• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN Purwokerto, 20 Desember2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 ISBN Purwokerto, 20 Desember2014"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

276

Inovasi Model Pengolahan, Teknik Pengemasan Dan Pemasaran Emping Melinjo

Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pendapatan Masyarakat

Di Desa Pagenjahan Kalierang Kecamatan Bumiayu- Brebes

Ani Kusbandiyah1, Eko Sri Israhayu2, Sukristanto,2 1

Fakultyas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto 53182

2

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl, Raya Dukuh Waluh PO BOX 202 Purwokerto, 53182

ABSTRAK

Kegiatan Ipteks bagi Masyarakat ini bertujuan untuk : mensosialisasikan model pengolahan emping yang lebih modern dengan kreativitas hasil olahan produk yang lebih beragam, mengenalkan model pengemasan produk yang lebih menarik, sehingga dapat meningkatkan nilai jual produk yang dihasilkan perajin emping, membuka wawasan baru bagi para perajin emping tentang sistem pemasaran produk yang tidak tergantung pada tengkulak. Metode yang akan digunakan untuk kegiatan Ipteks bagi Masyarakat adalah : (1) Metode Ceramah, yaitu memberikan uraian-uraian kepada kelompok sasaran tentang potensi desa berupa lahan perkebunan melinjo yang dapat memberikan sumbangan pendapatan masyarakat melalui pengolahan emping melinjo, (2) Metode Demontrasi, yaitu akan didemontrasikan hal-hal berkait dengan: teknik pengolahan emping melinjo, teknik membuat emping melinjo menjadi berbagai rasa, yakni: tawar, udang, pedas, gurih manis, pedas manis dan gurih asin, teknik pengemasan emping melinjo yang menarik dan meningkatkan daya jual, teknik memasarkan emping. (3) Metode Pendampingan berkelanjutan, dengan cara tim Pelaksana melakukan kegiatan pendampingan kepada perajin emping untuk memantau proses pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk.

Kata Kunci : emping melinjo, pengolahan emping melinjo, pendampingan berkelanjutan

PENDAHULUAN

Menyebut makanan yang bernama emping melinjo,yang terbayang kemudian adalah sejenis makanan ringan yang rasanya gurih, renyah dan enak. Selain yang terbayang adalah jenis makanan ringan, menyebut emping identik dengan penyakit asam urat. Atau dengan kata lain menyebut emping melinjo identik dengan penyakit asam urat. Adanya anggapan yang demikian menyebabkan orang menjadi berhati-hati untuk memakan emping melinjo, karena khawatir akan terserang penyakit asam urat. Bagi pengidap asam urat, tentu mereka akan mencoret emping dari daftar menu hidangannya, Adanya fenomena yang demikian, tentu membuat produk emping melinjo yang dihasilkan para perajin emping menjadi tidak maksimal pemasarannya. Sebab, pemasaran produk emping dibayangi peristitiwa-peristiwa buruk yang akan menimpa pada orang yang mengkonsumsinya.

Sebenarnya, di balik tudingan emping melinjo sebagai penyebab asam urat, melinjo ternyata merupakan lumbung antioksidan tingkat tinggi. Melinjo menawarkan khasiat luar biasa. Menurut hasil penelitian Balitbang ( 2011) ternyata biji melinjo mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi. Antioksidan adalah senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul tidak setabil hasil dari proses metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat kimiawi dalam makanan dan polutan lain. Radikal bebas ini secara perlahan akan merusak sel, akibatnya tubuh mudah terserang penyakit, organ tubuh tidak bekerja maksimal dan cepat mengalami penuaan dini. Tri Agus Siswoyo, peneliti dari Universitas Jember, menyatakan bahwa biji melinjo mengandung antioksidan tingkat tinggi. Malahan nilainya menyaingi kandungan antioksidan pada Vitamin C. Antioksidan merupakan zat paling ampuh sebagai penangkal radikal bebas, penyebab kanker, dan mempercepat proses penuaan. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam daun melinjo di antaranya saponin dan flavonoid, sedangkan bijinya mengandung tanin, saponin, dan flavonoid. Efek farmakologis melinjo di antaranya sebagai peluruh kencing.

