SKRIPSI
EFEK PERBANDINGAN SURFAKTAN DAN
KOSURFAKTAN PADA MIKROEMULSI OVALBUMIN
TIPE W/O DENGAN MINYAK KEDELAI TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA
(Mikroemulsi W/O dengan Surfaktan Span 80 –Tween 80 :
Kosurfaktan Etanol 96%= 5:1; 6:1 dan 7:1)
FARIDA MUTIARA SARI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
SKRIPSI
EFEK PERBANDINGAN SURFAKTAN DAN
KOSURFAKTAN PADA MIKROEMULSI OVALBUMIN
TIPE W/O DENGAN MINYAK KEDELAI TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA
(Mikroemulsi W/O dengan Surfaktan Span 80 –Tween 80 :
Kosurfaktan Etanol 96%= 5:1; 6:1 dan 7:1)
FARIDA MUTIARA SARI
NIM: 051011018
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMASETIKA
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul
EFEK PERBANDINGAN SURFAKTAN DAN KOSURFAKTAN PADA MIKROEMULSI OVALBUMIN TIPE W/O DENGAN MINYAK KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN
KIMIA
(Mikroemulsi W/O dengan Surfaktan Span 80 –Tween 80 : Kosurfaktan Etanol 96%= 5:1; 6:1 dan 7:1)
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet, digital library, perpustakaan Universitas Airlangga atau media lain untuk kepentingan akademik sebatas sesuai Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi skripsi/karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.
Surabaya, 25 September 2014
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Farida Mutiara Sari
NIM : 051011018
Fakultas : Farmasi
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil skripsi/tugas akhir yang saya tulis dengan jujur:
EFEK PERBANDINGAN SURFAKTAN DAN KOSURFAKTAN PADA MIKROEMULSI OVALBUMIN TIPE W/O DENGAN MINYAK KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN
KIMIA
(Mikroemulsi W/O dengan Surfaktan Span 80 –Tween 80 : Kosurfaktan Etanol 96%= 5:1; 6 :1 dan 7:1)
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari diketahui bahwa skripsi ini merupakan hasil dari plagiarisme, maka saya bersedia menerima sangsi berupa pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 25 September 2014
Lembar Pengesahan
EFEK PERBANDINGAN SURFAKTAN DAN
KOSURFAKTAN PADA MIKROEMULSI OVALBUMIN
TIPE W/O DENGAN MINYAK KEDELAI TERHADAP
KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA
(Mikroemulsi W/O dengan Surfaktan Span 80 –Tween 80 :
Kosurfaktan Etanol 96%= 5:1; 6:1 dan 7:1)
SKRIPSI
Dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Oleh:
FARIDA MUTIARA SARI NIM: 051011018
Skripsi telah disetujui oleh:
Pembimbing Utama
Dra. Hj. Esti Hendradi, Apt., M.Si, Ph.D NIP. 195711141987032001
Pembimbing Serta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “EFEK PERBANDINGAN SURFAKTAN DAN KOSURFAKTAN PADA MIKROEMULSI OVALBUMIN TIPE W/O DENGAN MINYAK KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA (Mikroemulsi W/O dengan Surfaktan Span 80 –Tween 80 : Kosurfaktan Etanol 96%= 5:1; 6 :1 dan 7:1)”, untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi Univesitas Airlangga.
Penulis menyadari bahwa selama pengerjaan skripsi ini terdapat banyak hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan Allah serta bantuan dan dorongan moral dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini ucapan terima kasih penulis sampaikan pada:
1. Dra. Hj. Esti Hendradi, Apt., M.Si., Ph.D selaku pembimbing utama dan Dr. Riesta Primaharinastiti, SSi, Apt., M.Si. selaku pembimbing serta atas semua bantuan, bimbingan, perhatian dan nasehat selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Dra. Retno Sari, Apt., M.,Sc dan Dra. Tristiana Erawati, Apt., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi masukan, saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Fasich, Apt. selaku Rektor Universitas Airlangga yang
telah memberikan kesempatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Dr. Hj. Achmad Radjaram, Apt. selaku dosen wali penulis atas segala motivasi yang diberikan saat perwalian.
6. Para dosen Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang berguna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan menyelesaikan program pendidikan apoteker dengan baik. 7. Ayah, Ibu, Mas Anta dan Iin serta keluarga besar yang sangat
penulis cintai. Terimakasih atas doa, cinta dan kasih sayang yan gtak berhenti mengalir untuk diberikan kepada penulis.
8. Teman seperjuangan skripsi, Ninis terimakasih atas segala
bantuan, semangat dan kerjasamanya. Terimakasih juga untuk teman-teman skripsi di Departemen Farmasetika atas kerjasamanya selama ini.
9. Anggota kelompok praktikum (Dani, Novita, Dita, Chyntia,
Merry dan Windy) yang selalu bersama-sama dalam pengerjaan tugas.
10. Kelac C Fakultas Farmasi Universitas Arlangga angkatan 2010
terima kasih atass jiwa kekeluargaannya samapi kini dan seoga nanti.
11. Seluruh teman-teman angkatan 2010 yang dengan perjuangan
dan lika-likunya selama ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan baik kritik maupun saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kefarmasian.
Surabaya, 25 September 2014
RINGKASAN
EFEK PERBANDINGAN SURFAKTAN DAN KOSURFAKTAN PADA MIKROEMULSI OVALBUMIN TIPE W/O DENGAN MINYAK KEDELAI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN
KIMIA
(Mikroemulsi W/O dengan Surfaktan Span 80 –Tween 80 : Kosurfaktan Etanol 96%= 5:1; 6:1 dan 7:1)
Farida Mutiara Sari
Mikroemulsi sebagai sistem penghantaran obat dapat diaplikasikan untuk penghantaran oral, parenteral, topikal, opthalmic, dan nasal. Sistem mikroemulsi dapat melindungi bahan obat dari biodegradasi. Ovalbumin merupakan salah satu protein carrier dapat digunakan sebagai adjuvan sediaan vaksin, apabila peptida antigen pendek berikatan dengan ovalbumin maka akan memberikan respon imun yang kuat. Disisi lain, vaksin bayak dikembangkan untuk penggunaan topikal. Imunisasi topikal memberikan keuntungan yang lebih daripada vaksin yang diberikan secara parenteral karena imunisasi topikal dapat menginduksi respon fungsi imun secara poten. Sel langerhans yang ada di epidermis akan menghadirkan sel yang berkemempuan sebagai sistem imun dikulit. Sehingga mikroemulsi merupakan sistem penghantaran yang dirasa tepat untuk Ovalbumin.
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sistem mikroemulsi yang terbaik sebagai pembawa bahan aktif ovalbumin. Pada peneliatian ini dibuat mikroemulsi tipe w/o dengan pendekatan HLB 7 dengan jumlah surfaktan(Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) sebesar 60%. Perbandingan surfaktan Span 80-Tween 80 dan kosurfaktan etanol yang digunakan adalah 5:1; 6:1; dan 7:1. Pengamatan karakteristik yang dilakukan adalah organoleptis, pH, ukuran droplet mikroemulsi, tegangan permukaan dan daya jebak mikroemulsi terhadap ovalbumin dimana masing-masing dilakukan replikasi sebanyak tiga kali.
Pemeriksaan pH mikroemulsi menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antar formula baik sebelum maupun sesudah penambahan ovalbumin. pH Formula 5:1; 6:1; dan 7:1 tanpa ovalbumin berturut-turut adalah 6,89±5,77x10-3; 6,87±0,010 dan 6,76±0,026. Sedangkan pH Formula 5:1; 6:1 dan 7:1 dengan ovalbumin berturut-turut adalah 6,95±0,036; 6,90±5,77x10-3; dan 6,8±95,77x10-3. Berdasarkan uji statistik
menggunakan ANOVA One Way pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05)
terdapat perbadaan bermakna pada masing-masing formula. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan independent sample t-test pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) menunjukkan bahwa adanya ovalbumin dalam formula tersebut mempengaruhi pH mikroemulsi.
Tegangan permukaan mikroemulsi tanpa ovalbumin dengan perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) 5:1;
6:1 dan 7:1 adalah 370,5±0,00; 356,2±4,50 dan 390,0±0,00 Nm-2. Tegangan
permukaan mikroemulsi dengan ovalbumin dengan perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) 5:1; 6:1 dan 7:1 adalah
0,3297±0,00513; 0,339,7±0,00153 dan 0,3377±0,00351 Nm-2. Berdasarkan
uji statistik menggunakan ANOVA One Way pada derajat kepercayaan 95%
(α=0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tegangan permukaan ketiga formula tanpa ovalbumin dan ketiga formula dengan
ovalbumin. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan independent sample
t-test pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap tegangan permukaan antara sebelum dan sesudah penambahan ovalbumin menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang bermakna pada tegangan permukaan sebelum dan sesudah ditambah ovalbumin pada ketiga formula.
