• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH BATUR 01, BATUR WETAN, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH BATUR 01, BATUR WETAN, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 - Test Repository"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

i

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN

MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH

IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH BATUR 01, BATUR

WETAN, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2016

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun oleh UMAR 115 09 023

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:

Nama : UMAR

NIM : 115 09 023

Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jurusan : PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Kab. Semarang, 16 September 2016 Yang Menyatakan,

Umar

(4)

iv Ilmu Keguruan IAIN Salatiga

di Salatiga Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : UMAR

NIM : 115 09 023

Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI MADRASAH

IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH BATUR 01, BATUR WETAN, KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016

Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon; (0298) 6031364 Salatiga 50716

(5)

v

SKRIPSI

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH BATUR 01, BATUR WETAN, KECAMATAN GETASAN,

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016

DISUSUN OLEH: UMAR NIM: 115 09 023

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 September 2016 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Achmad Maimun, M.Ag. Sekretaris Penguji : Jaka Siswanta, M.Pd. Penguji I : Mufiq, S.Ag., M.Phil. Penguji II : Drs. Abdul Syukur, M.Si.

Salatiga, 07 Oktober 2016 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Suwardi, M.Pd.

(6)

vi

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

merobah keadaan (Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka) yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung

bagi mereka selain Dia”

(QS. Ar-Ra’ad ayat 11)

“Dimana Ada Kesulitan, Disitu Ada Kemudahan”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap mempunyai peran penting dalam hidup-Ku

1. Ayahanda Paseman dan Ibunda Mukiyem sebagai madrasah pertamaku yang selalu mendukung dalam belajar baik lahir batin, mengorbankan segala-galanya, selalu memberikan yang terbaik, mendoakan dan memberikan motivasi, mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada penulis.

2. Dosen pembimbing Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya di tengah-tengah kesibukan beliau memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Kepada saudaraku Mas Agus Abdullah Anwar sekeluarga, mbak Mariyam, Kakak Vivi dan Adik Haikal, yang telah memberikan motivasi dan dorongan sampai terselesaikan.

4. Kepada motivator ku Palupi Ningsih yang selalu setia memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Kepada UKM Mapala Mitapasa dengan survival kehidupannya, salam LESTARI.

6. Kepada HMI Cabang Salatiga, LDMI HMI Cabang Salatiga “Yakin Usaha Sampai” (YAKUSA) yang baik hati yang selalu membantu penulis dalam hal

(8)

viii

KATA PENGANTAR

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini

adalah “PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN MUTU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MADRASAH IBTIDAIYAH MIFTAHUL FALAH BATUR 01, BATUR WETAN, KECAMATAN GETASAN,

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016”

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga

(9)

ix

tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Progdi PGMI IAIN

Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun spiritual serta yang senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya cita-cita.

7. Bapak Antoni Alif, A.Ma. selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 yang telah memberikan izin, masukan dan bantuan untuk melakukan penelitian.

8. Bapak Cahyo selaku Ketua Komite Madrasah yang telah keterangan, meluangkan waktunya dan melancarkan terselesaikannya skripsi ini.

9. Kepala Yayasan Ma‟arif NU Getasan yang telah membantu penulis untuk memberikan keterangan dan bantuan data-data.

10.Bapak dan Ibu guru Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 selaku responden yang berkenan membantu penulis dalam melakukan penelitian dalam hal pengisian angket dengan baik.

11.Bapak dan Ibu masyarakat Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang selaku responden yang berkenan membantu penulis dalam melakukan penelitian dalam hal pengisian angket dengan baik.

(10)

x

13.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal

„alamien.

Kab. Semarang, 16 September 2016 Penulis,

(11)

xi

ABSTRAK

Umar. 2016. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Jaka Siswanta, M.Pd.

Kata Kunci: Partispasi Masyarakat dan Mutu Pendidikan Agama Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: Bagaimana partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam dan Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016?

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan deskriptif kualitatif, pengumpulan data menggunakan metode observasi, interview/wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian kepala sekolah, yayasan dan masyarakat sekitar dalam hal ini wali murid Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016.

Hasil penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam di MI Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dapat dilihat dari segi; pertama, partisipasinya dalam manajemen yaitu ikut serta menentukan kepala sekolah, kurikulum pembelajaran pendidikan agama Islam, ikut serta dalam pengurus Yayasan, Madrasah dan Komite Sekolah. Kedua, partisipasi dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu ikut serta menjadi tenaga pengajar, tim evaluasi pembelajaran PAI, memberikan bimbingan keagamaan. Ketiga, partisipasi dalam kurikulum yang meliputi keikutsertaannya dalam penentuan penggunaan kurikulum pendidikan agama Islam yang digunakan dalam proses pembelajaran sesuai rapat komite sekolah dengan Madrasah dan pihak Yayasan Ma‟arif NU Ungaran. Keempat, partisipasi dalam pendanaan dan sarana prasarana pendidikan agama Islam.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, antara lain: pertama, komitmen masyarakat terhadap agama: dengan mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kedua, pandangan masyarakat terhadap eksistensi madrasah menitik beratkan pada pendidikan agama Islam yang meliputi akhlak dan budi pekerti dan ilmu umum. Ketiga, pandangan masyarakat terhadap ulama keberadaan Ulama/Kyai/Uztad/Yayasan di tengah masyarakat sangatlah penting, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan yang menjadi pemberdayaan masyarakat agama Islam yang berkualitas.

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Definisi Operasional ... 11

F. Metode Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II KAJIAN PUSAKA A. Mutu Pendidikan Agama Islam ... 20

1. Mutu ... 20

2. Pendidikan Agama Islam ... 25

(13)

xiii

B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pendidikan Agama

Islam ... 36

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Kondisi Umum Masyarakat Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ... 57

1. Aspek Demografi dan Geografi ... 57

2. Aspek Pendidikan... 58

3. Aspek Pemerintahan ... 58

4. Aspek Keberagaman ... 59

5. Aspek Bangunan ... 59

B. Kondisi Umum Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang ... 60

C. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Batur Wetan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ... 64

BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 ... 78

(14)

xiv

C. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01 ... 90

BAB V PENUTUP

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4 Surat Balasan Penelitian Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 6 SKK

Lampiran 7 Dokumentasi

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses pemindahan pengetahuan atau pun pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik untuk mencapai perkembangan secara optimal serta membudayakan manusia melalui proses transformasi nilai-nilai yang utama (Thoha, 1996: 99). Karena pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat pokok dan mendasar dalam membentuk kepribadian manusia.

