri atas beberapa kali tindakan. Hal ini sesuai dengan kriteria keberhasilan
penelitian yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah model siklus yang
dikembangkan oleh Hopkins:
Gambar 3.2 Alur Penelitian PTK START
Merumuskan Masalah
Mengidentifikasi Masalah
Merumuskan Tujuan
Membuat Asumsi
Perencanaan PTK
Tindakan PTK
Observasi PTK
Refleksi PTK
Pengumpulan Data
Analisis Data
Kesimpulan
Samuel, 2013
Prosedur penelitian berfokus pada peningkatan prestasi belajar siswa kelas
XI KRPU 2 melalui pembelajaran menggunakan metode demontrasi pada
kompentensi menggambar teknik dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD.
PTK, merupakan penelitian yang bersfat reflektif, dengan beberapa kali tindakan
perbaikan sehingga masalah dapat terselesaikan. Penelitian ini diabatasi dalam
tiga siklus. Secara menyeluruh, penelitian ini mengikuti beberapa tahapan sebagai
berikut:
Gambar 3.3 Prosedur PTK (Epon Ningrum 2009: 38)
Perencanaan (Planning)
Pelanksaan dan Observasi
(Action and Observation)
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Keberhasilan suatu tidakan akan ditentukan dengan perencanaan yang
matang, oleh karena itu pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan (Planing)
yaitu sebagai berikut:
1) Menentukan tempat pelaksanaan penelitian
2) Menyusun rencana pembelajaran yang berpedoman pada KTSP dan sesuai
dengan metode pembelajaran demontrasi. RRP yang telah selesai dibuat adalah
rencana untuk siklus I, sedangkan untuk siklus berikutnya hanya berupa draf .
ini dimaksudkan apabila pada siklus I masalahnya belum terselesaikan, maka
dilakukan siklus berikutnya sampai masalah selesai.
3) Melakukan pra-pengamatan sebelum penelitian tehadap kelas yang akan
digunakan.
4) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.
5) Menyusun format observasi untuk memantau berlangsungnya kegiatan belajar
di kelas.
6) Menentukan jenis data dan cara pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif
yang akan didapat dari tes prestasi belajar, wawancara, obeservasi dan catatan
lapangan ketika penelitian berlangsung.
7) Menentukan cara pelaksanaan refleksi yang akan dilakukan peneliti
bersama-sama dengan guru mitra yang akan dilakukan setiap usai pemberian tindakan
Samuel, 2013
Menurut Sumarno (Epon Ningrum 2009: 42) “istilah pelaksanaan tindakan
dipahami sebagai aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan
adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan praktek
pendidikan dalam kondisi tertentu.” Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti
menerapkan metode pembelajaran demontrasi dalam usaha ke arah perbaikan
proses pembelajaran. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan dapat dilakukan
perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan.
Pada tahap ini dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas lebih mengarah pada
subsitansi yang menjadi permasalahan pokok untuk dapat meningkatkan prestasi
belajar dan aktivitas siswa dengan menerapkan metode pembelajaran demontrasi.
Pelaksanaan tindakan dalam PTK ini didasarkan atas pertimbangan teroritik
dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningktan kinerja dan hasil
program optimal. Pelaksana PTK adalah guru kelas bersangkutan, namun bisa
juga berkolaborasi dengan pihak lain.
1) Siklus I
a) Pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
dan rencana pembelajaran yang telah disusun untuk siklus pertama
berdasarkan hasil refleksi observasi pendahuluan.
b) Pelaksanaan pre-test dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran
siklus I berlangsung. Pre-test ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi
pelaksanaan pmengumpulkan data dari siklus I dan siklus II.
d) Pelaksanaan analisis dan refleksi, dilakukan oleh peneliti dan guru mitra
setelah usai pelaksanaan tindakan guna mengkaji dan menganalisis data
yang diperoleh dari proses tindakan yang akan dijadikan sebagai bahan
perencanaan tindakan baru yang dilakukan pada siklus bertikutnya,
bila pada siklus I hasilnya yang ingin dicapai belum tercapai.
e) Pelaksanaan perencanaan ulang (re-plan) dilakukan setelah kesimpulan
dari pelaksanaan refleksi didapat. Pelaksanaan perencanaan ini
dilaksanakan bila pada siklus pertama belum tercapai yang ingin dicapai.
