• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keawetan Alami Kayu Mangium (Acacia Mangium Willd.) Umur 5, 6, Dan 7 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keawetan Alami Kayu Mangium (Acacia Mangium Willd.) Umur 5, 6, Dan 7 Tahun"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KEAWETAN ALAMI KAYU MANGIUM (Acacia mangium

Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN BERDASARKAN UJI

LAPANG

ABDUSA ALAM

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keawetan Alami Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.) Umur 5, 6, dan 7 Tahun Berdasarkan Uji Lapang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ABDUSA ALAM. Keawetan Alami Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.) Umur 5, 6, dan 7 Tahun. Dibimbing oleh LINA KARLINASARI dan ARINANA

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian keawetan alami kayu berupa uji kubur kayu mangium pada umur 5, 6, dan 7 tahun serta berbagai posisi kayu. Metode yang diterapkan adalah uji kubur mengacu kepada ASTM D 1758-06. Hasil penelitian menunjukkan kehilangan berat terhadap umur kayu tertinggi pada umur 5 tahun sebesar 34.13% dan terendah pada umur 7 tahun sebesar 14.02%. Kehilangan berat terhadap posisi kayu terendah terdapat pada bagian pangkal kayu sebesar 11.16%, sedangkan kehilangan berat tertinggi terdapat pada bagian ujung kayu sebesar 29.00%. Analisis statistik menyimpulkan bahwa umur kayu, posisi kayu di pohon, serta interaksi antara umur dan posisi kayu di pohon terhadap kehilangan berat berbeda nyata. Umur 7 tahun posisi pangkal memiliki kehilangan berat yang paling kecil, sedangkan umur 5 tahun posisi ujung memiliki kehilangan berat yang paling besar. Kelas mutu kayu mangium yang mengacu kepada ASTM D1758-06 pada umur 5 tahun yaitu kelas mutu 4, kelas mutu 7 pada umur 6 tahun, dan kelas mutu 6 pada umur 7 tahun. Posisi kayu pangkal dan tengah memiliki kelas mutu 6 sedangkan posisi kayu ujung memiliki kelas mutu 4. Pengujian kondisi lingkungan menunjukkan suhu lingkungan, suhu dalam tanah, serta kelembapan sebesar 28.10 oC, 25.10 oC, dan 78.10 %.

Kata kunci: keawetan alami, mangium, posisi kayu, umur

ABSTRACT

ABDUSA ALAM. Natural Durability of Mangium Wood (Acacia mangium Willd.) 5, 6, and 7 Years Based on Grave Yard Test. Supervised by LINA KARLINASARI and ARINANA.

The aim of this research was to evaluate the natural durability based on grave yard test on mangium wood 5, 6, and 7 years old as well as trunk position on the tree. The method applied was a grave yard test refer to ASTM D 1758-06. The result showed that the weight loss of wood at the age of 5 years was 34.13% and the lowest at 7 years old which was 14.02%. The smallest weight loss based on the trunk position in the was 11.16% at bottom position, while the wight loss was the highest at the top position of wood by 29.00%. Statistical analysis revealed that the age of wood, the trunk position as well as the interaction between those paramater was significantly difference on the weight loss at the age 7 years old on bottom position possessed a smallest weight loss, while at the age of 5 years on top position had a highest weight loss value. Mangium wood grading refer to ASTM D 1758-06 have a grade number 4 for 5 years old, grade number 7 for 6 years old, and grade number 6 for 7 years old. Trunk position on the bottom and middle part had grading number 6, while on the top position of the tree has grading number 4. Environmental condition tests showed ambient temperature, soil temperature, and humidity at 28.10 oC, 25.10 oC, and 78.10 %.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