Pemeriksaan ukuran droplet mikroemulsi menggunakan alat Delsa™ Nano Submicron Particle size and Zeta Potentialt Dynamic Light Scattering. Diameter droplet mikroemulsi tanpa ovalbumin dengan perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) 5:1; 6:1 dan 7:1 adalah 30,7±4,01; 27,6±2,97 dan 27,1±1,70 nm Berdasarkan uji
statistik menggunakan ANOVA One Way Berdasarkan uji statistik
menggunakan pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara ketiga formula yang dibuat. Diameter droplet mikroemulsi dengan ovalbumin dengan perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) 5:1; 6:1 dan 7:1 adalah 26,4±0,95; 23,8±0,26 dan 25,0±1,14 nm. Uji statistik menggunakan
ANOVA One Way Berdasarkan uji statistik menggunakan pada derajat
ditambahkan dalam formula tidak mempengaruhi diameter drolpet mikroemulsi.
Pengamatan penjebakan ovalbumin dalam mikroemulsi menjukkan hasil ovalbumin yang terjebak dan mikroemulsi dengan perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) 5:1; 6:1 dan 7:1 adalah 25,77±10,12; 46,01±10,12 dan 29,14±5,84 %.
Berdasarkan uji statistik menggunakan ANOVA One Way pada derajat
kepercayaan 95% (α=0,05) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada penjebakan ketiga formula tersebut.
ABSTRACT
EFFECT OF COMPARISON OF SURFACTANT AND COSURFACTANT O/W MICROEMULSION OVALBUMIN WITH SOYBEAN OIL TO PHYSICOCHEMICAL CHARACTERIZATION
(w/o Microemulsion with Surfactant Span 80- Tween 80 : Cosurfactant Ethanol 96% = 5:1; 6:1 dan 7:1)
Farida Mutiara Sari
The aim of this study was to characterized w/o microemulsion with different comparison surfactant (Span 80- Tween 80) : cosurfactant (ethanol) 5:1; 6:1 dan 7:1. Micremulsion was loaded with ovalbumin. Loaded and unloaded microemulsion were examined for organoleptics, pH, droplet size and suface tension. These microemulsions showed similarity in organoleptics (yellow colored, transparent, and high fluidity solution. Result showed that pH for loaded microemulsion higher than unloaded microemulsion. The droplet size of loaded and unloaded microemulsion not differant significantly. Surface tension of microemulsion that loaded with ovalbumin have lower value than unloaded microemulsion. The drug entrapment of these microemulsion are 0,26±0,10 %b/v for formula 5:1, 0,46±0,10 %b/v for formula 6:1 and 0,29±0,06 %b/v for formula 7:1.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
RINGKASAN ... x
ABSTRACT ... xiii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Permasalahan ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Ovalbumin ... 6
2.2 Mikroemulsi ... 7
2.2.1 Definisi dan Struktur Mikroemulsi ... 7
2.2.2 Teori Pembentukan Mikroemulsi ... 8
2.2.3 Komponen Mikroemulsi ... 10
2.2.5 Keuntungan Mikroemulsi ... 13
2.2.6 Bahan Penyusun Mikroemulsi ... 14
2.3 Evaluasi Karakteristik Mikroemulsi ... 19
2.3.1 Organoleptis ... 19
2.3.2 Evaluasi Tegangan Antarmuka ... 20
2.3.3 Evaluasi Ukuran Droplet Mikroemulsi ... 20
2.3.4 Evaluasi Daya Jebak ... 21
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 22
BAB IV METODE PENELITIAN ... 24
4.1 Bahan dan Alat ... 24
4.1.1 Bahan Penelitian ... 24
4.1.2 Alat Penelitian ... 24
4.2 Metode Kerja ... 24
4.3 Analisa Kualitatif Bahan Penelitian ... 26
4.3.1 Ovalbumin ... 26
4.3.2 Minyak Kedelai ... 26
4.4 Pembuatan Mikroemulsi ... 27
4.4.1 Formula Mikroemulsi ... 27
4.4.2 Cara Pembuatan Mikroemulsi ... 27
4.5 Evaluasi Karakteristik Mikroemulsi ... 28
4.5.1 Pemeriksaan Organoleptis Mikroemulsi ... 28
4.5.2 Evaluasi pH ... 28
4.5.3 Evalusi Tegangan Permukaan ... 28
4.5.4 Evalusi Distribusi Droplet Mikroemulsi ... 29
4.7 Analisa Statistik ... 31
4.7.1 Pemeriksaan Organoleptis ... 31
4.7.2 Pengukuran pH Mikroemulsi, Tegangan Permukaan, Ukuran Droplet dan Daya Jebak ... 31
BAB V HASIL PENELITIAN ... 33
5.1 Hasil Analisis Kualitatif Bahan Penelitian ... 33
5.1.1 Ovalbumin ... 33
5.1.2 Minyak Kedelai ... 33
5.2 Pemeriksaan Mikroemulsi ... 34
5.2.1 Pemeriksaan Organoleptis ... 34
5.2.2 Pemeriksaan pH ... 37
5.2.3 Pemeriksaan Tegangan Permukaan ... 39
5.2.4 Pemeriksaan Ukuran Droplet ... 41
5.2.5 Pemeriksaan Penjebakan Ovalbumin ... 43
BAB VI PEMBAHASAN ... 47
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
7.1 Kesimpulan ... 54
7.2 Saran... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II.1 Perbedaan mikroemulsi dan emulsi ... 8
IV.1 Formula mikroemulsi ... 27
IV.2 Pembuatan larutan baku kerja ovalbumin ... 30
V.1 Hasil pemeriksaan kualitatif ovalbumin ... 33
V.2 Hasil pemeriksaan kualitatif minyak kedelai ... 33
V.3 Pemeriksaan organoleptis mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol tanpa bahan aktif ... 36
V.4 Pemeriksaan organoleptis mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol dengan bahan aktif ... 36
V.5 Pemeriksaa pH mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol ... 37
V.6 Pemeriksaan tegangan permukaan mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol ... 39
V.7 Pemeriksaan ukuran droplet mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol ... 41
V.8 Nilai absorbansi ovalbumin pada berbagai kadar ... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Pembentukan mikroemulsi ... 9
2.2 Gambaran skematis mikroemulsi: (a) minyak dalam air, (b) bicontinous, dan (c) air dalam minyak ... 10
2.3 Efek perbandingan surfaktan:kosurfaktan (S/CoS) terhadap derah terbentuknya mikroemulsi. Mikroemlusi terdiri dari IPM (fase minyak), air (fase air) dan Tween 80 dan etanol sebagai
3.1 Bagan kerangka konseptual ... 23
4.1 Bagan kerangka kerja ... 25
4.2 Skema pembuatan formula mikroemulsi ... 28
5.1 Tampilan sistem mikroemulsi w/o (dengan surfaktan Span 80-Tween 80 : kosurfaktan etanol = 5:1) (a) tanpa bahan aktif (b) dengan bahan aktif ... 34
5.2 Tampilan sistem mikroemulsi w/o (dengan surfaktan Span 80-Tween 80 : kosurfaktan etanol = 6:1) (a) tanpa bahan aktif (b) dengan bahan aktif ... 35
5.3 Tampilan sistem mikroemulsi w/o (dengan surfaktan Span 80-Tween 80 : kosurfaktan etanol = 7:1) (a) tanpa bahan aktif (b) dengan bahan aktif ... 35
5.5 Histogram tegangan permukaan mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) : kosurfaktan etanol ... 40
5.6 Histogram ukuran droplet mikroemulsi w/o dengan surfaktan
(Span 80-Tween 80) : kosurfaktan etanol ... 42 5.7 Profil kurva baku ovalbumin ... 44
5.8 Histogram penjebakan ovalbumin dalam mikroemulsi w/o
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Sertifikat Analisis ... 58
2. Cara Perhitungan Formula ... 67
3. Spektra UV Ovalbumin Setelah Ditambah CBB ... 68
4. Hasil Uji Penjebakan Ovalbumin dalam Mikroemulsi ... 69
5. Hasil Pengamatan Ukuran Droplet ... 70
6. Hasil Pengolahan Statistik dengan SPSS ... 88
7. Tabel disrtibusi r ... 108
8. Tabel t ... 109
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Permasalahan
Mikroemulsi merupakan campuran isotropik yang terdiri dari sedikitnya satu komponen hidrofilik, satu komponen hidrofobik dan satu komponen ampifilik. Ketiga komponen tersebut stabil secara termodinamik dan mempunyai ukuran nano. Kedua karakteristik tersebut yang membedakan mikroemulsi dengan emulsi biasa yang secara termodinamik tidak stabil (Moghimipour et al., 2013). Komponen dalam mikro emulsi terdiri dari fase minyak, air, surfaktan dan kosurfaktan (Pathan et al., 2012). Secara struktur mikroemulsi dapat dibagi menjadi minyak dalam air (o/w),
air dalam minyak (w/o) dan mikroemulsi bicontinous. Pada tipe
2-(2-etoksietoksi)ethanol (Transcutol) dan etanol (Jha et al., 2011).Penggunaan konsentrasi surfaktan dan kosurfaktan yang optimum menurunkan tegangan permukaaan antara droplet minyak. Mikroemulsi merupakan sistem yang kompleks, strukturnya bisa terganggu dengan adanya perubahan konsentrasi komponen pembentuknya (Pathan et al. 2012).