Dengan adanya isu yang menghebohkan tentang konsumsi emping bisa menyebabkan asam urat, mengakibatkan penduduk yang selama ini mengandalkan dari pembuatan emping melinjo, mulai menghentikan produksinya. Banyak perajin emping yang mulai kehilangan mata pencaharian, termasuk para perajin emping di desa Pagenjahan. Desa Pagenjahan, berada di kecamatan Bumiayu, Brebes – Jawa Tengah. Desa ini merupakan sebuah desa kecil yang termasuk dalam wilayah kelurahan Kalierang Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Di desa ini cukup banyak lahan yang ditanami melinjo. Pembuatan Emping melinjo menjadi kegiatan yang hampir merata di setiap rumah, sehingga desa Pagenjahan terkenal sebagai sentra

(2)

277

produksi Emping Mlinjo. Desa ini dikenal pula dengan sebutan kampung emping, karena cukup banyak penduduknya yang memiliki usaha pembuatan emping.

Mencermati potensi daerah yang dimiliki desa Pagenjahan, Bumiayu Brebes, jelaslah di daerah ini diperlukan adanya kegiatan pendampingan usaha produksi emping. Pendampingan usaha ini tentu dimaksudkan agar para perajin emping dapat tetap termotivasi untuk melakukan produksi emping melinjo secara kontinyu dan meningkatkan kemampuan memasarkannya. Selain diberi pendampingan khusus yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan kuantitas produksi emping, pendampingan khusus juga dimaksudkan membuka cara pandang para perajin emping tentang prospek wirausaha emping, sehingga mereka memiliki semangat untuk menjaga kualitas produksi dan peningkatan aneka olahan emping.

Pada pelaksanaan program IbM ini, dihidupkan kembali sistem pengolahan emping melinjo, teknik pengolahan yang bagus dengan sentuhan rasa yang beraneka macam, dan strategi pemasaran yang bagus, sehingga diharapkan hasil emping melinjo akan mampu menembus pasaran. Di desa ini terdapat sekitar 50 kepala keluarga (rata-rata dilakukan para ibu rumah tangga) yang menjadi perajin emping. emping yang mampu diproduksi masyarakat masih sangat terbatas. Usaha emping melinjo seperti dikemukakan oleh Nalinda (2006) rata-rata dilakukan oleh perempuan (istri), sedangkan pria hanya membantu saja di samping pekerjaan utamanya. Tim Pelaksana IBM dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) yang mengadakan survey dan mewawancarai sejumlah perajin emping di desa Pagenjahan, Kalierang – Bumiayu, menemukan fakta di lapangan bahwa kemampuan produksi untuk masing-masing KK hanya sekitar 5 – 7 kg per hari. Jumlah produksi emping tersebut jika dilihat secara kuantitas, barangkali masih belum maksimal, tetapi mengingat yang melaksanakan adalah para ibu rumah tangga, maka tampaknya untuk meningkatkan jumlah produksi emping yang dihasilkan sulit dijangkau. Oleh karena itu agar para perajin emping yang sebagian adalah para ibu rumah tangga dijadikan sebagai alternatif usaha dalam rangka menambah pendapatan keluarga, maka yang perlu dilakukan adalah pendampingan khusus dan berkelanjutan melalui pembaharuan proses pengolahan emping.

Berkait dengan sistem pengolahan produksi emping melinjo, berdasarkan survey yang Tim IBM laksanakan, para perajin emping melinjo di desa Pegenjahan, masih terbatas pengetahuannya dalam hal pengolahan emping. Yakni hanya menghasilkan emping melinjo berupa emping tawar, maka Tim Pelaksana IBM kemudian memberikan pelatihan pengolahan emping yang tidak terbatas pada emping tawar, tetapi dapat dikreasikan menjadi sejumlah emping aneka rasa, di antaranya emping rasa: udang, pedas, gurih manis, pedas manis dan gurih asin.

Tim Pelaksana IBM juga memfasilitasi mereka dengan memberikan kepada mereka peralatan berupa batu umpak (batu landasan) pembuatan emping, agar emping yang dihasilkan dapat terlihat rapi sehingga terkesan indah dan meningkatkan selera.

TUJUAN

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan masyarakat perajin emping dalam membuat emping dengan berbagai rasa, sehingga meningkatkan nilai ekonomis produk dan meningkatkan kemampuan masyarakat perajin emping untuk mengemas produk dengan kemasan yang menarik, agar dapat menaikkan harga jual.

METODE PELAKSANAAN

Program Ipteks bagi Masyarakat yang kami laksanakan ini dengan melalui berbagai metode yang tujuannya untuk mencapai target dan luaran yang telah ditetapkan, yaitu :

1. Metode Ceramah, digunakan untuk memberikan uraian-uraian kepada kelompok sasaran tentang potensi desa berupa lahan perkebunan melinjo yang dapat memberikan sumbangan pendapatan masyarakat melalui pengolahan emping melinjo. Dengan menggunakan metode ceramah maka dapat dijelaskan hal-hal berkaitan dengan strategi pengolahan emping aneka rasa yang dapat menarik konsumen. Pada kesempatan ini diadakan pula dialog interaktif dengan para perajin emping agar mereka benar-benar mengetahui strategi pengolahan emping yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan mereka. Kepada para perajin emping disampaikan hal-hal yang mungkin terjadi jika mereka tidak mengembangkan kemampuan dirinya dalam pengolahan produk yang dihasilkannya. Bukan mustahil jika produk emping yang mereka hasilkan nantinya akan dapat dikalahkan oleh para perajian emping dari daerah lainnya.

