• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTEMUAN 10: AUDITOR INVESTIGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTEMUAN 10: AUDITOR INVESTIGASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

44

S1 Akuntansi Universitas Pamulang

PERTEMUAN 10:

AUDITOR INVESTIGASI

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis audit investigasi dan keterkaitannya dengan sumber informasi . Melalui pembelajaran ini, diharapkanmahasiswaakan mampu:

10.1Memahami dan menjelaskan pelaku atau auditor investigasi

E. URAIAN MATERI

Tujuan Pembelajaran 10 .1:

Memahami dan menjelaskan pelaku atau auditor Investigasi

Audit investigasi merupakan pemeriksaan lebih lanjut dan lebih dalam untuk mengungkap fakta yang sebenarnya dari kecurangan yang dilakukan dengan bukti audit yang mendukung, sehingga terungkap dan menjawab 6w dan 1 H.kesimpulan dalam audit investidasi dapat memperjelas kronologis dilakukannya kecurangan. Pelaku audit dalam melakukan pemeriksaan khusus (investigasi) melihat dengan jelas sumber informasi yang diperoleh apakah dari pengaduan masyarakat, permintaan anggota dewan/ komisaris dan pengembangan dari hasil audit sebelumnya.

Pelaku audit dalam hal ini adalah akuntan public (KAP) dan eksternal pemerintah yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Auditor harus meyakini apakah pengaduan masyarakat tersebut bisa dipertanggungjawabkan untuk diproses dalam pemeriksaan selanjutnya. Apakah permintaan anggota dewan maupun komisaris didasarkan pertimbangan ang benar. Dan apakah hasil pemeriksaan sebelumnya memang patut dan layak untuk dilakukan audit investigasi.

Tuntutan atas kemampuan auditor investigasi untuk melaksanakan tugas harus didukung dengan kemampuan akademis (i) memiliki dasar akuntansi dan audit yang kuat, (ii) Mengenal perilaku manusia dan organisasi (human

(2)

45

S1 Akuntansi Universitas Pamulang

dan organization behavior), (iii) Pengetahuan aspek pendorong terjadinya fraud (incentives, pressure, attitude, rationalization, opportunities), (iv) Pengetahuan tentang hukum dan perundangan terkait standar bukti keuangan dan bukti hukum, (v) Pengetahuan kriminologi dan viktimologi (profiling), (vi) Pengetahuan terhadap pengendalian internal dan, (vii) Kemampun “berfikir seperti pencuri” /think as a theft maupun kemampuan lain yang relevan. Semakin lengkap kemampuan auditor akan semakin lancar dalam pelaksanaan tugasnya.

Pengertian APIP, Auditor dan Auditor Investigatif menurut Peraturan Menpan No.5 tahun 2008 adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)adalah Instansi Pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan, yang terdiri atas:

a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab kepada Presiden;

b. Inspektorat Jenderal (Itjen)/Inspektorat Utama (Ittama)/Inspektorat yang bertanggung jawab kepada Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND);

c. Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur, dan;

d. Inspektorat Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

2. Pengertian Auditoradalah pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional auditor dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama APIP.

3. Pengertian Auditor investigatifadalah auditor yang memenuhi kualifikasi dan diberi wewenang untuk melakukan audit investigatif. (Peraturan Menpan no.5 tahun 2008)

(3)

46

S1 Akuntansi Universitas Pamulang

Kualifikasi yang harus dimiliki seorang akuntan forensik menurut Robert J. Lindquist yang dikutip Theodorus M. Tuanakotta dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investgatif, 2006 diantaranya :

a) Kreatif-kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi bisnis yang normal dan mempertimbangkan insterpretasi lain; b) Rasa ingin tahu – keingin tahu untuk menemukan apa yang

sesungguhnya terjadi dalam serangkaian peristiwadan situasi,

c) Tak menyerah – kemampuan untuk maju terus pantang mundur walaupun fakta tidak mendukung,

d) Akal sehat – kemampuan untuk mempertahankan persfektif dunia nyata, Business sense – kemampuan untuk memahami bisnis sesungguhnya berjalan dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi dicatat. e) Percaya diri – kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita

sehingga kita dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut umum dan pembela)

Pelaku audit investigasi harus mempuyai intuisi dan mampu berpikir dengan baik. Beberapa atribut atau karakter seorang auditor investigasi antara lain : a. Pikiran yang terbuka

b. Obyektif

c. Selalu ingin tahu d. Mengumpulkan data

e. Membuat hipotesa untuk menjadi suatu kesimpulan hasil audit

Untuk melaksanakan audit investigasi maka sangatlah wajar bila seorang auditor harus memiliki talenta yang lebih dan memiliki kompetensi yang spesial. Berkaitan dengan hal tersebut auditor diwajibkan atau harus memiliki kompetensi akademis dan empiris sebagai bukti proses litigasi atau memberikan keterangan ahli di pengadilan saat proses hukum berjalan. Kompetensi auditor forensik maupun akuntan forensik tersebut sangat berkait erat dengan ketersediaan kemampuan audit atas permasalahan yang spesifik antara lain audit investigasi, kemampuan menghitung terjadinya kerugian keuangan Negara, kemampuan mengendus dan mencegah kejahatan pencucian

