• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 12 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMK NEGERI 12 BANDUNG."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN

SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Tingkat II Tahun Ajaran

2011/ 2012 SMK Negeri 12 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Teknik Mesin

Oleh SAMUEL E.0555. 0707395

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN

SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Tingkat II Tahun Ajaran

2011/ 2012 SMK Negeri 12 Bandung)

Oleh Samuel

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Samuel 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SAMUEL E.0555. 0707395

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN

SISTEM CAD UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 12 BANDUNG

(Penelitian Tindakan Kelas pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Tingkat II Tahun Ajaran

2011/ 2012 SMK Negeri 12 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Amay Suherman, M.Pd, NIP.19590325 298601 1 001

Pembimbing II

Drs. Ariyano, MT, NIP. 19640804 199402 1 001

(4)

Samuel, 2013

Penerapan Pembelajaran Demonstrasi Pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi Dengan Dr. Wahid Munawar, M.Pd,

(5)

i

ABSTRAK

Samuel (0707395). Penerapan Metode Pembelajaran Demontrasi pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di SMK Negeri 12 Bandung

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD Kelas XI KRPU 2 Tahun Ajaran 2011/2012)

Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa permasalahan diantaranya: (1) sebagian siswa belum memenuhi KKM, (2) Pemilihan metode pembelajaran masih bersifat satu arah atau hanya berpusat pada guru (teacher center). (3) siswa kurang aktif dalam belajar, (4) penggunaan metode pembelajaran ceramah tidak optimal karena masih bersifat kovensional. Maka salah satu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara pemilihan metode pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan sistem CAD sesuai dengan KKM yang hendak dicapai yaitu ≥ 70. Metode pembelajaran Demontrasi dipilih karena memiliki kelebihan dengan ciri utama menitikberatkan pada kesuksesan individu untuk memperagakan dan menunjukkan tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu baik yang sebenarnya atau hanya sekedar tiruan disertai penjelasan. Hal ini sangat berpengaruh pada kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran selanjutnya dan hasil yang akan dicapai nanti. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus, dimana tiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI KRPU 2 di SMK Negeri 12 Bandung pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD, jumlah siswa yang hadir 34 orang. Hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar dan aktivitas belajar siswa pada tiap siklusnya. Peningkatan prestasi belajar siswa tergambar dalam presentase kelulusan siswa berdasarkan KKM yaitu 76,76%, 84,64%, dan 94,41% masing-masing pada siklus I, II dan III. Begitu pula dengan aktivitas belajar siswa berada dalam tugas, mendengar dengan aktif, membuat gambar dua dimensi, bertanya dan memahami materi mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas belajar siswa tergambar dari data presentase keaktifan yaitu 57,19%, 75,16% dan 92,16% masing-masing pada siklus I, II dan III. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa metode pembelajaran demontrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada Standar Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD.

(6)

ii

ABSTRAK

Samuel (0707395). Demonstration Learning Method Application at Two Dimensional Drawing Competent Standard using CAD System In Order to Enhance Students Achievements at SMK Negeri 12 Bandung

(Study on Class Behavior toward Two Dimensional Drawing Competent using CAD System at Grade XI KRPU 2, Class Year 2011/2012)

This research is done based on several problems: (1) most of the students still unable to fulfill KKM, (2) Learning method chose at this class is one way or teacher centre, (3) students less active in learning, (4) lecture study method used is not maximum yet because the class still using conventional method. Therefore, choosing the right learning method is one of the crucial things to enhance student’s achievements. The main goal of the research is to enhance student learning achievements at Two Dimensional Drawing competent using CAD system based on KKM ≥70. Demonstrate learning method is chosen because it has the advantage of stressing to individual success to exhibit and showing certain process, situation, or thing whether it’s real or artificial along with the explanation. This has strong influence toward student ability on understanding next subject matter and the accomplishment. Learning method used on this research is Class Action Research (Penelitian Tindakan Kelas-PTK) which consists of three cycles and each cycle has its own planning, implementation, observation, evaluation, and reflection. This research is done to XI grade students at SMK Negeri 12 Bandung at two dimensional drawing competent standard using CAD systems. The total of student present is 34 students. The result of the research shows that there is enhancement at student’s achievement and student learning activity at each cycle. This enhancement shown at student’s graduation percentage based on KKM which is: 76,76%;84,64%; and 94,41% each at I, II, and III cycle. This enhancement also can be seen on student assignment, active learning, making two dimensional pictures, asking and understanding material. Student enhancement activity can be seen from activity percentage data which is: 57,19%; 75,16%; and 92,16% each at I, II, and III cycle. This enhancement indicate that demonstration learning method can enhance student learning achievement at two dimensional drawing competent standard using CAD system

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ...iv

DAFTAR ISI ... v

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... …10

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional... 11

H. Lokasi Penelitian ... 12

I. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

A. Tinjauan Tentang Proses ... 14

1. Perencanaan Proses Pembelajaran ... 15

2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... 17

3. Evaluasi Hasil Belajar ... 20

B. Kegiatan Belajar Mengajar ... 26

1. Pengertian Belajar ... 22

2. Belajar Sebagai Suatu Proses ... 23

3. Ciri-Ciri Belajar ... 23

4. Pengertian Mengajar ... 25

5. Kegiatan Belajar Mengajar ... 27

C. Aktivitas Belajar... 29

1. Aktivitas Belajar Peserta Didik ... 29

2. Prinsip-Prinsip Aktivitas Belajar ... 31

3. Jenis-Jenis Belajar ... 32

4. Nilai Aktivitas dalam Belajar ... 33

5. Teori-Teori Belajar... 34

(8)

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 36

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 41

E. Metode Pembelajaran ... 47

1. Pembelajaran dengan Metode Ceramah ... 49

2. Pembelajaran dengan Metode Diskusi ... 50

F. Tinjauan Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD ... 55

1. Tinjauan Kompetensi ... 55

2. KTSP SMKN 12 Bandung ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

A. Metode dan Desain Penelitian ... 57

B. Alur Penelitian ... 64

C. Prosedur Penelitian... 65

1. Pelaksanaan PTK ... 66

2. Evaluasi ... 12

3. Penyusunan Laporan ... 72

D. Data Penelitian dan Sumber Data Penelitian ... 73

1. Data Penelitian ... 73

2. Sumber Data Penelitian ... 73

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 74

1. Teknik Pengumpulan Data ... 74

2. Instrumen Penelitian dan Alat Pengumpul Data ... 75

F. Pengujian Instrumen Penelitian... 78

G. Teknik Analisis Data ... 78

H. Intepretasi Data ... 79

1. Hasil Pengamatan Kegiatan Pembeajaran ... 79

2. Prestasi Belajar ... 80

3. Prestasi Belajar Aspek Kognitif ... 81

4. Prestasi Belajar Aspek Afektif ... 82

5. Prestasi Belajar Aspek Psikomotor ... 82

6. Menghitung Nilai N-Gain ... 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Dialog Pratindakan ... 85

B. Refleksi Awal ... 87

C. Kegiatan Pembelajaran Siklus I ... 88

1. Perencanaan (Planning) ... 88

2. Pelaksanaan (Action) ... 89

3. Pengamatan (Observation) ... 94

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 94

b. Aktivitas Guru ... 95

c. Prestasi Belajar Siswa ... 97

4. Refleksi (Reflection)... ..103

D. Kegiatan Pembelajaran Siklus II ... 105

(9)

