BAB IV
PERHITUNGAN PONDASI
4.1. Denah Bangunan dan Titik Uji Penyelidikan Tanah
Lokasi pembangunan gedung Graha Anabatic terletak di BSD, Serpong – Tangerang. Bangunan gedung tersebut mempunyai tinggi 12 lantai dengan 1 lapis semi bestmen + 1 lapis bestmen. Pada lokasi tersebut terdapat pengujian lapangan dengan melakukan pengeboran sebanyak 2 titik dengan kedalaman 30 m dan uji sondir dilaksanakan pada 4 titik lokasi dengan kapasitas 2.5 ton.
4.2. Statigrafi Tanah
Dari hasil uji sondir secara umum, untuk sondir 1 sampai sondir 3 , dari
permukaan tanah hingga kedalaman 3.2 m terdiri dari lempung dengan nilai qc yang bekisar 2-8 kg/cm2. Dari 3.2 m hingga 4.0 m didominasi oleh lempung dengan nilai qc 10 – 20 kg/cm2. Pada kedalaman 4.0 – 7.0 m nilai qc berkisar antara 40-60 kg/cm2. Mulai kedalaman 7.0 hingga akhir kedalaman nilai qc terus meningkat hingga tercapai 250 kg/cm2. Untuk sondir 4, dari permukaan tanah hingga kedalan 5.5 m nilai qc berkisar antara 10-40 kg/cm2. Dari kedalaman 5.5 m hingga 7.5 m nilai qc 20-60 kg/cm2. Mulai dari kedalaman 7.5 m sampai akhir kedalaman nilai qc 250 kg/cm2.
Sedangkan dari hasil pemboran, dari permukaan tanah hingga kedalam 5.0 m didominasi oleh lempung dan lanau dengan kosistensi sedang hingga teguh. Dari kedalaman 5.0 m hingga 12.0 m terdiri dari lanau dengan kosistensi teguh hingga sangat teguh. Pada kedalaman 12.0 m hingga 21.0 m terdiri dari lanau dengan kosistensi keras dan lensa pasir sangat padat. Di kedalaman 21.0 m sampai akhir pengeboran terdiri dari lempung dan lanau dengan kosistensi teguh.
Gambar 4.2 Statigrafi tanah Tabel 4.1 Data Parameter Tanah
γsat= 1,79 km/m3 c = 0,28 kg/cm2 Ø=22 deg γsat= 1,67 km/m3 c = 0,27 kg/cm2 Ø=23 deg γsat= 1,51 km/m3 c = 0,31 kg/cm2 Ø=0,21 deg γsat= 1,62 km/m3 c = 0,41 kg/cm2 Ø=3 deg MAT
4.3. Pemilihan Jenis Pondasi Tiang Pancang
Keuntungan menggunakan tiang pancang :
1. Karena tiang pancang dibuat dari pabrik dan pemeriksaan kualitasnya ketat, hasilnya lebih diandalkan.
2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
3. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus – rumus tiang pancang sehingga mempermudahkan pengawasan pengerjaan konstruksi. Pemilihan tiang pancang yang digunakan dalam proyek ini adalah
jenis Hydroulic Static Pile Drile ( HSDP ), dimana alat tersebut tidak menimbulkan kebisingan dan getaran besar karena prosesnya adalah dengan menekan tiang pancang dengan tenaga hidroulik.
4.4. Perhitungan Daya Dukung Aksial Tiang Tunggal
Daya dukung pondasi dihitung berdasarkan data dari lapangan yang terdapat pada laporan penyelidikan tanah. Pada tugas akhir ini perhitungan daya dukung menggunakan hanya data lapangan berupa N-Spt, sebab data sondir tidak dapat digunakan dalam perencanan karena dalam penyelidikan di lapangan dengan mengunakan sondir pada kedalam 8 meter sudah di temukam tanah keras, sehingga penyelidikan tidak diteruskan. Padahal berdasarkan data yang didapat dari penyelidikan dengan menggunakan bor mesin dibawah kedalaman 8 meter ditemukan kembali tanah lunak, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyelidikan sondir dirasa kurang akurat untuk dasar perencanaan karena letaknya jauh dari titik perencanaan, maka tidak digunakan sebagai dasar perencanaan.
