MATERI PELATIHAN GURU
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
MATERI PELATIHAN 4.
PENDEKATAN SAINTIFIK DAN MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN PEMINATAN SMK
BIDANG KEAHLIAN
1.
TEKNOLOGI DAN REKAYASA
2.
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG MESIN DAN TEKNIK INDUSTRI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iii
PENGENALAN MATERI ... 1
MATERI PELATIHAN 4. PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 ... 2
A. PENDEKATAN SAINTIFIK ... 2
1. Esensi Pendekatan Saintifik ... 2
2. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Saintifik ... 2
B. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN ... 4
1. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)... 4
2. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Learning) ... 6
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 10
4. Model Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning ... 11
C. PERENCANAAN LANGKAH PEMBELAJARAN ... 13
D. CONTOH PEMADUAN SINTAK MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK ... 14
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Hasilnya ... 3 Tabel 4.2. Sintak Pembelajaran Berbasis Inkuiri dan Kegiatan Guru dan Peserta Didik ... 7 Tabel 4.3. Contoh Matrik Perancah Pemaduan Sintaks Model Pembelajaran Discovery dengan
Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik untuk KD 3.1 dan 4.1 Konsep Listrik (Materi Gejala Fisik Arus dan Potensial Listrik) ... 15 Tabel 4.4. Matrik Perancah Pemaduan Sintaks Model Pembelajaran ... ... 21
DAFTAR GAMBAR
PENGENALAN MATERI
Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik tersebut. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab.
Pada materi pelatihan ini Anda mempelajari konsep Kurikulum 2013 yang meliputi rasional dan elemen perubahan kurikulum, SKL, KI, KD, serta pendekatan pembelajaran dan penilaian pada Kurikulum 2013.
Kompetensi yang dicapai
1. Memahami secara utuh rasional dan elemen perubahan Kurikulum 2013; 2. Memahami SKL, KI, dan KD Kurikulum 2013;
3. Mendeskripsikan konsep pendekatan saintifik dan Model Pembelajaran dalam pembelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik; dan
4. Mendeskripsikan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar. Indikator
1. Menjelaskan rasional pengembangan Kurikulum 2013 dalam kaitannya dengan perkembangan masa depan;
2. Menjelaskan empat elemen perubahan Kurikulum 2013 yang mencakup: SKL, SI, Standar Proses, dan Standar Penilaian;
3. Menjelaskan keterkaitan antara SKL, KI, dan KD; 4. Menjelaskan konsep pendekatan saintifik;
5. Menjelaskan konsep model-model pembelajaran (PBL, PJBL, DL); dan 6. Menjelaskan konsep penilaian autentik pada proses dan hasil belajar. Langkah Kegiatan
Bahan diskusi kelompok dan tugas menggunakan Lembar Kerja (LK ...) Menjelaskan PPT Kurikulum 2013 Diskusi kelompok (4 kelompok) Presentasi Hasil diskusi (20 menit) Kesimpulan dan rangkuman hasil
MATERI PELATIHAN 4.
PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013
Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara peserta didik dengan unsur kependidikan lainnya yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 adalah memadukan aktivitas pembelajaran pendekatan saintifik dengan sintak model pembelajaran berbasis penyingkapan/penemuan (discovery learning/inquiry learning) dan menghasilkan karya yang berbasis pemecahan masalah (problem based learning/project based learning) .
A. PENDEKATAN SAINTIFIK 1. Esensi Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning)
dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive reasoning).
Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
2. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Implementasi kurikulum 2013 menuntut penerapan pembelajaran berbasis kreatifitas. Pendekatan pembelajaran berbasis kreatifitas dapat dicapai melalui pendekatan pembelajaran saintifik (5M) secara konsisten. Pendekatan pembelajaran saintifik terdiri dari 5 (lima) tahap
belajar, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/melakuan eksperimen, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Tabel 4.1 memperlihatkan kaitan antara langkah pembelajaran saintifik dengan berbagai deskripsi kegiatan belajar serta kompetensi dalam bentuk hasil belajar.
Tabel 4.1. Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Hasilnya Langkah
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar Mengamati
(observing)
Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat,
menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat
Perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati Kompetensi utama: mengidentifikasi masalah
Menanya
(questioning)
Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi
tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.
Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) Kompetensi utama: merumuskan masalah, menentukan hipotesis Mengumpulkan informasi/ mencoba (experimenting) Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasi-kan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpul-kan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/me-ngembangkan
Jumlah dan kualitas sumber yang
dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Kompetensi utama: menguji hipotesis
Menalar/Meng asosiasi
(associating)
Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau
menghubungkan
fenomena/informasi yang terkait dalam rangka
menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.
Mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, atau lebih dari dua fakta/konsep/teori.
Mensintesis dan argumentasi serta kesimpulan keterkaitan antar berbagai jenis fakta-fakta/konsep/teori/pendapat.
Mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi, dan kesimpulan yang menunjukkan hubungan fakta/konsep/teori
Langkah
Pembelajaran Deskripsi Kegiatan Bentuk Hasil Belajar
dari dua sumber atau lebih yang tidak bertentangan.
Mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber.
Kompetensi utama: menganalisis, membuktikan hipotesis.
Mengomunikasi kan
(communicating)
menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan
Menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain
Kompetensi utama: memformulasikan dan mempertanggung jawabkan pembuktian hipotesis.
B. MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
Pada Kurikulum 2013 dikembangkan model pembelajaran utama yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Model Pembelajaran tersebut adalah: model pembelajaran berbasis penyingkapan/penemuan
(Discovery/Inquiry Learning); model pembelajaran menghasilkan karya yang berbasis pemecahan masalah (Problem Based Learning/Project Based Learning)
1. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) a. Konsep Pembelajaran Berbasis Penemuan
Discovery mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Pada Discovery Learning materi yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.
Penggunaan Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Merubah modus Ekspository siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus
Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar
perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan- penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Dalam Discovery Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan- kesimpulan. Bruner mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historin, atau ahli Dasar dan Pengukuran Listrik. Dan melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
b. Langkah-langkah Operasional Discovery Learning Implementasi dalam Proses Pembelajaran
Langkah-langkah (syntax) dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagai berikut:
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya dan timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
3) Data collection (pengumpulan data)
Pada saat peserta didik melakukan eksperimen atau eksplorasi, guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Data dapat diperoleh melalui membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan, dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkanhasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
5) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapatdijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
2. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Learning)
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Kata inkuiri berasal dari bahasa inggris, yaitu ‘to inquire’ yang berarti bertanya atau menyelidiki. Pertanyaan merupakan inti dari pembelajaran berbasisi inkuiri. Pertanyaan dapat menuntun untuk melakukan penyelidikan sebagai usaha peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Ada beberapa penjelasan mengenai pembelajaran inkuiri telah dikemukakan oleh beberapa ahli.
Joyce dan Weil (2000) mengemukakan bahwa inti dari pembelajaran inkuiri adalah melibatkan peserta didik dalam masalah penyelidikan nyata dengan menghadapkan mereka dengan cara penyelidikan (investigasi), membantu mereka mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam wilayah investigasi, dan meminta mereka merancang cara mengatasi masalah. Melalui inkuiri peserta didik belajar menjadi seorang ilmuwan dalam menyusun pengetahuan. Selain itu, peserta didik belajar menghargai ilmu dan mengetahui keterbatasan pengetahuan dan ketergantungan satu dengan yang lainnya.
Menurut Ong dan Borich (2006) pembelajaran berbasis Inkuiri adalah belajar melalui berbagai kegiatan termasuk melakukan observasi, mengajukan pertanyaan, mencari dan menggunakan informasi untuk mengetahui dengan jelas peritiwa melalui percobaan, menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data; mengajukan pertanyaan, menjelaskan, dan memprediksi; dan mengomunikasikan hasil. Inkuiri mengharuskan melakukan identifikasi dan asumsi, menggunakan berpikir kritis dan logis, dan pertimbangan dari penjelesan alternatif. Menurut National Research Council (2000) pembelajaran berbasis inkuiri mengacu pada cara ilmuwan bekerja ketika mempelajari alam, yaitu mencari penjelasan melalui bukti yang dikumpulkan dari dunia di sekitar mereka. b. Tingkatan Inkuiri
Menurut Colburn (2000) ada empat tingkatan inkuiri, yaitu inkuiri terstruktur
(structured inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri terbuka (open inquiry), dan siklus belajar (learning cycle). Lewellyn (2007) mengelompokkan inkuiri berdasarkan tingkat dominasi peran guru atau peserta didik, ada 4 tipe yaitu inkuiri demonstrasi (demonstrated inquiry), inkuiri terstruktur (structured inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri penuh (full inquiry). Banchi dan Bell (2008) membagi inkuiri menjadi empat tingkatan dari
tingkat bawah sampai tinggi, yaitu inkuiri konfirmasi (confirmation inquiry), inkuiri terstruktur (structured inquiry), inkuiri terbimbing (guided inquiry), inkuiri terbuka (open inquiry) atau inkuiri penuh (full inquiry).