Potensi-potensi yang dimiliki peserta didik adalah potensi dasar atau fitrah manusia yang harus ditumbuhkembangkan dalam kehidupan nyata di dunia ini melalui proses pendidikan, untuk selanjutnya dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah kelak di Akhirat (Abu Bakar dan Surohim, 2005: 25). Artinya manusia memiliki berbagai potensi yang harus dibimbing dan dilatih agar dapat tumbuh, berkembang dengan baik dan sempurna. Salah satu usaha untuk mengembangkan potensi manusia yaitu melalui pendidikan.

Proses transformasi utama tersebut, sebuah proses atau aktifitas yang ditunjukan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan pada perilaku kehidupan manusia. Sebagaimana pengertian pendidikan yang diungkapkan oleh F.J. Mc. Donald dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology: “Education is a process or activity which is directed at producing desirable

change in the behavior of human being”( McDonald, 1959:4).

(17)

2

kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima.

اَبَأ َّنَأ ِنَنِحَّرلا ِدِبَع ُنِب ََْنَلَس ٌُبَأ ُِنَرَبِخَأ ِِِّرِهُّزلا ِنَع ُصُنٌٍُ اَنَرَبِخَأ ِىَّللا ُدِبَع اَنَرَبِخَأ ُناَدِبَع اَنَثَّدَح

Juz 5:144, Juz 14:447, Juz 20:265)

)

Artinya: “Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya Nabi SAW bersabda : Semua anak-anak dilahirkan suci (fitrah), tetapi ibu bapaknyalah

yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”. (Shaheh

Bukhari, maktabas-as-syamila)

Seorang anak yang dilahirkan oleh orang tuanya (Ibu) dalam keadaan fitrah atau suci. Bagaikan lembaran kain putih yang bersih dan belum terkena debu maupun kotoran apapun. Tergantung si pemiliknya akan di buat atau di model apa kain tersebut. Begitu juga anak, akan dijadikan Yahudi, Nasrani maupun Majusi, merupakan tangung jawab orang tua mereka sendiri.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan pula bahwa orang tua dari anak usia wajib belajar berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada anaknya (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan Penjelasannya, 2003:14). Sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah SWT QS. At-Tahrim ayat 6:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya

kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

(18)

3

Menjaga diri artinya setiap orang harus dapat melakukan self education dan melakukan pendidikan terhadap keluarganya untuk mentaati Allah SWT dan Rasul-Nya. Jadi sesuatu yang mustahil dalam pandangan Islam bila seseorang yang tidak berhasil mendidik dirinya sendiri akan dapat melakukan pendidikan terhadap orang lain. Ketika anak semakin bertambah usianya dan membutuhkan perkembangan potensi yang lebih, tidak semua orang tua mampu memberikan pendidikan terhadap anaknya. Oleh karena itu, orang tua (keluarga) memilih sekolah/madrasah sebagai penanggung jawab pendidikan terhadap anaknya.

(19)

4

Masalah utama yang sering dihadapi oleh Madrasah adalah keterbatasan dana dan sumber daya manusia yang masih rendah sehingga mempengaruhi kualitas pendidikan. Seperti perbaikan gedung atau ruang kelas yang tertunda akibat tidak adanya biaya, tunjangan guru honorer yang sedikit dan sering tertunda pembayarannya, kurangnya pengetahuan guru tentang proses pembelajaran yang berkualitas. Meskipun banyak bantuan yang diberikan oleh pemerintah seperti adanya tunjangan bagi guru honorer, beasiswa bagi anak yang berkualitas baik dan anak dari keluarga miskin maupun Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berupa uang dan buku-buku pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan baik umum maupun pendidikan agama Islam.

Pengelolaan Madrasah sebagai pendidikan formal masih tertinggal bila dibandingkan dengan pengelolaan pendidikan umum setingkat yang berada dibawah penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu kelemahannya yaitu terlalu banyaknya mata pelajaran yang diajarkan, kualitas guru yang rendah, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang, serta para siswa kebanyakan dari keluarga kurang mampu (Tilaar, 2000:147-148).

(20)

5

Sejalan dengan arah kebijakan otonomi dan desentralisasi yang ditempuh oleh pemerintah, maka tanggung jawab pemerintah daerah akan lebih meningkat termasuk dalam bidang manajemen pendidikan (Mulyasa, 2002: iii). Adanya perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentralisasi tersebut menghendaki adanya partisipasi masyarakat untuk membantu pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerah di bidang pendidikan. Karena sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar yaitu masyarakat. Hal ini merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang merupakan pra syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan dimana pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia.

Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman modern ini diakui atau sebagai satu kesatuan yang menentukan prestasi dan produktifitas seseorang. Seluruh aspek kehidupan memerlukan proses pendidikan dalam arti demikian terutama berlangsung didalam oleh lembaga-lembaga pendidikan formal.

Peranan pendidikan dalam arti luas dilukiskan oleh R.W. Richey yang dikutip oleh Mohammad Noor Syam (1984:53) dalam bukunya Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila yaitu:

“Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan tanggung-jawabnya

didalam masyarakat”.

(21)

6

diselenggarakan masyarakat itu. Hubungan ini demikian menentukan. Artinya masyarakat itu akan relatif lebih maju apabila masyarakat itu menyelenggarakan pendidikan yang maju (Syam, 1984:78).

Dari segi sejarah dan perkembangan manusia, sebagai besar proses pendidikan dan proses sosialisasi terjadi secara informal. Perkembangan selanjutnya menurut Nursyamsiyah Yusuf dalam bukunya Buku Ajar Ilmu

Pendidikan menyebutkan bahwa, “Tiap-tiap masyarakat mengenal institusi sosial khusus tempat berlangsungnya proses pendidikan atau proses sosialisasi

formal yang disebut sekolah” (Yusuf, 2000:85). Pendidikan sekolah merupakan pusat pendidikan formal, lahir dari pemikiran efisiensi dan efektifitas didalam pemberian pendidikan kepada masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah) melahirkan dan menumbuhkan manusia-manusia yang berpotensi artinya “sekolah sebagai pusat pendidikan merupakan perangkat masyarakat yang diserahi tanggung jawab untuk pemberian pendidikan” (Tim Dosen FIP-IKIP Malang, 1988:146).

(22)

7

Ibtidaiyah yang mempunyai status swasta perlu mengambil langkah-langkah inovatif untuk menjawab tantangan zaman yang semakin modern.