2) Siklus II
Tahapan pembelajaran pada siklus II sama seperti pembelajaran pada siklus
I. Namun pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II ini, dilihat berdasarkan
pada hasil refleksi siklus I dan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun
untuk siklus II.
Alur pelaksanaan rencana penelitian ini dijelaskan dalam gambar 3.3
menurut alur pelaksanaan penelitian pada gambar 3.3, pelaksanaan PTK diawali
dengan adanya permasalahan yang diidentifikasi oleh guru (peneliti) yang
Samuel, 2013
SIKLUS I
SIKLUS II
SIKLUS III
Gambar 3.4 Alur Pelaksanaan PTK
Dari identifikasi masalah yang ada, dapat dilakukan diagnosis kemungkinan
penyebab permasalahan sehingga ada gambaran untuk melakukan alternatif
tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permasalahannya. Alternatif
tindakan yang dinilai terbaik, kita buat rencana tindakannya dan akhirnya kita
lakukan tindakan. Dalam PTK proses merupakan hal terpenting ketika melakukan
tindakan, maka pelaksanaan tindakan ini senantiasa diobservasi oleh guru mitra. - Proses pembelajaran hasil - Proses pembelajaran hasil
Pengamatan atau obeservasi adalah upaya mengamati dan
mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung
di laksanakan. Selama berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran di observasi
dari awal sampai akhir. Kunandar (2008: 143) mengemukakan bahwa; observasi
biasanya digunakan sebagai penyeledikan tingkah laku individu atau proses
terjadinya suatu peristiwa yang dapat diamati baik dalam sesuatu yang
sesungguhnya maupun situasi bantuan. Dalam PTK, observasi adalah suatu upaya
pengamatan yang memusatkan pada proses kegiatan pembelajaran untuk
pengumpulan data yang berkenaan dengan pelaksanaan tindakan. Artinya, segala
sesuatu yang terjadi selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan tidak luput dari
pengamatan dan mendokumentasikannya.
Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Untuk kelancaran
kegiatan observasi dilakukan oleh observer antara lain guru mata pelajaran
dan rekan sejawat. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan,
jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Pada tahap ini, peneliti
melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi
selama tindakan berlangsung. Selain itu, dalam pengamatan dilakukan juga
dianalisis. Peneliti akan melakukan analisa berdasarkan pengamatan seluruh
pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti dan mitra melakukan pengamatan
terhadap gejala-gejala yang muncul selama berlanggsungnya tindakan yang
dilakukan oleh peneliti. Kegiatan ini bertujuan untuk merekam dan
Samuel, 2013
observasi prestasi belajar aspek afektif, lembar observasi prestasi belajar aspek
psikomotor, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi aktivitas guru.
Hasil observasi dalam penelitian ini nantinya ialah berdasarkan data-data yang
terekam dikelas, selama proses tindakan berlangsung. Peneliti bersama-sama
dengan mitra peneliti juga akan melakukan interpretasi terhadap data-data yang
diperoleh. Setiap akhir tindakan, peneliti dengan mitra melakukan diskusi balikan
mengenai hal-hal yang harus diperbaiki, ditingkatkan, ditambah, atau dikurangi
bahkan dihilangkan dalam tindakan berikutnya untuk memperoleh data yang
diinginkan. Hasil diskusi balikan tersebut kemudian oleh peneliti dijadikan acuan
tindakan berikut yang akan dilakukan.
d. Tahap Refleksi (Reflection)
Epon Ningrum (2009: 53), berpendapat bahwa; “refleksi merupakan tahap
ke empat yaitu langkah untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah
dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi
guna penyempurnaan tindakan berikutnya.” Melalui kegiatan refleksi, peneliti
akan menetapkan apa yang telah tercapai, apa yang belum tercapai, serta apa yang
perlu diperbaiki lagi dalam proses pembelajaran selanjutnya. Kegiatan refleksi
mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan
yang telah dilakukan. Refleksi dalam penelitian ini dilakukan guru pelaku
(peneliti) bersama dengan observer terhadap berbagai masalah yang terjadi
data yang telah terkumpul harus secepatnya dianalisis dan di interpretasi
(diberi makna), sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan
telah mencapai tujuan. Dengan demikian, salah satu aspek penting dari kegiatan
refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian
tindakan atau dengan kata lain melakukan analisis data. Jika hasil refleksi
menunjukan harus dilakukan suatu perbaikan, maka ada kemungkinan rencana
tersebut perlu dilanjutkan untuk disempurnakan kembali pada tindakan
selanjutnya.