2. Pelaksanaan (Action) ... 106

3. Pengamatan (Observation) ... 110

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 111

b. Aktivitas Guru ... 112

c. Prestasi Belajar Siswa ... 114

4. Refleksi (Reflection)... 120

E. Kegiatan Pembelajaran Siklus III... 122

1. Perencanaan (Planning) ... 122

2. Pelaksaan (Action) ... 123

3. Pengamatan (Observation) ... 126

a. Aktivitas Belajar Siswa ... 127

b. Aktivitas Guru... ... 128

c. Prestasi Belajar Siswa ... 130

4. Refleksi (Reflection)... 135

F. Deskripsi Gabungan Data Tiap Siklus ... 136

1. Aktivitas Guru ... 136

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 137

3. Prestasi Belajar Siswa ... 138

a. Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif ... 139

b. Prestasi Belajar Siswa Aspek Psikomotor ... 141

c. Prestasi Belaja Siswa Aspek Afektif ... 143

G. Pembahasan Penelitian ... 144

1. Aktivitas Guru ... 144

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 145

3. Prestasi Belajar Siswa ... 146

a. Prestasi Belajar Aspek Kognitif ... 146

b. Prestasi Belajar Aspek Psikomotor... 147

c. Prestasi Belajar Aspek Afektif ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 149

A. Kesimpulan ... 149

B. Saran ... 150

DAFTAR PUSTAKA ... 151

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk meningkatkan

kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat

diperlukan dalam pembagunan bangsa khususnya pembagunan dibidang

pendidikan. Hal ini sejalan dengan Undang-undang No 23 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi perserta didik agar manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sebagai upaya mengembangkan potensi peserta didik, SMK sebagai

lembaga pendidikan formal memiliki peran dalam mempersiapkan perserta didik

yang pontensial sesuai dengan bidangnya dan dapat memenuhi kebutuhan tenaga

kerja di industri atau menciptakan lapangan perkerjaan secara profesional dan

kompetitif. Sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 Pasal 15 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan

menegah kejuruan utamanya adalah mempersiapkan peserta didik untuk mampu

berkerja pada bidang tertentu.

Hal ini sesuai dengan tujuan utama yang ingin dicapai oleh Kurikulum

(11)

1) Mempersiapkan perserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu berkerja mandiri, mengisi lowongan perkerjaan yang ada di DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat satuan menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian pilihannya.

2) Membekali perserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi dilingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati.

3) Membekali perserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan taqwa agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai di atas, maka sruktur kurikulum

pendidikan kejuruan dalam hal ini SMK terdiri atas 3 kelompok mata pelajaran

yaitu kelompok mata pelajaran normatif, adaftif dan produktif. untuk menyiapkan

lulusan SMK yang berkualitas sesuai tujuan di atas harus didukung sumber daya

yang baik diantaranya guru, kurikulum, alat serta sarana dan prasarana sekolah

yang menunjang kegiatan proses belajar mengajar (PBM). Guru memiliki peranan

penting dalam keberhasilan belajar siswa karena terlibat langsung dalam proses

belajar mengajar. Pada saat PBM berlangsung di dalam kelas, guru seharusnya

menggunakan srategi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center)

agar siswa dapat mandiri atau mengurangi ketergantungan pada guru, namun

kenyataannya guru cenderung masih mendominasi yakni aktivitas guru jauh lebih

banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang

aktif, dan pembelajaran menjadi membosankan karena terasa mononton.

Hal tersebut meyebabkan motivasi belajar, inisiatif bertanya, dan mengungkapkan

pendapat jarang dilakukan oleh siswa. Persoalan ini, sungguh tidak membantu

dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

SMK Negeri 12 Kota Bandung merupakan salah satu SMK yang lulusannya

(12)

keahlian seperti Pemesinan Pesawat Udara, Konsrtuksi Rangka Pesawat Udara,

Konstruksi Badan Pesawat Udara, Kelistrikan Pesawat Udara dan Elektronika

Pesawat Udara. Industri pesawat udara merupakan pengguna jasa terbesar dari

lulusan SMKN 12 Bandung. Hal ini sesuai dengan visi sekolah yaitu menjadikan

lembaga pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan lulusan berkualitas di

bidang kedirgantaraan pesawat udara.

Pencapaian tujuan pendidikan dilakukan dengan pengembangan KTSP,

tujuan ini agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk belajar dan

menemukan jati diri melalui proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, efektif

dan menyenangkan. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan prestasi belajar peserta

didik pada setiap mata pelajaran baik normatif, adaptif dan produktif. Pada

hakekatnya belajar merupakan salah satu bentuk kegiatan individu dalam

usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan dari setiap belajar mengajar adalah

untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal, kegiatan ini akan tercapai jika

siswa mau terlibat secara aktif, baik fisik maupun emosinya dalam proses belajar

mengajar dikelas.

Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, komputer sangat

berkembang pesat. Berkaitan dengan itu, SMKN 12 Bandung mempunyai standar

kompetensi menggambar teknik dengan sistem CAD yang harus diselesaikan

setiap peserta didik dengan hasil optimal melalui program komputer.

Ada beberapa program komputer yang digunakan dalam gambar teknik mesin,

salah satunya adalah Autocad. Program Autocad pada standar kompetensi

(13)

tingakan XI dan XII. Sebelum peserta didik mendapat pelajaran Autocad, perserta

didik terlebih dahulu mempelajari gambar teknik baik teori maupun praktek

secara manual. Teori menggambar teknik ini menjadi hal yang dasar dan penting,

dimana perserta didik memperoleh pengetahuan dasar mengenai prinsip-prinsip

menggambar teknik mesin. Dengan demikian, untuk mempelajari menggambar

dimensi dengan sistem cad dengan program aplikasi Autocad bisa menguasai dan

mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan menggambar dengan

sistem CAD sebagai bahasa komunikasi dalam merancang sebuah konstruksi, baik

disekolah maupun didunia industri.

Berdasarkan pengamatan di lapangan selama PLP dan wawancara di SMKN

12 Bandung dengan guru pengajar kompetensi tersebut, sampai saat ini metode

yang berlangsung di SMK pada mata pelajaran produktif yang lebih bersifat

praktis masih banyak menggunakan metode ceramah. Metode ini dirasa kurang

tepat apabila digunakan pada mata pelajaran produktif. Metode pembelajaran

tersebut umumnya hanya dilaksanakan dalam bentuk satu arah saja dan bersifat

verbalisme dimana penyampaian bahan pelajaran hanya secara lisan oleh guru

sehingga suasana pembelajaran tidak efektif dan efisien. Karakteristik metode

pembelajaran ini dianggap tidak cocok dipakai pada digunakan pada kompetensi

menggambar dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD karena peserta didik

dituntut untuk aktif dan mandiri.