Usaha peningkatan mutu Madrasah dan usaha maju kesatuan sistem pendidikan nasional dalam rangka pembinaan semakin ditingkatkan. Hal ini terbukti pada tahun 1975 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri yakni antara Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Maksud dan tujuan dikeluarkannya SKB 3 Menteri menurut Hasbullah dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia adalah:

“Agar siswa-siswi Madrasah sebagaimana halnya tiap-tiap warga negara Indonesia berhak memperoleh kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan pengajaran yang sama, sehingga lulusan Madrasah yang menghendaki melanjutkan atau pindah ke sekolah-sekolah umum dari tingkat SD sampai PT diperbolehkan” (Hasbullah, 1999:181).

Pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan Madrasah Ibtidaiyah diatur dalam SKB 3 Menteri, SKB 3 Menteri tersebut yakni:

1. Keputusan bersama Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri tahun 1975 tentang peningkatan mutu Madrasah, ini bertujuan supaya taraf madrasah sama dengan sekolah umum.

(23)

8

3. Keputusan Menteri Agama No. 5 tahun 1977 tentang persamaan ijazah Madrasah Negeri (pemerintahan), ini bertujuan agar lulusan Madrasah swasta dapat meneruskan pelajaran ke sekolah-sekolah sederajat. (Langgulung, 2002:110)

Pemberlakuan SKB 3 Menteri tersebut, maka madrasah akan mampu berperan sebagai lembaga pendidikan yang memenuhi dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta mampu berpacu dengan sekolah-sekolah umum dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Dalam perkembangan selanjutnya Madrasah Ibtidaiyah yang mempunyai status swasta, sangat memerlukan peran serta atau sangat membutuhkan partisipasi masyarakat, khususnya masyarakat dalam rangka pelaksanaan dan peningkatan mutu yang profesional. Kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat yang ada (Hasbullah, 2003:100).

Peran serta masyarakat muslim Indonesia dalam pendidikan atau perguruan keagamaan sangat signifikan dan bahkan sangat dominan. Sepanjang sejarah pendidikan Islam, masyarakat dalam skala yang tata besar bukan hanya berperan serta tetapi aktif dalam mengambil posisi terdepan dalam pendirian pengembangan dan pemberdayaan pendidikan keagamaan (Azra, 2000:149).

(24)

9

terlibat dalam pembinaan dan pengembangan Madrasah Ibtidaiyah tersebut harus berusaha mengambil langkah-langkah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Penulis sangat tertarik untuk melaksanakan penelitian di sana, mengingat bahwa perumusan strategi yang profesional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Dalam rangka mengetahui jawaban penelitian perlu merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang penulis teliti, sebagai berikut :

1. Bagaimana partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016?

2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mencapai hasil yang baik, maka peneliti menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Adapun tujuan penelitian, untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang:

1. Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2016. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

(25)

10

D. Manfaat Penelitian

Setelah adanya data dan informasi yang diperoleh dari penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, maka harapan peneliti dari penelitian ini dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, yaitu:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna sebagai sumbangan untuk memperkaya khasanah keilmuan tentang partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

2. Manfaat praktis

Sebagai masukan informasi bagi pengelola Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

a. Bagi Komite Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan oleh komite sekolah untuk mengetahui berbagai bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dan juga sebagai bahan pertimbangan kedepan agar menjadi lebih baik.

b. Bagi Kepala Sekolah

(26)

11 c. Bagi Guru

Penelitian ini dapat digunakan oleh guru dalam hal pengelolaan tugasnya sebagai guru agar menjadi lebih baik dan lebih profesional dalam melaksanakan tugasnya.

d. Bagi Perpustakaan IAIN Salatiga

Hasil penelitian ini bagi perpustakaan IAIN Salatiga berguna untuk menambah literatur dibidang pendidikan terutama yang bersangkutan dengan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan.

e. Bagi Peneliti

Dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengembangkan cara berpikir ilmiyah dan juga menambah wawasan peneliti dalam bidang ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan bahan penunjang dan pengembangan penelitian yang releven dengan topik tersebut.

E. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalah-pahaman dalam penulisan skripsi ini, perlu penulis jelaskan mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, sebagai berikut:

1. Partisipasi Masyarakat

(27)

12 2. Mutu Pendidikan Agama Islam

Yakni suatu nilai atau tindakan yang digunakan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang telah ditentukan usaha untuk membimbing pertumbuhan kepribadian secara sistematis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga tercipta kebahagiaan di dunia dan akhirat (penanaman nilai keimanan yang teguh) akan menghasilkan ketaatan dalam menjalankan kewajiban agama.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas disimpulkan yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah seberapa jauh partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah seberapa jauh partisipasi atau peran serta masyarakat muslim dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan pada Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), adapun pendekatan yang digunakan

adalah metode pendekatan deskriptif kualitatif. Menurut Sutrisno Hadi (2000:301), metode diskriptif adalah penelitian untuk memecahkan

(28)

13

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2005:234).

Penelitian ini dikonsentrasikan untuk menjelaskan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan dan dapat mengkomunikasikan lebih dari yang dapat dikatakan dengan bahasa yang proposional. Sebagaimana pendapat Rulam Ahmadi “studi kasus membangun tentang pengetahuan

yang tersembunyi dari para pembaca” (Ahmadi, 2005:1).

2. Kehadiran Peneliti

Untuk dapat memahami makna dan penafsiran partisipasi masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Islam Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dibutuhkan keterlibatan dan penghayatan langsung peneliti terhadap informan di lapangan. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci. Keuntungan peneliti sebagai instrumen karena manusia memiliki ciri-ciri responsif, mudah menyelesaikan diri (adutable), menekankan kepada keutuhan (holistik), mudah memproses data dengan cepat serta dapat memanfaatkan kesempatan untuk menyelidiki yang tidak lazim (S. Nasution, 2003:18). 3. Lokasi dan Waktu Penelitian

(29)

14

Kabupaten Semarang. Sedangkan waktu penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan selesai.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data secara holistik integrative (penyajian data secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau mengaitkan data yang terbaru dan telah ada sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah) secara relevan dengan fokus, maka teknik pengumpulan data yang akan dipakai meliputi :

a. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah meliputi kegiatan perhatian terhadap suatu subyek dengan menggunakan seluruh alat indra. Apa yang dikatakan sebenarnya adalah pengamatan langsung, dalam observasi dapat dilakukan dengan tes, rekaman gambar atau suara (Arikunto, 1998: 146-147).

(30)

15

agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

b. Metode Interview

Interview atau wawancara yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang sistematis kepada para responden. Wawancara bermakna tahapan cara interview (pewawancara) dengan responden, dan kegiatannya dilakukan secara lisan (Soetrisno Hadi, 2000:196).

