• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan kekurangan, kesulitan, dan ketidakberdayaan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Perkembangan kondisi kemiskinan suatu negara merupakan salah satu indikator untuk melihat perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karenanya, dengan semakin menurunya tingkat kemiskinan yang ada, maka dapat disimpulkan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Menurut Mankiw (2002 : 550) kemiskinan merupakan satu dari sekian masalah tersulit yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan. Keluarga miskin lebih mungkin menjadi tunawisma, mengalami ketergantungan obat, kekerasan rumah tangga, masalah kesehatan, hamil muda, buta huruf, pengangguran, dan pencapaian pendidikan yang lebih rendah daripada keseluruhan populasi. Anggota keluarga miskin juga kemungkinannya lebih besar dalam melakukan kejahatan dan dalam menjadi korban kejahatan. Meskipun sulit memisahkan penyebab kemiskinan dari pengaruh kemiskinan, tidak diragukan lagi bahwa kemiskinan dapat dihubungkan dengan berbagai penyebab penyakit ekonomi dan sosial.

Indonesia sebagai negara yang masih berkembang, permasalahan kemiskinan masih menjadi pokok persoalan yang harus mendapatkan perhatian ekstra. Kondisi sekarang, kemiskinan bukan hanya di pandang dari rendahnya

(2)

2

kualitas ekonomi, tapi sudah di pandang dari sudut yang berbeda-beda dan tergantung pandangan yang digunakan maka batasan kemiskinan juga bergeser. Dengan menggunakan batasan kualitas dan material kemiskinan di artikan ketidakmampuan untuk meraih standar hidup minimal. Arti yang lebih luas, kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau kelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Sedangkan hak-hak dasar yang diakui secara umum adalah terpenuhi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hal-hal berpatisipasi dalam kehidupan sosial politik baik perempuan maupun laki-laki.

Tabel 1.1 menunjukkan jumlah penduduk miskin masing-masing provinsi di Indonesia tahun 2009-2010. Dapat di ketahui bahwa jumlah penduduk miskin di masing-masing provinsi di Indonesia dari tahun 2009 ke 2010, sebagian besar masing-masing provinsi di Indonesia mengalami penurunan jumlah penduduk miskin. Beberapa Provinsi seperti Sumatra Barat, Kepulauan Riau, Bengkulu, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Papua, dan Papua Barat yang mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin, tetapi peningkatan tersebut tidak terlalu besar dibanding dengan penurunan-penurunan jumlah penduduk miskin di Provinsi lainnya.

(3)

3

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2009-2010

Provinsi Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa)

2009 2010

Nanggro Aceh Darussalam 892,8 861,8

Sumatra Utara 1.499,7 1.490,9 Sumatra Barat 429,3 430,0 Riau 527,5 500,3 Kepulauan Riau 128,2 129,6 Jambi 249,7 241,6 Sumatra Selatan 1.167,9 1.125,7

Kepulauan Bangka Belitung 76,6 67,7

Bengkulu 324,1 324,9 Lampung 1.558,3 1.479,9 DKI Jakarta 323,2 312,2 Jawa Barat 4.983,6 4.773,7 Banten 788,1 758,2 Jawa Tengah 5.725,7 5.369,2 DI Yogyakarta 585,8 577,3 Jawa Timur 6.022,6 5.529,3 Bali 181,7 174,9

Nusa Tenggara Barat 1.050,9 1.009,3

Nusa Tenggara Timur 1.013,1 1.014,1

Kalimantan Barat 434,8 428,8 Kalimantan Tengah 165,8 164,2 Kalimantan Selatan 176,0 181,9 Kalimantan Timur 239,2 243,0 Sulawesi Utara 219,6 206,7 Gorontalo 224,6 209,9 Sulawesi Tengah 489,8 474,9 Sulawesi Selatan 963,6 913,4 Sulawesi Barat 158,2 141,3 Sulawesi Tenggara 434,3 400,7 Maluku 380,0 378,6 Maluku Utara 98,0 91,1 Papua 760,3 761,6 Papua Barat 256,8 256,2

(4)

4

Dalam kaitannya untuk menurunkan jumlah penduduk miskin, Pemerintah Indonesia telah memberikan 3 paket bantuan program. Ketiga paket bantuan program tersebut, yaitu sebagai berikut.