Untuk memperjelas permasalahan, dapat dilihat dalam tabel 1.1 nilai

prestasi belajar pada standar kompetensi menggambar dua dimensi dengan

(14)

Tabel 1.1

Nilai Hasil Prestasi Belajar Kelas XI KRPU 1 dan KRPU 2 Semester Genap, Tahun Ajaran 2011/ 2012 Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan

Menggunakan Sistem CAD

Sumber: Dokumen Guru Mata Pelajaran Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD)

Tabel di atas menunjukkan bahwa presentase dari 72 % peserta didik dari

total kedua kelas, yaitu kelas XI KRPU 1 dan kelas XI KRPU 2 mendapatkan

nilai kurang dari tujuh, nilai ini akan menjadi masalah untuk melanjutkan tingkat

studinya atau untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi. Siswa yang kurang

berprestasi dan guru mata pelajaran mengusahakan agar nilainya bisa mencapai

standar, karena jika nilai siswa tidak mencapai standar, tidak bisa melanjutkan

studinya kejenjang selanjutnya. Dari hal tersebut maka nilai akhir yang digunakan

adalah bukan nilai mentah tetapi nilai komulatif. Dari pemakaian nilai komulatif

tersebut untuk nilai akhir, maka mengakibatkan kualitas siswa menjadi rendah,

walaupun dalam segi kuantitas sangat tinggi. Seorang siswa dapat menyimpulkan

atau memberikan pandangan dalam suatu kategori tertentu mengenai baik

tidaknya metode pembelajaran guru dalam proses belajar mengajar. Berbagai

alasan dapat dikemukakan sebagai penyebab rendahnya motivasi perserta didik

dalam belajar.

Nilai Frekuensi Jumlah Persentase (%)

X KRPU 1 X KRPU 2

< 7 31 21 52 72

7-7,9 1 7 8 11

8-8,9 3 7 10 14

9-10 0 2 2 2

Jumlah 35 32 72 100

Lulus 4 16 20 28

(15)

Upaya untuk meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas belajar perserta

didik pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan menggunakan sistem

CAD adalah dengan menerapkan metode pembelajaran yang menuntut peserta

didik berperan aktif selama proses belajar dan membantu perserta didik untuk

mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau ide yang benar.

Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan

memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi

atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode

penyajian, demontrasi tidak telepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Melalui

metode ini materi pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga

diharapkan peserta didik menjadi mudah memahami. Menurut Syah, M.

(2010: 205) mengemukakan bahwa:

Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, tiruan, dan urutan melakukan suatu kejadian, baik secara langsung maupun melalui pengunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Metode demontrasi biasanya diaplikasikan dengan mengunakan alat-alat

bantuan pengajaran sepeti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat

laboratorium, perangkat komputer dan lain-lain. Seperti dikemukan S. Nasution

(Syah.M, 2010: 206) yang menyoroti metode demontrasi dengan menggunakan

alat peraga, beperndapat bahwa metode ini dapat:

1) Menambah aktivitas belajar siswa karena ia turut melakukan kegiataan peragaan;

2) Mengehemat waktu belajar di kelas/sekolah;

3) Menjadikan hasil belajar yang lebih mantap dan permanen;

4) Membantu siswa dalam mengejar ketertinggalan penguasaan atas materi pelajaran, khususnya yang di demontrasikan itu;

(16)

Metode pembelajaran demontrasi diperlukan pada materi yang memerlukan

peragaan khusus dan percobaan. Pembelajaran ini berhubungan dengan

keterampilan proses (psikomotor) yang diperagakan agar pembelajaran bermakna

lebih mendalam dan diharapkan dapat menghindari verbalisme. Implikasinya pada

pembelajaran, harus memberikan pengalaman belajar yang bervariasi dengan

metode yang efektif pada proses belajar mengajar. Pengunaan metode yang tepat

akan turut menentukan efektivitas dan efeisiensi pembelajaran. Pembelajaran

perlu dilakukan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru,

serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Pengunaan metode

demontrasi akan sangat membantu perserta didik dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Pengalaman belajar di sekolah harus fleksibel dan tidak kaku, serta

perlu menekankan pada kreativitas, rasa ingin tahu, bimbingan dan pengarahan

ke arah lebih dewasa kepada siswa.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “ PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONTRASI PADA STANDAR KOMPETENSI MENGGAMBAR DUA DIMENSI

(17)

B. Identifikasi Masalah

Indentifikasi masalah perlu dibuat untuk memperjelas kemungkinan-

kemungkinan permasalahan yang timbul dari penelitian ini. Indentifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagian perserta didik belum memenuhi KKM pada kompetensi

Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD dan masih

banyak peserta didik yang kesulitan memahami materi pelajaran.

2. Pemilihan metode pembelajaran masih bersifat satu arah atau hanya berpusat

pada guru (teacher center) sehingga menimbulkan verbalisme bagi

pemahaman peserta didik.

3. Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional dan proses belajar

mengajar Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD

berjalan terasa mononton.

4. Penggunaan metode pembelajaran ceramah pada kompetensi Menggambar

Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD belum optimal, peran

peserta didik untuk aktif dalam kegiatan belajar masih kurang.

C. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang ditinjau tidak terlalu luas dan supaya sesuai

dengan maksud dan tujuan yang ingin dicapai, maka perlu adanya pembatasan

masalah yang terjadi ruang lingkup dalam penelitian. Adapun aspek-aspek yang

(18)

1. Penelitian ini dilakukan pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan

Menggunakan Sistem CAD kelas XI di SMKN 12 Bandung.

2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode demontrasi sebagai

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

3. Prestasi belajar siswa kelas XI KRPU 2 SMKN 12 Bandung pada kompetensi

Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD dalam

penelitian ini dibatasi pada akhir dari proses belajar mengajar yang dapat

ditunjukan dalam tiga bentuk aspek yaitu kognitif pada level pengetahuan,

pemahaman dan aplikasi yang diukur dari nilai atau skor yang diperoleh pada

saat pre-test dan post-test, afektif pada level menerima dan merespon yang

diperoleh melalui obeservasi psikomotor pada level persepsi, kesiapan dan

respon terbimbing yang diperoleh dari penilaian aspek psikomotor siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

di atas, permasalahan penelitian perlu dirumuskan secara jelas dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

“Berapa besar peningkatan Prestasi Belajar Siswa menggunakan Metode

(19)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mencari gambaran tentang

seberapa besar penggunaan metode demontrasi di SMKN 12 Bandung, sedangkan

tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa setelah menggunakan

metode pembelajaran demontrasi.

2. Untuk mengetahui penigkatan aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar

menggunakan metode pembelajaran demontrasi.

3. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI SMKN 12

Bandung pada standar kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan

Menggunakan Sistem CAD yang dilihat dari aspek kognitif, psikomotor dan

afektif.

F. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi pihak guru pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan

Menggunakan Sistem CAD agar dapat memacu untuk lebih meningkatkan

metode pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

2. Bagi pihak SMKN 12 Bandung sebagai bahan masukan untuk peningkatan

(20)

3. Bagi siswa SMK, sebagai pemacu akan manfaat belajar untuk mencapai ilmu

pengetahuan yang tidak terbatas.

4. Mewujudkan visi dan misi sekolah sebagai institusi yang selalu berupaya

meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

5. Bagi penulis, mendapatkan banyak pengalaman baru untuk lebih menigkatkan

semangat penelitian dan sebagai bahan untuk mempelajari ilmu yang lainnya.

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah pengertian, penafsiran, dan memudahkan

pemahaman terhadap ungkapan yang dimaksud perlu dijelaskan istilah-istilahnya.