4.4.1 Perhitungan Daya Dukung Tiang Tunggal Berdasarkan Data N-Spt
dengan Menggunakan Metode Mayerhoff, 1956
Persamaan yang digunakan untuk menghitung daya dukung aksial tiang tunggal pada jenis tiang pancang adalah sebagai berikut :
Qult = 40 Nb Ap
Dengan : Qp = 400 Nb Ap \
harga N = nilai Nspt rata-rata sepanjang tiang harga Nb = daya dukung ujung tiang
Ap = luas penapang dasar tiang
1. Lokasi Bor Hole 1
Daya dukung ujung tiang (Qp)
Kedalaman tanah keras berdasarkan hasil stratigafi berada pada kedalaman 12 meter dan mempunyai nilai N-SPT lebih dari 50, metode Mayerhoff membatasi harga Nb pada angka 40. Dari data tersebut penulis mencoba merencanakan diameter tiang pancang 50 cm dan panjang tiang 12 meter.
Sehingga harga tahanan ujung tiang adalah :
Qult = 400 Nb Ap
Diket : Nb = 40 Dicari : Ap = Sisi x Sisi
= 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2 Ditanya: Qp = 40 Nb Ap
= 400 Ton
Daya dukung selimut tiang (Qs)
Daya dukung selimut tiang akan dihitung perkedalaman 1,5 meter sampai kedalaman tanah keras adalah 1
Tabel 4.2 Daya Dukung Selimut Tiang (Qs) BH 1 Kedalaman ( m ) Jenis Tanah N-SPT 0.2Nspt As Qs m2 Ton 0 - 1,5 Silty Clay 14 2,8 4 11,2 1,5 - 3,0 Silty Clay 6 1,2 4 4,8 3,0 - 4,5 Clayey Silt 5 1 4 4 4,5 - 6 Clayey Silt 10 2 4 8 6,0 - 7,5 Clayey Silt 14 2,8 4 11,2 7,5 - 9,0 Clayey Silt 22 4,4 4 17,6 9,0 - 10,5 Clayey Silt 24 4,8 4 19,2 10,5 - 12,0 Clayey Silt > 50 10 1,2 12
Total Daya Dukung Selimut tiang 88
Maka Daya Dukung Ultimit adalah sebagai berikut, Qult = Qp + Qs = 400 Ton + 88 ton = 488 Ton Qall = 2 3 Qs Qp = 2 88 3 400 = 177,33 Ton
Berdasarkar dari metode Mayerhoff pada lokasi bor hole 1, Qultimit yang
2. Lokasi Bor Hole 2
Daya dukung ujung tiang (Qp)
Lokasi pada bor hole 2 kedalaman tanah keras berdasarkan hasil stratigafi berada pada 12 meter dan mempunyai nilai N-SPT lebih dari 50 dan jenis tanahnya termasuk tanah berpasir , metode Mayerhoff membatasi harga Nb pada angka 40. Dari data tersebut penulis mencoba merencanakan diameter tiang pancang 50 cm dan panjang tiang 12 meter.
Sehingga harga tahanan ujung tiang adalah : Qs = As.0,20N Qp = Ap.pb
Nilai pb tergantung dari jenis tanah seperti yang tertera pada tabel dibawa ini. Tabel 4.3 nilai pb
Ton/ft² Ton/m² Ton/ft² Ton/m² Pasir 4 N 40 N 60 + 2(N-15) 600 + 2(N-15) Lanau 2,5 N 25 N 37,5 +1,25( N-15) 375 +1,25( N-15)
N < 15 N>15
Jenis Tanah
Sumber : Diarsa, Ir. Made G.
Untuk mencari nilai pb terdapat pada tabel 2.5 nilai pb pada pasir dan Nsptnya lebih 15, maka nilai pb adalah
Pb = 600 + 2 ( N – 15 ) Diket : Nb = 40 Dicari : Ap = Sisi x Sisi
= 0.5 m x 0,5 m = 0,25 m2 Pb = 600 + 2 (N-15) = 600 + 2 ( 50 - 15)
= 670 ton
Ditanya: Qp = Ap pb = 0,25 x 600 = 167.5 Ton
Daya dukung selimut tiang (Qs)
Daya dukung selimut tiang akan dihitung perkedalaman 1,5 meter sampai kedalaman tanah keras.
