• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN (KEADAAN SEPTEMBER TAHUN 2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN (KEADAAN SEPTEMBER TAHUN 2013)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA SELATAN

(KEADAAN SEPTEMBER TAHUN 2013)

No.05/01/16 Th. XVI, 02 Januari 2014

RINGKASAN

 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Sumatera Selatan pada bulan September 2013 sebanyak 1.108.210 orang atau sebesar 14,06 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2013 yang berjumlah 1.110.370 (14,24 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebanyak 2.160 orang.

 Selama periode Maret -September 2013, penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 8.810 orang, atau sebesar 0,49 persen. Di daerah perdesaan justru mengalami kenaikan sebanyak 6.650 orang, atau sebesar 0,01 persen.

 Komposisi penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan) tidak banyak berubah, di mana sebagian besar (66,08 persen) penduduk miskin berada di daerah perdesaan.

 Garis Kemiskinan di provinsi Sumatera Selatan adalah sebesar Rp 291.058,-Garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 328.335,- sedangkan garis kemiskinan di daerah perdesaan adalah sebesar Rp 270.166,-. Dibandingkan bulan Maret 2013, garis kemiskinan mengalami kenaikan baik di perkotaan maupun pedesaan.

 Pada periode Maret - September 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sama-sama menunjukkan peningkatan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin melebar.

(2)

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Sumatera Selatan, 1996-2013

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1996-2013 berfluktuasi dari tahun ke tahun (Tabel 1). Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 464,9 ribu karena krisis ekonomi, yaitu dari 1.017 ribu pada tahun 1996 menjadi 1.481,9 ribu pada tahun 1999. Persentase penduduk miskin meningkat dari 17,04 persen menjadi 23,87 persen pada periode yang sama.

Pada periode1999-2005 jumlah penduduk miskin juga cenderung menurun dari 1.481,9 ribu pada tahun 1999 menjadi 1.429 ribu pada tahun 2005. Secara relatif terjadi penurunanpersentase penduduk miskin dari 23,87 persen pada tahun 1999 menjadi 21,01 persen pada tahun 2005.

Pada tahun 2006, secara absolut terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin, yaitu dari 1.429 ribu orang (21,01 persen) pada bulan Juli 2005 menjadi 1.446,9 ribu (20,99 persen) pada bulan Juli 2006.

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Propinsi Sumatera Selatan Tahun 1996-2013 Tahun JumlahPendudukMiskin (ribuan) Persentase 1996 1.017,0 17,04 1999 1.481,9 23,87 2002 1.434,1 22,49 2003 1.397,1 21,54 2004 1.379,3 20,92 Juli 2005 1.429,0 21,01 Juli 2006 1.446,9 20,99 Maret 2007 1.331,8 19,15 Maret 2008 1.249,61 17,73 Maret 2009 1.167,87 16,28 Maret 2010 1.125,73 15,47 Maret 2011 1.074,81 14,24 September 2011 1.061,87 13,95 Maret 2012 1.057,03 13,78 September 2012 1.042,04 13,48 Maret 2013 1.110,37 14,24 September 2013 1,108,21 14,06

(3)

Pada Maret tahun 2007 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis dari 1.446,9 ribu pada Juli tahun 2006 menjadi 1.331,8 ribu pada Maret 2007. Penurunan ini berlanjut pada Maret 2008, yaitu turun menjadi 1.249,61 ribu orang (17,73 persen).

Pada Maret tahun 2009-2011 juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin yaitu dari 1.167,87 ribu orang (16,28 persen) pada tahun 2009, turun kembali menjadi 1.125,73 ribu orang (15,47 persen) pada tahun 2010, turun lagi menjadi 1.074,81 ribu orang (14,24 persen) pada tahun 2011, dan kembali mengalami penurunan menjadi 1.061,87 ribu orang (13,95%).