Berikut ini dikemukakan definisi operasional dari masing-masing istilah tersebut,

antara lain:

1. Metode adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan. (Darsono, 2000: 24)

bependapat bahwa; “pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah

yang lebih baik.” Ahmadi et all (1997: 52) mengungkapkan bahwa; “metode

pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang

dipergunakan oleh guru atau instruktur,”

2. Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode penyajian pelajaran

dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta didik tentang

suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik yang sebenarnya atau hanya

sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demontrasi adalah cara penyajian

(21)

didik suatu proses, situasi atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya

ataupun tiruan, yang disertai dengan penjelasan lisan (Djamarah S.B dan

Zain, A. 2006: 90).

3. Prestasi belajar adalah penguasaan atau keterampilan yang dikembangkan

oleh mata pelajaran guna menghasilkan suatu perubahan dalam dirinya,

perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor dan lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai angka yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar dalam penelitian ini diartikan sebagai keberhasilan yang

dicapai peserta didik berupa kemampuan prestasi belajar yang berbentuk

angka setelah mengikuti proses belajar mengajar.

4. Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD

merupakan salah salah satu mata pelajaran pendukung seluruh mata pelajaran

yang banyak membahas tentang, cara membuat gambar dua dimensi dan tiga

dimensi, seperti membuat kolom etiket, membuat perintah line, circle, ofset,

move, extend, array, rectangle, dan trim. Kompetensi ini diajarkan kepada

peserta didik kelas XI Konstruksi Rangka Pesawat Udara (KRPU).

H. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian diperlukan sebagai wilayah untuk memperoleh

dan mengumpulkan data penelitian. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan

di SMKN 12 Bandung yang beralamat di Jln. Padjajaran No. 92 Tlp/Fax

(22)

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berperan sebagai pedoman penulis agar dalam

penulisan skiripsi ini lebih terarah, maka perlu dilakukan pembagian penulisan ke

dalam beberapa bab, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN berisi mengenai latar belakang masalah, identifikasi

masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, lokasi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI berisi landasan teori dan hipotesis penelitian yang

meliputi kajian pustaka, anggapan dasar dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN berisi mengenai metode dan desain penelitian,

alur penelitian, prosedur penelitian, data penelitian dan sumber data penelitian,

teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, dan pengujian analisis

instrumen.

BAB IV HASIL PENELITIAN berisi mengenai penjelasan deskripsi data, analisis

data, hasil pengujian penelitian dan pembahasan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN berisi hasil penelitian yang disimpulkan

(23)

Samuel, 2013

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris dinamakan Class

Action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang

dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas dengan

jalan merefleksikan hasil pengamatan yang didapatkan selama penelitian ke dalam

bentuk tindakan. Supardi (Epon Ningrum, 2009: 3) berpendapat bahwa “PTK

adalah suatu bentuk iventigasi yang bersifat reflektif, kolaboratif dan spiral yang

memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi,

kompetensi, dan situasi.” Kemudian Hopkins (Rochiati, 2005: 12) mengemukakan

bahwa, “PTK merupakan suatu bentuk kajian reflektif oleh pelaku tindakan,

dan PTK dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan

tugas memperdalam pemahaman terhadap tindakan.” Menurut Wardhani

(Epon Ningrum, 2009: 4), “PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru

didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.”

Rapoport (Kunandar 2010: 6) mengemukakan bahwa:

(24)

1. Tujuan PTK tidak hanya untuk memecahkan permasalahan praktis di kelas, melainkan juga mencari dukungan ilmiah;

2. Permasalahan yang bersifat nyata dan aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, penelitian berfokus pada permasalahan praktis dan bertujuan memperbaiki pembelajaran;

3. Penelitian dimulai permasalahan yang sederhana, nyata, jelas dan tajam tentang hal-hal yang terjadi dikelas;

4. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, siswa, kepala sekolah) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan dan pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesepakatan (action);

5. Penelitian dilakukan apabila ada keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan, bertujuan meningkatkan profesionalisme guru, bertujuan meningkatkan proses pembelajaran, dan memperoleh secara pengetahuan dan atau sebagai pemecahan masalah.

Secara sederhana Supriadi (Epon Ningrum 2009: 7) mengemukakan dua

ciri khas dari PTK, yaitu dilakukan secara kolaboratif dan adanya suatu tindakan

untuk memperbaiki proses pembelajaran dikelas. Terdapat tiga karakteristik PTK

menurut Epon Ningrum (2009: 7), yaitu sebagai berikut:

1. An inquiry on from within

PTK berangkat dari permasalahan praktis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas. PTK bersifat practice driven dan action driven, dalam arti bertujuan memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung disini dan sekarang, sehingga dinamakan juga penelitian praktis (practial inquiry). Artinya, PTK memusatkan perhatian pada permasalahan yang spesifik-kontekstual, sehingga tidak terlalu menghiraukan kerepresentatifan sampel.

2. A collaborative effert between ashool teachers and teacher educators

PTK dilaksanakan secara kolaboratif atau bersama-sama antara guru yang kelasnya guru lainnya bertindak sebagai peneliti mitra.

3. A reflective practice made public

(25)

Samuel, 2013

PTK, seperti dikemukakan para ahli di atas, tetapi pada dasarnya memiliki

persamaan. Persamaan tersebut diantaranya adalah permasalahan bersifat praktis,

adanya tindakan untuk memecahkan permasalahan dan atau memperbaiki

pembelajaran, dilakukan secara kolaboaratif, dan siklus tindakan, sebagai hasil

kegiatan reflektif.

PTK, selain memiliki karakteristik juga memiliki beberapa prinsip dasar

yang menjadi pedoman bagi pelaksanaannya. Prinsip dasar tersebut dapat

membantu guru dalam memahami permasalahan dan memecahkannya melalui

PTK. Menurut Hopkins (Epon Ningrum 2009: 9) terdapat enam prinsip dasar

yang melandasi PTK, antara lain sebagai berikut:

1. Mengatasi permasalahan pembelajaran

Tugas utama pendidik adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik

dan berkualitas. Untuk itu, guru harus memiliki tanggung jawab dalam

mengatasi permasalahan pembelajaran secara berkelanjutan secara siklus

sampai terpecahkannya permasalahan dan terjadinya peningkatan kualitas

pembelajaran.

2. Bagian integral dari pembelajaran

PTK merupakan integral dari pembelajaran, sehingga tidak menuntut

kekhususan waktu pelaksanaan maupun waktu pengumpulan data. Tahap

pelaksanaan penelitian selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, mulai dari

(26)

(evaluation) dan refleksi dari proses dan hasil (reflection).

3. Dilaksanakan secara ilmiah

Kegiatan penelitian tindakan kelas harus memperhatikan dan berpatokan pada

standar kaidah ilmiah. Artinya, pelaksanaan penelitian harus menggunakan

metode ilmiah dan kajian ilmiah. Agar PTK memenuhi kaidah ilmiah, maka

harus dilaksanakan secara sistematis, yakni diawali dengan merumuskan

masalah, penentuan tindakan, merumuskan hipotesis tindakan, menetapkan

skenario tindakan, prosedur pengumpulan dan analisis data.

