• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memacu Pertumbuhan Ekonomi Menuju Kemandirian Bangsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Memacu Pertumbuhan Ekonomi Menuju Kemandirian Bangsa"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Call for Papers

Simposium Riset Ekonomi V

“Memacu Pertumbuhan Ekonomi

Menuju Kemandirian Bangsa”

dan

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

6 Oktober 2011

Gedung Pascasarjana

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(2)

Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

i

ISBN: 978-XXXXXXXXX

Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur

SAMBUTAN

KETUA IKATAN SARJANA EKONOMI INDONESIA (ISEI)

CABANG SURABAYA KOORDINATOR JAWA TIMUR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.,

Bapak-Ibu dan Sdr/sdr yang saya hormati,

Kelangsungan organisasi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari dunia keilmuan khususnya di bidang ilmu ekonomi. Sarjana Ekonomi merupakan bagian tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia, oleh karena itu Sarjana Ekonomi Indonesia berkewajiban untuk mengambil peran yang positif untuk kemajuan dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia. Salah satu peran tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk penyelenggaraan Simposium Riset Ekonomi.

Bapak-Ibu dan Sdr/i sekalian,

Simposium Riset Ekonomi ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh ISEI Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur setiap dua tahun sekali, dimulai dengan penyelenggaraan Simposium Riset Ekonomi I pada tahun 2001 di Universitas Surabaya. Kegiatan ini ditujukan untuk memberikan wadah apresiasi serta penghargaan kepada para peneliti di bidang ilmu ekonomi. Simposium ini juga dimaksudkan untuk menggairahkan kegiatan riset dan penelitian di bidang ekonomi. Bapak-Ibu dan Sdr/i serta para pemakalah yang kami hormati, kami atas nama Pengurus ISEI Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur mengucapkan selamat kepada para pemakalah yang telah bersusah payah melakukan penelitian dan akhirnya terpilih untuk dipresentasikan dan dimasukkan dalam buku proceeding simposium riset ini. Kepada para reviewer, kami atas nama Pengurus ISEI Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur mengucapkan terima kasih atas jerih payah Saudara untuk mereview artikel-artikel yang masuk dalam simposium riset ini.

Bapak-Ibu dan Sdr/i sekalian,

Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada UPN ”Veteran” Jawa Timur yang telah bersedia memfasilitasi tempat penyelenggaraan Simposium Riset Ekonomi V beserta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penyelenggaraan kegiatan ini. Terima kasih dan penghargaan juga kami sampaikan kepada para sponsor dan perguruan tinggi-perguruan tinggi di Surabaya yang telah mendukung terlaksananya kegiatan simposium riset ini. Tak lupa saya juga ingin menyampaikan terima kasih kepada panitia yang telah bekerja keras mempersiapkan penyelenggaraan kegiatan ini. Semoga simposium riset ini dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita semua.

Demikian sambutan yang dapat kami sampaikan. Terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.,

Surabaya, 6 Oktober 2011 Ketua ISEI Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur

(3)

ii Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

ISBN: 978-XXXXXXXXX

SAMBUTAN

REKTOR UPN”VETERAN” JAWA TIMUR

Yth. Gubernur Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Yth. Ketua ISEI Pusat Yth. Ketua ISEI Jawa Timur

Yth. Para Dekan Fakultas Ekonomi se Surabaya

Yth. Para Peserta Simposium Riset dan Ekonomi kelima Assalamualaikum. Wr.Wb

Selamat Pagi, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua

Saya sampaikan selamat datang di Kampus Hijau UPN Veteran Jawa Timur. Pada kesempatan ini saya bersyukur karena UPN Veteran Jawa Timur dipercaya sebagai tuan rumah sebuah simposium bergengsi, yang menjadi tradisi ISEI Jawa Timur dalam mempertemukan para praktisi dan akademisi untuk memperbincangkan berbagai perkembangan penelitian dalam bidang ekonomi. Simposium kali ini adalah simposium kelima.

Krisis keuangan global mengakibatkan berbagai tekanan pada perekonomian dunia yang terjadi pada banyak negara. Namun demikian, menurut para pengamat ekonomi berpendapat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin meningkat, mengindikasikan terjadinya pemulihan ekonomi Indonesia. Di sisi lain praktik perdagangan bebas menuntut para pelaku ekonomi di Indonesia mengasah berbagai ide kreatif dan inovatifnya dalam mengatur strategi agar dapat menghadapi gempuran produk asing yang masuk dalam pasar dalam negeri. Tepatlah kiranya panitia mengambil tema “Memacu Pertumbuhan Ekonomi menuju Kemandirian Bangsa”. Oleh karena itu merupakan kebanggaan bagi UPN Veteran Jawa Timur bahwa Simposium Riset Ekonomi V dapat terselenggara di kampus ini, dimana sejumlah 63 artikel tentang berbagai upaya dalam mendorong kemandirian Bangsa pada kajian ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi akan didiskusikan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu, para reviewer, terutama peserta dari seluruh Indonesia yang telah mengirimkan artikelnya untuk dipresentasikan. Tak lupa, disampaikan terima kasih juga kepada seluruh sponsor yang mendukung kegiatan ini dan panitia pelaksana yang telah bekerja tanpa pamrih untuk suksesnya kegiatan ini.