Penggunaan mikroemulsi dapat diaplikasikan dalam banyak hal. Mikroemulsi sebagai sistem penghantaran obat dapat diaplikasikan untuk penghantaran oral, parenteral, topikal, opthalmic, dan nasal (Jha et al., 2011). Sistem mikroemulsi dapat memperbaiki kelarutan dan bioavailabilitas obat, melindungi terhadap biodegenerasi, dan dapat memberikan efek sustain release (Pathan, et al., 2012). Beberapa keuntungan bentuk sediaan mikroemulsi antara lain adalah meningkatkan laju absorbsi, mengurangi variabilitas absorbsi, membantu pelarutan obat-obat lipofil, membantu menutupi rasa, dan membutuhkan sedikit energi dalam pembuatannya (Jha et al., 2011). Sistem mikroemulsi dapat melindungi bahan obat dari biodegradasi (Pathan, et al., 2012).
dikembangkan untuk penggunaan topikal. Imunisasi topikal memberikan keuntungan yang lebih daripada vaksin yang diberikan secara parenteral karena imunisasi topikal dapat menginduksi respon fungsi imun secara poten. Sel langerhans yang ada di epidermis akan menghadirkan sel yang berkemempuan sebagai sistem imun di kulit (Gupta et al., 2004). Sehingga mikroemulsi merupakan sistem penghantaran yang dirasa tepat untuk Ovalbumin.
5:1; 6:1; dan 7:1, didapatkan ukuran droplet yang paling kecil adalah pada formula dengan perbandingan surfaktan dan kosurfaktan 4:1 kemudian 5:1 dan 6:1 (Nurkhasanah, 2013). Tetapi pada penelitian tersebut hanya formula 4:1 yang ditambah dengan ovalbumin untuk dikarakterisasi. Evaluasi yang dilakukan dalam mikroemulsi antara lain organoleptis, pH, tegangan permukaan, ukuran droplet dan kapasitas penjebakan ovalbumin .Penentuan ukuran droplet menggunakan Delsa™ Nano Submicron Particle size and Zeta Potentialt Dynemic Light Scattering. Untuk menentukan ovalbumin yang tejebak menggunakan metode dengan pereaksi Coomasie Brilliant Blue.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana efek perbandingan surfaktan dan kosurfaktan terhadap
karakteristik fisik dan kimia (pH, tegangan permukaan dan ukuran droplet) dan kapasitas penjebakan ovalbumin dalam sistem mikroemulsi w/o dengan minyak kedelai dan surfaktan Span80-Tween80: kosurfaktan etanol 96% = 5:1; 6:1; dan 7:1?
2. Manakah formula terbaik dari ovalbumin dalam sistem
mikroemulsi w/o dengan minyak kedelai dan surfaktan Span80-Tween80: kosurfaktan etanol 96% = 5:1; 6:1; dan 7:1 ditinjau dari karakteristik fisik dan kimia (pH, tegangan permukaan dan ukuran droplet) dan kapasitas penjebakan ovalbumin?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menentukan karakteristik fisik dan kimia (pH, tegangan
surfaktan Span80-Tween80: kosurfaktan etanol 96%= 5:1; 6:1; dan 7:1
2. Menentukan formula terbaik dari ovalbumin dalam sistem
mikroemulsi w/o dengan minyak kedelai dan surfaktan Span80-Tween80: kosurfaktan etanol 96% = 5:1; 6:1; dan 7:1 ditinjau dari karakteristik fisik dan kimia (pH, tegangan permukaan dan ukuran droplet) dan kapasitas penjebakan ovalbumin.
1.4 Manfat Penelitian
BAB II
Berat molekul : 44,5 kDa (Alleoni, 2006)
Suhu denaturasi : 84,0ºC (Alleoni, 2006)
Pemerian : serbuk (www.chemicalbook.com)
Kelarutan : dalam air 50mg/mL, tidak berwarna sampai sedikit
kekuningan (www.chemicalbook.com)
Stabilitas : dapat terdenaturasi apabila terkena panas, absorsi
permukaan, agitasi atau adanya agen denaturasi (Alleoni, 2006).
Ovalbumin (OVA) terdapat dalam 54% dari total protein yang ada pada putih telur. Ovalbumin merupakan monomer, phosphoglikoprotein globular dengan dengan berat molekul 44,5 kDa. Ovalbumin mengandung 3,5 % karbohidrat dan mempunyai 4 gugus sulfihidril dan satu gugus disulfida (Alleoni, 2006). Ovalbumin merupakan salah satu protein carrier, apabila peptida antigen pendek berikatan dengan ovalbumin maka akan
memberikan respon imun yang kuat (Fujita et al., 2011). Ovalbumin dapat
telur akan mempengaruhi sifat fisika kimia seperti perubahan transmittan sigmaiod dan hilangnya kelarutan secara irreversibel. Koagulasi dan/atau pengendapan protein terjadi pada 74°C/20 menit (Akkouche et al., 2012).
Ovalbumin merupakan salah satu contoh protein cadangan yang berfungsi sebagai cadangan asam amino (Campbell, 1999). Selain itu ovalbumin juga dapat digunakan sebagai khelat logam berat dan digunakan pada kasus keracunan logam berat (Dominizczak et al., 2004). Pada penelitian lain ovalbumin digunakan dalam bidang immunologi, biasanya digunakan untuk merangsang reaksi alergi pada subyek tes, misalnya dibuat sebagai model alergen (Mine et al., 2003).
2.2 Mikroemulsi
2.2.1 Definisi dan Struktur Mikroemulsi
bicontinous. Struktur internal pembawa mikroemulsi sangat penting untuk difusi dari fase, dan juga difusi obat ke dalam masing-masing fase (Talegaonkar et al. 2008). Perbedaan antara mikroemulsi dan emulsi dapat dilihat pada tabel II.1.
Tabel II.1 Perbedaan mikroemulsi dan emulsi (Talegaonkar et al. 2008)
Sifat Mikroemulsi Emulsi
Penampakan Transparan Keruh
Isotropi optik Isotropik Anisotropik
Tegangan
antarmuka Sangat rendah Tinggi
Strukturmikro Dinamik (antarmuka
mengalami fluktuasi
Stabilitas Stabil secara
termodinamik, shelf-life
Fase Monophasic Biphasic
Pembuatan Pembuatannya mudah,
untuk produksi
Viskositas Viskositas rendah Viskositas lebih
tinggi
2.2.2 Teori Pembentukan Mikroemulsi
Pembentukan mikroemulsi dapat diilustrasikan dalam tiga teori,
a. Teori antarmuka atau mixed film
c. Perlakuan termodinamik
Surfaktan mengurangi tegangan antarmuka antara droplet air yang memberi sejumlah energi bebas terhadap mikroemulsi dan perubahan entropi dapat dilihat menggunakan persamaan
...(1) Dimana ΔGf adalah energi bebas pembentukan γ adalah tegangan antarmuka minyak-air, ΔA adalah perubahan area antarmuka minyak-air, ΔS merupakan perubahan entropi sistem dan T merupakan temperatur. Harus diingat bahwa ketika mikroemulsi terbentuk perubahan pada A sangat besar karena terbentuk droplet yang sangat kecil dalam jumlah yang sangat besar. Untuk membentuk mikroemulsi nilai negatif diperlukan. Pembentukan mikroemulsi dapat di deskripsikan seperti yang ada pada gambar 2.1 dibawah ini:
ΔGm = perubahan energi bebas pembentukan mikroemulsi
ΔG1 = perubahan energi bebas untuk peningkatan luas permukaan total ΔG2 = perubahan energi bebas interaksi antar droplet
ΔG3 = perubahan energi bebas untuk adsorpsi surfaktan pada antarmuka minyak/air
ΔS = peningkatan entropi untuk pemdispersian minyak sebagai droplet
Gambar 2.2 Gambaran skematis mikroemulsi: (a) minyak dalam air, (b) bicontinous, dan (c) air dalam minyak (Pathan et al., 2012)
2.2.3 Komponen Mikroemulsi
Minyak dan surfaktan dalam jumlah yang besar memungkinkan untuk pembuatan mikroemulsi tetapi penggunaannya terbatas karena toksisitas, kemungkinan mengiritasi dan mekanisme aksi yang belum jelas. Minyak dan surfaktan yang digunkan dalam formula mikroemulsi harus kompatibel, non-toksik, aseptabel, dan penggunaan emulsifier pada rentang konsentrasi yang semestinya dan penggunaan bahan tambahan yang aman.
