KORELASI ANTARA TINGKAT
KETERGANTUNGAN DAN PRILAKU PRO-RELASI
DALAM HUBUNGAN BERPACARAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Program Studi Psikologi
Oleh :
STEVANUS
NIM : 049114094
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN MOTTO
Dipersembahkan untuk :
kedua orang tua ku tercinta
Sim Jun Fat
Dan
Tjen Miaw Tjhin
ABSTRAK
Korelasi antara tingkat ketergantungan dan prilaku pro-relasi dalam hubungan berpacaran
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap korelasi antara tingkat ketergantungan dan prilaku pro-relasi dalam relasi berpacaran pada mahasiswa Yogyakarta yang sedang berada pada tahap dewasa awal.
Subjek penelitian adalah mahasiswa Yogyakarta yang sedang menjalani hubungan berpacaran jarak dekat. Hubungan berpacaran jarak dekat ini diartikan bahwa baik subjek penelitian maupun pasangannya berada dalam satu kota Yogyakarta.
ABSTRACT
The correlation between level of dependence and pro-relationship behaviors in dating relationship
Faculty of Psychology Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
This study is aimed to reveal the correlation between level of dependence and pro-relationship behaviors in university student’s dating relationship who is in the stage of development early adulthood.
Subject for this study are Yogyakarta’s university students who are engaging in dating relationship. Subject and his/her partner in relationship must be living in a same town/ in Yogyakarta.
KATA PENGANTAR
Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul korelasi antara tingkat ketergantungan dan prilaku pro-relasi dalam relasi berpacaran.
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis banyak mendapat dukungan
dari berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kasih secara tulus
kepada orang-orang yang telah menginspirasi penulis selama kuliah dan
melakukan penelitian ini :
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu A. Tanti Arini S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis.
3. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu dan memberikan nasehat
yang berharga kepada penulis sepanjang masa perkuliahan ini.
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi sebagai pembimbing dan
rekan diskusi penulis.
5. Segenap karyawan Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Gandung, Mbak
Nanik, Mas Doni, Pak Gi yang telah membantu penulis selama studi.
6. Kedua orangtuaku dan keluarga yang selalu memberi bantuan, semangat, dan
dukungan tanpa henti kepada penulis sepanjang masa perkuliahan penulis.
8. Semua teman-teman yang telah sangat banyak memberikan bantuan dan
semangat, beserta hiburan kepada penulis selama penulis kuliah.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama ini yang tidak mungkin
disebutkan satu-persatu. Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perkembangan dan kemajuan penulis di masa depan. Akhir kata semoga
skripsi ini bisa berguna bagi ilmu pengetahuan dan orang lain.
Yogyakarta, 24 Mei 2008
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... viii
KATA PENGANTAR ... ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR SKEMA ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ... 7
B. Tingkat Ketergantungan ... 10
C. Masa Dewasa Awal ... 11
D. Hubungan antara Tingkat Ketergantungan dan Prilaku Pro-Relasi ... 12
E. Hipotesis ... 14
BAB III. METODE PENELITIAN ... 15
A. Jenis Penelitian ... 15
B. Identifikasi Variabel ... 15
C. Definisi Operasional ... 15
D. Subjek ... 17
E. Pengukuran ... 18
F. Reliabilitas dan Validitas ... 22
G. Prosedur Pengambilan Data ... 23
H. Pelaksanaan Uji Coba Tes ... 23
I. Hasil Uji Coba Alat Tes ... 24
J. Pelaksanaan Penelitian ... 26
K. Analisis Data ... 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
A. Deskripsi Data Penelitian ... 28
B. Analisis Hasil Penelitian ... 29
C. Pembahasan ... 31
D. Keterbatasan Penelitian ... 34
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
B. Saran ... 36
Daftar Pustaka ... 38
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Jenis Kelamin Subjek ... 16
Tabel 2 Fakultas Subjek... ...16
Tabel 3 Usia Subjek (Tahun)... ...17
Tabel 4 Lama Pacaran...18
Tabel 5 Blue Print Skala Prilaku Pro-relasi... 20
Tabel 6 Blue Print Skala Tingkat Ketergantungan...21
Tabel 7 Hasil Try-out Skala Prilaku Pro-relasi...24
Tabel 8 Blue-Print Final Skala Prilaku Pro-relasi... 25
Tabel 9. Hasil try-out skala tingkat Ketergantungan ..……… 26
Tabel 10. Blue-print Final skala tingkat ketergantungan ... 26
Tabel 11. Statistik deskriptif prilaku pro-relasi ……….... 28
Tabel 12. Kategorisasi skor subjek dalam prilaku pro-relasi ………... 28
Tabel 13. Statistik deskriptif Tingkat ketergantungan ……….…… 28
DAFTAR SKEMA
Halaman Skema 1. Proses pergeseran motivasi mengikuti Tingkat
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Skala Prilaku pro-relasi dan tingkat ketergantungan try-out ... 41
2. Reliabilitas skala prilaku pro-relasi dari hasil try-out ... 49
3. Reliabilitas skala tingkat ketergantungan dari hasil try-out ... 52
4. Skala prilaku pro-relasi dan tingkat ketergantungan ... 57
5. Hasil Uji normalitas dan linearitas ... 62
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah “relasi dekat” merujuk pada “ relasi yang banyak melibatkan
kesaling-tergantungan antar individu yang sedang dalam relasi tersebut” ( Taylor,
Peplau, Sears, 1994 ). Relasi ini dapat terjadi antara individu dengan orang
tuanya, teman, guru, bahkan rival atau kompetitornya. Lebih jauh lagi, ketika dua
orang saling bergantung dalam tingkat yang tinggi, relasi ini memiliki potensi
untuk menimbulkan emosi yang kuat satu sama lain. Mereka juga cenderung
berpikir bahwa relasi mereka inilah yang menjadi sumber dari perasaan positif
seperti cinta, perhatian, dsb. Dua individu yang sedang dalam relasi ini saling
mempengaruhi hidup satu sama lain, berbagi pikiran dan emosi, serta melakukan
berbagai aktivitas bersama. Salah satu bentuk dari relasi dekat ini adalah pacaran.
Relasi pacaran ini sesuai dengan teori perkembangan Erikson sebagai
bentuk interaksi intim yang dominan pada masa dewasa awal. Pada masa ini,
individu akan menghadapi tugas perkembangan untuk mengembangkan suatu
relasi yang intim dengan orang lain. Dalam relasi intim ini, seseorang
berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan memahami dan berbagi
dengan orang lain, sampai individu tersebut matang secara sosial, yaitu mampu
berkomunikasi secara efektif dengan orang lain, peka terhadap kebutuhan orang
lain, dan mampu bertoleransi. Jika individu gagal dalam mengembangkan suatu
hubungan yang intim pada masa ini, individu dapat mengalami isolasi. Isolasi
dengan orang lain sehingga dapat membahayakan kepribadian individu (Santrock,
1995 ).
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi peneliti, bagi pasangan
yang sedang dalam relasi pacaran, relasi ini memiliki pengaruh dalam kehidupan
pasangan. Misalnya menurut pengakuan dari beberapa teman peneliti, mereka
sering kehilangan konsentrasi belajar ketika sedang ada masalah dengan pasangan
mereka, sebaliknya ada yang merasa lebih bersemangat dalam kuliah karena
adanya dukungan dari pacar mereka.
Relasi ini menduduki prioritas yang cukup penting dalam kehidupan para
pasangan yang sedang pacaran. Peneliti beberapa kali menemukan teman yang
rela membolos kuliah untuk merawat pacarnya yang mengalami kecelakaan atau
sakit. Ada juga yang membolos kuliah untuk menemani pacarnya yang
berkunjung dari jauh ( untuk mereka yang berpacaran jarak jauh ). Banyak di
antara mereka rela menghabiskan banyak uang atau menabung demi
menyenangkan pasangan mereka. Peneliti juga melakukan sebuah survey
sederhana untuk mengungkap kedudukan relasi pacaran dalam kehidupan
pasangan mahasiswa. Dari 5 teman yang ditanya peneliti, 5 orang mengaku relasi
ini penting bagi mereka. dari kelima orang ini, 2 orang (perempuan) mengaku
bahwa kuliah lebih penting dari relasi pacaran, 2 orang (laki-laki) mengaku
pacaran dan kuliah sama pentingnya ( prioritas tertinggi saat ini ) dan 1 orang
mengaku bahwa relasi ini lebih penting dari kuliah (laki-laki).