2. Metode Demontrasi, dimaksudkan agar kelompok sasaran dapat menyerap materi tidak hanya merupakan materi teori yang bersifat verbalistik, tetapi merupakan materi yang harus dipraktikkan. Tim Pelaksana

(3)

278

mempraktikkan secara langsung hal-hal berkait dengan teknik pengolahan emping melinjo, teknik membuat emping melinjo menjadi berbagai rasa, yakni: tawar, udang, pedas, gurih manis, rasa ebi, pedas manis dan gurih asin, teknik pengemasan emping melinjo yang menarik dan meningkatkan daya jual.

3. Metode Pendampingan Berkelanjutan, artinya tim pelaksana melakukan kegiatan pendampingan kepada perajin emping untuk memantau proses pengolahan, pengemasan dan pemasaran produk. Pemantauan dilakukan mulai pada tahap pengolahan emping tawar. Para perajin emping melaksanakan pengolahan mulai dari penyangraian emping, pengupasan emping, penumbukan emping, hingga pengeringan emping. Berdasarkan pengamatan kami pada para perajin emping, mereka mengeluhkan tidak memiliki peralatan yang memadai berkait dengan batu landasan untuk menumbuk emping. Mereka pernah memperolehnya dari pemerintah pusat, tetapi kemudian tidak datang bantuan lagi, padahal mereka membutuhkan landasan tersebut untuk produksi mereka.

4. Pengemasan Emping sebagai Upaya Menaikkan Daya Jual, Suatu produk akan memiliki nilai tambah jika penjualannya dikemas secara menarik. Selama berabad-abad, kemasan merupakan suatu konsep fungsional sebatas untuk melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa dan masih terkesan seadanya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan semakin kompleks, barulah terjadi penambahan nilai-nilai fungsional, terutama pada abad sekarang dimana persaingan didalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba merebut perhatian calon konsumen. Dengan demikian konsep fungsional pengemasan telah menjadi bagian penting yang harus mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai konsumen. (http://mesinpengemas.blogspot.com/).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut adalah hasil yang diperoleh dari kelompok sasaran kami berkait dengan pengolahan emping aneka rasa. Dari sejumlah 54 orang perajin emping yang kami kumpulkan, kemudian kami bagi menjadi 6 kelompok. Setelah kami beri pelatihan pengolahan emping aneka rasa, masing-masing kelompok kami beri tugas untuk mencoba mengolah minimal 2 emping aneka rasa. Dari praktik yang dilakukan kelompok-kelompok tersebut menghasilkan produk olahan emping sebagai berikut.

1. Kelompok I. menghasilkan emping rasa pedas, manis dan asin . 2. Kelompok II. menghasilkan emping rasa pedas manis, rasa ebi dan asin 3. Kelompok III, menghasilkan emping rasa pedas, rasa ebi dan asin. 4. Kelompok IV, menghasilkan emping rasa pedas, rasa ebi dan asin.

5. Kelompok V, menghasilkan emping rasa pedas, manis, rasa ebi dan bawang. 6. Kelompok VI, menghasilkan emping rasa pedas manis, rasa ebi dan bawang.

Adapun bumbu-bumbu dan cara pengolahan dari sejumlah emping aneka rasa tersebut dapat dilihat berikut ini : 1. Emping rasa pedas. Bumbu-bumbungnya: Ketumbar, bawang putih, cabe, gula dan garam. Cara

mengolahnya: Semua bahan dicampur di blender, lalu disaring. Emping yang sudah kering dicelupkan ke bumbu, kemudian bumbu diratakan. Setelah dicelupkan lalu dijemur sampai kering kemudian digoreng 2. Emping rasa Manis. Bumbu-bumbunya: ketumbar, bawang putih, gula pasir. Cara mengolahnya: Kesemua

bumbu diblender. Emping yang sudah kering dicelupkan ke bumbu diratakan Setelah dicelupkan lalu dijemur sampai kering kemudian digoreng