1) Paket bantuan program I: bantuan dan perlindungan sosial

Paket bantuan ini ditujukan untuk perlindungan dan pemenuhan hak atas pendidikan, kesehatan, pangan, sanitasi, dan air bersih. Paket ini diwujudkan dalam bentuk Beras Miskin (Raskin), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesnas yang dulu disebut Askeskin), BOS (Bantuan Operasional Sekolah), PKH (Program Keluarga Harapan), dan BLT (Bantuan Langsung Tunai).

2) Paket bantuan program II: pemberdayaan masyarakat

Paket bantuan ini bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pemenuhan hak atas partisipasi, kesempatan kerja dan berusaha, tanah, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta perumahan.

3) Paket bantuan program III: pemberdayaan usaha mikro dan kecil (UMK-KUR)

Paket bantuan ini bertujuan untuk perlindungan dan pemenuhan hak atas kesempatan berusaha dan bekerja, sumber daya alam serta lingkungan hidup.

Meskipun jumlah penduduk miskin berkurang seperti yang ditunjukkan Tabel 1.1, sejumlah hal masih perlu mendapat catatan. Pemerintah tetap perlu berusaha keras agar laju penurunan kemiskinan bisa bertahan, bahkan dipercepat, agar Target Pembangunan Milenium bisa tercapai. Sementara itu, meski angka kemiskinan absolut terus turun, ada banyak penduduk Indonesia yang hidup sangat dekat dengan garis kemiskinan. Mereka bisa suatu saat jatuh ke dalam kemiskinan jika terjadi guncangan dalam perekonomian rumah tangga mereka, atau yang sifatnya besar seperti krisis ekonomi.

(5)

5

Saat ini Indonesia menghadapi peluang sekaligus tantangan dalam pengurangan kemiskinan. Perlahan tapi pasti, pertumbuhan ekonomi terus meningkat. Ini menyebabkan sumber daya untuk menurunkan kemiskinan makin banyak tersedia, baik dari sisi pemerintah maupun swasta. Iklim demokrasi dan desentralisasi juga menyediakan landasan kelembagaan yang lebih kuat serta partisipasi publik yang lebih besar. Hal tersebut berarti sumber daya makin tidak terpusat di tangan pemerintah pusat. Artinya, kinerja penurunan kemiskinan ke depan akan sangat dipengaruhi oleh kapasitas pemerintah daerah, koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah, juga koordinasi antara eksekutif dan legislatif. Dengan kata lain, makin banyak variabel yang mempengaruhi penurunan kemiskinan, tapi makin sedikit yang bisa dikontrol.

Ada variasi yang besar dalam kemiskinan antar daerah. Tingkat kemiskinan di Jawa dan Bali yang relatif maju bervariasi antara 3,48 hingga sekitar 16,83 persen. Sementara di wilayah Papua, tingkat kemiskinan mencapai 36,8 persen (Gambar 1.1). Tapi karena populasi penduduk di Jawa dan Bali lebih besar, 60 persen dari seluruh penduduk miskin Indonesia ada di daerah ini, dan hanya 3 persen yang tinggal di Papua. Ini menyebabkan adanya ‘dilema’ dalam strategi kebijakan kemiskinan. Apakah kebijakan sebaiknya diarahkan pada daerah dengan tingkat kemiskinan tinggi di Kawasan Timur Indonesia, atau di wilayah dengan jumlah absolut penduduk miskin terbanyak (Jawa dan Bali). Selain variasi kemiskinan antar daerah, disparitas kemiskinan di dalam satu daerah juga persoalan lain. Di Jawa, contohnya; memiliki kantong-kantong kemiskinan yang berdampingan dengan daerah yang relatif makmur. Disparitas kemiskinan antar

(6)

6

daerah bukan hanya terjadi dalam angka, tapi juga dalam hal tantangan yang dihadapi. Daerah miskin umumnya juga merupakan daerah dengan tingkat pendidikan juga akses pada air, sanitasi dan kesehatan yang rendah.