Selamat mengikuti simposium ini, semoga apa yang diperoleh dapat bermanfaat untuk memacu pertumbuhan ekonomi demi mewujudkan Indonesia mandiri.

Selamat bersimposium. Wassalamualaikum Wr. Wb., Surabaya, 6 Oktober 2011 Rektor UPN “Veteran” Jawa Tim

(4)

Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

v

ISBN: 978-XXXXXXXXX

Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur

TIM REVIEWER

Simposium Riset Ekonomi V Pascasarjana UPN “Veteran” Jawa Timur

6 Oktober 2011

Bidang Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan:

Dr. Ignatia Martha, SE., ME Dr. Sri Kusreni, SE., M.Si Dr. Wasiaturrahma, SE., M.Si Dr. Sri Mulyaningsih, SE., MP

Bidang Ilmu Manajemen

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM Prof. Dr. Tatik Suryani, S.Psi., MM

Dr.Ch. Whidya Utami, SE., M.Si Prof. Dr. Teman Koesmono Dra. Siti Mujanah, MBA, PhD

Bidang Ilmu Akuntansi

Prof. Dr. Wilopo, SE., M.Si Dr. Basuki, SE., M.Com (HONS), Ak Prof. Dr. Tjiptohadi Sawarjuwono, SE., MEc, Ak.

Prof. Dr. Muslich Anshori, SE., M.Sc Dr. Indrawati Yuhertiana, Ak. MM

(5)

Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

EP - 69

ISBN: 978-XXXXXXXXX

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI SAYURAN DAN KAPASITAS PENYULUH DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN

MAGELANG

Sucihatiningsih DWP

FE Universitas Negeri (Unnes) Semarang, dianwisika@yahoo.com

Efriyani Sumastuti STIE Farming Semrang efriyanisumastuti@yahoo.co.id

Himawan Arif Sutanto STIE Bank BPD Jateng, himawan_miesp@yahoo.com

Abstract

This research aim to (1) estimate technical efficiency of vegetables commodity farm (2) evaluation performance of agriculture extension agent. This research applies primary data collected through interview with responden. There are 80 farmers taken as sample with simple random sampling. Descriptive statistic applied to depict responder profile, extension agent performance and condition of institution of counseling. Stochastic production function was used to estimate technical efficiency.

Result of the research indicates that behavior of farming in research area have not efficient, so that there are still opportunity to be optimal produced through counselling. Agriculture extension agent performance in Magelang is low because counselling at vegetables commodity pertained polivalen. Number of extension agents in research area has not as according to fomentation number of ideal extension agents that is one village one extension.

Keyword :extension agent performance,vegetables, agriculture, efficiency, Magelang,

Central Java, Indonesia

Pendahuluan

Penyediaan pangan dan gizi, menjadi perhatian bagi kelangsungan hidup sekitar 854 juta penduduk dunia yang tersebar di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) sebanyak 820 juta; di negara-negara maju 9 juta; dan di negara-negara transisi 25 juta (laporan Food and Agriculture Organisation, 2007). Kekurangan pangan dapat dilihat pada ketersediaan stok pangan dunia dalam dasawarsa terakhir.Ketersediaan stok pangan mengalami penurunan. Persediaan pangan tahun 1999 dapat memenuhi 116 hari kebutuhan dunia, namun dalam tahun 2006 terhitung hanya cukup untuk 57 hari. Jenis kebutuhan pokok beras misalnya, situasinya lebih mengkhawatirkan, di mana kebutuhan beras secara global pada 2025, diperkirakan mencapai 800 juta ton, tetapi kemampuan produksinya, kurang dari 600 juta ton per tahun.Kebutuhan pangan dunia lebih besar dibanding kemampuan produksi pangan, menjadikan harga-harga ragam bahan pangan makin sulit dijangkau masyarakat.Indonesia sebagai negara berkembang, patut mencermati keadaan pangan di tingkat global, terlebih masalah ketahanan pangan nasional yang kini diambang posisi rawan.