Metode ini ditujukan untuk memperoleh data tentang keadaan siswa, keadaan guru, ketata-usahaan, prasarana, fasilitas dan manajemen, bentuk dan stimulasi masyarakat dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertentu, majalah, dokumen dan peralatan untuk memperoleh data, metode yang digunakan untuk mencari data tentang proses pembelajaran pendidikan agama Islam dan bentuk-bentuk

partisipasi masyarakat.

5. Teknik Analisis Data

(31)

16

sehingga dapat menemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data (Sukandarrumuji, 2004:101).

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak perlu dan kemudian mengorganisasikan data sehingga dapat mengarah pada simpulan akhir. Tahapan berikutnya adalah penyajian data dilakukan dalam rangka upaya penanaman terhadap sekumpulan informasi yang tersusun, sehingga dapat tersaji rapi dan sistematis. Sesudah data tersaji, maka proses penarikan kesimpulan-kesimpulan dilakukan sejak penelitian bermula sampai berakhir, diteliti sehingga dapat teruji validitasnya.

Untuk mendapatkan kesimpulan penulis menggunakan pola penalaran induktif yaitu pola pemikiran berangkat dari suatu pemikiran khusus kemudian di tarik generalisasi yang bersifat umum.

6. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian metode analisis data yang digunakan yaitu triangulasi (keabsahan). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data itu.

Triangulasi dengan sumber dan metode membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara. b. Membandingkan apa yang dikatakan masyarakat dengan apa yang

(32)

17

c. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang terkait.

d. Membandingkan apa yang dikatakan key informan dan informan. 7. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ada beberapa tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti, antara lain :

a. Kegiatan administrasi yang meliputi pengajuan ijin operasional untuk melakukan penelitian kepada Rektor IAIN Salatiga dan kepada warga Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

b. Memilih jumlah orang untuk menjadi key informan dan informan. c. Melakukan observasi lapangan dan informan sehingga langsung

mendapat data.

d. Meminjam dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk kelengkapan data penelitian.

e. Penyajian data dengan susunan dan urutan-urutan yang memungkinkan dan memudahkan untuk dilakukan pemaknaan.

f. Mereduksi data dengan cara membuat data-data yang lemah atau menyimpang setelah mulai tampak adanya kekurangan data sebagai akibat proses reduksi. Selanjutnya direncanakan untuk mengumpulkan data.

G. Sistematika Penulisan

(33)

18

tersebut kemudian penulis jabarkan menjadi lima bab. Adapun perinciannya, sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN.

Dalam bab ini penulis akan mengemukakan pokok-pokok pikiran yang mendasari penulisan skripsi ini. Pokok-pokok tersebut antara lain : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teoritik, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang pertama mutu pendidikan Agama Islam. Kedua, partisipasi masyarakat dalam pendidikan Agama Islam. Ketiga, partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan Agama Islam.

BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab III ini penulis akan mengemukakan kondisi umum masyarakat Desa Batur Wetan Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, kondisi umum Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

BAB IV : PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang penulis menguraikan analisis

mengenai mutu pendidikan agama Islam di partisipasi masyarakat

(34)

19

Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, partisipasi masyarakat dan faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Batur 01, Batur Wetan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

BAB V : PENUTUP

Meliputi tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi akhir dari penulisan skripsi ini

DAFTAR PUSTAKA

(35)

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Mutu Pendidikan Agama Islam

1. Mutu

Mutu/kualitas diartikan sebagai tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat atau taraf; mutu (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:533). Dengan kata lain, keunggulan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Kualitas atau mutu mula-mula digunakan oleh Plato dan Aristoteles untuk menyatakan esensi suatu benda atau hal dan merupakan atribut yang membedakannya dengan benda/hal lainnya (Hamalik, 1992:33). Adapun dalam kamus Webster New World Dictionary, pengertian kualitas yaitu The degree of excelent of a thing (Burnalik, 1984:488). Pengertian mutu dapat dilihat dari dua segi yaitu segi normatif dan segi deskriptif.

a. Segi Normatif

Mutu ditentukan berdasarkan pertimbangan kriteria intrinsik dan ekstrinsik. Berdasarkan kriteria intrinsik kualitas pendidikan merupakan produk pendidikan yaitu manusia yang terdidik sesuai dengan standar ideal. Sedangkan kriteria ekstrinsik, pendidikan merupakan instrumen untuk mendidik yaitu tenaga kerja yang terlatih. b. Segi Deskriptif

(36)

21

kualitas memiliki dua konsep yang berbeda antara konsep absolut dan relatif. Dalam konsep absolut sesuatu (barang) disebut berkualitas bila memenuhi standar tertinggi dan sempurna. Bila dipraktekan dalam dunia pendidikan yang absolut ini bersifat etitis, karena hanya sedikit lembaga pendidikan yang mampu menawarkan kualitas tinggi pada peserta didik dan hanya sedikit siswa yang akan mampu membayarnya.

Dalam konsep relatif, kualitas bukanlah tujuan akhir, melainkan alat ukur atas produk akhir dari standar yang telah ditentukan. Mutu merupakan proses terstruktur yang membantu seseorang menetapkan apakah sasaran yang diharapkan tercapai dengan memperbaiki setiap proses pendidikan. Mutu pendidikan disebut sebagi nilai atau suatu keadaan secara substantif. Mutu mengandung sifat dan taraf. Sifat adalah suatu yang menerangkan keadaan, sedangkan taraf menunjukan kedudukan dalam skala (Anwar, 2004:51). Dalam konteksnya mutu yang dimaksud adalah dalam konsep relatif.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu adalah suatu niai atau tindakan yang digunakan sebagai alat ukur atas produk akhir dari standar yang telah ditentukan. Adapun hakikat mutu dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan oleh Dr. W. Deming dalam Jerom W. Arcaro, (2005:85), antara lain:

(37)

22

b. Mengadopsi filosofi mutu total. Pendidikan berada dalam lungkungan yang benar-benar kompetitif dan hal tersebut dipandang sebagai salah satu alasan mengapa Amerika kalah dalam keunggulan kompetitifnya. c. Mengurangi kebutuhan pengujian. Mengurangi kebutuhan pengujian

dan inspeksi yang berbasis produksi massal dilakukan dengan membangun mutu dalam layanan pendidikan. Memberikan lingkungan belajar yang menghasilkan kinerja siswa yang bermutu.