4. Masalah bersifat faktual

Permasalahan dalam PTK adalah masalah pembelajaran yang secara nyata

dialami dalam pembelajaran dikelas dan merisaukan tanggung jawab

profesional. Diagnosis pemecahan masalah harus berdasarkan pada kancah

pembelajaran yang sesungguhnya bukan berdasarkan pada kajian teoritis

semata, merupakan berorientasi pada permasalahan praktis. Permasalahan di

maksud adalah pembelajaran bersifat faktual spesifik kelas. Setiap guru pasti

merasakan dan memiliki pengalaman mengajar yang berbeda pada setiap kelas.

Hal ini dikarenakan perbedaan situasi yang muncul dan dikembangkan

oleh guru adanya variasi faktor yang mempengaruhinya.

5. Motivasi intrinsik

Konsistensi sikap dan kepedulian untuk memperbaiki dan meningkatkan

kualitas dan meningkatkan kualitas pembelajaran, sangat diperlukan. Dengan

(27)

Samuel, 2013

agar sesuai dengan kondisi kelas dan pengembangan srategi yang digunakan.

Pengembangan srategi dan ketepatan pengunaan metodologi yang digunakan

menuntut persiapan guru.

6. Masalah dapat di luar kelas (classroom-exceeding perspective)

Ruang lingkup permasalahan PTK dapat diperluas tidak hanya permasalahan

pembelajaran didalam kelas, melainkan dapat diperluas pada tataran diluar

kelas, misalnya dalam tataran sistem atau lembaga. PTK yang dilakukan atas

permasalahan yang di luar kelas dapat memberikan sumbangan yang lebih

signifikan bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan.

Dalam PTK, guru bersama penulis merumuskan suatu tindakan untuk

memecahkan masalah atau setidaknya dapat memperbaiki situasi yang terjadi

dalam kelas tempat penelitian. Setelah diberi perlakuan, kemudian diamati

pelaksanaan dan hasilnya, untuk mengetahui tingkat keberhasilannya.

Berdasarkan cakupan permasalahannya, seorang guru akan dapat menemukan

penyelesaian masalah yang terjadi di kelasnya melalui PTK. Hal ini dapat

dilakukan dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik metode

pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu, PTK dilaksanakan secara

bersamaan dengan pelaksanaan tugas utama guru yaitu mengajar didalam kelas,

tidak perlu harus meninggalkan peserta didik, PTK ini merupakan suatu penelitian

yang melekat pada guru, yaitu menggangkat masalah-masalah aktual yang dialami

(28)

1. PTK diagnostik, ialah penelittian yang dirancang dengan menuntun penelitian ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian;

2. PTK partisipasi, ialah apabila orang yang melakukan penelitian harus terlibat langsung didalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil akhir yang berupa laporan;

3. PTK empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan melakukan apa yang terjadi selama aksi berlangsung;

4. PTK eksperimental, ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau srategi secara efektif dan efisien dalam suatu kegiatan belajar mengajar.

Dalam pelaksanaan di lapangan, jenis PTK yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas partisipasi, dimana bentuk

penelitiannya memandang guru sebagai peneliti yang berperan dalam proses PTK.

Saat ini kegiatan guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan,

tindakan, obsevasi, dan refleksi. Tujuannya untuk meningkatkan praktik-praktik

pembelajaran di kelas. Peneliti melibatkan pihak lain dalam penelitian ini,

maka perannya tidak dominan.

Beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam

dunia pendidikan, antara lain: (1) Model Kurt Lewin; (2) Model Kemmis dan Mc.

Taggart; (3) dan Model Jhon Elliot; (4) Model Dave Ebbut; (5) Model Hopkins;

dan (6) Model Raka Joni. Model yang dipilih pada penelitian ini adalah model

Hopkins. Hal ini dikarenakan pada tahap tindakan dan observasi dilakukan secara

bersamaan, dan hal ini dipandang cocok sebagai proses pembelajaran disekolah.

Dalam model PTK Hopkins, komponen dan observasi dijadikan sebagai

(29)

Samuel, 2013

dikembangkan oleh Hopkins. Menurut Hopkins (Epon Ningrum 2009: 28),

“prosedur PTK dilakukan dalam dua siklus atau lebih, dimana setiap siklusnya

terdiri atas beberapa kali tindakan. Hal ini sesuai dengan kriteria keberhasilan

penelitian yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah model siklus yang

dikembangkan oleh Hopkins:

(30)

Gambar 3.2 Alur Penelitian PTK START

Merumuskan Masalah

Mengidentifikasi Masalah

Merumuskan Tujuan

Membuat Asumsi

Perencanaan PTK

Tindakan PTK

Observasi PTK

Refleksi PTK

Pengumpulan Data

Analisis Data

Kesimpulan

(31)

Samuel, 2013

Prosedur penelitian berfokus pada peningkatan prestasi belajar siswa kelas

XI KRPU 2 melalui pembelajaran menggunakan metode demontrasi pada

kompentensi menggambar teknik dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD.

PTK, merupakan penelitian yang bersfat reflektif, dengan beberapa kali tindakan

perbaikan sehingga masalah dapat terselesaikan. Penelitian ini diabatasi dalam

tiga siklus. Secara menyeluruh, penelitian ini mengikuti beberapa tahapan sebagai

berikut:

Gambar 3.3 Prosedur PTK (Epon Ningrum 2009: 38)

Perencanaan (Planning)

Pelanksaan dan Observasi

(Action and Observation)

(32)

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Keberhasilan suatu tidakan akan ditentukan dengan perencanaan yang

matang, oleh karena itu pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan (Planing)

yaitu sebagai berikut:

1) Menentukan tempat pelaksanaan penelitian

2) Menyusun rencana pembelajaran yang berpedoman pada KTSP dan sesuai

dengan metode pembelajaran demontrasi. RRP yang telah selesai dibuat adalah

rencana untuk siklus I, sedangkan untuk siklus berikutnya hanya berupa draf .

ini dimaksudkan apabila pada siklus I masalahnya belum terselesaikan, maka

dilakukan siklus berikutnya sampai masalah selesai.

3) Melakukan pra-pengamatan sebelum penelitian tehadap kelas yang akan

digunakan.

4) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas.

5) Menyusun format observasi untuk memantau berlangsungnya kegiatan belajar

di kelas.

6) Menentukan jenis data dan cara pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif

yang akan didapat dari tes prestasi belajar, wawancara, obeservasi dan catatan

lapangan ketika penelitian berlangsung.

7) Menentukan cara pelaksanaan refleksi yang akan dilakukan peneliti

bersama-sama dengan guru mitra yang akan dilakukan setiap usai pemberian tindakan

(33)

Samuel, 2013

Menurut Sumarno (Epon Ningrum 2009: 42) “istilah pelaksanaan tindakan

dipahami sebagai aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan

adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran dan praktek

pendidikan dalam kondisi tertentu.” Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti

menerapkan metode pembelajaran demontrasi dalam usaha ke arah perbaikan

proses pembelajaran. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan dapat dilakukan

perubahan sesuai dengan apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan.

Pada tahap ini dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas lebih mengarah pada

subsitansi yang menjadi permasalahan pokok untuk dapat meningkatkan prestasi

belajar dan aktivitas siswa dengan menerapkan metode pembelajaran demontrasi.