(6)

EP - 70 Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

ISBN: 978-XXXXXXXXX

Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur

Pembangunan sistem ketahanan pangan pada hakekatnya merupakan pembangunan yang menitik-beratkan pada harmonisasi dari beberapa sub-sistem yang meliputi sub sistem sarana sumberdaya, ketersediaan pangan, distribusi, konsumsi pangan, kewaspadaan dan penganeka-ragaman pangan, serta sub-sistem agribisnis pangan (Susilowati et al., 2005; 2006). Pembangunan sub-sistem sarana sumberdaya mencakup perencanaan dan pengaturan pembinaan teknologi, sarana produksi dan permodalan serta pengembangan dalam kelembagaan tani.Pembangunan dalam sub-sistem ketersediaan pangan mencakup penyelenggaraan produksi cadangan pangan serta menanggulangi gejolak harga pangan.Pembangunan sub-sistem distribusi mencakup penyiapan bahan, koordinasi, pemantauan, pengendalian, distribusi pangan serta mengembangkan sarana prasarana distribusi, memantau dan mengevaluasi pengadaan dan cadangan pangan.Salah satu penyebab kerawanan pangan terutamanya adalah dari aspek produksinya yang relatif berfluktuatif. Memang banyak faktor yang akan dapat menyebabkan produksi tanaman pangan (di Jawa Tengah) tidak aman seperti adanya kelangkaan dan ketidaktepatan penggunaan input dan teknik produksi usahatani. Hal ini diduga karena kurangnya kegiatan penyuluhan pada sektor pertanian sejak satu dekade lalu. Dengan demikian maka ketahanan pangan menjadi isu penting yang harus ditangani dan dicarikan solusi pemecahannya. Ini penting mengingat pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus tersedia secara berkesinambungan, terdistribusi secara merata, terjangkau masyarakat dengan mutu yang baik dan sekaligus produk pangan dengan nilai tambah yang dapat meningkatkan pendapatan petani produsen pangan. Dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat petani diperlukan penyuluh pertanian sebagai kepanjangan tangan pemerintah. Peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator, motivator dan pendukung gerak usaha petani merupakan titik sentral dalam memberikan penyuluhan kepada petani, berkaitan dengan pengelolaan usaha tani yang berkesinambungan dan ramah lingkungan. Kesalahan dalam memberikan penyuluhan kepada petani nantinya akan menimbulkan dampak negatif yang dapat membahayakan lingkungan. Pada prinsipnya proses penyelenggaraan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik dan benar apabila didukung dengan tenaga penyuluh yang profesional, kelembagaan penyuluhan yang handal, materi penyuluhan yang berkelanjutan, sistem penyelenggaraan penyuluhan yang benar serta metode penyuluhan yang tepat dan manajemen penyuluhan yang sinergi. Dengan demikian maka penyuluhan pertanian sangat penting artinya dalam memberikan modal bagi petani dan keluargannya. Sehingga pada saat itulah akan terbentuk kapasitas kemampuan untuk menolong dirinya sendiri dalam mencapai tujuan, memperbaiki kesejahteraan hidup petani dan keluarganya, tanpa harus merusak lingkungan sekitarnya.

Materi dan Metode

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Stochastic

production frontier Cobb-Douglas (Zen, et. al., 2003; Panayotou, 1985; Squires et.al., 2003;

Viswanathan et.al 2001; Susilowati et al., 2003) telah digunakan untuk menentukan efisiensi teknik usahatani sayuran. Selain itu, statistik deskriptif (Mason et al, 1999; SPSS Manual, 2001) juga dipakai untuk mendeskripsi profile responden dan kinerja penyuluhan pertanian.

Efisiensi

Efisiensi merupakan perbandingan output dan input berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input, artinya jika ratio ouput besar, maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa efisiensi adalah penggunaan input yang terbaik dalam memproduksi barang (Shone, Rinald dalam Susantun, 2000). Farel (1957) membedakan efisiensi menjadi tiga yaitu: 1. Efisiensi Teknik, (2) Efisiensi alokatif (efisiensi harga), dan (3) Efisiensi Ekonomi. Efisiensi teknik berkaitan dengan hubungan antara input dan output.

Pemikiran Farel (1957) dalam Susantun (2003) dan Soekartawi (1990) menggambarkan estimasi dari suatu perusahaan dengan dua input dan satu output seperti

(7)

Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

EP - 71

ISBN: 978-XXXXXXXXX

yang terlihat pada Gambar 1. Kedua sumbu menunjukkan tingkat penggunaan dari setiap input per unit output, dimana F2 menunjukan input dan X menunjukkan output. Pada gambar tersebut SS‟ adalah garis isoquan yang menunjukkan berbagai kombinasi input F1 dan F2 untuk mendapatkan satu unit isoquan yang efisien (secara teknik) dan sekaligus menunjukkan garis frontier dari fungsi Cobb-Douglas, dan disebut Kurva Efisiensi Unit Isoquan. Daerah yang terletak di sebelah SS secara teknik tidak efisien untuk memperoleh satu unit output. Sedang daerah sebelah kiri kurva SS‟ adalah daerah yang tidak mungkin dicapai. Apabila perusahaan bergerak pada titik P dengan menarik garis lurus dari titik P ke titik 0 yang memotong kurva SS‟ pada Q, maka QP adalah kelebihan penggunaan kedua faktor produksi terhadap penggunaan faktor produksi yang paling efisien. Dengan demikian pengukuran efisiensi teknik pada titik P adalah ratio antara OQ dan OP.