KEAWETAN ALAMI KAYU MANGIUM (Acacia mangium

Willd.) UMUR 5, 6, DAN 7 TAHUN BERDASARKAN UJI

LAPANG

ABDUSA ALAM

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah keawetan, dengan judul Keawetan Alami Kayu Mangium (Acacia mangium Willd.) Umur 5, 6, dan 7 tahun Berdasarkan Uji Lapang.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Lina Karlinasari, SHut MSc Ftrop dan Ibu Arinana, SHut MSc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Prof Dr Ir Ervizal A.M Zuhud, MS selaku dosen penguji, bapak Suhada dan Kadiman dari Laboratorium Pengerjaan Kayu. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur dan Analisis Data 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Kehilangan Berat 5

Kondisi Lingkungan 7

Penentuan Kelas Mutu Kayu 8

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 12

(10)

DAFTAR TABEL

1 Penilaian kerusakan contoh uji oleh rayap tanah 4 2 Kelas mutu kayu terhadap umur berdasarkan ASTM D 1758-06 8 3 Kelas mutu kayu terhadap posisi kayu di pohon 9

DAFTAR GAMBAR

1 Posisi pengambilan contoh uji kayu di pohon 3

2 Posisi contoh uji yang dikubur (a); penempatan contoh uji di lapang 3 3 Environmental meter jenis DiLog DL7106 4-in-1 4

4 Kehilangan berat kayu terhadap umur 6

5 Kehilangan berat terhadap posisi kayu di pohon 6

6 Rata-rata kondisi lingkungan per 3 hari 7

7 Rata-rata kondisi lingkungan berdasarkan waktu pengamatan 8 8 Bentuk kerusakan contoh uji akibat serangan rayap tanah dimana (a)

merupakan kerusakan kayu terparah dan (b) kerusakan kayu yang

paling sedikit 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sebaran kehilangan berat kayu mangium umur 5, 6, dan 7 tahun di

lapang (%) 12

2 Analisis variansi dari pengaruh umur kayu dan posisi kayu di pohon

terhadap kehilangan berat 13

3 Percent loss of cross section umur dan posisi kayu (%) 13

4 Dokumentasi peletakkan contoh uji di lapang 14

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi kayu bulat pada Hutan Tanaman Industri (HTI) terus meningkat setiap tahun. Departemen Kehutanan (2014) melaporkan pada tahun 2010 produksi kayu bulat pada HTI sebesar 12.63 juta m3 terus meningkat menjadi 19.55 juta m3 pada tahun 2013. Banyak jenis kayu yang menjadi pendorong meningkatnya produksi kayu bulat dari HTI. Salah satu jenis kayu HTI yang banyak ditanam adalah jenis mangium (Acacia mangium Willd.). Kayu akasia atau dikenal juga sebagai kayu mangium merupakan salah satu jenis pohon yang cepat tumbuh (fast growing species). Rimbawanto (2002) melaporkan bahwa sekitar 80% dari areal HTI di Indonesia terdiri dari jenis pohon mangium.

Banyaknya produksi kayu mangium pada HTI maupun hutan rakyat membuat pemanfaatan kayu mangium menjadi lebih luas baik untuk industri pulp, kayu pertukangan, maupun sebagai bahan baku pembuatan produk turunan kayu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kualitas kayu mangium agar pemanfaatannya sesuai yang dibutuhkan. Salah satu parameter dalam penentuan kualitas kayu adalah keawetan kayu terhadap organisme perusak kayu.

Keawetan kayu adalah daya tahan kayu terhadap serangan faktor perusak biologis kayu (Tobing 1977). Keawetan alami kayu adalah ketahanan kayu secara alami terhadap serangan organisme perusak kayu. Nilai keawetan alami kayu ditentukan oleh kelas awet kayu dengan pengujian berupa pengumpanan terhadap organisme perusak kayu. Salah satu parameter yang memengaruhi keawetan alami kayu adalah kandungan zat ekstraktif, meskipun tidak semua zat ekstraktif kayu beracun bagi organisme perusak kayu. Umumnya semakin tinggi kandungan ekstraktif kayu, maka keawetan alami kayu cenderung meningkat (Wistara et al. 2002). Pembentukan zat ekstraktif pada kayu dipengaruhi oleh umur kayu, umumnya antara umur pohon dengan keawetan kayu memiliki hubungan yang positif. Hal tersebut dikarenakan semakin lama pohon tersebut hidup maka semakin banyak zat ekstraktif yang terbentuk (Tim Elsppat 2007).