2. Evaluasi
Kegiatan ini sebagai proses mengumpulkan, mengolah dan menyajikan
informasi, sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan,
perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan proses yang terkait
dan berkesinambungan. Evaluasi ditunjukan penemuan bukti peningkatan prestasi
belajar dan aktivitas pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan
menggunakan CAD peserta didik kelas XI KRPU 2 SMKN 12 Bandung. Siklus
penelitian tindakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga dicapai
hasil yang optimal. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti peningkatan
prestasi belajar perserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan
psikomotor.
3. Penyusunan Laporan
Penyusunan penelitian PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain,
Samuel, 2013
1. Data Penelitian
Arikunto (2010: 161) menyatakan bahwa; “ Data adalah hasil pencatatan
peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data
yang dipakai untuk suatu keperluan.” Data yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Data mengenai jumlah Siswa Kelas XI KRPU 2 Tahun Ajaran 2011/2012
yang diperoleh dari TU SMK Negeri 12 Bandung.
b. Data mengenai prestasi belajar siswa kelas XI KRPU 2 pada kompetensi
Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD di SMK
Negeri 12 Bandung, meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Data
aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru selama melakukan proses
pembelajaran.
2. Sumber Data Penelitian
Bahan untuk menyusun suatu informasi diperoleh dari sumber data.
Arikunto (2010: 172) mengemukakan bahwa, “Sumber data dalam penelitian
adalah subjek dari mana data itu dapat diperoleh”. Untuk data pendukung adalah
dokumentasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran, staf TU SMKN 12
Bandung dan peserta didik yang akan dilihat peningkatan kemampuan setelah
dilakukan penerapan metode demontrasi dalam proses pembelajaran pada
pada kelas KRPU 2.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk dianalisa.
Untuk itu maka diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan
penelitian. Teknik pengumpulan data dalam PTK ini dilakukan dengan cara
observasi, pre-test dan post-test. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam PTK ini adalah sebagai berikut:
1) Observasi
Dalam PTK observasi dilakukan terutama untuk memantau proses dan
dampak pembelajaran yang diperlukan untuk dapat menata langkah-langkah
perbaikan. Observasi biasanya digunakan sebagai penyelidikan tingkah laku
individu atau proses terjadinya suatu peristiwa yang diamati baik dalam sesuatu
yang sesungguhnya maupun situasi buatan. Kunandar (2008: 139) mengemukakan
bahwa:
Pengamatan atau observasi merupakan alat yang tebukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan srategi yang di implementasikan di kelas, misalnya tentang organisasi kelas, mersepon peserta didik terhadap lingkungan kelas dan sebagainya.
Observasi dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaring
beberapa data berupa aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar
dengan menggunakan metode pembelajaran Demontrasi. Sebelum digunakan,
pedoman observasi ini sebelumnya akan dikonsultasikan pada pembimbing dan
Samuel, 2013
Post-test yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk subjektif. Test
subjektif pada umumnya berbentuk uraian. Arikunto (2009: 162)
menggungkapkan bahwa “test berbentuk esai adalah sejenis test kemajuan belajar
yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.” Test
yang diberikan dimaksudkan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan siswa
sebelum dan sesudah menempuh proses pembelajaran dengan menerapkan metode
pembelajaran demontrasi. Juga meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
serta aktivitas pembelajaran siswa.
Pre-test digunakan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik
sebelum pelaksanaan pembelajaran degan menggunakan metode pembelajaran
demontrasi. Post-test digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan
peningkatan pemahaman dan prestasi belajar aspek kognitif peserta didik pada
kelompok penelitian sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode demontrasi pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan
menggunakan sistem CAD. Test ini akan menguji aspek kognitif peserta didik
dengan tingkat hapalan, pemahaman dan aplikasi, adapun test yang digunakan
untuk pre-test dan post-test merupakan soal yang sama, dimaksudkan supaya
tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan
dan pemahaman yang terjadi.
2. Instrumen Penelitian dan Alat Pengumpul Data
Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji data yang diajukan
penelitian ini, berupa lembar test, lembar observasi, dan dokumentasi.