Untuk mengetahui efisiensi harga diperlukan harga faktor produksi relatif. Garis harga faktor produksi F1 dan F2 ditunjukkan oleh garis AA‟ yang menyinggung kurva SS‟ pada Q‟ dan memotong garis OP pada titik R. Garis AA‟ adalah garis harga yang menunjukkan tempat kedudukan kombinasi penggunaan input untuk memperoleh satu unit output dengan biaya yang paling rendah yang ditunjukkan titik singgung Q‟ pada kurva SS‟. Dengan demikian efisiensi harga bagi perusahaan yang bergerak pada titik OR/OQ . efisiensi ekonomi sebagai hasil dari efisiensi teknik dan harga OQ/OP . OR/OQ = OR/OP

Keterangan

AA‟ : garis harga faktor produksi F1, F2

SS‟ : isoquant (kombinasi input F1 dan F2

Efisiensi Teknik (ET) = 0Q : OP Efisiensi Harga (EH) = 0R : 0Q Efisiensi Eknomis (EE) = ET.EH

Menurut Richmont (1974), Aigner et. al (1977), Battese and Corra (1977) dan Collie (1995) dalam Zen et. al. (2002), Fungsi Produksi Frontier mewakili penggunaan teknologi secara luas oleh perusahaan dalam suatu industri. Model fungsi produksi frontier diusulkan untuk mengukur efisiensi teknis perusahaan. Model itu dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = f (Xi, ) exp i (1)

Dimana  adalah para meter yang akan ditaksir, Xi adalah input, and i = vi + ui. Kesalahan dianggap negatif dan naik karena pemotongan distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian positif u

2

. Hal itu menggambarkan efisiensi teknis produksi sebuah perusahaan. Dengan kata lain error vi diasumsikan memiliki distriusi normal dengan rata-rata nol dan varian u

2

yang positif, yang menggambarkan kesalahan pengukuran yang berkaitan dengan faktor di luar kendali yang berhubungan dengan produksi.

Efisiensi teknis dapat diukur dengan menggunakan parameter rasio yang dinyakatan dengan  sebagai berikut (Battese and Corra (1997), dalam Zen et. al. 2002) :

 = (u2) / (2) (2) dimana2 = u 2 + v 2 dan 0 <<1 Ketika  cenderung 1, v 2

cenderung nol dan u adalah kesalahan yang utama dalam persamaan 2 yang menyatakan efisiensi teknis. Dalam hal ini perbedaan antara perusahaan dan efisiensi output adalah variabilitas perusahaan yang spesifik. Dengan kata lain jika  cenderung nol, eror simetri vi sangat dominan. Dalam hal ini tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mengurangi perbedaan antara perusahaan dan output yang efisien.

A F2 F1 O A’ S’ S Q R Q’ P

Gambar 1. Efisiensi Unit

(8)

EP - 72 Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

ISBN: 978-XXXXXXXXX

Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur

Kinerja Penyuluh Pertanian

Dalam paradigma baru, tujuan penyuluhan pertanian adalah menghasilkan manusia pembelajar, penemu ilmu dan teknologi, pengusaha agribisnis yang unggul, dan pemimpin di dalam masyarakatnya, serta guru dari petani lain, yang bersifat mandiri dan interdependensi. Sifat mandiri pelaku agribisnis meliputi kemandirian material, kemandirian intelektual, dan kemandirian pembinaan. Kemandirian material artinya petani memiliki kapasitas untuk memanfaatkan secara optimal potensi sumber daya alam yang mereka miliki tanpa harus menunggu bantuan orang lain atau tergantung dari luar.

Menurut (Rahim M.Sail, 2008) Penyuluhan pertanian di definisikan sebagai pendidikan tidak formal yang berusaha membawa perubahan pengetahuan, sikap dan kegiatan klien mengikuti unsur-unsur pendidikan melalui pendekatan partisipasi dimana pemberdayaan menjadi fokus utama kerja penyuluhan sebelum klien membuat keputusan menerima atau menolak sesuatu teknologi baru, disamping berusaha untuk memecahkan masalahnya sendiri,untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja penyuluh. Definisi tersebut, memfokuskan pemberdayaan dan potensi petani untuk mengurus, memimpin, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan untuk kepentingan petani. Fokus ini berlandaskan falsafah prinsip “pembangunan sumber daya manusia” (PSM) dimana pembangunan klien diutamakan sebelum fokus pemindahan teknologi (PT). Selanjutnya menurut Rahim M Sail, mengemukakan fungsi PSM, hendaknya dilakukan secara serentak dengan pemindahan teknologi,seperti gambar di bawah ini (Agen pengembangan : penyuluh pertanian).

