• Tidak ada hasil yang ditemukan

PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAPAT AKHIR PRESIDEN TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001

TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA

PADA

RAPAT PARIPURNA DPR-RI

DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/ PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS

BAGI PROVINSI PAPUA

(2)

2 Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera bagi kita semua, Om Swastyastu,

Namo Buddhaya, Salam Kebajikan, dan Salam Sehat

Yth. Para Pimpinan dan Anggota DPR RI; Para Ketua Fraksi DPR-RI;

Menteri Hukum dan HAM; Menteri Keuangan; dan

Para hadirin yang berbahagia.

Pertama tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kita ke hadirat Allah SWT, karena sampai dengan hari ini kita semua masih diberikan kesehatan dan kesempatan untuk hadir pada Rapat Paripurna Pengambilan Keputusan Tingkat kedua atas RUU tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.

(3)

3

Saudara Pimpinan dan Para Anggota DPR-RI yang kami hormati,

Sebagaimana kita pahami, bahwa otonomi khusus di Provinsi Papua telah berjalan selama 20 tahun pada tahun ini. Dalam perjalanannya, banyak hal yang telah berhasil dicapai, namun ada pula yang perlu di perbaiki. Salah satu contoh adalah belum meratanya pembangunan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Papua dan Papua Barat. Untuk itu perlu diambil kebijakan strategis diantaranya dengan melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua. Perubahan ini juga diperlukan untuk memperpanjang dana otsus. Pasal 34 menyatakan bahwa dana otonomi khusus berlaku selama 20 tahun, sehingga apabila tidak dilakukan perubahan maka dana otonomi khusus akan berakhir pada tahun 2021, sedangkan dana otsus masih sangat diperlukan untuk percepatan pembangunan Papua.

Merespon kebutuhan tersebut, pemerintah telah mulai memproses perubahan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua dengan meminta masukan kepada Gubernur Papua dan Gubernur Papua Barat melalui surat Menteri Dalam Negeri Nomor 188.2/6310/SJ tanggal 12 Juli 2019,

(4)

4

junto Undang-Undang No. 35 Tahun 2008, yang juga disampaikan kepada Ketua DPRP/DPRPB dan Ketua MRP/MRPB. Selanjutnya, setelah pembahasan melalui Panitia Antar Kementerian dan Harmonisasi, Pemerintah telah mengajukan usulan Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua kepada DPR melalui Surat Presiden RI kepada Ketua DPR-RI Nomor R-47/Pres/12/2020 tanggal 4 Desember 2020 Hal Penyampaian Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001. Rancangan Undang-Undang tersebut kemudian telah dibahas secara intensif di lingkungan pemerintah yang diikuti peran serta dan partisipasi 19 (sembilan belas) kementerian/lembaga dan dipimpin oleh Bapak Wakil Menteri Hukum dan HAM bersama Panitia Khusus DPR RI dan Komite I DPD RI yang telah disetujui pada Rapat Pengambilan Keputusan Tingkat I pada hari Senin, 12 Juli 2021.

(5)

5

Saudara Pimpinan dan Para Anggota DPR-RI yang kami hormati,

Pembahasan RUU Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 ini merupakan upaya bersama yang merupakan wujud komitmen Pemerintah, DPR-RI dan DPD-RI untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pembahasannya, kita berpijak pada prinsip-prinsip untuk melindungi dan menjunjung harkat dan martabat Orang Asli Papua dan melakukan percepatan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.

Selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, izinkan kami atas nama Pemerintah menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada seluruh pimpinan dan anggota Panitia Khusus, Panitia Kerja, Tim Perumus, dan Tim Sinkronisasi yang telah bekerja dengan sangat efektif dan penuh dedikasi, sehingga dapat menyelesaikan pembahasan terhadap 143 Daftar Inventarisasi Masalah dalam tempo yang tidak terlalu lama. Meskipun dalam situasi pandemi Covid-19 seperti saat ini, para pimpinan dan anggota Panitia Khusus (Pansus), Panitia Kerja (Panja), Tim Perumus (Timus) dan Tim Sinkronisasi

(6)

6

menyelesaikan RUU tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua sebagai bentuk perhatian terbaik untuk saudara-saudara kita di Papua. Sumbangsih Bapak/Ibu semua akan tercatat dalam tinta emas perjalanan bangsa ini.

Saudara Pimpinan dan Para Anggota DPR-RI yang kami hormati,

Sesuai dengan Surat Presiden terkait pengajuan Rancangan Undang-Undang ini, Pemerintah mengajukan perubahan hanya pada 3 pasal yaitu Pasal 1 tentang Ketentuan Umum, Pasal 34 tentang Keuangan, dan Pasal 76 tentang Pemekaran Daerah. Namun dalam perkembangannya, mengikuti dinamika diskusi yang sangat produktif dan berkualitas, serta mendengarkan aspirasi masyarakat, akhirnya Rapat Panitia Khusus telah menetapkan perubahan atas 20 Pasal sebagai berikut: 1. Sebanyak 3 Pasal usulan sesuai Surpres;

2. Sebanyak 17 Pasal diluar usulan pemerintah sebagaimana Surpres.

Perubahan pada pasal-pasal tersebut mencerminkan kebijakan afirmasi yang kuat terhadap Orang Asli Papua sebagai perwujudan komitmen seluruh elemen bangsa

(7)

7

terhadap pembangunan di Papua. Kebijakan afirmasi tersebut terdiri atas 3 (tiga) kerangka utama yaitu sebagai berikut:

1. Politik Afirmasi

Perubahan Undang-Undang ini menambahkan penyebutan untuk DPRD Kabupaten/Kota dengan DPRK dan menambahkan unsur DPRK dari OAP melalui mekanisme pengangkatan dengan jumlah 1/4 dari jumlah anggota DPRK yang dipilih dalam pemilihan umum, dan sekurang kurangnya 30% dari unsur perempuan OAP. 2. Afirmasi OAP dibidang Ekonomi

Perubahan beberapa pasal dalam Rancangan Undang-Undang ini menunjukkan keberpihakan kepada OAP dibidang ekonomi. Melalui undang-undang ini, dana otonomi khusus ditingkatkan dari 2% menjadi 2,25% dengan perbaikan dalam hal tata kelola. Selain itu, dibidang ekonomi, telah disepakati bahwa Dana Bagi Hasil (DBH) Migas sebesar 70% untuk Provinsi Papua Barat diperpanjang dari tahun 2026 menjadi 2041 untuk dipergunakan semaksimal mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Dengan dukungan pendanaan dalam bentuk Dana Otsus dan Dana Bagi Hasil Migas tambahan, disertai Dana Tambahan

(8)

8

dapat mendukung Pemerintah Daerah Papua mempercepat pembangunan di wilayah Papua. Dalam upaya untuk mendorong peningkatan pembangunan sektor prioritas yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan infrastruktur, juga telah diatur besaran penggunaan Penerimaan dalam rangka Otonomi Khusus untuk sektor-sektor prioritas tersebut. Dengan ketentuan ini diharapkan penggunaan Dana Otsus yang lebih tepat sasaran dan lebih memberikan dorongan untuk kesejahteraan masyarakat Papua, khususnya Orang Asli Papua.

3. Perbaikan tata kelola pemerintahan

Perubahan yang telah disepakati dalam Rancangan Undang-Undang ini juga menekankan aspek perbaikan tata kelola pemerintahan melalui peningkatan koordinasi dan pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh DPR, DPD, BPK dan Perguruan Tinggi Negeri serta pembentukan Badan Khusus yang berada dibawah Presiden untuk melakukan koordinasi, sinkronisasi, harmonisasi pelaksanaan otonomi khusus di Provinsi Papua. Bentuk lain dari perbaikan tata kelola dalam Perubahan Kedua atas UU Nomor 21 Tahun 2001

(9)

9

tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua antara lain: 1. Adanya Rencana Induk (Grand desain) untuk memberikan arah pembangunan yang lebih jelas dan terukur;

2. Pembagian Dana Otsus menjadi penggunaan bersifat umum (block grant) dan penggunaan berbasis kinerja (specific grant) agar penggunaan Dana Otsus lebih fokus dalam mencapai target kinerja output dan outcome;

3. Perbaikan mekanisme pembagian dan penyaluran Dana Otsus yang langsung ke kabupaten/kota guna percepatan pemanfaatan Dana Otsus bagi masyarakat papua yang tersebar diseluruh penjuru kab/kota. Perbaikan tata kelola pemerintahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan di Papua.

Saudara Pimpinan dan Para Anggota DPR-RI yang kami hormati,

Mengakhiri sambutan kami, sekali lagi kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pimpinan dan anggota DPR-RI khususnya Pansus RUU tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, yang terhormat,

(10)

10

belas) Kementerian/Lembaga, masyarakat, dan media, atas semangat dan dukungan-nya, sehingga pembahasan RUU ini berjalan dengan lancar. Selanjutnya, setelah RUU ini diundangkan, pemerintah akan melakukan sosialisasi kepada stakeholder di tingkat pusat dan daerah, serta menyusun peraturan pelaksanaan dalam bentuk Peraturan Pemerintah sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, meridhoi usaha kita semua.

Sekian dan Terima kasih. Wabillahittaufik wal hidayah,

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Om Shanti Shanti Shanti Om,

Salam Sehat.

Jakarta, 15 Juli 2021

a.n Presiden Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri

Referensi

Dokumen terkait

Setelah kita mendengarkan dengan seksama Laporan Ketua Baleg DPR RI terhadap 2 (dua) Rancangan Peraturan DPR RI, maka saya selaku Pimpinan Rapat Paripurna ingin

Adapun kegiatan pembenahan yang sedang dilakukan untuk mewujudkan pelaksanaan tugas dan fungsi DPR yang efektif dan efisien, adalah menyusun Pedoman Pelaksanaan Fungsi

RUU USUL INISIATIF DPR-RI TINGKAT PENYELESAIAN Draft NA..

g. Jumlah Anggota Komisi VIII DPR RI dalam pembahasan RUU tentang Penyandang Disabilitas sesuai keputusan Rapat Konsultasi pengganti Rapat Badan Musyawarah DPR RI antara Pimpinan DPR

Lapisan pasivasi pada permukaan logam adalah suatu lapisan oksida tipis yang terbentuk pada bermacam-macam tingkat derajat (tergantung pada besar kecilnya tenaga

Beliau juga menjelaskan bahwa ada aturan-aturan yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu perkawinan menurut tradisi di Desa Kutukan, yaitu dari pihak

Algoritma ini tidak menggunakan metode LSB, namun ia menghitung penyebaran byte-byte dari steganogram citra (dalam hal ini citra berformat JPEG (Joint Photographic

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RESORT DI KAYU ARO KERINCI UNIVERSITAS SRIWIJAYA | FAKULTAS TEKNIK | PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR. UNIVERSITAS SRIWIJAYA