Pelaksanaan tindakan dalam PTK ini didasarkan atas pertimbangan teroritik

dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa peningktan kinerja dan hasil

program optimal. Pelaksana PTK adalah guru kelas bersangkutan, namun bisa

juga berkolaborasi dengan pihak lain.

1) Siklus I

a) Pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan

dan rencana pembelajaran yang telah disusun untuk siklus pertama

berdasarkan hasil refleksi observasi pendahuluan.

b) Pelaksanaan pre-test dilakukan sebelum dan sesudah proses pembelajaran

siklus I berlangsung. Pre-test ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi

(34)

pelaksanaan pmengumpulkan data dari siklus I dan siklus II.

d) Pelaksanaan analisis dan refleksi, dilakukan oleh peneliti dan guru mitra

setelah usai pelaksanaan tindakan guna mengkaji dan menganalisis data

yang diperoleh dari proses tindakan yang akan dijadikan sebagai bahan

perencanaan tindakan baru yang dilakukan pada siklus bertikutnya,

bila pada siklus I hasilnya yang ingin dicapai belum tercapai.

e) Pelaksanaan perencanaan ulang (re-plan) dilakukan setelah kesimpulan

dari pelaksanaan refleksi didapat. Pelaksanaan perencanaan ini

dilaksanakan bila pada siklus pertama belum tercapai yang ingin dicapai.

2) Siklus II

Tahapan pembelajaran pada siklus II sama seperti pembelajaran pada siklus

I. Namun pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus II ini, dilihat berdasarkan

pada hasil refleksi siklus I dan rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun

untuk siklus II.

Alur pelaksanaan rencana penelitian ini dijelaskan dalam gambar 3.3

menurut alur pelaksanaan penelitian pada gambar 3.3, pelaksanaan PTK diawali

dengan adanya permasalahan yang diidentifikasi oleh guru (peneliti) yang

(35)

Samuel, 2013

SIKLUS I

SIKLUS II

SIKLUS III

Gambar 3.4 Alur Pelaksanaan PTK

Dari identifikasi masalah yang ada, dapat dilakukan diagnosis kemungkinan

penyebab permasalahan sehingga ada gambaran untuk melakukan alternatif

tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permasalahannya. Alternatif

tindakan yang dinilai terbaik, kita buat rencana tindakannya dan akhirnya kita

lakukan tindakan. Dalam PTK proses merupakan hal terpenting ketika melakukan

tindakan, maka pelaksanaan tindakan ini senantiasa diobservasi oleh guru mitra. - Proses pembelajaran hasil - Proses pembelajaran hasil

(36)

Pengamatan atau obeservasi adalah upaya mengamati dan

mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung

di laksanakan. Selama berlangsungnya proses kegiatan pembelajaran di observasi

dari awal sampai akhir. Kunandar (2008: 143) mengemukakan bahwa; observasi

biasanya digunakan sebagai penyeledikan tingkah laku individu atau proses

terjadinya suatu peristiwa yang dapat diamati baik dalam sesuatu yang

sesungguhnya maupun situasi bantuan. Dalam PTK, observasi adalah suatu upaya

pengamatan yang memusatkan pada proses kegiatan pembelajaran untuk

pengumpulan data yang berkenaan dengan pelaksanaan tindakan. Artinya, segala

sesuatu yang terjadi selama berlangsungnya pelaksanaan tindakan tidak luput dari

pengamatan dan mendokumentasikannya.

Tahap ini berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Untuk kelancaran

kegiatan observasi dilakukan oleh observer antara lain guru mata pelajaran

dan rekan sejawat. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan,

jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Pada tahap ini, peneliti

melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi

selama tindakan berlangsung. Selain itu, dalam pengamatan dilakukan juga

dianalisis. Peneliti akan melakukan analisa berdasarkan pengamatan seluruh

pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti dan mitra melakukan pengamatan

terhadap gejala-gejala yang muncul selama berlanggsungnya tindakan yang

dilakukan oleh peneliti. Kegiatan ini bertujuan untuk merekam dan

(37)

Samuel, 2013

observasi prestasi belajar aspek afektif, lembar observasi prestasi belajar aspek

psikomotor, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi aktivitas guru.

Hasil observasi dalam penelitian ini nantinya ialah berdasarkan data-data yang

terekam dikelas, selama proses tindakan berlangsung. Peneliti bersama-sama

dengan mitra peneliti juga akan melakukan interpretasi terhadap data-data yang

diperoleh. Setiap akhir tindakan, peneliti dengan mitra melakukan diskusi balikan

mengenai hal-hal yang harus diperbaiki, ditingkatkan, ditambah, atau dikurangi

bahkan dihilangkan dalam tindakan berikutnya untuk memperoleh data yang

diinginkan. Hasil diskusi balikan tersebut kemudian oleh peneliti dijadikan acuan

tindakan berikut yang akan dilakukan.

d. Tahap Refleksi (Reflection)

Epon Ningrum (2009: 53), berpendapat bahwa; “refleksi merupakan tahap

ke empat yaitu langkah untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi

guna penyempurnaan tindakan berikutnya.” Melalui kegiatan refleksi, peneliti

akan menetapkan apa yang telah tercapai, apa yang belum tercapai, serta apa yang

perlu diperbaiki lagi dalam proses pembelajaran selanjutnya. Kegiatan refleksi

mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan

yang telah dilakukan. Refleksi dalam penelitian ini dilakukan guru pelaku

(peneliti) bersama dengan observer terhadap berbagai masalah yang terjadi

(38)

data yang telah terkumpul harus secepatnya dianalisis dan di interpretasi

(diberi makna), sehingga dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan

telah mencapai tujuan. Dengan demikian, salah satu aspek penting dari kegiatan

refleksi adalah melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian

tindakan atau dengan kata lain melakukan analisis data. Jika hasil refleksi

menunjukan harus dilakukan suatu perbaikan, maka ada kemungkinan rencana

tersebut perlu dilanjutkan untuk disempurnakan kembali pada tindakan

selanjutnya.

2. Evaluasi

Kegiatan ini sebagai proses mengumpulkan, mengolah dan menyajikan

informasi, sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan,

perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang merupakan proses yang terkait

dan berkesinambungan. Evaluasi ditunjukan penemuan bukti peningkatan prestasi

belajar dan aktivitas pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan

menggunakan CAD peserta didik kelas XI KRPU 2 SMKN 12 Bandung. Siklus

penelitian tindakan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sehingga dicapai

hasil yang optimal. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti peningkatan

prestasi belajar perserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif dan

psikomotor.

3. Penyusunan Laporan

Penyusunan penelitian PTK seperti halnya jenis penelitian yang lain,

(39)

Samuel, 2013

1. Data Penelitian

Arikunto (2010: 161) menyatakan bahwa; “ Data adalah hasil pencatatan

peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka yang dapat dijadikan bahan untuk

menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data

yang dipakai untuk suatu keperluan.” Data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Data mengenai jumlah Siswa Kelas XI KRPU 2 Tahun Ajaran 2011/2012

yang diperoleh dari TU SMK Negeri 12 Bandung.

b. Data mengenai prestasi belajar siswa kelas XI KRPU 2 pada kompetensi

Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD di SMK

Negeri 12 Bandung, meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Data

aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru selama melakukan proses

pembelajaran.