Pada tahun 2012, jumlah penduduk miskin di periode maret turun menjadi 1.057,03 ribu orang (13,78%), dan mengalami penurunan kembali pada periode September 2012 menjadi 1.042,04 ribu orang (13,48%). Pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin di periode maret meningkat menjadi 1.110,37 ribu orang (14,24 %) dan kembali turun menjadi 1.108,21 ribu orang (14,06 %).

2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret - September 2013

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan pada bulan September 2013 sebanyak

1.108.210 orang atau sebesar 14,06 persen. Dibandingkan dengan penduduk miskin

pada Maret 2013 yang berjumlah 1.110.370 oang (14,24 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2.160 orang.

Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami penurunan sedangkan di daerah perdesaan bertambah. Selama periode Maret - September 2013, penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang sebanyak 8.810 orang, atau sebesar 0,49 persen. Di daerah perdesaan bertambah sebanyak 6.650 orang, atau naik sebesar 0,01 persen. (Tabel 2).

Komposisi penduduk miskin menurut daerah tempat tinggal (perkotaan dan perdesaan) tidak banyak berubah, di mana sebagian besar penduduk miskin berada di daerah perdesaan (65,35 persen pada bulan Maret 2013 dan sedikit meningkat menjadi 66,08 persen pada September 2013).

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret - September 2013 Jumlah/Persentase Penduduk Miskin Maret 2013 September 2013 Perubahan

Jumlah Penduduk Miskin

Perkotaan 384.770 375,960 - 8.810

Pedesaan 725.600 732,250 + 6.650

Perkotaan+Pedesaan 1.110.370 1.108,210 - 2.160

Persentase Penduduk Miskin

Perkotaan 13,77 13,28 -0,49

Pedesaan 14,50 14,50 0,01

Perkotaan+Pedesaan 14,24 14,06 -0,18

(4)

3. Perubahan Garis Kemiskinan Maret - September 2013

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

Selama Maret - September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,89 persen, yaitu dari Rp.273.682,- per kapita per bulan pada Maret 2013 menjadi Rp 291.058,- perkapita per bulan pada September 2013. Dengan memperhatikan daerah Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan daerah perkotaan dan Garis Kemiskinan daerah perdesaan, terlihat bahwa garis kemiskinan di daerah perkotaan naik sebesar 5,37 persen yaitu dari Rp. 311.606,- per kapita per bulan pada Maret 2013 menjadi Rp. 328.335,- per kapita per bulan pada September 2013. Sedangkan garis kemiskinan di daerah perdesaan juga mengalami kenaikan sebesar 7,00 persen yaitu dari Rp. 252.497,- per kapita per bulan pada Maret 2013 menjadi Rp. 270.166,- per kapita per bulan pada September 2013.

Tabel 3. Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Menurut Daerah, Maret – September 2013 Garis Kemiskinan Maret 2013 September 2013 Perubahan (%) Perkotaan Makanan (GKM) 223.754 234.968 5,01 Non Makanan (GKNM) 87.852 93.367 6,28 Total (GK) 311.606 328.335 5,37 Pedesaan Makanan (GKM) 201.966 216.829 7,36 Non Makanan (GKNM) 50.531 53.337 5,55 Total (GK) 252.497 270.166 7,00 Perkotaan+Pedesaan Makanan (GKM) 209.775 223.344 6,47 Non Makanan (GKNM) 63.907 67.714 5,96 Total (GK) 273.682 291.058 6,35

Sumber: Diolah dari data Susenas Maret dan September 2013

Dengan memperhatikan komponen garis kemiskinan (GK) yang terdiri dari garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan non makanan (GKNM) terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi non maknan. Pada bulan September 2013 sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 76,74 persen.

