• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

1. Kandungan kimia kacang panjang (Vigna sinensis L.)

Kacang panjang (Vigna sinensis L.) mengandung flavonol, glikosida flavonol, dan antosianidin (Wong and Chang, 2004; Lattanzio et al., 2000). Kacang panjang juga mengandung thiamin 0.107 mg, riboflavin 0.11 mg, niacin 0.41 mg, kalsium 50 mg, magnesium 44 mg, mangan 0.205 mg, fosfor 59 mg, kalium 240 mg, sodium 4 mg, seng 0.37 mg (USDA National Nutrien Database). Sedangkan menurut Kumaran et al,. (2007) kacang panjang mengandung vitamin A, tiamin, riboflavin, besi, fosfor, kalium, vitamin C, folat, magnesium, dan mangan. Hasil penelitian Wijayanti et al., (2007), ekstrak kacang panjang mengandung senyawa flavonoid yang diketahui secara kromatografi lapis tipis (KLT).

2. Manfaat kacang panjang (Vigna sinensis L.)

Kacang panjang (Vigna sinensis L.) memiliki banyak khasiat untuk kesehatan, antara lain sebagai antikanker, antioksidan, antivirus, antibakteri, gangguan saluran kencing, meningkatkan fungsi limpa, dan meningkatkan fungsi sel darah (Wijayakusuma, 2006).

3. Penelitian yang pernah dilakukan

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, kacang panjang memiliki aktivitas antioksidan karena adanya senyawa fenolik secara in vitro. Kacang panjang juga memiliki efek proliferatif pada sel T47D. Sedangkan perasan daun kacang panjang memiliki efek pertumbuhan rambut terhadap kelinci jantan. Keefektifan ekstrak tembakau puntung rokok lingting dan berbagai jenis perekat pada beberapa hari dapat mengendalikan Aphis craccivora Koch pada tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.).

(2)

B. Diuresis

1. Pengertian diuretik

Diuretik adalah senyawa atau obat yang dapat meningkatkan volume urin. Sedangkan istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama yaitu menunjukan adanya penambahan volume urin yang diproduksi sedangkan yang kedua yaitu menunjukan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dalam urin (Siswandono dan Soekardjo, 1995)

2. Mekanisme kerja diuretik

Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsopsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat diuretika biasanya bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga di tempat lain, yakni:

a. Tubuli proksimal

Garam reabsorbsi secara aktif (70%), antara lain Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Reabsorbsi berlangsung secara proporsional sehingga susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretik osmosis (manitol, sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorpsi air dan natrium (Tjay dan Rahardja, 2002).

b. Lengkungan Henle

Di bagian menaik lengkungan Henle ini 2,5% dari semua Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretik lengkungan (furosemid, bumetamida, etakrinat) bekerja dengan merintangi transport Cl- dan demikian reabsorpsi Na+, pengeluaran K+ dan air diperbanyak (Tjay dan Rahardja, 2002).

c. Tubuli Distal

Di bagian pertama tubuli ini, Na+ direabsorpsi secara aktif tanpa air hingga difiltrat menjadi lebih cair dan hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini. Dibagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh

(3)

hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorid dan triamteren) bekerja disini (Tjay dan Rahardja, 2002).

d. Saluran pengumpul

Hormon antidiuretik ADH (vasopressin) hipofise bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagian air dari sel-sel saluran ini (Tjay dan Rahardja, 2002).

Diuretik selain memperbanyak pengeluaran air juga dapat menambah pengeluaran elektrolit. Maka diuretik dapat menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit dan air. Secara umum diuretik dapat di bagi menjadi dua golongan besar yaitu diuretik osmotik dan penghambat transport elektrolit di tubuli ginjal (Ganong, 1989).

3. Penggolongan diuretik

a. Inhibitor karbonik anhidrase

Karbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalisis H2CO3. Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan intraocular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi biokarbonat (hydrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid, dan metazolamid.

Farmakokinetik

Inhibitor karbonik anhidrase diserap dengan baik setelah pemberian oral. Peningkatan pH urin dari diuresis bikarbonat selama 30 menit, maksimal 2 jam, dan berlangsung selama 12 jam setelah dosis tunggal. Ekskresi obat ini adalah dengan sekresi di tubulus proksimal

(4)

sehingga terjadi insufiensi pada ginjal, oleh karena itu dosis harus dikurangi.