c. Langkah Operasional Model pencarian/penelitian (Inquiry Learning)
Tabel 4.2. Sintak Pembelajaran Berbasis Inkuiri dan Kegiatan Guru dan Peserta Didik
Tingkat inkuiri Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan peserta didik
Inkuiri Demonstrasi/ Inkuiri Konfirmasi Identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah Memperkenalkan konsep baru dengan melakukan demonstrasi fenomena (IPA) Mengajukan pertanyaan yang menghasilkan respon untuk menilai pemahaman peserta didik tentang konsep
Menghubungkan
pengamatan baru dengan pengalaman dan pengetahun sebelumnya
Merencanakan dan memprediksi hasil
Menunjukkan fenomena pengamatan yang tidak sesuai untuk memunculkan rasa ingin tahu
Menyampaikan prosedur untuk menyelesaikan masalah
Mencari atau memberikan penjelasan yang benar dengan mengamati fenomena
Penyelidikan untuk pengumpulan data
Memberi petunjuk atau memodelkan prosedur dan proses ilmiah dan
keselamatan kerja
Melaksanakan penyelidikan sesuai dengan prosedur
Interpretasi data dan mengembangkan kesimpulan
Minta peserta didik untuk menggambarkan atau menjelaskan
pengamatannya
Membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan
Membangun dan mengelaborasi pengamatan dan penjelasan dari sumber lain
Membuat hubungan generalisasi untuk menarik kesimpulan
Melakukan Refleksi Memberikan prosedur
langkah demi langkah setiap tahap untuk diikuti
Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan
Membaca dan mengikuti arah sesuai dengan lembar kegiatan atau lab
Memeroleh alat dan bahan seperti yang tercantum pada lembar kegiatan atau lab
Inkuiri Terstruktur
Identifikasi dan
penetapan ruang
lingkup masalah
Memberikan masalah Mengidentifikasi dan merumuskan masalah Merencanakan dan
memprediksi hasil
Memberikan prosedur langkah demi langkah setiap tahap untuk diikuti
Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan
Membaca dan mengikuti arah sesuai dengan lembar kegiatan atau lab
Memeroleh alat dan bahan seperti yang tercantum pada lembar kegiatan atau lab
Penyelidikan untuk pengumpulan data
Membimbing dan memastikan semua peserta
Menggunakan keterampilan proses sains untuk mengumpulkan data
Tingkat inkuiri Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan peserta didik didik pada tugas dan
memahami Prosedur
Mencatat hasil pengamatan
Mengorganisasi data yang terkumpul dengan grafik atau tabel sehingga tampak pola-pola dan hubungan dalam data Interpretasi data dan
mengembangkan kesimpulan
Mendorong peserta didik untuk bekerja sebagai sebuah kelompok
Menarik kesimpulan dan merumuskan penjelasan. Mengomunikasikan hasil penyelidikan
Melakukan Refleksi Mendorong peserta didik untuk berpikir atau melakukan refleksi pada pengetahuan yang baru mereka temukan
Melakukan evaluasi terhadap proses inkuiri yang telah dilakukan
Mengajukan pertanyaan baru berdasarkan data yang terkumpul Inkuiri Terbimbing Identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah
Mengajukan masalah untuk dipecahkan atau pertanyaan untuk diselidiki
Mendefinisikan sifat dan parameter masalah
Merencanakan dan memprediksi hasil
Mendorong peserta didik untuk merancang prosedur atau sarana untuk memecahkan masalah atau jawaban pertanyaan yang diajukan
Mendorong peserta didik untuk memilih dengan tepat alat dan bahan yang diperlukan
Brainstorm (curah pendapat) tentang alternatif prosedur dan solusi pemecahan masalah
Memilih atau merancang strategi pemecahan masalah
Memilih alat dan bahan yang dibutuhkan dengan tepat
Penyelidikan untuk pengumpulan data
Membimbing peserta didik dalam melakukan investigasi, dan mendorong tanggung jawab individu para anggota kelompok Mengarahkan peserta
didik memanfaatkan sumber daya informasi lainnya untuk pemecahan masalah
Mengimplementasikan rencana untuk memecahkan masalah
Menggunakan
keterampilan proses sains untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi Melakuan observasi,
mengumpulkan data Berkomunikasi dan bekerja sama dengan anggota kelompok lainnya Interpretasi data dan
mengembangkan kesimpulan
