• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini kesehatan global difokuskan pada masalah kesehatan ibu, sampai saat ini masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini kesehatan global difokuskan pada masalah kesehatan ibu, sampai saat ini masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Beberapa tahun terakhir ini kesehatan global difokuskan pada masalah kesehatan ibu, sampai saat ini masalah kematian ibu adalah masalah yang belum dapat terpecahkan. Salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian ibu pada indikator kesehatan ibu. Di beberapa negara terutama negara Sub Sahara Afrika masih terdapat 800 perempuan meninggal selama kehamilan dan persalinan setiap harinya. Hal ini tentu saja masih jauh dari target MDGs yaitu mengurangi kematian ibu 75% dalam rentan waktu 1990-2015 (Pfeiffer,2013). Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang akan dicapai sampai dengan tahun 2030 mengenai kematian ibu adalah penurunan AKI sampai tinggal 70 per 100 ribu kelahiran hidup (Zaluchu, 2016).

Dari data hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dapat dilihat bahwa kematian ibu melonjak menjadi 359 per 100.000 kelahidup yang berarti mengalami kemunduran selama 5 tahun, dimana pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) sudah mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Melonjaknya angka AKI ini memperlihatkan lemahnya sistem kesehatan ibu dan reproduksi, serta kurang efektifnya program Kependudukan dan Keluarga Berencana (Budiantoro, 2013).

Salah satu faktor yang mempengaruhi masih tingginya AKI di Indonesia adalah persalinan di rumah dan ditolong oleh dukun, disamping faktor penyebab langsung kematian ibu seperti perdarahan, hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi aborsi (Noerdin, 2011). Dari data Riskesdas tahun 2010 dapat dilihat bahwa kelompok ibu yang melahirkan di rumah, 51,9% ditolong oleh tenaga kesehatan bidan, sedangkan 40,2% ditolong oleh dukun. Sekitar 55,4% persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan, dan 43,2% dilakukan di rumah (Depkes,2011).

Selain faktor diatas tingginya angka kematian ibu juga dipengaruhi oleh 3 terlambat, yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat merujuk dan

(2)

terlambat ditangani. Selain itu ada juga faktor penyebab 4 terlalu, yaitu terlalu tua (umur lebih 35 tahun), terlalu muda (umur kurang dari 20 tahun), terlalu dekat (jarak melahirkan kurang dari 2 tahun), dan terlalu banyak (melahirkan lebih dari 4 kali) (Kemenkes, 2011).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecenderungan perempuan untuk mengandalkan penolong persalinan tradisional (dukun bayi) dalam melahirkan antara lain: daerah pedesaan sehingga akses ke bidan atau pusat pelayanan kesehatan terbatas, sumber daya tenaga bidan yang terlatih masih kurang, dan kurangnya pengetahuan ibu. Hal ini mempengaruhi angka kematian ibu dan bayi baru lahir yang pada akhirnya akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat (Pyone et al., 2013).

Pada penelitian yang dilakukan di 97 negara menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara penolong persalinan dengan kematian ibu. Hubungannya yaitu semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti oleh penurunan angka kematian ibu di wilayah tersebut (Titaley, 2010). Namun di Indonesia masih banyak pertolongan persalinan oleh dukun bayi dengan menggunakan cara-cara tradisional, sehingga membahayakan kesehatan ibu dan bayi yang baru lahir (Depkes, 2008).

Kabupaten Gowa dengan ibukota Sungguminasa adalah Kabupaten bekas kerajaan maritim terbesar di Indonesia. Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat didaerah Sulawesi Selatan. Kerajaan ini memiliki raja yang paling terkenal bergelar Sultan Hasanuddin. Dengan latar belakang kerajaan ini masyarakat Kabupaten Gowa masih menjunjung tinggi tradisi budaya leluhur raja-raja. Salah satu contohnya dengan upacara membersihkan benda pusaka di Museum Balla Lompoa setiap hari raya Idul adha, disamping itu ada juga tradisi masyarakat Gowa mengurut bayi yang baru lahir hingga lepas tali pusat bayi dengan bantuan dukun bayi atau di Gowa disebut dengan istilah sanro ( Dukcapil Gowa, 2016).

Di Kabupaten Gowa jumlah angka kematian ibu (AKI) tahun 2016 adalah delapan belas orang dan jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan tahun 2015 yaitu sebanyak 83 orang atau 0,88% dari total persalinan.