Sementara kinerja (performance) penyuluh adalah kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan (Moh As‟ad,1991), tingkat pencapaian hasil seorang penyuluh di dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, disesuaikan dengan kompetensi PSM, PT dan pola suluh di Indonesia. Berdasarkan kajian diatas kinerja penyuluh lapangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor kompetensi penyuluh dalam bidang PSM (pembangunan sumber daya manusia) dan PT (pemindahan teknologi) disesuaikan dengan pola yang terjadi di Indonesia. Sehingga untuk mengukur kinerja penyuluhan menggunakan indikator yang dikeluarkan oleh Deptan,2008 (terdiri PSM dan PT) dipadu dengan penyuluhan orde baru dan era reformasi yang terjadi di Indonesia, akan dibreakdown, sesuai operasionalisasi yang terjadi di lapangan.

Pembahasan Tingkat Efisiensi

Dalam penelitian ini dilihat efisiensi teknik yang terbagi ke dalam tiga komoditas unggulan yaitu komoditas sayuran di Kabupaten Magelang. Farrell dalam Alene dan Hassan (2006) menyatakan bahwa efisiensi teknik adalah kemampuan untuk memproduksi output secara maksimum dengan menggunakan minimum input pada tingkat teknologi tertentu. Dalam penelitian ini efisiensi teknik dengan pendekatan fungsi produksi frontier stokastik diestimasi dengan paket komputer frontier (Front 4.1c). Hasil estimasi efisiensi teknik usahatani sayuran di Kabupaten Magelang menunjukkan rata-rata sebesar 0,863 Nilai efisiensi teknik tersebut masih di bawah nilai 1 berarti bahwa usahatani sayur -sayuran masih belum efisien dan masih memungkinkan untuk menambah beberapa variabel input untuk dapat meningkatkan produksi sayur-sayuran di daerah penelitian, sehingga masih ada peluang untuk mengoptimalkan produksi usahatani di daerah penelitian melaui penyuluhan pertanian.

Kinerja Penyuluh

Untuk mengevaluasi kinerja penyuluh pertanian menurut karakteristiknya dilakukan dengan melihat persepsi responden dan hubungan antara petani dan penyuluh di Kabupaten Magelang.

Persepsi Petani terhadap Kinerja Penyuluhdalam Bidang Pemberdayaan SDM

Sumber Daya Manusia (SDM) dalam kinerja usahatani merupakan kunci utama dalam kemajuan ataupun kemunduran usahanya.SDM petani perlu didukung dari beberapa

(9)

Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

EP - 73

ISBN: 978-XXXXXXXXX

aspek, terutama dari pihak penyuluh pertanian.Pihak penyuluh harus memberikan ruang dalam menampung dan meningkatkan kualitas SDM para petani. Kerjasama antara dua pihak ini diharapkan akan menghasilkan suatu strategi-strategi baru dalam mengatasi masalah-masalah pertanian yang sering dihadapi oleh petani. Peningkatan SDM dalam kegiatan usahatani memang bukan hal yang mudah karena hal ini sering sekali berbenturan dengan permasalahan sosial maupun budaya. Akan tetapi, permasalahan ini akan mampu diatasi jika pihak penyuluh pertanian dengan strategi-strateginya yang lebih menekankan pada perspektif sosial maupun budaya. Oleh karena itu, petani dalam hal ini memiliki beberapa persepsi yang berkaitan dengan kinerja pihak penyuluh pertanian dalam peningkatan SDM petani. Penjelasan mengenai kinerja penyuluh dalam hal pemberdayaan sumber daya manusia dapat dilihat pada Tabel di bawah Tabel 1.

Tabel 1

Kinerja Penyuluhdalam Bidang Pemberdayaan SDM menurut persepsi Petani Di Daerah Penelitian

Indikator Kategori kinerja penyuluh

Persepsi Jumlah Persen Penglibatan petani dalam

menyusun dan merealisasikan rencana kerja

Rendah 45 56,2

Sedang 16 20

Tinggi 16 23,8 Menumbuhkembangkan kemitraan

antara petani dan pelaku usaha

Rendah 44 55 Sedang 18 22,5 Tinggi 18 22,5 Menumbuhkembangkan kewirausahaan Rendah 44 55 Sedang 23 28,8 Tinggi 13 16,2 Berperan dalam kegiatan sosial Rendah 45 56,3 Sedang 22 27,5 Tinggi 13 16,2 Kreatifitas dan inisiatif Rendah 47 58,8 Sedang 22 27,5 Tinggi 11 16,2

Kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Magelang berdasarkan persepsi responden tentang faktor pemberdayaan sumber daya manusia pada Tabel 1 secara umum adalah rendah. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh pertanian di Kabupaten Magelang belum melakukan tugas dan fungsinya secara optimal. Dalam melakukan kegiatan perlu melibatkan masyarakat secara aktif seperti diskusi dengan petani untuk menggali permasalahan yang sedang terjadi.