Tabel 4.4 Daya Dukung Selimut Tiang (Qs) BH 2 Kedalaman ( m ) Jenis Tanah N-SPT 0.2Nspt As Qs m2 Ton 0 - 1,5 Clayey Silt 13 2,6 4 10,4 1,5 - 3,0 Clayey Silt 8 1,6 4 6,4 3,0 - 4,5 Clayey Silt 5 1 4 4 4,5 - 6 Silty clay 16 3,2 4 12,8 6,0 - 7,5 Silty clay 22 4,4 4 17,6 7,5 - 9 Clayey Silt 16 3,2 4 12,8 9,0 - 10,5 Clayey Silt 23 4,6 4 18,4 10,5 -12 Clayey Silt > 50 10 1,2 12
Total Daya Dukung Selimut tiang 94,4
As = sisi x sisi = 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
Qs = As.0,20N Maka daya dukung ultimit adalah sebagai berikut, Qult = Qp + Qs = 167,5 ton + 94,4 ton = 261,9 Ton Qall = 2 3 Qs Qp
= 2 4 , 94 3 9 , 261 = 134,5 Ton
Berdasarkar dari metode Mayerhoff pada lokasi bor hole 2, Qultimit
yang didapat 261,9 ton, sedangkan Qallnya adalah 134,5 ton.
4.5. Efisiensi dan Daya Dukung kelompok Tiang
Tiang pancang bertumpu pada lapisan tanah lanau dengan kosistensi keras dan pasir yang sangat padat dengan kedalaman 12 meter. Beban yang terbesar berdasarkan hasil perhitungan struktur atas terjadi pada kolom nomor 14 dengan berat 1219,89 ton ( tabel 3.1 ) karena memiliki beban yang paling besar. Untuk itu diperlukan sebuah jarak minimum dari penetapan jarak antar tiang dalam kelompok akan digunakan syarat 2,5D (Teng,1962).
Qug = Qut.n.Eg
Dimana : Qug = Kapasitas daya dukung maksimum grup tiang
Qut = Kapasitas daya dukung maksimum satu tiang
= 488ton
n = Banyaknya tiang/ Qall
= 1219,89/ 177,3= 6,88 = 6 tiang Eg = Efisiensi grup Eg = 2.( m + n - 2 ) . S + 4 . D p . m . n
Dimana:
m = jumlah tiang pada deret baris n = jumlah tiang pada deret kolom s = jarak
D = diameter atau sisi tiang p = keliling dari penampang tiang
Eg =
2.( 3 + 3 - 2 ) . 1,25 + 4 . 0,5 2 . 3 . 3
= 0,67
Maka kapasitas daya dukung maksimum grup tiang adalah Qug = Qull . n , Eg
= 488 x 6 x 0,75 = 2196 ton
Efisinsi dan daya dukung kelompok tiang yang terjadi pada beban yang terbesar adalah 2196 ton dan tiang yang diperlukan untuk mendapat daya dukung kelompok adalalah sebanyak 6 tiang.
2.6. Daya Dukung Kapasitas Tarik Pondasi Tiang
Pada kondisi tertentu, seperti gempa, adanya gaya uplift atau jangkar,
pondasi tiang akan berfungsi menahan beban tarik. Perhatian para peneliti mengenai hal ini belum banyak dan pandangan lama mengangap kapasitas tarik sama dengan nilai Qultimit pada kondisi tekan. Beberapa literatur dan Rahardjo
nilai gesekan ultimit tiang dalam keadaan tekan, umumnya berkisar 40% - 70%. Kapasitas tarik pondasi tiang dapat dinyatakan :
Tu = T + Wp
Dimana : Tu = kapasitas total
T = kapasitas tarik Wp = berat tiang
4.6.1 Kapasitas Tarik Pondasi Tiang Pada Tanah Lempung
Das dan Seeley ( 1982 ) memberikan formula :
T = L . p. α’ . cu
Dimana : L = panjang tiang = 12 m = 1200 cm p = keliling = 4 x 0.5 = 2 m = 200 cm
α’ = faktor adhesi untuk tarik pada tiang pancang Tabel 4.5 Faktor adhesi untuk kondisi tarik Jenis Tiang Faktor adhesi untuk tarik
Tiang bor α' = 0.9 - 00625 .cu .... ( ≤ 80 kPa ) α' = 0,4 .... ( > 80 kPa ) Tiang pipa α' = 0.715 - 0.0191.cu .... ( ≤ 27 kPa ) α' = 0.2 .... ( >27 kPa )
menurut tabel 4.11 diatas adalah c= 30,40 kPa , maka α’= 0,2. Cu > 27 kPa cu = kohesi = 0,31 kg/cm2 T = L . p. α’ . cu T = 1200 x 200 x 0,2 x 0,31 = 14880 kg = 14,88 ton Sehingga Tu = T + Wp Tu = 14880 kg + 301 kg/M = 15181 kg/M
Catatan : Berdasarkan PT. HUME SAKTI INDONESIA – PC PILES, berat tiang □ 500 mm x 500 mm adalah 301 kg/ m.