(3)

Sebagian besar persalinan oleh tenaga non kesehatan terdapat didaerah pedesaan dataran tinggi. Sedangkan jumlah angka kematian bayi (AKB) tahun 2016 adalah sepuluh orang. Kecamatan Bontolempangan memiliki angka kematian ibu yang lebih tinggi dari Kecamatan lain di Kabupaten Gowa yaitu 3 orang di tahun 2015. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masih adanya persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi di daerah dataran tinggi Kecamatan Bontolempangan antara lain: akses ke pelayanan kesehatan yang masih sulit, jumlah dukun yang lebih banyak dari jumlah bidan, kepercayaan masyarakat kepada bidan yang masa kerjanya dibawah 5 tahun dan faktor yang paling mempengaruhi sosial kultural budaya turun temurun atau tradisi dalam masyarakat yang tetap mengandalkan dukun bayi dalam menolong persalinan.

Dari permasalahan diatas melihat masih tingginya angka kematian ibu di Kabupaten Gowa, perlu dipikirkan suatu kerjasama yang saling menguntungkan antara dukun bayi dan bidan, dengan harapan pertolongan persalinan berpindah dari dukun bayi ke bidan sehingga dapat menurunkan AKI di Kabupaten Gowa . Harapan lainnya adalah dukun menjadi mitra bidan dalam merawat ibu nifas dan bayinya, sehingga risiko kematian ibu dan bayi dapat diturunkan (Depkes, 2008).

Dukun bayi bisa menjadi mitra kerja penting dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI), karena ada beberapa daerah pedalaman di Indonesia yang terletak jauh dari rumah sakit, puskesmas, bahkan tidak memiliki polindes ataupun posyandu. Oleh karena itu dukun bayi seharusnya tidak diperlakukan sebagai “musuh” yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu (AKI), dan peran serta kemampuan dukun bayi seharusnya tidak dipinggirkan (Noerdin, 2011). Di Kabupaten Gowa masih ada dukun bayi yang belum bermitra dengan bidan, walaupun jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan jumlah dukun bayi yang sudah bermitra dengan bidan.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan-alasan dukun bayi menolak bermitra dengan bidan di wilayah kerja Puskesmas Bontolempangan Kabupaten Gowa.

(4)

2. Tujuan Khusus

a. Mengeksplorasi alasan dukun bayi menolak bermitra dengan bidan berdasarkan kompetisi antar provider.

b. Mengeksplorasi alasan dukun bayi menolak bermitra dengan bidan berdasarkan kesepahaman cultural.

c. Mengeksplorasi alasan dukun bayi menolak bermitra dengan bidan berdasarkan social accepted terhadap bidan senior.

C. Rumusan Penelitian

Di Kabupaten Gowa, berdasarkan laporan cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan tahun 2015 menunjukkan bahwa khususnya di Kecamatan Bontolempangan masih sangat tinggi yaitu 38 persalinan atau sekitar 45,7% dari total persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan di seluruh Kabupaten Gowa. Oleh karena itu dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah adalah mengapa dukun bayi menolak untuk bermitra dengan bidan di wilayah kerja Puskesmas Bontolempangan Kabupaten Gowa.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi (Dinas Kesehatan dan Puskesmas)

Dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi Puskesmas Bontolempangan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa dalam menentukan kebijakan, khususnya pada program Kemitraan Bidan dan Dukun, sehingga program ini dapat berjalan dengan baik dan berperan dalam menurunkan kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten Gowa.

2. Bagi Dukun dan Bidan di Desa

Dengan melihat gambaran alasan-alasan penolakan dukun bermitra dengan bidan, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam upaya peningkatan kemitraan bidan dengan dukun bayi sebagai mitra kerja utamanya. 3. Bagi Peneliti

Dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi peneliti terutama di bidang evaluasi program yang terkait dengan evaluasi program kesehatan serta memberikan informasi kepada peneliti lainnya.

(5)

E. Keaslian Penelitian

1. Nanur (2015) meneliti tentang “Kemitraan dukun dengan bidan dalam pertolongan persalinan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemitraan bidan dan dukun dan hambatan dalam pelaksanaan kemitraan dukun dengan bidan di Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa kemitraan bidan dan dukun belum berjalan dengan baik. Hambatannya masih ada dukun yang tidak bermitra, hambatan transportasi, dan hambatan dari ibu hamil itu sendiri. Persamaan nya yaitu kedua penelitian ini melihat tingkat keberhasilan program kemitraan bidan dan dukun. Perbedaannya pada penelitian ini melihat semua aspek dari input, proses dan output. Sedangkan pada peneliti menitik beratkan pada faktor internal dari dukun.

2. Kane (2006) meneliti tentang “Challenges for traditional birth attendants in northern rural honduras”. Penelitian ini meneliti hubungan antara kegiatan pembinaan di Pusat Pelayanan Ibu dan Anak di pedesaan sebelah utara Honduras. Hasil yang diperoleh bahwa Traditional Birth Attendants (TBAs) atau dukun bayi masih diandalkan didaerah tersebut untuk penolong persalinan. Penelitian merekomendasikan suatu model transisi dimana dukun bayi berperan dalam perawatan Ibu setelah melahirkan. Persamaan penelitian adalah sama-sama menjadikan dukun bayi sebagai subjek penelitian. Sedangkan perbedaannya pada penelitian ini menitik beratkan pada peran dukun bayi dalam persalinan, bukan bagaimana kemitraan dukun bayi dan bidan.