Dalam menumbuh kembangkan kemitraan dengan menjalin kerjasama antara petani dan pelaku usaha. bentuk kemitraan yang telah ditumbuhkembangkan adalah kemitraan pemasaran, yaitu membuka jalinan kerjasama antara petani dengan pembeli. Permasalahan yang masih dihadapi secara umum oleh petani adalah pemasaran hasil panen, menurut sebagaian besar petani di daerah penelitian selama ini harga sering dipermainkan oleh tengkulak.Tengkulak membeli hasil panen dari petani dengan harga yang sangat rendah.Masyarakat petani berharap kepada pemerintah agar dapat membantu permasalahan yang hadapi termasuk masalah tengkulak yang sangat merugikan petani.

Dalam rangka mewujudkan kemandirian petani pada Tabel 1 menunjukkan masih rendah. Hal ini perlu ditingkatkan melalui kegiatan penyuluhan pertanian dengan berusaha menciptakan suasana yang kondusif dalam menumbuhkan kewirausahaan.Hal ini mengingat jumlah penyuluh pertanian yang belum sesuai dengan luas wilayah dan karakteristik Geografis.Pada Tabel1 Penyuluh pertanian di Kabupaten Magelang melakukan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan termasuk kategori rendah, sehingga kegiatan-kegiatan penyuluhan perlu mendekatkan dengan petani seperti menghadiri acara-acara sosial, dan berupaya melakukan pendekatan secara kekeluargaan pada petani.

(10)

EP - 74 Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

ISBN: 978-XXXXXXXXX

Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur

Dari sisi kreatifitas dan inisiatif kinerja penyuluh pada Tabel 1 di Kabupaten Magelang tergolong sedang menurut persepsi responden. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluh harus lebih berusaha memahami permasalahan petani dan menyelesaikan dengan memberikan beberapa alternative penyelesaian masalah. Hal ini bisa dilihat saat penyuluh mengadakan pertemuan pada selapan hari sekali (35 hari), saat petani mengadakan pertemuan warga, sehingga permasalahan yang ada dapat dibicarakan, namun belum dapat menjangkau seluruh wilayah Magelang yang disebabkan jumlah penyuluh belum sesuai dengan luas wilayah.

Persepsi Petaniterhadap Kinerja Penyuluh dalam Bidang Alih Teknologi

Petani sebagai tokoh sentral dalam usahatani dan pihak penyuluh pertanian sebagai pihak yang mendorong dan membantu dalam kinerja usahanya menjadi dua aspek yang tidak bisa dipisahkan. Akan tetapi, dalam perjalanan kinerja penyuluh pertanian kepada petani di lapangan seringkali mengalami kendala-kendala yang susah untuk diatasi. Salah satu kinerja dari pihak penyuluh pertanian adalah dengan program alih teknologi bagi petani. Program ini dalam pelaksanaanya mengalami beberapa kendala di lapangan, sehingga terdapat beberapa persepsi dari petani terhadap kinerja penyuluh pertanian. Persepsi responden terhadap kinerja pertanian di daerah penelitian dalam faktor Alih teknologi yang paling menonjol adalah faktor pengetahuan dan keterampilan teknologi penyuluh pertanian yang masih perlu ditingkatkan lagi melalui pelatihan-pelatihan dan informasi mengenai penerapan teknologi baru secara terus-menerus. Penjelasan mengenai kinerja penyuluh dalam hal alih teknologi dapat dilihat pada Tabel2.

Tabel2

Kinerja Penyuluh Dalam Bidang Alih Teknologi menurut persepsi petani

Indikator Kategori kinerja penyuluh

Persepsi Jumlah Persen Penyediaan dan penyebaran

informasi teknologi

Rendah 42 52,5 Sedang 30 37,5

Tinggi 8 10

Pengetahuan dan ketrampilan teknologi yang dianjurkan

Rendah 41 51,2 Sedang 26 32,5 Tinggi 13 16,2 Pengetahuan dan ketrampilan

teknologi komunikasi dan informasi

Rendah 41 57,5 Sedang 26 28,8 Tinggi 13 13,8

Persepsi Petani terhadap faktor Alih Teknologi Kinerja Penyuluh pertanian di Kabupaten Magelang pada Tabel 2 menunjukkan sebagian besar rendah. Hal ini menunjukkan bahwa Penyediaan dan penyebaran informasi teknologi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian belum merata yang mengakibatkan informasi yang berkaitan dengan petani tidak terjangkau sehingga hanya wilayah tertentu saja yang bisa berkembang. Berdasarkan persepsi responden pengetahuan dan keterampilan teknologi penyuluh pertanian di Kabupaten Magelang masih rendah. Hal ini mengakibatkan penerapan teknologi di Kabupaten Magelang terhambat sehingga perkembangan pertanian di Kabupaten Magelang belum optimal.