a. Fase minyak
b. Surfaktan
Peran surfaktan dalam formulasi mikroemulsi adalah untuk mengurangi tegangan antarmuka yang akan membantu proses dispersi selama pembuatan mikroemulsi dan menghasilkan droplet dengan permukaan yang fleksibel. Surfaktan harus mempunyai karakter lipofilitas yang cocok. Secara umum HLB rendah cocok untuk mikroemulsi w/o, sedangkan HLB tinggi (>12) cocok untuk mikroemulsi o/w. Bebrapa surfaktan yang umum digunakan dalam mikroemulsi adalah Polisorbat (Tween 80 and Tween 20), Lauromakrogol 300, Lesitin, Desil poliglukosida (Labrafil M 1944 LS), Poligliseril-6-dioleat (Plurol Oleique), Dioktil sodium sulfosuksinat (Aersol OT), PEG-8 kaprilik/kapril glyserid (Labrasol).
c. Kosurfaktan
Kosurfaktan digunakan dalam mikroemulsi dengan alasan kosurfaktan membuat lapisan antarmuka menjadi fleksibel, alkohol rantai pendek sampai sedang (C3-C8) mengurangi tegangan antarmuka dan meningkatkan fluiditas antarmuka, surfaktan dengan HLB lebih dari 20 membutuhkan kosurfaktan untuk mengutangi nilai HLB efektif menjadi rentang yang diinginkan dalam formula.
2.2.4 Diagram Fase
Diagram fase menunjukkan batasan perbedaan fase sebagai fungsi komposisi komponen mikroemulsi. Karena ada lebih dari tiga komponen pembentuk mikroemulsi maka salahsatu sumbu merupakan rasio dari dua komponen (biasanya camporan surfaktan dan kosurfaktan dan sumbu lainnya menunjukkan komponen air dan minyak. Bisanya campuran surfaktan dipilih untuk menentukan daerah dimana akan tebentuk mikroemulsi. Minyak dan surfaktan dicampur dan secara perlahan-lahan dititrasi menggunakan air. Tiap penambahan air sistem diperiksa kejernihan dan birefringence dan perbandingan masing-masing komponen dihitung dan dicatat. Perbandingan dimana terbentuk mikroemulsi diplotkan pada
diagram fase pseudoternary. Gambar 2.2 Menunjukkan bagaimana
Gambar 2.3 Efek perbandingan surfaktan:kosurfaktan (S/CoS) terhadap derah terbentuknya mikroemulsi. Mikroemlusi terdiri dari IPM (fase minyak), air (fase air) dan Tween 80 dan etanol sebagai surfaktan dan kosurfaktan. A 1: 1 w/w S/CoS; B 1: 2 w/w S/CoS; C 1: 4 w/w S/CoS; D 1: 8 S/CoS (Santos et al., 2008).
2.2.5 Keuntungan Mikroemulsi
Mikroemulsi menunjukkan beberapa keuntungan dibanding dengan bentuk sediaan konvensional
a. Mikroemulsi merupakan sistem yang stabil dibandingkan dengan
emulsi dan stabilitasnya memungkinkan self-emulsification dari sistem yang sifatnya tidak tergantung dari proses kelanjutannya.
b. Mikroemulsi merupakan obat 'supersolvents'. Obat yang bersifat
c. Dibandingkan emulsi dan suspensi, rata-rata diameter droplet mikroemulsi dibawah 0,22 µm sehingga sistem ini dapat disterilkan menggunakan metode filtrasi.
d. Karena stabil secara termodinamik, maka mikroemulsi mudah dibuat
dan tidak memerlukan energi yang besar dalam pembuatannya. Mikroemulsi mempunyai viskositas yang rendah jika dibandingkan dengan emulsi.
e. Penggunaan mikroemulsi dalam penghantaran obat dapat
meningkatkan khasiat obat yaitu dalam hal dosis total. Pembentukan mikroemulsi bersifat reversible. Mikroemulsi mungkin tidak stabil pada suhu rendah dan saat mikroemulsi berada pada suhu stabilitasnya maka sistem mikroemulsi akan terbentuk kembali (Pathan et al., 2012)
2.2.6 Bahan Penyusun Mikroemulsi 2.2.6.1 Tween 80
Sinonim : Polysorbate 80
Nama kimia : Polyoxyethylene 20 sorbitan monooleate
Rumus molekul : C64H124O26
Berat molekul : 1310
Rumus Bangun :
w + x + y + z = 20 R = asam lemak
Pemerian : memiliki bau yang spesifik dan dan rasa pahit. Pada 25ºC berbentuk cairan berminyak berwarna kuning.
Kelarutan : larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam minyak
mineral dan minyak sayur
Nilai hidroksil : 65-80
Titik didih : 149ºC
pH : 6.0–8.0 for a 5% w/v aqueous solution
Nilai HLB : 15,0
Fungsi : Emulsifying agent, solubilizing agent, dan wetting
agent.
Inkompatibilitas : perubahan warna dan pengendapan akan muncul
pada beberapa senyawa terutama fenol, tanin, tar, dan bahan menyerupai tar. Aktivitas antimikroba paraben menurun dengan adanya polisorbat.
(Rowe et al., 2009) 2.2.6.2 Span 80
Sinonim : Sorbitan monooleate
Nama kimia : (Z)-Sorbitan mono-9-octadecenoate
Rumus molekul : C24H44O6
Rumus Bangun :
R = (C17H33)COO
Gambar 2.5 Rumus bangun Span 80 (Rowe et al., 2009)
Pemerian : Larutan kental berwarna kuning.
Kelarutan : Sorbitan ester umumnya larut atau terdispersi dalam
minyak, dan larut dalam banyak pelarut organik. Dalam air, walaupun tidak larut, umumnya terdispersi.
Nilai hidroksil : 193–209
Nilai HLB : 4,3
Fungsi : Dispersing agent; emulsifying agent; nonionic
surfactant; solubilizing agent; suspending agent; wetting agent.
(Rowe et al., 2009)
2.2.6.3 Minyak kedelai
Sinonoim : Aceite de soja; Calchem IVO-114; Lipex 107; Lipex
Pemerian : jernih, berwarna kuning muda, tidak berbau dan larutan hampir tidak berbau, rasa lembut dan membeku pada suhu -10 sampai -16ºC.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%) dan air,
campur dengan carbon disulfide, kloroform, eter, dan light petroleum.
Densitas : 0.916–0.922 g/cm3 pada 25ºC.
Nilai hidroksil : 4-8
Indeks bias : nD25=1.471–1.475
Viskositas : 172.9 mPa s (172.9 cP) pada 0ºC;
99.7 mPa s (99.7 cP) pada 10ºC; 50.09 mPa s (50.09 cP) pada 25ºC; 28.86 mPa s (28.86 cP) pada 40ºC.
Fungsi : Oleaginous vehicle, pelarut.
Stabilitas : Minyak kedelai merupakan bahan yang stabil jika
terlindung dari oksigen atmosfer. Rasa akan menjadi tidak enak dipercepat oleh adanya tembaga 0,01 ppm dan besi 0,1 ppm, yang merupakan katais oksidasi, hal ini dapat diminimalisir dengan penambahan agen pengkhelat.
Minyak kedelai sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya pada temperatur tidak lebih dari 25ºC
Inkompatibilitas : Emulsi minyak kedelai diketahui inkompatibel pada
25ºC pada beberapa bahan seperti kalsium klorida, kalsium glukonat, magnesium klorida, phenytoin sodium, dan tetrasiklin hidroklorida. Konsentrasi yang rendah dari bahan ini dapat meningkatkan
kompatibilitasnya. Ampoterisin B diketahui
inkompatibel dengan minyak kedelai dengan emulsi lemak.