2. Sumber Data Penelitian

Bahan untuk menyusun suatu informasi diperoleh dari sumber data.

Arikunto (2010: 172) mengemukakan bahwa, “Sumber data dalam penelitian

adalah subjek dari mana data itu dapat diperoleh”. Untuk data pendukung adalah

dokumentasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran, staf TU SMKN 12

Bandung dan peserta didik yang akan dilihat peningkatan kemampuan setelah

dilakukan penerapan metode demontrasi dalam proses pembelajaran pada

(40)

pada kelas KRPU 2.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk dianalisa.

Untuk itu maka diperlukan teknik pengumpulan data yang relevan dengan

penelitian. Teknik pengumpulan data dalam PTK ini dilakukan dengan cara

observasi, pre-test dan post-test. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam PTK ini adalah sebagai berikut:

1) Observasi

Dalam PTK observasi dilakukan terutama untuk memantau proses dan

dampak pembelajaran yang diperlukan untuk dapat menata langkah-langkah

perbaikan. Observasi biasanya digunakan sebagai penyelidikan tingkah laku

individu atau proses terjadinya suatu peristiwa yang diamati baik dalam sesuatu

yang sesungguhnya maupun situasi buatan. Kunandar (2008: 139) mengemukakan

bahwa:

Pengamatan atau observasi merupakan alat yang tebukti efektif untuk mempelajari tentang metode dan srategi yang di implementasikan di kelas, misalnya tentang organisasi kelas, mersepon peserta didik terhadap lingkungan kelas dan sebagainya.

Observasi dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjaring

beberapa data berupa aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar

dengan menggunakan metode pembelajaran Demontrasi. Sebelum digunakan,

pedoman observasi ini sebelumnya akan dikonsultasikan pada pembimbing dan

(41)

Samuel, 2013

Post-test yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk subjektif. Test

subjektif pada umumnya berbentuk uraian. Arikunto (2009: 162)

menggungkapkan bahwa “test berbentuk esai adalah sejenis test kemajuan belajar

yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.” Test

yang diberikan dimaksudkan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan siswa

sebelum dan sesudah menempuh proses pembelajaran dengan menerapkan metode

pembelajaran demontrasi. Juga meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

serta aktivitas pembelajaran siswa.

Pre-test digunakan untuk mengukur kemampuan awal peserta didik

sebelum pelaksanaan pembelajaran degan menggunakan metode pembelajaran

demontrasi. Post-test digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan

peningkatan pemahaman dan prestasi belajar aspek kognitif peserta didik pada

kelompok penelitian sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan

metode demontrasi pada kompetensi menggambar dua dimensi dengan

menggunakan sistem CAD. Test ini akan menguji aspek kognitif peserta didik

dengan tingkat hapalan, pemahaman dan aplikasi, adapun test yang digunakan

untuk pre-test dan post-test merupakan soal yang sama, dimaksudkan supaya

tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan

dan pemahaman yang terjadi.

2. Instrumen Penelitian dan Alat Pengumpul Data

Sesuai dengan rumusan masalah dan untuk menguji data yang diajukan

(42)

penelitian ini, berupa lembar test, lembar observasi, dan dokumentasi.

1) Lembar Test

Lembar test digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik pada

ranah kognitif. Penyusunan instrumen untuk test ini berdasarkan indikator hasil

belajar yang hendak dicapai pada siklus-siklus pembelajaran. Soal-soal test terdiri

dari pertanyaan-pertanyaan materi kompetensi menganggambar dua dimensi

dengan sistem CAD. Soal test tersebut terdiri dari beberapa soal yang berbeda

antara siklus I, II dan siklus selanjutnya, hal ini dimaksudkan agar test

berlangsung lebih objektif, selain itu tes dilakukan dua kali setiap siklusnya yaitu

pre-test dan post-test.

Test ini akan menguji ranah kognitif peserta didik dengan tingkat hapalan,

pemahaman, aplikasi. Adapun tes yang digunakan untuk pre-test dan post-test

merupakan soal yang sama. Dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan

kualitas terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.

2) Lembar Observasi

“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang berdampak pada objek penelitian” (Sukmadinata, 2008:

220). Dalam penelitian ini, observasi merupakan upaya pengamatan dan

dokumentasi hal-hal yang tejadi selama proses berlangsungnya tindakan untuk

mendapatkan data-data keaktifan peserta didik selama proses kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini

(43)

Samuel, 2013

ini untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan belajar tercapai pada saat

melakukan tindakan.

Pedoman Observasi:

1) Oral Activities: bertanya, menjawab pertanyaan,

(apakah siswa mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan materi

pembelajaran menggambar dua dimensi?)

2) Writing Activies: menyalin dan menulis materi belajar,

(apakah siswa menyalni/menulis materi yang ditulis/dijelaskan oleh guru?)

3) Motor Activies: membuat gambar dua dimensi

(apakah siswa melaksanakan tugas gambar dua dumensi yang ditugaskan oleh guru?)

Gambar 3.5 Pedoman Observasi Aktivitas Siswa

Tabel 3.1

Format Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

N

Oral activities Writing activities Motor activities

Bertanya, mengajukan atau

Dokumentasi disini merupakan cara untuk memperoleh data dari

responden. Untuk teknik dokumentasi ini peneliti memperoleh informasi dari

berbagai sumber tertulis atau dokumen. Dokumen yang didapat digunakan untuk

(44)

penelitian ini peneliti menggunakan rekaman foto, video dan catatan harian.

F. Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen pada penelitian ini menggunakan pendapat ahli

(judgment expert). Dalam hal ini guru kompetensi Mengggambar Dua Dimensi

dengan Menggunakan Sistem CAD SMKN 12 Bandung. “Aspek-aspek yang akan

di ukur berdasarkan teori selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli” Sugiono

(2012: 177). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun,

sebelum dilakukan pre-test soal terlebih dahulu dikonsultasikan dengan ahli.

Setelah mendapat persetujuan dengan ahli apakah soal yang diuji cobakan sudah

sesuai dengan maka dilakukan uji coba instrumen.

G. Teknik Analisis Data

Berdasarkan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK),

yaitu pengolahan datanya hanya menuntut pengunaan statistik yang sederhana,

maka dalam penelitian ini tidak memerlukan pendekatan statistik yang terlalu

rumit. Kemudian setelah pengumpulan data sudah dilakukan, maka data yang

sudah terkumpul harus diolah dan dianalisis.

Analsisis dalam penelitian ini, menggunakan anaisis data deskriptif. Data

yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, serta data kualitatif yang

menggambarkan keaktifkan, kemandirian, antusias, partisipasi perseta didik dalam

(45)

Samuel, 2013

kuantitatif. Perbadingan antara nilai rata-rata kelas antara tes I dan tes II

digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan nilai dengan menggunakan

anaisis statistik sederhana. Jika nilai rata-rata kelas pada tes II lebih besar dari tes

I maka ada peningkatan hasil prestasi belajar siswa pada kompetensi menggambar

dua dimensi dengan menggunakan sistem CAD yang menerapkan metode

pembelajaran demontrasi pada proses pembelajarannya. Data kuantitatif

di analisis dengan menggunakan metode deskriptif.