1) Menilai bisnis sekolah dengan cara baru. Nilailah bisnis sekolah dengan meminimalkan biaya total pendidikan. Pandanglah sekolah sebagai pemasok siswa dari kelas satu sampai kelas-kelas selanjutnya. Bekerja bersama orang tua siswa dan berbagai lembaga untuk memperbaiki mutu siswa menjadi bagian system. 2) Memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya.

Memperbaiki mutu dan produktivitas, sehingga mengurangi biaya,

dengan melembagakan proses “rencanakan/periksa/ubah”.

Gambarkan proses untuk memperbaiki, mengidentifikasi bidang-bidang perbaikan; implementasikan perubahan, nilai dan ukur hasilnya, dan dokumentasikan serta standarisasikan proses. Awali siklusnya dari awal lagi untuk mencapai standar yang lebih tinggi lagi.

(38)

23

proses kerja mereka. Pelatihan memberikan perangkat yang dibutuhkan untuk memperbaiki proses kerja.

4) Kepemimpinan dalam pendidikan. Merupakan tanggung-jawab manajemen untuk memberikan arahan. Para manajer dalam menajemen mesti mengembangkan visi dan misi untuk wilayah, sekolah atau jurusannya. Visi dan misi harus didukung oleh para guru, staf, siswa, orang tua dan komunitas. Mutu mesti terintegrasikan dalah pernyataan visi dan misi. Akhirnya, manajemen mesti mau mendengan. Manajemen mesti mengajarkan dan mempraktikan prinsip-prinsip mutu.

5) Mengeliminasi rasa takut. Lenyapkan bekerja karena dorongan rasa takut dari wilayah. Sekolah, atau jurusan, maka setiap orang akan bekerja secara efektif untuk perbaikan sekolah. Ciptakanlah lingkungan yang akan mendiring orang lain untuk bebas berbicara. Hubungan yang memandang orang lain sebagai lawan sudah ketinggalan zaman dan kontra produktif.

(39)

24

kelompok lain, gerakan dari revolusi kalah-menang menjadi menang-menang, gerakan dari mengisolasi pemecahan masalah menjadi bersama-sama memecahkan maslah; gerakan dari memegang informasi menjadi informasi; gerakan dari bertahan dari perubahan menyambut baik perubahan.

7) Menciptakan budaya mutu. Ciptakanlah budaya mutu. Jangan biarkan gerakan menjadi bergantung pada seseorang atau sekelompok. Ciptakanlah budaya mutu yang mengembangkan budaya tanggungjawab pada setiap orang.

8) Perbaikan proses. Tidak ada proses yang pernah sempurna, karena itu, carilah cara terbaik, proses terbaik, terapkan tanpa pandang bulu. Menemukan solusi harus didahulukan, dan bukan mencari-cari kesalahan. Hargailah orang atau kelompok yang mendorong terjadinya perbaikan.

9) Membantu siswa berhasil. Hilangkanlah rintangan yang merampok hak siswa, guru atau adminstrator untuk memilik rasa bangga pada hasil karyanya. Orang mesti berkeinginan untuk terlibat dan pekerjaannya diselesaikan dengan baik. Tanggungjawab semua administrator pendidikan mesti diubah dari kuantitasn menjadi kualitas.

(40)

25

atau resiko munculnya ketidaksenangan di dalam system. “kerjakan dengan tepat pada kesempatan pertama” merupakan tujuan utama.

Para pegawai menjadi frustasi bila manajemen tidak mau mengerti masalah yang dihadapi para pegawai dalam mencapai tujuan atau tidak peduli untuk mencari penyelesaian terhadap masalah.

11)Tanggung jawab. Biarkanlah setiap orang disekolah untuk bekerja menyelesaikan transformasi mutu. Transformasi merupakan tugas setiap orang.

Indikator mutu pendidikan dapat dilihat dari prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses atau prilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dapat dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa, menunjukan pencapaian yang tinggi dalam:

a. Prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, ujian akhir nasional (UAN), karya ilmiah, lomba akademik.

b. Prestasi non-akademik, seperti IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejuruan, dan kegiatan-kegiatan ektrakurikuler lainya (Arcaro, 2006:8).

2. Pendidikan Agama Islam

(41)

26

dengan kemampuan mereka yang berguna untuk mencapai tingkat kemajuan yang paling tinggi (Abdullah, 2005:15).

Sedangkan Syekh Mustofa Al-Gholayayni dalam kitab kitab Idzotun Nasyiin (1953:185), dijelaskan:

ََُِْبِرَّتلَا

Artinya: pendidikan adalah menanamkan akhlak yang mulia dalam jiwa anak didik dan menyiraminya dengan petunjuk dan nasihat, sehingga menjadi tabiat jiwa yang membuahkan keutamaan, kebaikan serta cinta bekerja yang berguna bagi tanah air.

Berbeda halnya dengan Ahmad D. Marimba yang mendefinisikan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang sempurna menurut ukuran-ukuran Islam (Marimba, 1980:19).

Dari beberapa pengertian pendidikan Islam tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha untuk membimbing pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga tercipta kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan kata lain yang harus didahulukan dalam pembelajaran PAI adalah penanaman nilai keimanan yang teguh. Sebab dengan adanya keimanan yang teguh akan menghasilkan ketaatan dalam menjalankan kewajiban agama. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Adz-Dzaariyaat ayat 56:

(42)

27

Artinya : dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Disamping beribadah, setiap manusia memiliki cita-cita untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 201:

Artinya : dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka"[ Inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang Muslim].

Kebaikan di dunia diartikan sebagai nikmat dan kebaikan di akhirat diartikan sebagai surga. Sedangkan peliharalah kami dari siksa api neraka yakni tidak memasukinya. Ini merupakan lukisan tentang keadaan orang-orang musyrik dan keadaan orang-orang-orang-orang yang beriman yang tujuannya ialah supaya kita mencari makna kehidupan dunia dan akhirat (al-Mahlly dan As-Suyuti, 1999:109).

Namun pendidikan agama Islam disekolah/lembaga pendidikan bukanlah pengajaran pengetahuan agama dan praktik ibadah semata, akan tetapi yang terpenting adalah membentuk budi pekerti yang luhur, sehingga pendidikan agama menekankan pada moral dan pendekatan spiritual (Nasution, 1998:386).

(43)

28 a. Al-Qur'an

Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang berfungsi sebagai

mu‟jizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad yang di tulis dalam

mushaf, yang di riwayatkan secara mutawattir dan membacanya adalah ibadah (Ichwan, 2001:37). Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur'an menyangkut hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan sesamanya dan hubungan dengan alam semesta.