Maka kapasitas total daya dukung tarik pondasi tiang pancang adalah 15181 kg = 15.181 ton.
4.7 Kapasitas Dukung Lateral Tiang Pancang
Kapasitas dukung lateral tiang yaitu kemampuan tiang untuk menahan
beban – beban horizontal atau lateral , seperti : beban angin, tekanan tanah lateral, beban gelombang air, dan lain – lain. Gaya lateral yang terjadi pada tiang pancang bergantung pada kekuatan atau tipe tiang, macam tanah, penahan penanaman ujung ting kedalam pelat penutup kepala tiang, sifat gaya – gaya dan besar defleksi. Kapasitas dukung tiang ditinjau berdasarkan defleksi maksimum dan berdasarkan momen maksimum yang bekerja pada tiang pancang.
4.7.1 Lateral Tiang Berdasarkan Defleksi tiang maksimum
- Menentukan kriteria jenis tiang panjang atau pendek dengan metode
Broms.
Menentukan kriteria tiang pendek dan tiang panjang terjadi pada tanah
berpasir ( tanah granular ) akibat beban lateral, menurut Hardiyatmo (2010:312 ) adalah :
α = ( Nh )1/5
Ep X Ip Dengan ketentuan :
1. Taing ujung bebas dan ujung jepit dianggap sebagai tiang pendek 9 kaku ), bila α . L < 2
2. Tiang ujung bebas dan ujung jepit dianggap sebagai tiang panjang (tidak kaku), bila α . L > 4
dimana :
Ep = Modulus elatis tiang (ton/m2) = 2100000 kg/cm2 Ip = momen inersia (m4) = 1/12bh3= 0,0052 m4 Konstanta modolus subgrade tanah.
Tabel 4.6 Nilai – nilai Nh tanah granuler ( c=0 )
Nh yang di gunakan tanah granular diasumsikan berdasarkan statifikasi tanah schmertmann dengan kepadatan relatif(Dr) sedang yang terdiri dari pasir padat terendam air karena kedalaman muka air tanah 2 m ,maka ( Terzaghi ) Dr= 11779 kn/m3.
Nilai α = ((11779)/(21000000x0,0052)1/5 =1,02 /m
Nilai α.L= 1,02 per meter x 12 m = 12,18 > 4, maka dinyatakan sebagai Tiang panjang dan tidak kaku.
Maka tiang pancang termasuk kriteria jenis tiang panjang dan tidak kaku.
1. Menentukan beban lateral ijin akibat defleksi tiang pancang ujung
jepit dengan Metode Broms (Hardiyatmo, 2010:332 )
yo = 0,93H (nh)3/5 (EpxIp)2/5
H = 1 yo. Nh3/5( EpxIp)2/5 0,93
Konstanta modulus subgrade tanah, nh = 11779 kN/m2
Modus elastis tiang, Ep = 21000000 kN/m2 Momen inersia tiang, Ip = 0,0052 m4
Pepindahan lateral ijin pada 6 mm pada banguana gedung menurut Mcnulty (1956 )(Hardiyatmo,2010 :292)
menentukan beban ijin tiang adalah
H = (1/0,93)x0,06x(11779) 3/5x(21000000x0,0052) 2/5 H = 1851,92 kN
Maka beban lateral ijin akibat defleksi tiang pancang ujung jepit dengan metode Broms sebesar 1851,92 kN.