Farmakodinamika

Penghambatan aktivitas karbonat anhidrase yaitu dengan menekan reabsorpsi bikarbonat pada tubulus proksimal. Pada dosis maksimal yang aman diberikan yaitu 85% dari kapasitas reabsopsi dalam tubulus proksimal yang di hambat. Beberapa bikarbonat masih bisa diserap di nefron dengan mekanisme anhidrase karbonat independen, efek maksimal dosis acetazolamid yaitu penghambatan 45% dari seluruh bikarbonat yang di reabsopsi di ginjal. Namun, karbonat anhidrase dapat menyebabkan penghambatan bikarbonat yang signifikan dan menyebabkan hyperchloremik asidosis metabolik. Oleh karenanya deplesi HCO3 dapat menyebabkan peningkatan reabsorpsi NaCl dengan sisa nefron, khasiat diuretik acetazolamid berkurang secara signifikan dengan penggunaan selama beberapa hari.

b. Loop diuretik

Diuretik ini secara selektif menghambat reabsorpsi NaCl pada segmen tebal ujung asenden henle (nefron). Karena segmen ini memiliki kapasitas absorpsi NaCl yang besar dan fakta bahwa efek diuretiknya tidak dibatasi oleh asidosis, seperti pada kasus penghambat karbonik anhidrase, loop diuretik adalah salah satu diuretik yang paling efektif.

Dua obat prototipe yang termasuk kelompok ini adalah furosemid dan asam etrakinat. Selain itu, bumetamid dan torsemid adalah diuretik loop golongan sulfonamida. Asam etrakinat bukanlah suatu derivat sulfonamide melainkan derivat asam fenoksiasetat yang mengandung gugus keton dan metilen. Gugus metilen membentuk kombinasi dengan gugus sulfhidril bebas dari sistein. Gabungan sistein tersebut merupakan obat aktif obat ini.

(5)

Farmakokinetik

Loop diuretik cepat diabsorpsi dan dieliminasi oleh ginjal melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus. Absorpsi furosemid lebih cepat (1 jam) dari pada torsemid oral (2-3 jam) dan absorpsinya hampir penuh pada pemberian intravena. Karena agen loop bekerja pada sisi lumen tubulus, aktivitas diuretiknya berkaitan dengan sekresinya di tubulus proksimal.

Farmakodinamik

Obat ini menghambat transporter Na+/ K+/2Cl- di lumen, dalam cabang asenden tebal ansa henle. Dengan menghambat transporter ini, diuretik loop menurunkan reabsorpsi NaCl dan juga mengurangi potensial positif di lumen akibat siklus kembali K+.

c. Tiazid

Diuretik tiazid muncul dari upaya untuk mensintesis penghambat karbonik anhidrase yang lebih poten. Tiazid menghambat transporter NaCl terutama di tubulus distal.

Farmakodinamik

Tiazid menghambat reabsorpsi NaCl dari sisi lumen sel epitel tubulus distal dengan memblok transporter Na+/ Cl-. Dalam tubulus proksimal, hilangnya volume cairan tubuh akibat tiazid menyebabkan peningkatan reabsorpsi pasif Ca2+ dan Na+. Tiazid juga bermanfaat dalam pengobatan batu ginjal yang disebabkan hiperkalsiuria. Indikasi utama diuretik tiazid meliputi: hipertensi, gagal jantung, nefrolitiasis akibat hiperkalsiuria idiopatik, dan diabetes insipidus nefrogenik. d. Diuretik hemat kalium

Diuretik ini mencegah sekresi k+ dengan melawan efek aldosteron pada tubulus colligens renalis kortical dan bagian distal akhir. Inhibisi dapat terjadi melalui antagonism farmakologi langsung pada reseptor

(6)

mineralokortikoid (spironolakton, eplerenon) atau inhibisi influks Na+ melalui kanal ion di membran lumen (amilorid, triamteren).

Farmakokinetik

Spironolakton merupakan steroid sintetik yang bekerja sebagai antagonis kompetitif terhadap aldosteron. Spironolakton sebagian besar diinaktivasi di hati. Eplerenon adalah analog spironolakton yang lebih selektif terhadap aldosteron.

Amilorid dan triamteren adalah penghambat langsung influks Na+ di tubulus pengumpul. Triamteren dimetabolisme di hati, tetapi ekskresi ginjal merupakan jalur eliminasi bentuk aktif dan metabolit triamteren yang utama. Karena sangat dimetabolisasi, triamteren memiliki waktu paruh yang lebih singkat sehingga harus diberikan lebih sering dibandingkan dengan amilorid (yang tidak dimetabolisasi).