Di dalam Al-Qur'an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip yang berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Sebagai contoh dapat dibaca kisah Luqman mengajari anaknya, cerita ini menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak, ibadat dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Itu berarti kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. b. As-Sunnah

(44)

29

manusia dalam segala aspek, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.

c. Ijtihad

Ijtihad adalah istilah fuqoha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki Islam untuk menetapkan atau menentukan suatu hukum syariat Islam dalam hal-hal yang ternyata belum tegas hukumnya oleh Al-Qur'an dan Sunnah (Ash-Shiddieqi, 1999:200). Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan. Ijtihad dalam pendidikan harus tepat berpedoman pada Al-Qur'an dan Sunnah yang diolah oleh akal sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup (Darajat, 1996:21-22).

3. Mutu Pendidikan Agama Islam

Proses pendidikan sebagai bagian yang sangat penting bagi tercapainya pendidikan yang bermutu tinggi. Sebagaimana dikemukakan

oleh Umar Tirtorahardjo bahwa “permasalahan dari mutu pendidikan lebih terletak pada masalah proses pendidikan” (Tirtorahardjo, 1998:233),

karena terdapat komponen yang akan sangat menentukan tercapainya suatu pendidikan yang diharapkan.

(45)

30

kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diperlukan karena beberapa alasan, sebagai berikut:

a. Prestasi Siswa Meningkat

Prestasi siswa yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung mengedepankan aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku).

b. Siswa Mampu Bekerjasama

Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerjasama antar siswa ataupun siswa dengan guru. Dengan adanya kekompakan akan timbul suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap:

(1) adanya saling pengertian untuk tidak saling mendominasi, (2) adanya saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut

kemauannya sendirii, (3) adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai, (4) adanya saling menghargai dan (5) saling kasih sayang untuk tidak saling membenci dan iri hati.

c. Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan

(46)

31

menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas yang menarik.

d. Mampu berinteraksi dengan Mata Pelajaran Lain

Problematika kehidupan dunia tidak hanya ada pada masalah keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.

e. Mampu Mengkontekstualkan Hasil Pembelajaran

Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk mebiasakan dan melatih siswa dalam bersosial, bekerjasama dan memecahkan masalah. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.

f. Pembelajaran yang Efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi Siswa

Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.

g. Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum

(47)

32

pihak sekolah yang terdiri dari guru an unsur-unsur lain yang melaksanakannya.

Adapun beberapa komponen yang menentukan tercapainya suatu pendidikan yang diharapkan, antara lain:

a. Tujuan

Tujuan pendidikan dan pengajaran harus dipahami dan dimengerti, sebab tujuan merupakan gambaran, sasaran, dan pengarah, bagi tindakan guru untuk menjalankan fungsinya. Tujuan pendidikan dan pengajaran membentuk manusia yang cakap, warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab, tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air (Zuhairini, 1991:13). Di samping itu tujuan juga berfungsi sebagai kriteria dalam pemilihan dan penentuan materi, alat, metode dan evaluasi mengajar.

b. Materi

Materi merupakan bahan yang akan disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Nasution (1993:54) ada tiga sumber, yaitu: masyarakat dan budaya; anak; dan disiplin ilmu. Sedangkan menurut Hida Taba sebagaimana dikutip oleh Nasution, mengemukakan kriteria materi memenuhi validitas pengetahuan, relevansi, keseimbangan keanekaragaman tujuan, kemampuan murid serta kebutuhan dan minat murid (Nasution, 1993:70).

c. Metode

(48)

33 d. Alat

Alat merupakan sarana pengajaran berfungsi untuk membantu tercapainya suatu tujuan, menjalin komunikasi yang harmonis antara guru dan peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari integral kegiatan belajar mengajar, harus dilaksanakan secara kontinue untuk mencapai tujuan penddikan. Evaluasi selain untuk siswa, juga untuk dirinya sendiri, agar dapat mencapai hasil yang maksimal.

f. Manajemen yang efektif dan efisien

Menurut E. Mulyasa (2002:19) manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja sama yang sistematik, sistemik dan komprehensif untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen, yang bermakna pengelolaan, merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan. Tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dicapai secara optimal, efektif dan efisien.

(49)

34

g. Buku dan sarana belajar yang memadai selalu dalam kondisi siap pakai Hampir sebagian besar Sekolah Dasar di Indonesia, apalagi sekolah-sekolah swasta cenderung kekurangan buku-buku pelajaran. Padahal buku merupakan unsur esensial yang tidak bisa diabaikan untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa. Pemerintah perlu berupaya mengembangkan usaha-usaha pengadaan buku. Diantaranya mendistribusikan buku untuk sekolah-sekolah di seluruh pelosok desa dan mengadakan perpustakaan keliling.

h. Fisik dan penampilan sekolah yang baik

Lingkungan sekolah sangat berperan dalam mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah. Menurut pengalaman, cenderung bula lingkungan sekolah bersih dan nyaman anak-anak akan bersemangat untuk belajar.

i. Partisipasi aktif masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan modal dasar atas keberhasilan sebuah sekolah, baik fisik, psikologis, maupun hasil kelulusan sekolah, sebab akan membentuk lingkungan yang kondusif, saling menjaga, berinteraksi, dan saling membutuhkan demi peningkatan kualitas sekolah.

Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan sebuah sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Mulyasa (2002:51) bahwa:

(50)

35

serta meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat serta mengarahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut dapat dilakukan dengan memberitahu masyarakat mengenai program-program sekolah, baik program yang telah dilaksanakan, sedang dilaksanakan maupun yang akan datang, sehingga masyarakat

mendapat gambaran yang jelas tentang sekolah”.

j. Hasil Pendidikan

Menurut Ahmad Sanusi dikutip oleh Sufyarma (2003:209) mengemukakan, bahwa ada empat pengertian tentang hasil pendidikan yaitu:

1) Hasil pendidikan dengan arti layanan pendidikan, maksudnya banyak layanan pendidikan yang dapat diciptakan atau diproduksi dan ditawarkan.

2) Hasil pendidikan merupakan perolehan yang dicapai peserta didik dari berbagai kegiatannya.

3) Hasil pendidikan dalam arti prestasi ekonomis-finansial yang ditampilkan dan diterima peserta didik sesudah selesai mengikuti program pendidikannya.

(51)

36

B. Partisipasi Masyarakat Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama

Islam

1. Partisipasi Masyarakat

Istilah partisipasi mengandung arti keikutsertaan. Menurut Kamus

Besar Indonesia (1989:679), partisipasi adalah “sejumlah orang yang turut

berperan dalam suatu kegiatan; keikutsertaan dan peran serta”.

Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa unsur penting yang tercakup dalam pengertian partisipasi, diantaranya: Pertama, dalam partisipasi yang ditelaah bukan hanya keikutsertaan secara fisik tetapi juga fikiran dan perasaan (mental dan emosional). Kedua, partisipasi dapat digunakan untuk memotivasi orang-orang yang menyumbangkan kemampuannya kepada situasi kelompok sehingga daya kemampuan berfikir serta inisiatifnya dapat timbul dan diarahkan kepada tujuan-tujuan kelompok. Ketiga, dalam partisipasi mengandung pengertian orang untuk ikut serta dan bertanggungjawab dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi rasa keterlibatan psikologis individu dengan tugas yang diberikan kepadanya, semakin tinggi pula rasa tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugas tersebut. Beberapa hal yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat, sebagai berikut: a. Partisipasi masyarakat merupakan satu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat.

(52)

37

c. Partisipasi merupakan hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan.

2. Hubungan Masyarakat dengan Pendidikan

Hubungan Madrasah Ibtidaiyah dengan masyarakat mencakup hubungan sekolah dengan sekolah lain, sekolah dengan pemerintah setempat, sekolah dengan instansi dan jawatan lain, dan sekolah dengan masyarakat pada umumnya (Suryosubroto, 2004:160). Hubungan yang terjalin diharapkan menghasilkan keuntungan satu sama lain. Dan semua hubungan itu merupakan hubungan kerja sama yang bersifat pedagogis, sosiologis dan produktif.

Oleh sebab itu hubungan madrasah dengan masyarakat sangat penting dan menjadi bagian dari manajemen pendidikan, dalam hal ini dijalankan oleh kepala Madrasah Ibtidaiyah. Adapun tujuannya adalah: (Purwanto, 2000:188)

a. Mengenalkan pentingnya sekolah bagi masyarakat.

b. Mendapatkan dukungan dan bantuan moral maupun finansial yang diperlukan bagi sekolah.

c. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang isi dan pelaksanaan program sekolah.

d. Memperkaya atau memperluas program sekolah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

e. Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan sekolah dalam mendidik anak-anak.

(53)

38

instansi-instansi lain di dalam masyarakat yang mempunyai tugas dan kepentingan yang sama terhadap pendidikan anak-anak. Misalnya dengan lembaga-lembaga keagamaan, organisasi pramuka, kesenian dan lain-lain. Hal lain yang dapat dilakukan oleh masyarakat Madrasah ialah kepala Madrasah dan guru-guru hendaknya selalu berusaha untuk dapat bekerja sama dan memanfaatkan sumber-sumber di dalam masyarakat yang diperlukan untuk memperkaya program di madrasah. Dengan memandang masyarakat itu sebagai laboratorium untuk belajar, berarti penting bagi guru-guru untuk mengetahui fasilitas-fasilitas apa yang tersedia di dalam masyarakat yang diperlukan dalam belajar, seperti minat masyarakat terhadap industri yang merupakan faktor masyarakat yang sangat penting diketahui dalam hubungannya dengan program belajar yang community life centered (Purwanto, 2000:191).

Kepala sekolah dan tenaga kependidikan senantiasa menggalang partisipasi masyarkat secara continue, karena pasang surutnya kualitas pendidikan baik umum maupun pendidikan agama Islam tidak lain karena adanya keterlibatan masyarakat. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan kepala sekolah dan tenaga kependidikan dalam menggalang partisipasi masyarakat yaitu: (Mulyasa, 2004:173-174)

(54)

39

b. Mengidentifikasi tokoh masyarakat, yaitu orang-orang yang mampu mempengaruhi masyarakat pada umumnya. Tokoh tersebut yang pertama kali harus dihubungi, diajak kompromi, konsultasi dan diminta bantuan untuk menarik masyarakat berpartisipasi dalam program dan kegiatan sekolah. Tokoh-tokoh tersebut mungkin berasal dari orang tua peserta didik, figure masyarakat (kyai), olahragawan, seniman, informal leader, psikolog dan lain sebagainya.

c. Melibatkan tokoh masyarakat tersebut dalam berbagai program dan kegiatan sekolah yang sesuai dengan minatnya.

d. Memilih waktu yang tepat untuk melibatkan masyarakat sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat.

(55)

40

meningkatkan kualitas pendidikan di Negeri ini dengan melalui berbagai fungsi yang dapat diperankan (Suyanto, 2003:1).

a. HUMAS (Hubungan Masyarakat) / Public Relations

Menurut Ibnu Syamsi sebagaimana dikutip oleh Suryosubroto Humas adalah kegiatan organisasi untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan masyarakat agar mereka mendukungnya dengan sadar dan sukarela (Suryosubroto, 2004:155). Dengan hubungan yang harmonis ini maka akan menarik minat masyarakat untuk berpartisipasi di Madrasah Ibtidaiyah. Manfaat hubungan yang harmonis sebagai hasil Hubungan Masyarakat:

1) Adanya saling pengertian antara organisasi atau instansi dengan pihak luar.

2) Adanya kegiatan yang membantu karena mengetahui manfaat, arti dan pentingnya peranan masing-masing.

3) Adanya kerja sama yang erat dengan masing-masing pihak dan merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya usaha pihak lain (Suryosubroto, 2004:157).

(56)

41 b. Komite Sekolah

Komite sekolah terdiri dari unsur masyarakat yang antara lain: orang tua, tokoh masyarakat (ulama), tokoh pendidikan, alumni, siswa dan dunia usaha. Badan ini berperan sebagai :

1) Pemberi pertimbangan (advisory), membantu partner sekolah dalam merancang kurikulum, menyediakan fasilitas belajar, memperbesar dana pendidikan dan mengevaluasi program serta hasil pendidikan dan mengawasi hasil pendidikan.

2) Pendukung (suporting agency), baik berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan disekolah. 3) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan

akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di sekolah. 4) Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di

sekolah

c. Dewan Sekolah atau Dewan Pendidikan

Dewan sekolah suatu lembaga yang perlu di bentuk dalam rangka pelaksanaan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Dengan tujuan untuk membantu menyukseskan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah, baik menyangkut perencanan, pelaksanaan maupun penilaian. Dan agar apa yang dilaksanakan di sekolah sejalan dan selaras dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat (Mulyasa, 2004:175).