Membimbing peserta didik mengorganisasi data Membimbing cara peserta
didik untuk
mengkomunikasikan temuan dan penjelasannya
Membuat catatan pengamatan
Mengolah data yang terkumpul dalam bentuk grafik dan tabel
Membuat pola-pola dan hubungan dalam data Menarik kesimpulan dan
merumuskan penjelasan Mengomunikasikan hasil
Tingkat inkuiri Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan peserta didik Melakukan Refleksi Mendorong peserta didik
untuk berpikir atau melakukan refleksi pada pengetahuan yang baru mereka temukan
Melakukan evaluasi terhadap proses inkuiri yang telah dilakukan
Mengajukan pertanyaan baru berdasarkan data yang terkumpul Inkuiri Terbuka/ Inkuiri Penuh Identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah Memberikan kesempatan pada peserta didik melakukan eksplorasi terbuka untuk memunculkan pertanyaan
Membangun hipotesis, atau prediksi untuk menguji pertanyaan
Merencanakan dan meprediksi hasil
Membimbing peserta didik merancang investigasi, membantu peserta didik mengungkap jawaban dan solusi atas pertanyaan dan masalah
Membimbing peserta didik dalam menentukan alat dan bahan yang diperlukan.
Mendesain prosedur untuk menjawab pertanyaan Menentukan alat dan
bahan yang diperlukan
Penyelidikan untuk pengumpulan data
Membimbing peserta didik dalam melakukan investigasi, dan mendorong tanggung jawab individu para anggota kelompok Mengarahkan peserta didik memanfaatkan sumber daya informasi lainnya untuk pemecahan masalah
Mengimplementasikan rencana untuk memecahkan masalah
Menggunakan
keterampilan proses sains untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang masalah
Berkomunikasi dan bekerja sama dengan lainnya anggota kelompok Melakuan observasi,
mengumpulkan data Interpretasi data dan
mengembangkan kesimpulan
Membimbing peserta didik mengorganisasi data dan cara peserta didik untuk mengkomunikasikan temuan dan penjelasannya
Membuat catatan pengamatan
Mengorganisasi data yang terkumpul dalam bentuk grafik dan tabel
Menampakkan pola-pola dan hubungan dalam data Menarik kesimpulan dan merumuskan penjelasan Mengomunikasikan hasil
penyelidikan Melakukan Refleksi Mendorong peserta didik
untuk berpikir atau melakukan refleksi pada pengetahuan yang baru mereka temukan
Melakukan evaluasi terhadap proses inkuiri yang telah dilakukan
Mengajukan pertanyaan baru berdasarkan data yang terkumpul
3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Konsep Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah (PBL) merupakan sebuah modelpembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu modelpembelajaran yang menantang peserta didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan.
Ada lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL), yaitu
1) Permasalahan sebagai kajian;
2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman; 3) Permasalahan sebagai contoh;
4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses; dan 5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai berikut:
Guru sebagai pelatih Peserta didik sebagai problem
solver
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi - Asking about thinking (bertanya tentang
pemikiran)
- Memonitorpembelajaran
- Probbing (menantang peserta didik untuk berfikir )
- Menjaga agar peserta didik terlibat - Mengaturdinamika kelompok - Menjaga berlangsungnya proses
- Peserta yang aktif - Terlibat langsung dalam pembelajaran - Membangun pembelajaran - Menarik untuk dipecahkan - Menyediakan
kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari
b. Sintak Pembelajaran PBL
Langkah-langkah (syntax) dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas adalah sebagai berikut:
Sintaks model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
1) Mengidentifikasi masalah;
2) Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menseleksi informasi-informasi yang relevan;
3) Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
4) Melakukan tindakan strategis, dan
5) Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.