(Rowe et al., 2009)
2.2.6.4 Etanol (96%)
Sinonim : Ethanolum (96 %); ethyl alcohol; ethyl hydroxide;
grainalcohol; methyl carbinol.
Nama Kimia : Etanol
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Rumus bangun :
Gambar 2.6 Rumus bangun etanol (Rowe et al., 2009)
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, mobile, dan mudah
Kelarutan : Campur dengan kloroform, eter, gliserin, dan air (dengan peningkatan temperatur dan kontraksi volume)
Titik didih : 78,15ºC
Fungsi : Pengawet, desinfektan, skin penetrant, solven.
Stabilitas : Harus disimpan pada wadah yang kedap udara dan
sejuk.
Inkompatibilitas : dalam kondisi asam dapat bereaksi dengan oksidator.
Campuran dengan alkali dapat menyebabkan warna menjadi gelap dan menghasilkan aldehid. Garam organik atau akasia dapat mengendap. Inkompatibel dengan wadah aluminium.
(Rowe et al., 2009)
2.3 Evaluasi Karakteristik Mikroemulsi
Karakterisasi dari mikroemulsi penting untuk kontrol kualitas. Parameter-parameter penting yang dievaluasi pada penelitian ini adalah organoleptis, pH, tegangan permukaan, ukuran droplet serta penjebakan ovalbumin dalam sistem mikroemulsi.
2.3.1 Organoleptis
2.3.2 Evaluasi Tegangan Antarmuka
Pembentukan dan sifat dari mikroemulsi dapat diketahui dengan mengukur tegangan antarmuka. Nilai tegangan antarmuka yang sangat rendah berhubungan dengan pembentukan fase. Alat Spinning-drop dapat digunakan untuk untuk mengukut tegangan antarmuka yang sangat rendah. Tergangan antarmuka yang terukur merupakan bentuk turunan dari pengukuran bentuk droplet dari fase dengan berat jenis rendah, dikelilingi oleh fase dengan berat jenis tinggi (Jha et al., 2011).
2.3.3 Evaluasi Ukuran Droplet Mikroemulsi
Ukuran droplet mikroemulsi dapat ditentukan menggunakan alat Dynamic Light Scattering. PCS (yang juga dikenal sebagai Dynamic Light Scattering) mengukur perubahan intensitas pancaran sinar yang disebabkan oleh pergeraakan partikel (gerak brown). Metode ini dapat mengukur antara 3 nm-3 µm. Hal ini menunjukkan bahwa PCS merupakan alat yang baik untuk menentukan nanopartikel tetapi tidak dapat mendeteksi mikropartikel lebih besar.
PCS merupakan teknik yang biasa digunakan untuk menentukan diameter ukuran partikel rata-rata dan lebar distribusi ukuran partikel yang ditunjukkan sebagai polidispersity index (PI) (Hommos, 2008).
pecahan cahaya menjadi cepat dan begitu juga sebaliknya. Ukuran partikel diukur berdasarkan fluktuasi rata-rata intensitas pecahan cahaya.
Lebar distribusi ukuran dinyatakan dengan PI. PI akan bernilai 0,0 ketika terukur partikel monodispersi (hanya satu ukran partikel yang terdeteksi (Hommos, 2008).
2.3.4 Evaluasi Daya Jebak
Tempat terlarutnya obat dalam sistem mikroemulsi tergantung pada sifat hidrofobisitas dan struktur dari solut. Solut yang berhubungan dengan antarmuka dapat mempengaaruhi ukuran dan bentuk dari mikroemulsi. Pelarutan obat dalam sistem mikroemulsi dimulai dari pelarutannya pada antarmuka sistem mikroemulsi. Fenomena terlarutnya obat pada antarmuka
tidak hanya mempengaruhi kapasitas loading obat tetapi juga
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
Ovalbumin merupakan salah satu protein carrier, apabila peptida antigen pendek berikatan dengan ovalbumin maka akan memberikan respon imun yang kuat (Fujita et al., 2011). Ovalbumin dapat terdenaturasi oleh adanya panas, dan beberapa agen yang menyebabkan denaturasi (Alleoni, 2006).
Mikroemulsi merupakan campuran isotropik yang terdiri dari sedikitnya satu komponen hidrofilik, satu komponen hidrofobik dan satu komponen ampifilik. Ketiga komponen tersebut stabil secara termodinamik dan mempunyai srtuktur nano kedua karakteristik tersebut yang membedakan mikroemulsi dengan emulsi biasa yang secara termodinamik tidak stabil (Moghimipour et al., 2013).
Sistem mikroemulsi dapat memperbaiki kelarutan dan bioavailabilitas obat, melindungi terhadap biodegenerasi, dan dapat
memberikan efek sustain release (Pathan, et al., 2012). Beberapa
keuntungan bentuk sediaan mikro emulsi antara lain adalah meningkatkan laju absorbsi, mengurangi variabilitas absorbsi, membantu pelarutan obat-obat lipofil, membantu menutupi rasa, dan membutuhkan sedikit energi
dalam pembuatannya (Jha et al., 2011). Sistem mikroemulsi dapat
Gambar 3.1 Bagan kerangka konseptual
Mikroemulsi Ovalbumin
Kelebihan: Meningkatkan laju absorbsi Mengurangi variabilitas absorbsi Melindungi bahan obat dari degradasi
Dapat digunakan sebagai protein carrier
Kelemahan:
Mudah terdenaturasi oleh adanya panas dan beberapa agen yang dapat menyebabkan denaturasi
Dibuat sediaan ovalbumin dalam sistem mikroemulsi w/o untuk meningkatkan kestabilan ovalbumin
Membutuhkan jumlah surfaktan dan kosurfaktan yang sesuai
Dibuat sediaan mikroemulsi dengan perbandingan surfaktan: kosurfaktan 5:1; 6:1; dan 7:1
Uji karakteristik mikroemulsi
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Bahan dan Alat 4.1.1 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
ovalbumin (Sigma-Aldrich), minyak kedelai food grade (Moi Foods), Span
80 cosmetical grade (Croda), Tween 80 cosmetical grade (Croda), etanol pro analisis (MERCK) dan aquabidestilata (PT. Widatra Bakti), Coomassie Billiant Blue (Sigma-Aldrich). Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini bila tidak disebutkan lain mempunyai derajat kemurnian pharmaceutical grade.
4.1.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Double beam Spectrophotometer UV-Vis Shimadzu UV 1800, Delsa™ Nano Submicron Particle size and Zeta Potentialt Dynamic Light Scattering, alat sentrifugasi rotofix-32, Eutech Instument pH700 pH/ mV/ ºC/ ºF meter, neraca analitik, magnetic stirrer Dragonlab MS-H280-Pro, Tensiometer Du Nouy dan alat-alat gelas.
4.2 Metode Kerja
dengan Dynamic Light Scattering, tegangan permukaan dan daya jebak mikroemulsi. Penetapan konsentrasi ovalbumin dilakukan dengan
menggunakan Double beam Spectrophotometer UV-Vis menggunakan
pereaksi Coomassie Brilliant Blue pada panjang gelombang maksimumnya,
yaitu 620 nm. Pada percobaan ini masing-masing dilakukan replikasi tiga kali. Bagan kerangka kerja dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Bagan kerangka kerja Analisis kualitatif minyak kedelai dan ovalbumin
Pembuatan formula mikroemulsi
Sistem mikroemulsi ovalbumin dengan (Span 80-Tween 80) : etanol = 5:1; 6:1 dan 7:1
Uji karakteristik mikroemulsi: a. Organoleptis
b. pH
c. Tegangan Permukaan d. Ukuran droplet e. Daya jebak
Pembuatan kurva baku ovalbumin: Pembuatan larutan baku induk
Pembuatan larutan baku kerja
Pembuatan kurva baku
4.3 Analisa Kualitatif Bahan Penelitian 4.3.1 Ovalbumin
1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau, hasilnya kemudian dibandingkan dengan pustaka.
4.3.2 Minyak Kedelai
1. Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna, dan bau, hasilnya kemudian dibandingkan dengan pustaka.
2. Pemeriksaan Berat Jenis
Digunakan piknometer kosong yang bersih, kering dan sudah dikalibrasi pada suhu 25ºC. Kalibrasi dilakukan dengan menetapkan bobot piknometer kosong dan bobot air yang sudah didinginkan. Kemudian piknometer tersebut diisi dengan minyak kedelai sampai penuh, bersihkan bagian luar piknometer lalu ditimbang kembali. Suhu diatur pada 25ºC. Untuk memperoleh berat minyak kedelai yang diisikan, kurangkan berat piknometer berisi minyak kedelai dengan berat piknometer kosong. Untuk mendapatkan berat jenis, berat minyak kedelai yang diisikan dibagi dengan volume piknometer, sebagai pembanding digunakan aqua (Depkes RI, 1995).