(57)

42

Masyarakat (LSM); Tokoh masyarakat, anggota masyarakat yang mempunyai perhatian pada peningkatan mutu pendidikan termasuk pendidikan agama Islam; yayasan penyelenggara pendidikan, dunia usaha dan organisasi profesi serta perwakilan dari komite sekolah yang disepakati. Kedua, unsur birokrasi sebagai unsur tambahan seperti unsur Dinas Pendidikan setempat dan dari unsur Legislatif yang membidangi pendidikan, dapat dilibatkan sebagai anggota Dewan Pendidikan maksimal 4-5 orang.

Peran Dewan Pendidikan hampir sama dengan Komite Sekolah yaitu pemberi pertimbangan (advisory agency), pendukung, (supporting agency), dan pengontrol (controlling agency) dan mediator antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislative) dengan masyarakat Sudah menjadi konsep umum bahwa proses belajar yang baik tidak cukup hanya dilaksanakan di sekolah saja, melainkan sebaiknya diperluas ke lapangan atau masyarakat. Dengan belajar di masyarakat, peserta didik dapat mengamati pemandangan yang wajar atau yang asli di alam terbuka. Hal ini, akan dapat meningkatkan mereka, menghindari kebosanan, melihat dengan jelas manfaat pelajaran tersebut, dan lebih mudah berlatih karena fasilitas tersedia. Adapun salah satu bentuk belajar di masyarakat adalah karyawisata.

Hal yang dapat dilakukan orang tua/masyrakat dalam membantu peningkatan kualitas pendidikan agama Islam khususnya dan pendidikan umum pada umumnya yaitu: (Mulyasa, 2004:167-168) 1) Menciptakan budaya belajar di rumah. Pada jam-jam belajar, orang

(58)

43

membaca majalah, menulis puisi, dan menulis program kerja sehingga tercipta budaya belajar.

2) Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan pembelajaran di Sekolah/Madrasah. Jika banyak kegiatan yang dilakukan anak, maka utamakan yang terkait dengan tugas pembelajaran.

3) Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun yang bersifat ekstra-kurikuler.

4) Memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gagasan, ide dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan belajar.

5) Menciptakan situasi yang demokratis di rumah, agar terjadi tukar pendapat dan pikiran sebagai sarana belajar dan membelajarkan. 6) Memahami apa yang telah, sedang dan akan dilakukan

Sekolah/Madrasah, dalam mengembangkan potensi anaknya. 7) Menyediakan sarana belajar yang memadai sesuai dengan

kemampuan orang tua dan kebutuhan sekolah.

3. Bentuk partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam.

Bentuk partisipasi atau peran serta masyarakat dalam Pendidikan Nasional tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 39/1992 pasal 4 dan kaitannya dengan partisipasi masyarakat dalam Pendidikan Agama Islam: a. Pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan pada jalur

(59)

44

jenis pendidikan kecali pendidikan kedinasan, dan pada semua jenjang pendidikan di jalur pendidikan sekolah.

b. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga kependidikan untuk melaksanakan atau membantu pelaksanaan pengajaran, pembimbingan, dan/atau pelatihan peserta didik. Dalam hal ini masyarakat/orang tua yang kebetulan memiliki keahlian (profesi) dan waktu luang sebagai tenaga pengajar, diharapkan dapat membantu sebagai tenaga pengajar baik sebagai guru bidang studi, guru kelas, maupun guru pembimbing khusus.

c. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga ahli untuk membantu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan/atau penelitian dan pengembangan. Hal ini dapat di katakan bagi masyarakat/orang tua yang memiliki keahlian (profesi) di bidang agama Islam atau lainnya yang relevan dengan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus, diharapkan dapat membantu untuk mengidentifikasi, melakukan asasemen dan atau memberikan pembelajaran, pelatihan bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus.

(60)

45

bantuan baik berupa dana, wakaf, hibah, sumbangan, pinjaman, beasiswa dan bentuk lain yang sejenis untuk kepentingan pendidikan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus yang memerlukan.

f. Pengadaan dan pemberian bantuan ruangan, gedung dan tanah untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam hal ini, masyarakat diharapkan dapat memberikan bantuan, baik berupa dana dan atau prasarana pendidikan untuk pelaksanaan belajar mengajar di madrasah. g. Pengadaan dana dan pemberian bantuan buku pelajaran dan peralatan pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Disini dapat berarti bahwa masyarakat diharapkan dapat memberikan bantuan, baik berupa dana dan atau bantuan buku-buku pelajaran yang dibutuhkan serta sarana pendidikan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Madrasah.

h. Pemberian kesempatan untuk magang dan/atau latihan kerja. Dapat berarti para pengusaha dan atau masyarakat industri diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dapat magang dan atau latihan kerja di instansinya.

i. Pemberian manajemen bagi penyelenggara satuan pendidikan dan pengembangan pendidikan nasional. Dapat diartikan bahwa masyarakat dapat melibatkan diri dalam: membantu (a) merencanakan (palnning), (b) mengorganisasikan (organizing), (c) mengarahkan (directing), (d) mengkordinasikan (coordinating), (e) mengawasi (controlling), (f) mengevaluasi (evaluation) di madrasah.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, diperlukan pengembangan bahan ajar modul pembelajaran biologi bernuansa Islami berbasis inquiry terbimbing untuk memberdayakan kreativitas belajar peserta

Pcnclitian ini bertujuan untuk mcngctahui: (-) Apa.kah terclapat hubungan antara kecepatan dengan keurantltuan rnenggiring bola dalam pennailran scpakbclla, (-)

TO IMPROVE PERFORMANCE RACKET PJKR STUDENTS FIFTH. SEMESTER INTHE YEAR2Ol

Berita Resmi Statistik Kota Batang 5 kelompok : komunikasi dan pengiriman; sarana dan penunjang transport dan jasa keuangan relatif stabil. Berita Resmi Statistik

Sebagai dasar merumuskan hipotesis, berikut kerangka pemikiran teoritis yang menunjukkan pengaruh variabel-variabel Current Ratio (CR), Working Capital Turnover (WCT)

Kali ini saya akan mengenalkan anda dengan Cisco Packet Tracer, ialah sebuah software keluaran dari cisco yang dapat digunakan untuk mensimulasikan dan untuk

Artinya modeling partisipan juga dapat dipergunakan untuk mengurangi perasaan dan perilaku menghindar pada diri seseorang yang dikaitkan dengan aktivitas atau

1) Peran: suatu proses dalam pelaksanaan kegiatan individu maupun kelompok. 2) Posyandu: suatu organisasi/institusi masyarakat didirikan atas dasar hukum