Tobing (1977) menyatakan bahwa terdapat dua cara pengujian keawetan alami kayu yaitu dengan uji kubur (grave yard test) dan uji laboratorium (laboratory test). Uji kubur dilakukan dengan cara contoh uji kayu dalam ukuran tertentu ditanam di lapangan dan diperiksa dalam jangka waktu tertentu untuk menentukan masa pakai serta kehilangan berat kayu tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian keawetan alami kayu dengan uji kubur berdasarkan umur kayu serta pada berbagai posisi kayu di pohon.

Tujuan Penelitian

(12)

2

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keawetan alami dari kayu mangium (Acacia mangium Willd.) berdasarkan umur pohon serta posisi kayunya terhadap serangan rayap tanah sesuai dengan standar ASTM D-1758 06.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Agustus sampai Desember 2014. Uji kubur dilakukan di Arboretum Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan yang digunakan yaitu kayu mangium (Acacia mangium Willd.) yang berasal dari RPH Maribaya BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani unit III Jawa Barat dan Banten. Kayu mangium diambil dari tiga umur yang berbeda yaitu 5, 6, dan 7 tahun serta dari masing-masing umur tersebut diambil posisi ketinggian kayu yang berbeda yaitu pangkal, tengah, dan ujung.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain circular saw, oven, desikator, timbangan digital, linggis, kamera, environmental meter, dan kaliper.

Prosedur dan Analisis Data Uji Lapang (grave yard test)

(13)

3

Pengujian dilakukan selama 90 hari. Setelah 90 hari contoh uji diambil dengan posisi tegak dan usahakan tidak ada contoh uji yang patah. Contoh uji dibersihkan dari tanah yang menempel lalu diamati kerusakannya. Selanjutnya contoh uji dikeringkan kembali dalam oven dengan suhu (60 ± 2)°C selama 48 jam lalu ditimbang (B1). Kehilangan berat contoh uji dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Kehilangan Berat (%)= B0 B- B1

0 ×100%

dimana B0 adalah berat contoh uji kering oven sebelum dikubur (gr) dan B1 adalah berat contoh uji kering oven setelah dikubur (gr).

Gambar 1 Posisi pengambilan contoh uji kayu di pohon

(14)

4

Penentuan Kelas Mutu Kayu

Penentuan kelas mutu kayu mengacu kepada ASTM D 1758-06 (2006) dimana kelas mutu kayu ditentukan berdasarkan persentase hilangnya kayu arah cross section akibat serangan rayap tanah. Contoh uji yang telah dilakukan pengumpanan dibersihkan terlebih dahulu dari tanah yang menempel. Selanjutnya contoh uji diukur penetrasi serangan rayap tanah pada bagian penampang melintang (cross section) kayu. Pengukuran dilakukan pada bagian contoh uji yang paling parah terkena serangan rayap tanah. Selanjutnya hitung persentase kehilangan kayu (PL) dengan menggunakan persamaan berikut:

PL % =Kedalaman serangan rayapPanjang kayu mula-mula (mm)tanah dari cross section (mm)×100%

Hasil persentase kehilangan kayu tersebut digunakan untuk menenentuan kelas mutu kayu terhadap serangan rayap tanah berdasarkan Tabel 1.

Tabel 1 Penilaian kerusakan contoh uji oleh rayap tanah

Sumber: ASTM D 1758-06

Pengukuran Suhu dan Kelembapan

Pengukuran suhu dan kelembapan dilakukan dengan mengukur suhu lingkungan, suhu tanah, dan kelembapan lingkungan. Ketiga indikator tersebut diukur setiap 3 hari dengan waktu pengamatan pukul 07:00, pukul 12:00, dan pukul 17:00. Alat ukur yang digunakan ialah environmental meter jenis DiLog DL7106 4-in-1 (Gambar 3).