3. Hermawati, et al. (2013) meneliti tentang “Implementasi program kemitraan bidan – dukun oleh bidan desa di Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara (Studi Kasus di Puskesmas Wakaokili)”. Penelitian ini melihat gambaran program kemitraan bidan dan dukun di Puskesmas Wakaokili dimana cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah, yang ditandai rendahnya jumlah dukun yang bermitra dan rendahnya rujukan kehamilan serta rujukan persalinan dukun. Persamaan penelitian ini adalah sama –sama

(6)

menjadikan dukun dan bidan sebagai subjek dalam penelitian, dan menggunakan metode penelitian rancangan kualitatif yang disajikan secara deskriptif eksploratif. Sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian ini variabelnya adalah ukuran dasar dan tujuan kebijakan, karakteristik badan pelaksana, komunikasi antar organisasi dan kegiatan operasional program, disposisi, sumber daya (dana, tenaga, sarana prasarana), dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Sedangkan pada penelitian peneliti variabelnya adalah alasan-alasan dukun menolak bermitra dengan bidan dari segi pendapatan dukun, permintaan pasien dan pengalaman dari bidan.

4. De Fretes (2014) meneliti tentang “ Analisis pelaksanaan program kemitraan bidan dan dukun ditinjau dari aspek input, proses dan output di Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan program kemitraan bidan dan dukun ditinjau dari aspek input, proses, dan output diwilayah kerja Dinas Kabupaten Fakfak. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan dukun dan bidan sebagai subjek penelitian dengan jenis penelitian adalah kualitatif yang disajikan secara deskriptif eksploratif melalui wawancara mendalam. Kedua penelitian ini melihat kerjasama antara bidan dan dukun berdasarkan program kemitraan bidan dan dukun. Pada penelitian ini peneliti hanya melihat dari segi output yaitu alasan – alasan dukun untuk menolak bermitra dengan bidan, sedangkan pada penelitian ini variabelnya adalah input, proses dan output dari program kemitraan bidan dan dukun.

5. Pfeiffer (2013) meneliti tentang “Delivering at home or in a health facility? health – seeking behaviour of women and the role of traditional birth attendants in Tanzania”. Di negara Tanzania dukun memegang peranan penting dalam kesehatan reproduksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan: (1) Perilaku kesehatan wanita dalam penggunaan pelayanan Antenatal Care (ANC) dan Postnatal Care (PNC); (2) Alasan mereka memilih tempat pelayanan kesehatan; (3) Penggunaan praktek tradisional dan sumber daya yang digunakan oleh dukun beranak. Persamaan penelitian ini adalah menggunakan dukun tradisional sebagai subjek penelitian. Perbedaannya

(7)

adalah pada penelitian ini yang dilihat adalah perbedaan persepsi wanita dalam memilih tempat pelayanan kesehatan untuk melahirkan di daerah pedesaan dan perkotaan. Sedangkan pada penelitian peneliti tidak hanya melihat dari segi permintaan pasien dalam memilih tempat bersalin, tetapi juga melihat dari faktor internal dukun tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengikuti pelatihan keterampilan ini peserta memiliki pengethuan tentang keterampilan-keterampilan sosial yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari

Dalam sistem pneumatik udara mampat yang dimasukan kedalam silinder harus dapat dikeluarkan kembali untuk dapat mengembalikan pada kedudukan semula. Untuk itu dalam sistem pneumatik

Prediksi pola perjalanan yang akan dilakukan konsumen apabila nantinya pelayanan transportasi Bus Tranjogja nantinya beroperasi dengan Jogja ± Kaliurang dengan

Indikator Soal : Disajikan teks bacaan, siswa mampu menganalisis pengaruh interaksi manusia terhadap lingkungan bagi masyarakat. Level Kognitif : 3

Relasi positif antara job resources dan work engagement tidak berbeda antara partisipan yang memiliki conscientiousness tinggi dan partisipan yang memiliki

Kemudian pilih Jadikan default dalam menu carousel, dan tekan, untuk konfirmasi. Copy ke SIM Seperti disebutkan sebelumnya, memasukkan sejumlah nama dalam buku tele&RS\ NH 6,0

Untuk mengetahui audience salience dari agenda media pada tayangan Cabe-cabean di acara sudut pandang Metro TV Teori yang digunakan dalam penelitian memakai teori

Dari penggabungan model Horton 5 lokasi yang tergolong kelompok kepadatan rendah diatas diketahui lokasi di Karangbesuki memiliki nilai laju infiltrasi awal yang