1) Lembar Test
Lembar test digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada
ranah kognitif. Penyusunan instrumen untuk test ini berdasarkan indikator hasil
belajar yang hendak dicapai pada siklus-siklus pembelajaran. Soal-soal test terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan materi kompetensi menganggambar dua dimensi
dengan sistem CAD. Soal test tersebut terdiri dari beberapa soal yang berbeda
antara siklus I, II dan siklus selanjutnya, hal ini dimaksudkan agar test
berlangsung lebih objektif, selain itu tes dilakukan dua kali setiap siklusnya yaitu
pre-test dan post-test.
Test ini akan menguji ranah kognitif peserta didik dengan tingkat hapalan,
pemahaman, aplikasi. Adapun tes yang digunakan untuk pre-test dan post-test
merupakan soal yang sama. Dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan
kualitas terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.
2) Lembar Observasi
“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang berdampak pada objek penelitian” (Sukmadinata, 2008:
220). Dalam penelitian ini, observasi merupakan upaya pengamatan dan
dokumentasi hal-hal yang tejadi selama proses berlangsungnya tindakan untuk
mendapatkan data-data keaktifan peserta didik selama proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini
Samuel, 2013
ini untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan belajar tercapai pada saat
melakukan tindakan.
Pedoman Observasi:
1) Oral Activities: bertanya, menjawab pertanyaan,
(apakah siswa mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi
pembelajaran menggambar dua dimensi?)
2) Writing Activies: menyalin dan menulis materi belajar,
(apakah siswa menyalni/menulis materi yang ditulis/dijelaskan oleh guru?)
3) Motor Activies: membuat gambar dua dimensi
(apakah siswa melaksanakan tugas gambar dua dumensi yang ditugaskan oleh guru?)
Gambar 3.5 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3.1
Format Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
N
Oral activities Writing activities Motor activities
Bertanya, mengajukan atau
Dokumentasi disini merupakan cara untuk memperoleh data dari
responden. Untuk teknik dokumentasi ini peneliti memperoleh informasi dari
berbagai sumber tertulis atau dokumen. Dokumen yang didapat digunakan untuk
penelitian ini peneliti menggunakan rekaman foto, video dan catatan harian.
F. Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen pada penelitian ini menggunakan pendapat ahli
(judgment expert). Dalam hal ini guru kompetensi Mengggambar Dua Dimensi
dengan Menggunakan Sistem CAD SMKN 12 Bandung. “Aspek-aspek yang akan
di ukur berdasarkan teori selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli” Sugiono
(2012: 177). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun,
sebelum dilakukan pre-test soal terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahli.
Setelah mendapat persetujuan dengan ahli apakah soal yang diuji cobakan sudah
sesuai dengan maka dilakukan uji coba instrumen.
G. Teknik Analisis Data
Berdasarkan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK),
yaitu pengolahan datanya hanya menuntut pengunaan statistik yang sederhana,
maka dalam penelitian ini tidak memerlukan pendekatan statistik yang terlalu
rumit. Kemudian setelah pengumpulan data sudah dilakukan, maka data yang
sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis.
Analsisis dalam penelitian ini, menggunakan anaisis data deskriptif. Data
yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, serta data kualitatif yang
menggambarkan keaktifkan, kemandirian, antusias, partisipasi perseta didik dalam
Samuel, 2013
kuantitatif. Perbadingan antara nilai rata-rata kelas antara tes I dan tes II
digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan nilai dengan menggunakan
anaisis statistik sederhana. Jika nilai rata-rata kelas pada tes II lebih besar dari tes
I maka ada peningkatan hasil prestasi belajar siswa pada kompetensi menggambar
dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD yang menerapkan metode
pembelajaran demontrasi pada proses pembelajarannya. Data kuantitatif
di analisis dengan menggunakan metode deskriptif.
H. Interpretasi Data Penelitian
Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data atau menggambarkan
temuan-temuan hasil penelitian berdasarkan landasan teoritis yang telah dipilih.
Hasil interpretasi ini diharapkan dapat memperoleh makna yang cukup berarti
sebagai bahan untuk tindakan selanjutnya atau untuk kepentingan peningkatan
kinerja mengajar guru.
1. Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran
Analisis hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
dilakukan observasi mengenai aktivitas guru dan siswa.
1) Aktivitas Siswa
Presentase aktivitas siswa
x 100% C
B
A
x 100% Z
Y
X
Keterangan:
A = Presentase aktivitas siswa
B = Jumlah frekuensi yang dilakukan siswa C = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas siswa X = Presentase aktivitas guru yang dilakukan Y = Jumlah frekuensi aktivitas guru yang dilakukan Z = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas guru
Selanjutnya data akan dibagi ke dalam lima kategori skala.