Sintaks model Problem Based Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas
1) Merumuskan uraian masalah;
2) Mengembangkan kemungkinan penyebab; 3) Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan 4) Mengevaluasi.
4. Model Pembelajaran Berbasis Proyek/Project Based Learning a. Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL, proses
inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja;
2) adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
3) peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan;
4) peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan;
5) proses evaluasi dijalankan secara kontinyu;
6) peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan; 7) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif; dan
8) situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
b. Langkah-Langkah Operasional
Langkah langkah pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dijelaskan dengan diagram di bawah ini.
Gambar 4.1. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek
Penjelasan langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut: 1) Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam dan topik yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2) Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi aturan kegiatandalam penyelesaian proyek.
3) Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik menyusun jadwal aktivitas penyelesaian proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline penyelesaian proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membimbing peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project)
Pengajar bertanggung jawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek, menggunakan rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
5) Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian kompetens, mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik terhadap pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, dan membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6) Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Pada tahap ini peserta didik diminta 1. Penentuan Pertanyaan
Mendasar
6. Evaluasi Pengalaman 5. Menguji Hasil 4. Monitoring 3. Menyusun Jadwal 2. Menyususn
peserta didik mengembangkan diskusi untuk memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahanyang diajukan pada tahap pertama pembelajaran. Peran guru dan peserta didik dalam pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai berikut. c. Peran Guru dan Peserta Didik
Peran guru pada Pembelajaran Berbasis Proyek meliputi: 1) Merencanakan dan mendesain pembelajaran, 2) Membuat strategi pembelajaran, 3) Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa, 4) Mencari keunikan siswa, 5) Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian, dan 6) Membuat portofolio pekerjaan siswa. Peran peserta didik pada Pembelajaran Berbasis Proyek meliputi : 1) Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir, 2) Melakukan riset sederhana, 3) Mempelajari ide dan konsep baru, 4) Belajar mengatur waktu dengan baik, 5) Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok, 6) Mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan, dan 7) Melakukan interaksi sosial (wawancara, survey, observasi, dan lain-lain)
C. PERENCANAAN LANGKAH PEMBELAJARAN
Tidak semua model pembelajaran tepat digunakan untuk semua KD/materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu pula. Demikian sebaliknya mungkin materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu. Untuk itu guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Inquiry/Discovery learning ) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning).
Rambu-rambu penentuan KD menggunakan model pembelajaran penyingkapan (Inquiry/Discovery learning ) dengan kriteria
1. Pernyataan KD-3 dan KD-4 mengarah pada pencarian dan penemuan;
2. Pernyataan KD-3 pada bentuk pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural; dan 3. Pernyataan KD-4 pada taksonomi mengolah dan menalar
Rambu-rambu penentuan KD menggunakan model hasil karya (Problem Based dan Project Based Learning ) dengan kriteria
1. Pernyataan KD-3 dan KD-4 mengarah pada hasil karya berbentuk jasa dan atau produk; 2. Pernyataan KD-3 pada bentuk pengetahuan metakognitif;