Berbagai konsekuensi juga dihadapi oleh oleh mereka yang mengalami
individu yang terlihat tidak bermasalah karena putusnya relasi ini sampai ada
individu yang terpuruk dalam kesedihan dan keputusasaaan. Beberapa di antara
teman peneliti yang mengalami putusnya hubungan ini melarikan diri ke minuman
keras dan rokok, ada yang kehilangan motivasi dan semangat yang akhirnya
berpengaruh pada nilai akademik. Peneliti juga pernah menemukan pasangan
yang hubungannya memburuk setelah putusnya hubungan pacaran mereka,
sampai pada tahap saling meneror, menyakiti, atau mengancam. Bahkan ada
pasangan yang mengancam akan bunuh diri jika hubungan pacaran mereka
berakhir. Kasus bunuh diri yang benar-benar terjadi di Indonesia karena alasan
putusnya hubungan pacaran ini salah satunya adalah : Eva (21) yang mencoba
bunuh diri dengan memanjat tower satelindo setinggi 75 m ( putus cinta, mencoba
bunuh diri panjat tower, 2004 , www.suaramerdeka.com).
Pasangan-pasangan yang sedang dalam relasi pacaran ini cepat atau lambat
akan menghadapi suatu konflik atau masalah dalam hubungan mereka. Masalah
ini bisa bervariasi dari masalah tentang perbedaan pendapat, masalah
kepercayaan, sampai pada masalah perbedaan prinsip dan gaya hidup. Hasil akhir
dari permasalahan ini juga sangat bervariasi, yaitu ada pasangan yang bertahan
dan ada pasangan yang putus karena permasalahan yang sama.
Dari penelitian Wieselquist, Rusbult, Foster, Agnew (1999), peneliti
menemukan prilaku pro-relasi sebagai hal yang penting dalam relasi berpacaran,
maka penelitian ini akan memfokuskan perhatian terhadap prilaku pro-relasi yang
Prilaku pro-relasi merupakan berbagai prilaku yang dilakukan oleh
pasangan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan suatu relasi
(Wieselquist et al, 1999). Berbagai variasi tindakan pro-relasi ini menurut
Wieselquist et al. (1999), yaitu : (a) Kecenderungan untuk menghindari alternatif
patner yang menggoda, singkatnya kecenderungan individu untuk bertahan pada
satu pasangan khusus; (b) Kecenderungan untuk mendahulukan aktivitas –
aktivitas untuk kebaikan hubungan, dalam hal ini, individu akan mendahulukan
aktivitas yang dapat berakibat baik pada pasangan atau relasi mereka daripada
kegiatan yang mereka sukai; dan (c) Kecenderungan untuk menyesuaikan
daripada membalas ketika patner berlaku kurang baik, pasangan lebih memilih
untuk sabar dan tetap berprilaku menyenangkan ketika patnernya bersikap buruk.
Prilaku pro relasi ini pada awalnya diteliti secara khusus, oleh : Van Lange et al.
pada tahun 1997 mengenai kesediaan pasangan untuk berkorban (Wieselquist et
al, 1999) , Miller pada tahun 1997 mengenai perhatian terhadap alternatif
pasangan (Wieselquist et al, 1999), dan Rusbult et al. pada tahun 1991 mengenai
prilaku akomodatif (Wieselquist et al, 1999).
Hal yang membuat relasi pacaran menjadi berharga dan perlu
dipertahankan bagi pasangan adalah ketergantungan mereka terhadap relasi ini.
Ketergantungan terhadap relasi merupakan salah satu faktor yang mendorong
pasangan melakukan berbagai usaha pemeliharaan relasi. Tingkat ketergantungan
juga menentukan berapa besar arti relasi / pasangan bagi individu dalam hidup
semakin tinggi/ besar dampaknya bagi inidividu ketika relasi ini berakhir
(Wieselquist et al, 1999)
Hal lain yang mendorong seorang individu bersedia melakukan berbagai
prilaku pro-relasi berangkat dari meningkatnya ketergantungan individu terhadap
hubungan mereka. Seiring dengan perubahan waktu, tingkat ketergantungan
individu terhadap relasi akan berubah. Jika ketergantungan semakin meningkat,
maka keinginan untuk bertahan dalam relasi jangka panjang dan rasa kelekatan
psikologis akan muncul dan berkembang. Ketergantungan terhadap relasi pada
taraf yang tinggi akan mengubah motivasi tindakan seseorang dari tindakan demi
diri sendiri ke arah tindakan demi relasi/ pasangan. Individu yang memiliki
ketergantungan yang tinggi akan melakukan berbagai prilaku pro-relasi yang
ditujukan demi kebaikan relasi dan pasangannya (Wieselqust et al, 1999).
Dalam penelitian Wieselquist et al. ketergantungan berperan sebagai
variabel mediator antara kepercayaan dan komitmen. Variabel kepercayaan dan
komitmen ini kemudian dikorelasikan dengan prilaku pro-relasi. Berangkat dari
penelitian Wieselquist et al. penelitian ini bermaksud mengungkap hubungan
langsung antara ketergantungan dan prilaku pro-relasi dalam hubungan
berpacaran pada mahasiswa di Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara
ketergantungan dan prilaku pro-relasi dalam relasi berpacaran pada subjek
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketergantungan
dan prilaku pro-relasi dalam relasi berpacaran pada subjek pasangan mahasiswa di
Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberi sumbangan pada ilmu psikologi
sosial, terutama dalam konteks penelitian – penelitian tentang relasi
interpersonal. Penelitian ini secara khusus memperjelas hubungan antara
ketergantungan dan prilaku pro-relasi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang
sedang berada pada tahap perkembangan masa dewasa awal dan sedang
menjalin relasi pacaran. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mereka
mengetahui salah satu hal yang dapat memprediksi munculnya prilaku
pro-relasi. Pengetahuan ini dapat mereka gunakan sebagai bahan evaluasi terhadap
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Prilaku pro-relasi
1. Definisi prilaku pro-relasi
Tindakan pro-relasi didefinisikan sebagai berbagai prilaku yang dilakukan
oleh pasangan untuk menjaga dan mempertahankan kelangsungan suatu relasi (
Wieselquist et al, 1999).
2. Bentuk-bentuk prilaku pro-relasi
Berbagai variasi tindakan pro-relasi ini menurut Wieselquist et al. yaitu :
a. Penghindaran alternatif patner yang menggoda, yaitu kecenderungan untuk
menjauhi dan menghindari alternatif patner yang menggoda, singkatnya
kecenderungan individu untuk bertahan pada satu pasangan khusus dan
mengabaikan alternatif pasangan yang ada atau menggoda.
b. Kesediaan berkorban, yaitu kecenderungan untuk mendahulukan aktivitas –
aktivitas untuk kebaikan hubungan, individu akan mendahulukan kegiatan
atau aktivitas yang dapat berakibat baik pada pasangan atau relasi mereka
daripada kegiatan yang mereka suka.
c. Prilaku akomodatif, yaitu kecenderungan untuk menyesuaikan daripada
membalas ketika patner berlaku kurang baik, pasangan lebih memilih utuk
sabar dan tetap berprilaku baik atau menyenangkan ketika patnernya bersikap
Ketiga prilaku ini merupakan prilaku tersendiri yang pernah diteliti oleh
peneliti yang berbeda. Wieselquist et al kemudian menjadikan ketiga bentuk
prilaku ini sebagai aspek bagian dari prilaku pro-relasi.