Nilai Kondisi serangan

10 Tidak ada serangan; 1-2% kerusakan kecil diperbolehkan 9 Penetrasi mencapai 3% dari penampang melintang 8 Penetrasi 3-10% dari penampang melintangnya 7 Penetrasi 10-30% dari penampang melintangnya 6 Penetrasi 30-50% dari penampang melintangnya 4 Penetrasi 50-75% dari penampang melintangnya

0 Rusak

(15)

5 Pada saat pengukuran, environmental meter diletakkan disekitar daerah pengamatan. Pengukuran suhu permukaan dilakukan dengan menggeser saklar ke posisi TEMP sehingga sensor pada alat mencatat suhu dan menampilkannya pada layar. Sedangkan untuk mengukur suhu dalam tanah, dilakukan dengan menancapkan termokopel dari permukaan. Pengukuran kelembapan dilakukan dengan menggeser saklar ke posisi %RH sehingga sensor mencatat kelembapan sekitar pengamatan dan menampilkan dalam layar. Saat pengukuran suhu dan kelembapan lingkungan diusahakan letak environmental meter sedimikian rupa sehingga tidak terkena sinar matahari langsung.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif sederhana untuk menentukan nilai rata-rata menggunakan Microsoft Excel 2016 dan IBM SPSS Statistic version 22. Untuk mengetahui pengaruh posisi kayu di pohon dan umur digunakan rancangan percobaan acak lengkap dua faktorial dengan faktor A adalah variasi umur (5, 6, dan 7 tahun) dan faktor B adalah variasi posisi kayu di pohon (pangkal, tengah, dan ujung). Ulangan yang dilakukan sebanyak tujuh kali. Model yang digunakan dalam rancangan percobaan ini adalah:

Yijk=μ+αi+βj+ αβ ij+Eijk

Yijk merupakan nilai pengamatan pada ulangan k yang disebabkan oleh taraf

ke-i faktor α dan taraf ke-j faktor β, i adalah umur kayu (5, 6, dan 7 tahun), j adalah

posisi kayu (pangkal, tengah, dan ujung), k adalah ulangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, μ

adalah nilai rata-rata sebenarnya, α adalah umur kayu (faktor A), β adalah posisi kayu di pohon (faktor B), αi adalah pengaruh umur kayu pada taraf ke-i, βj adalah pengaruh posisi taraf ke-j, (αβ)ij adalah pengaruh interaksi antara faktor α (umur kayu) pada taraf ke-i (5, 6, dan 7 tahun) dan faktor β (posisi kayu) pada taraf ke-j (pangkal, tengah, dan ujung), dan Eijk adalah galat (kesalahan percobaan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehilangan Berat

(16)

6

Gambar 4 Kehilangan berat kayu terhadap umur

Berdasarkan Gambar 5 rata-rata nilai kehilangan berat pada bagian pangkal lebih rendah dibanding bagian tengah dan ujung. Semakin ke ujung nilai kehilangan berat semakin tinggi. Kehilangan berat terendah terdapat pada bagian pangkal kayu sebesar 11.16%, sedangkan kehilangan berat tertinggi terdapat pada bagian ujung kayu sebesar 29.00%.

Gambar 5 Kehilangan berat terhadap posisi kayu di pohon

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan umur pohon, posisi batang kayu di pohon, serta interaksi umur dan posisi kayu memberikan pengaruh yang nyata pada selang kepercayaan 95%. Hasil uji Duncan terhadap faktor interaksi antara umur dan posisi menunjukkan umur 5 tahun posisi ujung memiliki kehilangan berat tertinggi dan kehilangan berat terendah terdapat pada umur 7 tahun posisi pangkal. Umur kayu memengaruhi jumlah kehilangan berat kayu terhadap serangan rayap tanah. Oleh sebab itu semakin tinggi umur kayu maka kehilangan berat yang dihasilkan semakin kecil. Wistara et al. (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi umur kayu maka kandungan zat ekstraktifnya semakin besar. Zat ekstraktif memiliki daya racun yang berguna melindungi kayu tersebut dari serangan rayap tanah sehingga dengan tingginya kadar zat ektraktif terhadap kayu maka keawetan alaminya semakin besar.