3. Pernyataan KD-4 pada taksonomi menyaji dan mencipta; dan
4. Pernyataan KD-3 dan KD-4 yang memerlukan persyaratan penguasaan pengetahuan konseptual dan prosedural.
Langkah pembelajaran pendekatan saintifik harus dapat dipadukan secara sinkron dengan langkah-langkah kerja (syntax) model pembelajaran. Agar memudahkan langkah pensinkronan pendekatan dengan model pembelajaran yang dipilih atas dasar hasil analisis, dapat menggunakan matrik perancah sebagai pertolongan sebelum dituliskan menjadi kegiatan inti pada RPP. Pemaduan atau pensinkronan antara langkah-langkah pendekatan saintifik dan sintaks (langkah kerja) model pembelajaran tersebut, dilakukan sebagai berikut:
1. Pilih pasangan KD-KD dari mata pelajaran yang diampu sesuai dengan silabus dan buku teks siswa terkait;
2. Rumuskan IPK untuk KD dari KI-3 dan KI-4 sesuai dengan gradasi taksonomi dimensi proses kognitif, dimensi pengetahuan, dan dimensi keterampilan yang terkandung di masing-masing KD. Normalnya setiap KD minimal memiliki 2 (dua) indikator;
3. Analisis dan sinkronkan setiap IPK dengan sintaks model pembelajaran (apakah satu IPK menandakan untuk satu sintaks atau beberapa sintak, dan atau beberapa IPK untuk satu sintaks);
4. Tentukan kegiatan peserta didik dan kegiatan guru sesuai dengan langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran yang dipilih, kemudian sinkronkan dengan langkah pendekatan saintifik (5M);
Langkah pendekatan saintifik diawali dengan kegiatan mengamati, lalu diikuti dengan langkah-langkah lainnya yang dapat berulang sesuai kebutuhan belajar peserta didik.
Kegiatan guru dan kegiatan peserta didik mengacu pada langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran dan indikator yang harus dicapai.
5. Pindahkan isi rancangan hasil pengisian matrik pertolongan (kegiatan guru-peserta didik) tersebut ke dalam Kegiatan Inti pada format RPP.
D. CONTOH PEMADUAN SINTAK MODEL PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
Untuk memudahkan perancangan langkah pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang dipilih atas dasar hasil analisis, maka digunakan matrik perancah pemaduan sintak dari model pembelajaran dengan langkah pendekatan saintifik. Matrik perancah pemaduan merupakan pertolongan untuk merancang aktivitas kegiatan inti pada RPP. Penjelasan aktivitas pada perpaduan matrik perancah merupakan kegiatan-kegiatan pembelajaran sesuai dengan tuntutan KI-KD, IPK, materi serta tujuan pembelajaran sebelum dituliskan menjadi kegiatan inti pada RPP.
Tabel 4.3 memperlihatkan contoh matrik perancah untuk menyajikan pasangan KD 3.1 dan 4.1 pada mata pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik, yang disajikan dengam menggunakan model Pembelajaran Discovery.
Sebagai contoh, pembelajaran mata pelajaran peminatan C2 Dasar dan Pengukuran Listrik pada semua aspek pembelajaran (tujuan, materi, proses belajar mengajar, media, sumber, dan penilaian) diupayakan untuk mendekati penggunaan materi kontekstual sesuai kehidupan nyata sehari-hari. Mata Pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik pada prinsipnya terdiri dari dua materi ajar, yaitu: (1) dasar listrik yang berkaitan dengan konsep dan rangkaian listrik dan (2) pengukuran listrik yang berkaitan dengan kondisi operasi berbagai alat ukur listrik, dan penggunaan alat ukur listrik dalam kehidupan nyata
Tabel 4.3. Contoh Matrik Perancah Pemaduan Sintaks Model Pembelajaran Discovery dengan Pendekatan Saintifik pada Mata Pelajaran Dasar dan Pengukuran Listrik untuk KD 3.1 dan 4.1 Konsep Listrik (Materi Gejala Fisik Arus dan Potensial Listrik)
Kompetensi Inti Kompeten
si Dasar IPK Sintaks Model Pembelajar-an Pendekatan saintifik Mengamati Menanya Mengumpulkan
Informasi Menalar Mengomunikasi kan Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
3.1 Menerapk an konsep listrik yang berkaitan dengan gejala fisik arus dan potensial listrik. Mengilustrasi kan proses terbentuknya muatan dan besaran muatan listrik pada suatu bahan Orientasi Masalah Guru menanyakan kepada siswa tentang fenomena alam yang ditampilkan guru terkait fenomena gaya elektrostatis dan muatan listrik melalui gambar/baha n tayang Peserta didik memperhatik an permasalaha n yang diberikan guru tentang fenomena alam terkait dengan gaya elektrostatis Peserta didik bertanya kepada dirinya atau teman kelompok berkaitan dengan permasalahan fenomena gaya elektrostatis dan