3. Faktor-faktor lain yang berkorelasi dengan prilaku pro-relasi
a. Komitmen
Komitmen merupakan salah satu variabel dari penelitian Wieselquist
yang dikorelasikan dengan prilaku pro-relasi. Tingkat komitmen mewakili
orientasi jangka panjang terhadap relasi, termasuk keinginan untuk
mempertahankan hubungan beserta perasaan keterikatan psikologis (Rusbult
et al, 1994). Individu dipercaya akan melakukan prilaku pro-relasi dalam
rangka mempertahankan hubungannya dengan pasangannya dan didorong oleh
perasaan keterikatan psikologisnya.
b. Kepercayaan
Kepercayaan didefinisikan sebagai harapan individu bahwa
pasangannya dapat dijadikan tempat bergantung serta bersikap baik dan
responsif terhadap kebutuhannya.
Individu yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi akan melakukan
prilaku pro-relasi dengan harapan untuk mempertahankan pasangannya saat
ini yang dianggap sebagai “yang terbaik” bagi dia. Bagi individu yang
melakukan prilaku pro-relasi ini, tindakan yang dia lakukan dalam rangka
mempertahankan hubungan mereka tidak akan sia-sia karena dia percaya
c. Reciprocitas
Wieselquist et al menyebutkan tentang prinsip reciprocitas dalam
prilaku relasi. Berdasarkan prinsip ini, seseorang melakukan prilaku
pro-relasi dengan harapan pasangannya akan melakukan prilaku pro-pro-relasi dalam
tingkatan yang sama. Namun, terdapat perbedaan antara motivasi prilaku
pro-relasi berdasarkan prinsip reciprocitas dan prilaku pro-pro-relasi yang meningkat
mengikuti peningkatan ketergantungan.
Dalam prilaku pro-relasi yang meningkat mengikuti meningkatnya
ketergantungan, prilaku ini merupakan hasil dari perubahan motivasi demi diri
sendiri menjadi demi relasi karena keinginan individu untuk mempertahankan
hubungan ini. Sedangkan dalam prilaku pro-relasi berdasarkan prinsip
reciprocitas, individu bersedia melakukan prilaku pro-relasi ditentukan dengan
harapan bahwa pasangannya akan melakukan prilaku pro-relasi pada tingkatan
yang sama.
Perbedaan motivasi tindakan menjadi alasan mengapa Wieselquist et
al. lebih memilih menggunakan istilah tindakan pemeliharaan relasi
(maintenance acts) ketika menjelaskan prilaku berdasarkan reciprocitas yang
berbeda dengan prilaku pro-relasi (pro-relationship behavior). Akibat
perbedaan ini, prinsip reciprocitas dapat mempengaruhi tindakan nyata dalam
melakukan tindakan untuk mempertahankan relasi dengan pasangannya,
namun tindakan yang merupakan produk reciprocitas ini berbeda dari prilaku
B. Tingkat Ketergantungan
1. Definisi tingkat ketergantungan
Tingkat ketergantungan dalam relasi mewakili seberapa besar seseorang
yakin bahwa relasi ini merupakan sumber-sumber dari perasaan positif (senang,
bahagia) yang muncul dalam dirinya, sehingga individu ini merasa membutuhkan
relasi ini. (Wieselquist et al, 1999).
2. Aspek-aspek pembentuk ketergantungan
Tiga aspek ketergantungan ( dependence ) dalam relasi adalah
(Wieselquist et al, 1999) :
a. Tingkat kepuasan, yaitu seberapa besar relasi ini memuaskan kebutuhan
paling penting bagi individu ( misalnya : kebutuhan akan intimasi,
seksualitas).
b. Kualitas dari alternatif pemenuhan kebutuhan, yaitu kebutuhan-kebutuhan
terpenting dari individu terpenuhi dalam relasi. Tingkat ketergantungan invidu
terhadap relasi akan semakin tinggi jika kualitas alternatif pemenuhan
kebutuhan individu ini buruk. Hal ini berarti kebutuhan-kebutuhan terpenting
dari individu tidak dapat dipenuhi di luar relasi ( mis : oleh diri sendiri, teman,
atau keluarga).
c. Ukuran investasi, yaitu sejumlah sumber-sumber yang telah melekat pada
relasi atau telah dipergunakan demi kelangsungan relasi ( misalnya : waktu
C. Masa Dewasa Awal
Masa dewasa awal merupakan suatu masa individu mengalami transisi dari
masa remaja menuju masa dewasa ( Santrock, 1995). Dua kriteria untuk
menunjukkan akhir masa muda dan permulaan masa dewasa awal adalah
kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Yang
dimaksud kemandirian ekonomi di sini yaitu ketika seseorang mendapatkan
pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap. Namun, mendapat kemandirian
ekonomi terlepas dari orang tua biasanya berlangsung bertahap, sehingga
terkadang kita sering menemukan lulusan universitas yang memperoleh pekerjaan
dan tetap tinggal atau kembali tinggal bersama orang tuanya. Berdasarkan kriteria
usia, yang termasuk dalam kategori dewasa awal yaitu individu yang memiliki
umur kronologis yang terletak antara 20 sampai 35 tahun (Santrock , 1995)
Peneliti memfokuskan penelitian ini pada mahasiswa yang sedang berada
pada tahap perkembangan masa dewasa awal karena berkaitan erat dengan tugas
perkembangan mereka saat ini untuk membangun suatu relasi yang intim.
Menurut Erikson (Santrock, 1995), keberhasilan atau kegagalan individu dalam
tugas perkembangan ini akan berpengaruh pada tugas perkembangan berikutnya
dan hal ini menjadikan relasi intim ini sebagai suatu hal yang penting dalam
D. Hubungan antara tingkat ketergantungan dan prilaku pro-relasi
Seiring dengan berjalannya waktu, akan terjadi perubahan dalam tingkat
ketergantungan terhadap relasi. Individu yang tingkat ketergantungannya semakin
meningkat akan merasa bahwa hubungan ini semakin berarti dan berharga bagi
mereka. Mereka akan merasa membutuhkan hubungan ini dalam hidup mereka.
Rasa kebutuhan individu terhadap relasi pacarannya akan menimbulkan keinginan
individu untuk bertahan dalam relasi dan mengubah prilaku individu.
Prilaku individu akan berubah dimulai dari pergeseran motivasi prilaku
individu. Sebelum individu memulai relasi pacaran dengan orang lain, prilaku
individu cenderung lebih mementingkan ketertarikan pribadinya. Namun ketika
individu memulai relasi pacaran, individu ini menyadari bahwa dia harus mulai
memikirkan perasaan pasangannya. Dari sini mulai terjadi pergeseran motivasi
dari motivasi prilaku untuk ketertarikan pribadi ke arah motivasi prilaku demi
kepentingan pasangan/ relasi. Salah satu hal yang menentukan pergeseran
motivasi dalam diri individu yang sedang berpacaran ini adalah tingkat
ketergantungan yang dia miliki terhadap pasangan/ relasinya.
Ketergantungan yang tinggi memiliki peran terhadap prilaku individu.
Individu yang memiliki ketergantungan yang tinggi akan merasa dia perlu
mempertahankan relasi ini jika dia mendapatkan kepuasan yang tidak dia temukan
dalam relasinya dengan orang lain. Selain itu, individu akan merasa mengalami
kerugian jika relasinya berakhir karena investasi yang telah dia tanamkan dalam
relasi ini. Dari sini, ketergantungan akan berperan dalam proses berpikir inidividu
individu dalam pemecahan masalah dilemma ini. Ketika individu memiliki tingkat
ketergantungan tinggi terhadap relasinya, dia cenderung akan lebih memilih
prilaku yang dapat memberikan keuntungan terhadap relasinya dibandingkan
dengan prilaku yang memberikan keuntungan terhadap dia sendiri tapi dapat
membahayakan relasinya.
Skema 1. Proses pergeseran motivasi mengikuti tingkat ketergantungan
terhadap relasi/ pasangan
Ketertarikan Pribadi Kebaikan Relasi Konflik
Tingkat Ketergantungan
Relasi Pacaran
Prilaku demi diri sendiri Rendah
Tidak terjadi pergeseran motivasi
Tinggi
Terjadi pergeseran motivasi dari prilaku mementingkan diri sendiri ke arah prilaku
demi kebaikan relasi
yang akan diambil dalam rangka mengejar ketertarikan
pribadi
Proses kognisi mempertimbangkan tindakan
E. Hipotesis
H = 1
Terdapat korelasi positif antara tingkat ketergantungan dan prilaku
pro-relasi dalam pro-relasi berpacaran pada subjek pasangan mahasiswa di Yogjakarta.