Tabel 3.2 Klasifikasi Aktivitas
Sumber: Laksmini (Mulyadi, Y., 2010:72)
2. Prestasi Belajar
Peningkatan prestasi belajar dilihat dari pengolahan data hasil pretasi
belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Data-data tersebut kemudian dapat
menunjukan peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan rumus
sebagai barikut:
NA = NK (30%) + NP (50%) + NA (20%) (SMKN 12 Bandung) Dimana:
NA = Nilai Akhir
NK = Nilai prestasi aspek kognitif
NP = Nilai prestasi belajar aspek psikomotor NA = Nilai prestasi belajar aspek afektif
Samuel, 2013
Tabel 3.3
Klasifikasi Nilai Prestasi Belajar
Sumber: Depdiknas, 2008:31)
3. Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif dapat dilihat setelah
peneliti mendapatkan hasil dari tes yang dilakukan, berupa pre-test dan post-test.
Kemudian data prestasi belajar tersebut diolah. Data-data tersebut kemudian
menunjukan peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif di tiap siklusnya.
Setelah di interpretasikan ke dalam Indeks Prestasi Kelas (IPK), untuk mencari
IPK digunakan rumus sebagai berikut:
100
sudah di peroleh diinterpretasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat randah,
rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi sesuai dengan tabel 3.4 dibawah ini
Tabel 3.4
Kategori Interpretasi untuk IPK Aspek Kognitif
(Panggabean, 2006: 42)
4. Prestasi Belajar Siswa Aspek Afektif
Peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif dapat terlihat apabila
data-data yang dihasilkan dan lembar observasi siswa pada aspek afektif sudah
diperoleh, lembar observasi tersebut dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan untuk
hasil observasinya terdapat pada lembar lampiran observasi ini kemudian
di interpretasikan dalam bentuk IPK aspek afektif, sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kategori Interpretasi untuk IPK Aspek Afektif
(Panggabean, 2006: 43)
5. Prestasi Belajar Siswa Aspek Psikomotor
Peningkatan kemampuan siswa pada aspek psikomotor tiap siklus dapat
diperoleh setelah hasil dari observasi siswa aspek psikomotor diolah, hasil No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi
1 00,00 - 30,09 Sangat rendah
2 31,00 - 54,00 Rendah
3 55,00 - 74,00 Sedang
4 75,00 - 89,00 Baik
5 90,00 - 100,0 Sangat Baik
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi
1 00,00 - 30,00 Sangat Negatif
2 31,00 - 54,00 Negatif
3 55,00 - 74,00 Netral
4 75,00 - 89,00 Positif
Samuel, 2013
sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kategori Interpretasi IPK untuk Aspek Psikomotor
(Panggabean, 2006: 44)
6. Menghitung Nilai N-Gain
Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah
mudah, dengan menggunakan gain absolut (selilisih antara skor pre-test dan
post-test) kurang dapat menjelaskan nama sebenarnya yang dikatakan gain tinggi
dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari
4 ke 6 dan siswa yang memiliki gain dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan dengan
nilai maksimal 8. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain
yang sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi
dari siswa pertama. Hal ini karena usaha meningkatkan dari 6 ke 8
(nilai maksimal) akan lebih berat daripada meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi
kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain
hasil belajar yang sama. Hake dalam N.fitriyanti (2008:50) mengembangkan
sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi
(normalize gain).
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 - 30,00 Sangat Kurang Terampil
2 31,00 - 54,00 Kurang Terampil
3 55,00 - 74,00 Cukup Terampil
4 75,00 - 89,00 Terampil
hasil pre-test dan post-test, perhitungan nilai N-Gain dilakukan untuk melihat
rata-rata peningkatan prestasi belajar pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi
dengan Menggunakan Sistem CAD. Gain ternormalisasi (N-gain) diformulasikan
dalam bentuk persamaan dibawah ini:
pre test pre test post test
Gain N
Skor ideal
Skor
Skor -Skor
Kategori gain ternormalisasi disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.7
Tabel Klasifikasi N-Gain
(Hake, 1998) Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain
0,70 < N-Gain Tinggi
0,30 ≤ N-Gain 0,70 Sedang