Gambar 1.1 Tingkat Kemiskinan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2010

20.98 11.31 9.58.658.34 15.47 18.318.94 6.518.05 3.48 11.27 16.5616.83 15.26 7.16 4.88 21.55 23.03 9.02 6.77 5.21 7.66 9.1 18.07 11.6 17.05 23.19 13.58 27.74 9.42 34.88 36.8 0 5 10 15 20 25 30 35 40 NA D SU M U T S UM B A R R IA U JA M B I S U M S E L B E NG K UL U L A M P UN G B A B E L K E P. R IA U DK I JA K A R T A JA B A R JA T E NG DIY JA T IM B A NT E N B A L I NT B NT T K A L B A R K A L T E N G K A L S E L K A L T IM S UL UT S UL T E N S UL S E L S UL R A G O R O N T A L O S U L B A R M A L UK U M A L UK U … P A P UA B A R A T P A P UA

Tingkat Kemiskinan Masing-Masing Provinsi

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2011

Adanya variasi besar antar daerah menunjukkan bahwa tidak ada strategi tunggal untuk mengatasi kemiskinan. Kebijakan kemiskinan mau tidak mau harus disesuaikan dengan tantangan spesifik di tiap daerah. Di sinilah peran pemerintah daerah di era otonomi jadi penting.

Pulau Bali sebagai pulau dewata yang sudah terkenal di penjuru dunia yang memiliki keindahan objek wisatanya menjadikan pulau Bali sebagai tujuan wisata dunia yang digemari, apalagi ditambah dengan beragamnya adat istiadat dan kebudayaan yang kental dan unik serta fasilitas yang ada juga ikut mendorong kunjungan wisatawan. Dengan perkembangan pariwisata, tidak membuat Provinsi

(7)

7

Bali terbebas dari kemiskinan, dan kemiskinan masih menjadi masalah yang cukup serius yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Provinsi Bali.

Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Bali Tahun 2004-2010

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (000 jiwa)

Persentase Penduduk Miskin (%)

Kota Desa Kota + Desa Kota Desa Kota + Desa

2004 87,0 144,9 231,9 5,05 8,71 6,85 2005 105,9 122,5 228,4 5,40 8,51 6,72 2006 127,4 116,0 243,5 6,40 8,03 7,08 2007 119,8 109,3 229,1 6,01 7,47 6,63 2008 115,1 100,6 215,7 5,70 6,81 6,17 2009 92,1 89,7 181,7 4,50 5,98 5,13 2010 83,6 91,3 174,9 4,04 6,02 4,40

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2011

Tabel 1.2 menunjukkan kondisi kemiskinan yang ada di Provinsi Bali tahun 2004-2010. Dapat di lihat jumlah dan persentase kemiskinan (kota + desa) bahwa jumlah penduduk miskin relatif menurun tiap tahunnya kecuali pada tahun 2006, dimana jumlah penduduk miskin tahun 2005 sebanyak 228,4 juta jiwa menjadi 243,5 pada tahun 2006. Perkembangan jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh banyak indikator diantaranya beberapa indikator seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan jumlah pengangguran.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin. Para ahli ekonomi percaya bahwa cara terbaik untuk mengejar keterbelakangan ekonomi adalah dengan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya sehingga dapat melampaui tingkat pertumbuhan penduduk. Dengan cara tersebut, angka pendapatan per kapita akan

(8)

8

meningkat sehingga secara otomatis terjadi pula peningkatan kemakmuran masyarakat dan pada akhirnya akan mengurangi jumlah penduduk miskin.

Tingkat Perndidikan menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin. Kualitas sumberdaya manusia ditunjukkan dengan kualitas pendidikan, dan korelasi antara pendidikan dan kemiskinan sudah lama menjadi isu sentral di banyak negara, bahkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat permasalahan muncul sebagai akibat besarnya subsidi yang dipergunakan bagi kelompok masyarakat miskin. Di Indonesia sendiri permasalahan terletak pada ketidakadilan dalam memperoleh akses pendidikan, antara si kaya dan si miskin. Hal ini terlihat jelas, bahwa biaya menyekolahkan anak dalam sistem pendidikan formal, bagi orang kaya maupun miskin relatif sama (seperti di sekolah-sekolah negeri). Penyebabnya adalah, sekolah-sekolah negeri yang lebih kurang 90 persen pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah justru banyak diduduki oleh anak-anak orang berada maupun kelas menengah. Harus di pahami benar oleh seluruh masyarakat khusunya bagi masyarakat miskin bahwa pendidikan akan menciptakan sumberdaya yang diharapakan dapat bersaing dalam kegiatan ekonomi yang ada, sehingga pendidikan meningkatkan produktivitas, artinya peningkatan pendidikan merupakan bentuk usaha yang sangat ampuh untuk mengurangi kemiskinan.