3. Emping rasa Asin. umbu-bumbungnya: Ketumbar, bawang putih, garam. . Cara mengolahnya: Semua bahan dicampur diblender, lalu disaring. Emping yang sudah kering dicelupkan ke bumbu, kemudian bumbu diratakan. Setelah dicelupkan lalu dijemur sampai kering kemudian digoreng

4. Emping rasa Pedas Manis. Bumbu-bumbungnya: bawang putih, gula, kemiri, cabe, dan garam. Cara mengolahnya: Semua bahan dicampur diblender, lalu disaring. Emping yang sudah kering dicelupkan ke bumbu, kemudian bumbu diratakan. Setelah dicelupkan lalu dijemur sampai kering kemudian digoreng 5. Emping rasa Ebi. Bumbu-bumbunya: ketumbar, bawang putih, gula pasir. Cara mengolahnya: Kesemua

bumbu diblender. Emping yang sudah kering dicelupkan ke bumbu, kemudian bumbu diratakan. Setelah dicelupkan lalu dijemur sampai kering kemudian digoreng.

Seperti dikemukakan Wahyuni (2013) bahwa untuk meningkatkan pendapatan para perajin emping dapat dilakukan dengan adanya pengembangan strategi dalam pengolahan emping melinjo, sehingga perajin emping tidak hanya menghasilkan satu jenis olahan emping saja yakni emping rasa tawar. Perlu dikembangkan strategi pengolahan emping menjadi lebih kreatif dan inovatif.

(4)

279

Setelah kelompok sasaran kami beri pelatihan tentang pengolahan emping aneka rasa, tahap selanjutnya, para perajin emping kami beri pelatihan yang menunjang produksi mereka. Adapun pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan berkait dengan mengemas produk. Dengan menggunakan hand sealer yang kami berikan, masyarakat sasaran kami beri pelatihan cara mengemas produk. Tentu saja dengan teknik yang praktis. Idealnya pengemasan produk disertai dengan pelabelan.

Ada keterkaitan antara produk – kemasan - produk dan keminatan konsumen dalam membeli. Selama berabad-abad, kemasan merupakan suatu konsep fungsional sebatas untuk melindungi barang atau mempermudah barang untuk dibawa dan masih terkesan seadanya. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju dan semakin kompleks, barulah terjadi penambahan nilai-nilai fungsional, terutama pada abad sekarang dimana persaingan didalam dunia usaha semakin tajam dan kalangan produsen saling berlomba merebut perhatian calon konsumen. Dengan demikian konsep fungsional pengemasan telah menjadi bagian penting yang harus mencakup seluruh proses pemasaran dari konsepsi produk sampai konsumen. (http://mesinpengemas.blogspot.com/) Jika kemasan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pemasaran, fungsi kemasan harus menampilkan sejumlah faktor penting.

Adapun faktor –faktornya adalah sebagai berikut :

a. Faktor Pengamanan, sebuah pengemasan yang baik tentu saja dimaksudkan untuk memberikan perlindungan atas barang yang dikemas. Melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang. Misal : cuaca, sinar, jatuh, tumpukan, kuman.

b. Faktor Ekonomi, perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaat. Dalam pengemasan harus diingat pula faktor ekonomi dari sebuah produk yang dikemas. Jangan hanya karena ingin tampil dengan kemasan “wah” menjadikan harga produk kemudian harga barang menjadi tingggi dan terjangkau masyarakat.

c. Faktor Pendistribusian, pengemasan yang dipilih juga sebaiknya mempertimbangkan proses distribusi dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Di tingkat distributor atau pengecer, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu dipertimbangkan. Jangan sampai hanya karena mempertimbangkan faktor estetis, kemudian menyebabkan kesulitan untuk proses distribusi.

d. Faktor Komunikasi, kemasan selain sebagai upaya untuk melindungi produk dari kerusakan, juga dapat berfungsi sebagai sebagai media komunikasi yang menerangkan atau mencerminkan produk, citra merek, dan juga sebagai bagian dari promosi, dengan pertimbangan mudah dilihat, dipahami, dan diingat. Oleh karena itu dalam membuat kemasan perlu dipertimbangkan pula tingkat komunikasi atas kemasan yang dipilih.

e. Faktor Ergonomi, adanya pengemasan prosuk tentu saja dimaksudkan agan barang yang dikemas nantinya dspat sebagai kemasan yang bernilai ekonomis, praktis dan estetis. Berbagai pertimbangan perlu dilakukan agar kemasan mudah dibawa, dipegang, dibuka, dan mudah disimpan.

f. Faktor Estetika, sebelum menentukan sebuah kemasan sebaiknya kita banyak belajar pada contoh kemasan lain yang sudah ada. Dari contoh kemasan tersebut kita bisa melihat: tata warnanya, komposisi huruf dan gambarnya. Apabila kita sudah melihat hal-hal tesebut maka kita rancang kemasan yang akan dibuat supaya terdapat unsur keindahan (estetis) di dalamnya. Keindahan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek/ logo, ilustrasi, huruf dan tata letak untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.

g. Faktor Identitas, secara keseluruhan, kemasan harus berbeda dengan kemasan yang lain, yakni memiliki identitas produk agar mudah dikenali, dan membedakannya dengan produk-produk lain.