3. Pemeriksaan Indeks Bias
4.4 Pembuatan Mikroemulsi 4.4.1 Formula Mikroemulsi
Formula mikroemulsi yang dibuat berdasarkan pendekatan nilai HLB 7 dengan jumlah surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) sebanyak 60% . Formula mikroemulsi dapat dilihat pada tabel IV.1
Tabel IV.1 Formula mikroemulsi
No. Bahan Fungsi Konsentrasi (%)
I II III
1. Ovalbumin Bahan aktif 1 1 1
2. Minyak Kedelai Fase minyak 31 31 31
3. Span 80 Surfaktan 37,38 38,45 39,25
4. Tween 80 Surfaktan 12,62 12,98 13,25
5. Etanol 96% Kosurfaktan 10 8,57 7,5
6. Aquabidestilata Fase air 8 8 8
4.4.2 Cara Pembuatan Mikroemulsi
Gambar 4.2 Skema pembuatan formula mikroemulsi
4.5 Evaluasi Karakteristik Mikroemulsi 4.5.1 Pemeriksaan Organoleptis Mikroemulsi
Pemeriksaan organoleptis dilakukan secara visual meliputi warna, bau dan konsistensi.
4.5.2 Evaluasi pH
Pemeriksaan pH mikroemulsi menggunakan alat Eutech Instument pH700 pH/ mV/ ºC/ ºF meter. Sebanyak 10 ml mikroemulsi dimasukkan ke dalam vial, celupkan elektroda dan amati nilai pH yang terbaca pada alat.
4.5.3 Evalusi Tegangan Permukaan
Pemeriksaan tegangan permukaan mikroemulsi menggunakan alat Tensiometer Du Nouy. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk melepaskan suatu cincin platina iridium yang dicelupkan pada permukaan sebanding dengan tegangan permukaan atau tegangan antar muka dari cairan tersebut. Isi cawan petri dengan mikroemulsi. Tetapkan
Span 80 + Tween 80 + Minyak Kedelai + Etanol 96%
+ aquabidestilata
+ ovalbumin
Ovalbumin dalam sistem mikroemulsi
Aduk 1000 rpm selama15 menit
Aduk 1500 rpm selama 60 menit
jarum skala pada angka 0, kenakan lempengan kaca pada mikroemulsi yang terdapat dalam cawan petri. Amati perubahan skala yang terjadi.
4.5.4 Evalusi Distribusi Droplet Mikroemulsi
Pemeriksaan ukuran droplet dan distribusi mikroemulsi dilakukan
menggunakan alat Delsa™ Nano Submicron Particle size and Zeta
Potentialt Dynemic Light Scattering. Sampel dimasukkan ke dalam kuvet dan dilakukan pengamatan pada sudut 165º dan suhu 25ºC. Data output yang keluar merupakan nilai ukuran droplet yang dihitung dari fluktuasi rata-rata intensitas hamburan cahaya.
4.6 Evaluasi Penjebakan Ovalbumin dalam Sistem Mikroemulsi 4.6.1 Penentuan Kurva Baku Ovalbumin
4.6.1.1 Pembuatan Larutan Baku Induk
Membuat larutan baku induk ovalbumin dengan konsentrasi 1000 µg/ml dengan menimbang 50,0 mg ovalbumin dan melarutkannya dalam aquabidestilata sampai 50,0 ml di labu ukur.
4.6.1.2 Pembuatan Larutan Baku Kerja
Tabel IV.2 Pembuatan larutan baku kerja ovalbumin
4.6.1.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum ditentukan berdasarkan scanning
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang sinar tampak yaitu 400-700 nm setelah direaksikan menggunakan reagen Coomassie Brilliant Blue.
4.6.1.4 Pembuatan Kurva Baku
Masing-masing larutan baku kerja diambil sebanyak 50 µl dimasukkan ke dalam tabung, kemudian masing-masing ditambah dengan reagen Coomasive Brilliant Blue (CBB) sebanyak 2,5 ml dan dikocok sampai homogen, setelah itu absorbansi larutan baku pada tiap tabung diukur pada panjang gelombang 620 nm dengan spektrofotometer UV-Vis setelah 10 menit.
merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi yang dapat digunakan untuk menentukan kadar ovalbumin dalam sampel.
4.6.1.5 Penentuan Penjebakan Ovalbumin dalam Sistem Mikroemulsi Mikroemulsi ditambah dengan ovalbumin sebanyak 1 % kemudian
dipindahkan ke dalam tabung venoject kemudian disentrifus dengan
kecepatan 2500 rpm selama 15 menit. Diambil filtrat 50 µl lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 50,0 ml dan ditambah dengan aquabidestilata hingga garis tanda kemudian dikocok sampai homogen kemudian diambil 50 µl dan ditambah dengan 2,5 ml reagen Coomassie Brilliant Blue (CBB) dan diamati absorbannya pada spektrofotometer Visible pada panjang gelombang 620 nm. Mikroemulsi tanpa ovalbumin dipreparasi dengan cara yang sama dan diamati absorbannya.
Selisih absorban mikroemulsi dengan ovalbumin dan absorban mikroemulsi tanpa ovalbumin dimasukkan ke dalam persamaan regresi kurva baku sehingga diperoleh konsentrasi ovalbumin. Setelah diperoleh kadar ovalbumin yang terjebak dihitung % KVnya.
4.7 Analisa Statistik
4.7.1 Pemeriksaan Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis mikroemulsi meliputi warna, bau dan konsistensi yang dievaluasi secara visual dan dianalisis secara deskriptif.
4.7.2 Pengukuran pH Mikroemulsi, Tegangan Permukaan, Ukuran Droplet dan Daya Jebak
mengetahui adanya perbedaan bermakna antar formula sistem mikroemulsi dilakukan analisis statistik dengan menggunkan SPSS dengan metode anlisis varian (ANOVA) one way. Dari hasil tersebut didapat harga F hitung yang kemudian dibandingkan dengan F tabel. Bila harga F hitung lebih kecil dari F tabel berarti tidak ada perbedaan bermakna antara formula sistem mikroemulsi dan untuk mengetahui perbedaan tersebut dilakukan uji
HSD (Honestly Significant Difference). Untuk mengetahui adanya
perbedaan bermakna antara sebelum dan sesudah penambahan ovalbumin
dilakukan analisis statistik menggunakan SPSS dengan metode independent
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Analisis Kualitatif Bahan Penelitian 5.1.1 Ovalbumin
Hasil pemeriksaan kualitatif ovalbumin yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel V.1
Tabel V.1 Hasil pemeriksaan kualitatif ovalbumin Pemeriksaan Hasil Pengamatan Data Pustaka Organoleptis:
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel V.1, ovalbumin yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan pustaka
5.1.2 Minyak Kedelai
Hasil pemeriksaan kualitatif minyak kedelai yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel V.2
Tabel V.2 Hasil pemeriksaan kualitatif minyak kedelai
Pemeriksaan Hasil Pengamatan Data Pustaka (Rowe et al, 2009)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel V.2, minyak kedelai yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan pustaka (Rowe et al, 2009).
5.2 Pemeriksaan Mikroemulsi 5.2.1 Pemeriksaan Organoleptis
Hasil pemeriksaan organoleptis mikroemulsi yang dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.1, 5.2 dan 5.3 dan Tabel V.3 dan V.4
Gambar 5.2 Tampilan sistem mikroemulsi w/o (dengan surfaktan Span 80-Tween 80 : kosurfaktan etanol = 6:1) (a) tanpa bahan aktif (b) dengan bahan aktif
Tabel V.3 Pemeriksaan organoleptis mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol tanpa bahan aktif
Formula 4:1
Replikasi Warna Bau Konsistensi
I Kuning jernih Khas Encer
II Kuning jernih Khas Encer
III Kuning jernih Khas Encer
Formula 6:1
Replikasi Warna Bau Konsistensi
I Kuning jernih Khas Encer
II Kuning jernih Khas Encer
III Kuning jernih Khas Encer
Formula 7:1
Replikasi Warna Bau Konsistensi
I Kuning jernih Khas Encer
II Kuning jernih Khas Encer
III Kuning jernih Khas Encer
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa ketiga formula mikroemulsi tersebut memiliki sifat organoleptis yang serupa.