Secara keseluruhan GKM dan GKNM mengalami kenaikan pada periode Maret - September 2013. GKM pada bulan September 2013 sebesar Rp.223.344,- per kapita per bulan dan GKNM sebesar Rp.67.714,- per kapita per bulan, di mana pada bulan Maret

(5)

2013 GKM sebesar Rp 209.775,- per kapita per bulan dan GKNM sebesar Rp 63.907,-. Terlihat juga pada Tabel 3 di atas bahwa GKM dan GKNM mengalami kenaikan pada periode Maret - September 2013 baik di perkotaan maupun di pedesaan.

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan.

Pada periode Maret - September 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan meningkat. Indeks

Kedalaman Kemiskinan naik dari 2,080 pada keadaan Maret 2013 menjadi 2,490 pada keadaaan September 2013. Kenaikan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung menjauhi garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami kenaikan pada periode yang sama dari 0,461 pada Maret 2013 menjadi 0,732 pada September 2013.

Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sumatera Selatan Menurut Daerah, Maret - September 2013

Indeks Kedalaman Kemiskinan/Indeks Keparahan Kemiskinan Maret 2013 September 2013 Perubahan

Indeks Kedalaman Kemiskinan

Perkotaan 1,950 2,132 0,182

Pedesaan 2,152 2,691 0,539

Perkotaan+Pedesaan 2,080 2,490 0,410

Indeks Keparahan Kemiskinan

Perkotaan 0,431 0,519 0,088

Pedesaan 0,478 0,852 0,374

Perkotaan+Pedesaan 0,461 0,732 0,271

(6)

Nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di daerah perkotaan jauh lebih tinggi

daripada perdesaan demikian juga Indeks Keparahan Kemiskinan (P2). Pada bulan

September 2013, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perdesaan 2,691

sedangkan di daerah perkotaan hanya mencapai 2,132. Nilai Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) untuk perdesaan sebesar 0,852 dan perkotaan sebesar 0,519. Dapat

disimpulkan bahwa Sumatera Selatan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan di daerah perkotaan.

Gambar

Tabel 2.  Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah,   Maret - September 2013  Jumlah/Persentase   Penduduk Miskin  Maret  2013  September 2013  Perubahan
Tabel 3.    Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Menurut Daerah,   Maret – September 2013  Garis  Kemiskinan  Maret  2013  September 2013  Perubahan (%)  Perkotaan  Makanan (GKM)  223.754 234.968 5,01 Non Makanan (GKNM)  87.852 93.367  6,28 Total (GK)  311.606 328.335 5,37 Pedesaan  Makanan (GKM)  201.966 216.829  7,36 Non Makanan (GKNM)  50.531 53.337 5,55 Total (GK)  252.497 270.166  7,00 Perkotaan+Pedesaan  Makanan (GKM)  209.775 223.344 6,47 Non Makanan (GKNM)  63.907 67.714  5,96 Total (GK)  273.682 291.058 6,35
Tabel 4. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan   (P 2 ) di Sumatera Selatan Menurut Daerah, Maret - September 2013

Referensi

Dokumen terkait

Presentase jumlah gabah isi pada perlakuan banjir selama 6 hari dan 9 hari memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata, namun terlihat bahwa semakin lama tanaman padi

Pendidikan dapat menggunakan permainan drama, bermain pasir, boneka, balok atau yang lainnya untuk menolong anak- anak mengatasi kesulitan (Satmoko, 2006: 265). Di

Hasil penentuan parameter-parameter gempa dari peta percepatan batuan dasar, kondisi tanah dan faktor keutamaan gedung diperoleh bahwa bangunan ini masuk dalam kategori desain seismic

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin,

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, bimbingan dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat output, oleh karena itu peningkatan pada pengeluaran pemerintah akan menyebabkan

Maka dapat dikatakan latihan ini sangat baik sekali digunakan dalam latihan dalam permainan bola voli guna untuk meningkatkan lompat yaitu daya ledak otot tungkai dari

Namun proses dari metode latihan yang dapat memberikan stimulus lebih baik pada sistem saraf pusat, saraf sensorik hingga respon saraf motorik yang akan mengaktifkan