(4)

47

S1 Akuntansi Universitas Pamulang

uang, kemampuan penelusuran asset Negara, kemampuan mengidentifikasi, menyikapi terjadinya risiko penyimpangan atau fraud, kemampuan untuk memahami terjadinya penyimpangan transaksi keuangan dan dalam pengadaan barang-jasa pemerintah dan kemampuan lain yang mendukung dan relevan.s

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah “rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspeks pengetahuan, ketrampilan dan atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku” (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. KEP. 46/MEN/II/2009 tanggal tentang penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Audit Forensik). Kompetensi kunci yang meliputi (i) mengumpulkan, menganalisis, dan mengorganisasikan informasi; (ii) mengkomunikasikan informasi dan ide-ide; (iii) Merencanakan dan mengorganisasikan aktivitas-aktivitas; (iv) Bekerja dengan orang lain dan kelompok; (v) menggunakan gagasan secara matematis dan teknis; (vi) memecahkan masalah; dan (vii) menggunakan teknologi.

Standar kompetensi seorang auditor meliputi bidang kemampuan untuk mencegah dan mendeteksi fraud (kecurangan), kemampuan melaksanakan audit forensik, kemampuan memberikan pernyataan secara keahlian dan kemampuan melaksanakan penghitungan kerugian keuangan dan penelusuran asset. Kadar pemahaman dan kemampuan keahlian tersebut utamanya terhadap

penguasaan bidang-bidang dimaksud diatas, dalam upaya untuk

mempersiapkan pelaksanaan tugas sebagai pemberi keterangan ahli (litigator) saat penanganan kasus tersebut masuk proses hukum di pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR).

Selain hal tersebut, juga berkaitan erat dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam menggali informasi penting melalui komunikasi dan wawancara baik pada saat pelaksanaan audit maupun saat memberikan keterangan ahli di pengadilan saat proses hukum litigasi (litigation). Auditor dapat menghadapi tuntutan hukum dari pihak yang merasa dirugikan akibat

(5)

48

S1 Akuntansi Universitas Pamulang

kesalahan auditor yang mengambil simpulan dari fakta-fakta yang tidak lengkap. Sehingga auditor dalam melaksanakan tugasnya harus berpegang teguh pada standar audit dan kode etik, serta memperhatikan kerangka hukum formal yang berlaku, sehingga tidak menjadi boomerang dikemudian hari.

Dalam standar audit antara lain ditetapkan bahwa “audit dilaksanakan oleh auditor yang memiliki keahlian melaksanakan audit yang dibuktikan dengan sertifikat”. Dalam Modul Etika dan Fraud dalam audit yang dikeluarkan Pusdiklat BPKP bahwa pemilihan tenaga auditor perlu memperhatikan (i) idealnya tim audit terdiri dari orang-orang yang memahami budaya kegiatan/kebiasaan organisasi yang sedang diselidiki, (ii) tenaga auditor adalah orang-orang yang terlatih dan mengerti ilmu audit/akuntan, dan (iii) dipilih secara obyektif, tidak ada pilih kasih agar hasil audit maksima.

Selain mengacu pada ketentuan tersebut, auditor investigasi harus memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud Examiner (CFE) untuk sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk sertifikasi dari lembaga Dalam Negeri. Dengan sertifikasi tersebut menunjukkan seseorang dimaksud telah mempunyai kemampuan khusus atau spesialis dalam mencegah dan memberantas kejahatan perbankan atau fraud lainnya. Sertifikat CFE maupun CFr.E merupakan wujud sebuah pengakuan dengan standar tertinggi yang memiliki keahlian dalam semua aspek dari profesi anti fraud. Paling tidak sekurang-kurangnya seorang auditor forensik memiliki bekal kapabilitas kompetensi yang bersumber dari lembaga yang memiliki kapasitas dan akreditasi dalam melegitimasi kualitas SDM auditor forensik melalui pendidikan dan pelatihan pengembangan kompetensi dan kapabilitas auditor untuk melaksanakan tugas audit investigasi yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Auditor Forensik (LSPAF). Untuk auditor investigasi layak dipertimbangkan untuk mendapatkan sertifikasi dimaksud.

Tuntutan atas kemampuan auditor investigasi untuk melaksanakan tugas harus didukung dengan kemampuan akademis (i) memiliki dasar akuntansi dan

(6)

49

S1 Akuntansi Universitas Pamulang

audit yang kuat, (ii) Mengenal perilaku manusia dan organisasi (human dan organization behavior), (iii) Pengetahuan aspek pendorong terjadinya fraud (incentives, pressure, attitude, rationalization, opportunities), (iv) Pengetahuan tentang hukum dan perundangan terkait standar bukti keuangan dan bukti hukum, (v) Pengetahuan kriminologi dan viktimologi (profiling), (vi) Pengetahuan terhadap pengendalian internal dan, (vii) Kemampun “berfikir seperti pencuri” /think as a theft maupun kemampuan lain yang relevan. Semakin lengkap kemampuan auditor akan semakin lancar dalam pelaksanaan tugasnya.