Tabel V.4 Pemeriksaan organoleptis mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol dengan bahan aktif
Formula 4:1
Replikasi Warna Bau Konsistensi
I Kuning jernih Khas Encer
II Kuning jernih Khas Encer
III Kuning jernih Khas Encer
Formula 6:1
Replikasi Warna Bau Konsistensi
I Kuning jernih Khas Encer
II Kuning jernih Khas Encer
III Kuning jernih Khas Encer
Formula 7:1
Replikasi Warna Bau Konsistensi
I Kuning jernih Khas Encer
II Kuning jernih Khas Encer
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa ketiga formula mikroemulsi tersebut memiliki sifat organoleptis yang serupa.
5.2.2 Pemeriksaan pH
Hasil pemeriksaan pH mikroemulsi yang dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel V.5 dan Gambar 5.4.
Tabel V.5 Pemeriksaa pH mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol
Formula Replikasi Tanpa pH
Ovalbumin Ovalbumin Dengan
I
I 6,89 6,99
II 6,89 6,94
III 6,88 6,92
Rerata ± SD 6,89±5,77x10-3 6,95±0,036
II
I 6,88 6,90
II 6,87 6,91
III 6,86 6,90
Rerata ± SD 6,87±0,010 6,90±5,77x10-3
III
I 6,79 6,90
II 6,74 6,89
III 6,75 6,89
Gambar 5.4 Histogram pH mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) : kosurfaktan etanol
Berdasarkan uji statistik menggunakan ANOVA One Way pada
derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap pH ketiga formula tersebut didapatkan F hitung sebesar 51,160 untuk formula tanpa ovalbumin dan 6,024 untuk formula dengan ovalbumin lebih besar dari F tabel (5,14). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada pH ketiga formula tanpa dan dengan ovalbumin, dilanjutkan dengan uji HSD didapatkan 71<61=51 untuk formula tanpa ovalbumin dan 71=61<51 untuk formula dengan ovalbumin. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan independent sample t-test pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap pH masing-masing ketiga formula tersebut didapatkan harga t hitung -3,004 untuk formula I, -5,000 untuk formula II dan -8,528 untuk formula III dengan t tabel (2,776). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang bermakna pada pH sebelum dan sesudah ditambah ovalbumin pada ketiga formula.
0
Perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80):kosurfaktan (etanol)
pH Mikroemulsi
tanpa OVA
5.2.3 Pemeriksaan Tegangan Permukaan
Hasil pemeriksaan tegangan permukaan mikroemulsi yang dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel V.6 dan gambar 5.5
Tabel V.6 Pemeriksaan tegangan permukaan mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol
Formula Replikasi Tegangan Permukaan (Nm
-2)
Tanpa
Ovalbumin Ovalbumin Dengan
I
I 0,3705 0,3240
II 0,3705 0,3310
III 0,3705 0,3340
Rerata ± SD 0,3705±0,00000 0,3297±0,00513
II
I 0,3510 0,3380
II 0,3588 0,3400
III 0,3588 0,3410
Rerata ± SD 0,3562±0,00450 0,3397±0,00153
III
I 0,3900 0,3340
II 0,3900 0,3380
III 0,3900 0,3410
Gambar 5.5 Histogram tegangan permukaan mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) : kosurfaktan etanol
Berdasarkan uji statistik menggunakan ANOVA One Way pada
derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap tegangan permukaan ketiga formula tersebut (Tabel V.6) didapatkan F hitung sebesar 127,750 untuk formula tanpa ovalbumin, lebih besar dari F tabel (5,14). Dari uji HSD didapat hasil didapatkan F2<F1<F3. Nilai F hitung 6,146 untuk formula dengan ovalbumin, lebih besar dari F tabel (5,14). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tegangan permukaan ketiga formula dengan ovalbumin dan dilanjutkan dengan uji HSD F1=F2<F3 pada formula dengan ovalbumin. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan independent sample t-test pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap tegangan permukaan masing-masing ketiga formula tersebut didapatkan harga t hitung 13,78 untuk formula I, 6,022 untuk formula II dan 25,811 untuk formula III lebih besar dari t tabel (2,776). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang bermakna pada
0
Perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80):kosurfaktan (etanol)
Tegangan Permukaan Mikroemulsi
tanpa OVA
tegangan permukaan sebelum dan sesudah ditambah ovalbumin pada ketiga formula.
5.2.4 Pemeriksaan Ukuran Droplet
Hasil pemeriksaan ukuran droplet mikroemulsi yang dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel V.7 dan gambar 5.6
Tabel V.7 Pemeriksaan ukuran droplet mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol
Formu
la Replikasi
Gambar 5.6 Histogram ukuran droplet mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) : kosurfaktan etanol
Berdasarkan uji statistik menggunakan ANOVA One Way pada
derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap ukuran droplet ketiga formula tersebut (Tabel V.7) didapatkan F hitung sebesar 1,204 untuk formula tanpa ovalbumin lebih kecil dari F tabel (5,14) dan 6,942 untuk formula dengan ovalbumin lebih besar dari F tabel (5,14). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna pada ukuran droplet ketiga formula tanpa ovalbumin sedangkan perbedaan bermakna pada formula dengan ovalbumin dan dilanjutkan dengan uji HSD didapatkan F1=F3>F2. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan independent sample t-test pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap ukuran droplet masing-masing ketiga formula tersebut didapatkan harga t hitung 1,781 untuk formula I, 2,190 untuk formula II dan 1,804 untuk formula III dengan t tabel (2,776). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat perubahan yang bermakna pada ukuran droplet sebelum dan sesudah ditambah ovalbumin pada ketiga formula.
Perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80):kosurfaktan (etanol)
Ukuran Droplet
tanpa OVA
5.2.5 Pemeriksaan Penjebakan Ovalbumin 5.2.5.1 Hasil Penentuan Kurva Baku Ovalbumin
Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Ovalbumin
Panjang gelombang maksimum ditentukan berdasarkan scanning
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-700 nm setelah 50 µl larutan baku direaksikan menggunakan 2,5 ml reagen Coomassie Brilliant Blue dan didapatkan hasil panjang gelombang maksimumnya adalah 620 nm. Gambar spektra UV ovalbumin setelah penambahan CBB terdapat pada lampiran 3.
Hasil Pembuatan Kurva baku Ovalbumin
Kurva baku dibuat dari pengukuran absorban larutan 50 µl baku
kerja ovalbumin ditambah dengan 2,5 ml reagen Coomassie Brilliant Blue
(CBB) pada panjang gelombang 620 nm. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel V.8 dan gambar 5.7.
Tabel V.8 Nilai absorbansi ovalbumin pada berbagai kadar Kadar (ppm) Absorban
Gambar 5.7 Profil kurva baku ovalbumin
Persamaan regresi yang diperoleh dari kurva baku adalah y = 9,8834.10-4x + 2,4530.10-3 dengan koefisien korelasi (r) = 0,9842. Harga koefisen korelasi (r) pada persamaan kurva baku mempunyai lebih besar dari harga r tabel (0,811) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang linier antara kadar ovalbumin dengan absorbannya pada rentang kadar 0,998-49,9 ppm.
5.2.5.2 Hasil Penjebakan Ovalbumin dalam Sistem Mikroemulsi Hasil pemeriksaan penjebakan ovalbumin dalam sistem mikroemulsi yang dibuat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel V.9 dan gambar 5.8
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
0 10 20 30 40 50 60
A
b
sor
b
an
si
Tabel V.9 Pemeriksaan penjebakan ovalbumin dalam mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) kosurfaktan etanol
Formula Replikasi Absorban kadar pengenceran % penjebakan Kadar x
I
Perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80):kosurfaktan (etanol)
Gambar 5.8 Histogram penjebakan ovalbumin dalam mikroemulsi w/o dengan surfaktan (Span 80-Tween 80) : kosurfaktan etanol
Berdasarkan uji statistik menggunakan ANOVA One Way pada
BAB VI PEMBAHASAN
Penggunaan mikroemulsi dapat diaplikasikan dalam banyak hal. Mikroemulsi sebagai sistem penghantaran obat dapat diaplikasikan untuk penghantaran oral, parenteral, topikal, opthalmic, dan nasal (Jha et al., 2011). Sistem mikroemulsi dapat memperbaiki kelarutan dan bioavailabilitas obat, melindungi terhadap biodegenerasi, dan dapat memberikan efek sustain release (Pathan, et al., 2012). Sistem mikroemulsi yang dapat melindungi bahan obat dari degenerasi diharakan mampu melindungi ovalbumin dari degenerasi. Ovalbumin merupakan salah satu protein carrier dapat digunakan sebagai adjuvan sediaan vaksin, apabila peptida antigen pendek berikatan dengan ovalbumin maka akan
memberikan respon imun yang kuat (Fujita et al., 2011). Ovalbumin dapat
terdenaturasi oleh adanya panas, dan beberapa agen yang menyebabkan denaturasi (Alleoni, 2006). Disisi lain, vaksin bayak dikembangkan untuk penggunaan topikal. Imunisasi topikal memberikan keuntungan yang lebih daripada vaksin yang diberikan secara parenteral karena imunisasi topikal dapat menginduksi respon fungsi imun secara poten. Sel langerhans yang ada di epidermis akan menghadirkan sel yang berkemempuan sebagai sistem imun di kulit (Gupta et al., 2004). Sehingga mikroemulsi merupakan sistem penghantaran yang dirasa tepat untuk Ovalbumin.
etanol yang dignakan adalah 5:1; 6:1; dan 7:1. Pengamatan karakteristik yang dilakukan adalah organoleptis, pH, tegangan permukaan, ukuran droplet mikroemulsi dan daya jebak mikroemulsi terhadap ovalbumin.