Kompetensi Inti Kompeten si Dasar IPK Sintaks Model Pembelajar-an Pendekatan saintifik Mengamati Menanya Mengumpulkan
Informasi Menalar Mengomunikasi kan minatnya untuk memecahkan masalah dan muatan listrik. merumusakan permasalahan nya Menentukan formulasi besaran arus listrik pada suatu bahan penghantar Mengilustrasi kan terbentuknya potensial listrik Pengumpul an data dan verifikasi Guru mendorong peserta didik mengumpulkan informasi dari berbagai media tentang gejala fisik muatan listrik dan formulasi besaran arus listrik serta terbentuknya potensial listrik Peserta didik secara berkelompok berdiskusi membahas permasalahan gejala fisik dan formulasi besaran muatan dan arus listrik serta potensial Peserta didik menggali informasi yang berkaitan dengan konsep muatan, arus dan potensial listrik secara individu. Peserta didik berdiskusi
Kompetensi Inti Kompeten si Dasar IPK Sintaks Model Pembelajar-an Pendekatan saintifik Mengamati Menanya Mengumpulkan
Informasi Menalar Mengomunikasi kan listrik berdasarkanha silpengamatan tentang gejala fisik dan formulasi besaran muatan dan arus listrik serta potensial listrik
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. 4.1 Mendemo nstrasikan konsep listrik yang berkaitan dengan gejala fisik arus dan potensial listrik Melakukan eksperimen untuk mengukur besaran muatan, dan arus listrik Melakukan eksperimen untuk mengukur besaran potensial listrik. Pengumpul an data melalui eksperimen Guru menugaskan peserta didik melakukan eksperimen untuk mengukur besaran muatan dan arus listrik serta potensial listrik. Guru melakukan tutorial kelompok Peserta didik secara berkelompok melakukan eksperimen yang telah Peserta didik melakukan manipulasi dari eksperimen yang didemonstrasi kan oleh guru
Kompetensi Inti Kompeten si Dasar IPK Sintaks Model Pembelajar-an Pendekatan saintifik Mengamati Menanya Mengumpulkan
Informasi Menalar Mengomunikasi kan disiapkan guru di laboratorium Dasar Listrik. Peserta didik mempresentasi kan hasil eksperimen dan memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dan masukan yang muncul pada saat presentasi untuk memperoleh data yang lebih banyak
Pengorgani sasian dan formulasi eksplanasi Guru menugaskan peserta didik memeriksa pola dan hubungan gejala fisik
muatan, arus dan potensial listrik melalui pengkajian mendalam tentang informasi faktual, dan konseptual terkait formulasi besaran
Kompetensi Inti Kompeten si Dasar IPK Sintaks Model Pembelajar-an Pendekatan saintifik Mengamati Menanya Mengumpulkan
Informasi Menalar
Mengomunikasi kan arus dan potensial
listrik secara konseptual Peserta didik melakukan inferensi untuk memformulasi kan besaran muatan, arus dan potensial listrik Peserta didik mempresentasi kan hasil inferensinya untuk memformulasika n besaran muatan, arus, dan potensial listrik dan mendapat tanggapan dan masukan dari kelompok lain. Peserta didik menerima masukan Analisis proses inkuiri Guru menugaskan peserta didik untuk menyempurnaka n hasil pencariannya terkait dengan gejala fisik
Kompetensi Inti Kompeten si Dasar IPK Sintaks Model Pembelajar-an Pendekatan saintifik Mengamati Menanya Mengumpulkan
Informasi Menalar Mengomunikasi kan muatan, arus dan potensial listrik Peserta didik mengamati dan memberikan tanggapan terhadap setiap kelompok penyaji Peserta didik menyempurna-kan hasil pencariannya tentang gejala fisik muatan, arus dan potensial listrik berdasarkan masukan kelompok lain dan guru.
E. LATIHAN
Buatlah Analisis Langkah Pembelajaran untuk memadukan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran yang dipilih dengan menggunakan matrik perancah seperti diperlihatkan dalam tabel contoh
Tabel 4.4. Matrik Perancah Pemaduan Sintaks Model Pembelajaran ... dengan Pendekatan Saintifik pada Mapel ...
untuk KD 3... dan 4...., ...( ...) Kompetensi Inti Kompetensi
Dasar IPK Sintaks Model Pembelajar an Pendekatan Saintifik Mengamati Menanya Mengumpulkan
Informasi Menalar
Mengomunikasi kan