Untuk mengemas produk dibutuhkan mesin pengemas yang dapat membantu perajin menghasilkan kemasan yang baik, sehingga fungsi-fungsi seperti disebutkan di atas dapat tercapai. Demikian halnya berkait dengan pengemasan emping melinjo. Hal yang membuat emping melinjo kurang memiliki daya jual karena biasanya para perajin masih menggunakan cara-cara yang sangat sederhana. Misalnya pengemasan dilakukan dengan tanpa menggunakan merek, tidak menggunakan pengemasan yang rapi. Untuk membuat kemasan yang rapi dapat digunakan mesin pengemas model hand sealer. Model hand sealer adalah mesin pengemas yang pengoperasiannya menggunakan tangan. Mesin ini bisa digunakan untuk mengemas aneka produk dalam kemasan plastik.

Untuk dapat membantu masyarakat sasaran, kami Tim Pelaksana memberikan bantuan berupa hand sealer, pemberian peralatan ini kami maksudkan agar dapat meneutup kemasan yang mereka buat. Berdasarkan pengamatan kami masyarakat sasaran dalam menutup kemasan yang mereka buat biasanya menggunakan lilin, kemudian plastik yang akan dikemas dipanaskan di atas lilin yang menyala untuk menutup plastik kemasan.

(5)

280

Menurut kami, teknik semacam itu tidak praktis. Selain tidak praktis, hasil pengemasan dengan menggunakan pembakaran lilin juga kurang rapi. Dengan menggunakan hand sealer, kami harapkan hasil kemasan menjadi lebih rapi.

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan Ipteks bagi yang dilaksanakan dengan pelatihan pembuatan emping melinjo aneka rasa (rasa asin, bawang, ebi, pedas, manis, pedas manis) setidaknya telah membuka wawasan pikir mereka bahwa pembuatan emping melinjo sebenarnya dapat dikembangkan menjadi lebih kreatif dan inovatif. Hal ini terbukti pada saat perajin emping diberi contoh-contoh aneka pengolahan emping, ternyata mereka cukup antusias dan mempraktikkan resep-resep yang sebelumnya tidak mereka kenal.

DAFTAR PUSTAKA Balitbang Pertanian, (2011). “Antioksidan dari Melinjo”

http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/inovasi-teknologi/4-artikel/80-antioksidan-dari-biji-melinjo diakses 3 Januari 2015.

Nalinda, Rika. (2006). “Alokasi Waktu Kerja Keluarga Pengrajin Emping Melinjo di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman” dalam Jurnal Ilmu- Ilmu Pertanian Volume 2, Nomor 1 Juli 2006

Wahyuni, Erin. (2013). “Strategi Pengembangan Industri Emping Melinjo Di Desa Wirokerten Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul”. Geo Educasia Tahun II, Vol. IV, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Tokoh utama dalam teks Bulan Mekalangan yaitu Diah Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati, tokoh bawahan atau tokoh penunjang adalah Kartala dan Punta sahabat

Selanjutnya, pada perancangan Tattoo Center ini akan ditambahkan sebuah area edukasi berupa museum, di mana pengunjung yang datang dapat pula menerima edukasi mengenai apa itu

Aspek utama dalam penelitian ini adalah mengetahui sejauh mana hubungan sikap kemandirian belajar yang dimiliki siswa terhadap hasil belajar yang diperoleh

3 Ketentuan ini secara logis dapat kita pahami sebagai bentuk titah dari konstitusi kepada seluruh masyarakat Indonesia terutama para pejabat di tataran

Kepatuhan dalam pengobatan menurut Slamet (2007) merupakan tingkat ketaatan pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau orang

(Aisyah, Nur.2013) Realitas kehidupan sosial sehari-hari merupakan realitas yang dinamis dan terkadang tidak bisa diangkakan. Pemahaman masyarakat muncul dari waktu

Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi yang berkaitan dengan keterlibatan ayah serta faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengasuhan seksualitas sebagai upaya

Oleh karena itu, kami melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pengabdian Kepada Masyarakat (KKN-PPM) selama 23 hari untuk meningkatkan kapasitas