Kenaikan pada variabel ketergantungan akan diikuti dengan kenaikan pada
variabel prilaku pro-relasi.
H = 0
Tidak terdapat korelasi antara tingkat ketergantungan dan prilaku
pro-relasi dalam pro-relasi berpacaran pada subjek mahasiswa yang sedang berpacaran di
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang bertujuan untuk
memperjelas hubungan antara ketergantungan dan bentuk-bentuk prilaku
pro-relasi.
B. Identifikasi variable
Variabel prediktor : Ketergantungan
Variabel kriterium : Prilaku pro-relasi
C. Definisi Operasional
1. Prilaku pro-relasi : Bentuk-bentuk tindakan nyata ( overt behavior )
meliputi :
a. penghindaran alternatif pasangan (kecenderungan untuk menjauhi dan
menghindari alternatif patner yang menggoda)
b. kesediaan berkorban (kecenderungan untuk mendahulukan aktivitas –
aktivitas untuk kebaikan hubungan daripada aktivitas demi diri sendiri)
c. prilaku akomodatif (kecenderungan untuk menyesuaikan daripada
membalas ketika patner berlaku kurang baik)
Ketiga prilaku ini dilakukan seseorang untuk menjaga dan
mempertahankan relasinya ( pacaran ) dengan pasangannya. Prilaku pro-relasi
pro-relasi. Subjek dikatakan memiliki prilaku-pro-relasi yang tinggi jika subjek
mendapat skor total yang tinggi dalam skala ini. Skor total yang rendah akan
mencerminkan prilaku pro-relasi yang rendah dari subjek.
2. Ketergantungan : keyakinan bahwa relasi pacaran individu merupakan
sumber-sumber dari perasaan positif yang muncul dalam dirinya, sehingga
individu ini merasa membutuhkan relasi ini. Aspek-aspek dari tingkat
ketergantungan ini adalah :
a. Tingkat kepuasan, yaitu seberapa besar relasi ini memuaskan kebutuhan
paling penting bagi individu ( misalnya : kebutuhan akan intimasi, seksualitas)
b. Kualitas dari alternatif pemenuhan kebutuhan, yaitu kebutuhan-kebutuhan
terpenting dari individu terpenuhi dalam relasi. Tingkat ketergantungan invidu
terhadap relasi akan semakin tinggi jika kualitas alternatif pemenuhan
kebutuhan individu ini buruk. Hal ini berarti kebutuhan-kebutuhan terpenting
dari individu tidak dapat dipenuhi di luar relasi ( mis : oleh diri sendiri, teman,
atau keluarga).
c. Ukuran investasi, yaitu sejumlah sumber-sumber yang telah melekat pada
relasi atau telah dipergunakan demi kelangsungan relasi ( misalnya : waktu
dan usaha, kepemilikan bersama, dll ).
Tingkat ketergantungan subjek akan dilihat dari skor total yang diperoleh
subjek dalam skala tentang ketergantungan. Subjek dikatakan memiliki tingkat
ketergantungan yang tinggi jika subjek memperoleh skor total yang tinggi
dalam skala ini. Skor total yang rendah mencerminkan rendahnya tingkat
D. Subjek
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa pada masa dewasa awal
(umur kronologis 20-35 tahun) yang sedang dalam relasi pacaran. Subjek
tinggal di daerah Yogyakarta dan pasangannya juga menetap di daerah yang
sama/ berada satu kota dengan subjek (pacaran jarak dekat). Subjek penelitian
ini terdiri atas para mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia
dan tinggal di Yogyakarta untuk kuliah. Berikut adalah tabel keterangan
karakteristik yang termasuk dalam penelitian.
Tabel 1. Jenis kelamin subjek
Perempuan Laki-laki Total
47 (67%) 23 (33%) 70 (100%)
Tabel 2. Fakultas subjek
FST Ekonomi Psikologi Farmasi FKIP DLL Total
19
(27%)
11 (16%) 9 (13%) 12 (17%) 10
(14%)
9 (13%) 70
(100%)
Tabel 3. Usia subjek ( Tahun )
18-19 20 21 22 23-24 Total
Tabel 4. Lama pacaran
1. Skala prilaku pro-relasi
Skala ini merupakan skala yang disusun peneliti dalam rangka
mengukur prilaku pro-relasi subjek dalam relasi pacarannya. Skala ini
disusun peneliti dengan menggunakan aspek-aspek yang digunakan
wieselquist dalam penelitiannya, yaitu : penghindaran alternatif lain,
kesediaan berkorban, prilaku akomodatif. (Wieselquist et al, 1999).
Subjek akan diberikan sejumlah skala yang menanyakan tentang
prilaku yang akan mereka lakukan jika dihadapkan dalam situasi tertentu.
Skor dari jawaban subjek berkisar dari 1 – 5. Skor ini akan dijumlahkan
untuk mendapatkan gambaran prilaku pro-relasi subjek. Semakin tinggi skor
yang diperoleh subjek, semakin tingi tingkat prilaku pro-relasi yang
dilakukan subjek.
Pada iatem favorabel, Skor sesuai dengan nomor kotak yang tertera
pada kotak respon. Semakin subjek mengarah ke respon setuju, maka
dari subjek akan dibalik. Misalnya jika subjek memberi respon 4 pada aitem
unfavorabel, maka skor sebenarnya dari subjek adalah 2.
Model item pada aspek penghindaran alternatif lain menggunakan
model pilihan jawaban dengan skala likert. Contoh :
aku ingin memiliki lebih dari satu orang pacar
Tidak setuju Setuju
Pada aspek yang kedua, sebagian model item masih sama seperti
model item pada aspek pertama. Pada bagian lainnya, subjek diminta
menuliskan 5 aktivitas terpenting dalam hidupnya selain pacaran. Kemudian
subjek akan diminta untuk memilih antara mendahulukan aktivitasnya atau
pacarnya (hubungan pacaran). Contoh:
Tuliskan aktivitas yang menurutmu paling penting dalam hidupmu selain pacaran
………
Seandainya kamu harus memilih antara pacarmu dengan aktivitas terpenting di
atas (alasannya berhubungan dengan keinginan atau permintaan pacarmu),
seberapa jauh kamu akan bersedia mempertimbangkan untuk mengorbankan
aktivitas tersebut demi pacarmu?
Mendahulukan Mendahulukan
Aktivitas Pacar
1 2 3 4 5
Pada aspek ketiga, model item masih sama dengan model item pada
aspek pertama. Contoh :
Aku memarahi pacarku ketika dia sedang “bete” dan bersikap buruk
padaku.
Tidak setuju Setuju
Tabel 5. Blue-print skala prilaku pro-relasi
2. Skala ketergantungan
Skala ini merupakan skala yang disusun peneliti dalam rangka
mengukur tingkat ketergantungan subjek dalam relasi pacarannya. Skala ini
disusun peneliti dengan menggunakan aspek-aspek yang digunakan
wieselquist dalam penelitiannya (Wieselquist et al, 1999).
Tingkat ketergantungan yang dimiliki oleh subjek akan dilihat dari
seberapa tinggi terpenuhinya aspek-aspek yang membentuk ketergantungan.
Skor dari jawaban subjek berkisar dari 1-5 untuk tiap pertanyaan. Skor ini
1 2 3 4 5
Jumlah item Aspek yang diukur
Fav Unfav Total
1.Penghindaran alternatif pasangan 2,3,5,7,9,11 (6) 1,4,6,8,10 (5) 11 (39%)
2.Kesediaan berkorban 1,2,3,4,5,6,7 (7) 7 (25%)
3.Prilaku akomodatif 1,4,6,8,9 (5) 2,3,5,7 ,10 (6) 10 (36%)
kemudian dijumlahkan untuk memperoleh gambaran tingkat ketergantungan
subjek terhadap relasi. Semakin tinggi skor yang diperoleh, semakin tinggi
tingkat ketergantungan subjek terhadap relasi.