Tahap awal penelitian adalah dilakukan uji kualitatif terhadap penyusun mikroemulsi yaitu ovalbumin dan minyak kedelai. Uji kualitatif ovalbumin dari organoleptis didapat bentuk serbuk, warna kuning muda dan tidak berbau sesuai dengan pustaka yang ada. Uji kualitatif yang dilakukan meliputi organoleptis, densitas dan indeks bias. Pada pengamatan organoleptis didapatkan karakteristik minyak kedelai adalah cairan jernih kental, kuning dan tidak berbau. Hasil ini sesuai dengan pustaka yang ada (Rowe et al, 2009). Dari pemeriksaan densitas didapatkan densitas minyak kedelai yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,9674±1,1547x10-4 g/cm3 pada suhu 25ºC tidak jauh d=berbeda dengan pustaka yaitu 0,916-0,922 g/cm3 pada suhu 25ºC (Rowe et al, 2009). Indeks bias yang diperoleh dari pengamatan indeks bias minyak kedelai adalah 1,4733±0,000 pada suhu 25ºC. Dimana nilai tersebut sesuai dengan indeks bias minyak kedelai yang tertera pada pustaka yaitu 1,471-1,475 pada suhu 25ºC (Rowe et al, 2009). Dari hasil uji kualitatif tersebut maka dapat sisimpulkan bahwa ovalbumin dan minyak kedelai yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan pustaka.
pustaka yaitu mikroemulsi memiliki warna yang transpatant (Talegaonkar et
al, 2008). Bau khas yang timbul dari mikroemulsi merupakan dominasi dari
bau etanol yang digunakan dalam formula.
Pemeriksaan pH mikroemulsi menunjukkah hasil yang tidak jauh berbeda antar formula baik sebelum maupun sesudah penambahan ovalbumin. pH Formula 5:1; 6:1 dan 7:1 tanpa ovalbumin berturut-turut
adalah 6,89±5,77x10-3;6,87±0,010 dan 6,76±0,026. Sedangkan pH Formula
5:1; 6:1; dan 7:1 dengan ovalbumin berturut-turut adalah 6,95±0,036; 6,90±5,77x10-3; dan 6,8±95,77x10-3. Berdasarkan uji statistik menggunakan
ANOVA One Way pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap pH
ketiga formula tersebut didapatkan F hitung sebesar 51,160 untuk formula tanpa ovalbumin dan 6,024 untuk formula dengan ovalbumin lebih besar dari F tabel (5,14). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada pH ketiga formula tanpa dan dengan ovalbumin, dilanjutkan dengan uji HSD didapatkan 71<61=51 untuk formula tanpa ovalbumin dan 71=61<51 untuk formula dengan ovalbumin. pH formula mikroemulsi tesebut merupakan pH yang tepat untuk pemberian secara topikal. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan independent sample t-test pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap pH masing-masing ketiga formula tersebut didapatkan harga t hitung -3,004 untuk formula I, -5,000 untuk formula II dan -8,528 untuk formula III dengan t tabel (2,776). Hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya ovalbumin dalam formula tersebut mempengaruhi pH mikroemulsi.
Tegangan permukaan mikroemulsi tanpa ovalbumin dengan perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) 5:1;
6:1 dan 7:1 adalah 0,3705±0,0000; 0,3562±0,00450 dan 0,3900±0,0000
perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) 5:1; 6:1 dan 7:1 adalah 0,3297±0,00513; 0,3397±0,00153 dan 0,3377±0,00351.
Berdasarkan uji statistik menggunakan ANOVA One Way pada derajat
kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap tegangan permukaan ketiga formula tanpa ovalbumin didapatkan F hitung sebesar 127,750 untuk dan 6,146 untuk formula dengan ovalbumin, hasil ini lebih besar dari F tabel (5,14). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tegangan permukaan ketiga formula tanpa ovalbumin dan ketiga formula dengan ovalbumin dan dilanjutkan dengan uji HSD pada mikroemulsi tanpa ovalbumin terdapat perbedaan bemakna antara perbandingan 5:1; 6:1 dan 7:1 dan pada mikroemulsi dengan ovalbumin terdapat perbedaan bermakna pada formula 5:1 dengan 6:1 dan formula 6:1 dan 7:1 tidak memiliki perbedaan bermakna. Sedangkan hasil uji statistik menggunakan independent sample t-test pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap tegangan permukaan antara sebelum dan sesudah penambahan ovalbumin masing-masing ketiga formula tersebut didapatkan harga t hitung 13,78 untuk formula 5:1, 6,022 untuk formula 6:1 dan 25,811 untuk formula 7:1, lebih besar dari t tabel (2,776). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang bermakna pada tegangan permukaan sebelum dan sesudah ditambah ovalbumin pada ketiga formula. Hal ini dimungkinkan karena
danya ovalbumin yang berperan sebagai emulsifying agent pada antarmuka
sistem mikroemulsi (Kantarci et al, 2007).
Pemeriksaan ukuran droplet mikroemulsi menggunakan alat Delsa™
polydispersity index (PI) secara berturut-turut 0,035±0,025; 0,082±0,065
dan 0,096±0,068. Berdasarkan uji statistik menggunakan ANOVA One Way
Berdasarkan uji statistik menggunakan pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) terhadap ukuran droplet ketiga formula tersebut didapatkan F hitung sebesar 1,204. Nilai ini lebih kecil dari F tabel (5,14) sehingga menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antara ketiga formula yang dibuat. Diameter droplet mikroemulsi dengan ovalbumin dengan perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) 5:1; 6:1 dan 7:1 adalah 26,4±0,95; 23,8±0,26 dan 25,0±1,14 nm dengan nilai PI 0,073±0,086; 0,198±0,048dan 0,140±0,035. Uji statistik menggunakan
ANOVA One Way Berdasarkan uji statistik menggunakan pada derajat
perubahan tegangan pada tiap formua belum cukup untuk memberikan perubahan pada ukuran droplet.
Pengamatan penjebakan ovalbumin dalam sistem mikroemulsi menggunakan reagen CBB untuk mendapatkan kadar ovalbumin yang terjebak dalam sistem mikroemulsi. Sehingga pada pengamatan penjabakan ini didahului dengan pembuatan kurva baku. Pengamatan absorban pada penelitian ini dilakukan setelah melakukan scanning panjang gelombang
ovalbumin yang telah direaksikan dengan reagen Coomassie Brilliant Blue
(CBB) pada panjang gelombang 400-700 nm untuk mengetahui panjang
gelombang maksimumnya. Dari proses scanning tersebut diketahui panjang
gelombang ovalbumin yang telah direaksikan dengan CBB adalah 620 nm. Kurva baku dibuat dari larutan baku kerja pada rentang 0,998-49,90 ppm. Dari pengamatan absorban larutan baku didapatkan persamaan regresi kuresi kurva baku adalah y = 9,8834.10-4x + 2,4530.10-3 dengan koefisien korelasi (r) = 0,9842. Harga koefisen korelasi (r) pada persamaan kurva baku mempunyai lebih besar dari harga r tabel (0,811) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang linier antara kadar ovalbumin dengan absorbannya pada kurva baku tersebut.
Penjebakan ovalbumin dalam mikroemulsi dilakukan dengan cara mengurangkan absorban mikroemulsi dengan ovalbumin dan mikroemulsi tanpa ovalbumin untuk mendapat kadar ovalbumin hal ini dikarenakan adanya Span 80 dalam formula mengganggu pengamatan penetapan kadar. Hasil ovalbumin yang terjebak dan mikroemulsi dengan perbandingan surfaktan (Span 80-Tween 80) dan kosurfaktan (etanol) 5:1; 6:1 dan 7:1 adalah 25,77±10, 12; 46,01±10,12 dan 29,14± 5,84 %. Berdasarkan uji