Tingkat kerusakan kayu akibat serangan rayap tergantung jenis kayu dan posisi kayu di pohon (Nuriyatin 2003). Kandungan ekstraktif masing-masing posisi kayu pun berbeda (Nandika et al. 1996). Kandungan ekstraktif pada pangkal cenderung lebih banyak dari pada bagian ujung kayu sehingga kehilangan berat

(17)

7 yang dihasilkan pun lebih kecil. Oleh sebab itu bagian pangkal kayu memiliki keawetan alami lebih tinggi dibandingkan bagian ujung kayu.

Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan turut memengaruhi perkembangan populasi rayap tanah meliputi curah hujan, suhu, kelembapan, serta ketersediaan makanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain. Kelembapan dan suhu merupakan faktor yang kuat yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap tanah. Perubahan kondisi lingkungan akan menyebabkan perubahan perilaku rayap tanah serta kondisi habitat di sarang rayap (Leicester et al. 2002).

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan rata-rata suhu lingkungan, suhu dalam tanah, serta kelembapan sebesar 28.10 oC, 25.10 oC, dan 78.10 %. Hasil tersebut berdasarkan pengamatan selama 90 hari dengan selang pengukuran setiap 3 hari sekali. Suhu lingkungan tertinggi terdapat pada pengamatan ke-2 sebesar 29.60 oC sedangkan suhu lingkungan terendah terdapat pada pengamatan ke-22 sebesar 26.80 oC (Gambar 6). Pengamatan ke-2 dilakukan pada bulan September. Pada bulan tersebut diduga musim pancaroba yang merupakan peralihan dari musim panas ke musim penghujan. Sebaliknya, pada pengamatan ke-22 dilakukan pada bulan Desember dimana pada bulan tersebut sudah mulai musim penghujan.

Gambar 6 Rata-rata kondisi lingkungan per 3 hari

Nandika et al. (2003) menyatakan kisaran suhu optimum untuk rayap tanah agar dapat bertahan hidup ialah antara 15 - 38 oC. Suhu tersebut memenuhi toleransi untuk kehidupan rayap tanah. Rayap tanah juga memerlukan kelembapan yang cukup tinggi untuk dapat bertahan hidup. Kelembapan optimum untuk rayap tanah berkisar antara 75% hingga 90%.

30.0

(18)

8

Gambar 7 Rata-rata kondisi lingkungan berdasarkan waktu pengamatan Kondisi lingkungan berdasarkan waktu pengamatan menunjukkan suhu lingkungan dan suhu dalam tanah tertinggi terdapat pada jam 12:00 dan terendah pada pukul 07:00. Selain itu kelembapan tertinggi terdapat pada pukul 07:00 sebesar 81.40 % dan terendah pada pukul 17:00 sebesar 74.50 % (Gambar 7).