4.7.2 Lateral Tiang Berdasarkan Momen Maksimum
Momen maksimum yang bekerja oleh tiang akibat beban lateral tiang,
makan akan terjadi keruntuhan tanah akibat tanah didesak ke arah horizontal oleh tiang. Syarat keamanan tiang pondasi yang diijinkan adalah nilai momen maksimum akibat tanah harus lebih besar dari momen maksimum yang diakibatkan beban lateal, yaitu Max > My.
Hu = (3/2).γ.d.L2.Kp Dimana :
Berat volume tanah ,γsat = 16,7 kn/m3 Dimensi tiang ,d = 0,5 m
Panjang tiang pancang = L = 12 m
Tekanan tanah pasif, Kp = Tan2 (45+Ø/2) , Ø = 48 ( asumsikan ) , Kp = 6,79 Catatan : Berdasarkan korelasi hubungan Ø’ dan (N1)60 ( Mayne,2001 yang
Momen maksimum tanah yang menahan beban lateral adalah Hu = (3/2) x 16,7 x 0,5 xx 122 x 6,79 = 12246,44 kN
-Menentukan My ( momen beban lateral tiang ) Nilai Hu/(kp.γ.d3) = 842,58 untuk tiang jepit
Maka didapat nilai My/d4γKp dari gambar diatas ( Grafik korelasi tahanan ultimit tiang dalam tanah granular( Broms, 1964b) pada tiang panjang adalah 7000 Maka nilai my = 700 x d4 x γ x Kp = 496,09 kN.m
Menentukan momen maksimum yang terjadi pada kepala tiang dihitung dengan persamaan :
Mmax = (2/3). Hu. L Maka , Mmax = (2/3) x 842,58 x 12 = 6740,64 kN.m
Syarat : Mmax > My adalah 6740,64 kN.m > 496,09 kN.m , maka Aman
Jadi keruntuhan tiang dinyatakan aman karena momen maksimum lebih besar dari momen yang bekerja akibat beban lateral.
-Menentukan kedalaman momen maksimum
f = 0,82√(Hu/(d.Kp.γ))
maka f = 0,82√(842,58/(0,5 x 6,79 x16,7)) f = 1,69 m
-menentukan keseimbangan horisontal (F)
F = (3/2). d.Kp.γ. L2 – Hu
Maka F = (3/2) x 0,5 x 6,79 x 16,7 x 122 – 842,58 F = 624,06 kN
Nilai yang bekerja akibat beban lateral pada fondasi tiang pancang ini adalah My = 496,09 kN.m
Hu = 842,58 kN .... Hu minimum F = 624,06 kN
Mmax = 6740,64 kN.m L = 12 m
f = 1,69 m
3.d.Kp.γ. L = 204,10 kN/m... Tegangan tanah akibat F sedalam L
4.8 Penurunan Pondasi
4.8.1 Penurunan Pondasi Tiang Tunggal
Untuk menghitung penurunan pondasi tiang tunggal , beban yang diambil berdasarkan beban maksimal yang di dapat untuk loading test yaitu 316 ton karena lapisan tanah pasir maka mengalami penurunan elastis sehingga menggunakan rumus penurunan elastis.
Metode Empiris ( Vesic,1970)
S
Di mana :
S = penurunan total di kepala tiang D = diameter atau sisi tiang = 0,5 m Q = beban kerja = 316 ton
L = panjang tiang = 12 m
Ap = luas penampang tiang = 0,5 x 0,5 = 0.25 m2
Ep = Modulus Elastisitas tiang pancang
=4700√fc’= 23500Mpa =239633 ton/m2. Maka penurunan tiang tunggal adalah :
ApEp QL D S 100 239633 25 , 0 12 316 100 5 , 0 x x S S = 0,07 m= 7 cm
Penurunan pondasi pada tiang tunggal dengan beban 316 ton adalah sebesar 7 cm.
4.8.2 Penurunan Pondasi Kelompok Tiang
Metode Vesic ( 1977 )
Di mana : S = penurunan pondasi tiang tunggal = 0,07 m Sg = penurunan kelompok tiang
Bg = lebar kelompok tiang = (m-1)s + D
= (3 -1) 100 + 50 = 250 cm
D = diameter atau sisi tiang tunggal = 50 cm maka penurunan tiang kelompok adalah :
Ds Bg e Sg( ) 50 7 250 x 0,85cm
Penurunan pondasi tiang kelompok menurut metode Vesic (1977 ) sebesar 0,85 cm , sedangkan untuk penurunan pondasi tiang tunggal adalah 7 cm .