Farmakodinamik

Diuretik hemat kalium menurunkan absorpsi Na+ di tubulus dan duktus colligentes. Spironolakton dan eplerenon berikatan dengan reseptor aldosteron dan dapat pula menurunkan pembentukan metabolit aktif aldosteron di dalam sel. Amilorid dan triamteren tidak memblok reseptor aldosteron tetapi langsung mempengaruhi masuknya Na+ melalui kanal ion natrium epitel (ENaC) pada membran apikal tubulus colligens renalis.

e. Diuretik osmotik

Diuretik osmotik digunakan untuk meningkatkan ekskresi air dibandingkan untuk ekskresi natrium. Diuretik ini dapat digunakan untuk mempertahankan volume urin dan mencegah anuria yang mungkin ditimbulkan oleh adanya muatan pigmen besar di ginjal (misalnya, akibat hemolisis atau rabdominolisis). Contoh obat golongan diuretik osmotik yaitu manitol.

(7)

Farmakokinetik

Diuretik osmotik sulit diabsorpsi, artinya obat ini harus diberikan secara parenteral. Manitol tidak dimetabolisasi dan diekskresi melalui filtrasi glomerulus dalam waktu 30-60 menit, tanpa adanya reabsorpsi ataupun sekresi tubular yang berarti.

Farmakodinamik

Diuretik osmotik terutama bekerja ditubulus proksimal. Melalui efek osmotik, diuretik ini melawan kerja ADH ditubulus renalis colligens. Adanya bahan yang tidak dapat diabsorpsi, seperti manitol, mencegah absorpsi normal air dengan menimbulkan tekanan osmotik yang melawan keseimbangan. Akibatnya volume urin meningkat (Katzung, 2010)

4. Pengobatan dengan diuretik

a. Keadaan dengan edema

Alasan yang paling lazim dari penggunaan diuretik adalah menurunkan edema atau paru yang terjadi sebagai hasil dari penyakit pada jantung, ginjal atau abnormalitas cairan. Semua diuretik dapat digunakan untuk keadaan udema. Keadaan dengan udema yang dapat diatasi dengan diuretik antara lain:

1) Gagal ginjal

Cara kerja diuretik pada gagal jantung adalah dengan menurunkan retensi garam dan air yang karenanya menurunkan preload ventrikuler. Edema yang berkaitan dengan gagal jantung biasanya menggunakan diuretik loop. Pada beberapa keadaan, retensi air dan garam dapat menjadi sangat berat sehingga diperlukan kombinasi tiazid dan diuretik loop.

2) Penyakit ginjal

Penderita penyakit ginjal yang mengarah ke sindrom nefrotik sering menimbulkan masalah yang kompleks dalam pengaturan volume. Pada pasien tersebut, penggunaan diuretik dapat semakin

(8)

menurunkan volume plasma sehingga mengganggu laju filtrasi glomerulus dan menyebabkan hipotensi ortostatik. Diuretik loop sering merupakan obat pilihan terbaik dalam pengobatan edema yang terkait dengan gagal ginjal. Namun pada penggunaan diuretik berlebihan dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal.

3) Sirosis hati

Penyakit hati sering diikuti dengan edema dan asites yang erat hubungannya dengan peningkatan tekanan hidrostatik portal dan penurunan tekanan onkotik plasma. Penggunaan kombinasi diuretik loop dan antagonis reseptor aldosteron dapat bermanfaat pada beberapa penderita.

4) Edema idiopatik

Walaupun telah diteliti secara intensif, patofisiologi gangguan ini (edema dan retensi garam yang berfluktuasi) masih belum jelas. Beberapa penelitian, tapi tidak semua, menyatakan bahwa penggunaan diuretik intermiten dapat ikut berperan dalam sindrom ini. Edema idiopatik sebaiknya hanya ditangani melalui pembatasan garam ringan saja (Katzung, 2010)

b. Keadaan tanpa edema 1) Hipertensi

Teorinya, kerja tiazid sebagai diuretik dan vasodilator ringan bermanfaat mengobati semua penderita hipertensi esensial, dan juga bermanfaat bagi sebagian besar penderita lainnya. Diuretik juga berperan penting bagi pasien yang memerlukan berbagai macam obat untuk mengontrol tekanan darah.