Persepsi Petani terhadap Kinerja Penyuluh dalam Bidang Pengetahuan dan Ketrampilan Metode Penyuluhan.

Kabupaten Magelang merupakan tinggi, dalam sistem perekonomiannya secara general masih bertumpu kepada aspek pertanian (sayuran). Dalam kondisi seperti ini, Kabupaten Magelang merupakan pemasok sayuran yang cukup besar bagi wilayahnya maupun untuk wilayah Kabupaten yang lain. Sistem pertanian dalam peningkatan hasil usaha kerja yang dilakukan oleh petani di Kabupaten Magelang ini pada dasarnya membutuhkan suatu usaha yang kuat dan kerjasama dari berbagai pihak agar mampu

(11)

Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

EP - 75

ISBN: 978-XXXXXXXXX

mencapai hasil yang maksimal. Pertanian dalam Kabupaten Magelang ini, diantaranya di Kecamatan Sawangan, Kecamatan Ngablak dan Kecamatan Pakis. Di Kecamatan Pakis, mayoritas pertanian adalah sayuran, begitu halnya dengan Kecamatan Sawangan dan Ngablak. Varietas tanaman unggulan dalam usaha tani ini adalah sayuran kol/kobis, kentang, Lombok, tomat, onclang, dan seterusnya.

Kinerja penyuluh pertanian dalam bidang pengetahuan dan ketrampilan metode penyuluhan yang dilaksanakan kepada pihak petani berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa, secara umum kinerja dari pihak penyuluh ini masih mengalami kendala sehingga berdampak kepada kinerja penyuluh yang masih rendah. Dalam bidang pengetahuan dan keterampilan metode penyuluhan menurut persepsi responden yang paling menonjol adalah faktor metode penyuluhan kunjungan lapangan (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan selama ini yang sering dilakukan adalah dengan penyuluhan dengan kunjungan lapangan atau tatap muka dengan petani dikarenakan lebih mudah diterapkan namun masih mengalami banyak kendala terutama masalah waktu. Petani pada umumnya melakukan kegiatan pada waktu pagi hari sehingga kesulitan untuk mengumpulkan petani secara bersamaan. Untuk mengatasi hal tersebut penyuluh pertanian melakukan kunjungan orang perorang sehingga membutuhkan waktu yang lama.

Tabel 3

Kinerja Penyuluh dalam Bidang Pengetahuan ketrampilan metode penyuluhan menurut persepsi petani

Indikator Kategori kinerja penyuluh

Persepsi

Jumlah Persen

Metode penyuluhan kelompok/

meeting

Rendah 42 52,5

Sedang 22 27,5

tinggi 16 20

Metode penyuluhan demplot Rendah 42 51,2

Sedang 34 42,5

Tinggi 5 6,2

Metode penyuluhan kunjungan lapangan

Rendah 51 63,8

Sedang 15 18,8

Tinggi 14 17,5

Penyuluh pertanian di Kabupaten Magelang memiliki keterampilan metode penyuluhan yang masih kurang, terlihat dari persepsi responden yang menyatakan kinerjanya rendah. Metode penyuluhan yang dilakukan penyuluh pertanian antara lain pertemuan rutin, demplot dan kunjungan lapangan belum dilakukan secara optimal di Kabupaten Magelang. Hal ini karena Magelang merupakan Kabupaten yang daerahnya cukup luas dibandingkan dengan Kabupaten yang lain. Kondisi geografis Magelang mencakup dataran rendah, sedang dan tinggi.

Kesimpulan

Perilaku usahatani di daerah penelitian yang diukur dengan efisiensi teknis masih belum efisien sehingga masih ada peluang untuk mengoptimalkan produksi usahatani di daerah penelitian melaui usaha penyuluhan oleh penyuluh pertanian untuk menggunakan input sesuai dengan kebutuhan sehingga diharapkan produktifitasnya meningkat yang berdampak pada peningkatan pendapatan petani.

Kinerja penyuluh pertanian di Kabupaten Magelang masih rendah karena penyuluhan pada komoditas sayur-sayuran tergolong baru. Oleh karena itu diperlukan kerjasama dari semua pihak sehingga kegiatan penyuluhan pertanian dapat berjalan dengan baik yang berakibat peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Magelang.

Referensi

Arnin Widjaja Tunggal. 2001. Memahami Konsep Balanced Scorecard. Jakarta: Havarindo. Ariani, M. 2007. "Penguatan ketahanan pangan daerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional".Monograph No. 26. Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian. Jakarta.

(12)

EP - 76 Simposium Riset Ekonomi V - 6 Oktober 2011

ISBN: 978-XXXXXXXXX

Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.2004. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005-2009.