4.9 Evaluasi Pile Load Test
4.9.1 Test Pile dan Prosedur Pengujian
Pada Proyek Gedung Graha Anabatic Merupakan bangunan 12 Lantai + 1.5 Basement, Berlokasi di BSD, Tangerang. Tujuan dari pengetesan ini adalah untuk
mendapatkan daya dukung tiang dalam kondisi tekan statik perencanaan sub-structure gedung.
Instalasi tiang dilakukan oleh PT Jacking Pile Pratama dengan Hydraulik jacking untuk mendapatkan kapasitas yang diperlukan pada tiang □ 50 cm x 50 cm. Aksial static test dilakukan pada pada tiang dengan beban rencana 158 ton dan maksimal beban 316 ton. waktu uji tiang di lakukan padda tanggal 9 – 10 September 2013 . Pembebanan pada test pile Staik dilakukan sampai 200% - 250 % dari design load.
Pile load test aksial tekan dilaksanakan menurut prosedur ASTM D-1143-07, dengan 4 siklik loading – unloading, dengan step pembebanan setiap 25% dari design load sampai mencapai maksimum 200% - 250 % design load. Sistem Pile Load test dilakukan dengan menggunakan beban balok beton yang diletakan diatas platform yang terbuat dari baja denga profil tertentu dengan ditopang oleh platform yang terbuat dari baja dengan profil tertentu dan di topang oleh platform pedukung. Pengukuran penururnan tiang dilakukan dengan empat buah dial gauge yang di pasang pada ke empat sisi tiang dan di hubungkan dengan reference beams dari profil – profil baja kanal.
Gambar 4.3 Schedule Pembebanan Aksial Tekan. ( Laporan Loading Test, Tarumanegara ) Catt: A= 1 jam jika S<0.25mm/jam atau 2 jam
B= 1 jam C= 20 menit
D= 12 jam jika S<0.25 mm/jam atau 24 jam E= Sampai S<0.25 mm/jam min. 2 jam
4.9.2 Interpretasi Hasil Uji Pembebanan Statik
a. Metode Davisson
Prosedur penentuan beban ultimit dari pondasi tiang dengan
menggunakan metode ini adalah sebagai berikut : a. Gambarkan kurva beban terhadap penurunan
b. Penurunan elastis dihitung menggunakan rumus berikut :
Dimana : Se = Penurunan Elastis
Q = Beban uji yang diberikan L = Panjang tiang
A = Luas penampang tiang
E = Modulus Elastisitas tiang pancang
=4700√fc’= 23500Mpa =239633 ton/m2. c. Menarik garis OA berdasarkan penurunan elastis (Se)
d. Menarik garis BC sejajar dengan garis OA dengan jarak X, dimana X
Dimana : D = diameter tiang bor
Gambar 4.4 Metode Davisson Penurunan Elastis dapat dihitung :
Se = Q.L A.e Se = 316 x 13 0,25 x 239633 = 0,07 m = 7 cm
dan untuk mencari jarak X adalah
X = 0,15 + D Inch 120
X = 0,15 + 19,69 Inch 120
= 0,31 inch = 0,79 cm
Berdasarkan metode Davidson, perpotongan antara kurva load
settlemet dengan garis lurus merupakan daya dukung ultimit. Jadi daya dukung yang di dapat adalah sebesar 316 ton.
O
B B
C X
b. Metode Marzurkiewich
Prosedur penentuan beban ultimit dari pondasi tiang dengan menggunakan Metode Mazurkiewich adalah sebagai berikut :
a. Gambarkan kurva beban uji yang diberikan terhadap penurunan.
b. Menarik garis dari beberapa titik penurunan yang dipilih hingga memotong kurva. Kemudian ditarik garis vertikal hingga memotong sumbu beban.
c. Dari perpotongan setiap beban tersebut, dibuat garis bersudut 45⁰ terhadap garis perpotongan berikutnya dan seterusnya.
d. Menghitung titik-titik yang terbentuk ini hanya menghasilkan sebuah garis lurus. Perpotongan garis lurus ini dengan sumbu beban merupakan beban ultimit.