Diuretik meningkatkan efektivitas berbagai obat, terutama penghambat ACE. Pasien yang diobati menggunakan vasodilator kuat, seperti hidralazin atau minoksidil, biasanya memerlukan penggunaan diuretik karena vasodilator ini menyebabkan retensi garam dan air yang bermakna.

(9)

2) Nefrolitiasis

Banyak pasien yang menderita batu ginjal menunjukan efek dalam reabsorpsi Ca2+ di tubulus proksimal yang menyebabkan hiperkalsiuria. Gangguan ini dapat diobati menggunakan diuretik tiazid.

3) Hiperkalsemia

Hiperkalsemia merupakan suatu kedaruratan medis. Karena menurunkan reabsorpsi Ca2+, diuretik cukup efektif menimbulkan diuresis Ca2+. Pengobatan yang biasa dilakukan adalah dengan memberikan infus normal saline dan furosemid (80-120 mg) intravena.

4) Diabetes insidius

Diabetes insidius dapat terjadi akibat defisiensi produksi ADH (diabetes insipidus neurogenik atau sentral) atau akibat respon terhadap ADH yang tidak adekuat (diabetes insidious nefrogenik). Diuretik tiazid dapat menurunkan poliuria dan polidipsia pada kedua tipe diabetes insipidus.

5. Efek samping penggunaan diuretik

a. Otoksisitas

Tiazid dan diuretik loop dapat menyebabkan reaksi kulit dan nefritis interstitial. Diuretik loop dapat menyebabkan otoksisitas, biasanya pada pasien yang menerima dosis yang sangat tinngi.

b. Hiponatremia

Hiponatremia mudah terjadi pada penggunaan diuretik loop yang bekerja ditubuli distal, keadaan ini akan lebih berat bila penderita dianjurkan pantang garam tetapi bebas minum air.

c. Hiperkalsemia

Diuretik tiazid dapat meningkatkan kadar kalsium urin sehingga dapat menyebabkan hiperkalsemia.

(10)

d. Hiperkalemia

Diuretik hemat kalium jika dikombinasi dengan obat golongan inhibitor angiotensin converting enzim dapat menyebabkan hiperkalemia. Oleh karena itu golongan obat ini tidak boleh diberikan pada penderita gagal ginjal.

e. Hiperurisemia

Diuretik loop dapat menyebabkan hiperurisemia dan peningkatan kadar asam urat. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia yang terkait dengan peningkatan reabsorpsi asam urat di tubulus proksimal. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan dosis yang lebih rendah.

C. Mekanisme Pembentukan Urin

Darah yang mengalir ke ginjal di filtrasi di glomeruli.dalam filtrasi ini lebih kurang 13% cairan saja yang dapat melalui glomeruli dan masuk ke dalam tubulus proksimal. Sewaktu filtrat glomerulus menuruni tubulus, maka volumenya berkurang dan komposisinya diubah oleh proses reabsorbsi tubulus (penyingkiran air dan solut dari cairan tubulus) dalam bentuk urin yang memasuki pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urin berjalan dalam vesica urinaria dan dikeluarkan ke dunia luar oleh proses berkemih atau mikturisi (Ganong, 1989).

Referensi

Dokumen terkait

Azkenik, elkarrizketak, ikerketaren diseinuan aurreikusitako bestelako edukiez informazioa lortzeko planteatu dira ere, azaleratu nahi izan dugun langile esperientzia,

Dengan menerbitkan FBL, maka forwarder bertanggungjawab tidak hanya terhadap pelaksanaan kontrak angkutan barang saja, dan penyerahan barang ditempat tujuan tetapi juga terhadap

1) Putusan sela yakni putusan yang berkaitan dengan tindakan- tindakan yang harus dilakukan dipersidangan yang belum menyentuh pokok perkara. Putusan sela pun

Berdasarkan perhitungan nilai tambah yang didapati pada Tabel 6 bahwa nilai output lebih tinggi dibandingkan input, data tersebut dapat menunjukkan bahwa ada

Karena aktiva moneter telah ditetapkan dalam jumlah uang yang tetap, mereka itu menggambarkan sejumlah uang yang diharapkan untuk direalisasikan dalam waktu dekat, oleh karenanya

Berdasarkan hasil Penelitian Tinda- kan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus pada pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan metode Image Stream- ing

[r]

Kegiatan Buka Bersama With UPKKI (BUTIQ) ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 November 2012 dengan tema “ Menjalin Manisnya Ukhuwah di Antara Keluarga Mahasiswa PGSD UNNES UPP