Pada iatem favorabel, Skor sesuai dengan angka yang tertera pada
garis respon. Semakin subjek mengarah ke respon setuju, maka semakin
tinggi skor yang diperoleh subjek. Pada aitem unfavorabel, skor dari subjek
akan dibalik. Misalnya jika subjek memberi respon 4 pada aitem
unfavorabel, maka skor sebenarnya dari subjek adalah 2.
Model item pada skala ini menggunakan model pilihan jawaban
dengan skala likert. Contoh :
1. Aku senang berpacaran dengan pacarku saat ini (Tingkat kepuasan)
2. Hanya pacarku yang bisa menghiburku ketika aku sedih (Kualitas
alternatif)
3. Aku tidak mau mengeluarkan uang demi pacarku (tingkat investasi)
Tabel 6. Blue-print skala tingkat ketergantungan
Pada alat ukur, angka pada kotak pengukur respon tidak ditulis. Hal
ini dilakukan dalam usaha mengurangi nilai tengah dan menghasilkan
Jumlah item Aspek yang diukur
Fav Unfav Total
1. Tingkat kepuasan 1,3,5,7,9 (5) 2,4,6,8,10 (5) 10 (33%)
2. Ketersediaan alternatif lain 3,5,8,9 (4) 1,2,4,6,7,10 (6) 10 (33%)
3. Tingkat investasi 1,2,4,7,9 (5) 3,5,6,8,10 (5) 10 (33%)
variasi respon yang lebih banyak. ( alat ukur yang kata sifatnya berada pada
akhir bar lebih menghasilkan variasi respon yang lebih baik ). (Steiner, D.
L., & Norman, G. R., 1995).
F. Reliabilitas dan Validitas
1. Reliabilitas
Pendekatan reliabilitas yang digunakan adalah pendekatan
konsistensi internal. Koefisien dari reliabilitas keseluruhan alat tes ini akan
diestimasi denga koefisien alpha cronbach.
Suatu tes yang reliabel secara internal konsisten menandakan bahwa
semua itemnya mengukur sifat kepribadian yang sama. Item-item tes itu
dikatakan homogen atau ditarik dari ranah yang sama (Supratiknya, 1998).
2. Validitas
Validitas alat tes menentukan sejauh mana skor murni ditentukan
oleh sifat-sifat yang relevan dengan tujuan tes. Suatu tes dikatakan memiliki
validitas apabila alat ini dapat mengukur dengan tepat apa yang seharusnya
dia ukur.
Validitas yang digunakan dalam alat ini adalah validitas isi yang
diperoleh lewat analisis rasional terhadap isi tes serta didasarkan penilaian
subjektif. Validitas ini diperoleh lewat pemeriksaan terhadap tes dan
menyimpulkan apakah tes ini memberikan kesan mengukur sifat yang ingin
yang dites( Supratiknya, 1998 ). Dalam penelitian ini, penilaian dan analisis
rasional tehadap isi tes akan dilakukan oleh dosen pembimbing penelitian.
G. Prosedur pengambilan data
Skala akan dibagikan pada subjek. Selama pengisian skala, subjek diminta
untuk mengisinya secara terpisah dari pasangannya. Subjek diyakinkan bahwa
respon mereka akan dijaga kerahasiaannya.
H. Pelaksanaan Uji Coba Alat Tes
Instrument pengukuran disebarkan kepada 70 subjek yang berdomisili di
daerah paingan. Instrument ini disebarkan oleh penulis sendiri kepada
teman-teman mahasiswa yang sudah peneliti kenal. Sebagian kecil instrument dititipkan
kepada teman-teman penulis untuk disebarkan kepada teman-teman kos yang
lainnya.
Khusus untuk alat tes yang dititipkan, penulis sudah memberi instruksi
kepada teman tentang persyaratan subjek penelitian yang ingin diteliti penulis.
Lama waktu keseluruhan proses try-out ini berjalan 2 minggu. Dari 70 alat tes
yang disebarkan, hanya 50 sampel yang dapat digunakan subjek. 16 sampel tidak
dapat digunakan karena subjek tidak mengisi identitas secara lengkap atau karena
subjek melewatkan nomor soal dalam tes, sedangkan 4 sampel sisanya hilang.
I. Hasil Uji Coba Alat Tes
1. Reliabilitas dan daya beda Skala prilaku pro-relasi
Penulis memilih nilai daya beda 0,20 sebagai indeks cutting point
untuk menentukan daya beda skala prilaku pro-relasi. Hal ini berdasarkan
aturan bahwa sebuah item harus memiliki korelasi dengan skor total di atas
0,20 dengan menggunakan corrected item-total correlation (Steine, 1995).
Setelah diadakan uji reliabilitas lagi pada item yang terseleksi, ternyata
satu item pada aspek kedua memiliki korelasi di bawah 0,20. Satu item pada
aspek kedua ini tetap digunakan karena mengandung isi yang penting untuk
mengukur prilaku pro-relasi.
Tabel 7. Hasil try-out skala prilaku pro-relasi
Jumlah item Aspek yang diukur
sebelum gugur sesudah Hasil akhir
1. Penghindaran alternatif pasangan
Tabel 8. Blue-print final skala prilaku pro-relasi
Setelah item yang memiliki daya beda dibawah 0,20 dibuang, dengan
tetap memasukkan satu item dari aspek kedua. Hasil akhir dari reliabilitas
skala prilaku pro-relasi final berdasarkan alpha cronbach adalah 0,751.
2. Reliabilitas dan daya beda Skala Tingkat ketergantungan
Penulis memilih nilai daya beda 0,20 sebagai indeks cutting point
untuk menentukan daya beda skala tingkat ketergantungan. Hal ini
berdasarkan aturan bahwa sebuah item harus memiliki korelasi dengan skor
total di atas 0,20 dengan menggunakan corrected item-total correlation
(Steine, 1995).
Jumlah item Aspek yang diukur
Fav Unfav Total
4.Penghindaran alternatif pasangan 1,2,3 (3) 4,5 (2) 5 (42%)
5.Kesediaan berkorban 1 (1) 1 (8%)
6.Prilaku akomodatif 2,4,5,6 (4) 1,7 (2) 6(50%)
Tabel 9. Hasil try-out skala tingkat Ketergantungan
Tabel 10. Blue-print Final skala tingkat ketergantungan
Setelah item yang memiliki daya beda dibawah 0,20 dibuang, hasil
akhir dari reliabilitas skala tingkat ketergantungan final berdasarkan alpha
cronbach adalah 0,853.
J. Pelaksanaan Penelitian
Instrumen yang disebarkan pada saat penelitian berjumlah 90 buah.
Instrument disebarkan kepada mahasiswa yang sedang dalam relasi berpacaran
dan tinggal di wilayah Yogyakarta. Instrument ini sebagian disebarkan ke kost Jumlah item
Aspek yang diukur
sebelum gugur sesudah Hasil akhir
1. Tingkat kepuasan
2. Ketersediaan alternatif
3. Tingkat investasi
10
yang berada di wilayah Paingan dan kepada mahasiswi yang berada di wilayah
sekitar Mrican. Instrument mulai disebarkan sejak awal Maret sampai minggu
ketiga bulan Maret.. Dari 90 buah instrument yang disebarkan, 15 di antaranya
tidak dapat digunakan karena tidak mencantumkan identitas, ada pertanyaan yang
terlewatkan/ tidak diisi, atau subjek tidak memenuhi kriteria penelitian. Respon
subjek yang dapat digunakan berjumlah 70 subjek karena 5 intrumen sisanya
sampai sekarang masih belum dikembalikan (dianggap hilang).