Brannen, Julia. (1992). Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research. Brookfield, USA: Avebury, Aldershot Publisher

BPS. 2006. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Badan Pusat Statistik. Jakarta BPS (2006). Survei Sosial Ekonomi Nasional. Badan Pusat Statistik. Jakarta

BPTP. 2007. Daftar Tanaman Pangan Unggulan Jawa Tengah. Semarang

Bimas. 1989. Pengembangan dan Pembinaan Kelompok Tani Dalam Intensifikasi Tanaman Pangan. Satuan Pengendali Bimas Jakarta Kapita Selekta.

Bungaran Saragih. 2001. Penyuluhan Pertanian. Yayasan Pengembangan Sinar Tani. Jakarta.

Chambers, R. 1988. Farmer First. A Paradigm for the Third Agriculture. Mimeo. Institute of Development Studies, University of Sussex, Brighton, UK.

Cheung. Steven NS. 1998. The Transaction Cost Paradigm, Western Economic Association International. Vol XXXVI, Oktober: 514-521. Journal of Economics.

Farrell, M.J. (1957) “The measurement of productive efficiency, Journal of the Royal Statistical Sosiecy, Series A, Part 3, 120. hlm. 253-581.

FAO, 2007. Laporan Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2007.

Mason, Robert D; Douglas A. Lind; William G. Marchal (1999). Statistical Techniques in

Business and Economics. Tenth Edition. Irwin McGraw-Hill. International Edition

Panayotou, T., 1985. Production Technologi and Economic Efficiency: A conceptual framework. (ed. T. Panayotou) Small-scale fisheries in Asia.Ottawa, Canada, IDRC. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi, dengan pokok Bahasan analisis fungsi

Cobb-Dauglas. Jakarta; Rajawali Pers

SPSS 12.0 Brief Guide Copyright (2003) by SPSS Inc. Printed in the United States of America.http://www.spss.com

Squires, D., Omar, IH., Jeon, Y., Kuperan, K., Susilowati, H. (2003) “Exces Capacity and Sustainale Development in Java Sea Fisheries”. Enviroment and Development

Economics 8 : 105-127. Cambridge University Press, United Kingdom

Susantun, I. 2000. “Fungsi Keuntungan Cobb-Dauglas Dalam Pendugaan Efisiensi Ekonomi Realtif”. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.5 No.2.hal 149-161

Susilowati, Indah. 2003. "Analisis Ekonomi Alat Tangkap Trawl-mini (Jaring Cothok) studi kasus di Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah". Media Ekonomi dan Bisnis vol. XV No.I hal.76-89.

Susilowati, I. dan B. Suprihono. 2004."Analisis Efisiensi Usahatani Padi pada Lahan Sempit ( < 0,5 Ha) demgan Irigrasi Tadah Hujan di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak". Jurnal EKOBIS Vol.6; No.1 Fakultas Ekonomi UNISSULA.Semarang.

Susilowati, 1.et al. (2005). Pengembangan Model Pemberdayaan Usaha Mikro

Kecil, Menengah dan Koperasi Dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten dan Kota Pekalongan. RUKK Kantor Menneg Ristek dan LIPI. Jakarta.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 pada tanggal 14 Nopember 2007 telah ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 58 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (Bakorluh).

Viswanathan, K.Kuperan., Ishak Haji Omar, Yongil Jeon, James Kirkley, Squires Dale., Susilowati, I. (2001). Fishing Skill in Developing Country Fisheries : The Kedah,

Malaysia Trawl Fishery.

Widodo, Sri. 1989. Production Efficiency of Rice Farmers in Java Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Zen et.al., “Technical Efficiency of The Driftnet and Payang Seine (Lampara) Fisheries in west Sumatra, Indonesia”. Journal of Asian fisheries Scince.vol.15 2002. p. 97-106

Gambar

Gambar 1. Efisiensi Unit  Isoquan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah akan diselesaikan dalam tugas akhir ini adalah bagaimana peta model bisnis platform online jual beli mobil

Perusahaan Bisnis Tunggal Tingkat Korporasi / Bisnis Strategi Produksi Operasi / Litbang Strategi Keuangan / Akunting Strategi Pemasaran Strategi Hubungan Karyawan.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat dikatakan bahwa analisis kontrastifmerupakan ilmu linguistik yang bersifat membandingkan dan bertujuan menemukan serta

Gejala perubahan tegangan durasi pendek dapat disebabkan oleh gangguan karena suatu proses penyulangan energi listrik terhadap beban yang besar, dimana pada saat penyulangan

memberi tawaran apakah padi yang saya tanam mau dijual dengan sistem tebasan, kadang juga ada perantara yang mendatangi rumah memberi tawaran kepada saya

Salah satu perubahaan yang dapat kita lihat adalah Provinsi Aceh menjadi salah satu tujuan wisata di Indonesia, hal ini tentunya banyak menarik wisatawan

permainan atau simulasi, maka isi dari apa yang dipelajari dan proses yang digunakan yang dipelajari dan proses yang digunakan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh. pelatih