H. Interpretasi Data Penelitian

Pada tahap ini, peneliti melakukan interpretasi data atau menggambarkan

temuan-temuan hasil penelitian berdasarkan landasan teoritis yang telah dipilih.

Hasil interpretasi ini diharapkan dapat memperoleh makna yang cukup berarti

sebagai bahan untuk tindakan selanjutnya atau untuk kepentingan peningkatan

kinerja mengajar guru.

1. Hasil Pengamatan Kegiatan Pembelajaran

Analisis hasil pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung

dilakukan observasi mengenai aktivitas guru dan siswa.

1) Aktivitas Siswa

Presentase aktivitas siswa

x 100% C

B

A

(46)

x 100% Z

Y

X

Keterangan:

A = Presentase aktivitas siswa

B = Jumlah frekuensi yang dilakukan siswa C = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas siswa X = Presentase aktivitas guru yang dilakukan Y = Jumlah frekuensi aktivitas guru yang dilakukan Z = Jumlah frekuensi seluruh aktivitas guru

Selanjutnya data akan dibagi ke dalam lima kategori skala.

Tabel 3.2 Klasifikasi Aktivitas

Sumber: Laksmini (Mulyadi, Y., 2010:72)

2. Prestasi Belajar

Peningkatan prestasi belajar dilihat dari pengolahan data hasil pretasi

belajar aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Data-data tersebut kemudian dapat

menunjukan peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan rumus

sebagai barikut:

NA = NK (30%) + NP (50%) + NA (20%) (SMKN 12 Bandung) Dimana:

NA = Nilai Akhir

NK = Nilai prestasi aspek kognitif

NP = Nilai prestasi belajar aspek psikomotor NA = Nilai prestasi belajar aspek afektif

(47)

Samuel, 2013

Tabel 3.3

Klasifikasi Nilai Prestasi Belajar

Sumber: Depdiknas, 2008:31)

3. Prestasi Belajar Aspek Kognitif

Peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif dapat dilihat setelah

peneliti mendapatkan hasil dari tes yang dilakukan, berupa pre-test dan post-test.

Kemudian data prestasi belajar tersebut diolah. Data-data tersebut kemudian

menunjukan peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif di tiap siklusnya.

Setelah di interpretasikan ke dalam Indeks Prestasi Kelas (IPK), untuk mencari

IPK digunakan rumus sebagai berikut:

100

sudah di peroleh diinterpretasikan ke dalam lima kategori yaitu sangat randah,

rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi sesuai dengan tabel 3.4 dibawah ini

(48)

Tabel 3.4

Kategori Interpretasi untuk IPK Aspek Kognitif

(Panggabean, 2006: 42)

4. Prestasi Belajar Siswa Aspek Afektif

Peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif dapat terlihat apabila

data-data yang dihasilkan dan lembar observasi siswa pada aspek afektif sudah

diperoleh, lembar observasi tersebut dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan untuk

hasil observasinya terdapat pada lembar lampiran observasi ini kemudian

di interpretasikan dalam bentuk IPK aspek afektif, sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategori Interpretasi untuk IPK Aspek Afektif

(Panggabean, 2006: 43)

5. Prestasi Belajar Siswa Aspek Psikomotor

Peningkatan kemampuan siswa pada aspek psikomotor tiap siklus dapat

diperoleh setelah hasil dari observasi siswa aspek psikomotor diolah, hasil No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1 00,00 - 30,09 Sangat rendah

2 31,00 - 54,00 Rendah

3 55,00 - 74,00 Sedang

4 75,00 - 89,00 Baik

5 90,00 - 100,0 Sangat Baik

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1 00,00 - 30,00 Sangat Negatif

2 31,00 - 54,00 Negatif

3 55,00 - 74,00 Netral

4 75,00 - 89,00 Positif

(49)

Samuel, 2013

sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kategori Interpretasi IPK untuk Aspek Psikomotor

(Panggabean, 2006: 44)

6. Menghitung Nilai N-Gain

Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah

mudah, dengan menggunakan gain absolut (selilisih antara skor pre-test dan

post-test) kurang dapat menjelaskan nama sebenarnya yang dikatakan gain tinggi

dan mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari

4 ke 6 dan siswa yang memiliki gain dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan dengan

nilai maksimal 8. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain

yang sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi

dari siswa pertama. Hal ini karena usaha meningkatkan dari 6 ke 8

(nilai maksimal) akan lebih berat daripada meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi

kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain

hasil belajar yang sama. Hake dalam N.fitriyanti (2008:50) mengembangkan

sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi

(normalize gain).

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 - 30,00 Sangat Kurang Terampil

2 31,00 - 54,00 Kurang Terampil

3 55,00 - 74,00 Cukup Terampil

4 75,00 - 89,00 Terampil

(50)

hasil pre-test dan post-test, perhitungan nilai N-Gain dilakukan untuk melihat

rata-rata peningkatan prestasi belajar pada kompetensi Menggambar Dua Dimensi

dengan Menggunakan Sistem CAD. Gain ternormalisasi (N-gain) diformulasikan

dalam bentuk persamaan dibawah ini:

pre test pre test post test

Gain N

Skor ideal

Skor

Skor -Skor

 

Kategori gain ternormalisasi disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.7

Tabel Klasifikasi N-Gain

(Hake, 1998) Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain

0,70 < N-Gain Tinggi

0,30 ≤ N-Gain 0,70 Sedang

Gambar

Tabel 1.1  Nilai Hasil Prestasi Belajar Kelas XI KRPU 1 dan KRPU 2 Semester Genap, Tahun Ajaran 2011/ 2012 Kompetensi Menggambar Dua Dimensi dengan Menggunakan Sistem CAD
Gambar 3.1 Model Siklus Hopkins            (Arikunto et all 2006: 74)
Gambar 3.3 Prosedur PTK (Epon Ningrum 2009: 38)
Gambar 3.4 Alur Pelaksanaan PTK
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hambatan Yang Dihadapi Kepolisian Resor Kota Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perkosaan

Pembuatan sirup glukosa secara enzimatis dengan menggunakan enzim α - amilase dan glukoamilase merupakan proses hidrolisa yang memotong polisakarida menjadi

Kompetensi dasar (KD) Pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai siswa (penjabaran dari SK).. Tujuan Apa yang akan

Pada hari ini SELASA tanggal DUA BELAS bulan AGUSTUS tahun DUA RIBU EMPAT BELAS , kami POKJA Pekerjaan Pembangunan Asrama Siswa SMPN 2 Sipora Selatan DINAS PENDIDIKAN ULP

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan analisa data yang berhubungan dengan penelitian ini seperti fungsi algoritma Bor vka dan Prim

Algoritma Bor vka merupakan algoritma pertama untuk mencari pohon merentang minimum dari suatu graf ditemukan oleh Otakar Bor vka pada tahun 1926.Algoritma ini dimulai

Analisis Persepsi Auditor Mengenai Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penetapan Fee Audit (Survei pada KAP di Bandung).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Aplikasi Algoritma Prim Untuk Menentukan Minimum Spanning Tree Suatu Graf Berbobot Dengan Menggunakan.. Pemrograman