H. Analisis data
Analisis data penelitian ini menggunakan tehnik analisis regresi. Hasil
analisis regresi ini akan digunakan untuk keperluan prediksi. Jenis regresi yang
dipakai dalam analisis data ini adalah regresi linear karena regresi linear dapat
digunakan untuk menentukan korelasi antar variabel. Regresi linear mengandung
arti bahwa terdapat korelasi atau hubungan garis lurus antara varibel X dan varibel
Y dan hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan dari variabel X akan diikuti
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
1. Prilaku Pro-relasi
Tabel 11. Statistik deskriptif prilaku pro-relasi
N Range Minimum Maximum jumlah Mean Std. Deviasi Varian 70 37,00 19,00 56,00 2504,00 35,7714 6,9181 47,773
Tabel 12. Kategorisasi skor subjek dalam prilaku pro-relasi
Kategori Skor Jumlah Persentase
Sangat tinggi
Tabel 13. Statistik deskriptif Tingkat ketergantungan
Tabel 14. Kategorisasi skor subjek dalam Tingkat ketergantungan
Kategori Skor Jumlah Persentase
Sangat tinggi
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji asumsi
Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi terlebih dahulu
untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat penggunaan analisis
korelasi dan untuk menarik kesimpulan yang tidak menyimpang. Uji asumsi
meliputi dua hal.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian
yang didapat berasal dari populasi yang memiliki sebaran normal atau tidak.
Uji ini perlu dilakukan karena perhitungan statistik parametrik memiliki
asumsi bahwa data penelitian didapat dari populasi yang memiliki sebaran
normal. Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan One-Sample
Nilai p (signifikansi) data dari prilaku pro-relasi adalah 0,354 dan
nilai p untuk tingkat ketergantungan adalah 0,889. hal ini menunjukkan
bahwa sebaran data yang diuji mengikuti distribusi normal karena berada di
atas 0,05.
b. Uji linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah data hasil penelitian ini
memenuhi fungsi linear. Hal ini akan menentukan kemungkinan untuk
menggunakan korelasi linear atau non-linear. Uji ini dilakukan dengan cara
perbandingan rata-rata menggunakan SPSS 13.00 for windows lewat anova
test for linearity.
Hasil perolahan data menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk
linearitas adalah 0,000. Hal ini berarti sebaran data untuk hasil penelitian ini
adalah berada di sekitar garis 0,000 pada grafik fungsi linear. Hal ini
menandakan bahwa data ini berhasil memenuhi fungsi linear.
2. Uji hipotesis
Setelah data hasil penelitian ini berhasil memenuhi asumsi untuk regresi
linear, maka sekarang data hasil penelitian ini akan dimasukkan ke dalam
perhitungan analisis regresi untuk mengetahui apakah ada korelasi antara
variabel bebas dan tergantung dalam penelitian ini. Data ini diolah dengan
menggunakan SPSS 13.00 for windows dengan menggunakan analisis regresi
linear. Dari pengolahan data, hasil korelasi antara variabel bebas dan variabel
tergantung adalah 0,590 dengan tingkat signifikansi 0,01 (one-tailed). Hal ini
positif antara tingkat ketergantungan dan prilaku pro-relasi dalam relasi
berpacaran pada subjek pasangan mahasiswa di Yogyakarta dapat diterima dan
hipotesis 0 yang menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara tingkat
ketergantungan dan prilaku pro-relasi dalam relasi berpacaran pada subjek
mahasiswa yang sedang berpacaran di Jogjakarta ditolak.
Berdasarakan hasil analisis regresi untuk kepentingan prediksi terhadap
variabel kriterium oleh variabel prediktor, sumbangan efektif variabel tingkat
ketergantungan terhadap variabel prilaku pro-relasi adalah sebesar 34,9 %.
C. Pembahasan
Pada penelitian ini, subjek yang dipilih merupakan individu yang sedang
dalam relasi pacaran. Individu ini diteliti secara tersendiri untuk mengetahui
bagaimana hubungan antara tingkat ketergantungan dan prilaku pro-relasi tanpa
memandang bagaimana pengaruhnya terhadap pasangannya atau sebaliknya
(bagaimana prilaku pro-relasi individu ini dipengaruhi oleh pasangannya). Hal ini
mengindikasikan bahwa satu subjek dalam penelitian ini adalah satu orang yang
sedang menjalani relasi pacaran. Hal ini berbeda pada penelitian Wieselquist yang
mengambil pasangan yang sedang dalam relasi pacaran sebagai subjeknya. Tiap
subjek dalam penelitian Wieselquist merupakan satu pasangan ( 2 orang). Dalam
penelitiannya Wieselquist et al. membuktikan proses bagaimana prilaku pro-relasi
dari individu dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan dan komitmen dari
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan langsung
antara tingkat ketergantungan dan prilaku pro-relasi pada mahasiswa dewasa awal
yang sedang menjalani relasi pacaran. Prilaku pro-relasi individu akan tampak
ketika individu ini menghadapi dilemma. Dilemma ini mengharuskan individu
untuk memilih antara memuaskan ketertarikan pribadinya atau menjaga relasinya.
Dalam menghadapi dilemma ini, individu akan melakukan proses kognisi yang
meliputi mencari cara pemecahan masalah, melihat sumber daya yang dia miliki,
pilihan dan alternatif yang tersedia, konsekuensi tindakan yang dia ambil, dll.
Individu dikatakan melakukan prilaku pro-relasi jika dia lebih memilih untuk
mendahulukan kebaikan pasangan/ relasinya daripada ketertarikan pribadinya.
Tingkat ketergantungan berperan dalam menentukan kecenderungan individu
dalam memilih untuk melakukan tindakan pro-relasi atau tidak. Individu yang
memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi akan merasa bahwa pasangannya/
relasi dengan pasangannya adalah berharga. Individu ini cenderung memilih untuk
mendahulukan kebaikan relasi/ pasangannya dibandingkan dengan kebaikan
dirinya. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat ketergantungan memiliki peran
penting dalam mendorong prilaku pro-relasi untuk mempertahankan hubungan
antara individu dan pasangannya. Selain menunjukkan hubungan langsung antara
ketergantungan dan prilaku pro-relasi, penelitian ini lebih menekankan pada
dinamika proses pembentukan prilaku pro-relasi yang berlangsung dalam diri
seorang individu.
Hal ini berbeda dengan penelitian Wieselquist (1999) yang menjabarkan
sedang dalam relasi pacaran.. Dalam dinamika ini, tingkat kepercayaan,
ketergantungan komitmen, dan prilaku pro-relasi individu dipengaruhi dan
mempengaruhi pasangannya sehingga proses ini dapat dikatakan berlangsung
secara dua arah (siklus). Tingkat ketergantungan dalam penelitian Wieselquist
menjadi mediator antara tingkat kepercayaan dan komitmen individu. Prilaku
pro-relasi dari individu (si A) akan mempengaruhi tingkat kepercayaan dari
pasangannya(si B). Tingkat kepercayaan ini akan semakin meningkat dan diikuti
oleh meningkatnya ketergantungan (si B). Proses meningkatnya ketergantungan
ini berlangsung terus sampai pada akhirnya terbentuk komitmen pada individu (si
B). Ketika si B melakukan tindakan relasi karena komitmennya, prilaku
pro-relasi ini akan mempengaruhi tingkat kepercayaan pasangannya (si A). Proses ini
berlangsung terus menerus antara kedua individu yang sedang berada dalam relasi
pacaran.
Penelitian ini menunjukkan bahwa prilaku pro-relasi yang dilakukan
individu tidak hanya ditentukan oleh sikap dan prilaku dari pasangannya. Di
dalam diri individu sendiri, tingkat ketergantungan memiliki peran langsung
terhadap prilaku pro-relasi yang dia lakukan terlepas dari bagaimana
pasangannya bereaksi atau menanggapi prilakunya. Hal inilah yang mungkin
menjadi salah satu penyebab fenomena sosial dimana seorang individu tetap
bertahan dan melakukan prilaku pro-relasi untuk mempertahankan hubungannya
meskipun pasangannya tampak tidak menghargai hubungan mereka atau berlaku
tidak layak terhadap dirinya. Motif untuk bertahan dalam hubungan berdasarkan
co-eksistensial yang menyebutkan bahwa individu dapat menemukan arti
keberadaan dirinya lewat hubungannya dengan orang lain, menemukan
eksistensinya lewat hubngannya dengan individu di luar dirinya. (Widiyanto, Y.