Dalam Summary of General and Specific Standards for the Profesional Practices of Forensic Accounting yang mencakup hal berikut :

1) Independensi, bahwa Akuntan forencsik tetap independen terhadap seluruh aktivitas yang direview (i) Laporan dapat dipertanggungjawabkan; (ii) Objektivitas

2) Standarisasi Professional, mencakup (i) unsur stap; (ii) pengetahuan, ketrampilan, dan disiplin; (iii) supervisi; (iv) mematuhi standar atau pedoman; (v) hubungan antar manusia; (vi) komunikasi; (vii) edukasi yang berkelanjutan; (viii) prinsip kehati-hatian profesional.

3) Ruang lingkup pekerjaan, meliputi (i) keandalan dan integritas informasi, (ii) mentaati kebijakan, perencanaan, prosedur, perundangan, dan peraturan, (iii) pengamanan atas aset, (iv) penggunaan sumberdaya secara ekonomis dan efisien, (v) obyektif menetapkan prestasi dan tujuan operasional atau program.

4) Performa atas pekerjaan review

Benang merah konklusi atas uraian yang dapat disampaikan bahwa kedepan peran auditor investigasi sangat dibutuhkan dalam rangka untuk mendeteksi dan membedah secara efektif terjadinya kecurangan (fraud) yang dapat memberikan hasil audit berupa alat bukti yang merupakan rekaman jejak kejadian perkara yang dapat memenuhi syarat ketentuan KUHAP Pasal 184 ayat (1). Demikian halnya, sekurang-kurangnya auditor investigasi harus mampu untuk memberikan konstribusi pemberantasan tindak pidana korupsi atau Korupsi-Kolusi-Nepotisme

(7)

50

S1 Akuntansi Universitas Pamulang

melalui pemberian peran pada tahap pencegahan akan terjadinya fraud melalui sosialisasi Corruption Orientation System Audit (COSA) dan tahap penindakan melalui audit investigatif..

Seberapa jauh kompatibilitas dan keandalan kita untuk melakukan audit forensik dalam rangka mendapatkan alat bukti sesuai ketentuan hukum yang berlaku dalam membedah fraud dan proses litigasi, mengingat domain kita merupakan aparat pengawasan internal kementerian yang notabene merupakan mata dan telinga dari manajemen puncak. Tentunya kondisi demikian tidak dapat lepas dari etika organisasi yaitu kebijakan dan keputusan manajemen puncak sangat menentukan langkah selanjutnya.

Selain itu, perlu pemahaman atas kewenangan auditor hanya untuk mendapatkan bukti audit sesuai ketentuan, dan yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, sedangkan penetapan benar-tidaknya seseorang bersalah dan melanggar hukum acara merupakan wewenang aparat penegak hukum (APH). Harapan yang besar terhampar kedepan dengan dilakukannya audit forensik agar hasilnya dapat memberikan kunci masuk yang tepat dalam rangka dapat membedah fraud secara legal dengan alat bukti yang dapat diterima sistem hukum pada litigasi di lembaga peradilan.

(8)

51

S1 Akuntansi Universitas Pamulang

F. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Menurut anda Siapa saja yang bisa disebut sebagai auditor investigasi 2. Apa saja kualifikasi yang harus dipenuhi untuk menjadi auditor investigasi 3. Uraikan standar kompetensi dari auditor investigasi

4. Apakah auditor internal dapat melakukan audit investigasi, berikan alasan saudara

5. Apa perbedaan yang harus diperhatikan oleh seorang auditor saat melakukan audit laporan keuangan dan audit investigasi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dalam skripsi ini, yaitu penelitian kepustakaan (library research). Sumber data diperoleh dari data sekunder, karena data tidak didapatkan dari kedua Imam secara

Hasil analisis hubungan antara riwayat ISPA dengan kejadian tonsilitis kronik menggunakan uji chi square menunjukkan nilai p (0,010) < α (0,05) sehingga disimpulkan

apabila alternatif media telah ditentukan “dari atas” (misalnya oleh dinas pendidikan), sehingga mau tidak mau jenis media itulah yang harus dipakai. Kalau toh

Penelitian-penelitian yang membahas tentang membangun citra lembaga pendidikan Islam telah banyak dilakukan, dengan latar belakang berbagai tujuan, seperti dapat menjadi

Ch = Holding Cost = 0,48% / minggu dari harga material D = Demand = rata –rata permintaan dari hasil peramalan Pada kasus ini kebijaksanaan perusahaan diatur oleh

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali

psikologi memiliki akurasi interpretasi yang lebih tinggi dengan nilai rerata

Tanjung Balai Asahan, North Sumatra Kuala Tanjung and Teluk Nibung. Tanjung Balai Karimun, Riau Tanjung