Penentuan Kelas Mutu Kayu

Penentuan kelas mutu kayu berdasarkan ASTM D 1758-06 ditentukan berdasarkan persentase penetrasi rayap dari arah cross section (Tabel 1). Semakin tinggi nilai kelas mutu kayu semakin tahan kayu tersebut terhadap serangan rayap tanah. Hasil penentuan kelas mutu kayu tersaji pada Tabel 2 dan Tabel 3. Berdasarkan Tabel 2, kayu umur 5 tahun memiliki kelas mutu yang paling rendah yaitu kelas mutu 4. Kelas mutu tersebut menunjukkan penetrasi serangan rayap terhadap contoh uji sebesar 50% sampai 75% dari penampang melintangnya. Umur 6 tahun memiliki kelas mutu tertinggi yaitu kelas mutu 7 dimana kelas mutu tersebut menunjukkan penetrasi serangan rayap terhadap contoh uji sebesar 10% sampai 30%. Sementara itu, kelas mutu kayu terhadap posisi pangkal dan tengah menunjukkan nilai yang sama yaitu kelas mutu 6 (Tabel 3). Kelas mutu 6 menunjukkan penetrasi rayap tanah dari arah cross section sebesar 30% sampai 50%. Namun pada bagian ujung kelas mutu kayu menurun menjadi kelas mutu 4. Tabel 2 Kelas mutu kayu terhadap umur berdasarkan ASTM D 1758-06

(19)

9 Tabel 3 Kelas mutu kayu terhadap posisi kayu di pohon

Posisi kayu Persentase penetrasi rayap tanah dari cross

section (%) Kelas mutu

pangkal 33.83 6

tengah 47.62 6

ujung 53.38 4

Serangan rayap terhadap kayu karena rayap menjadikan kayu sebagai bahan makanan maupun tempat bersarang (Tarumingkeng 2001). Kerusakan yang terjadi akibat serangan rayap menunjukkan kesukaan rayap tanah terhadap contoh uji. Gambar 8a menunjukkan bentuk kerusakan contoh uji yang terparah akibat serangan rayap tanah terhadap kayu mangium. Bentuk kerusakan tersebut menunjukkan kayu mangium sangat disukai oleh rayap tanah. Namun ada beberapa contoh uji yang sedikit terkena serangan rayap tanah (Gambar 8b). Serangan rayap pada contoh uji diduga disebabkan oleh rayap jenis Macrotermes gilvus Hagen. Hal ini didasari dari pernyataan Sulistyawati et al. (2010) yang menyatakan bahwa rayap di Arboretum Fakultas Kehutanan IPB adalah rayap tanah Macrotermes gilvus Hagen.

(a) (b)

(20)

10

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kehilangan berat kayu mangium pada umur 5 tahun adalah yang tertinggi dibandingkan umur 6 dan 7 tahun. Posisi ujung memiliki kehilangan berat tertinggi dibandingkan posisi pangkal dan tengah. Rataan suhu lingkungan, suhu tanah, serta kelembapan lingkungan pada saat pengamatan dilakukan adalah sebesar 28.10 oC, 25.10 oC, dan 78.10 %. Kelas mutu yang mengacu kepada ASTM D 1758-06 menunjukkan kayu mangium dengan umur 5 tahun memiliki kelas mutu yang rendah yaitu kelas mutu 4 sedangkan umur 6 tahun memiliki kelas mutu yang tinggi yaitu kelas mutu 7. Kelas mutu pada posisi pangkal hingga tengah memiliki nilai yang sama yaitu kelas mutu 6 sedangkan pada posisi ujung memiliki kelas mutu 4.

Saran

Perlu dilakukan penelitian sejenis untuk mengetahui sifat keawetan dan keterawetan kayu mangium sehingga dapat diketahui perlakuan pengawetan yang tepat berdasarkan pemakaiannya.

DAFTAR PUSTAKA

[ASTM] American Standard Testing Material D 1758-06. 2006. Standard Test Method of Evaluating Wood Preservatives by Field Test with Stakes. West Conshohocken Z (US): ASTM International.

Departemen Kehutanan. 2014. Statistik kementrian kehutanan tahun 2013. Jakarta (ID): Kementrian Kehutanan.

Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Acacia mangium Willd. Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR.

Krishna K, Weesner FM. 1969. Biologi of Termite Vol 1. New York (US): Academic Pr.

Leicester RH, Wang CH, Cookson L, Creffeld J. 2002. A model for termite hazard in Australia. 9th International Conference on Durability of Building Materials and Components. Brisbane (AUS): Brisbane Convention and Exhibition Centre. Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya.

Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta Press.

Nuriyatin N, Apriyanto E, Satriya N, Saprinurdin. 2003. Ketahanan lima jenis kayu berdasarkan posisi kayu di pohon terhadap serangan rayap. JIPI 5(5):77-82. Pratiwi GA. 2009. Sifat keawetan dan pengawetan beberapa jenis kayu rakyat

[skripsi]. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor.

(21)

11 Sulistyawati I, Suhasman, Hadi YS. 2010. Effect of Weight Loss Attacked by Subteranean Termite on Mechanical Properties of Mangium Wood. Seventh Conference of the Pacific Rim Termite Research Group; 2010 March 1th-2nd; Singapore (SG). hlm. 117-120.

Tarumingkeng RC. 2001. Biologi dan perilaku rayap [internet]. [diacu 2016 Januari 20]. Tersedia dari: http://www.rudyct.com/biologi_dan_perilaku_rayap.htm. Tim Elsppat. 2007. Pengawetan Kayu dan Bambu. Jakarta (ID): Dinamika Media. Tobing TL. 1977. Pengawetan Kayu. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor.

(22)

12

LAMPIRAN

(23)

13 Lampiran 2 Analisis variansi dari pengaruh umur kayu dan posisi kayu di pohon

terhadap kehilangan berat Sumber

Keragaman

Jumlah

Kuadrat df Rataan Kuadrat Fhitung Signifikansi

Umur 4848.506 2 2424.253 42.789 .000

Posisi 3756.651 2 1878.325 33.153 .000

Umur * Posisi 782.629 4 195.657 3.453 .014

Galat 3059.409 54 56.656

Total 42647.778 63

Lampiran 3 Percent loss of cross section umur dan posisi kayu (%)

Umur Ulangan

(24)

14

Lampiran 4 Dokumentasi peletakkan contoh uji di lapang

Lampiran 5 Dokumentasi kegiatan pencabutan contoh uji setelah pengamatan

(25)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tangerang, pada tanggal 18 Maret 1992, dari pasangan Bapak Abdul Kohar SPd dan Ibu Sriyanah. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1998 di SDN Sudimara 3, kemudian melanjutkan di SMP Proklamasi 1945 Bogor pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi di SMA Budi Mulia Ciledug dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) di program studi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 1 Posisi pengambilan contoh uji kayu di pohon
Gambar 3 Environmental meter jenis DiLog DL7106 4-in-1
Gambar 5 Kehilangan berat terhadap posisi kayu di pohon
Gambar 6 Rata-rata kondisi lingkungan per 3 hari
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang dirancang adalah sistem layanan pemesanan dan antrian pada dapur restoran, dimana customer yang datang dapat melakukan pemesanan melalui PC yang

Melalui surat ini kami sampaikan bahwa salah satu program Seksi Kurikulum Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Padang adalah Workshop Tematik Guru Kelas

o Logika dari penyelesaian masalah dengan struktur algoritma. o karakteristik tipe data pada

Interpretasi yang mereka lakukan menentukan mereka akan memiliki konsep diri positif atau konsep diri negatif (Hurlock, 1992, h. 203) mengatakan bahwa umpan balik dari orang

Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana pemahaman akan devosi kepada Bunda Maria terhadap minat mengikuti Perayaan Ekaristi dapat dimaknai sebagai sumber hidup beriman

UPT dan Perangkat Daerah yang berbentuk Rumah Sakit yang sudah dibentuk tetap melaksanakan tugasnya sampai dengan ditetapkannya Peraturan Walikota tentang

Pelaksanaan siklus I diawali dengan tahapan perencanaan tindakan I, dibawah persetujuan guru pamong menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran yang dirancang,

Menunjuk Penetapan Pemenang Seleksi Sederhana Nomor : 027/3822/PJK.ULP.Aset tanggal 24 Agustus 2011, dengan ini Pokja Pengadaan Jasa Konsultansi Unit Layanan