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 P e nu ru na n ( mm) Beban (Ton)
Qu vs Settlement
Cycle 1 Cycle 2 Cycle 3 Cycle 4 Cycle 5 Qult = 370 tonGambar 4.5 Metode Marzurkiewich
Berdasarkan metode Mazurkiewich, Perpotongan garis lurus dengan sumbu beban merupakan beban ultimi. Maka beban ultimiy yang di dapat adalah 370 ton.
c. Metode Chin
Perhitungan beban ultimit dari pondasi tiang dengan menggunakan Metode Chin adalah sebagai berikut :
a. Gambarkan kurva antara rasio beban dan penurunan (s/Q) dengan penurunan.
b. Diperoleh persamaan garis tersebut adalah s/Q = c1. s + c2
c. c1 dihitung dari pesamaan garis, atau dari gradien/kemiringan.
d. Beban ultimit adalah 1/c1.
Gambar 4.6 Metode Chin
c1= 0.0024
c2= 0.0118
Qult 417
Corr/1.3 = 320 ton
d. Metode Log – Log S
Pada pengujian dimana terjadi perubahan kondisi elastic menjadi kondisi plastic maka dengan melakukan cara plotting load vs settlement dalam skala log, akan diperoleh dua gradien berbeda , beban ultimit didapat pada titik yang merupakan perpotongan kedua garis tersebut.
Ultimate load didefinisikan sebagai beban yang menghasilkan settlemet/displacemet tiang sebesar : Sf =e+x .
1.00 10.00 100.00 10 100 1000 Set tlem e n t (mm) Beban (ton)
Log P ‐Log S Method
Pult = 316 ton
Gambar 4.7 Metode Log P – Log S
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode Log P – Log S, Beban ultimit yang di pewroleh adalah 316 ton.
Dari hasil analisa menurut Metoda Interplasi pile load test, daya dukung ultimit dapat di lihat sebagai berikut :
Tabel 4.7 Daya Dukung Ultimit Aksial menurut Metoda Interpretasi Pile Load Test Test Type Pile dimension [mm] Depth of pile tip [m] Max test load [ton]
Ultimate Pile Capacity [ton] Keterangan Metoda Mazurkiewic Metoda Chin Metoda Davisso n Metoda Log P -Log S Tekan □500x500 11.6 316 370 320 316 316 -
Sedangkan daya dukung ijin menurut metode Interplasi pile load test dapat di lihat di bawah ini.
Tabel 4.8. Daya Dukung Tiang Ijin menurut Metoda Interpretasi Pile Load Test
Test Type Pile dimension [mm] Depth of pile tip [m] Design Load [ton]
Allowable Pile Capacity SF=2.0 [ton] Metoda Mazurkiewich Metoda Chin Metode Davisson Metoda Log P-Log S Tekan □500x500 11.6 158 185 160 158 158
Daya dukung ultimit dari hasil keempat metoda Interpretasi pile load test untuk aksial tekan dengan tiang pancang ukuran □ 50 cm x 50 cm dengan panjang tiang 11,6 m dengan desain load 158 pada pembacaan 100 % dan maksimal load test 318 ton pada pembacaan 200% adalah metode Marzurkiewich sebesar 370 ton, metode Chin sebesar 320 ton, metoda Davisson 316 dan metoda Log P – log Ps adalah 316 ton dan daya dukung ijin dengan faktor keamanan 2 dan desig load 158 ton adalah metode Marzurkiewich sebesar 185 ton, metode Chin sebesar 160 ton, metoda Davisson 158 dan metoda Log P – log Ps adalah 158 ton.
Dari hasil perhitungan manual daya dukung pondasi dan Metode interpretasi pile load test, daya dukung Qull yang didapat dengan metode perhitungan manual adalah 488 ton dan Qall adalah 177,3 ton sedangan
berdasarkan metode Interpretasi Pile load test daya dukung ultimit adalah 353 ton dan Qallnya adalah 165.25 ton.
Perhitungan hasil analisis ststis menggunakan metode perhitungan manual yang kurang konsevatif sehingga didapat hasil yang lebih besar dari hasil loading test. Perbedaan panjang tiang antara hasil loading test dengan cara perhitungan manual. Panjang tiang untuk perhitungan manual adalah 12 m sedangkan panjang tiang untuk loading test adalah 11.6 m.