Jumlah pengangguran juga menjadi salah satu indikator yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin, semakin banyak penduduk yang menganggur maka semakin banyak pula penduduk yang tidak mempunyai pendapatan. Penduduk yang tidak mempunyai pendapatan maka mereka akan

(9)

9

terjerat atau sulit untuk terbebas dari jebakan lingkaran setan kemiskinan. Sebaliknya jika masyarakat tidak menganggur (bekerja) maka masyarakat akan memiliki pendapatan yang mana pendapatan tersebut sebagai alat untuk memperbaiki kesejahteraan sehingga terlepas dari jebakan lingkaran setan kemiskinan.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan jumlah pengangguran secara serempak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2004-2010?

2) Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan jumlah pengangguran secara parsial terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2004-2010?

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang ada, adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan jumlah pengangguran secara serempak terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2004-2010.

2) Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan jumlah pengangguran secara parsial terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Bali tahun 2004-2010.

(10)

10

1.2.2 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan jumlah pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Bali dan sebagai dokumentasi di lingkungan akademis sehingga dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

2) Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kebijakan untuk memberikan masukan kepada pemerintah pusat maupun daerah dalam hal penyusunan kebijakan di masa yang akan datang dan pengetahuan kepada masyarakat sehingga dapat dijadikan rujukan untuk kepentingan berbagai pihak yang memerlukan.

1.3 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 (lima) bab, dimana masing-masing bab akan berisi hal-hal sebagai berikut.

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, tujuan penelitian dan kegunaan, dan sistematika penyajian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan teori-teori yang relevan dengan judul yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu mengenai definisi

(11)

11

kemiskinan, ukuran kemiskinan, penyebab kemiskinan, pendekatan kriteria penduduk miskin BPS, strategi dan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan, konsep pertumbuhan ekonomi, hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan, konsep tingkat pendidikan, hubungan tingkat pendidikan dengan kemiskinan, konsep pengangguran, hubungan pengangguran dengan kemiskinan dan hasil penelitian sebelumnya serta disajikan juga mengenai dugaan sementara dari pokok permasalahan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan disajikan mengenai metode penelitian yang mencakup berbagai hal seperti lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam membahas permasalahan yang diteliti.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini disajikan data beserta pembahasan berupa gambaran umu tempat penelitian dan pembahasan hasil dari metode yang digunakan, yang merupakan jawaban dari permasalahan yang ada.

(12)

12

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan simpulan yang dihasilkan dari penelitian yang telah dibahas dalam bab sebelumnya. Pada bab ini juga dikemukakan saran-saran yang terkait dengan hasil penelitian.

Gambar

Tabel  1.1  Jumlah  Penduduk  Miskin  Menurut  Provinsi  di  Indonesia  Tahun  2009-2010
Gambar 1.1 Tingkat Kemiskinan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 2010
Tabel  1.2  Jumlah  dan  Persentase  Penduduk  Miskin  di  Provinsi  Bali  Tahun  2004-2010

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan hasil belajar teknik gambar bagunan siswa kelas X TGB

Salah satu tantangan dalam mewujudkan sistem informasi perencanaan yang mendukung transportasi hijau ialah membangun inventaris data guna lahan yang detil

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa strategi pembiayaan yang tepat bagi SMP N 1 Salatiga yaitu menerapkan strategi WO atau mendukung strategi defensive yaitu

Setelah data - data yang ditemukan dianalisis dan dijelaskan menurut konsep- konsep yang ada, maka langkah selanjutnya adalah menyandingkan dengan teori-teori yang

99 SMAK 7 PENABUR JONATHAN ELDRIAN FISIKA LULUS. 100 SMAK 7 PENABUR OLIVIA ERIKA

Kekurangan dari metode ini adalah ketidakmampuannya dalam memberikan rekomendasi untuk item baru yang belum memiliki data rating sama sekali, atau biasa disebut masalah cold

transaksi yang digunakan secara manual adalah pada saat Costummer datang melakukan pembelian barang, maka input data penjualan yang dilakukan pada kasir adalah

Pelajar tersebut berumur 18 tahun dan belajar di tingkatan 6 di Sekolah Menengah Kebangsaan Darul Ehsan (SMK DE). Kami telah menemubual pelajar ini tentang persekitaran sekolah