B. C. komunikasi pribadi, 22 Juli 2008)
Hasil penelitian ini juga memberikan spekulasi teoritik dimana individu
yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap relasinya akan mengalami
rasa frustrasi yang berat ketika hubungannya dengan pasangannya berakhir. Rasa
frustrasi ini selain ditimbulkan oleh tingkat ketergantungan yang tinggi, juga
ditimbulkan oleh perasaan bahwa prilaku pro-relasi yang dia lakukan selama ini
adalah sia-sia. Rasa frustrasi inilah yang dapat menjadi pencetus tindakan ekstrim
yang dilakukan oleh individu yang mengalami putusnya hubungan pacaran seperti
pada kasus Eva ( putus cinta, mencoba bunuh diri panjat tower, 2004 ,
www.suaramerdeka.com) yang mecoba bunuh diri ketika hubungannya gagal
dipertahankan.
D. Keterbatasan penelitian
Jumlah item dalam alat ukur yang digunakan peneliti tidak memiliki
proporsi yang sama dalam hal kuantitatif. Hal ini dapat menyebabkan perbedaan
sumbangan dari masing-masing aspek terhadap skor total dalam tiap skala.
Penelitian ini dilakukan di kota Jogjakarta dengan subjek mahasiswa
dewasa awal yang sebagian besar tinggal di kost. Keberadaan subjek yang tinggal
jauh dari rumah dan keluarga mungkin menjadi salah satu faktor yang dapat
pasangannya. Hasil penelitian mungkin akan berbeda jika dilakukan di kota lain
yang sebagian besar komunitas mahasiswanya tinggal di rumah sendiri.
Penelitian ini hanya melihat dari sisi seorang individu yang sedang
menjalani relasi pacaran dengan mengabaikan respon atau reaksi dari
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara
tingkat ketergantungan dan prilaku pro-relasi dalam relasi berpacaran pada subjek
pasangan mahasiswa di Yogjakarta. Kenaikan pada variabel ketergantungan akan
diikuti dengan kenaikan pada variabel prilaku pro-relasi.
B. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya :
a) Penelitian dapat direplikasi dengan mengambil subjek yang tinggal di
rumah sendiri.
b) Penelitian dapat menggunakan pasangan sebagai unit subjeknya seperti
pada penelitian Wieselquist (1999) sebagai perbandingan terhadap
penelitian ini atau untuk melihat apakah ada perbedaan yang signifikan
dalam hasilnya.
c) Penelitian dapat dilakukan untuk mengetahui tentang spekulasi teoritik
dimana individu yang memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi
memiliki tingkat frustrasi yang lebih tinggi dan dapat melakukan tindakan
ekstrim ketika hubungan mereka berakhir ketika hubungan relasinya
dengan pasangannya berakhir. Untuk itu, subjek penelitian dapat
dikhususkan kepada individu yang baru saja mengalami putus hubungan
2. Untuk Mahasiswa dewasa awal :
Penelitian ini membuktikan bahwa tingkat ketergantungan dapat dijadikan
sebagai prediktor terhadap prilaku pro-relasi seseorang. Jika pasangan anda
tidak melakukan prilaku pro-relasi, maka hal ini dapat disebabkan oleh
rendahnya tingkat ketergantungan pasangan terhadap relasi yang sedang
dijalani. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan bagi
DAFTAR PUSTAKA
Agnew, C. R., Lange, P. A. M V., Rusbult, C. R., Langston, C. A. (1998). Cognitive Interdependence: Commitment and the Mental Representation of Close Relationships. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 74, No. 4, 939-954.
Collins, N. L., & Feeney, B. C. (2000). A Safe Heaven: An Attachment Theory Perspective on Support Seeking and Caregiving in Intimate Relationships.
Journal of Personality and Social Psychology Vol. 78, No. 6, 1053-1073.
Finkel, E. J., Rusbult, C. E., Kumashiro, M., & Hannon, P. A. (2002). Dealing With Betrayal in Close Relationships: Does Commitment Promote Forgiveness?. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 82, No. 6, 956-974.
Gonzaga, G. C., Keltner, D., Londahl, E. A., & Smith, M. D. (2001). Love and Commitment Problem in Romantic Relations and Frienship. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 81, No 2, 247-262.
Lange, P. A. M .V., Rusbult, C. E., Drigotas, S.M., Arriaga, X. B., & Witcher B. S. (1997). Willingness to Sacrifice in Close Relationships. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 72, No. 6, 1373-1395.
Miller, R. S. (1997). Inattentive and Contended: Relationships Commitment and Attention to alternatives. Journal of Personality and Social Psychology
Vol. 73, No. 4, 758-766. edisi 5, jilid II. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.
Steiner, D. L., & Norman, G. R. (1995). Health Measurement Scales : A practical Guide to Their Development and Use, second edition. New York : Oxford University Press.
Supratiknya, A. (1998). Psikometri. Jogjakarta : Universitas Sanata Dharma.
Taylor., Peplau., Sears. (1994). Social Psychology : Eigth Edition. New Jersey : Prentice-Hall, inc.
Wieselquist, J., Rusbult, C. E., Foster, C. A., & Agnew, C. R. (1999). Commitment, Pro-Relationship Behavior, and Trust in Close Relationships. Journal of Personality and Social Psychology Vol. 77, No. 5, 942-966
Yth. Teman-teman mahasiswa di Jogjakarta
Dengan hormat,
Pada kesempatan ini, penulis bermaksud meminta bantuan teman-teman untuk
mengisi kuesioner tentang relasi pacaran yang sedang dijalani teman-teman. Hasil dari
kuesioner ini nantinya akan penulis gunakan sebagai data untuk menyelesaikan skripsi
yang sedang penulis kerjakan saat ini. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam
mengerjakan kuesioner ini sehingga teman-teman dapat memberikan respon yang
menurut teman-teman paling sesuai dengan diri teman-teman. Segala bentuk identitas
dan respon teman-teman akan dijaga kerahasiaannya. Atas perhatian dan bantuannya
saya ucapkan terima kasih.
Stevanus
049114094
Universitas Sanata Dharma
IDENTITAS Usia :
Fakultas : Jenis Kelamin : Lama Pacaran :
Jarak Pacaran (coret yang salah) : Dekat (masih satu kota) / Jauh (berbeda Kota)
Instruksi
1. Terdapat dua skala dalam kuesioner ini dan tiap skala terdiri atas tiga bagian.
2. Bacalah instruksi tiap bagian dengan seksama karena terdapat bagian yang
berbeda dalam cara menjawab.
3. Berikan respon yang menurut anda paling sesuai dengan diri anda. 4. Jangan sampai ada nomor soal yang terlewatkan.
5. Kerjakan skala ini tanpa mengkomunikasikannya dengan pacar anda.
6. Cara menjawab :
• Silanglah kotak sesuai dengan pendapat anda
• Semakin anda setuju, silang kotak yang mendekati kata setuju pada sisi
kanan.
• Semakin anda tidak setuju, silang kotak yang semakin mendekati kata
tidak setuju.
• Contoh : aku lebih senang berpacaran daripada melakukan aktivitas lain.
Tidak setuju Setuju
SKALA I Bagian A
Silanglah kotak yang menurut anda paling sesuai dengan diri anda
1. Aku ingin memiliki lebih dari satu pacar.
2. Aku berusaha menjaga jarak dengan lawan jenis yang mencoba
mendekati aku
3. Aku berusaha untuk tidak melirik pria/wanita lain selain pacarku
4. Aku menghindari hubungan yang dekat dengan orang lain (lawan
jenis) selain pacarku
5. Aku berteman akrab dengan pria/wanita lain (lawan jenis) selain
pacarku
6. Aku senang banyak berteman dengan lawan jenis.
7. aku berusaha mengurangi waktuku bersama dengan orang lain
(lawan jenis) selain pacarku
8. aku akan mengatakan bahwa aku masih sendiri kepada pria/wanita
(lawan jenis) yang menurutku menarik.
9. Aku mengajak pacarku jika aku pergi dengan pria/ wanita (lawan
jenis) lain
10.Aku senang melewatkan waktu bersama pria/wanita (lawan jenis)
selain pacarku
11.Aku menolak pria/ wanita (lawan jenis) yang berniat menjadi
pacarku saat ini.
1. Meskipun sibuk, aku bersedia beraktivitas bersama pacarku (mis : menemaninya
jalan-jalan)
Tidak setuju Setuju
2. Aku bersedia menemani pacarku melakukan aktivitas yang sebenarnya kurang aku
Tuliskan Tiga (5) aktivitas yang menurutmu paling penting/ kamu sukai dalam hidupmu selain pacaran (Tidak perlu urut) :
1. ………
2. ………
3. ………
4. ………
5. ………
Untuk soal nomor 3 sampai 7, lingkari nomor yang anda pilih (f)
3. Seandainya kamu harus memilih antara pacarmu dengan aktivitas no.1 (alasannya
berhubungan dengan keinginan atau permintaan pacarmu), seberapa jauh kamu akan
bersedia mempertimbangkan untuk mengorbankan aktivitas tersebut demi pacarmu?
Mempertimbangkan untuk mempertimbangkan untuk mendahulukan aktivitas mendahulukan pacar
4. Seandainya kamu harus memilih antara pacarmu dengan aktivitas no.2 (alasannya
berhubungan dengan keinginan atau permintaan pacarmu), seberapa jauh kamu akan
bersedia mempertimbangkan untuk mengorbankan aktivitas tersebut demi pacarmu?
Mempertimbangkan untuk mempertimbangkan untuk mendahulukan aktivitas mendahulukan pacar
5. Seandainya kamu harus memilih antara pacarmu dengan aktivitas no.3 (alasannya
berhubungan dengan keinginan atau permintaan pacarmu), seberapa jauh kamu akan
bersedia mempertimbangkan untuk mengorbankan aktivitas tersebut demi pacarmu?
6. Seandainya kamu harus memilih antara pacarmu dengan aktivitas no.1 (alasannya
berhubungan dengan keinginan atau permintaan pacarmu), seberapa jauh kamu akan
bersedia mempertimbangkan untuk mengorbankan aktivitas tersebut demi pacarmu?
Mempertimbangkan untuk mempertimbangkan untuk mendahulukan aktivitas mendahulukan pacar
7. Seandainya kamu harus memilih antara pacarmu dengan aktivitas no.1 (alasannya
berhubungan dengan keinginan atau permintaan pacarmu), seberapa jauh kamu akan
bersedia mempertimbangkan untuk mengorbankan aktivitas tersebut demi pacarmu?
Bagian C
Silanglah kotak yang menurut anda paling sesuai dengan diri anda
1. Aku diam saja ketika pacarku melampiaskan kemarahannya
kepadaku meskipun bukan diriku yang bersalah.
2. Aku memarahi pacarku ketika dia sedang “bete” dan bersikap
buruk padaku.
3. Aku tidak mau minta maaf duluan dalam suatu pertengkaran jika
pertengkaran itu disebabkan karena kesalahannya.
4. Aku berusaha menghibur pacarku ketika dia sedih meskipun dia
menyuruhku untuk pulang saja
5. Jika pacarku ngambek dan tidak mau mendengarkan aku, maka aku
juga akan diam saja ketika dia berbicara padaku.
6. Aku memperhatikan pacarku meskipun dia cuek dengan diriku.
7. Aku akan langsung pulang jika pacarku menyakiti hatiku
8. Aku bersikap lembut pada pacarku ketika dia sedang marah dan
bersikap kasar padaku.
9. Aku akan minta maaf duluan jika aku dan pacarku bertengkar,
meskipun itu bukan salahku.
SKALA II Bagian A
Silanglah kotak yang menurut anda paling sesuai dengan diri anda
1. Aku senang bisa berpacaran dengan pacarku saat ini
2. Aku merasa kurang cocok dengan pacarku
3. Aku merasa terhibur dengan keberadaan pacarku ketika aku sedang
sedih
4. Aku merasa hubungan kami kurang menyenangkan
5. Aku memiliki hubungan yang mesra dengan pacarku
6. Aku merasa omongan kami “kurang nyambung” ketika aku
bercakap-cakap dengan pacarku
7. Aku senang melewatkan waktu bersama pacarku
8. Aku sering jengkel dengan sikap pacarku
9. Aku merasa gembira dengan hanya berada di dekat pacarku
10.Aku merasa kurang nyaman berada di dekat pacarku.
T
Silanglah kotak yang menurut anda paling sesuai dengan diri anda
1. Aku merasa nyaman untuk menceritakan masalahku kepada teman
dekatku.
2. Aku merasa nyaman melewatkan waktu bersama keluargaku
3. Hanya pacarku yang dapat menghiburku ketika aku sedih.
4. Jika pacarku membatalkan rencana jalan-jalan bersamaku, aku
masih bisa keluar dengan temanku
5. Aku lebih senang makan bersama pacarku daripada bersama
keluargaku
6. Aku merasa nyaman berada bersama temanku
7. Hobiku menjadi andalanku ketika aku sedang butuh hiburan
8. Aku merasa kurang cocok dengan teman-temanku di kampus
9. Aku hanya bisa menceritakan masalahku kepada pacarku
Bagian C
Silanglah kotak yang menurut anda paling sesuai dengan diri anda
1. Aku sering membelikan hadiah untuk pacarku
2. Selama ini aku sudah banyak mengeluarkan uang demi pacarku.
3. Aku merasa enggan membelikan hadiah yang mahal untuk pacarku
4. Aku tidak ragu menghabiskan pulsa menelpon pacarku.
5. Aku tidak mau mengeluarkan uang demi pacarku
6. Jika pacarku merusak barang milikku, dia harus menggantinya.
7. Aku banyak menggunakan waktuku untuk menemani pacarku
melakukan kegiatannya.
8. ketika kami makan bersama, kami akan membayar biaya makanan
kami masing-masing.
9. aku besedia memberikan bantuan uang pada pacarku jika dia
sedang mengalami kesulitan keuangan.
10.aku menolak menemani pacarku melakukan kegiatannya jika aku
merasa kegiatan tersebut hanya membuang waktuku.
Reliabilitas Skala Prilaku Pro-Relasi
Hasil Uji Reliabilitas
Hasil Uji Reliabilitas kedua (Uji item terseleksi)
Hasil uji reliabilitas ketiga
Uji reliabilitas dengan memasukkan item 16
Warnings
The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.
Reliabilitas Skala Tingkat Ketergantungan
Hasil uji reliabilitas
Hasil uji reliabilitas kelima
Warnings
The space saver method is used. That is, the covariance matrix is not calculated or used in the analysis.
Yth. Teman-teman mahasiswa di Jogjakarta
Dengan hormat,
Pada kesempatan ini, penulis bermaksud meminta bantuan teman-teman untuk
mengisi kuesioner tentang relasi pacaran yang sedang dijalani teman-teman. Hasil dari
kuesioner ini nantinya akan penulis gunakan sebagai data untuk menyelesaikan skripsi
yang sedang penulis kerjakan saat ini. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam
mengerjakan kuesioner ini sehingga teman-teman dapat memberikan respon yang
menurut teman-teman paling sesuai dengan diri teman-teman. Segala bentuk identitas
dan respon teman-teman akan dijaga kerahasiaannya. Atas perhatian dan bantuannya
saya ucapkan terima kasih.
Stevanus
049114094
Universitas Sanata Dharma
IDENTITAS Usia :
Fakultas : Jenis Kelamin : Lama Pacaran :
Jarak Pacaran (coret yang salah) : Dekat (masih satu kota) / Jauh (berbeda Kota)
Instruksi
8. Terdapat dua skala dalam kuesioner ini dan tiap skala terdiri atas tiga bagian.
9. Bacalah instruksi tiap bagian dengan seksama karena terdapat bagian yang
berbeda dalam cara menjawab.
10. Berikan respon yang menurut anda paling sesuai dengan diri anda. 11.Jangan sampai ada nomor soal yang terlewatkan.
12. Kerjakan skala ini tanpa mengkomunikasikannya dengan pacar anda.
13. Cara menjawab :
• Silanglah kotak sesuai dengan pendapat anda
• Semakin anda setuju, silang kotak yang mendekati kata setuju pada sisi
kanan.
• Semakin anda tidak setuju, silang kotak yang semakin mendekati kata
tidak setuju.
• Contoh : aku lebih senang berpacaran daripada melakukan aktivitas lain.
Tidak setuju Setuju